ASUHAN KEPERAWATAN INTERNA PADA PASIEN Ny. “N” DENGAN
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN INTERNA PADA PASIEN Ny. “N” DENGAN
ASUHAN KEPERAWATAN INTERNA PADA PASIEN Ny. “N” DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : HEMATEMESIS DAN MELENA
DI RUANG GARUDA PERAWATAN INTERNA KAMAR 03
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 09 – 11 JUNI 2016
OLEH :
NINGSIH
NIM :1307028
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
MAKASSAR
2016
ASUHAN KEPERAWATAN INTERNA PADA PASIEN Ny. “N” DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : HEMATEMESIS DAN MELENA
DI RUANG GARUDA PERAWATAN INTERNA KAMAR 03
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 09 – 11 JUNI 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
OLEH :
NINGSIH
NIM :1307028
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
MAKASSAR
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul : “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN NY. “N” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
HEMATEMESIS DAN MELENA DI RUANG GARUDA PERAWATAN
INTERNA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR”, TANGGAL 09
– 11 JUNI 2015
Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di depan Tim penguji
Akademi Keperawatan Mappaoudang Makassar
Pada Hari Selasa, 19 Juli 2016
Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I
Mathius Tato, S.Kep, M.M.kep Ns. Ridwan, S.Kep, M.kes
NIDN. 0905055801 NIDN. 0913118001
Ketua Program Studi Direktur
AKPER MappOudang Makassar AKPER Mappaoudang Makassar
Rezeki Nur, S.Kep, Ns, M.Kes dr. Hj. A. Nurhayati, DFM, M.Kes
NIDN. 09030038703 NIDN. 0906035901
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN Ny. “N” DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :
HEMATEMESIS DAN MELENA DI RUANG GARUDA PERAWATAN
INTERNA KAMAR 03 RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR.
Telah di uji dan dipertahankan di hadapan tim penguji pada hari Selasa, 19 Juli
2016 di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
Tim Penguji,
1. Ns. Ridwan, S.Kep, M.Kes ( )
NIDN. 0913118001
2. Mathius Tato, S.Kep, M.M.Kep ( )
NIDN. 0905055801
3. Ns. Try Damayanty, S.Kep, M.Kes ( )
NUPN. 99099013050
Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi Direktur
AKPER Mapp Oudang Makassar AKPER Mappaoudang Makassar
Rezeki Nur, S.Kep, Ns, M.M.Kes dr. Hj. A. Nurhayati, DFM, M.Kes
NIDN. 09030038703 NIDN. 0906035901
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt Rabb semesta alam, yang maha
menciptakan, menghidupkan dan mematikan, yang rahmat- Nya meliputi langit
dan bumi, dunia dan akhirat ke padan- Nyalah semua akan kembali. Shalawat
serta salam mudah-mudahan terlimpah kepada nabi ullah Muhammad SAW, yang
membawa umat manusia dari alam gelap gulita menjadi alam terang benderang.
Tak lupa pula penulis mensyukuri segala rahmat dan karunia yang telah
dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “N” DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : HEMATEMESIS DAN MELENA DI
RUANG GARUDA PERAWATAN INTERNA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR “
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan
Diploma III keperawatan pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini, Penulis banyak menghadapi
hambatan, tetapi berkat bimbingan dan bantauan dari berbagai pihak Karya Tulis
Ilmiah Ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ketua Yayasan Brata Utama Bhayangkara Makassar Kombes Pol. dr. Anis
Budiyanto, Sp, THT dan Selaku Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
beserta Staf yang telah membantu menyediakan sarana dan prasarana dalam
rangka penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, serta kepada Ny. “N“ dan
keluarga yang mau menjadi objek penelitian yang dilakukan oleh penulis.
2. Ibu dr. Hj. A. Nurhayati, DFM, M. Kes, selaku direktur Akademi
Keperawatan Mappa Oudang Makassar, yang senantiasa memberikan
bimbingan dan motivasi sekaligus sebagai figure seorang ibu yang baik bagi
Mahasiswa/Mahasiswinya.
3. Bapak Ns, Ridwan. S.Kep, M.Kes, sebagai pembimbing I dan penguji III,
juga selaku Dosen Keperawatan Akper Mappa Oudang Makassar yang begitu
banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasehat, dan dengan
penuh kesabaran dan ketelatenan selama proses bimbingan didalam penulis
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Mathius Tato, S. Kep, M.M. Kep sebagai Pembimbing II dan penguji
II, juga selaku Dosen Keperawatan Akper Mappa Oudang Makassar yang
begitu banyak memberikan masukan dan saran demi kelengkapan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Ns, Try Damayanty, S.Kep, M.Kes, sebagai penguji I dan juga selaku
Dosen Keperawatan Akper Mappa Oudang Makassar yang begitu banyak
memberikan masukan dan saran demi kelengkapan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Makassar yang telah memberikan doa restu serta dorongan baik moril
maupun material selama penulis mengikuti Pendidikan.
7. Kepada kedua Orang Tua tercinta dan sembah sujudku kepada ayahanda
Muhtar dan ibunda tercinta Siadi Fatmawati yang dengan penuh kesabaran
dan kasih sayang telah mengasuh, mendidik, memberikan dorongan moril
maupun material dan semangat serta doa yang tulus agar penuli smenjadi
lebih baik. Serta keluarga tercinta yang selalu dihati yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
8. Selaku klien Ny. “N” beserta Keluarga yang telah bersedia membantu Penulis
dalam ujian sebagai pasien
9. Yang special buat Rekan-Rekan Mahasiswa(i) Angkatan VII Tingkat III. A
dan khususnya Hajriany, Hardianti, Irna Daring, Ayu Chiremai Putri,
Nurhajar, Nursyamsi Syarif, Andi Arnita, Andi Musdalifah Pratiwi, Masita
Juli Astuti sahabatku yang selama ini membantu penulis baik pikiran dan
tenaga, serta semangat. “ kita tidak ditakdirkan lahir dari rahim yang sama,
tapi kebersamaan dan perjuangan yang membuat kita menjadi keluarga “.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran
dari pihak yang bersifat membangun penulisakan menerima dengan senang
hati.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
Masyarakat dan Mahasiswa Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
khususnya dalam memberikan Keperawatan kepada klien dengan kasus
Hematemesis dan Melena semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Aamiin.
Makassar, Juni 2016
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
Nama : NINGSIH
Tempat/Tgl lahir : Ujung pandang, 25 Januari 1995
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanjung Alang (Deppasawi Dalam) No.05
B. RIWAYAT PENDIDKAN
1. Pada Tahun 2001 : SDN. Inpres Jongaya I Makassar
2. Pada Tahun 2002 - 2006 : SDN. Inpres Sambung Jawa I Makassar
3. Pada Tahun 2007 - 2009 : SMPN. 26 Makassar
4. Pada Tahun 2010 - 2013 : SMK Pancasakti Makassar
5. Pada Tahun 2013 - 2016 : Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Makassar
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Batasan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan .................................................................... 7
E. Metodologi Penulisan ............................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian .......................................................................... 12
2. Anatomi dan Fisiologi ........................................................ 13
3. Etiologi .............................................................................. 20
4. Patofisiologi ....................................................................... 22
5. Klasifiakasi Gagal Ginjal Akut (GGA) ............................... 24
6. Manifestasi Klinik .............................................................. 25
7. Pemeriksaan Penunjang ...................................................... 26
8. Penatalaksanaan ................................................................. 27
9. Komplikasi ......................................................................... 29
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian .......................................................................... 30
2. Penyimpangan KDM .......................................................... 33
3. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 34
4. Intervensi Keperwatan ........................................................ 34
5. Implementasi ...................................................................... 40
6. Evaluasi.............................................................................. 40
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................... 39
B. Pengumpulan Data ................................................................... 39
C. Klasifikasi Data ........................................................................ 51
D. Analisan Data ........................................................................... 51
E. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 55
F. Rencana Keperawatan .............................................................. 56
G. Catatan Tindakan Keperawatan ................................................ 60
H. Catatan Perkembangan ............................................................. 66
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................... 71
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 73
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 75
D. Implementasi Keperawatan ...................................................... 77
E. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 80
B. Saran-saran ............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi dan Rasional Diagnosa I .............................................. 35
Table 2.2 Intervensi dan Rasional Diagnosa II ............................................ 35
Tabel 2.3 Intervensi dan Rasional Diagnosa III ........................................... 36
Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Diagnosa IV ........................................... 38
Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Diagnosa V ............................................ 39
Tabel 3.1 Aktivitas sehari-hari .................................................................... 48
Tabel 3.2 Pemeriksaan laboratorium ........................................................... 50
Tabel 3.3 Klasifikasi Data ........................................................................... 51
Tabel 3.4 Analisa Data ................................................................................ 51
Tabel 3.5 Rencana Tindakan Keperawatan .................................................. 56
Tabel 3.6 Catatan Tindakana Keperawatan.................................................. 60
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan ................................................................ 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 SistemPencernaan .................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hematemesis adalah muntah darah atau darah kehitaman (coffe
grounds) menunjukkan perdarahan proksimal dari ligament Treitz, dan
melena adalah pengeluaran tinja yang berwarna hitam (>100mL darah)
seperti Ter yang mengandung darah dari pencernaan.Warna Hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi
atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (NANDA,2015)
Melena adalah pengeluaran feases atau tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian
atas. (Padila, 2013)
Menurut jenis kelamin dan kelompok umur dari kasus Perdarahan
Saluran Cerna Atas adalah : (Fadhil.,Dkk, 2016)
1. Tukak lambung lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Walaupun dapat terjadi pada semua kelompok umur, tukak lambung lebih
sering terjadi pada kelompok umur 55 - 70 tahun. Pada tukak
duodenum, perbandingan antara laki-laki dengan wanita. Umur
terbanyak antara kelompok umur 45 - 65 tahun dengan kecendrungan
makin tua umur, prevalensi makin meningkat
2. Kanker gaster pada pria dua kali lebih sering daripada wanita.
Kebanyakan kasus kanker lambung terjadi pada umur 50 - 70 tahun
dan jarang di bawah umur 40 tahun.
Distribusi frekuensi gambaran Esofago Gastroduoenoskopi (EGD)
pasien dengan Hematemesis dan Melena menurut jenis kelamin, terlihat
bahwa kasus lebih banyak terjadi pada pria yaitu sebanyak 105 kasus
(64,8%) dan pada wanita sebanyak 57 kasus (35,2%) dengan rasio
1,8:1. Hasil yang hampir sama ditemukan pada penelitian Alema et al pada
tahun 2012, dimana pasien dengan Perdarahan Saluran Cerna bagian atas
yang dilakukan pemeriksaan Esofago Gastroduoenoskopi (EGD) didapatkan
pria 113 kasus (50,4%) dan wanita 111 kasus (49,6%) dengan rasio 1: 1.
Dengan meningkatnya tekanan dalam vena, maka vena tersebut
menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises.
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan Gastrointestinal massif.
Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus
balik vena ke jantung dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfsi. Mekanisme ini merangsang tanda-
tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika
volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh
sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan
mengalami kegagalan dan terjadi gagal ginjal akut sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah
syok, diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
Di Negara barat Inside Perdarahan Akut Salurn Cerna Bagian Atas
mencapai 100 per 100.000 penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari wanita
insiden ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usai, sebagian Besar
Perdarahan Salran Cerna Atas diakibatkan karena perdarahan tukak peptic
dan gastritis erosive. Di Amerika serikat sekitar 300.000 pasien memerlukan
rawat inap setiap tahunnya karena Perdarahan Saluran Cerna sekitar 36
hingga 102 pasieen setiap 100.000 penduduk memerlukan rawat inap karena
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Perdarahan Saluran Cerna Bawah
lebih sedikit dan menyebabkan sekitar 20% per 100.000 penduduk dirawat
inap. (Suharni, 2013)
Di Indonesia sebagian besar kasus Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas kurang lebih 70% disebabkan oleh pecahnya varises esophagus atau
dampak dari akibat adanya hipertensi portal (adanya gastropati hiportensi
portal). Data statistik ini membawa kita bagaimana harus bersikap bila
menghadapi kasus baru Perdarahan Saluran Cerna Atas yang salah satu
kasusnya adalah Hematemesis atau Muntah Darah (Suharni, 2013)
Insiden Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) karena
ruptur varises gastroesofagei merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50-
60%, gastritis erosiva hemoragika sekitar 25-30%, tukak peptik sekitar 10-
15% dan karena sebab lainnya < 5%. Mortalitas secara keseluruhan masih
tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur varises bisa
mencapai 60% sedangkan kematian pada perdarahan non varises sekitar 9-
12%. Sebahagian besar penderita Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
meninggal bukan karena perdarahannya itu sendiri melainkan karena
penyakit lain yang ada secara bersamaan seperti penyakit gagal ginjal, stroke,
penyakit jantung, penyakit hati kronis, pneumonia dan sepsis. (Djumhana,
2011)
Dari Data Rekam Medik Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pasien
yang di rawat dibagian penyakit dalam dengan kasus Hematemesis dan
Melena pada tahun 2015 sampai dengan 2016 ada sebanyak 232 kasus.
Dimana pada tahun 2015 ada sebanyak 51% yang mendapat perawatan rawat
inap dan 48% diantaranya mendapat perawatan rawat jalan di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar. Sedangkan pada tahun 2016 dari bulan januari
sampai bulan mei pasien dengan kasus Hematemesis dan Melena mengalami
penurunan yaitu sebanyak 64 kasus dimana sebanyak 42% yang mendapatkan
perawatan rawat inap dan 46% dintaranya mendapatkan perawatan rawat
jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Menurut Suharni (2013) dalam Karya Tulis Ilmiahnya yang berjudul
Asuhan Keperawatan Nyeri pada Tn.P dengan Hematemesis dan Melena
yaitu hasil pengkajian pada pasien nyeri berhubungan dengan cedera agen
biologis pada Hematemesis dan Melena pasien mengalami nyeri perut sebelah
kiri. Hasil pengkajia pada pasien dengan nyeri pada Hematemesis dan Melena
didapatkan diagnosa yaitu nyeri berhubngan dengan agen cedera biologis.
Rencana Asuhan Keperawatan yang akan dilakukan pada pasien nyeri pada
Hematemesis dan Melena yaitu monitor tanda-tanda vital (takanan darah,
nadi, suhu, respirasi), kaji karakteristik nyeri, ajarkan tehnik relaksasi dan
dukung pasien Dalam latihan tehnik relaksasi, member posisi nyaman,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik. Tindakan yang
dilakukan pada pasien dengan nyeri pada Hematemesis dan Melena yaitu
monitor tanda-tanda vital (Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi), kaji
karakteristik nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi, kolaaborasi pemberian obat
analgetik. Evaluasi yang dilakukan pada pasien nyeri pada Hemaatemesis dan
Melena yaitu pasien masih tampak megeluh nyeri. Analisa yang didapatkan
pada pasien dengan nyeri pada Hematemesis dan Melena kondisi pasien
mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, tergantung
dengan keluarga.
Berdasarkan uraian diatas dan pemberian kasus dari
pembimbing/penguji maka penulis membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul
Asuhan Keperawatan pada klien Ny.“N” dengan gangguan sistem
pencernaan: Hematemesis dan Melena di Ruang Garuda Perawatan Interna
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
B. Batasan Masalah
“Asuhan Keperawatan pada klien Ny. N dengan gangguan sistem
pencernaan: Hematemesis dan Melena di Ruang Garuda Perawatan Interna
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien
gangguan sistem pencernaan Hematemesis dan Melena.
2. Tujuan Khusus
11.. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
pengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena.
22.. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Ny. N dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena.
33.. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
menentukan rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena.
44.. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
menentukan tindakan Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena.
55.. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam
mengevaluasi Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Gangguan
Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi guna menambah pengetahuan tentang
penyakit pada sistem pencernaan yaitu Hematemesis dan Melena
khususnya di Bidang Keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman yang nyata tentang pemenuhan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan Hematemesis dan Melena.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Hematemesis dan Melena.
c. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Dapat menjadi referensi dan tambahan informasi dalam
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
E. Metodologi Penulisan
1. Tempat dan waktu
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Garuda Perawatan Interna
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dari tanggal 09-11 Juni 2016.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah Ini penulis menggunakan
beberapa metode antara lain :
a. Studi kepustakaan yaitu menggunakan sumber bacaan seperti buku
paket dan bahan kuliah yang berhubungan dengan isi laporan.
b. Studi kasus yaitu kasus ini menggunakan Metode Keperawatan
yang komperehensif yang terdiri dari pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Rencana Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan
Evaluasi.
c. Untuk mengumpulkan data dan informasi dalam pengkajian dapat
digunakan tehnik :
11.. Wawancara
Mengadakan Tanya jawab langsung dengan Klien,
Keluarga, Perawat, dan pihak lain yang dapat memberikan
data dan informasi yang akurat.
22.. Observasi
Pengamatan langsung dengan mengikuti perkembangan
selama Pelaksanaan Asuhan Keperawatan.
33.. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
yang objektif sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan
tehnik Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
44.. Studi dokumentasi
Informasi atau data melalui dokumen-dokumen atau
catatan yang ada kaitannya dengan kasus tersebut, misalnya
status pasien dan catatan lain di Ruang Rekam Medik.
F. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang Masalah, tujuan
Masalah, tujuan penulisan, tujuan umum, tujuan khusus,
manfaat penulisan, metodologi, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN KASUS
Pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, sedangkan
Konsep Dasar Keperawatan meliputi Pengkajian,
Penatalaksanaan, Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM), Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan,
Implementasi, Evaluasi.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus ini dibahas dari Pengkajian, Klasifikasi
Data, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Rencana
Keperawatan, Catatan Perkembangan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan, membahas tentang kesenjangan antara
teori dan fakta yang didapatkan di dalam studi
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan saran, membahas tentang kesimpulan
dari isi Karya Tulis Ilmiah ini dan saran – saran perbaikan untuk
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Melena adalah pengeluaran feases atau tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian
atas.Warna Hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak
antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan,
sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal. (Padila,2013)
Hematemesis adalah muntah darah atau darah kehitaman (coffe
grounds) menunjukkan perdarahan proksimal dari ligament Treitz, dan
melenaadalah pengeluaran tinja yang berwarna hitam (>100mL darah)
seperti Ter yang mengandung darah dari pencernaan.Warna Hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (NANDA,2015)
Hematemesis (muntah darah) dan Melena (berak darah)
merupakan keadaan yang diakibatkan oleh Perdarahan Saluran Cerna
bagian atas (upper gastrointestinal tract). Kebanyakan kasus Hematemesis
adalah keadaan gawat di Rumah Sakit yang menimbulkan 8% -14%
kematian di Rumah Sakit. Faktor utama yang berperan dalam tingginya
angka kematian adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebagai
keadaan klinis yang gawat dan kesalahan diagnostik dalam menentukan
sumber perdarahan (Khasana,2015)
2. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulaidari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yangberfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi danenergi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuangbagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
dan jalan masuk untuk sistem pencernaan yang berakhir di anus.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari
berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior
yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu
bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian
yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring,
pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut
laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka),
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari
tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL),
dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus keci adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus
terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masukke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah
yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada Manusia Dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan
dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus.Pada sistem pencernaan Manusia ileum memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu.Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda Buang Air Besar. Anus merupakan lubang
diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses Defekasi (Buang
Air Besar) yang merupakan fungsi utama anus.
3. Etiologi
Hematemesis dan Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah
proksimal jejunum danMelenadapat terjadi tersendiri atau bersama-sama
dengan Hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-1001
ml, baru dijumpai keadaan Menela. Banyaknya darah yang keluar selama
Hematemesis Dan Melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan
Melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan
segera di Rumah Sakit. (NANDA,2015)
1. Kelainan di esophagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan Hematemesis dan Melena ada yang
disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak pernah mengeluh
rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung.
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena
dari pada hematemesis. Disarming mengeluh disfagia, badan
mengurus dan anemis, hanya sesekalli penderita muntah darah dan
itu pun tidak massif.
c. Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah
hebat yang pada akhirnya baru timbul perdarahan. Misalnya pada
peminum alcohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan
oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus-
menerus.
d. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih
sering intermitten atau kronis dan biasanya ringan , sehingga lebih
sering lebih sering timbul melena dari pada hematemesis. Tukak
di esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak massif dan timbul setelah
penderita minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung.
Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispesi berupa mual, muntah, nyeri uluh hti
dan sebelum Hematemesis didahului rasa nyeri atau di epigastrium
yang berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak
begitu massif dan Melena lebih dari Hematemesis.
3. Kelainan darah : Polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia,
homofilia, trombositopenia purpura.
4. Patofisiologi
Kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan
vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untk mengalihkan darah
dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan
dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar
(dilatasi) oleh darah disebut varises.Varises dapat pecah, mengakibatkan
perdarahan gastrointestinal massif. Selanjutnya dapat mengakibatkan
kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfsi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan
gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada
seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem
tersebut akan mengalami kegagalan.
Hipertensi portal dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu
perdarahan saluran cerna bagian atas yang ditandai dengan Hematemesis
dan Melena karena varises esofagus pecah dan gastropati hipertensi
portal, asites, gangguan fungsi ginjal, ensefalopati, hipoksemia arteri,
gangguan metabolisme obat, bakteremia, hipersplenisme. Pada pasien
sirosis lanjut, hampir 90% darah portal yang menuju kehati berbalik
menuju kolateral sehingga terjadi pembentukan dan dilatasi progresif dari
varises, akibatnya terjadi penipisan dinding pembuluh lalu berakhir
dengan ruptur dan perdarahan. Tekanan dinding varises merupakan faktor
utama yang menentukan rupturnya varises. Perdarahan varises terjadi
sekitar 25% - 40% pada pasien sirosis dan setiap episode perdarahan
membawa resiko kematian sebesar 25% - 30%. Tingkat kejadian varises
pada penderita sirosis hati terkompensasi sebesar 40%, sedangkan pasien
sirosis dengan asites sebesar 60%. Perdarahan varises seringnya berupa
muntah yang berisi darah (Hematemesis) dan dapat berupa feses yang
bercampur darah hitam seperti kopi (melena). (Purnomo,.Dkk,2011)
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi
berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh
HCL lambung. Pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmn
porfirin. Kadang-kadang pada perdarahan salulan cerna bagian bawah dari
usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang/gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan
bertahan pada salluran cerna skitar 6 – 8 jam untuk merubah warna fess
menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 – 100 cc baru di
jumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48
– 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses
yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersmbunyi terdapat pada feses selama 7 – 10
hari setelah episode perdarahan tunggal
5. Manifestasi Klinik
Gejala terjadi perubahan morfologi dan lebih menggambarkan
baratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala
dan tanda sebagai berikut (NANDA,2015)
a. Gejala-gejala Intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah diare
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah
c. Ascites, hidratonaks dan edemo
d. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan
e. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.
Bila secara klinis di dapati adanya dmam, ikterus, dan asites, dimana
demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam
keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan
koma hepatikum
f. Kelaian pembuluh darah seperti kolateral-kolateral dinding, koput
medusa, wasir dan varises esophagus
g. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme
yaitu:
1) Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axial dan
pubis
2) Ameore, hiperpigmentasi areola mamae
3) Spider nevi dan eritmia
4) Hiperpigmentasih
h. Jari tabuh
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
11)) Hemostasis (waktu perdarahan, pembekuan, protrombin)
22)) Darah perifer : Hemoglobin (Hb),Hematokrit (Ht), Tombosit
33)) Elektrolit : Natrium (Na), Kalium (K), Calcium (Cl)
44)) Fungsi hati
55)) Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum
Glutamic Pyruvate Transaminase (SGPT)
b. Pemeriksaan khusus
1) Endoskopi untuk menetukaan sumber perdarahan
2) Ultrasonografi (USG) apa ada sirosis hati atau hepatoma
3) CT Scan (Computed Tomography Scanner)
7. Penatalaksanaan
Pengobatan pendeita perdarahan saluran cerna bagian atas harus
sendini mungkin dan sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk
mendapatkan pengawasan dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
meliputi : (NANDA, 2015)
a. Tirah baring
b. Diet makanan lunak
c. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht) setiap 6 jam
pemberian transfusi darah
d. Pemberian transfuse darah bila terjdi perdarahan yang luas
e. Infuse cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi
f. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi kesadaran penderita dan bila
perlu Central Venous Pressure (CVP) monitor
g. Pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) perlu
dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan
h. Transfuse darah diperlukan untuk menggnti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hemoglobin 50-70% nilai normal
i. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti Vitamin K(filoquinon), 4x0
mg/hari, karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis berguna untuk menanggulangi perdarahan
j. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang
tidak diserap oleh usus, sebagaitindakann strerilisasi usus. Tindakan
ini dikakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi
amoniak oleh nakteri usus, dan ini data menimbulkan ensefalati
hepatik.
8. Komplikasi
a. Syok hipovelemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat
terjadi kerana kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurutnya volume
intravaskuler menyebabkan penurunan volume intravaskuler. Pada
klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih
dari 30% dan berlangsung selama 24 – 28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syok yaitu tidak teratasi dengan
baik.Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok, diobati dengan
menggantikan volume intrvaskuler.
c. Penurunan Kesadaran
Terjadi penrunan transportaassi O2 ke otak, sehingga terjadi
penurunan kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin
di dalam darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati
terganggu dan suatu kelainan dimana fungsi otak mengalami
kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam keadaan
normal dibuang ooleh hati.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Padila (2013) pengkajian pada pasien dengan
Hematemesis dan Melena yaitu :
a. Pengkajian Umum
1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan
2. Eliminasi:
a) BAB : Konstipasi atau diare, adakah Melena (warna darah
hitam, konsistensi pekat)
b) BAK : Warna gelap konsistensi pekat
3. Neurosensori : Adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi,
koma)
4. Respirasi : Sesak, dyspnoe, hypoxia
5. Aktifitas : Lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
b. Pengkajian Khusus
1. Oksigen
a) Jumah serta warna darah Hematemesis
b) Warna kecoklatan : Darah dari lambung kemungkinan
masi tertinggal, potensial aspirasi
c) Posisi tidur klien : Untuk mencegah adanya muntah masu
ke dalam jalan nafas, mencegah renjatan
d) Tanda-tanda renjatan : Sisa terji apabila jumlah darah
>500 cc dan terjadi secara continue
2. Cairan
a) Keseimbangan intake output. Pengkajian ini dilakukan
pada klien hematemesis melena yang disebabkan oleh
pecahnyaa varices esophagus sebagai akibt dari cirrochis
hepatis yang sering mengalam asites dan edema
b) Pemberian cairan infuse yang diberikan pada klien
c) Output urine dan catat jumlahnya per 24 jam
d) Tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun,
mata cekung, jumlah urin yang sedikit. Untuk klien
dengan hematemesis melena sering mengalami gangguan
fusngsi ginjal
3. Nutrisi
a) Kemampuan klien uuntuk beradaptasi dengan diit : 3 hari
cairan selanjutnya makanan lunak
b) Pola makan klien
c) BB sebelum terjadi perdarahan
d) Kebersihan mulut : karena hematemesis dan melena, sisa-
sisa perdarahan
e) Dapat menjadi sumber infeksi yang menimbulkan
ketidaknyamanan
4. Temperatur
Klien dengan hemtemesis melena pada umunya
mengalami kenaikan temperatur sekitar 38-39˚C
5. Eliminasi
Pada klien hematemesis melena pada umumnya
mengalami gangguan eliminasi. Yang perlu dikaji adalah :
a) Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal
terganggu. Urin berkurang dan biasanya dilakukan
perawatan tirah baring
b) Defekasi, perlu dicatat jumlah, warna dan
konsistensinya
6. Perlindungan
Latar belakang sosial ekonomi klien, karena pada
Hematemesis dan Melena perlu dilakukan beberapa tindakan
sebagai penegakan diagnose dan terapi bagi klien
7. Kebutuhan fisik dan psiologis
Perlindungan terhadap bahayanya infeksi.Perlu dikaji.
Kebersihan diri, kebersihan lingkungan klien, kebersihan alat-
alat tenun, mempersiapkan dan melakukan pembilasan
lambung, cara pemasangan dan perawatan pipa lambung, cara
persiapan dan pemberian injeksi Intra Vena (IV) atau Intra
Muskuler (IM)
2. Penyimpangan KdmBerdasarkan Gambaran Patofisiologi
Infeksi hepatitis
viral tipe B/C
Meluasnya jaringan
fibrosis
Distorsi pembuluh-
pembuluh darah hati
Peradangan hati dan
nekrosis sel-sel hati
Sirosis hepatasis
Hb menurun (anemis)
Perdarahan lambung
Sesak
Hipertensi portal
Terbentuknya varises
esotogus, lambung,
pembesaran limfe, dan
asites
Muntah darah dan
berak darah
Mual, muntah dan
nafsu makan
menurun
Ostropsi vena portal
Pembuluh ruptur
Resiko syok
(Hipovolemik)
Kelemahan Umum
Sel hati kolaps
secara ekstensi
Ketidakseimbangan
volume cairan dan
Elektrolit
Ketidakefektifan
pola nafas
Penurunan ekspansi
paru
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi
aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) (2015) Diagnosa yang lazim terjadi pada pasien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena yaitu:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
b. Ketidakseimbangan volume cairan tubuh dan elektrolit berhubungan
dengan Output berlebihan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhdengan
intake yang tidak adekuat
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan pada
lambung
4. Intervensi Keperwatan
a. Ketidakefektifan pola nafa berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pola nafas klien baik ditandai dengan menunjukkan jalan
nafas yang paten, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal
Tabel.2.1
Intervensi dan Rasional Diagnosa I
Intervensi Rasional
11.. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
11.. Agar pasien terhindar rasa
sesak
22.. Bersihkan mulut, hidung, dan
secret trakea
22.. Menghilangkan secret yang
menyumbat jalan nafas
33.. Pertahankan jalan nafas yang
paten
33.. Agar klien dapat bernafas
dengan baik
44.. Pertahankan posisi pasien 44.. Memberikan rasa aman dan
nyaman pada pasien
55.. Monitor TD, Nadi, suhu dan
pernafasan
55.. Untuk mengetahui keadaan
umum klien
b. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
Output berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan penyakit gastrointestinal teratasi yang ditandai dengan
jumlah, warna, konsistensi dan bau fases dalam batas normal, tidak
ada nyeri perut, bising usus normal, intake output seimbang
Tabel.2.2
Intervensi dan Rasional Diagnosa II
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
umum pasien
2. Kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit (membrane
mukosa kering, dan
2. ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dapat membuat
Pasien dehidrasi
sianosis)
3. Monitor status cairan dan
elektrolit
3. Untuk menghindari dehidrasi
yang akan terjadi pada pasien
4. Monitor bising usus 4. Bising usus yang tidak normal
menandakan adanya gangguan
pada saluran pencernaan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nutrisi klien dapat terpenuhi ditandai dengan adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan, tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Tabel 2.3
Intervensi dan Rasional Diagnosa III
Intervensi Rasional
1. Monitor mual dan muntah 1. Untuk mengetahui kadar
nutrisi yang hilang
2. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
2. Memberikan makanan yang
tidak sesuai dengan keadaan
pasien akan memperburuk
kondisi selanjutnya
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
3. Fe atau zat bezi akan
membuat pasien terhindar
dari anemi
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
4. Kebutuhan nutrisi sangat
penting diketahui oleh
pasien dan keluarga agar
kesehatan tetap terjaga
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Protein dan vitamin C
merupakan kandungan
penting dan membantu
dalam proses penyembuhan
6. Kaji adanya alergi makanan 6. Menghindari pemberian
makanan yang tidak dapat
pasien konsumsi karna
alergi
7. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
7. Kemampuan pasien dalam
mendapatkan nutrisi harus
terpenuhi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan klien dapat meningkatkan pergerakan/aktivitas ditandai
dengan mampu melakukan Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL) secara
mandiri, tanda-tanda vital normal, mampu berpindah dengan atau tanpa
alat
Table 2.4
Intervensi dan Rasional Diagnosa IV
Intervensi Rasional
1. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
1. Melakukan aktivitas sedikit
demi sedikit akan membuat
pasien tidak stress karena
hanya terbaring
2. Bantu klien untuk memilihi
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan sosial
2. Aktivitas yang konsisten
adalah awal klien dapat
melakukan aktivitas secara
mandiri
3. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
3. Sumber yang dapat membuat
pasien dapat beraktiftas
seperti mem baca koran dan
berjemur dibawa matahari
pagi
4. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
4. Bantu secara perlahan agar
pasien mulai mengetaui
aktifitas apa yang disukai
saat sakit
5. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan di waktu luang
5. Agar klien mampu
melaksanakan kegiatan
tersebut secara mandiri
6. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
6. Agar klien percaya diri dan
mau melakukan aktivitas
fisik
7. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda
7. Untuk memenuhi kegiatan
rekreasi dirumah sakit
missal. Keliling rumah sakit
8. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam
merencanakan program terapi
8. Untuk mempercepat proses
penyembuhan
e. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan pada lambung
Tujuan :Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan tidak terjadi syok dalam masa perawatan ditandai dengan nadi
dalam batas yang diharapkan, irama jantung dalam batas yang diharapkan,
frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan, irama pernafasan dalam
batas yang diharapka
Tabel 2.5
Intervensi dan Rasional Diagnosa V
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda inadekuat
oksigenasi jaringan
1. Tanda inadekuatnya oksigenasi
jaringan merupakan tanda dari
terjadinya syok pada pasien
2. Monitor suhu, nadi dan
pernafasan
2. Perubahan suhu, nadi dan
pernafasan merupakan
komponen utama diketahunya
syok
3. Monitor tanda dan gejala
asites
3. Tanda dan gejala asites akan
mengakibatkan syok karena
kelebihan cairan
4. Berikan cairan Iv dan atau
oral yang tepat
4. Mencegah terjadinya syok
dalam masa perwatan
5. Implementasi
Implementasi Merupakan Kegiatan Dari Tahap Proses
Keperawatan, Implementasi Mencakup Empat Aspek Yaitu : Observasi,
Tindakan Mandiri, Health Education (HE), Dan kolaborasi, Implementasi
Yang dilaksanakan Sesuai Dengan Intervensi yang telah Di tetapkan dan
Disesuaikan Dengan Situasi Dan Kondisi Klien
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan Langkah terakhir dalam Proses Keperawatan
Yang Mana Meliputi Pencapaian Tujuan Keperawatan :
a. Keseimbangan Cairan dan elektroli
b. Pola nafas efektif
c. Kebutuhan Nutrisi Akan Terpenuhi
d. Klien dapat Beraktifitas Sehari – hari
e. Turgor Kulit Pasien baik
f. Tidak terjadi syok
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpula Data
1. Biodata
a) Nama : Ny “N”
b) Usia/tanggal lahir : 67 tahun/17 Juli 1947
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Agama : Islam
e) Suku/bangsa : Makassar/Indonesia
f) Status pernikahan : Sudah Menikah
g) Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
h) No.RM : 239120
i) Tanggal masuk : 07 Juni 2016
j) Tanggal pengkajian : 09 Juni 2016
2. Penanggung jawab
1) Nama : Ny “I”
2) Umur : 32 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Pekerjaan : PNS
5) Hubungan dengan klien : Anak Kandung
3. Keluhan Utama
Keluhan Utama : Lemas
4. Riwayat keluhan utama
a. Faktor pencetus : Akibat kurangnya nafsu makan
b. Lamanya keluhan : Dialami sejak beberapa hari yang lalu
c. Timbulnya keluhan : Disaat klien ingin melakukan aktivitas
d. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Beristirahat
e. Diagnosa medis : Hematemesis dan Melena
55.. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien Masuk Rumah Sakit tanggal 07-06-2016 dengan
Muntah dan Buang air besar bercampur darah dan cair
b. Riwayat Kesehatan lalu
Kllien mengatakan bahwa dirinya sering masuk rumah
sakit dengan penyakit yang sama dan tahun lalu klien sempat
dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji selama ±7hari pada tahun
2015 dengan penyakit Gasteritis
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram 3 generasi)
Keterangan :
: Laki-laki : Garis Pernikahan
: Perempuan : Garis Keturunan
: Sudah Meninggal : Garis Seruma
: Klien
: Umur Tidak diketahui
GI : Orang tua pasien telah meninggal karena faktor usia
GII : Pasien merupakan anak ke 6 dari 9 bersaudara
GIII : Klien mempunyai 7 orang anak
? ? ?
67
? ?
32 ? ? ? ? ?
? ?
G.I
G.II
G.III
G.IV
G IV : Klien memiliki 6 orang anak
66.. Riwayat sikososial
1) Pola konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bahwa apa yang dialaminya
adalah cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Ideal diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan
pulang berkumpul dengan keluarganya dirumah
c. Identitas diri
Klien merupakan anak ke 6 dari 9 bersaudara
d. Hargi diri
Keluarga klien mengatakan bahwa dia sedih dengan
keadaan ibunya namun klien tetap berusaha tabah dan sabar
dalam menghadapinya.
2) Pola koognitif
Klien sudah paham tentang penyakitnya
3) Pola koping
Keluarga klien berharap Orang Tuanya cepat sembuh
dan beraktivitas
4) Pola interaksi
Klien berintraksi dengn baik pada Keluarga dan Perawat
77.. Riwayat spiritual
1) Kedaan klien beribadah : Klien mengatakan tidak melaksanakan
sholat 5 waktu selama dirinya sakit
2) Dukungan keluarga: Kelurga selalu mendukung klien agar cepat
sembuh
3) Ritual yang biasa : Klien berdzikir setiap hari
88.. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum klien
(1) Kesadaran : Kesadaran Penuh (Composmetis)
Glasgow Coma Scale (GCS) : 15 : Eye : 4 Motorik : 5
Verbal :6
(2) Keadaan umum : Lemas
(3) Penampilan sesuai dengan usia
(4) BB : 60kg
2. Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
(2) Nadi : 80 x/menit
(3) Suhu : 36,5˚C
(4) Pernafasan : 20x/menit
3. Sistem Pernafasan
(1) Hidung : Hidung Nampak simetris, pernafasan cupping
hidung, tidak ada secret, polip dan epistaksis
(2) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
(3) Dada : Bentuk dada simetris tidak ada retraksi pda
gerakan dada dan tidak terdapat otot bantu pernafasan
4. Sistem Kardiiovakuler
1) Conjungtiva klien nampak anemis
2) Arteri karotis terabah lemah
3) Tidak terdapat peningkatan vena jugularis
5. Sistem Pencernaan
1) Sklera tidak ikterus
2) Bibir klien tampak pucat dan kering
3) Tidak terdapat adanya stomatitis
4) Gaster kembung
5) Klien buang air besar 2x dengan konsistensi cair bercampur
darah warna Hitam
6) Anus tidak lecet dan tidak terdapat hamoroid
6. Sistem Indra
1) Mata
Alis simetris kiri dan kanan, bulu mata dan alis tumbuh
dengan baik dan tidak mudah tercabut, mampu membuka
mata secara spontan, konjungtiva anemis.
2) Hidung
Fungsi penciuman klien baik dapat membedakan bau-
bauan, klien tidak mimisan, tidak ada nyeri tekan dan tidak
terdapat adanya secret.
3) Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya serumen,
tidak ada peradangan dan pendengaran kurang baik
7. Sistem Saraf
a) Orientasi waktu dan tempat baik, kesadaran
composmentis,GCS 15 E:4 M:5 V:6, klien dapat berbicara
dengan jelas
b) Fungsi cranial
NERVUS I Olfaktorius (Hidung) : klien mampu
membedakan bau
NERVUS II Optikus (Mata) : kllien tidak mampu melihat
benda yang jauh
NERVUS III, IV, VI Okulomotorius (otot-otot mata) :
klien mampu menggerakkan bola mata ke
kiri dan ke kanan
NERVUS V Trigeminus : klien peka terhadap rangsangan
sentuhan pada wajah
NERVUS VII Fasialis : klien mampu menggerakkan otot-
otot wajah
NERVUS VIII Auditorius : pendengaran klien baik
NERVUS IX Glassofaringeus : klien dapat membedakan
semua rasa
NERVUS X Vagus : klien mampu menelan dengan baik
NERVUS XI Aksesorius : klien dapat menggerakkan kedua
bahunya
NERVUS XII Hipoglosus : klien dapat menggerakkan
lidah kesegala arah
c) Fungsi motorik
Kaki klien tidak mampu menahan tahanan
d) Fungsi sensorik
Klien dapat membedakan suhu disekitarnya, suhu
badan 36,5˚C
e) Fungsi cerebellum
Koordinasi klien kurang baik, klien tidak mampu
berjalan.
8. Sistem Muskuloskeletal
a) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, tidak ada peradangan,
tidak teraba adanya nyeri tekan, tidak dapat digerakkan
kesegala arah
b) Vertebra
Tidak dilakukan
c) Lutut
Tidak dilakukan
d) Kaki
Terdapat adanya kelemahan pada otot
9. Sistem Integuman
a) Rambut
Rambut berwarna hitam bercampur uban, tidak
mudah dicabut, keadaan rambut Tampak kurang bersih.
b) Kulit
Warna kulit sawo matang
c) Kuku
Kuku berwarna putih dan kurng bersih
10. Sistem Endokrin
Tidak pembesaran kelenjar thyroid, klien sering berkemih,
tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut.
11. Sistem Perkemihan
Tidak adanya riwayat kencing batu, tidak ada riwayat
penyakit hubungan seksual.
12. Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan
13. Sistem Immun
Klien tidak memiliki alergi dan penyakit yang
berhubungan dengan perubahan cuaca, bulu binatang, obat atau
makanan
99.. Aktivitas Sehari-hari
Table 3.1 aktivitas sehari-hari
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Selama sakit
1.
Nutrisi
a. Selera makan
b. Menu makanan
c. Frekuensi
d. Makanan yang
disukai
e. Pembatasan
pola makan
f. Cara makan
g. Alat makan
Baik
Nasi, ayam,lauk
4x sehari
Nasi campur
Tidak ada
Sendiri
Sendok
kurang
bubur, nasi
3x sehari
Telur, tempe
Tidak ada
Disuap
Sendok
2.
Cairan
a. Jenis minuman
b. Frekuensi
c. Kebutuhan
cairan
Air putih, teh
6-7 gelas/hari
2000 cc
Air putih
< 4 gelas/hari
2000 cc
3.
Eliminasi
a. BAB
1. Warna
2. Bau
3. Frekuensi
4. Konsistensi
b. BAK
1. Warna
2. Bau
Coklat
Khas
3x sehari
Padat
Kuning
Amoniak
Coklat kehitaman
Khas
2x sehari
cair
Kuning
Amoniak
3-4 kali/hari
3. Frekuensi
4. Jumlah
4-5 kali sehari
+1500 cc
Popok
4. Istirahat /tidur
a. Tidur siang
b. Tidur malam
14:00-16:30
20:00-05:00
14:00-15:00
20:00-05:00
5.
Personal hygiene
a. Mandi
b. Cuci rambut
c. Gunting kuku
d. Sikat gigi
2x sehari
2x seminggu
1x seminggu
3x sehari
Waslap
Tidak ada
Tidak ada
tidak pernah
6.
Aktifitas /
Mobilisasi
Tidak Pernah
Klien Hanya bisa
berbaring lemah
ditempat tidur
7.
Olahraga
a. Program
olahraga
b. Berapa lama
Jalan pagi
2x seminggu
Tidak dilakukan
berhubung
kondisi klien
yang tidak
memungkinkan
8.
Rekreasi
a. Jenis rekreasi
b. Berapa lama
Tidak ada
Tidak Berjalan
Tidak dilakukan
berhubung
kondisi klien
yang tidak
memungkinkan
1100.. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.2 pemeriksaan laboratorium
No Jenis
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
a. Glukosa random 105 100-140mg/dl
b. Ureum 79 10-50 mg/dl
c. Kreatinin
2,3
L.0,6-2,0mg/dl
P.0,5-1,2mg/dl
d. Albumin 3,8-4,0 gr%
e. HBsAg
(Hepatitis B
surface antigen)
Negatif Negatif
f. *Bilirubin Total 0,74 Up to 1,0mg/dl
g. *Bilirubin Direk 0,51 Up to 0,25mg/dl
h. *SGOT 37˚C
(Serum Glutamic
Oxaloacetic
Transaminase)
36 L.37/P.31 µ/L
i. * SGPT 37˚C
(Serum Glutamic
Pyruvate
Transaminase)
29 L.42/P.32 µ/L
j. Urine Acid L.3,4-7,0 mg/dl
P.2,4-6,0 mg/dl
2) Pemeriksaan Haemoglobi
Hb : 12,6 µ/L Nilai Normal 12,0-18,0 µ/L
3) Terapi
a) Terapi intravena (injeksi)
(1) Santages 100 mg /8 jam/iv
(2) Ondansetron 1amp /8 jam/iv
(3) Injeksi As.Transamat 1 amp /8 jam
b) Terapi Oral
(1) Magtrol syr 3x1 cth
(2) Ulsafat syr 3x1 cth
2. Klasifikasi Data
Tabel 3.3 Klasifikasi data
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan mual
dan muntah
2. Klien mengatakan nafsu
makan kurang
3. Klien mengatakan perlu
bantuan untuk bergerak
4. Klien mengatakan
BABnya encer dan
bercampur darah
5. Klien mengatakan malas
minum
1. Klien tampak lemas
2. Porsi makan Nampak
tidak di habiskan
3. Klien tampak di bantu
saat akan melakukan
Aktivitas
4. Turgos kulit tidak
elastic/jelek
5. Mata cekung
6. Mukosa bibi pucat dan
kering
3. Analisa Data
Tabel 3.4 analisa data
No Data Etiologi Problem
1. Ds :
1. Klien
mengatakan
BABnya
encer dan
bercampur
darah
2. Klien
mengatakan
malas
minum
Do :
1. Klien
Nampak
lemas
2. Turgos kulit
tidak elastis
3. Mata cekung
4. Mukosa bibi
pucat dan
kering
Infeksi hepatitis
viral tipe B/C
Peradangan hati
dan nekrosis sel-sel
hati
Meluasnya jaringan
fibrosis
Hipertensi portal
Terbentuknya
varises esotogus,
lambung,
pembesaran limfe,
dan asites
Pembuluh ruptur
Perdarahan
lambung
Muntah darah dan
berak darah
Ketidakseimbang
an volume cairan
Ketidakseimb
angan volume
cairan dan
elektrolit
dan elektrolit
2.
Ds :
1. Klien
mengatakan
mual dan
muntah
2. Klien
mengatakan
nafsu makan
kurang
Do :
1. Klien
Nampak
lemas
2. Porsi makan
Nampak
tidak di
habiskan
Infeksi hepatitis
viral tipe B/C
Peradangan hati
dan nekrosis sel-sel
hati
Meluasnya jaringan
fibrosis
Hipertensi portal
Terbentuknya
varises esotogus,
lambung,
pembesaran limfe,
dan asites
Pembuluh ruptur
Perdarahan
lambung
Muntah darah dan
berak darah
Mual, muntah dan
nafsu makan
Ketidakseimbang
Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
3. Ds :
1. Klien
mengatakan
perlu
bantuan
untuk
bergerak
Do :
1. Klien
tampak
lemas
2. Klien
Nampak di
bantu saat
akan
melakukan
aktivitas
Infeksi hepatitis
viral tipe B/C
Peradangan hati
dan nekrosis sel-sel
hati
Meluasnya jaringan
fibrosis
Hipertensi portal
Terbentuknya
varises esotogus,
lambung,
pembesaran limfe,
dan asites
Pembuluh ruptur
Perdarahan
lambung
Muntah darah dan
berak darah
Mual, muntah dan
nafsu makan
Intoleransi
aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
Output berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan intake dan output yang tidak adekuat
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Kelemahan Umum
Intoleransi
aktivitas
4. RencanaTindakanKeperawatan
Tabel 3.5 RencanaTindakanKeperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakseibangan
volume cairan dan
elektrolit berhubungan
dengan penyakit
gastrointestinal
Ds :
1. Klien mengatakan
fesesnya encer dan
bercampur darah
2. Klien mengatakan
malas minum
Do :
1. Klien Nampak
lemas
2. Turgo kulit tidak
elastis/jelek
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan penyakit
gastrointestinal teratasi
yang ditandai dengan
jumlah, warna,
konsistensi dan bau
fases dalam batas
normal, tidak ada nyeri
perut, bising usus
normal, intake output
seimbang.
1. Monitor tanda-
tanda vital
2. Kaji tanda-tanda
gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
(membrane
mukosa kering,
dan sianosis)
3. Monitor status
cairan dan
elektrolit
1. Untuk mengetahui
keadaan umum
pasien
2. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
dapat membuat
pasien dehidrasi
3. Untuk menghindari
dehidrasi yang akan
terjadi pada pasien
3. Mata cekung
4. Mukosa bibir
pucatdan kering
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat
Ds :
3. Klie nmengatakan
mual dan muntah
4. Klien mengatakan
nafsu makan kurang
Do :
3. Klien Nampak
lemas
4. Porsi makan
Nampak tidak di
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan nutrisi klien
dapat terpenuhi ditandai
dengan adanya
peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan, berat badan
ideal sesuai dengan
tinggi badan, tidak ada
tanda-tanda malnutrisi,
menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan, tidak terjadi
1. Monitor mual dan
muntah
2. Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
3. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
1. Untuk mengetahui
kadar nutrisi yang
hilang
2. Memberikan
makanan yang tidak
sesuai dengan
keadaan pasien akan
memperburuk
kondisi selanjutnya
3. Fe atau zat bezi akan
membuat pasien
terhindar dari anemi
habiskan penurunan berat badan
yang berarti
4. Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
4. Kebutuhan nutrisi
sangat penting
diketahui oleh pasien
dan keluarga agar
kesehatan tetap
terjaga
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan umum
Ds :
1. Klien mengatakan
perlu bantuan
untuk bergerak
Do :
1. Klien tampak
lemas
2. Klien tampak di
bantu saat akan
melakukan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan klien dapat
meningkatkan
pergerakan/aktivitas
ditandai dengan mampu
melakukan aktivitas
sehari-hari (ADL)
secara mandiri, tanda-
tanda vital normal,
mampu berpindah
dengan atau tanpa alat
1. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
2. Bantu klien untuk
memilihi
aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan
sosial
1. Melakukan aktivitas
sedikit demi sedikit
akan membuat pasien
tidak stress karena
hanya terbaring
2. Aktivitas yang
konsisten adalah
awal klien dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri
aktivitas 3. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
4. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
3. Sumber yang dapat
membuat pasien
dapat beraktiftas
seperti membaca
Koran dan berjemur
dibawah matahari
pagi
4. Bantu secara
perlahan agar pasien
mulai mengetahui
aktifitas apa yang
disukai saat sakit
6. Catatan Tindakan Keperawatan
Tabel 3.6 Catatan Tindakan Keperawatan
Hari/Tanggal No
Dx Jam Implementasi/Hasil
Kamis, 09 Juni
2016
I 09.00
09.05
09.10
1. Memonitor tanda-tanda vital
Hasil : TD : 110/60, N :
70x/menit,
S: 36,5˚C, P : 20x/menit
2. Mengkaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit (membrane mukosa
kering, dan sianosis)
Hasil : mukosa bibir klien pucat
dan turgor kulit tidak elastic
3. Memonitor status cairan dan
elektrolit
Hasil : klien diberikan cairan
Ringer Laktat/Iv 28 tetes/jam
II 09.15
09.20
1. Memonitor mual dan muntah
Hasil: klien masih mual dan
muntah
2. Memberikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Hasil : klien diberikan makanan
09.25
09.30
yang telah dikonsultasikan
dengan ahli gizi
3. Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Hasil : klien mengkonsumsi
sayuran yang diberika oleh ahli
gizi
4. Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Hasil : klien dan keluarga
menyimak
III 09.45
09.50
09.55
1. Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Hasil : klien belum mampu
melakukan aktivitas selain baring
ditempat tidur
2. Membantu klien untuk memilihi
aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social
Hasil : klien belum mampu
memilih aktivitas yang akan
dilakukan
3. Membantu untuk
10.00
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Hasil : klien belum mampu
mengidentifikasi sumber yang
diperlukan
4. Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
Hasil : klien belum merespon
dengan baik
Jumat, 10 Juni
2016
I 09.00
09.05
09.10
1. Memonitor tanda-tanda vital
Hasil : TD : 110/60, N :
70x/menit,
S: 36,5˚C, P : 20x/menit
2. Mengkaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit (membrane mukosa
kering, dan sianosis)
Hasil : mukosa bibir klien pucat
dan turgor kulit tidak elastic
3. Memonitor status cairan dan
elektrolit
Hasil : klien diberikan cairan
Ringer Laktat/Iv 28 tetes/jam
II 09.15
09.20
09.25
09.30
1. Memonitor mual dan muntah
Hasil: klien masih mual dan
muntah
2. Memberikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Hasil : klien diberikan makanan
yang telah dikonsultasikan
dengan ahli gizi
3. Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Hasil : klien mengkonsumsi
sayuran yang diberika oleh ahli
gizi
4. Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Hasil : klien dan keluarga
menyimak
III 09.35
1. Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Hasil : klien belum mampu
09.40
09.45
09.50
melakukan aktivitas selain baring
ditempat tidur
2. Membantu klien untuk memilihi
aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social
Hasil : klien belum mampu
memilih aktivitas yang akan
dilakukan
3. Membantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Hasil : klien belum mampu
mengidentifikasi sumber yang
diperlukan
4. Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
Hasil : klien belum merespon
dengan baik
Sabtu, 11 Juni I 09.00 1. Memonitor tanda-tanda vital
2016
09.05
09.10
Hasil : TD : 120/80, N :
70x/menit,
S: 36,5˚C, P : 20x/menit
2. Mengkaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit (membrane mukosa
kering, dan sianosis)
Hasil : mukosa bibir klien lembab
dan turgor kulit baik/65lastic
3. Memonitor status cairan dan
elektrolit
Hasil : klien Tampak infuse
sudah terlepas
II 09.15
09.20
09.25
1. Memonitor mual dan muntah
Hasil: klien mengatasan sudah
tidak mual dan muntah
2. Memberikan makanan yang
terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Hasil : klien diberikan makanan
yang telah dikonsultasikan
dengan ahli gizi
3. Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Hasil : klien mengkonsumsi
09.30
sayuran yang diberika oleh ahli
gizi
4. Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Hasil : klien dan keluarga paham
III 09.35
09.40
09.45
1. Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Hasil : klien mampu melakukan
aktivitas selain baring ditempat
tidur
2. Membantu klien untuk memilihi
aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social
Hasil : klien mampu memilih
aktivitas yang akan dilakukan
3. Membantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
Hasil : klien mampu
mengidentifikasi sumber yang
diperlukan
09.55
4. Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
Hasil : klien merespon dengan
baik
5. Catatan Perkembangan
Tabel 3.7 catatan perkembangan
Hari/Tanggal No
Dx Jam Evaluasi/SOAP
Kamis, 09 Juni
2016
I 10.00 S : Klienmengatakan feses
bercampurdarah berwarna
kehitaman
O: Klientampaklemas
A : Masalahbelumteratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2 dan 3
1. Monitor Ttv
2. Kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
3. Monitor status cairan dan
elektrolit
II 10.05 S : Klien mengatakan nafsu makan
kurang
O : Porsi makan tidak di habiskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3 dan 4
1. Monitor mual dan muntah
2. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
III 10.10 S : Klien mengatakan lemas
O : Klien Nampak di bantu saat
ingin melakukan aktifitas
A: Masalahbelumteratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3 dan 4
1. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
2. Bantu klien untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan sosial
3. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
4. Bantu
untukmengidentifikasiaktivit
as yang disukai
Jumat, 10 Juni
2016
I 10.10 S : Klienmengatakan feses
bercampurdarah berwarna
kehitaman
O: Klientampaklemas
A : Masalahbelumteratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2 dan 3
1. Monitor Ttv
2. Kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
3. Monitor status cairan dan
elektrolit
II 10.15 S : Klien mengatakan nafsu makan
kurang
O : Porsi makan tidak di habiskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3 dan 4
1. Monitor mual dan muntah
2. Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
III 10.20 S : Klien mengatakan lemas
O: Klien Nampak di bantu saat ingin
melakukan aktifitas
A: Masalahbelumteratasi
P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3 dan 4
1. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
2. Bantu klien untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan sosial
3. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
4. Bantu
untukmengidentifikasiaktivit
as yang disukai
Sabtu, 11 Juni
2016
I 10.00 S : Klien mengatakan sudah tidak
ada darah bercampur fesesnya
O : Klien tampak tidak lemas
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
II 10.05 S : Klien mengatakan nafsu
makannya mulai meningkat
O : Klien tampak menghabiskan
porsi makannya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
III 10.10 S : Klien mengatakan sudah tidak
lemas
O : Klien tampak melakukan
aktivitas secara mandiri
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab Ini akan dibahas laporan studi Kasus yang akan di uraikan sesuai
dengan tahap dalam proses Keperawatan, serta membahas masalah Kesenjangan
antara Teori dan kenyataan Kasus yang diperoleh selama melakukan Proses
Keperawatan pada Klien Ny. N Dengan Gangguan Sistem Pencernaan :
Hematemesis dan Melena di Ruang Garuda Perawatan Interna Kamar 03 Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar Tanggal 09 – 11 Juni 2016.
Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan telah di terapkan Proses
Keperawatan Sesuai Teori yang ada. Dimana proses Keperawatan yang mempunyai 4
Tahap yaitu : Pengkajian, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi. Untuk memudahkan
memahami Kesenjangan tersebut, maka penulis akan membahasnya sebagai berikut :
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang dilakukan oleh penulis adalah Pengumpulan Data, Klasifikasi Data, dan
Analisa Data. Menurut Padila (2013) bahwa pengkajian umum pada klien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Hematemesis dan Melena yaitu anorexia, mual,
muntah, penurunan berat badan, konstipasi atau diare, adakah melena (warna
darah hitam, konsistensi pekat), adanya penurunan kesadaran (bingung,
halusinasi, koma), Lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot.
Sedangkan keluhan yang ditemukan pada praktek adalah Klien
mengatakan mual dan muntah, Klien mengatakan nafsu makan kurang, Klien
mengatakan perlu bantuan untuk bergerak, Klien mengatakan fesesnya encer dan
bercampur darah, Klien mengatakan malas minum, Klien tampak lemas, Porsi
makan tampak tidak di habiskan, Klien tampak di bantu saat akan melakukan
aktivitas, Turgos kulit tidak elastic/jelek, Mata cekung, Mukosa bibi pucat dan
kering.
Dengan demikian terdapat kesenjangan antara konsep teori dan praktek
yaitu :
1. Data yang tidak ditemukan dalam praktek tetapi terdapat dalam konsep
teori :
a. Adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma), Data ini
ditemukan karena klien mengalami salah satu tanda dari penurunan
kesadaran yaitu bingung dan halusinasi sehingga ditemukannya
adanya penurunan kesadaran.
b. Adanya konstipasi. Data ini ditemukan karena kurangnya pemenuhan
serat yang dapat menyebabkan pasien konstipasi
c. Adanya penurunan berat badan. Data ini ditemukan karena pasien
yang mengalami penurunan nafsu makan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.
2. Data yang ditemukan dalam praktek tetapi tidak ditemukan dalam konsep
teori yaitu :
a. Feses klien encer. Penulis menilai data ini ditemukan karena terjadinya
proses inflamasi dan perlukaan pada saluran cerna klien sehingga
menimbulkan feses encer
b. Klien mual dan muntah. Penulis menilai data ini ditemukan karena
klien mengalami perlukaan pada lambung sehingga asam lambung
meningkat dan menimbulkan mual dan muntah
c. Klien perlu bantuan saat ingin bergerak. Penulis menilai data ini
ditemukan karena klien mengalami penurunan tonus otot (kelemahan
pergerakan otot) akibat kelemahan.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam konsep teori, terdapat 5 diagnosa yang lazim ditemukan pada
pasien Hematemesis dan Melena (NANDA, 2015). Diagnosa tersebut terdiri
dari 4 Diagnosa Keperawatan Aktual, 1 Diagnosa Keperawatan Risiko.
Penetapan Diagnosa Keperawatan dalam konsep teori juga berdasarkan
gambaran Patofisiologi hingga timbulnya Masalah Keperawatan yang
merupakan hasil analisa dari beberapa literatur yang menjadi referensi utama
Penulis.
Adapun Diagnosa Keperawatan yang ditetapkan dalam konsep teori
antara lain : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, Ketidakseimbangan volume
cairan dan elektrolit berhubungan dengan Output berlebihan, Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum, Resiko syok (hipovolemik)
berhubungan dengan perdarahan pada lambung.
Sedangkan dari hasil Analisa Data, Diagnosa Keperawatan yang
didapatkan pada Ny. N adalah : Ketidakseimbangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan Output berlebihan, Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum.
1. Dengan demikian terdapat kesenjangan dalam praktek tetapi terdapat
dalam konsep teori adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Penulis menilai diagnosa ini muncul karena terdapat tanda-tanda
ketidakefektifan pola nafas misalnya seperti sesak dan adanya otot
bantu pernafasan.
b. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
Output berlebihan. Penulis menlia diagnosa ini muncul karena adanya
pengeluaran feses berlebihan dan dengan konsistensi cair.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Penulis menilai diagnosa ini muncul
karena klien tampak tidak menghabiskan porsi makannya.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum. Penulis
menilai diagnosa ini muncul karena klien tampak dibantu saat ingin
melakukan aktivitas dank lien tampak lemah.
e. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan pada
lambung. Penulis menilai diagnosa ini muncul karena adanya
perdarahan yang terjadi.
2. Diagnosa yang ditemukan dalam Teori tetapi tidak ditemukan dalam
praktek adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru. Penulis menilai diagnosa ini muncul karena terdapat tanda-tanda
ketidakefektifan pola nafas misalnya seperti sesak dan adanya otot
bantu pernafasan.
b. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan pada
lambung. Penulis menilai diagnosa ini muncul karena adanya
perdarahan yang terjadi.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan, penulis membuat suatu Rencana
Keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada klien Ny.
N yaitu :
1. Sedangkan Intervensi yang terdapat dalam praktek tetapi tidak ada dalam
teori yaitu :
a. Ketidakseimbangan volume cairan tubuh dan elektrolit
berhubungan dengan Output berlebihan. Intervensi yang ditetapkan
antara lain : Monitor tanda-tanda vital, Kaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (membrane mukosa kering, dan
sianosis), Monitor status cairan dan elektrolit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Intervensi yang
ditetapkan antara lain : Monitor mual dan muntah, Berikan
makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi),
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum.
Intervensi yang ditetapkan antara lain : Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, Bantu klien
untuk memilihi aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan social, Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan, Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Dalam tahap Perencanaan, Rencana Keperawatan yang ditetapkan oleh
penulis pada dasarnya berpedoman pada Rencana Intervensi yang telah baku
yang terdapat dalam konsep teori. Namun terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek pada Rencana Keperawatan mengenai Diagnosa Keperawatan
yang terdapat dalam praktek namun tidak terdapat dalam teori sehingga
Intervensi yang dilakukan disesuaikan dengan Diagnosa yang terdapat dalam
pasien.
Walaupun dalam konsep teori telah dicantumkan berbagai Rencana
Intervensi, namun dalam penetapan Rencana Intervensi oleh penulis harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang mendukung maupun faktor yang
menghambat. Adapun faktor pendukung diantaranya kelengkapan alat
pemeriksaan fisik yang disiapakn oleh penulis ke lahan praktek, klien
kooperatif adanya dukungan dari keluarga klien dan perawat-perawat ruangan,
sedangkan faktor penghambat di antaranya kurangnya waktu dalam
berinteraksi dengan pasien.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan Rencana Intervensi yang telah
diterapkan agar kebutuhan klien Ny. N terpenuhi secara optimal.
1. Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
Output yang berlebihan. Rencana Intervensi yang di Implementasikan
pada hari pertama antara lain, Memonitor tanda-tanda vital, Mengkaji
tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (membrane
mukosa kering, dan sianosis), Memonitor status cairan dan elektrolit.
Rencana Intervensi yang di Implementasikan pada hari kedua antara lain,
Memonitor tanda-tanda vital, Mengkaji tanda-tanda gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (membrane mukosa kering, dan
sianosis), Memonitor status cairan dan elektrolit. Rencana Intervensi yang
di Implementasikan pada hari ketiga antara lain, Memonitor tanda-tanda
vital, Mengkaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(membrane mukosa kering, dan sianosis), Memonitor status cairan dan
elektrolit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Rencana Intervensi yang di
Implementasikan pada hari Pertama : Memonitor mual dan muntah,
Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi), Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, Memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi. Rencana Intervensi yang di
Implementasikan pada hari Kedua : Memonitor mual dan muntah,
Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi), Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, Memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi. Rencana Intervensi yang di
Implementasikan pada hari Ketiga : Memonitor mual dan muntah,
Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi), Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, Memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum Rencana
Intervensi yang di Implementasikan pada hari Pertama: Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, Membantu klien untuk
memilihi aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social, Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan, Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang disukai. Rencana Intervensi yang di
Implementasikan pada hari Kedua : Membantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan, Membantu klien untuk memilihi
aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan
social, Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan, Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang disukai. Rencana Intervensi yang di
Implementasikan pada hari Ketiga : Membantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan, Membantu klien untuk memilihi
aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan
social, Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan, Membantu untuk
mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses Keperawatan. Evaluasi
bertujuan untuk menilai keberhasilan tujuan Intervensi. Dari hasil Evaluasi
terdapat tiga Diagnosa Keperawatan yang teratasi yaitu : Ketidakseimbangan
volume cairan dan elektrolit sudah teratasi karena klien mengatakan buang air
besar normal dan konsistensi padat, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sudah teratasi karena klien tampak menghabiskan porsi
makannya dan klien mengatakan nafsu makan meningkat, Intoleransi aktivitas
sudah teratasi karena klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pengkajian Hematemesis dan Melena ada perbedaan antara teori dan
kenyataan yang ada di praktek. Hal ini data yang terdapat dalam teori tidak
ditemukan dalam kasus demikian pula sebaliknya.
Terdapat 5 diagnosa yang ada di teori namun tidak ditemukan di praktek
yaitu Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, ketidakseimbangan volume cairan berhubungan
dengan Output berlebihan, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
umum, Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan pada
lambung. Hal ini terjadi di karenakan dilihat dari tingkat keparahan penyakit
yang diderita klien dan setiap individu berbeda satu sama lain dalam merespon
suatu penyakit sehingga diagnosa yang didapatkan dalam teori tidak semuanya
bisa diangkat dalam kasus yang di kaji, tentunya dengan melihat kenyataan yang
ada di lapangan.
Dalam tahap perencanaan. Rencana Keperawatan yang ditetapkan oleh
penulis, pada dasarnya berpedoman pada Rencana Intervensi yang telah baku.
Penulis tidak menetapkan Rencana Intervensi yang baru yang tidak terdapat
dalam Konsep Teori Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan :
Hematemesis dan Melena. Faktor pendukung dalam menetapkan Intervensi
diantarannya lengkapnya alat-alat pemeriksaan fisik yang disiapkan oleh Penulis
ke lahan praktek, Klien Kooperatif, adanya dukungan dari keluarga klien dan
perawat-perawat ruangan sedangkan factor penghambat diantaranya waktu yang
tidak mencukupi, dimana pasien lemah dan tidak bias melakukan aktifitas seperti
biasanya dimana pasien diperlukan untuk melakukan aktifitas seperti miring
kanan dan miring kiri agar tidak terjadi kekakuan pada otot dan tidak terdapat
luka baru seperti dekubitus.
Implementasi Keperawatan berdasarkan Rencana Intervensi yang telah
ditetapkan. Adapun factor penghambat dalam Implementasi adalah waktu yang
tidak mencukupi dimana Pasien Lemah dan tidak bias melakukan Aktifitas
seperti biasanya dimana Pasien diperlukan untuk melakukan aktifitas seperti
miring kanan dan miring kiri agar tidak terjadi kekakuan pada otot dan tidak
terjadi terdapatnya luka baru seperti dekubitus. Faktor pendukung antara lain,
klien kooperatif, kerjasama Keluarga Klien dan dukungan Perawat/Pembimbing
dalam melakukan Implementasi Setelah dilakukan Evaluasi Keperawatan
diidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dengan kasus pada klien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Hematemesis danMelena
B. Saran – Saran
1. Institusi Pendidikan
Agar memberikan bekal Pengetahuan yang Optimal kepada
Mahasiswa selama mengikuti Kuliah dan diberikan pengawasan yang cukup
saat Menimbah Pengalaman Di Rumah Sakit serta Bimbingan yang Adekuat
sehingga benar-benar menjadi Perawat yang Professional di Bidang
Keperawatan.
2. RumahSakit/Staff
Agar Dalam Penerapan Asuhan Keperawatan sebaiknya menerapkan
Teori yang telah dipelajari dengan menyesuaikan kondisi Klien pada saat itu.
3. Keluarga / Masyarakat
Agar tetap melanjutkan upaya-upaya Kesehatan yang telah diketahui
dan disarankan Demi peningkatan Derajat Kesehatan.
4. Pembaca / Masyarakat
Diharapkan kepada Pembaca dapat mengetahui dan menambah
wawasan tentang apa yang dimaksud dengan Gangguan system Pencernaan:
Hematemesis dan Melena.
5. Perawaat
Diharapkan bagi para perawat mampu memberikan Asuhan
Keperawatan pada pasien sesuai dengan keadaanya pada saat itu.
6. Penulis
Agar dapat meningkatkan Pengetahuannya, baik melalui Pendidikan
Formal maupun Informal tentang Perawatan Klien dengan masalah :
Hematemesis dan Melena
DAFTAR PUSTAKA
Almi, 2013. Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif Dengan Riwayat
Penggunaan Obat Nsaid Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia, Lampung,
Laporan Penelitian, (online) http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2015/12/75-140-1-PB.pdf, Diakses 10 Juli 2016
Anonim,2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58973/4/Chapter%20II
.pdf, Diakses 21 Juni 2016
Anonim,2011.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/03/pendarahan_akut_saluran_cerna_bagian_atas.pdf,
Diakses 21 Juni 2016
Anonim, 2014. http://www.pintarbiologi.com/2014/1/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
pencernaan.html, Diakses 21 Juni 2016
Anonim, 2016. http://library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301026/bab2.pdf,
Diakses 21 Juni 2016
Anonim, 2016. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-irmadyahay-
6313-2-babii.pdf, Diakses 21 Juni 2016
Anonim, 2016, http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-570-
BAB_I.pdf, Diakses 25 Juni 2016
Azmi Alfino Fadhil,. Dkk, 2016. Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien
Hematemesis dan atau Melena di RSUP M Djamil Padang Periode
Januari 2010 - Desember 2013, Jurnal Kesehatan Andalas. 2016 (Online)
http://jurnal.fk.unand.ac.id, Diakses 20 Juli 2016
Khasanah Nurul, 2015. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan
Nyaman pada Ny. M, Karya Tulis Ilmiah, (Online)
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/211/1/NURUL%20KHASANAH%20
NIM.%20A01201672.pdf, Diakses 21 Juni 2016
Medical record RS, Bhayangkara Makassar, 2016. Insiden Hematemesis Melena di
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar satu tahun terakhir. Makassar :
Medikal record
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Brdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA, Jogjakarta :
Media Action
Padila, 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, Yogyakarta : Nuha Medika
Purnomo Eka.,Dkk, 2012. Akibat penggunan obat antihipertensi portal terhadap
kejadian Hematemesis-Melena pada pasien dengan Sirosis Hepatis Di
RSUP DR SARDJITO, Yogyakarta, Karya Tulis Imiah, (Online)
http://mf.farmasi.ugm.ac.id/files/872._Eka,_joko_wahyono.pdf, Diakses 21
Juni 2016
Suharni, 2013. Asuhan Keperawatn Nyeri Akut Paada Tn.R Dengan Hematemesis
Melena, Studi Kasus, (Online)
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-suharnip10-
508-1-suharni--8.pdf, Diakses 21 Juni 2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HEMATEMESIS MELENA
OLEH :
NAMA : NINGSIH
NIM : 1307028
TINGKAT : III.A
DEPARTEMEN INTERNA
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPAOUDANG
MAKASSAR
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Penyuluhan tentang Hematemesis Melena
Sub topik : Melena (Berak Darah)
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Juni 2016
Tempat : Rs. Bhayangkara Makassar Ruangan Garuda 03
Sasaran : Pasien Melena
A. Alasan Pemilihan Topik
Berdasarkan hasil pengkajian di lapangan, Pasien Melena belum mendapatkan
Pembelajaran tentang Melena.
B. Tujuan Instruktional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Melena diharapkan Pasien Melena
mampu mengerti, memahami tanda dan gejala melena.
C. Tujuan khusus :
Setelah dilakukan Penyuluhan selama 1x15 menit, diharapkan :
1. Pasien dapat menyebutkan pengertian dari melena dengan baik
2. Pasien dapat mengetahui penyebab dari melena.
3. Pasien dapat mengetahui tanda dan gejala melena.
4. Pasien dapat menyebutkan penanganan/perawatan dari melena.
D. Kegiatan Belajar Mengajar
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien
1 Pembukaan 5menit a. Memberi Salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkandiri
c. Menjelaskan maksud
dan tujuan
d. Menyepakati kontrak
waktu
e. Apresiasi tentang
Melena
b. Mendengarkan
c. Menyepakati
kontrak waktu
d. Menjawab
menyepakati
kontrak waktu
e. Menjawab
dengan benar
2 Penyajian 10
menit
a. Menyampaikan isi
materi
b. Mengevaluasi secara
verbal pada pasien
a. Mendengarkan
secara seksama
b. Menjawab
pertanyaan
dengan benar
3 Penutup 5
menit
a. Menyampaikan hasil
kegiatan
b. Mengakhiri kegiatan
dengan salam
a. Memperhatikan
b. Menjawab salam
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Flip chart
2. Leaflet
G. Setting
: Pasien Melena
: Penyuluh
H. Materi : Terlampir
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktual
a. SAP Sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan
b. Alat dan tempat yang akan digunakan sudah siap
c. Perencanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dan tepat
d. Pendidik dan peserta didik siap
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan bahan digunakan secara rencana
b. Peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah
direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien mampu menyebutkan pengertian dari melena
b. Pasien dapat mengetahui penyebab dari melena
c. Pasien dapat mengetahui tanda dan gejala melena
d. Pasien dapat mampu menyebutkan penanganan / perawatan dari
melena
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
MELENA (Berak Darah)
A. Pengertian
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian
atas. BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya
darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah
bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah berasal dari luka di usus
besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lamanya
hubungan antara darah dengan asam lambung, besar kecilnya perdarahan,
kecepatan perdarahan, lokasi perdarahan dan pergerakan usus.
B. Penyebab
1. Adanya luka atau pendarahan di lambung atau usus
2. Tukak lambung
3. Wasir
4. Disentri
5. Minuman beralkohol
C. Tanda dan Gejala
1. Syok (denyut Jantung, Suhu Tubuh)
2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis)
3. Demam ringan 38-39°C
4. Nyeri di perut
5. Hiperperistaltik
6. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam,
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-
48 jam karena pemecahan proteindarah oleh bakteri usus.
D. Pemeriksaan Diagnosis
1. Laboratorium (pemeriksaan darah)
a. Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Hmt, peningkatan leukosit.
b. Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
2. Radiologi
a. Barrium Foloow through.
b. Barrium enema.
3. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
E. Diagnosa Melena
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita
lemah atau kesadaran menurun maka dapat diambil alloanamnesis. Perlu
ditanyakan riwayat penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati
menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik
dan penyakit darah seperti: leukemia dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus tidak
dijumpai adanya keluhan rasa nyeri atau pedih di daerah epigastrium dan
gejala hematemesis timbul secara mendadak. Dari hasil anamnesis sudah
dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar dengan memakai takara
yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas
yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan
darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera
diketahui keadaan yang lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan
fungsi hati. Disamping itu dicari tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis
hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae,
adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit,
leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera
dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.
F. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak
3. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
4. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi
5. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti
keadaan perdarahan dan pemberian transfusi.
b. Medis
Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10 mg/hari,
karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
berguna untuk menanggulangi perdarahan.
G. Komplikasi
1. Encelofati
2. Asites
3. Sirosis Hepatis