Asuhan Keperawatan Putri Ny. s Gerontik

download Asuhan Keperawatan Putri Ny. s Gerontik

of 103

description

Gerontik Askep

Transcript of Asuhan Keperawatan Putri Ny. s Gerontik

LAPORAN AKHIR PRAKTIK GERONTIK

DI PANTI WREDHA HARAPAN IBU NGALIYAN SEMARANGDisusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan JiwaKoordinator: Rita Hadi W, M.Kep, Sp.Kep.Kom Dosen Pembimbing : Ns. Artika Nurrahima, S.Kep, M. KepNs. Nurullya Rachma, Sp.Kep.Kom

Oleh:

PUTRI KUMALASARI22020115210050PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 26

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2016

LAPORAN PRAKTIK GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN DIABETES MELLITUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan JiwaKoordinator: Rita Hadi W, M.Kep, Sp.Kep.Kom Dosen Pembimbing : Ns. Artika Nurrahima, S.Kep, M. KepNs. Nurullya Rachma, Sp.Kep.Kom

Oleh:

PUTRI KUMALASARI22020115210050PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 26

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2016SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Nama

: PUTRI KUMALASARITempat/ tanggal lahir: Grobogan, 15 Februari 1994Alamat Rumah : Ds. Ngembak RT:10/RW:06 Kec. Purwodadi Kab. GroboganNo.Telp

: 085741070006Email

: [email protected]

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan saya ini bebas dari plagiarism dan bukan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh bagian dari penelitian dan karya ilmiah dari hasil-hasil penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarism, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Akademik UNDIP.Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa unsur paksaan dari siapapun.

Semarang, 13 Feb 2016

Yang menyatakan,

Putri Kumalasari

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Usia lanjut merupakan tahap akhir dari perkembangan manusia. Seseorang dikatakan lanjut usia jika seseorang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lanjut usia merupakan proses akhir dari tumbuh kembang manusia, dimana di dalam proses tersebut terjadi penuaan (Azizah, 2011). Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stres yang ada di lingkungan. Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individu (Efendi, 2009). Adapun masalah kesehatan ataupun penyakit-penyakit yang sering muncul terjadi pada lansia akibat dari penurunan fungsi organ tubuh (fisiologis) yaitu diabetes melitus, hipertensi, kolesterol, penyakit jantung, arthritis, dan asam urat.Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah yang disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007). Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (hyperglikemia) yang terjadi akibat adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun keduanya (Smeltzer & Bare, 2008). Diabetes mellitus terdiri dari beberapa jenis yaitu diabetes mellitus tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes mellitus tipe gestasional, dan diabetes mellitus tipe lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak di derita adalah diabetes tipe II.Data dari WHO menunjukkan, bahwa Indonesia menempati peringkat ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India (PDPERSI, 2015). Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 juga menunjukkan angka prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia adalah 2,1%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1,0% apabila dibandingkan dengan prevalensi tahun 2007 (1,1%) (Riskesdas, 2013). Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 4,9 juta kematian warga Indonesia selama 2014. Hal ini berarti setiap 7 detik, ada penderita yang meninggal karena diabetes. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 yang menyebabkan 4,6 juta kematian akibat diabetes mellitus. Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk perawatan diabetes mellitus telah mecapai 612 miliar USD (IDF, 2011 dalam Trisnawati, 2013). International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta penderita tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. 80% penderita DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah (IDF, 2011 dalam Trisnawati, 2013). Sedangkan data lain dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus di Kota Semarang sebesar 14.200 kasus (Profil Kesehatan Semarang, 2014).Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah perifer yang dapat menyebabkan berbagai dampak secara fisik maupun psikologis. Dampak fisik yang terjadi pada diabetesi seringkali disebabkan oleh adanya komplikasi DM seperti ulkus pada kaki, kelemahan fisik, penurunan sensasi nyeri pada kaki, penurunan berat badan, kesemutan, gatal, mata kabur, stroke, gangren, serta timbulnya penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung atau gagal ginjal, bahkan dapat menimbulkan kecacatan fisik (Sari, 2012). Dampak fisik inilah yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis penderitanya. Dampak psikologis pada diabetesi ini antara lain ketidakmampuan menerima keadaan sakitnya, merasa putus asa, dan tidak berguna (Sukmaningrum, 2005). Selain itu berdasarkan hasil pengkajian pada klien Ny. S didapatkan data jika pada awal masuk Panti Wredha klien tidak memiliki nafsu makan sama sekali, sering merasa haus sehingga banyak minum, sering mengalami kesemutan, kelemahan fisik dan penurunan berat badan.Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak yang besar baik dari aspek fisiologis maupun psikologis terutama untuk lansia, maka dari itu perlu diadakan program pencegahan dan pengendalian diabetes maupun komplikasi dari diabetes serta penatalaksanaan aspek psikologis yang terjadi.B. Tujuana. Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan masalah diabetes mellitusb. Khusus

1) Mahasiswa mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan baik kepada lansia

2) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik sesuai permasalahan keperawatan pada lansia3) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan gerontik sesuai permasalahan keperawatan pada lansia

4) Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil pada asuhan keperawatan gerontik pada lansia

5) Mahasiswa mampu menyusun rencana dan mengimplementasikan asuhan keperawatan gerontik pada lansia6) Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi pada asuhan keperawatan gerontik yang telah dilakukan pada lansia7) Mahasiswa mampu merumuskan rencana tindak lanjut pada lansia

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2008). Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relatif insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Diabetes mellitus (DM) menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007). Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal (Rochmah, 2007). Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring dengan pertambahan usia, menetap sebelum akhirnya menurun (Rochmah, 2007).

Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg% tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan (Subramaniam, 2005). Seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian antara lain lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular dari DM dan adanya sindrom geriatri (Kurniawan 2010).2. Manifestasi KlinisGejala klasik Diabetes Mellitus seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita diabetes mellitus karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena mekanisme haus terganggu seiring dengan penuaan, maka polidipsi pun tidak terjadi, sehingga lansia penderita diabetes mellitus mudah mengalami dehidrasi hiperosmolar akibat hiperglikemia berat (Burduli, 2009 & Mencilly, 2001).

Diabetes mellitus pada lansia umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan, letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah jatuh, dan inkontinensia urin). Inilah yang menyebabkan diagnosis diabetes mellitus pada lansia seringkali agak terlambat. Bahkan, diabetes mellitus pada lansia seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakit lain (Kurniawan, 2010).

Sindrom Geriatri

Selain manifestasi klinik yang telah disebutkan, pada lansia juga terdapat aspek khusus berkenaan dengan diabetes mellitus yang dikenal dengan sindrom geriatri (Kurniawan, 2010).1. Depresi

Pada lansia penderita DM yang mengalami depresi rekuren, perlu ditelaah kembali obat yang diterimanya, adakah obat yang menyebabkan depresi di antara obat-obatan tersebut. Mekanisme hubungan antara DM dan depresi belum jelas, tetapi hiperglikemia dapat menyebabkan depresi dan sebaliknya, depresi dapat menyebabkan hiperglikemia. Depresi tentu meningkatkan biaya pelayanan kesehatan dan memberi pengaruh buruk pada pengobatan DM karena tata laksana DM yang efektif memerlukan partisipasi pasien (Kurniawan, 2010).2. Gangguan Fungsi Kognitif

Hubungan gangguan fungsi kognitif pada lansia penderita DM cukup kuat, dan wanita mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih bermakna dibandingkan pria. Studi membuktikan bahwa lansia dengan kontrol gula darah yang baik lebih lambat mengalami gangguan fungsi kognitif. Seperti hal depresi, gangguan fungsi kognitif dapat menganggu kemampuan pasien berpartisipasi dalam tata laksana DM, baik dalam hal modifikasi gaya hidup maupun dalam minum obat (Kurniawan, 2010).3. Keterbatasan Fisik dan Risiko Terjatuh

DM merupakan faktor risiko utama untuk gangguan fungsi tungkai bawah, gangguan keseimbangan, dan kemampuan gerak. Dibandingkan dengan lansia lainnya, risiko keterbatasan fisik 2-3 kali lipat pada lansia penderita DM, dan risiko ini lebih besar pada wanita. Dampak semua ini adalah lebih banyak lansia wanita penderita DM yang mengalami jatuh dan fraktur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian berkala terhadap faktor risiko terjatuh pada lansia penderita DM agar dapat diupayakan pencegahannya (Kurniawan, 2010).4. Polifarmasi

Polifarmasi adalah penggunaan 5 atau lebih obat-obatan sekaligus. Pada penderita DM, polifarmasi mungkin tak dapat dihindari karena selain diperlukan untuk pengendalian gula darah, obat juga diperlukan untuk mengatasi gangguan tekanan darah, dispipidemia, dan komplikasi vaskular. Pada kenyataannya, selain meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat, pada lansia polifarmasi meningkatkan kerentanan terhadap depresi, gangguan fungsi kognitif dan risiko terjatuh. (Kurniawan, 2010)5. Inkontinensia Urin

Kejadian inkontinensia urin meningkat pada lansia penderita DM, dan wanita berisiko 2 kali lebih banyak daripada pria. Faktor yang berperanan dalam hal ini antara lain poliuria, glikosuria, neurogenic bladder, infeksi saluran kemih, efek samping pengobatan dan impaksi feses. Inkontinensia urin persisten perlu dievaluasi dan diatasi karena dapat menurunkan kualitas hidup dan memicu terjadinya isolasi sosial. (Kurniawan, 2010)3. Klasifikasi

American Diabetes Associations Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus (dalam Corwin, 2009), menjabarkan 4 kategori utama diabetes melitus, yaitu:a. Tipe I :Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM)/Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)Penderita diabetik 5-10% adalah tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal tersebut terjadi secara mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.b. Tipe II :Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus(NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)Pada 90 sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Hal ini dikarenakan penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Diit dan olah raga merupakan pengobatan pertama, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Hal ini sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan mereka yang mengalami obesitas.c. DM tipe lainKarena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.4. Etiologia. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh:

Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I

Faktor imunologi (autoimun)

Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik (Nurarif & Kusuma, 2013)5. Patofisiologis

a) Diabetes tipe I. Penderita diabetes tipe satu memiliki ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati Hiperglikemi puasa terjadi akibat. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, klien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Klien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.b) Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).6. Komplikasi

Komplikasi pada tipe DM (Diabetes Melitus)digolongkan menjadi dua sebagai akut dan kronik(Mansjoer dkk, 2007).a. Komplikasi akutKomplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah

1) Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia

Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus sopor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.2) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh : Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi, Keadaan sakit atau infeksi, dan atau Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.3) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/HONK)HONKadalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 150 mEq per liter kalium bervariasi.b. Komplikasi kronikUmumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.1) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.2) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.3) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih

5) Ulkus/gangren/ kaki diabetik7. Penatalaksanaan Untuk Komplikasi Kronik DM

Lansia merupakan populasi yang rentan terhadap terjadinya komplikasi kronik DM yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Oleh sebab itu, tata laksana komprehensif terhadap lansia penderita DM tidak dapat terlepas dari upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik DM (Kurniawan, 2010).a. Kontrol Gula Darah

Dengan kontrol gula darah yang baik, risiko komplikasi makrovaskular dapat dikurangi. Kontrol gula darah ini tidak perlu terlalu ketat pada lansia mengingat risiko hipoglikemia pada lansia penderita DM. Target kontrol gula darah ditentukan oleh status kesehatan serta kemampuan fisik & mental (Kurniawan, 2010).b. Kontrol Tekanan Darah

Kejadian hipertensi pada lansia penderita DM meningkat, prevalensi 40% pada usia 45 tahun meningkat menjadi 60% pada usia 75 tahun. Hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperanan dalam terjadinya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular pada DM. Studi UKPDS menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah yang baik dengan antihipertensi manapun menurunkan risiko komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular (Kurniawan, 2010).c. Kontrol Lemak Darah

DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung koroner, sehingga dislipidemia pada DM harus dikelola secara agresif yaitu harus mencapai target kadar kolesterol LDL 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolokc. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkatd. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/Ie. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normali. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)j. Urine: gula dan aseton positifk. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S (80 Tahun)

DENGAN DIABETES MELLITUS

A. DATA UMUM

1. Nama Lansia

: Ny. S2. Usia

: 80 tahun

3. Agama

: Islam

4. Suku

: Jawa

5. Jenis Kelamin

: Perempuan

6. Nama Wisma

: Panti Wredha Harapan Ibu

7. Pendidikan

: -8. Riwayat Pekerjaan: Pembantu Rumah Tangga (PRT)9. Status Perkawinan: Janda

10. Pengasuh Wisma: Ny.R

B. ALASAN BERADA DI PANTI

Klien mengatakan, Saya tuh tinggal di rumah juragan saya ning, lha terus ndak tau tiba-tiba udah dibawa kesini, kemarin bilangnya mau diajak ke puskesmas gitu buat berobat. padahal saya kerja disana sudah lama, bertahun-tahun, terus saya diajak kesini tu saya dibohongi kok ning, kalau tau mau diajak kesini ya saya ga mau lah ning.Klien menjelaskan bahwa ia tidak memiliki keluarga, klien tinggal di rumah juragan tempat ia bekerja di Semarang sebagai pembantu rumah tangga. Karena sudah tua dan sudah tidak mampu bekerja lagi, ketua RT setempat memasukkan Ny.S di Panti Wredha Harapan Ibu. C. DIMENSI BIOFISIK

1. Riwayat Penyakit (dalam 6 bulan terakhir)

Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus.

Klien mengatakan, Pas dirumah yo sehat-sehat wae ning, orak pernah sakit apa-apa, nah tapi pas diperiksa di nek kene katane sakit gula ngono, padahal sak durunge orak ono loro opo-opo.Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus. Klien mengatakan ketika diperiksa kadar gula darahnya seringkali hasilnya tinggi lebih dari normal. Selain itu menurut pengurus panti, terkadang tekanan darah klien tinggi.2. Riwayat monitoring TD

Tgl08/02/201609/02/201610/02/2016

TD100/70100/7090/60

3. Riwayat Vaksinasi

Klien mengatakan,Lah, orak pernah ig ning.Klien tidak ingat riwayat vaksinnya. Pengurus panti juga tidak mengetahui secara pasti riwayat vaksinasi klien. Selama di Panti, klien tidak pernah di vaksin.4. Skrining Kesehatan yang Dilakukan

Klien mengatakan, Paling saben dino di tensi iku ning, sing diukur darahe iku, lha aku yo dikandani nek duwe penyakit gula ngono. 5. Status Gizi

BBTB (Tinggi Lutut)IMT (BB/TB2)Status Gizi

31 kg147 cm (TL= 45 cm)14,35Underweight

6. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi

a. Masalah Pada Mulut

Klien mengatakan, Orak loro untu kok ning, cuman kok yo wes do entek ngene untune ya ning.Klien tidak ada masalah nyeri didaerah mulutnya.b. Perubahan Berat Badan

Klien mengatakan,Aku kuru ngene ning, manganku yo sithik kok. Padahal pas dogowo rene aku lemu lho.Klien dulu badannya berisi, namun sekarang kurus karena makannya sedikit. Klien tampak lemah, lebih suka untuk tiduran di kasur.c. Masalah nutrisi

Klien mengatakan, Aku ki rasane kok nek mangan wegah mbak, paling mangan yo 5-6 sendok tok, koyo mau isuk, rak tak entekke. Tapi aku luwih sering minum mbak daripada makan.

Klien mengatakan bahwa tidak nafsu makan, makan hanya 5-6 sendok dan tidak dihabiskan. Klien lebih sering minum.7. Masalah Kesehatan yang Dialami Saat ini

Klien mengalami tidak enak badan. Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak sih.Klien mengatakan bahwa merasa pusing, badan sering gemetar, badan pegal-pegal, lemas, tangan kanan terasa kaku.8. Obat-obatan yang Dikonsumsi Saat ini

Terdapat obat metformin dan dexamethasone tablet yang sudah tidak dikonsumsi lagi. Klien mengatakan Iya ada obat, tapi sekarang sudah ga diminum lagi mbak, biasane tiap hari diparingi karo bu Khani obat vitamin mbak, ono loro siji putih siji kuning mba.Klien diberi obat vitamin oleh pengurus panti setiap harinya. Klien sudah tidak mendapatkan obat metformin dan captopril lagi.9. Tindakan Spesifik yang Dilakukan Saat ini

Klien mengurangi aktivitas. Klien mengatakan,Aku paling cuman turu mbak, ki rasane kesel, mumet ngono yo turu wae.Klien tampak hanya tiduran saja, karena badannya terasa pegal-pegal dan lemas.10. Status Fungsional (AKS) (Dinilai dengan indeks KATZ)KategoriMandiriTergantung

Bathing(

Dressing(

Toileting(

Transferring(

Continence(

Feeding(

Ideks KATZ dalam kategori B11. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a. MobilisasiKlien mengatakan, Iya ini Alhamdulillah kakinya masih sehat, bisa jalan-jalan walupun kadang gemeteran mbak. Dulu pernah jatuh di kamar mandi juga mbak, tapi juga sering kesel mbak.Klien mengatakan masih dapat berjalan kaki untuk beraktivitas namum tidak kuat berdiri dalam waktu yang lama, klien pernah jatuh di kamar mandi. Klien berjalan kaki untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Klien saat berjalan terlihat pelan-pelan dan hati-hati.b. Berpakaian

Klien mengatakan, Aku nek ganti klambi yo saged dhewe mbak.Klien masih dapat melakukan ganti pakaian secara mandiri. Klien berganti pakaian sehari 1 kali ketika selesai mandi.c. Makan dan Minum

Klien mengatakan, Nek makan ya 3 kali mbak, isuk, awan karo bengi, tapi yo kui aku nek makan orak tak habiske mbak, luwih akeh minume.Klien masih dapat makan dan minum secara mandiri, mengikuti kegiatan yang diberikan makan sehari 3 kali, minum 6 gelas/hari. Klien tidak menghabiskan makanannya.d. Toileting

Klien mengatakan, Iya nek aku pipis nopo BAB ke kamar mandi yo dewe mbak, orak ngganggo pampers ngono, terus nek pas malem aku yo berani keluar sendiri mbak.Klien dapat melakukan BAK dan BAB secara mandiri.e. Personal HigieneKlien mengatakan, Kalo nyuci aku yo mbayar mbak, tak kon nyucike, wes rak kuat nek dienggo nyuci dewe awak, lha tangane ki sok gringgingen ngene kok.Klien berkata bahwa untuk mencuci pakaian klien meminta tolong pada pegawai wisma.f. Mandi

Klien mengatakan, Aku nek adus sedino ping loro (2) mbak, iso dewe kok. Klien dapat melakukan mandi secara mandiri, klien mandi 2 kali sehari.D. DIMENSI PSIKOLOGIS

1. Status Kognitif (Short Portable Mental State Quesionnare)

PertanyaanJawaban

BetulSalah

1. Tanggal Berapa Hari ini ?

2. Hari apakah hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

4. Berapa no. Telpon rumah anda?

5. Berapa usia anda?

6. Kapan anda lahir?

7. Siapakah nama presiden sekarang?

8. Siapakan nama presiden sebelumnya?

9. Siapakah nama ibu anda?

10. 5+6 adalah

Keterangan : klien mengalami gangguan kognitif berat2. Perubahan yang Timbul Terkait Status Kognitif

Perubahan yang timbul pada klien adalah pembicaraan yang inkoheren. Jika diberi pertanyaan, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan. Selain itu, klien sering mengatakan dirinya tidak berguna karena sudah tidak ingat siapa-siapa lagi dan tidak memiliki sanak saudara maupun keluarga. Klien juga sering mengatakan hal yang sama berulang-ulang.3. Dampak yang Timbul Terkait Status Kognitif

Tidak ada dampak negatif pada status kognitif pada klien.4. Status Depresi (pengukuran dengan skala Depresi)

PertanyaanpenyesuaianJawaban

1. Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?TidakTidak

2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas dan minat anda?YaYa

3. Apakah anda merasa hidup anda kosong?YaTidak

4. Apakah anda sering bosan?Ya Ya

5. Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu?TidakTidak

6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda?YaTidak

7. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu?TidakTidak

8. Apakah anda merasa jenuh?YaYa

9. Apakah anda merasa lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, dari pada pergi melakukan sesuatu yang baru?YaYa

10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak mengalami masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya?YaTidak

11. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini?TidakTidak

12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini?YaYa

13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini?TidakTidak

14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi?YaTidak

15. Apakah anda berfikir banyak orang yang lebih baik dari anda?YaTidak

Keterangan : nilai 11 menandakan depresi5. Perubahan yang Timbul Terkait Status Depresi

Klien mengatakan, Nek aku bosen yo paling turu mbak. Yo nek nonton tv yo jarang kok mbak, meh ngobrol karo kancane yo wegah. Akeh sing sombong soale mbak. Klien mengalami depresi, klien merasa jenuh berada dipanti. Klien tidak suka berkomunikasi dengan penghuni panti yang lain, klien lebih suka diam dan tidur.

6. Dampak yang Timbul Terkait Status Depresi

Klien mengatakan, Ya tinggal disini terpaksa mbak, wong saya dibohongi dibilangnya mau diajak kemana gitu malah dibawa kesini. Saya kalo disini ya cuma diam. Sama orang-orang disini ya tau tapi ga tau namanya wong jarang ngobrol, koncone podho sombong mbak, nek orak dijak ngobrol orak gelem ngajak disik soale.Klien mengatakan, Nek dibilang stress ya stress mbak, kalo dibilang stress ya gimana udah kepepet tinggal di sini.

Klien mengatakan dirinya merasa depresi di panti. Klien ingin menyusul ibunya yang sudah meninggal. Klien hanya diam atau tidur jika merasa jenuh dan depresi. Klien merasa tidak dapat mengerjakan apapun dan merasa tidak dipedulikan oleh orang-orang di sekitarnya.7. Keadaan Emosi

a. AnxietasKlien mengatakan, Aku nek kene yo rak wedhi opo-opo kok mbak

Klien mengatakan bahwa dirinya tidak takut dengan apaapun di panti. Total skoring anxiety dengan kuesioner DASS : 18 (Cemas berat)No.PERNYATAAN0123

1Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.

2Saya merasa bibir saya sering kering.

3Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.

4Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).

5Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan.

6Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

7Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau copot).

8Saya merasa sulit untuk bersantai.

9Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir.

10Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.

11Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

12Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.

13Saya merasa sedih dan tertekan.

14Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).

15Saya merasa lemas seperti mau pingsan.

16Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.

17Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang manusia.

18Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

19Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.

20Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.

21Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.

22Saya merasa sulit untuk beristirahat.

23Saya mengalami kesulitan dalam menelan.

24Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan.

25Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung meningkat atau melemah).

26Saya merasa putus asa dan sedih.

27Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

28Saya merasa saya hampir panik.

29Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal.

30Saya takut bahwa saya akan terhambat oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.

31Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.

32Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.

33Saya sedang merasa gelisah.

34Saya merasa bahwa saya tidak berharga.

35Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.

36Saya merasa sangat ketakutan.

37Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.

38Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.

39Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

40Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.

41Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).

42Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.

b. Perubahan Perilaku

Klien mengikuti rutinitas di panti. Klien hanya makan dan tiduran. Klien terlihat lebih senang menyendiri.c. Mood

Klien terlihat diam bila tidak ada yang mengajak bicara, jika ada yang mengajak berbicara klien menjawab seadanya.E. DIMENSI FISIK

1. Luas Wisma

Luas tanah 3.783 m2Luas wisma 2.303 m2

2. Keadaan Lingkungan di Dalam Wisma

a. Penerangan

Wisma harapan ibu memiliki 2 kamar dengan penghuni masing-masing 19 orang. Setiap kamar memiliki 7 lampu. Ketika siang hari lampu dimatikan dengan kondisi jendela/tirai dibuka sehingga ruangan terang.b. Kebersihan dan Kerapian

Kebersihan kamar dibersihkan oleh petugas setempat. Klien merapikan tempat tidurnya sendiri setiap pagi dan sore.c. Pemisahan Ruangan Antara Pria dan Wanita.

Pemisahan ruang antara pria dan wanita dipisah dengan tembok, sesuai dengan jenis kelaminnya.

d. Sirkulasi Udara

Sirkulasi udara setiap ruang baik, setiap jendela terdapat ventilasi udara. Saat siang hari jendela dibuka sehingga udara dapat bertukar dengan baik. Jendela kamar masing-masing terdapat 20. Cahaya matahari dapat masuk.e. Keamanan

Kondisi lantai sudah dikeramik, beberapa ruangan sudah terdapat pegangan untuk pengamanan sebagai alat bantu mobilisasi.

f. Sumber Air Minum

Air bersumber dari air kemasan isi ulang. Kualitas air baik, jernih. Pengelolaan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci baju menggunakan air sumur. Jarak antara kamar dengan WC 10 m.g. Ruang Berkumpul Bersama

Kondisi ruangan untuk berkumpul bersama baik dan luas, fasilitas ruangan dilengkapi dengan tv, meja, kursi, microphone dan sound.3. Keadaan Lingkungan di Luar Wisma

a. Pemanfaatan Halaman

Halaman diberikan banyak pohon-pohonan yang berbuah seperti pohon mangga dan pohon nangka. Dihalaman depan dan samping terdapat bunga dan tanaman lainnya. Bagian samping terdapat jemuran baju.

b. Pembuangan Air Limbah

Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai, sehingga tidak ada genangan air.

c. Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah tidak dipisah antara organik dan non-oraganik. Di ruang berkumpul terdapat tempat sampah. Sampah kering di bakar di halaman bagian samping kiri.

d. Sanitasi

Lingkungan wisma setiap pagi dibersihkan : di-pel dengan menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor dicuci oleh penghuni wisma yang bisa melakukan. Air yang digunakan untuk kebutuhan MCK dengan menggunakan air sumur.

e. Sumber Pencemaran

Sumber pencemaran salah satunya dari sampah yang ditinggalkan penghuni panti disekitar tempat tidur. Halaman samping kiri terkadang dijadikan tempat pembakaran sehingga menimbulkan polusi asap. Lingkungan berada dipinggir jalan raya, resiko pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor.

F. DIMENSI SOSIAL

1. Hubungan Lansia dengan Lansia di Dalam Wisma

Klien mengatakan, Nek neng kene aku luwih seneng dewekan, paling cuman turu tok mbak. Karo kondone ning kene aku sih ngerti mbak, tapi yo rak ngerti jenenge, soale jarang ngobrol.Hubungan antar lansia di dalam wisma cukup interaktif. Namun klien lebih suka menghabiskan waktunya ditempat tidur. Ia jarang berkomunikasi dengan lansia lain. Klien tidak mengetahui nama-nama lansia lain.2. Hubungan Antar Lansia di Luar Wisma

Klien mengatakan, Aku rak tau metu soko panti mbak, wong yo ora intuk metu yo nek kene wae. Jane aku pengen sih metu, lha bosen banget nek njero wae.

Klien berkata tidak mengenal penghuni di luar wisma karena tidak pernah berjalan keluar wisma.3. Hubungan Lansia dengan anggota keluarga

Klien mengatakan, Aku iki orak nduwe keluarga mbak, bojoku wes orak ono, aku wes ditinggal wong tuwoku soko chilik. Soko mbiyen aku urip karo juraganku, kangen karo ndoro putri, pengen telpon soko kene tapi yo orak oleh sih mbak. Nek sing njenguk aku biasanya tonggo-tonggoku mbak, gentian. Soale aku apikan karo wong liyo, dadine wong liyo juga apikan karo aku. Klien tidak memiliki keluarga namun ada tetangga yang mengunjungi klien bergantian setiap bulannya.

4. Hubungan Lansia dengan Pengasuh Wisma

Klien mengatakan, Iyo ngerti aku mbak, Jenenge Bu Khani. Wonge apikan og mbak. Nek bapake karo ibune sing liyone yoo ngerti tapi lali jenenge sopo.Hubungan klien dengan pengasuh wisma berjalan baik. penghuni wisma kenal kepada pengasuh wisma. 5. Kegiatan Organisasi Sosial

Klien mengatakan, Aku arang melu mbak, wong awakku sering pegel-pegel ngene dadine luwih sering lungguh nek orak yo turu wae mbak nek kene.

Kelemahan fisik membuat klien jarang mengikuti kegiatan panti seperti senam dan kerja bakti, kalaupun mengikuti kegiatan tersebut hanya sebentar saja. G. DIMENSI TINGKAH LAKU

1. Pola Makan

Klien mengatakan, Aku nek maem sedino ping 3 mbak, enjang, siang kalih bengi, tapi aku paling maeme cuman sithik mbak, 5-6 sendok thok, rasane ki males meh maem mbak. Aku luwih seneng minum kok mbak.Pengurus panti berkata, Kalo disini menu makan sama semua mbak, setiap minggu diberi kacang hijau dan susu juga. Buah palingan 3 hari sekali. Menu makanan paling tempe, tahu, telor sama sayur. Untuk ayam sama daging dikurangi mbak.Frekuensi : tiga kali dalam sehari

Porsi makan : 3-4 sendok makanKesulitan makan : ketika makan terasa pahit sehingga tidak nafsu makan.Pola diet : tidak ada.2. Pola Tidur

Klien mengatakan, Aku biasane turu nek kancane wis turu mbak, yo jam 11an ngono, biasane yo sik tangi goro-goro pengen nek kamar mandi ngono mbak.Nek tangi yo melu-melu kancane sih jam 3 nan ngono yo wis tangi kok mbak.

Jam tidur jam 22.00 bangun pukul 03.00. Selalu tidur siang 1-2 jam.Lama tidur : 6-7 jam /hari

Kesulitan dalam tidur : klien berkata sering terbangun karena ingin ke kamar mandi.Kualitas dan kuantitas tidur : klien berkata badannya segar ketika bangun tidur.3. Pola Eliminasi (BAK, BAB)Klien mengatakan, Aku nek BAB karo BAK yo neng WC mbak. Aku ora ngagem pampers kok. Aku nek meh nek mburi yo dewekan. Biasane 2 dino pisan nek BAB, nek BAK yo aku sering banget mbak 5-6 mbak.a. BAK : tidak mengalami inkontinensia, frekuensi 5-6 kali/hari, kemampuan menahan berkemih terbatas.

b. BAB : 2 hari sekali, konsistensi lunak

4. Kebiasaan Buruk Lansia

Berdasarkan observasi klien tidak memiliki kebiasaan buruk. Klien tampak lebih sering tiduran di kasurnya daripada beraktivitas maupun berinteraksi dengan temannya.5. Pelaksaanaan Pengobatan

Berdasarkan wawancara pada pengurus panti Pelaksanaan pengobatan diawali dengan dibawa ke puskesmas atau poliklinik terdekat, jika perlu perawatan lebih lanjut baru dibawa ke RS.

Klien mengatakan, Kalo disini suka dikasih obat itu tapi tidak tau untuk apa.Berdasarkan observasi klien diberikan obat metformin dan dexamethasone.

Petugas panti mengatakan, Kalo disini semua diberi vitamin dan kalsium mbak. Tapi nek pasiennya tensinya tinggi apa gula darahnya tinggi biasanya tak kasih captopril atau amlodipine sama metformin.6. Kegiatan Olahraga

Klien mengatakan, Aku arang melu senam kok mbak wong badanku ki rasane pegel-pegel dadine nek melu senam iso mung karo lungguh.

Klien jarang mengikuti kegiatan senam.7. Rekreasi

Klien mengatakan, Aku paling nek ning kene yo nonton tv mbak karo turu, aku rak terlalu seneng crito-crito ngono mbak. Enak nek turu wae nek kasur mbak. Klien tidak memiliki hobi/kegiatan yang dianggap bisa menjadi sarana rekreasi /hiburan bagi klien. Sehingga klien tidak pernah memenuhi kebutuhan rekreasinya.8. Pengambilan Keputusan

Pengambil keputusan lebih dominan oleh pengasuh wisma.

H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN

1. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan

Ketika klien sakit maka pengasuh wisma memberikan obat.2. Sistem Pelayanan Kesehatan

a. Fasilitas kesehatan yang tersedia

Fasilitas kesehatan terdekat yaitu puskesmas pembantu. Jika diharuskan dibawa ke RS maka akan dibawa.

b. Jumlah tenaga kesehatanPanti Wredha Harapan Ibu tidak memiliki tenaga kesehatan. Jika ada penghuni wisma yang sakit biasanya diberi obat dari pengasuh wisma. Jika ada praktikan perawat maka akan ikut membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada para lansia.

c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit

Tindakan pencegahan penyakit tidak dilakukan, misal : penyuluhan atau pendkes.d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia

Jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia, biasanya petugas dari puskesmas datang untuk memeriksa tekanan darah para lansia. Apabila ada yang memerlukan obat maka petugas posyandu akan memberikan obat.e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan

Posyandu lansia dilaksanakan 1 bulan sekali pada akhir bulan.

3. Pemeriksaan Fisik

NoBagian/regionHasil PemeriksaanMasalah Keperawatan yang muncul

1.KepalaMesochepal, penyebaran rambut merata, warna rambut putih, tidak ada benjolan.

2.Wajah/mukaTampak kerutan karena proses penuaan.

3.Mata Sklera ikterik, kojungtiva anemis, tidak katarak, isokor, rangsang cahaya (+), pergerakan bola mata baik, lapang pandang terbatas maksimal, tidak mampu melihat benda jauh.Ketidakseimbangan nutrisi dan cairan

4.TelingaPendengaran normal, tidak ada serumen keluar

5.Mulut dan gigiMulut bersih, mukosa lembap, tidak ada sariawan. Gigi tinggal 4.

6.LeherTidak ada benjolan/ pembesaran kelenjar tiroid.

7.DadaI: pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tulang dada terlihat jelas

P: taktil fremitus sama antara kanan dan kiri, depan dan belakang.

P: perkusi dada redup.

A: bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar wheezing/ronchi.

8.JantungI: warna kulit sesuai dgn warna kulit bagian tubuh lainnya.

P: tidak ada pembesaran jantung. IC teraba di interkosta ke 5 mid klavikula sinistra.

P: batas-batas jantung sesuai, suara redup.

A: tidak terdapat bunyi jantung tambahan.

9.AbdomenI: cekung.

A: bising usus 7x/menit.

P: timpani.

P: tidak ada nyeri tekan.

10.Ekstrimitas AtasAkral hangat, kulit bersih, kuku panjang berwarna kuning kecoklatan kotor, kekuatan otot 4/4

11.Ekstrimitas BawahKulit disekitar jari ekstrimitas berwarna kuning kecoklatan, tampak kotor, kuku panjang, telapak kaki pecah-pecah. Kekuatan otot 5/5

4. Pemeriksaan penunjangGDS tanggal 25-01-2016 195 mg/dL.

Pengkajian skala jatuh (Morse fall risk)

NoPENGKAJIAN SKALANILAI

1Riwayat jatuh:

Apakah klien pernah jatuh?Tidak0

Ya2525

2Diagnosa sekunder:

Apakah klien memiliki

lebih dari satu penyakit?Tidak00

Ya15

3Alat Bantu jalan:0

Bed rest/ dibantu perawat0

Kruk/ tongkat/ walker15

- Berpegangan pada benda-benda di sekitar

(kursi, lemari, meja)30

4Terapi Intravena: apakah saat ini klien terpasang infus?Tidak 00

Ya20

5Gaya berjalan/ cara berpindah:

- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat

bergerak sendiri)00

- Lemah (tidak bertenaga)10

- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6Status Mental

- Klien menyadari kondisi dirinya0

- Klien mengalami keterbatasan daya ingat 1515

TOTAL NILAI40

Keterangan:

0 24: Tidak berisiko (Perawatan dasar)

25 50: Risiko rendah (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)

51

: Risiko tinggi (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi)Pengkajian skala keseimbangan Berg

NoDataSkor (0-4)

1. Berdiri dari posisi duduk2

2. Berdiri tanpa bantuan4

3. Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu ke lantai4

4.Duduk dari posisi berdiri2

5.Berpindah tempat2

6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup2

7. Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan2

8. Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan lurus ke depan2

9. pada posisi berdiri2

10. Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri2

11. Menengok ke belakang melewati bahu kiri dan kanan ketika berdiri2

12. Berputar 360 derajat2

13. Menempatkan kaki bergantian pada anak tangga/ bangku kecil

ketika berdiri3

14. Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain2

15. Berdiri dengan satu kaki2

Total35

Kesimpulan : Keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)

Keterangan:0-20 = harus menggunakan kursi roda

21-40 = keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)

41-56 = keseimbangan baik

ANALISA DATA

TanggalData FokusDiagnosa Keperawatan

Senin, 08 Februari 2016

DS: Klien mengatakan, Aku ki rasane kok nek mangan wegah mbak, paling mangan yo 5-6 sendok tok, koyo mau isuk, rak tak entekke. Tapi aku luwih sering minum mbak daripada makan. Klien mengatakan,Aku kuru ngene mbak, manganku yo sithik kok. Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak sih. Klien mengatakan,Aku paling cuman turu mbak, ki rasane kesel, mumet ngono yo turu wae. Klien mengatakan, Aku nek BAB karo BAK yo ning wc mbak. Aku ora ngagem pampers kok. Aku nek meh nek mburi yo dewekan. Biasane 2 dino pisan nek BAB, nek BAK yo aku sering banget mbak 5-6 mbak. Pengurus panti berkata, Kalo disini menu makan sama semua mbak, setiap minggu diberi kacang hijau dan susu juga. Buah palingan 3 hari sekali. Menu makanan paling tempe, tahu, telor sama sayur. Untuk ayam sama daging dikurangi mbak.DO:

IMT = 14,35 (underweight)

Klien tampak lemah dan kurus

Klien sering bolak-balik KM untuk BAK Klien tidak menghabiskan makanan siangnya

Klien makan 5-6 sendok makan Konjungtiva anemis Klien memiliki riwayat penyakit DM GDS 195 mg/dLKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor biologis: diabetes melitus (00002)

DS: Klien mengatakan, Saya tuh tinggal di rumah juragan saya nok, lha terus ndak tau tiba-tiba udah dibawa kesini, kemarin bilangnya mau diajak ke puskesmas gitu buat berobat. padahal saya kerja disana sudah lama, bertahun-tahun, terus saya diajak kesini tu saya dibohongi kok mbak, kalau tau mau diajak kesini ya saya ga mau lah nok.

Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak sih. Klien mengatakan, Nek aku bosen yo paling turu mbak. Yo nek nonton tv yo jarang kok mbak, meh ngobrol karo kancane yo wegah. Akeh sing sombong soale mbak.

Klien mengatakan, ya tinggal disini terpaksa mbak, wong saya dibohongi dibilangnya mau diajak kemana gitu malah dibawa kesini. Saya kalo disini ya cuma diam. Sama orang-orang disini ya tau tapi ga tau namanya wong jarang ngobrol, koncone podho sombong mbak, nek orak dijak ngobrol orak gelem ngajak disik soale.kalo dibilang stress ya stress mbak, kalo dibilang stress ya gimana udah kepepet tinggal di sini. Klien mengatakan, Nek ning kene aku luwih seneng dewekan, paling cuman turu tok mbak. Karo condone ning kene aku sih ngerti mbak, tapi yo rak ngerti jenenge, soale jarang ngobrol.Klien mengatakan, Aku iki orak nduwe keluarga mbak, anakku nek demak, bojoku wes orak ono, aku wes ditinggal wong tuwoku soko chilik. Soko mbiyen aku urip karo juraganku, kangen karo ndoro putri, pengen telpon soko kene tapi yo orak oleh sih mbak. Nek sing njenguk aku biasanya tonggo-tonggoku mbak, gentian. Soale aku apikan karo wong liyo, dadine wong liyo juga apikan karo aku.

DO:

Skala depresi: 14 (menandakan depresi) Klien mengalami depresi, klien merasa jenuh berada di panti. Klien tidak suka berkomunikasi dengan penghuni panti yang lain. Klien lebih suka menghabiskan waktunya ditempat tidur. Klien mengikuti rutinitas di panti. Klien hanya makan dan tiduran. Klien terlihat lebih senang menyendiri. Klien jarang berkomunikasi dengan lansia lain Klien tidak memiliki hobi/kegiatan yang dianggap bisa menjadi sarana rekreasi /hiburan bagi klien. Hasil wawancara dengan kuesioner Geriatric Depression Scale menyatakan bahwa klien jenuh dan tidak bahagia, hasilnya pun menunjukkan bahwa klien mengalami depresi dan stress. Klien tampak sering menyendiri.Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan stress berkepanjangan (00069)

DS:

Klien mengatakan, Iya ini Alhamdulillah kakinya masih sehat, bisa jalan-jalan walupun kadang gemeteran mbak. Dulu pernah jatuh di kamar mandi juga mbak, tapi juga sering kesel mbak.

Klien mengatakan, Nek makan ya 3 kali mbak, isuk, awan karo bengi, tapi yo kui aku nek makan orak tak habiske mbak, luwih akeh minume. Klien mengatakan, Aku arang melu mbak, wong awakku sering pegel-pegel ngene dadine luwih sering lunggu nek orak yo turu wae mbak nek kene.

Klien mengatakan,Awakku rasane lemes mbak, rodho mumet, terus sering gemeteran, ki tangan tengenku pegel ngene, kaku rasane mbak, sing kiwo orak sih. Klien berkata,Aku mung turu mbak. Lah piye neh wong pegel kabeh awakku. Lemes banget ngene. Ngko nek mlaku-mlaku malah tibo.

DO:

Klien saat berjalan terlihat pelan-pelan dan hati-hati IMT = 14,35 (underweight)

Klien tampak lemah dan kurus

Frekuensi : tiga kali dalam sehari

Porsi makan : 5-6 sendok makan

Kesulitan makan : tidak nafsu makan

Pola diet : tidak ada.

Klien berjalan tanpa menggunakan tongkat

Klien tampak lebih sering tiduran di kasurnya

Skala Jatuh Morse : 50 (resiko rendah)

Skala keseimbangan Berg: 35 keseimbangan cukup (berjalan dengan bantuan)

Indeks KATZ dalam kategori B

Kategori

Mandiri

Tergantung

Bathing

(Dressing

(Toileting

(Transferring

(Continence

(Feeding

( Kekuatan otot:

Klien memiliki riwayat jatuh di kamar mandi.Sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi.

PRIORITAS MASALAH

Dx. KeperawatanPrioritasPembenaran

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor biologis: diabetes melitusHigh priorityUrgency

Ny. S merupakan lansia berusia 80 tahun yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Masalah utama pada Ny. S adalah IMT Ny. S yang underweight dan tidak ada motivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan. Selain itu, Ny. S tidak memperhatikan 3 pilar diit DM dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak

Jika masalah ketidakseimbanan nutrisi ini tidak teratasi, hal tersebut akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lain. Lansia dengan penyakit DM juga rentan sekali mengalami hipoglikemi atau komplikasi organ lainnya. Selain itu, kondisi klien yang lemah juga menghambat klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Intervensi

Pendidikan kesehatan tentang diit DM yang tepat perlu dilakukan karena ada hubungan yang signifikan tentang pengetahuan diit DM dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes melitus terutama pada klien Lansia yang membutuhkan pendekatan mengenai penyakit yang lebih (Purwanto, 2011)

Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan stress berkepanjanganMedium priorityUrgency

Stress yang berkepanjangan menjadikan Ny.S sulit menentukan koping yang tepat untuk dirinya. Klien merasa tidak berharga.Dampak

Koping yang tidak efektif karena stress yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan kemampuan klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari, klien merasa tidak berharga dan tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, stress atau depresi dapat mempengaruhi kadar gula darah Ny. SIntervensi

Brain gym dapat menurunkan tingkat depresi lansia pada lansia di panti wredha (Prasetya dkk, 2010). Selain itu melakukan terapi music langgam jawa juga mampu menurunkan tingkat kecemasan pada klien dengan masalah kecemasan terutama pada Lansia di Panti Wredha (Junaidi, 2010)

Sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi.Low

priorityUrgency

Ny. S memiliki banyak faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya kelemahan pada dirinya.Dampak

Sindrom lemah dapat mengakibatkan resiko jatuh pada Ny. S. Jika tidak diberikan intervensi keperawatan bisa jadi Ny. S mengalami penurunan tingkat kekuatan otot, gizi buruk yang mengakibatkan ketunadayaan/kelemahan sehingga timbul hambatan mobilitas fisik.Intervensi

ROM dapat meningkatkan kekuatan otot lanjut usia (Safaah, 2015)

RENCANA KEPERAWATAN

NoDx. KeperawatanTujuan Intervensi

UmumKhusus

1Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor biologis.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : 1. Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLHiperglycemia Management (2120)1. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang tepat untuk penderita DM4. Berikan makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM.5. Tingkatkan intake cairan 6. Monitor kadar gula dalam darah7. Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa darah pada klien8. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DM9. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)

2Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stress berkepanjangan.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi

3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Mood Management (5330)

1. Gali perasaan dan penyebab stres pada klien2. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym), terapi musik langgam jawa, aroma therapy.3. Dorong aktifitas sosial dan komunitas.4. Berikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai : senam anti stroke, terapi music dan games.5. Identifikasi hobi dan minat klien 6. Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klien 7. Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama8. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama.

3Sindrom lemah pada lansia berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (sarcopenia), riwayat jatuh dan malnutrisi.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan sindrom lemah dapat berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada kejadian jatuh berulang pada klien

2. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan ringan3. Kategori risiko jatuh bisa berkurang dari risiko tinggi menjadi rendahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari diharapkan klien mengetahui cara pencegahan jatuh dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan otot meningkat dari kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah tetap ataupun meningkat dari kekuatan 4/4 menjadi 5/52. Porsi makan klien bertambah dari porsi menjadi porsi3. Total skor resiko jatuh berkurang menjadi 25-50 (risiko rendah)4. Skala keseimbangan Berg 41-56 (baik) Energy Management & Excercise Therapy : Ambulation dan Fall prevention

1. Kaji adanya faktor penyebab kelelahan

2. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot

3. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif (ROP)

4. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan

5. Bantu untuk merubah posisi

6. Beri tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasi

7. Monitor tanda-tanda vital

8. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat

9. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat agar tidak konstipasi

10. Anjurkan untuk tempatkan klien diposisi yang aman ketika tidur

11. Anjurkan untuk mengenakan baju yang tidak ketat

12. Kaji tingkat kelemahan dan keseimbangan dengan instrument

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

WaktuNo. DxTujuanImplementasiEvaluasi Fromatif

UmumKhusus

Sabtu, 13 Feb 20161Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMemotivasi untuk meningkatkan intake makananS: Klien mengatakan, Iyo mbak putri, nggko yo mangan kok, ndek isuk yo mangan tapi cuman 5 sendok tok, aku iki akeh ngombene mbak.O: Klien lemas dan hanya tidur di kasur

Memonitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)S: Klien mengatakan Tanganku ki lho mbak, kaku wae rasane awak yo lemes, rodho mumet sithik karo ngome terus ki mbak.

O: Klien lemas, wajah pucat dan menggerak-gerakkan tangannya.

Menganjurkan makan sedikit tapi seringS: Klien berkata, Lha mbak aku nek mangan ki rodho males, rasane wes kebak ki wetenge mbak, nek ngombe yo sering banget.

O: Klien terlihat tenang dan kooperatif

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

1. Berikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang tepat untuk penderita DM2. Anjurkan makan sedikit tapi sering3. Berikan makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM.4. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan

2Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi

3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Menggali perasaan dan penyebab stres pada klienS: Klien mengatakan Aku nek ning kene meneng wae mbak, kancane podho sombong dadi yo males meh ngajak ngomong. Rasane pengen balik omahe ndorone wae, ketemu ndoro putri.O: Klien terlihat tenang dan kooperatif

Mendorong aktifitas sosial dan komunitasS: Klien mengatakan, Iyo mbak putri, sek y oak njupuk sandal, gelem aku melu kegiatan bareng-bareng kancane.O: Klien antusias untuk mengikuti TAK senam anti stroke.

Memberikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai : senam anti stroke, terapi music dan games.S: Klien mengatakan, Yo aku seneng mbak, iso bareng-bareng kancane. Aku nek isuk yo gerak-gerakke awakku kok.O: Klien kurang semangat, mengikuti gerakan yang diistruksikan dengan baik.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

1. Berikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai : senam anti stroke, terapi musik dan games.2. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)

3. Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama4. Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klien

Senin, 15 Feb 20162Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Memberikan terapi aktivitas kelompok yang sesuai : senam anti stroke, terapi musik dan games.

S: Klien mengatakan, Yo, seneng mbak, bahagia banget iso bareng-bareng karo koncone karo dikancani neng putri.O: Klien terlihat senang dan tersenyum. Klien antusias mengikuti terapi aktifitas kelompok.

Memberikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)S: Klien mengatakan, Nggih ning, purun kok tapi elon-elon wae nggih, bareng-bareng, saiki rasane awake luwih enak ning.O: Klien antusias mengikuti rain gym. Klien tampak masih bingung mengikuti gerakan, klien semangat, klien tersenyum.

Mengenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang samaS: Klien mengatakan, Lha mbak, koncone podho aku rodho sungkan ning putri, ngobrol karo ning putri. Sesuk wae yo ning ngorol karo kancane.O: Klien terlihat malas untuk berkenalan dengan teman sekamarnya. Klien butuh motivasi lebih untuk melakukan hal tersebut.

Melakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klien : menyanyi lagam jawa S : Klien mengatakan, lir-ilir iku tembang pas aku chilik ning, seneng aku bar nyanyi lagu iku.O : Klien tersenyum, klien menyanyi lagu lir-ilir.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

1. Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klien2. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)3. Berikan terapi kelompok (senam anti stroke, terapi musik dan games)

3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan sindrom lemah dapat berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada kejadian jatuh berulang pada klien

2. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan ringan3. Kategori risiko jatuh bisa berkurang dari risiko tinggi menjadi ringan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari diharapkan klien mengetahui cara pencegahan jatuh dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan otot meningkat dari kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah meningkat dari kekuatan 4/4 menjadi 5/52. Porsi makan klien bertambah dari porsi menjadi porsi3. Total skor resiko jatuh berkurang menjadi 25-50 (risiko rendah)

4. Skala keseimbangan Berg 41-56 (baik) Mengkaji adanya faktor penyebab kelelahanS: Klien mengatakan, Lha ning, aku nggih tilem tapi yo orak koncho-koncho liyane, kancane wis tilem kabheh, nah aku paling nek wes do tilem kabheh ning.O: Klien terlihat lemah, klien tampak memijat-mijat tangan kanannya, klien tampak pucat.

Memonitor tanda-tanda vitalS: -

O: TD: 110/70 mmHgHR: 82x/mnt

Membantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanS: Klien mengatakan, Aku mbok dijupukke ngombe mbak, terus rewangi resik-resik kasur.O: Klien minta dibantu mengambil air minum, dibantu berih-bersih tempat tidur. Klien tampak lebih sering tertidur di kasur. Klien masih mampu berjalan sendiri tanpa bantuan.

Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuatS: Klien mengatakan, Aku nek mangan nggih soko sing diparinge kok panti ning, yo mangan sitik-sitik 5-6 sendok, rasane wetenge to kebak, akehe yo ngunjukke ning.O: Klien tampak sedikit jika makan 5-6 sendok. Makan yang diberikan di panti tidak pernah habis.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

1. Anjurkan untuk mengenakan baju yang tidak ketat

2. Bantu untuk merubah posisi

3. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot

4. Anjurkan untuk tempatkan klien diposisi yang aman ketika tidur

Selasa/ 16 Feb 20161Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMemberikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang tepat untuk penderita DMS: Klien mengatakan, Iyo piye yo ning, aku yo ngerti kudhu mangan sithik tapi sering. Tapi aku ki rasane nek maem meh akeh to wetenge ki kebak ngoten lho ning, dadine mangane orak entek, tapi yo iku ning kathah ngunjukke.O: Klien tampak mengerti dan kooperatif

Menganjurkan makan sedikit tapi seringS: Klien mengatakan, Nggih ning, iki tak maem sik ya, tak ntekke nek iso yo ning.O: Klien tampak habis makan setengah porsi saat makan siang yang diberikan oleh panti.

Memberikan makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM.S: Klien mengatakan, Aku pengen banyu putih mbak. Nek ngombe teh berarti gulone tak kei sithik wae.O: Klien tampak menganguk dan mengerti bahwa dirinya harus diet gula agar tidak terjadi komplikasi DM.

Memotivasi untuk meningkatkan intake makananS: Klien mengatakan, Nggih mbak nanti tak maem sing akih. Sak waregku yo mbak.O: Klien terlihat antusias dan kooperatif

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DM.2. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)3. Tingkatkan intake cairan

2Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi

3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Melakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klienS: Klien mengatakan, Lha ning nek kene kancane rak pernah ngajak kulo ngobrol, dadine nek meh nagajak ngobrol disik rikuh ning.

O: Klien kooperatif, klien hanya berada ditempat tidurnya saja untuk mengorol dengan teman butuh motivasi lagi.

Memberikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)S: Klien mengatakan, Dadi enak rasane ning, wis rodho orak mumet iki, awake yo rodho enteng.O: Klien mampu mengikuti brain gym, klien kooperatif.

Melakukan terapi aktivitas kelompok: senam anti stroke, terapi musik dan games.S: Klien mengatakan, Nggih seneng to ning, iso karo kanca-kancane, awake yo sehat, bahagia juga.O: Klien antusias saat terapi senam anti stroke, terapi musik dan games.

A: Masalah tertasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Lakukan brain gym dan libatkan dalam terapi kelompok

Rabu/ 17 Feb 20163Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan sindrom lemah dapat berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada kejadian jatuh berulang pada klien

2. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan ringan3. Kategori risiko jatuh bisa berkurang dari risiko tinggi menjadi ringan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari diharapkan klien mengetahui cara pencegahan jatuh dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan otot meningkat dari kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah meningkat dari kekuatan 4/4 menjadi 5/52. Porsi makan klien bertambah dari porsi menjadi porsi3. Total skor resiko jatuh berkurang menjadi 25-50 (risiko rendah)

4. Skala keseimbangan Berg 41-56 (baik) Memberikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan ototS: Klien mengatakan, Wah nggih rodho kepenak ning bar digerak-gerakke mau, kakune wis ora patiko.

O: Klien mengikuti instruksi dengan baik.

Membantu untuk merubah posisiS: Klien mengatakan, Manut nuwun nggih ning, diewangi si mbahe, di ajari ben orak pegel-pegel.O: Klien minta bantuan untuk dibantu bangun dari tidurnya dan mengambilkan air minum di meja.

Mnganjurkan untuk tempatkan klien diposisi yang aman ketika tidurS: Klien mengatakan, Nggih ning, nek tilem nggih kulo orak minggir-minggir kok ning, ndak mengko tio ning.O: Klien tidur di tengah kasur.

Memberi tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasiS: Klien mengatakan, Nggih mbak, mengko nek pengen direwangi nggeh mengke matur panjenengan nggih ning.O: Klien kooperatif

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat agar tidak konstipasi

2. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif (ROP)3. Kaji tingkat kelemahan dan keseimbangan dengan instrumen.

1Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMeningkatkan intake cairan

S: Klien mengatakan, Kulo nek ngunjuk ncen kathah mbak, iso sak teko chilik niku lho ning, kadang malah kurang ning.O: Klien tampak minum menggunakan cangkir besar 800 cc

Mengajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DM

S: Klien mengatakan, Kulo nek ngunjuk ncen kathah mbak, iso sak teko chilik niku lho ning, kadang malah kurang ning. Nggih ning laihan ben orak kaku-kaku to awakke.O: Klien tampak minum menggunakan cangkir besar 800 cc. Klien kooperatif, mengikuti senam DM.

Memotivasi untuk meningkatkan intake makanan S: Klien berkata, Maeme kulo nggih kadang telas mbak tapi iki mau yo orak telas meneh mbak, rasane wetenge kebak ngono mbak.

O: Klien tidak menghabiskan makannya, klien makan hanya 7 sendok makan saja.

Menganjurkan makan sedikit tapi seringS: Klien mengatakan, Nggih ning.O: Klien mengangguk saat diberi tahu untuk meningkatkan nutrisinya dengan makan sedikit tapi sering

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Monitor kadar gula dalam darah

2. Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa darah pada klien

3. Anjurkan makan sedikit tapi sering

4. Berikan makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM.

5. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DM

2Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Melakukan terapi aktivitas kelompok: senam anti stroke, terapi music dan games.S: Klien mengatakan, Rasane nggih seneng mbak, bahagia iso kumpul ngene.

O: Klien kooperatif dan antusias saat terapi

Mendorong klien berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang samaS: Klien berkata, Iya mbak mangke kulo ngobrol meneh karo mba Atminah. Wonge apikan mbak, nek liyane niku nek orak disapa riyen orak purun nyopo mbak.O: Klien terlihat mengobrol masalah pribadi dengan tetangga satu kamar.

Mengidentifikasi hobi dan minat klienS: Klien berkata, Aku senenge crito mbak. Crito ning sing ayu iki, putri. Nek karo kancane paling mba atminah tok, lha liyane sombong-sombong ning.O: Klien terlihat senang dan sedikit bersemangat setelah terapi

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Lakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klien2. Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama3. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)

Kamis/ 18 Feb 20161Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMenganjurkan makan sedikit tapi seringS: Klien mengatakan, Lhah ning ning, aku ki nek mangan akeh orak iso, wetenge khi lho rasane wis kebhak tenan ning.O: Klien terlihat lebih segar dari sebelumnya, klien masih belum menghabiskan makannya.

Memberikan makanan kesukaan yang sesuai dengan diit DM.S: Klien mengatakan, Aku akeh ngunjukke ning iki, nek ngunjuk kadhang tak paring gula sithik, soale yo aku kan nduwe loro gula tho ning, dadine orak oleh akih-akih legine.O: Klien kooperatif

Melatih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DMS: Klien mengatakan, enak ning, iki wis rodho enteng rasane awake.

O: Klien antusias dan melakukan demonstrasi senam kaki dengan baik walaupun sedikit kesusahan

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan2. Anjurkan makan sedikit tapi sering3. Berikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang tepat untuk penderita DM

2Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi

3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Melakukan kegiatan rekreasi sederhana dengan klienS: Klien mengatakan, Yo seneng ning, iso nyanyi-nyanyi bareng ning.

O: Klien ikut dalam program terapi kelompok menyanyi bersama. Klien tampak senang.

Melakukan terapi aktivitas kelompok: senam anti stroke, terapi musik dan games.S: Klien mengatakan, rasane seneng ning, awakku yo jadi enak.

O: Klien kooperatif dan antusias saat terapi

Mengenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang samaS: Klien mengatakan, Niku mbak atminah ning, aku paling nek ngobrol yo karo mbak atminah tok, soale wonge apikan ning.

O: Klien terlihat berbicara dengan teman sekamarnya

Memberikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)S: Klien mengatakan, iyo ning iki enteng rasane pikiranku, matur suwun yo ning.

O: Klien antusias dan terlihat senang dalam mengikuti terapi.

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Gali perasaan dan penyebab stres pada klien2. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)3. Dorong aktifitas sosial dan komunitas4. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama.

3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan sindrom lemah dapat berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada kejadian jatuh berulang pada klien

2. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan ringan3. Kategori risiko jatuh bisa berkurang dari risiko tinggi menjadi ringan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari diharapkan klien mengetahui cara pencegahan jatuh dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan otot meningkat dari kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah meningkat dari kekuatan 4/4 menjadi 5/52. Porsi makan klien bertambah dari porsi menjadi porsi3. Total skor resiko jatuh berkurang menjadi 25-50 (risiko rendah)

4. Skala keseimbangan Berg 41-56 (baik) Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat agar tidak konstipasiS: Klien mengatakan, Lha ning, aku ki maeme ncen sithik, nek akeh orak iso soale rasane wetenge kebak. Oh ..yo ning? Aku yo nek ngunjuk ndak manise dikurangi to. Maem buah yo paling kates tok.

O: Klien kooperatif

Mengajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif (ROP)S: Klien mengatakan, nggih seneng oh ning, ben awake ora kaku lan gemeter terus to.

O: Klien antusias saat terapi. Klien tampak belum maksimal dalam melakukan ROP

Memonitor TTVS: -O: TD: 120/75 mmHg, HR: 88 x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Monitor tanda-tanda vital

2. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat

3. Bantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan

4. Berikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan otot

5. Beri tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasi

Jumat/ 19 Feb 20162Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Menggali perasaan dan penyebab stres pada klien

S: Klien mengatakan, Perasaane nggih apik ning, aku seneng nek dikancani si ning, pokokke kudhu dolan terus ning simbah yo ning.O: Klien terlihat bahagia dan tersenyum

Memberikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)S: Klien mengatakan kepenak ning awake si mbah, tapi yo iki sok tangane sing tengen sih semuten ngoten.

O: Klien kooperatif dan antusias saat terapi

Mendorong aktifitas sosial dan komunitasS: Klien mengatakan, Iyo seneng lah ning, iso bareng-bareng.

O: Klien terlihat senang saat aktivitas bersama teman-temannya. Klien tampak dekat dengan klien mbah A.

Mendorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang samaS: Klien mengatakan, Lha nggih gampang ning, nek ono opo-opo nggih kulo ngomong kalih kancane.

O: Klien mengangguk

A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi

1. Gali perasaan dan penyebab stres pada klien2. Berikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)3. Dorong aktifitas sosial dan komunitas4. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama

3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu diharapkan sindrom lemah dapat berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tidak ada kejadian jatuh berulang pada klien

2. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan ringan3. Kategori risiko jatuh bisa berkurang dari risiko tinggi menjadi ringan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari diharapkan klien mengetahui cara pencegahan jatuh dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan otot meningkat dari kekuatan pada ekstremitas atas dan bawah meningkat dari kekuatan 4/4 menjadi 5/52. Porsi makan klien bertambah dari porsi menjadi porsi3. Total skor resiko jatuh berkurang menjadi 25-50 (risiko rendah)

4. Skala keseimbangan Berg 41-56 (baik) Memonitor tanda-tanda vitalS: Klien mengatakan, Kulo rasane toh ning, rodho lemes, ngelu sithik, karo sih gemeter ki tangan tengene, opo goro-goro tensine nggih ning?.

O: TD: 150/80 mmHg, HR: 90 x/mnt

Memberikan ROM aktif maupun pasif untuk mengurangi ketegangan ototS: Klien mengatakan, Rasane enakan sikil karo tanganku ning, pegele wes gak patiko.O: Klien dapat melakukan gerakan ROM walaupun harus dibantu

Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuatS: Klien mengatakan, aku nek maem yo sih sithik-sithik ning, iki mau tapi ntek ning.

O: Klien terlihat lemas

Membantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanS: Klien mengatakan, Enakan nek kasur wae ning, tanganku ki lho sih gemeter, padahal wes latihan gerakan sing diajari ninge.O: Klien meminta diambilkan minum air putih

Memberi tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasiS: Klien mengatakan, Iya ning. Ngko aku njaluk tulung karo koncoku mbak atminah, wonge apikan

O: Klien kooperatif

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Kaji adanya faktor penyebab kelelahan

2. Kaji tingkat kelemahan dan keseimbangan dengan instrument

3. Beri tahu klien pentingnya bantuan saat mobilisasi

4. Ajarkan dan anjurkan klien melakukan terapi relaksasi otot progresif (ROP)

1Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMemotivasi untuk meningkatkan intake makanan S: Klien mengatakan, Iyo ning, iki mau ntek lho mbah nek mangan.

O: Klien kooperatif

Menganjurkan makan sedikit tapi seringS: Klien mengatakan, Nggih ning tak coba, tapi rasane wethenge kebhak wae, dadine maeme sithik.

O: Klien mengangguk mengerti

Memberikan pendidikan kesehatan mengenai diit yang tepat untuk penderita DMS: Klien mengatakan, Aku ngerti ning nek ngurangi gulo. Kan aku nduwe loro gulo toh ning, dadine en orak kumat yo ning.

O: Klien menjawab pertanyaan perawat dengan benar seputar materi pendidikan kesehatan yang diberikan

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

1. Monitor kadar gula dalam darah2. Jelaskan/intepretasikan tingkat glukosa darah pada klien3. Monitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)

Sabtu/ 20 Feb 20161Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMemonitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)S: Klien mengatakan, Aku rasane pengen mimi terus mbak, nek maem sih ora, lemes, pengene turu terus, wis raiso ndelok aku ki mbak. Mumet sithik.

O: klien terlihat tiduran di kasur

Memotivasi makan sedikit tapi seringS: Klien mengatakan, nggih mbak, mangke kulo maem ingkang kathah.

O: Klien terlihat makan 1/2 porsi makanannya, klien makan maknan ringan roti yang diberikan panti.

2Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 minggu masalah koping individu efektif dengan kriteria hasil:

Klien dapat menemukan atau menerapkan koping yang efektif.Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 hari masalah koping individu tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab stress2. Klien dapat melaporkan penurunan stress/depresi

3. Skala depresi berkurang menjadi rentang nilai 1 8Melakukan terapi aktivitas kelompok: senam anti stroke, terapi musik dan games.S : Klien mengatakan, nggih seneng ning iso senam, gerak-gerak, terus nyanyi bareng kancane kalih ning. Awake dadi kepenak.O : Klien terlihat tersenyum dan mengikuti terapi dengan baik.

Senin/ 22 Feb 20161Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 minggu masalah kebutuhan nutrisi seimbang dengan kriteria hasil : Berat badan klien meningkat 0,5-1kg.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 7 hari pada klien masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nutritional Status:

1. Nafsu makan klien meningkat2. Klien menghabiskan 1 porsi makananNutritional Status : Biochemical Measure

1. Glukosa darah dalam rentang normal 80-140 mg/dLMemberikan pendidikan kesehatan tentang diit yang tepat untuk klienS: Klien mengatakan, Nggih ning, mengke nyobo maem sing kathah nggih ning, rasane wegah maem kok.O: Klien tampak tidak bersemangat dan lemas

Memonitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)S: Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus ning, kathah pokoke nek ngunjuk banyu ning.O: BB: 32 kg, klien terlihat memakan 1 porsi makan siangnya (6-7 sdm), makan 3 kali sehari

Memonitor tanda dan gejala dari hiperglicemia (polyuria, polydipsia, polyfagia, malaise, pandangan kabur, dan pusing)S: Klien mengatakan, Rasane pengen ngunjuk terus ning, kathah pokoke nek ngunjuk banyu ning, lha nek mangan wes kebak wae niki wetenge..

O: BB: 31 kg, klien terlihat memakan 1 porsi makan siangnya (5-6 sdm), makan 3 kali sehari

Menggali perasaan dan penyebab stres pada klienS: Klien mengatakan, Wis apik ning perasaane, seneng iso kaleh ninge.

O: Klien kurang kooperatif

A: Masalah teratasi sebagian

P: Rencana tindak lanjut

1. Motivasi untuk meningkatkan intake makanan 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering3. Ajarkan dan latih senam DM kepada klien untuk mencegah komplikasi DMMemberikan terapi untuk mengurangi depresi klien (brain gym)S: Klien berkata, Perasaanku seneng bar terapi. Tapi