Presus Atonia Uteri

44
PRESENTASI KASUS ATONIA UTERI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Obstetri Dan Ginekologi Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo Diajukan Kepada : dr. A. I. Suratman, Sp.OG(K) Disusun Oleh : Tegar Jati Kusuma 20100310220 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO 2014 i

description

Atonia Uteri

Transcript of Presus Atonia Uteri

Page 1: Presus Atonia Uteri

PRESENTASI KASUS

ATONIA UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Obstetri Dan Ginekologi

Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada :

dr. A. I. Suratman, Sp.OG(K)

Disusun Oleh :

Tegar Jati Kusuma

20100310220

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA BAGIAN

OBSTETRIC DAN GINEKOLOGIRSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

2014

i

Page 2: Presus Atonia Uteri

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

ATONIA UTERI

tanggal :

tempat :

RSUD Setjonegoro Wonosobo

oleh :

Tegar Jati Kusuma

20100310220

disahkan oleh :

dokter pembimbing

dr. A. I. Suratman, Sp.OG(K)

ii

Page 3: Presus Atonia Uteri

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb

Alhamdullilah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah swt atas segala limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam presentasi kasus yang memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi di bagian obstetric dan ginekologi dengan judul :

“ATONIA UTERI”

Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. H. A. I. Suratman, Sp.OG(K) selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis obsgyn RSUD Wonosobo.

2. dr. M. Nuradintyo.R., Sp.OG selaku dokter spesialis Obsgyn RSUD Wonosobo3. Seluruh perawat bangsal edelweiss, kamar bersalin,PKBRS dan Poli kandungan di

RSUD Wonosobo4. Teman-teman coass atas dukungan dan kerjasamanya.

Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan presentasi kasus di masa yang akan dating. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Wonosobo, 14 April 2015

Tegar Jati Kusuma

iii

Page 4: Presus Atonia Uteri

DAFTAR HALAMAN

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR HALAMAN iv

BAB I PRESENTASI KASUS 1

I. IDENTITAS PASIEN 1

II. ANAMNESIS 1

III. PEMERIKSAAN FISIK 2

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG 3

V. KRONOLOGI 3

VI. FOLLOW UP 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI 7

II. PERDARAHAN POSTPARTUM 9

III. ATONIA UTERI 11

A. Definisi 11

B. Etiologi dan Patofisiologi 11

C. Manifestasi Klinis 13

D. Diagnosis 13

E. Penatalaksanaan 14

F. Komplikasi 23

BAB III PENUTUP 24

I. PEMBAHASAN 24

DAFTAR PUSTAKA 26

iv

Page 5: Presus Atonia Uteri

BAB I

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Ny. Tri Mas’udah

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Banaran 2/3 Batursari, Sapuran

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. Rekam Medis : 626653

Tanggal Masuk : 24 Maret 2015

Tanggal Keluar : 29 Maret 2015

II. ANAMNESIS

1. Alasan Pasien Datang

(15.30) Pasien rujukan bidan dengan keterangan G4P2A1 hamil 39 minggu 1 hari

dalam persalinan dengan PER.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merasa tidak pernah mendapati tekanan darah tinggi sebelumnya, saat di

Puskesmas tekanan darahnya 140, sudah diberi obat penurun tensi dan langsung dirujuk ke

Rumah Sakit. Kenceng-kenceng sudah dirasakan sejak 4 jam yll disertai lendir darah dan air

ketuban. Gerak janin aktif dirasakan. Pasien tidak mengeluhkan berdebar, sesak, nyeri dada,

maupun pandangan kabur. HPHT pada tanggal 23/6/2014, HPL pada tanggal 30/3/2015.

Riwayat Obstetri : (I) Keguguran, UK < 3 bulan, kuretase (-), 2003

(II) 10 tahun, laki-laki, 3500 gr, normal, dukun bayi

(III) 6 tahun, perempuan, 3500 gr, normal, bidan

1

Page 6: Presus Atonia Uteri

(IV) hamil ini

Riwayat ANC rutin di bidan. Menarche pada usia 15 tahun. Menikah 1x pada usia

17 tahun. Pasien mengaku tidak pernah memakai KB sebelumnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya disangkal, riwayat DM disangkal,

penyakit asma disangkal, alergi obat disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit hipertensi, DM, jantung, ginjal, asma di keluarga disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Baik, sadar, tak anemis

2. Vital Sign

TD : 140/100 mmHg

N : 84 kpm

RR : 20 kpm

T : 36,6

3. Status Generalis

a. Kepala

CA -/- SI -/-

b. Leher

Pembesaran nll –

Jvp tidak meningkat

c. Thorax

Pulmo : SDV +/+ ST-/-

Cor : BJ 1> BJ2, bising -

d. Abdomen

Inspeksi : stria gravidarum +, distended +

2

Page 7: Presus Atonia Uteri

Palpasi : teraba janin tunggal hidup memanjang preskep puki kepala teraba

4/5 bagian TFU 34 cm, his + (1-2x/10’/15”)

Auskultasi : DJJ (+) 146 kpm

e. Genitalia

V/U tenang, dinding vagina licin, serviks lunak di belakang, pembukaan serviks 2

cm, selaput ketuban positif, preskep, kepala ↓ H1, lendir darah positif, air ketuban

positif

f. Ekstremitas

Akral hangat, edema (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hb : 13.0 g/dL

AL : 14.000/uL

Hematokrit : 39 %

Eritrosit : 4.3 x 106/uL

AT : 221.000 fL

CT : 4,00 menit

BT : 2, 00 menit

Gol. Darah : B

Protein Urine : pos (1+)

HbSag : (-)

V. KRONOLOGI

19.00 Evaluasi

S/ Kenceng-kenceng teratur belum dirasakan

O/ KU : baik, CM, tak anemis

His : 1-2x/ 10’/ 15”/ lemah

3

Page 8: Presus Atonia Uteri

DJJ : 140 kpm

PD : V/U tenang, dinding vagina licin, serviks lunak, di belakang, eff 50%, serviks

terbuka 2 jari, selket (+), preskep, kepala ↓ H1, LD (-), AK (-)

A/ PER, multigravida hamil aterm, bjdp

P/ NST reaktif

Usul induksi persalinan dengan oksitosin 5 IU/ 500 ml RL s.d 20 tpm

Observasi His dan DJJ

Lapor dr. A. I. Suratman, SpOG(K) acc dx/tx setelah informed consent

19.45 mulai induksi oksitosin 5 IU/ 500 ml RL

P/ observasi His dan DJJ

observasi botol habis

23.34

S/ Ibu ingin mengejan

O/ KU : sadar, baik, tak anemis

His : 3x/ 10’/ 25”/ kuat

DJJ : 145 kpm

PD : V/U tenang, dinding vagina licin, serviks tak teraba, pembukaan serviks

lengkap, selket (-), preskep, kepala ↓ H3, LD (+), AK (+)

A/ kala II

P/ Pimpin persalinan

Observasi His dan DJJ

23.45 Bayi lahir sepontan, laki-laki, 3500 gr, 48 cm, AS 6/8

Injeksi oksitosin 10 IU/ IM

24.00 Injeksi oksitosin 10 IU/ IM

4

Page 9: Presus Atonia Uteri

00.05 Plasenta lahir spontan, kesan tidak lengkap eksplorasi : didapatkan jaringan ±

10 cc explorasi ulang bersih injeksi methergin 1 amp IM

Kontraksi tidak kuat darah masih mengalir kontraksi lembek serviks intak

darah masih aktif mengalir injeksi kalnex 500 mg IV perdarahan total ±

1500 cc pasang infus 2 jalur masuk RL 5 flabot + 1 koloid + drip RL +

oksitosin & methergin 20 tpm

pasang balon kateter (masuk 300 cc) evaluasi: kontraksi fundus (+),

perdarahan minimal

Vital sign : TD : 150/90

N : 108 kpm

RR : 24 kpm

T : afebris

A/ perdarahan post partum dini teratasi o.k atonia uteri dalam riwayat induksi oksitosin

5 IU/ 500 ml RL 20 tpm botol I a.i prolonged latent phase, PER, post partus spontan

P3A1H0

P/ infus drip oksitosin + methergin = 1:1 dalam 500 ml RL 20 tpm s.d 24 tpm

Inj. Cefotaxime 1 gr/ 12 jam/ IV skin test

Inj. Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ IV

Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ IV

Awasi tanda-tanda perdarahan pervaginal

Pertahankan balon sampai besok pagi

Cek darah rutin, urin rutin

Sedia darah 2 kantong

5

Page 10: Presus Atonia Uteri

VI. FOLLOW UP

26/3/2015 27/3/2015 28/3/2015 29/3/2015Vs TD 138/76

HR 78RR 24T afebris

TD 140/80HR 104RR 24T 38,2

TD 120/90HR 80RR 20T 36,7

TD 130/90HR 84RR 20T 36,6

S Keluhan (-)BAB (-), flatus (+), BAK DCASI (-)

Keluhan (-)BAB (-), flatus (+), BAK DCASI (+) lancar

Keluhan (-)BAB (-), flatus (+), BAK DCASI (+) lancar

Keluhan (-)BAB (-), flatus (+), BAK (+) lancarASI (+) lancar

O KU : CM, tak anemisPalp abd:Kontraksi kuat

KU : CM, tak anemisPalp abd:Kontraksi kuat

KU : CM, tak anemisPalp abd:Kontraksi kuat

KU : CM, tak anemisPalp abd:Kontraksi kuat

A perdarahan post partum dini teratasi o.k atonia uteri dalam riwayat induksi oksitosin 5 IU/ 500 ml RL 20 tpm botol I a.i prolonged latent phase, PER, post partus spontan P3A1H1

perdarahan post partum dini teratasi o.k atonia uteri dalam riwayat induksi oksitosin 5 IU/ 500 ml RL 20 tpm botol I a.i prolonged latent phase, PER, post partus spontan P3A1H2

perdarahan post partum dini teratasi o.k atonia uteri dalam riwayat induksi oksitosin 5 IU/ 500 ml RL 20 tpm botol I a.i prolonged latent phase, PER, post partus spontan P3A1H3

perdarahan post partum dini teratasi o.k atonia uteri dalam riwayat induksi oksitosin 5 IU/ 500 ml RL 20 tpm botol I a.i prolonged latent phase, PER, post partus spontan P3A1H4

P Cefotaxim, ketorolac, metronnidazol, bila Hb ≥ 8gr/dl aff infus, mobilisasi

Cefotaxim, ketorolac, metronnidazol, mobilisasi

Lanjutkan terapi, aff DC

Lanjutkan terapi, BLPL

Px Hb : 9,6 g/dlAL : 13.400Hmt : 34 %AT : 181.000

6

Page 11: Presus Atonia Uteri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi Uterus

Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah Pir, berdinding

otot tebal. Pada orang dewasa muda nullipara, uterus panjangnya 8 cm, lebar 5

cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus dibagi menjadi beberapa bagian. Fundus, Korpus,

dan Servix. Hampir seluruh bagian uterus tertutup oleh lapisan serosa yang

merupakan peritoneum viscerale. Bagian bawah peritoneum membentuk batas

anterior cul-de-sac rektouterina atau kavum douglasi1.

Gambar 1. Anatomi Uterus1

Bagian atas yang berbentuk seperti kubah disebut fundus. Fundus

merupakan bagian uterus yang terletak di atas muara tuba uterin. Sedangkan

korpus merupakan bagian uterus yang terletak di bawah muara tuba uterin.

7

Page 12: Presus Atonia Uteri

Korpus uteri bagian bawah sempit dan dilanjutkan sebagai servix. Servix

terhubung dengan uterus pada os interna2.

Ada beberapa lapisan yang terdapat dalam korpus uteri, antara lain

endometrium, miometrium dan membrana basalis2.

B. Pasokan Darah Uterus

Gambar 2. Vasa Uterina1

Terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarica

1. Arteria Uterina

Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang

masuk uterus melalui ligamentum latum lalu ke medial ke samping uterus. Pada

tempat setinggi servik pars supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua,

sebagian kecil menjadi arteria servicovaginalis kearah bawah, yang mendarahi

8

Page 13: Presus Atonia Uteri

serviks bawah dan vagina atas. Cabang utama berjalan sepanjang batas uterus,

sedikit sebelum cabang utama arteri uterina mencapai tuba, arteri tersebut terbagi

menjadi tiga cabang terminal. Cabang ovarium arteri uterina beranastomosis

dengan cabang terminal arteri ovarika. Cabang tuba membuat jalur melalui

mesosalfing dan mendarahi bagian tuba uterina, cabang fundus mendistribusikan

darah ke arah atas uterus1.

2. Arteria Ovarika

Cabang langsung dari Aorta yang memasuki ligamentum latum melalui

ligamentum infundibulopelvikum. Di daerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi

menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk ovarium. Cabang utama arteria

ovarika selanjutnya berjalan sepanjang mesosalphynx yang beranastomosis

dengan ramus ovarikus arteri uterina1.

II. PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah plasenta

lahir yang melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu

melahirkan akan mengeluarkan darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml

tanpa menyebabkan gangguan homeostasis. Dengan demikian secara

konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml dapat

dikategorikan sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan secara kasat mata

mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius1.

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :

Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi

dalam 24 jam setelah bayi lahir.

9

Page 14: Presus Atonia Uteri

Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi

antara 24 jam dan 6 minggu setelah bayi lahir3.

Penyebab paling umum dari perdarahan postpartum 3 :

Kurangnya kontraksi uterus yang efisien (atonia uteri)

Retensi sisa plasenta

Laserasi serviks atau vagina

Gangguan pembekuan darah

Kriteria diagnostik perdarahan pospartum

Tabel 1. Kriteria Diagnostik4

NO Gejala dan tanda yang selalu adaGejala dan tanda

yang kadang-kadang ada

Kemungkinan diagnosis

1

Uterus tidak berkontraksi dan lembekPerdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan primer)

Syok Atonia uteri

2

Perdarahan segeraDarah segar yang mengalir segera setelah bayi lahirUterus berkontraksi baikPlacenta lengkap

PucatLemahMenggigil

Robekan jalan lahir

3

Placenta belum lahir stelah 30 menitPerdarahan segeraUterus kontraksi baik

Tali pusat akibat traksi berlebihanInversion uteri akibat tarikan

c.      Perdarahan lanjutan

Retensio placenta

4

Placenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkapPerdarahan segera

Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

Tertinggalnya sebagian placenta

5 Uterus tidak terabaLumen vagina terisi massaTampak tali pusat (jika placenta belum lahir)Perdarahan segera

Syok neurogenikPucat dan limbung

Inversion uterio

10

Page 15: Presus Atonia Uteri

Nyeri sedikit atau berat

6

Subinvolusi uterusNyeri tekan perut bawahPerdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan, perdarahan sekunder, perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak teratur) dan ber bau (jika disertai infeksi)

AnemiaDemam

Perdarahan lambatEndometritis atau sisa placenta (terinfeksi atau tidak)

7

Perdarahan segera (perdarahan intraabdominal dan atau vaginum)Nyeri berat

SyokNyeri Tekan perutDenyut nadi ibu cepat

Robekan dinding uterus (rupture uteri)

III. ATONIA UTERI

A. Definisi

Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi

setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar,

lembek, dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Perdarahan

pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas

menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau seluruhnya. Atonia uteri

menyebabkan terjadinya perdarahan yang cepat dan parah dan juga shock

hipovolemik. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70% disebabkan

oleh atonia uteri5.

B. Etiologi dan Patofisiologi

Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol

perdarahan setelah melahirkan. Atonia uterus terjadi karena kegagalan mekanisme

ini. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-

serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang

11

Page 16: Presus Atonia Uteri

memvaskularisasikan daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila

serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi5.

Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan

bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan

postpartum, lapisan tengah miometrium tersusun sebagai anyaman dan ditembus

oleh pembuluh darah. Masing-masing pembuluh darah mempunyai dua buah

lengkungan sehingga setiap dua buah serabut kira-kira membentuk angka delapan.

Setelah partus, dengan adanya sususan otot seperti di atas, jika otot berkontraksi

akan menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi

ini akan menyebabkan perdarahan postpartum5.

Hal-hal yang menyebabkan atonia uteri1,5:

Overdistensi dari uterus

- Bayi besar

- Hamil ganda

- hidramnion

Induksi persalinan

Anestesi atau analgesia

Agen halogenasi

- Analgesi yang menimbulkan hipotensi

- Anestesi yang terlalu dalam dan lama menyebabkan relaksasi

miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi

menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum

Abnormalitas persalinan

12

Page 17: Presus Atonia Uteri

- Persalinan cepat

- Persalinan lama

- Stimulasi persalinan

- Chorioamnionitis

Multiparitas

- Uterus yang lemah karena banyak melahirkan anak cenderung bekerja

tidak efisien dalam semua kala dalam persalinan

Atonia uterus sebelumnya

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada atonia uteri6:

1. Perdarahan pervaginam

2. Uterus tidak berkontraksi dan lembek

3. Tidak ada perdarahan dari laserasi jalan lahir

4. Anemia

5. Syok

D. Diagnosis

Diagnosis ditegakan bila setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata

perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal, dan pada palpasi didapatkan

fundus uteri masih setinggi pusat dengan kontraksi yang lembek. Kadang-kadang

terjadi gejala syok (tekanan darah rendah, denyut nadi kecil dan cepat, ekstremitas

dingin, gelisah, mual dan lain-lain).

13

Page 18: Presus Atonia Uteri

E. PenatalaksanaanTabel 2. HAEMOSTASIS

1. Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan postpartum yangbanyak penanganan awal

adalah resusitasi dengan oksigenasi, pemberian cairan cepat, dan monitoring tanda

tanda vital. Adapun jenis dan jumlah cairan yang harus diberikan disesuaikan

dengan banyak tidaknya volume darah yang hilang, berikut pemilihan jenis cairan

dan jumlah cairan yang harus diberikan.

14

Page 19: Presus Atonia Uteri

Tabel 3. Derajat Syok Hemoragik (NHS Guideline)

Tabel 4. Jumlah Cairan Pengganti7

Perkiraan darah yang hilang selama persalinan hingga nifas pada

persalinan pervaginam rata-rata berkisar 500-600 ml, sementara pada sectio

caesaria atau persalinan gemelli pervaginam sebanyak 1000 ml1.

Total pergantian cairan yang harus dipenuhi berdasarkan total darah yang

keluar (estimated blood loss/EBL) dan total volume darah seseorang (estimated

blood volume/EBV). EBL dapat menentukan pula derajat syok hipovolemik. EBV

15

Page 20: Presus Atonia Uteri

diambil berdasarkan perhitungan = BB x 65 (untuk perempuan) atau BB x 75

(untuk laki-laki). Dalam menentukan derajat syok hipovolemik dapat

menggunakan EBL/EBV x 100%10.

Pada syok hipovolemik, penggantian cairan dapat berupa kristaloid pada

derjat I-II dengan estimasi kehilangan darah 15-30%, pada derajat III dan IV

pengganti cairan berupa kristaloid dan koloid. Adapun sifat kristaloid dan koloid

berdasarkan data dibawah ini :

Kristaloid : memiliki ukuran molekul yang lebih kecil jika dibandingkan

dengan koloid, sehingga kristaloid akan mudah masuk kedalam intersisial dan

intrasel. Pada pemberian kristaloid yang banyak dapat menimbulkan risiko

edem pulmo.

Koloid : memeiliki ukuran molekul yang lebih besar dibandingkan kristaloid,

sehingga memiliki waktu lebih lama berada di intravaskuler, berfungsi baik

untuk plasma expander. Komplikasi yang dapat terjadi pada pemberian koloid

adalah gagal ginjal akut.

Penentuan jumlah cairan kristaloid berdasarkan volume cairan

intravaskuler dan intersisial yang hilang. Dimana pada tubuh manusia terdiri dari

60% cairan yang mana 40% mengisi intrasel, 20% mengisi ekstra sel, pada ekstra

sel terbagi lagi menjadi 15% intersisial dan 5% intravaskuler. Sehingga dapan

ditentukan berapa banyak cairan kristaloid yang dibutuhkan adalah ¾ x EBL. Dan

untuk cairan koloid sebanyak ¼ x EBL. Sementara penentuan total darah yang

dibutuhkan berdasarkan berapa banyak hb pasien hilang, dimana hb target orang

dewasa normal sebanyak 8 gr/dLAdapaun perkiraan hb pasien ketika terjadi syok

16

Page 21: Presus Atonia Uteri

berdasarkan ∆ hb= EBL3 X BB

. Adapun pemilihan jenis darah yang akan diberikan

berdasarkan pertimbangan komponen darah yang diperlukan dan tujuan

pemberian transfusi. Adapun jenis-jenis darah simpan yang tersedia10 :

a. Whole blood (darah lengkap)

Satu unit darah lengkap (450-540 ml) mengandung pengawet 60 ml

CPDA1 atau CP2D dengan kadar hematokrit 30-40% dan dapat meningkatkan

kadar hb resipien 1 gr%. Darah lengkap biasanya diberikan pada kondisi

perdarahan akut, syok hipovolemik, dan bedah mayor dengan perdarahan >1500

ml.

b. Fresh Frozen Plasma (Plasma segar dan plasma biasa)

Pada Plasma biasa berisi 200ml, dimana semua faktor pembekuan ada

kecuali faktor V dan VII. Pada plasma segar faktor V dan VII tetap aktif, dan

biasnaya diberikan pada transfusi darah masif setelah terapi warfarin dan

koagulopati pada penyakit hepar.

c. Packed cell biasa dan cuci

Satu unit packed cell berisi 240-340 ml dengan hematokrit 75-80% dan

hb 24 gr/dl. Diperlukan packed cell 4 ml/kgbb atau 1 unit untuk menaikan kadar

hematokrit 3-5%. Packed cell diberikan pada perdarahan lambat, anemia, atau

pada kelainan jantung.

d. Trombosit mampat (thrombocyt concentrate)

Cryopricipitate-AHF

e. Komponen lain, misal buffycoat-granulocyt concentrate

2. Masase dan kompresi bimanual 8

17

Page 22: Presus Atonia Uteri

Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut

masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan

ke dalam vagina ibu.

Periksa Vagina dan serviks – jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada

kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh

Letakan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus,

sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding

belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam

Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini

memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus

dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

Evaluasi keberhasilan

a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan

KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam

vagina. Pantau kondisi ibu selama kala empat.

b) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa

perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi dibagian tersebut

segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.

c) Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga

untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian teruskan

dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Atonia

uteri sering kali diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berasil dalam waktu 5

menit diperlukan tindakan lain.

18

Page 23: Presus Atonia Uteri

Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan

hipertensi) alasan: ergometrin yang diberikan akan meningkatkan tekanan

darah lebih tinggi dari kondisi normal.

Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan

berikan 500 ml RL yang mengandung 20 IU oksitosin. Alasan: jarum dengan

berdiameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat

langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan

dengan cepat merangsang kontrasi uterus. RL akan membantu mengganti

volume cairan yang hilang selama perdarahan.

Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dengan ulangi KBI.

Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat

membatu uterus berkontraksi

Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera lakukan

rujukan berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan

gawat darurat difasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan

pembedahan dan transfuse darah

19

Page 24: Presus Atonia Uteri

Gambar 3. Kompresi Bimanual1

3. Uterotonika 9

Tabel 5. Pemberian Uterotonika

4. Uterine lavage dan uterine packing

Pemasangan balon kateter

20

Page 25: Presus Atonia Uteri

Secara aseptic kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukan kedalam

kavum uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 ml sesuai

kebutuhan. Dilakukan observasi perdarahan dan pengisian kondom dihentikan ketika

perdarahan sudah berkurang.

Gambar 4. Balon Kateter1

Untuk menjaga kondom agar tetap di kavum uteri, dipasang tampon kasa

gulung di vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kasa akan basah dan darah

akan keluar dari introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian

drip oksitosin paling tidak sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan antibiotika

tripel, Amoksisilin, metronidazol, dan gentamisin. Kondom kateter dilepas 24-48

jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan berat kondom dapat dipertahankan

lebih lama.

5. Operatif

21

Page 26: Presus Atonia Uteri

Metode operatif pada atonia uteri adalah ligasi arteri uterina dan metode

b-Lynch suture.

Gambar 5. Ligasi Ateri Uterina1

Gambar 6. B Lynch Suture1

22

Page 27: Presus Atonia Uteri

F. KomplikasiSyok hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar

20% dari volume total.Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok

hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irreversible para organ dan sistem.

Hipovolemik terjadi pada rangkaian keadaan dibawah ini:

1. Penurunan volume cairan intravascular

2. Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload dan stroke

volume

3. Penurunan cardiac output

4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)

5. Kerusakan Perfusi Jaringan

6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel

7. Kegagalan multi sistem organ

23

Page 28: Presus Atonia Uteri

BAB III

PENUTUP

I. PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, perjalanan penyakit pasien selama dirumah sakit, dan

pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien merupakan rujukan bidan

dengan keterangan G4P2A1 hamil 39 minggu 1 hari dalam persalinan dengan

PER.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kompos mentis dan

tak anemis. TD : 140/100 mmHg, N : 84 kpm, RR : 20 kpm, T : 36,6. Dari

pemeriksaan abdomen didapatkan teraba janin tunggal hidup memanjang,

preskep, puki, kepala teraba 4/5 bagian, TFU 34 cm, his + (1-2x/10’/15”), DJJ (+)

146 kpm. Pada pemeriksaan dalam didapatkan V/U tenang, dinding vagina licin,

serviks lunak di belakang, pembukaan serviks 2 cm, selaput ketuban positif,

preskep, kepala ↓ H1, lendir darah positif, air ketuban positif. Saat dilakukan

evaluasi didapatkan tidak adanya kemajuan persalinan sehingga diputuskan untuk

melakukan induksi dengan menggunakan oksitosin 5 IU/ 500 ml RL 20 tpm.

Empat jam kemudian bayi lahir spontan. Setelah plasenta lahir, didapatkan

kontraksi uterus yang lembek dan perdarahan aktif mengalir sehingga diputuskan

untuk dilakukan pemasangan kondom kateter untuk menghentikan perdarahan.

Pada pasien ini atonia uteri terjadi dikarenakan partus yang terlalu cepat dengan

riwayat stimulai oksitosin yang dapat menyebabkan kerja miometrium meningkat karena

24

Page 29: Presus Atonia Uteri

terus menerus berkontraksi, hingga ketika plasenta telah lahir, miometrium mengalami

kelelahan yang menyebabkan tidak dapat berkontraksi secara efektif. Selain itu, pasien ini

merupakan seorang multipara yang menyebabkan uterus lemah karena banyak

melahirkan anak cenderung bekerja tidak efisien sehingga tidak dapat

berkontraksi secara efisien dan menyebabkan perdarahan tidak dapat berhenti.

25

Page 30: Presus Atonia Uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F., dkk. 2014. Williams Obstetrics 24th edition. New York:

McGraw-Hill

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: YBP – SP.

3. Education Obstetri evidence base

4. World Health Organization. 2007. Managing Complications in Pregnancy and

Childbirth: A guide for midwives and doctors. China : WHO

5. Anderson J, Etches D, Smith D. Postpartum Hemorraghe. In Damos JR,

Eisinger SH, eds. Advanved Life Support in Obstetrics (ALSO) provider

course manual. Kansas: American Academy of Family Physicians, 2000:1-15

6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetrik, Ed.2. Jakarta: EGC

7. Kementrian Kesehatan Indonesia, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu

di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes

8. Kompresi Bimanual Interna (KBI). Sumber Anderson, JM. Etches D.

Prevention and Management of Postpartum Haemorrhage. American

Academy of Family Physician (AAFP). 15 Maret 2007. 75(6): 875-882

9. Royal college of Obstetricians and gynaecologists, 2009. Prevention and

Management of Postpartum Haemorrhage

10. Latief, S. A., dkk, 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi ed. 2. Jakarta : FKUI

26