Atonia Uteri

10
ATONIA UTERI A. Definisi Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi Rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan terjadinya perdarahan yang cepat dan parah yang dapat jatuh kedalam syok hypovelemik. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70 % disebabkan oleh atonia uteri. B. Insidens Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini 50% dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi pasca melahirkan. Indonesia tercatat sebagai negara dengan 2

description

tambahan Ilmu

Transcript of Atonia Uteri

Page 1: Atonia Uteri

ATONIA UTERI

A. Definisi

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi Rahim yang

menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat

implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. perdarahan pada atonia uteri

ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta

yang lepas sebagian atau lepas seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan terjadinya

perdarahan yang cepat dan parah yang dapat jatuh kedalam syok hypovelemik.

Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70 % disebabkan oleh atonia

uteri.

B. Insidens

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini

50% dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi pasca

melahirkan. Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal

yang masih tinggi. selain faktor kemiskinan dan masalah aksebilitas penanganan

kelahiran 75%-85% kematian maternal disebabkan obsetri langsung, terutama

akibat perdarahan.

C. Etiologi dan Patofisiologi

Kontraksi uteruss merupakan mekanisme utama untuk mengontrol

perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme

ini. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-

2

Page 2: Atonia Uteri

serabut myometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi

daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut

myometrium tersebut tidak berkontraksi.

Miometrium terdiri dari tiga lapisan setengah merupakan bagian yang

terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum,

lapisan tengah myometrium tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh

pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan

sehingga setiap dua buah serabut kira-kira membentuk angka delapan. Setelah

partus, dengan adanya susunan otot seperti di atas, jika otot berkontraksi akan

menjepit pembuluh darah. Ketidakmapuan myometrium untuk berkontraksi ini

akan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.

Hal-hal yang menyebabkan atonia uteri adalah:

1. Disfungsi uterus : Atonia uteri primer merupakan disfungsi instrinsik

uterus.

2. Partus lama : Kelemahan akibat partus lama, bukan hanya

Rahim yang lemah, cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan,

tetapi juga ibu yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.

3. Dilatasi uterus yang berlebihan ( kehamilan gemeli, hidroamnion dan

makrosomia).

4. Multiparitas : Uterus yang lemah banyak melahirkan anak

cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala dalam persalinan.

3

Page 3: Atonia Uteri

5. Miomauteri : Dapat menimbulkan perdarahan dengan

mengganggu kontraksi dan retraksi myometrium.

6. Anastesi yang terlalu dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi

myometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi

menyebabkan atonia uteri dan pendarahan postpartum.

7. Penatalaksanaan yang salah pada kala plasenta, mencoba mempercepat

kala III, dorongan dan pemijatan uterus menggangu mekanisme fisiologis

pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian plasenta

yang mengakibatkan perdarahan.

D. Gejala klinis

1. Uterus tidak berkontraksi dan konsistensi lembek. Gejala ini merupakan

gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan

penyebab perdarahan yang lainnya.

2. Fudus uteri naik, tinggi fundus uteri setinggi pusat atau lebih

3. Perdarahan pervaginam, perdarahan yang terjadi sangat banyak dan darah

tidak merembes. Peristiwa ini sering terjadi pada kondisi ini adalah darah

keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu

lagi sebagai anti pembekuan.

4. tanda-tanda syok ( tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,

ekstermitas dingin, pernapasan ceoat, gelsah dan urine sedikit).

E. Diagnosis

4

Page 4: Atonia Uteri

Diagnosis di tegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata

perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan

fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontrakis yang lembek. perlu

diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri di diagnosis, maka pada saat itu juga

masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah,

tetapi masih terperangkan dalam uterus dan harus diperhatian dalam kalkulasi

pemberian darah pengganti.

F. Diagnosis banding

No. Diagnosis kemungkinan Tanda dan gejala

1. Atonia uteri Kontraksi Rahim buruk

Perdarahan banyak

Tidak ada perlukaan jalan lahir

Tidak ada sisa plasenta

Pada umumnya disertai tanda-tanda syok

hipovelemik

2. Perlukaan jalan lahir Perdarahan banyak

Umumnya kontraksi Rahim baik, kecuali

pada robekan rahim

3. Sisa plasenta Perdarahan

Kontraksi uterus baik

Pada pemeriksaan teraba plasenta

4. Gangguan pembekuan

darah

Kontraksi baik

5

Page 5: Atonia Uteri

Tidak ada perlukaan jalan lahir

Tidak ada sisa plasenta

Terdapat gangguan faktor pembekuan darah

G. Penatalaksanaan

Segera setelah diketahui perdarahan pascapersalinan, tentukan ada syok

atau tidak, bila ada segera berikan transfuse darah, infus cairan, kontrol

perdarahan dan berikan oksigen. Bila syok tidak ada, atau keadaan umum telah

optimal, segera lakukan pemeriksaan mencari etiologi.

Masase uterus, pemberian oksitosin 20 UI dalam 500 cc dekstrosa 5% dan

ergometrin IV atau misoprospotol. berikut ini cara pemberian uterotonika:

Jenis dan cara

pemberian

Oksitosin Ergometrin Misoprostol

Dosis dan cara

pemberian awal

IV: 20 U dalam 1 L

larutan garam

fisiologis dengan

tetesan cepat.

IM : 10 U

IM atau IV 0,2 mg Oral atau rektal

400 mg

Dosis lanjutan IV : 20 U dalam 1L

garam fisiologis

dengan 40 tts/ menit.

Ulangi 0,2 mg IM

setelah 15 menit.

400 mg 2-4 jam

setelah dosis awal

6

Page 6: Atonia Uteri

Bila masih diperlukaan

beri IM/IV 2-4 jam

Dosis maksimal

perhari

Tidak lebih dari 3 L

larutan dengan

oksitosin

Total 1 mg atau 5 mg Total 1200 mg

atau 3 dosis

Indikasi kontra

atau hati-hati

Pemberian IV secara

cepet atau bolus

Preeklamsi kordis,

hipertensi

Nyeri kontraksi

asma

Bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin atau misoprostol

diteruskan. Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual. Bila tetap

tidak berhasil, lakukan laparotomy, kalu memungkinkan lakukan ligase arteri

uterine atau hipogastrika ( khusus untuk pasien yang belum punya anak), bila

tidak mungkin lakukan histerektomi.

7

Page 7: Atonia Uteri

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,Ida Bagusn Gede.2004. ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan

keluarga berencana. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam.2004. sinopsis obstetrik edisi ke-2. jakarta:EGC

Prawihardjo,sarwono.2008. Ilmu kebidnan. Jakarta: Bina pustaka sarwono

prawihardjo.

Wiknjosastro, Hanifa.2000. ilmu bedah kebidanan. Jakarta: bina pustaka

sarwono prawihardjo.

8