Dengue Hemoragic Fever

26
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian a. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina (Christantie.E, 1995). b. Dengue Hemoragic Fever adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengangejala utama demam, nyeri otot dan sendi. (Mansjoer, A et al, 2001). c. Demam berdarah dengue (dengue haemorragic fever) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (IPD Jilid I, 1999). 2. Etiologi Penyebab DHF disebabkan oleh virus dengan sejenis yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Transcript of Dengue Hemoragic Fever

Page 1: Dengue Hemoragic Fever

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DENGUE HEMORAGIC

FEVER (DHF)

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

a. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina

(Christantie.E, 1995).

b. Dengue Hemoragic Fever adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengangejala utama demam, nyeri otot dan sendi. (Mansjoer, A et

al, 2001).

c. Demam berdarah dengue (dengue haemorragic fever) ialah penyakit yang

terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot

dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (IPD Jilid I,

1999).

2. Etiologi

Penyebab DHF disebabkan oleh virus dengan sejenis yang tergolong

arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti betina.

3. Perubahan Hematologi Pada Infeksi Dengue

Infeksi sekunder virus dengue menyebabkan terjadinya perubahan yang

kompleks dan unik pada berbagai mekanisme homeostatis dalam tubuh

penderita antara lain:

a. Hematokrit dan Hemoglobin

Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga, dari

perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan

penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

Page 2: Dengue Hemoragic Fever

b. Trombosit

Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang diajukan

oleh WHO sebagai diagnosis klinis penyakit Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF). Jumlah trombosit biasanya normal selama 3 hari pertama.

Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan mencapai

titik terendah pada fase syok.

c. Leukosit

Pada penderita DHF dapat terjadi leukopenia ringan sampai

leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan

ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah

granolosit menurun pada hari ketiga sampai hari kedelapan. Pada syok

berat dapat dijumpai leukositosis dengan neutropenia absolut.

d. Sistem Koagulasi, fibrinolisis, kirin dan komplemen.

Sistem koagulasi disusun oleh faktor-faktor koagulasi berupa protein

inaktif yang beredar dalam darah, apabila terjadi aktivasi normal ataupun

abnormal, faktor koagulasi akan diaktifkan secara beruntun, mengikuti

suatu dekade yang diawali dengan aktifasi faktor XII mulai dari sedikit

kemudian malah lama makin banyak sehingga aklhirnya terbentuk fibrin.

4. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan

kelaianan yang mungkin muncul pada sistem retikuloendotelial seperti

pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limfa. Ruam pada DHF

disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah

meningkatnya permealitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya

perembesan plasma ke ruang ekstra seluler dibuktikan dengan ditemukannya

cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritonium, pleura dan

Page 3: Dengue Hemoragic Fever

perikardium. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan

plasma, bila tidak segera diatasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis

metabolik dan kematian. Sebab lain kematian dari DHF adalah perdarahan

hebat, perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan

fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses

imunologis erbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran

darah. Kelainan sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati

iyang fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktifasi sistem koagulasi.

Page 4: Dengue Hemoragic Fever

Masalah terjadi DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien yang perdarahan

hebat.

Patoflodiagram

Infeksi Dengue Hemorragic Fever

Demam Mual Hepatomegali Alkalosis Trombositopenia Reaksi Derajat Muntah Respiratorik Imunologik I

Dehidrasi Hemoragik Permeabilitas Diastesis Vasculer meningkat

Kebocoran - Hipokonsentrasi Plasma - Hipoproteinemia

- Efusi serosa - Hiponatremia II

Hipovolemia

Hipotensi

Syok III

Hipoksia IV Jaringan

DIC Asidosis Metabolik

PerdarahanMasif ( Christante, E.1995 ) Kematian

Page 5: Dengue Hemoragic Fever

5. Kasifikasi DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

a) Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, panas 2-7

hari, uji tourniguet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.

b) Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan

seperti petekie, ekhimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi

c) Derajat III

Ditandai dengan gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan

cepat, tekanan nadi sempit, tekanan darah menurun

d) Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung ≥

140x/menit), anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak

biru.

(Kapita selekta).

6. Tanda dan Gejala

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,

tanda dan gejala lain adalah :

Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan

Acites

Cairan dalam rongga pleura (kanan)

Ensephalitis: kejang, gelisah, sopor koma.

(Kapita selekta).

7. Pemeriksaan dan Diagnosis

Trombositopenia (≤ 100.000/mm3).

Hb dan PCU meningkat (≤ 20 %).

Page 6: Dengue Hemoragic Fever

Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)

Serologi (uji H): respon anti bodi sekunder.

- Pada renjatan yang berat, periksa: Hb, PCU berulang kali (setiap jam atau 4-

6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan), faal hemostasis, FDP,

EKG, foto dada, creatinin serum. (Kapita selekta).

8. Penatalaksanaan

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue : panas 1-2 hari

disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang-

kejang, panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniguet

positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV

meningkat, panas disertai perdarahan dan panas disertai renjatan.

a) Grade I dan II : belum atau tanpa rejatan

Oral ad libitum

Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 cc/kg BB/ hari untuk anak

dengan BB <10kg bersama-sama diberikan minuman oralit, oralit, air

buah atau susu secukupnya, untuk kasus yang menunjukan gejala

dehidrasi disarankan minum sebanyak-banyaknya dan sesering

mungkin, apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya

jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan

cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan

sebagai berikut :

100 ml/kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB ≤ 25 kg.

75 ml/kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg.

60 ml/kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg.

50 ml/kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg.

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik

untuk anti panas, darah 15cc/kg BB/hari, perdarahan hebat.

Page 7: Dengue Hemoragic Fever

b) Grade III : dengan rejatan

Berikan infus ringer laktat 20 ml/kg BB/1 jam, apabila menunjukan

perbaikan (tekanan darah terukur lebih dari 80 MmHg dan nadi teraba

dengan frekuensi kurang dari 120x/menit lanjutkan dengan ringer

laktat 10 ml/kg BB/ 1 jam. Jika tekanan darah dan nadi stabil lanjutkan

infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan

cairan dalam kurun waktu 24jam dikurangi cairan yang sudah masuk

dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk

mengatasi renjatan).

Apabila satu jam setelah pemakaian caiaran RL 20 ml/kg BB 1 jam

keadaan tekanan darah masih terukur > dari 80 MmHg dan nadi cepat

lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau

plasma ekspander (dekstran L atau yang lainnya) sebanyak 10 ml/kg

BB/ 1jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/kg BB/ dalam kurun

waktu 24 jam.

Jika keadaan umum membaik dilanjutkan cairan RL sebanyak kebutuhan

cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa

waktu setelah dapat mengatasi renjatan. (Kapita selekta, hal 570).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival klien dan dalam

aspek preventative, pemeliharaan dan rehabilitatif perawatan kesehatan. Untuk itu

samapai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses

pemecahan massalah yang menggabungkan elemen yang paling relevasi dari

sistem teori dengan menggunakan metode ilmiah . dalam melakukan asuhan

keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, langkah tersebut

adalah:

Page 8: Dengue Hemoragic Fever

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer, et

al, 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu

pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data

sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan

memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu. Oleh

karena itu pengkajian yang akurat, lengkap sesuai dengan kenyataan,

kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa

keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon

individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktek

keperawatan ANA (American Nursing Association). Empat tahap pengkajian

yaitu : pengumpulan data, validasi data, pengorganisasian data dan identifikasi

masalah atau analisa masalah (La odo Junaidi Gaffar, S.Kp, 1999). Untuk

klien dengan DHF pada pengkajian didapat data-data sebagai berikut :

a) Identitas

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus

yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Christanti, 1995).

b) Keluhan Utama

c) Riwayat Penyakit Sekarang.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

e) Riwayat Penyakit Keluarga

f) Riwayat Kesehatan Lingkungan

g) Riwayat Tumbuh Kembang

2. Diagnosa Keperawatan

Page 9: Dengue Hemoragic Fever

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurun, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000, dikutip dari

”Nursalam, 2001”). Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan

DHF adalah:

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses penyakit (viremia).

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh

b.d, mual, muntah anorexia, dan sakit saat menelan.

c. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, pengobatan

dan pencegahan b.d kurang informasi.

d. Gangguan aktivitas sehari-hari b.d kelemahan fisik.

e. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d mekanisme patologis (proses penyakit).

f. Resti terjadinya perdarahan lebih lanjut b.d trombositopenia.

g. Resti terjadi syok hipovolemik b.d perdarahan hebat.

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah berikutnya adalah

menentukan perencanaan keperawatan meliputi pengembngan strategi desain

untuk mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang

teridentifikasi pada diagnosa keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan mengumpulkan rencana dokumen

(Iyer, Taptich dan Bennocchi Losey, 1996 dikutip dari ”Nursalam, 2001”).

Tahapan dalam menentukan perencanaan ini meliputi menentukan

prioritas, kriteria hasil, rencana tindakan dan pendokumentasian (nursalam,

2001). Terdapat tiga rencana tindakan dalam tahap rencana tindakan yaitu

rencana tindakan perawat, rencana tindakan pelimpahan (medis dan tim

kesehatan lainnya) dan program medis. Untuk klien yang dalam

pelksanaannya dibantu oleh perawat (Carpenito, 2000). Berdasarkan diagnosa

Page 10: Dengue Hemoragic Fever

keperawatan yang muncul pada klien dengan DHF, maka rencana

keperawatan yang dapat dirumuskan antara lain :

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) b.d proses penyakit (viremia)

Tujuan:

Suhu tubuh dalam batas normal.

Kriteria hasil :

Suhu tubuh 36.5-37.5oC

Intervensi:

1. Mengkaji saat timbulnya demam.

Rasional:

Untuk mengidentifikasi pola demam klien. (Christantie, E, 1995).

2. Mengobservasi tanda-tanda vital.

Rasional:

Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

klien. (Christantie, E, 1995).

3. Memberikan penjelasan tentang penyebab demam.

Rasional:

Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu

keluarga mengurangi kecemasan.(Christantie, E, 1995).

4. Menganjurkan klien untuk banyak minum 2500cc/hari.

Rasional:

Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

(Christantie, E, 1995).

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d

mual, muntah, anorexia, dan sakit saat menelan.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil :

Page 11: Dengue Hemoragic Fever

Klien mampu menghabiskan makanan sesuai porsi yang diberikan.

Intervensi :

1. Mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami klien.

Rasional :

Untuk menetapkan cara mengatasinya (Christantie, E, 1995).

2. Mengkaji cara/bagaimana makanan dihidangkan.

Rasional :

Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan.

(Christantie, E, 1995).

3. Memberikan makanan yang mudah ditelan.

Rasional :

Membantu mengurangi keluhan klien dan meningkatkan asupan

makanan karena mudah ditelan (Christantie, E, 1995).

4. Memberikan makanan porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional :

Untuk menghindari mual dan muntah (Christantie, E, 1995).

c. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet,perawatan, pengobatan

dan pencegahan b.d kurang informasi.

Tujuan :

Pengetahuan keluarga meningkat.

Kriteria hasil :

Mampu menjawab waktu ditanya tentang proses penyakit.

Intervensi :

1. engkaji tingkat

pengetahuan.

Rasional :

Untuk mengetahui sejauh mana informasi tentang penyakit yang

diketahui serta kebenaran informasi yang didapatkan sebelumnya.

(Christiantie, E, 1995).

Page 12: Dengue Hemoragic Fever

2. Mengkaji latar

belakang pendidikan keluarga.

Rasional :

Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai tingkat pendidikan

sehingga dipahami dan tujuan yang direncanakan tercapai.

(Christiantie, E, 1995).

3. Menjelaskan

tentang proses penyakit dengan sederhana.

Rasional :

Agar informasi dapat diterima dan mudah dimengerti.

(Christiantie, E, 1995).

4. Menggunakan

leaflet atau gambar dalam memberikan penjelasan.

Rasional :

Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan

(Christiantie, E, 1995).

d. Gangguan aktivitas sehari-hari b.d kelemahan fisik.

Tujuan :

Kebutuhan aktivitas terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien mampu mandiri setelah bebas demam.

Intervensi :

1. Mengkaji

keluhan klien.

Rasional :

Untuk mengidentifikasimasalah-masalah klien.

(Christiantie, E, 1995)

2. Mengkaji hal-

hal yang mampu/tidak mampu dilakukan klien.

Page 13: Dengue Hemoragic Fever

Rasional :

Untuk mengetahui tingkat ketergantungan..

(Christiantie, E, 1995)

3. Membantu klien

memenuhi kebutuhan sesuai tingkat kemampuan.

Rasional :

Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat saat kondisi

lemah dan perawat bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari.

(Christiantie, E, 1995).

4. Memberi

penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan

kekuatan fisik.

Rasional :

Dengan penjelasan yang diberikan kepada klien, maka klien

termotivasi untuk kooperatif, seperti mau menghabiskan makanan

yang disediakan.

(Christiantie, E, 1995).

e. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d mekanisme patologis.(proses penyakit)

Tujuan :

Nyeri berkurang sampai hilang.

Kriteria hasil :

Wajah tampak rileks, skala nyeri 0-1

Intervensi :

1. Mengkaji

tingkat nyeri.

Rasional :

Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien.

(Christiantie, E, 1995).

Page 14: Dengue Hemoragic Fever

2. Memberikan

posisi yang nyaman dan ruangan yang tenang.

Rasional :

Respon individu berbeda terhadap nyeri.

(Christiantie, E, 1995).

3. Melakukan

distraksi.

Rasional :

Untuk mengurangi rasa nyeri.

(Christiantie, E, 1995).

4. Memberikan

obat-obat analgesik kolaborasi dengan medis.

Rasional :

Dapat menekan atau mengurangi nyeri.

(Christiantie, E, 1995).

f. Resti terjadinya perdarahan lebih lanjut b.d trombositopenia.

Tujuan :

Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.

Kriteria hasil :

Trombosit meningkat.

Intervensi :

1. Monitor tanda-

tanda penurunan trombosit.

Rasional :

Penurunan tanda-tanda trombosit merupakan tanda-tanda ada

kebocoran pem buluh darah yang pada tahap tertentu akan

menimbulkan tanda-tanda klinis nyeri. (Christiantie, E, 1995).

2. Menjelaskan

tentang pengaruh trombositopenia pada klien.

Page 15: Dengue Hemoragic Fever

Rasional :

Agar keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada klien

(Christiantie, E, 1995).

3. Memonitor

jumlah trombosit

Rasional :

Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah.

(Christiantie, E, 1995).

4. Menganjurkan

klien banyak istirahat.

Rasional :

Mengajukan klien banyak tidur. (Christiantie, E, 1995).

g. Resti terjadi syok hipovolemik b.d perdarahan hebat.

Tujuan :

Tidak terjadi syok.

Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital dalam batas normal (sesuai umur).

Intervensi :

1. Monitor

keadaan umum klien.

Rasional :

Untuk mengetahui kondisi klien selama masa perawatan.

(Christiantie, E, 1995).

2. Monitor tanda-

tanda vital.

Rasional :

Tanda-tanda vital normal menandakan keadaan umum klien baik.

(Christiantie, E, 1995).

Page 16: Dengue Hemoragic Fever

3. Monitor tanda-

tanda perdarahan.

Rasional :

Perdarahan yang cepat diketahui dapat diatasi sehingga klien tidak

sampai syok. (Christiantie, E, 1995).

4. Pasang infus

dan beri terapi cairan.

Untuk mengatasi cairan yang hilang. (Christiantie, E, 1995).

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik (Nursalam 2001) tahap ini merupakan tahap keempat dalam

proses keperawatan oleh karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan dirumuskan sesuai skala urgent dan non urgent.

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu : persiapan,

perencanaan, dan pendokumentasian ( Nursalam 2001).

a) Fase persiapan meliputi

1) Review antisipasi tindakan keperawatan

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4) Persiapan alat

5) Persiapan lingkungan yang kondusif

6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

b) Fase implementasi

1) Independen

2) Interdependen

3) Dependen

c) Fase dokumentasi

Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah

dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien

Page 17: Dengue Hemoragic Fever

dengan bronkopneumonia perawat dapat berperan sebagai pelaksana

keperawatan, memberi support, pendidikan, advokasi dan pencatatan.

5. Evaluasi

Adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematis

pada status kesehatan klien (Nursalam 2001) evaluasi terdiri dari dua jenis

yaitu evalusi formatif atau evaluasi jangka pendek dimana evaluasi ini

dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan

akhir. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi akhir atau jangka

panjang, dimana evaluasi dilakukan pada akhir tindakan keperawatan. Sistem

penulisan pada tahap evaluasi ini umumnya menggunakan sistem SOAP

(Nursalam 2001).

6. Perencanaan Pulang

a. Kondisi, prognosis, dan pencegahan dipahami.

b. Anjurkan klien dan keluarga lebih menjaga kesehatan

dirumah dengan melaksanakan 3 M.

c. Keluarga dan klien mengetahui tanda-tanda komplikasi

seperti perdarahan.