Makalah Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic Pada Ny

62
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU Erfan Syah | Sabtu, 22 Juni 2013 | 1 komentar MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO Disusun oleh : ERANSYAH !"#$###$% NURUL HIDAYAH !"#$###&' SITI SUWARSIH !"#$###%$ PRIMA AGUSTIN W !"#$###(" STIKES ALMA ATA YOGYAKARTA PROGRAM STUDY NERS JURUSAN PENDIDIKAN NERS "#!$ KATA PENGANTAR

Transcript of Makalah Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic Pada Ny

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. H DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU Erfan Syah | Sabtu, 22 Juni 2013 | 1 komentar

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADANY. H DENGAN STROKE HEMORAGIC DI RUANG ICU RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Disusun oleh :

ERFANSYAH120300036NURUL HIDAYAH120300058SITI SUWARSIH120300063PRIMA AGUSTIN W120300072

STIKES ALMA ATA YOGYAKARTAPROGRAM STUDY NERS JURUSAN PENDIDIKAN NERS2013KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirrobbil alamin segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam penulis panjatkan , karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. H Dengan Diagnosa Stroke Hemoragic Di Ruangan ICU RSUD Saras Husada Purworejo.Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan kesulitan, Namun berkat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati izinkanlah saya untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada yang terhormat :1. Drg. Gustanul Arifin, M.Kes selaku Direktur RSUD Saras Husada Purworejo.2. Ibuk Sunarsih S.Kep, Ns Selaku Koordinator Stase Gawat Darurat STIKES Alma Ata Yogyakarta3. BapakWidodo SA, S.Kep Ns, MM Selaku Pembimbing Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo4. IbukRuwiyah, S.Kep Ns, Selaku Pembimbing Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo5. Ibuk Nur Faizah, AMK Selaku Pembimbing Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo6. Legino, S.Kep Ns Selaku Pembimbing Ruang IGD Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworejo

Penulis menyadari Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan Makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi keperawatan.

Purworejo, April 2013Penulis

DAFTAR ISI

Cover..................................................................................................................1Kata Pengantar..................................................................................................2Daftar Isi ............................................................................................................3

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang...5B. Tujuan Penulisan5C. Metode Penulisan...6D. Sistematika Penulisan.6

BAB II TINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar Medis1. Pengertian ..72. Etiologi ..73. Klasifikasi ..104. Patofisiologi ..115. Pathway..................................................................................136. Manifestasi Klinis .157. Komplikasi 168. Pemeriksaan Penunjang 169. Penatalaksanaan 17B. Konsep Dasar Keperawatan1. Pengkajian 172. Diagnosa Keperawatan .203. Intervensi Keperawatan 21

BAB III TINJAUAN KASUSA. Pengkajian .28B. Diagnosa Keperawatan .41C. Intervensi Keperawatan......42D. Implementasi Keperawatan ......45

BAB IV PEMBAHASANA. Pembahasan ............................................................................69BAB V PENUTUPA. Kesimpulan..72B. Saran 72

Daftar Pustaka ................................................................................................74Lampiran

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangStroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).Angka kejadian stroke memang meningkat seiring bertambahnya usia. Setiap penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Selain itu,sekitar 5% orang Indonesia yang berusia diatas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali stroke. Untuk usia lebih dari 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan maupun di perdesaan (Riskesdas, 2007). Prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang perawatan klien dengan stroke sebagai bahan makalah kelompok dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.H Dengan Stroke Hemoragic di RuangICURSUD Saras Husada Purworejo.B. Tujuan1. Tujuan umumMahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragic.

2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan stroke hemoragicb. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan stroke hemoragicc. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan stroke hemoragicd. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien dengan stroke hemoragice. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan stroke hemoragic

C. Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang didapatkan dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.

D. Sistematika PenulisanMakalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:BAB I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.BAB II: Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan pemeriksaan penunjang.BAB III: Laporan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.BAB IV: Pembahasan yang terdiri dari perbandingan jurnal dengan teori dan praktek lapangan yang ditemukan.BAB V: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis1. Pengertian Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma).Menurut WHO. (2007) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu : Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2007).Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2008 ).

2. EtiologiBeberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :a. Thrombosis Cerebral.Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.

Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :1) AtherosklerosisAtherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.c) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.2) Hypercoagulasi pada polysitemiaDarah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.3) Arteritis( radang pada arteri )

b. EmboliEmboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)2) Myokard infark3) Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

c. HaemorhagiPerdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :1) Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.2) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.3) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.5) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

d. Hypoksia Umum1) Hipertensi yang parah.2) Cardiac Pulmonary Arrest3) Cardiac output turun akibat aritmia

e. Hipoksia setempat1) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

Faktor Resiko Tambahana. Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida. Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya arteriosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.b. Kegemukan atau obesitasc. MerokokMerokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah.d. Riwayat keluarga dengan strokee. Lanjut usiaf. Penyakit darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak.g. Kadar asam urat darah tinggih. Penyakit paru- paru menahun.

3. KlasifikasiMenurut Lumbantobing (2007) kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.Membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya antara lain :1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit (RIND). Gejala neurologik timbul 24 jam, tidak lebih dari seminggu.3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.4) Completed StrokeKelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.

b. Perdarahan (Stroke Hemoragi). Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. (Arif mutakin,2008)

4. Patofisiologia. Stroke HemoragicPerdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif). Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.b. Stroke Non HemoragicTerbagi atas 2 yaitu :1) Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran arah ini menyebabkan iskemik yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah atau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan iskemik.

5. Pathway

Hipertensi DMPenimbunan lemak/ Kolesterol dalam darah

Penyempitan Pembuluh DarahTrombus

Tekanan kapiler naik

Volume interstisial meningkatPembuluh darah kaku dan pecah EDEMA

Kelebihan Volume cairan STROKE HAEMORHAGIC

STROKE HAEMORHAGIC

Pecahnya pembuluh darah otakPerdarahan Intrakranial

Kerusakan neuromuskuler CBF ( aliran darah ke otak ) Perembesan ke parenkim otak Penekanan kortek cerebri

Ggn transmisi input Glukosa darah dalam Suplay O2 ke otak Pergeseran / penekanan gangguan N. CranialisUMN/ LMNotak jaringan otak

Paralisis Tingkat kesadaran PH, PO2, PCO2 Gggn N V, VII, IX, XII PTIK Ggn perfusi jaringan cerebralKelemahan pergerakan sendi PSP Hipoksia jaringan CES Fungsi mengunyah, menelan, sensasi kecapdan pergerakan lidah Kontraktursirkulasi ke otak RR Sekresi ADH Intake nutrisi per oral

Gangguan mobilisasi Ggn pola nafas Perpindahan CES CSSGgn keb nutrisi peroral

Ggn Komunikasi verbal Ggn eliminasi BAK

Perbedaan antara infark dan perdarahan otak sebagai berikut :

Gejala(anamnesa)InfarkPerdarahan

PermulaanWaktuPeringatanNyeri KepalaKejangKesadaran menurunSub akutBangun pagi+ 50% TIA--Kadang sedikitSangat akutLagi aktifitas-++++++

Gejala ObjektifKomaKaku kudukKernigpupil edemaPerdarahan RetinaPemeriksaan LaboratoriumDarah pada LPX foto SkedelAngiografiCT Scan.Infark+/-----

-+

Oklusi, stenosis

Densitas berkurangPerdarahan+++++++

+Kemungkinan pergeseran glandula pinealAneurismaAVM. massa intra hemisfer/vasospasme.Massa intrakranial densitas bertambah.

Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)

GejalaPISPSA

TimbulnyaNyeri KepalaKesadaranKejangTanda rangsangan Meningeal.HemipareseGangguan saraf otakDalam 1 jamHebatMenurunUmum+/-

+++1-2 menitSangat hebatMenurun sementaraSering fokal+++

+/-+++

Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:1. Stroke hemisfer Kanana. Hemiparese sebelah kiri tubuh.c. Penilaian burukd. Mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut.2. Stroke yang Hemifer kiria. Mengalami hemiparese kanan d. Disfagia global

b. Perilaku lambat dan sangat hati-hatie. Afasia

c. Kelainan bidang pandang sebelah kanan.f. Mudah frustasi

6. Manifestasi KlinisStroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)a. Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-spasial, kehilangan sensorid. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologise. Disfungsi kandung kemihGejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tidak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:a. SementaraTimbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.b. Sementara,namun lebih dari 24 jamGejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)c. Gejala makin lama makin berat (progresif). Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.d. Sudah menetap/permanent.

7. KomplikasiKomplikasi utama pada stroke yaitu :a. Hipoksia Serebralb. Penurunan darah serebral dan Luasnya area cedera

8. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke antara lain adalah:a. AngiografiArteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.b. CT-ScanCT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.c. EEG (Elektro Encephalogram)Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami gangguan.d. Pungsi LumbalMenunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovenag. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292).

9. PenatalaksanaanUntuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikuta. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

B. Konsep Dasar Keperawatan1. Pengkajiana. Pengkajian Primer- AirwayAdanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk- BreathingKelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi- CirculationTD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjutb. Pengkajian Sekunder1) Aktivitas dan istirahatData Subyektif:- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )Data obyektif:- Perubahan tingkat kesadaran - Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,kelemahan umum.- gangguan penglihatan2) SirkulasiData Subyektif:- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.Data obyektif:- Hipertensi arterial- Disritmia, perubahan EKG- Pulsasi : kemungkinan bervariasi - Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal3) Integritas egoData Subyektif:- Perasaan tidak berdaya, hilang harapanData obyektif:- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan- kesulitan berekspresi diri4) EliminasiData Subyektif:- Inkontinensia, anuria- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )5) Makan/ minumData Subyektif:- Nafsu makan hilang- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darahData obyektif:- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )- Obesitas ( factor resiko )6) Sensori neural Data Subyektif:- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati- Penglihatan berkurang- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )- Gangguan rasa pengecapan dan penciumanData obyektif:- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral7) Nyeri / kenyamananData Subyektif:- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnyaData obyektif:- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

2. Diagnosa Keperawatana. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi skret sekunder adanya kelemahan neuromuskuler.b. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengangangguan aliran arteri atau venac. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan intake yang tidak adequate.d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan dan mengunyahe. Intoleransi aktifvitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dengan kebutuhanf. Gangguan komunikasi verbal berhubungn dengan gangguan pada N. Fasialisg. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas

NODiagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiNURSE CARE PLANING

NOCNIC

1Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: - Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.DS:- DispneuDO:- Penurunan suara nafas- Orthopneu- Cyanosis- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)- Kesulitan berbicara- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada- Produksi sputum- Gelisah- Perubahan frekuensi dan irama nafasNOC: Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab. Saturasi O2 dalam batas normal Foto thorak dalam batas normal Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning. Berikan O2 l/mnt, metode Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator: Monitor status hemodinamik Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Berikan antibiotik: Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan: O2, Suction, Inhalasi.

2Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena

DO - Gangguan status mental- Perubahan perilaku- Perubahan respon motorik- Perubahan reaksi pupil- Kesulitan menelan- Kelemahan atau paralisis ekstrermitas- Abnormalitas bicaraNOC : Circulation status Neurologic status Tissue Prefusion : cerebralSetelah dilakukan asuhan selamaketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan Tidak ada ortostatikhipertensi Komunikasi jelas Menunjukkan konsentrasi dan orientasi Pupil seimbang dan reaktif Bebas dari aktivitas kejang Tidak mengalami nyeri kepalaNIC : Monitor TTV Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala Monitor level kebingungan dan orientasi Monitor tonus otot pergerakan Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus Monitor status cairan Pertahankan parameter hemodinamik Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan order medis

3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:- Nyeri abdomen- Muntah- Kejang perut- Rasa penuh tiba-tiba setelah makanDO:- Diare- Rontok rambut yang berlebih- Kurang nafsu makan- Bising usus berlebih- Konjungtiva pucat- Denyut nadi lemah

NOC:a. Nutritional status: Adequacy of nutrientb. Nutritional Status : food and Fluid Intakec. Weight ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama.nutrisi kurang teratasi dengan indikator: Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, protein, Hb dan kadar Ht Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

4Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan : Tirah Baring atau imobilisasi Kelemahan menyeluruh Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhanGaya hidup yang dipertahankan.DS: Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.DO :

Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas Perubahan ECG : aritmia, iskemia

NOC : Self Care : ADLs Toleransi aktivitas Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC : Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.

5Defisit perawatan diriBerhubungan dengan : penurunan atau kurangnya motivasi, hambatan lingkungan, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.

DO :ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk makan, ketidakmampuan untuk toileting

NOC : Self care : Activity of Daily Living (ADLs)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

NIC :Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

BAB IIITINJAUAN KASUS

A. Identitas PasienNama: Ny. HJenis Kelamin : PerempuanUmur : 60 Tahun Alamat: Jl. KH A. Dahlan no 76 PurworejoStatus Perkawinan: Belum KawinAgama: ProtestanPendidikan: -Pekerjaan: Tidak BekerjaDiagnosa medis: Stoke HemoragikTgl Masuk RS: 23 Mei 2013Tgl Masuk ICU: 30 Mei 2013Tanggal Pengkajian: 30 Mei 2013No. RM: 190405

B. Keluhan UtamaPenurunan Kesadran, tingkat kesadaran Sopor, GCS: E=2 M=2 V= 2

C. Riwayat PenyakitKeluarga pasien mengatakan 8 hari yang lalu tiba tiba pasien tidak bisa bangun dan tidak bisa berbicara.Kemudian keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit, 7 hari pasien di rawat di bangsal tetapi tidak ada kemajuan sehingga di pindah ke ICU.

D. Riwayat Penyakit DahuluMenurut keluarga 7 bulan yang lalu pasien pernah dirawat dirumah sakit ketika dilakukan pembedahan pada kaki kanannya akibat luka yang ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Melitus yang diderita Pasien.

E. Riwayat Penyakit KeluargaMenurut keluarga pasien, dalam keluarga tidak ada yang menderita stroke, akan tetapi keponakan pasien menyebutkan bahwa ayah dari pasien menderita DM semasa hidupnya.F. GenogramX

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Keterangan:: Laki-laki: Perempuan: Pasien: Dalam satu rumah X: Meninggal

Kedua orang tua pasien telah meninggal, pasien hidup sendiri, dia dirumah bersama seorang yang mengurusinya. Sedangkan orang orang terdekat adalah, keponakannya,akan tetapi mereka sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota untuk mengurus usahanya.

G. Primary Suvey1. AirwayTidak ada sumbatan jalan nafas berupa cairan, sputum atau benda asing.

2. BreathingRespiratory rate : 24SPO2 : 99%Suara nafas : vesikulerIrama nafas regular, tidak terdapat batuk, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan pernafasan cuping hidung.

3. CirculationSuhu : 37,1 CTD: 201/133 mmHgMAP: 137HR: 64 x/menitTurgor kulit: BurukMata: Tidak cekungCapilary refill :< 2 detikTidak sianosis, anemis, akral hangat, tidak ada muntah

4. DisabilityTingkat kesadaran : SoporGCS:E=2M=2V=2Pupil :Isokor

5. EksposureTerdapat luka lecet pada paha kanan, tangan kanan dan kiri serta terdapat luka bekas debridement 7 bulan yang lalu pada kaki kanannya.

6. FluidKlien terpasang kateter no. 16 dengan jumlah urine 300 cc berwarna kuning jernih

7. GastricKlien terpasang NGT, cairan residu berwarna kuning.

H. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum: Klien tampak lemahTingkat Kesadaran : SoporGCS: E=2 M=2V=2BB/TB: 95 Kg/ 157 cm1. KepalaInspeksi: Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi dikepala, rambur berwarna putih, lurus, distribusi merata.Palpasi : Tidak terdapat oedema2. MataInspeksi: Kedua mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, diameter kanan kiri 2mm/2mm, reaksi cahaya +/+.3. TelingaInspeksi: Kedua telinga simetris lengkap dan terdapat kedua lubang telinga, tidak ada lesi, terdapat serumen, tidak terdapat pengeluaran darah atau cairan.4. HidungInspeksi: Posisi septum nasal simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat pengeluarean lender atau darah, terpasangoksigen 3 liter permenit dengan nasal kanul dan terpasang NGT pada salah satu lubang hidung.5. Mulut dan tenggorokanInspeksi: Mukosa bibir lembab, gigi klien tidak lengkap, mulut kotor.6. LeherInspeksi: Leher Simetris, tidak terdapat jejas di leherPalpasi: Tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat pembesaran kelenjaran limfe, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.7. ThorakInspeksi: Thoraks simetris, klien tidak menggunakan otot bantu nafas dan tidak terdapat retraksi dinding dada, Respiratory Rate 24x/menit.Palpasi: Gerakan paru saat inspirasi dan ekapirasi sama, tidak terdapat massa, tidak terdapat fraktur pada daerah thorak, Perkusi: Perkusi paru resonanAuskultasi: Tidak terdapat suara tambahan, bunyi nafas vesikuler8. JantungInspeksi: Tidak terdapat palpitasi, ictus cordis tidak terlihat.Palpasi: Heart Rate 64 x/menit, capillary refill selama 2 detikPerkusi : Perkusi jantung terdengar pekak.Auskultasi: Tekanan darah 201/133 mmHg mmHg, bunyi jantung S1 dan S2 dengan irama reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan murmur, gallop.9. PayudaraInspeksi: Payudara simetris, letak putting susu tepat di tengah aerola, Palpasi: Tidak terdapat benjolan di sekitar payudara.

10. AbdomenInspeksi: Perut Nampak besar ( banyak penumpukan lemak), kulit elastis, tidak terdapat lesi atau massaPalpasi: Tidak terdapat AsitesPerkusi: TimpaniAuskultasi: Bising usus 8x/menit, 11. Genetalia dan perinealInspeksi: Terpasang selang kateter denga urin kuning jernih12. EkstermitasInspeksi:Pada Ekstermitas atas kanan: Terdapat pembengkakan dan terpasang IVFD Pada ekstermitas Atas Kiri : Nampak sedikit bengkakPada ekstermitas kanan bawah: terdapat luka bekas debridement ulkus DM, bagian paha terdapat penggelapan warna kulit akibat bedtres yang lama. Terdapat udemaPada ekstermitas kiri bawah : terdapat penggelapan warna kulit akibat bedtres yang lama. Terdapat udema

I. Pengkajian Pola system1. Pola persepsi dan Managemen Terhadap KesehatanKlien saat ini di rawat di ruang ICU, klien mengalami penurunan kesadaran dan tampak lemah.Keluarga berharap klien cepat sembuh dan bisa kembali kerumah.

2. Pola Nutrisi dan metabolic (Diit Dan Pemasukan Makanan)Keluarga klien mengatakan saat dirumah,klien biasa makan 2x/hari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran, pada pagi hari klien makan roti atau kue dan minum teh.Klien minum 5-6 gelas perhari. Saat dirumah sakit,klien terpasang NGT, klien makan makanan yang disediakan rumah sakit yaitu peptisol/ diabetasol

3. Pola EliminasiSebelum sakit, keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa BAB 1 kali sehari atau 2 hari sekali. Saat di rumah sakit, klien BAB 1x.Klien terpasang kateter dengan urine berwarna kuning jernih.

4. Pola Aktivitas Keluarga klien mengatakan, sebelum masuk rumahsakitklien beraktivitas minimal, klien tidak dapat berjalan karena mengalami kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kanan.Aktivitas klien sehari-hari dibantu oleh keluarga klien.Selama dirawat di rumah sakit untuk memenuhi activity daily living dibantu oleh perawat dan keluarga.

5. Pola Istirahat : TidurSebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa klien biasa tidur pukul 21.00 - 05.00.Klien biasa tidur siang.

6. Pola Peran HubunganKeluarga klien mengatakan, klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga,

7. Pola seksual dan reproduksiKeluarga klien mengatakan klien tidak memiliki keluhan di organ reproduksinya.Pasien belum pernah memiliki suami maupun anak.

8. Pola koping dan toleransi terhadap stressKeluarga klien mengatakan klien dapat menerima keadaannya yang sekarang, dan dapat mengontrol emosinya.

9. Pola nilai kepercayaanKeluarga klien mengatakan agama yang dianut keluarga dan klien adalah protestan. Sewaktu masih sehat pasien rajin melaksanakan ibadah di gereja.

J. DATA PENUNJANG1. Pemeriksaan Laboratorium 23 Mei 2013PemeriksaanHasilSatuanNilai normal

Glukosa sewaktu138mg/dl70-140

Urea 17mg/dl10-50

Kreatinin 1,08mg/dl0,5-1,2

Cholesterol 293mg/dl50-250

HDL Cholesterol58mg/dl0-55

LDL Cholesterol395mg/dl0-150

Trigliserida 129mg/dl0-150

SGOT19u/L0-37

SGPT10u/L0-42

Asam urat5,0mg/dl3,4-7

K3,3mmol/L3,4-5,4

Na145mmol/L135-155

Cl113mmol/L95-108

HbsAg-Negatif

PemeriksaanHasilSatuanNilai normal

WBC7,36103/UL4,8-10,8

RBC4,47106 /ULP : 4,7 6,1 W : 4,2-5,4

HGB12,0gr/dlP : 14-18 gr/dlW : 12-16 gr/dl

HCT7,0%P : 42-52 %W : 37-47%

PLT356103/UL150-400

Pemeriksaan Urinalisa 23 Mei 2013PemeriksaanHasilNilai Normal

WarnaKuning Kuning Muda-Kuning

KejernihanJernihJernih

Berat Jenis10171015-1030

pH5,54,0-7,8

Leukosit2+-

Nitrit--

Protein3+-

Glukosa--

Keton--

Urobilinogen--

Eritrosit3+-

Sedimen- Sel epitel- Leukosit- Eritrosit- Kristal- Silinder HyalinGranula110-1515-25-

++10-5/LPB0-2/LPB-

--

2. Hasil CT SCAN 31 Mei 2013Tampak Lesi hyperdens intraventrikell lateral bilateral terutama dextra dengan HU 44-55. Ventrikel lateral dan ventrikel III relative melebar sinetris. Tak tampak devisiasi Struktur medianaKesan : Intraventrikuler Haemorhage

3. Hasil EKG Tanggal 31 Mei 2013Sinus Rhytme

4. Terapi obat Nama obatKomposisiIndikasiDosis

30 Mei 2013

Ceftriaxonceftriaxone sodium setara dengan ceftriaxone 1,0 g pengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah, Otitis media bakteri akut, Infeksi kulit dan struktur kulit

1x2gr

AminophilinTiap tablet mengandung aminofilin 200 mgAsma dan penyakit paru obstruksi kronis2 ampul drip/500ml

SanmolParacetamolMeredakan nyeri termasuk sakit kepala, sakit gigi, demam yg menyertai flu & stlh imunisasi.2x1

BrainactCiticolinGangguan fungsi kognitif pada lansia2 x 500 mg

LapibalMecobalaminNeuropati perifer, tinitus, vertigo, anemia megaloblastik krn defisiensi vit B12. Inj: Neuropati perifer.2x1 A

HerbrezzerDiltiazem HclTakhiaritmia supraventikular, penangangan penigkatan tekanan darah, yang tidak normal selama operasi, hipertensi dala keadaan adaruratDrip

FutrolitPer 500 ml NaCl 1.812 g, KCL 0.671 g, CaCl dihidrat 0.147 g, MgCl hexahidrat 2.586 g, Na asetat trihidrat 0.305 g, sorbitol 25 g, air untuk injeksi 500 g.Osmolarity: 475-575 mOsm/L.Perbaikan kebutuhan karbohidrat, cairan & elektrolit pada tahap pre, intra & pasca operasi, dehidrasi isotonik & kehilangan cairan extracellular.20tpm

31 Mei 2013

Ceftriaxoneceftriaxone sodium setara dengan ceftriaxone 1,0 gpengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah, Otitis media bakteri akut, Infeksi kulit dan struktur kulit1x2gr

AminophilinTiap tablet mengandung aminofilin 200 mgAsma dan penyakit paru obstruksi kronis2 ampul drip/500ml

SanmolParacetamolMeredakan nyeri termasuk sakit kepala, sakit gigi, demam yg menyertai flu & stlh imunisasi.2x1

BrainactCiticolinGangguan fungsi kognitif pada lansia2 x 500 mg

LapibalMecobalaminNeuropati perifer, tinitus, vertigo, anemia megaloblastik krn defisiensi vit B12. Inj: Neuropati perifer.2x1 A

HerbrezzerDiltiazem HclTakhiaritmia supraventikular, penangangan penigkatan tekanan darah, yang tidak normal selama operasi, hipertensi dala keadaan adaruratDrip

FutrolitPer 500 ml NaCl 1.812 g, KCL 0.671 g, CaCl dihidrat 0.147 g, MgCl hexahidrat 2.586 g, Na asetat trihidrat 0.305 g, sorbitol 25 g, air untuk injeksi 500 g.Osmolarity: 475-575 mOsm/L.Perbaikan kebutuhan karbohidrat, cairan & elektrolit pada tahap pre, intra & pasca operasi, dehidrasi isotonik & kehilangan cairan extracellular.20tpm

1 juni 2013

Ceftriaxoneceftriaxone sodium setara dengan ceftriaxone 1,0 gpengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah, Otitis media bakteri akut, Infeksi kulit dan struktur kulit1x2gr

AminophilinTiap tablet mengandung aminofilin 200 mgAsma dan penyakit paru obstruksi kronis2 ampul drip/500ml

KalnexTiap ml S injeksi (10 w/v %) mengandung Tranexamic acid100 mgUntuk fibrinolisis lokal seperti epistaksi, prostatektomi, konisasi serviks, Edema angioneurotik hereditas, Pendarahan abnormal sesudah operasi secara umum, Pendarahan sesudah operasi gigi pada penderita haemofilia3x500mg

BrainactCiticolinGangguan fungsi kognitif pada lansia2 x 500 mg

LapibalMecobalaminNeuropati perifer, tinitus, vertigo, anemia megaloblastik krn defisiensi vit B122x1 A

HerbrezzerDiltiazem HclTakhiaritmia supraventikular, penangangan penigkatan tekanan darah, yang tidak normal selama operasi, hipertensi dala keadaan adaruratDrip

5. Pathway KasusHipertensiPenimbunan lemak/kolesterol yang meningkatdalam darah

Lemak nekrotik dan berdegenerasi

Infiltrasi limfosit (trombus) Penyempitan pembuluh darah

Pembuluh darah menjadi kaku Tekanan Kapiler meningkatPembuluh darah pecahPeningkatan volume interstisialStroke hemoragicUdemaKelebihan Volume Cairan

Proses metabolisme dalam otak tergangguPenurunan suplay darah & O2 ke otak Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

Peningkatan TIK

Arteri vertebra basilasrisPenurunan fungsi N. IX dan X Disfungsi N XIProses menelan tidak efektif (Assesorius)RefluksDisfagiaKelemahan AnggotaKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gerak Kerusakan Mobilitas Fisik

Defisit Perawatan Diri

K. Analisa DataAnalisa dataEtiologiMasalah

Data Subyektif : -Data Obyektif :a. Tingkat kesadaran : soporb. GCS E : 2 V:2 M :2c. Klien mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanand. Klien tampak lemah e. Klien memiliki riwayat stroke sekitar 1 tahun yang lalu.f. Pupil isokor, diameter kanan/kiri 2mm/2mm, reaksi cahaya +/+.Gangguan aliran arteri atau venaKetidakefektifan perfusi jaringan serebral

Data Subyektif : -Data Obyektif :a. Klien mengalami kelemahan pada ekstrimitas sebelah kananb. Klien tidak mampu melakukan perawatan diri mandi/hygiene, berpakaian/berhias, makan dan eliminasi karena mengalami penurunan kesadaranKelemahanDefisit Perawatan Diri Total

Data Subyektif : -Data Obyektif :a. Klien tampak lemahb. Klien mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kananc. Klien mengalami penurunan kesadarand. Tingkat kesadaran : sopore. Vital Sign:TD: 201/133 mmHgMAP: 137HR: 64 x/menitRR : 24 x/menitSPO2 : 99%Kontraktur atau kaku sendi

Hambatan mobilitas Fisik

Data Subyektif : Keluarga mengatakan Selama di Rumah sakit selama 8 hari sebelum masuk ICU pasien minum susu dari rumah sakit melalui NGT Data Obyektif :a. Klien mengalami penurunan kesadaranb. Tingkat kesadaran : Soporc. Membran mukosa keringd. Konjungtiva pucate. Terpasang NGT dengan residu berwarna kuningf. Bising usus 8 x/menitg. Klien mengalami kelemahan otot h. LLA : 35 cmInterprestasi LILA 122 (Obesitas)i. Edema pada Ekstermitas atas dan ekstermitas bawahj. Turgor kulit burukk. WBC 7,36l. RBC 4,47m. HGB 12,0n. HCT 7,0o. PLT 356Penyakit kronis (Stroke)Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS=-Data Obyektifa. Klien mengalami edema pada ekstermitas atas dan bawahb. TD: 201/133 mmHgc. HR: 64 x/menitd. Turgor kulit: Buruke. Balance cairan 24 jam tanggal 31 mei Balance cairan = Intake cairan Output Cairam 1200 cc 1650 cc = + 450 ccGangguan mekanisme regulasiKelebihan volume cairan

L. Diagnosa keperawatan1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b/dgangguan aliran arteri atau vena2. Kelebihan Volume cairan b.d Gangguan mekanisme regulasi3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penyakit kronis (Stroke)4. Defisit perawatan diri total b/d kelemahan5. Hambatan mobilitas fisik b/d kaku sendi atau kontraktur

M. Nursing Care PlanNoDiagnosa KeperawatanNOCNIC

1Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau venaNOC :Circulation statusSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: Tekanan systole dan diastole dalam rentang normalTD : Sistole : 120-140 mmHg Diastole : 70 90 mmHgHR : 60 100 x /menitRR : 15-22 x/menitS : 36 37,5C Pupil seimbang dan reaktif. Diameter kanan/kiri2/2, reaksi +/+ Bebas dari aktivitas kejang Tingkat kesadaran samnolen

NIC : Monitor TTV Monitor GCS, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala Monitor level kebingungan dan orientasi Monitor tonus otot pergerakan Pertahankan pemberian O2 Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus Monitor status cairan Kolaborasi pemberian obat neuroprotektif

2Kelebihan Volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam maka volume cairan seimbang dengan indikator: volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran bunyi nafas bersih/jelas tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil tidak ada edemaa. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.Rasional: Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.b. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jamRasional: Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tibatiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.Rasional: Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.d. Pantau TD dan CVP (bila ada)Rasional: Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.Rasional: Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)g. Konsul dengan ahli diet.Rasional: perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan dan mengunyahNOC:Nutritional status: Adequacy of nutrientSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan nutrisi kurang teratasi dengan kriteria hasil :a. Memiliki nilai laboratorium dalam batas normalb. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal 60-64 kgc. Mentoleransi diet yang dianjurkand. Tidak ada muntaha. Kaji adanya alergi makananb. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasienc. Monitor adanya penurunan BB dan gula darahd. Monitor turgor kulite. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Htf. Monitor mual dan muntahg. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtivah. Monitor intake nutrisii. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makanj. Pertahankan terapi IV line

4Defisit perawatn diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasSelf care : Activity of Daily Living (ADLs)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: Klien terbebas dari bau badan Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistane : ADLs Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

5Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontrakturNOC : MobilisasiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mobilisasi di tempat tidur dengan Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :a. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuatb. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)c. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasiend. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatane. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkalaf. Pertahankan pemberian oksigen

N. Implementasi dan EvaluasiImplementasi Hari Pertama Tanggal 30 Mei 2013NoDiagnosa KeperawatanImplementasi KeperawatanEvaluasi KeperawatanTTD

1.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena1. Memonitor TTV ( Perjam, 11.00 14.00)2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi. ( jam 13.45)3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (jam 13.45)4. Memonitor status cairan (jam 13.00).5. Memantau tingkat kesadaran pasien. ( 13.45).6. Kolaborasi dalam pemberian Oksigenasi ( Nassa Kanul, 3 Lpm). Farmakologi : Brainact 500mg, Farbion drip 1ampul 3 ml, Ranitidine 50 mg dan Methylprednisolone 125mg.S = -

O = Vital Sign tiap jam terlampir pada catatan perkembangan RM12 ( jam 11.00-21.00) Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ ( jam 13.45) Input IVFD Futrolit 100 ml ( jam 13.30) Output Urine = 100 ml ( jam 13.30) O2 3 liter/menit ( jam 12.00) Kesadaran Sopor GCS E2, V2, M2 ( jam 13.45) Therapy farmakologi telah dilaksanakan sesuai advice dokter. ( jam 18.00)

A =Masalah belum teratasi

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Monitor status cairan4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Siti Suwarsih S,Kep&Nurul Hidayah S,Kep

2Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasi1. Monitor balance cairan ( 13.00)2. Monitor TTV (Perjam ( 07.00-14.00)S=-

O= Input futrolit 100 ml Urin 100ml ( jam 11.00) TTV terlampir

A= Masalah teratasi sebagian

P= Lanjutkan intervensiSiti Suwarsih S,Kep&Nurul Hidayah S,Kep

3.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena1. Memonitor TTV ( perjam, 14.00 21.00).2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi. ( perjam, 14.00 21.00).3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (jam 20.00)4. Memonitor status cairan (jam 20.00)5. Memantau tingkat kesadaran pasien.( perjam, 14.00 21.00).S = -

O = Vital Sign tiap jam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Input Asering dan diit 650 ml (16.00) Output Urine = 300 ml ( jam 20.30) O2 3 liter/menit

A =Masalah belum teratasi

P =Lanjutkan intervensi : 1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Monitor status cairan4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Prima Agustin W S,Kep

4Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasiMonitor balance cairan ( 20.00)Monitor TTV (Perjam (14.00-21.00)S=-

O= Input futrolit dan diit 200 ml ( jam 20.30) Urin 100 ml ( jam 20.45) Balance cairan + 100 TTV terlampirA= Masalah teratasi sebagian

P= Lanjutkan intervensiPrima Agustin W S,Kep

5Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur1. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik). (perjam, 14.00-21.00).2. Memantau perkembangan motorik pasien. (15.00)3. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan. (perjam, 14.00-21.00)4. Mempertahankan pemberian oksigen. (perjam, 14.00-21.00)S= -

O = Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas. ( jam 15.00) O2 nassa kanul 3 liter/menit.

A = Masalah teratasi sebagian

P = Lanjutkan Intervensi1. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktifitas.2. Pantau perkembangan motorik pasien.3. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktifitas keperwatan.4. Pertahankan pemberian oksigen.Prima Agustin W S,Kep

6Defisit perawatn diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitas Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. ( Jam 14.50) Memonitor dan membantu kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. (15.00) Membantu sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.(15.00)S = -

O = Pasien mengalami penurunan kesadaran Pasien tampak bersih dan wangi setelah dilakukan personal hygiene. ( jam 15.30) Pasien tampak belum bisa melakukan self care secara mandiri ( jam 16.00)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi.1. Bantu pasien dalam melakukan self care.Prima Agustin W S,Kep

7Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena1. Memonitor TTV ( perjam, 21.00 07.00).2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, dan tingkat kesadaran pasien( jam 07.00)3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (05.00)4. Memonitor status cairan (06.00)5. Memantau tingkat kesadaran pasien. (07.00)S = -

O = Vital sign perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Input IVFD Futrolit dan diit 1200 ml ( jam 06.00) Output Urine = 1650 ml ( jam 06.30) Cairan Balance 24 jam -450 ml ( jam 07.00) O2 3 liter/menit Kesadaran Sopor GCS E2, V2, M2 ( jam 07.30)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Monitor status cairan.4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Erfansyah S,Kep

8Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kontraktur.a. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik). (05.00)b. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan (05.00)c. Mempertahankan pemberian oksigen. (perjam 21.0 07.00)d. Memantau kemampuasn pasien mobilisasi di tempat tidur. (05.00 07.00).S= -

O = Vital sign perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas. ( jam 05.10) O2 nassa kanul 3 liter/menit. Pasien tampak bedrest ditempat tidur, hanya bisa menggerakkan anggota tubuh sebelah kiri. ( jam 07.30)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi.1. Pantau respon kardiovaskuler.2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas keperawatan.3. Pantau kemampuan mobilisasi pasienErfansyah S,Kep

9Defisit perawatan diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.b. Memonitor dan membantu kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. ( jam 04.30)c. Membantu sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. ( jam 04.50)S = -

O = Pasien mengalami penurunan kesadaran. Dengan tingkat kesadaran somnolent ( jam 04.00) Pasien tampak bersih dan wangi setelah dilakukan personal hygiene ( jam 04.45) Pasien tampak belum bisa melakukan self care secara mandiri ( jam 05.0)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan IntervensiErfansyah S,Kep

Implementasi hari Kedua tanggal 31 Mei 2013NoDiagnosa KeperawatanImplementasi KeperawatanEvaluasi KeperawatanTTD

1.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena1. Memonitor TTV ( perjam, 08.00 07.00).2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, ( jam 13.40)3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (13.40)4. Memonitor status cairan (13..00)5. Memantau tingkat kesadaran pasien. (07.00)S = -O = Vital Sign perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Input IVFD Futrolit 550 ml ( jam 13.45) Output Urine = 150 ml ( jam 13.45) Balance + 400 ( jam 13.45) O2 3 liter/menit Kesadaran Somnolen GCS E3, V2, M2

A =Masalah belum teratasi

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Monitor status cairan.4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Siti Suwarsih S.Kep&Prima Agustin W S,Kep

2Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasi3. Monitor balance cairan ( 13.00)4. Monitor TTV (Perjam ( 07.00-14.00)S=-O= Input futrolit 200 ml ( jam 13.45) Urin 150 ml ( jam 13.45) TTV terlampir

A= Masalah teratasi sebagian

P= Lanjutkan intervensiSiti Suwarsih S,Kep&Prima Agustin W S,Kep

3Defisit perawatn diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Melakukan oral hygiene (07.45)

S = -O = Pasien tampak bersih pada baian mulut setelah dilakukan oral; hygiene ( jam 08.00) Pasien tampak belum bisa melakukan self care secara mandiri ( jam 09.00)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi.1. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL dan self care

Siti Suwarsih S.Kep&Prima Agustin W S,Kep

4..Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena1. Memonitor TTV ( perjam, 14.00 21.00).2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, dan tingkat kesadaran pasien( jam 20.00)3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (20.45)4. Memonitor status cairan (20.00)5. Memantau tingkat kesadaran pasien. (20.45)S = -O = Vital sign perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ ( jam 20.50) Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1 ( jam 20.50) Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1 ( jam 20.50) Input Futrolit + diit diabetasol = 800 ml Output 350 ( jam 20.30) Balance + 450 ml ( jam 20.50) O2 3 liter/menit

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan intervensi.1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Monitor status cairan.4. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Erfansyah S,Kep

5Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasiMonitor balance cairan ( 20.00)Monitor TTV (Perjam (14.00-21.00)S=-O= Input futrolit 400 ml Urin 600 ml ( jam 20.50) Balance cairan -200 ( jam 20.50) TTV terlampirA= Masalah teratasi sebagianP= Lanjutkan intervensiErfansyah S,Kep

6.Hambatan mobilisasi berhubungan dengan kontraktur.a. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) (15.20)b. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan. (15.20).c. Mempertahankan pemberian oksigen (setiap jam)S= -

O = Vital Sign perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas, ( jam 15.50) O2 nassa kanul 3 liter/menit ( jam 15.50)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Pantau respon kardiovaskuler.2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas keperawatan.3. Pantau kemampuan mobilisasi pasienErfansyah S,Kep

7.Defisit perawatan diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.(jam 14.40)b. Memonitor dan membantu kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. ( 15.00)c. Membantu sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.( 15.00)S = -

O = Pasien mengalami penurunan kesadaran. Pasien tampak bersih dan wangi setelah dilakukan personal hygiene ( jam 15.50) Pasien tampak belum bisa melakukan self care secara mandiri ( jam 15.50)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi.1. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL dan self care.Erfansyah S,Kep

8.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena1. Memonitor TTV ( perjam, 21.00 07.00).2. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi, dan tingkat kesadaran pasien( jam 05.10)3. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus. (05.45)4. Memonitor status cairan (06.00)5. Memantau tingkat kesadaran pasien. (05.45)S = -

O = Vital Sign perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Suhu badan 36,90C ( jam 05.50) Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Input Futrolit + Diit deabetasol 1750 ml Output Urine = 950 ml ( jam 06.50) Cairan Balance 24 jam + 800 ml ( jam 07.20) O2 3 liter/menit Kesadaran Somnolen GCS E3, V2, M2 ( jam 07.30)

A =Masalah belum teratasi

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Kaji kekuatan otot4. Monitor status cairan.5. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Nurul Hidayah S.Kep

9.Hambatan moibilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) ( jam 16.50) Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan ( jam 18.50) Mempertahankan pemberian oksigen ( jam 18.50)S= -

O = Vital Sign Perjam terlampir pada catatan perkembangan RM12 Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas. ( jam 20.50) O2 nassa kanul 3 liter/menit. ( jam 20.50)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Pantau respon kardiovaskuler.2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas keperawatan.3. Pantau kemampuan mobilisasi pasien.4. Ajarkan latihan ROM pasif.Nurul Hidayah S.Kep

10.Defisit perawatn diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. (05.00)b. Memonitor dan membantu kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.(05.05)c. Membantu sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.(05.00)S = -

O = Pasien tampak bersih dan wangi setelah dilakukan personal hygiene. ( jam 06.00) Pasien tampak belum bisa melakukan self care secara mandiri. ( jam 06.510)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Bantu pasien dalam ADL dan self care.Erfansyah S.Kep

11.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit kronis (stroke).1. Memonitor turgor kulit 2. Memonitor mual dan muntah3. Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva4. Memonitor intake nutrisi5. Mengatur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan6. Mempertahankan terapi IV lineS = -

O = Turgor kulit buruk ( jam 20.50) Pasien terpasang NGT ( jam 20.50) Pemberian Makan melalui NGT Diit diabetasol 250 gram Muntah tidak ada. ( jam 20.50)

A =Masalah Teratasi

P =Intervensi dilanjutkan1. Memonitor intake nutrisi2. Mengatur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan3. Mempertahankan terapi IV lineNurul Hidayah S.Kep

Implementasi Hari Ke Tiga Tanggal 1 Juni 2013NoDiagnosa KeperawatanImplementasi KeperawatanEvaluasi KeperawatanTTD

1.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau venaa. Memonitor TTV(perjam 08.00 14.00)b. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi (13.45)c. Memonitor tonus otot pergerakan. (10.20)d. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus(13.45).e. Memonitor status cairan(13.00)f. Mengkaji adanya perubahan tingkat kesadaran(13.45).S = Klien mengatakan badannya terasa lemas.

O = TD 168/88 mmHg dan MAP 113 HR 94 x/menit RR 27 x/menit SPO2 98% Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1 Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1 Input IVFD Futrolit 450 ml, (13.30) Output Urine = 250 ml (13.30) Balance + 200 ml (13.40) O2 3 liter/menit Kesadaran spoor GCS E3, V2, M2 (15.30)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Kaji kekuatan otot4. Monitor status cairan.5. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Erfansyah S, Kep&Prima Agustin W S,Kep

2Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasiMonitor balance cairan ( 13.00)Monitor TTV (Perjam ( 07.00-14.00)S=-O= Input futrolit + diit deabetasol 450 ml Urin 250 ml TTV terlampirA= Masalah teratasi sebagianP= Lanjutkan intervensiErfansyah S, Kep&Prima Agustin W S,Kep

3Defisit perawatn diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Melakukan oral hygiene

S = -

O = Pasien tampak bersih pada baian mulut setelah dilakukan oral hygiene (08.00) Pasien belum bisa melakukan self care secara mandiri. (08.00)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Bantu Pasien dalam ADL dan self care.Erfansyah S, Kep&Prima Agustin W S,Kep

4.Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur.a. Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat (07.00)b. Melatih mobilisasi di tempat tidur. (07.00)c. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)d. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan (07.00)e. Mempertahankan pemberian oksigen (07.00)S= -

O = Vital sign perjam terlampir. Pasien tampak lemas. (09.00) Latihan miring kanan miring kiri/ 2jam. Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1 Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1 O2 nassa kanul 3 liter/menit.

A =Masalah teratasi sebagianP =Lanjutkan Intervensi1. Pantau respon kardiovaskuler.2. Pantau respon oksigen tehadap aktifitas keperawatan.3. Pantau kemampuan mobilisasi pasien.4. Ajarkan latihan ROM pasif.5. Mobilisasi tempat tidur mika/miki per 2 jamErfansyah S, Kep&Prima Agustin W S,Kep

5.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau venaa. Memonitor TTVb. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi (13.00)c. Memonitor tonus otot pergerakan (13.00)d. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus.e. Monitor status cairan (13.00)S : -O = Vital sign terlampir Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1 Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1 Input IVFD Futrolit 450 ml Output Urine = 250 ml (14.00) Balance + 200 ml (14.00) O2 3 liter/menitA =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Kaji kekuatan otot4. Monitor status cairan.5. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.

Nurul Hidayah S,kep

6Kelebihan volume cairan tubuh b.d gangguan mekanisme regulasiMonitor balance cairan ( 20.00)Monitor TTV (Perjam (14.00-21.00)S=-O= Input futrolit 700 ml (20.30) Urin 200 ml (20.30) Balance cairan +500 (20.30) TTV terlampirA= Masalah teratasi sebagianP= Lanjutkan intervensiNurul Hidayah S,Kep

7Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur.a. Melatih mobilisasi ditempat tidur dan ROM pasif. (16.00)b. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) (16.00)c. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan (15.00)d. Mempertahankan pemberian oksigen (15.30)S= -

O = Vital sign terlampir Latihan ROM Pasif (16.30) Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas, (16.30) O2 nassa kanul 3 liter/menit.

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Latihan ROM Pasif2. Mobilisasi/ 4 jam3. Pertahankan pemberian OksigenNurul Hidayah S,kep

8.Defisit perawatan diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.b. Memonitor dan membantu kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. (15.30)c. Membantu sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. (15.30)S = -

O = Pasien tampak bersih dan wangi setelah dilakukan personal hygiene. (16.30) Pasien belum bisa melakukan self care secara mandiri. (16.30)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL dan Self CareNurul Hidayah S,kep

9.Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau venaa. Memonitor TTVb. Memonitor SPO2, ukuran pupil, , kesimetrisan dan reaksi (05.30)c. Memonitor tonus otot pergerakan (05.30)d. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus.e. Monitor status cairan(05.30)S = -

O = Vital Sign terlampir. Pupil isokor ukuran 2 : 2 reaksi +/+ Kekuatan otot eks. Atas ki/ ka = 1/1 Kekuatan otot eks. Bawah ki/ka = 1/1 Input INFD Futrolit + diit deabetasol 2150 (06.30) Output Urine = 1150 ml (06.30) Cairan Balance + 1000 ml. (06.30) O2 3 liter/menit Kesadaran Compos Mentis GCS E3, V2, M2

A =Masalah teratasi sebagian.

P =Lanjutkan intervensi1. Pantau vital sign2. Monitoring SPO2 , ukuran pupil, kesimetrisan, dan reaksi.3. Kaji kekuatan otot4. Monitor status cairan.5. Pantau perubahan tingkat kesadaran pasien.Siti Suwarsih S,Kep

10Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dengan kebutuhana. Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.b. Melatih mobilisasi ditempat tidur dan ROM pasif.(07.30)c. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) (06.30)d. Memantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas keperawatan (06.40)e. Mempertahankan pemberian oksigen (06.30)S= -

O = Vital Sign Terlampir Latihan ROM Pasif Tidak ada Tachikardia dan sesak nafas,\ (09.30) O2 nassa kanul 3 liter/menit. (08.30)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Latihan ROM Pasif2. Mobilisasi ditempat tidur3. Kolaborasi dalam penurunan suplay oksigen 2 liter/menit.Siti Suwarsih S,Kep

11.Defisit perawatn diri total berhubungan dengan intoleransi aktivitasa. Memonitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. (05.20)b. Memonitor dan membantu kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. (05.00)c. Membantu sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. (07.30)S = -

O = pasien menunjukkan peningkatan kesadaran penuh.Pasien tampak bersih dan wangi setelah dilakukan personal hygiene. (08.30) Pasien tampak belum bisa melakukan self care secara mandiri. (08.30)

A =Masalah teratasi sebagian

P =Lanjutkan Intervensi1. Bantu pasien dalam ADL dan Self careSiti Suwarsih S,Kep

BAB IVPEMBAHASAN

Stroke adalah penyebab kematian yang utama.Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS.Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker secara global.Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain : Identitas klien, riwayat keperawatan, keluhan utama, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu diagnosa.Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan dianalisa untuk mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan utamayaitu :Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena, Defisit perawatan diri total berhubungan dengan kelemahan, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi atau kontraktur, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit kronis (Stroke)Sedangkan pada teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi skret sekunder adanya kelemahan neuromuskuler, Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengangangguan aliran arteri atau vena, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan intake yang tidak adequate, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan dan mengunyah, Intoleransi aktifvitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay oksigen dengan kebutuhan, Gangguan komunikasi verbal berhubungn dengan gangguan pada N. Fasialis, Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitasDalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah yang muncul, sedangkan pada kasus, penulis menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini juga penting untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk mengetahui perkembangan status kesehatan klien.Pada tahap perencanaan didalam tindakan yang nyata yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan intervensi yang disusun, walaupun ada sebagian yang tidak bisa dilaksanakan karena minimnya waktu yang diberikan dan sarana yang kurang memadai.Walaupun demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mendapat hambatan dan kesulitan yang berupa intervensi yang diberikan hanya Tiga hari saja.Pada kasus Ny.Hdilakukan Pelaksanaan Pelaksanaan ROM dapat diaplikasikan minimal 2 kali sehari, hal ini sesuai dengan jurnal Sri Puguh Kristiyawati dan Febrina Sukmaningrum (2011) dengan judul Efektivitas Range Of Motion (ROM) Aktif-Asistif : Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Paien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang. Berdasarkan penelitian, Latihan ROM dapat dilakukan karena sangat efektif bagi pemulihan pasien stroke yang mengalami hemipharesis. Latihan gerak secara berulang membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan berulang dengan kualitas sebaik mungkin.Jurnal dari Dianna C. Haryono1, Andreanus A. Soemardji1, Felesia Fanty Peranan Terapi Akupunktur GI pada Penderita Stroke di Pelayanan Akupunktur UPT Kesehatan Institut Teknologi Bandung. Akupunktur GI merupakan teknik penusukan jarum yang menggabungkan ilmu pengobatan timur dan ilmu kedokteran barat berdasarkan prinsip pemijatan dengan titik utama 2 di leher, 3 di perut dan 2 di tungkai bawah. WHO (World Health Organization) menyatakan akupunktur sebagai pengobatan efektif menangani kasus stroke. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan terapi Akupunktur GI secara klinis pada penderita stroke. Kajian observasional dilakukan selama 3 bulan (Februari April 2011) kepada pasien stroke yang diterapi Akupunktur GI di Klinik Akupunktur Sukamenak dan UPT Bumi Medika Ganesa ITB.Akupunktur GI berperan efektif dalam meningkatkan aktivitas motorik pasien stroke yang ditunjukkan melalui peningkatan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, peningkatan kemampuan dalam mengontrol tubuh dan melakukan berbagai gerakan, serta peningkatan kekuatan fisik. Pada pasien NY. H tidak dilakukannya terapi akupuntur GI.Menurut Wahjoepramono (2005) obat -obat ini berfungsi untuk menghambat pembentukan zat-zat toksin seperti nitrit oksida, beberapa radikal bebas dan aktivasi phospolidase. Jika hal ini tidak dihambat, maka dalam beberapa jam akan terjadi kerusakan yang irreversible. Obat yang memberikan efek neuroprotektif adalah citicolin, piracetam, dan nimodipin.Hal ini sesuai dengan terapi medis yang diperoleh pasien, yaitu citicolin injeksi intravena dengan dosis 2 x 500 gram.Obat-obat tersebut memperbaiki cedera otak yang disebabkan otak dengan mencegah otak mengalami iskemik, sehingga tidak menyebabkan infark (Junaidi, 2011). Pada klien NY. H diberikan terapi injeksi citicolin.

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanPenelitian berskala cukup besar dilakukan oleh ASNA (AseanNeurologic Association) di 28 Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Penelitian inidilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit (hospitalbased study) dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor risiko, lamaperawatan dan mortalitas serta morbiditasnya. Hasilnya menunjukkan bahwapenderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan profil usia di bawah45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dandi atas usia 65 tahun 33,5%. (Misbach,2007).Penilaian yang akurat dan tepat dari Activities of Daily Living (ADL)pada pasien pasca stroke sangat penting untuk menilai outcome dariperawatan stroke. Kwon dkk melakukan penilaian disabilitas pada pasienpasca stroke dengan menilai Barthel Index (BI), motor component ofFunctional Independence Measure (M-FIM) dan modified Rankin Scale(mRS). Mereka mendapatkan hubungan erat antara BI, M-FIM dan mRSdalam menilai disabilitas pasien stroke secara umum (Kwon dkk,2004).Pada klien dengan stroke, terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul diantaranya adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hambatan mobilitas fisik, dan defisit perawatan diri.Untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik, salah satu implementasi yang dapat dilakukan adalah dengan latihan rentang gerak atau Range of Motion (ROM).Untuk pasien dengan penurunan kesadaran dapat dilakukan ROM pasif, dan untuk pasien yang tidak mengalami penurunan kesadaran, dapat dilakukan ROM aktif.Berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan, masalah keperawatan yang teratasi adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Untuk 3 diagnosa keperawatan lainnya, belum dapat teratasi sepenuhnya.Dikarenakan keterbatasan waktu sehingga mahasiswa hanya mengobservasi klien selama 3 hari, dari tanggal 30 Mei1 Juni 2013.

B. SaranDalam kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran saran sebagai berikut :

1. Bagi MahasiswaHendaknya lebih proaktif, cepat dan tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang dihadapi baik dalam teori atau kasus lapangan, khususnya pada proses kegawat daruratan.

2. Lahan PraktekDiharapkan pada lahan lebih meningkat pelayanan.a. Dalam melakukan asuhan keperawatan klien dengan stroke, perawat dapat mengimplementasikan ROM, minimal 2 kali dalam sehari.b. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke, perawat dapat mengimplementasikan merubah posisi pasien secara berkala, dengan minimal 2 jam sekali.c. Dan melakukan terapi akupuntur GI pada pasien stroke jika perlu.

3. Institusi PendidikanDapat membimbing dalam proses pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada kegawat daruratan dengan sabar dan teliti serta memotivasi para mahasiswa dalam segi mental dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Smeltzer,S.C& Bare,B.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta : EGC

Sudoyo,W.et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Edisi 4.Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.

Wilkinson, JM & Ahern,N. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9.Jakarta : EGC

Kristyawati, et al. 2011.Efektivitas Range of Motion (ROM) : Aktif Asistif : Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstrimitas Atas pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang.

Santana,A&Fathi, A 2005. Pemenuhan Mobilisasi Pada Pasien Post Stroke Di Ruang Unit Stroke Rumah Sakit UmumDr. Pirngadi Medan.

Kirimkan Ini lewat Email