Askep Tumor Testis

26
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KANKER TESTIS I. DEFINISI Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar). Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun. Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Tumor germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma, dan karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari epithelium. Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO: 1. Tumor sel bening: a. Tumor dengan satu pola histologik: 1) Seminoma Seminoma spermatositik Karsinoma embrional Yolk sac tumor (Karsinoma embrional tipe infantile) 2) Teratoma: Matur

Transcript of Askep Tumor Testis

Page 1: Askep Tumor Testis

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN KANKER TESTIS

I. DEFINISI

Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang

bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam

skrotum (kantung zakar).

Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam kematian akibat kanker

diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai 35 tahun, adalah kanker yang paling

umum pada pria yang berusia 15 tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi

yang paling umum kedua pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun.

Kanker yang demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Tumor

germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma, terakokarsinoma, dan

karsinoma embrional); tumor germinal timbul dari epithelium.

Klasifikasi patologik tumor testis menurut WHO:

1. Tumor sel bening:

a. Tumor dengan satu pola histologik:

1) Seminoma

Seminoma spermatositik

Karsinoma embrional

Yolk sac tumor (Karsinoma embrional tipe

infantile)

2) Teratoma:

Matur

Imatur

Dengan transformasi maligna

b. Tumor dengan lebih dari satu pola histoligik:

1) Karsinoma embrional plus teratoma (teratokarsinoma)

2) Kariokarsinoma dan tipe lain apapun (perinci tipe-

tipenya)

3) Kombinasi lain (perinci)

2. Tumor stromal-Tali kelamin:

a. Bentuk berdiferensiasi baik:

Page 2: Askep Tumor Testis

1) Tumor sel leydig

2) Tumor sel sertoli

3) Tumor sel granulosa

b. Bentuk campuran (perinci)

c. Bentuk berdiferensiasi tidak lengkap

Sebagian besar neoplasma adalah germinal, dengan sekitar 40% adalah seminoma.

Seminoma cenderung untuk tetap setempat, sementara tumor nonseminomas tumbuh

cepat. Penyebab tumor testikuler tidak diketahui, tetapi kriptokhidisme, infeksi, dan

faktor-faktor genetic dan endokrin tampak berperan dalam terjadinya tumor tersebut.

Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan segala tipe testis

yang tidak turun ke dalam skrotum dibanding dengan populasi umum. Tumor testis

biasanya malignan dan cenderung untuk bermetastasis lebih dini, menyebar dari testis

ke dalam nodus limfe dalam retroperineum dan ke paru-paru.

II. ETIOLOGI

Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang

pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker

testis:

1. Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)

2. Perkembangan testis yang abnormal

3. Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan

rendahnya kadar hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia)

dan testis yang kecil).

Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih

dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV.

Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1%

dari semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker

yang paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun. Kanker testis

dikelompokkan menjadi:

1. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis.

Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan terbatas pada testis.

2. Non-seminoma: merupakan 60% dari semua jenis tumor testis. Dibagi menjadi

subkategori:

Page 3: Askep Tumor Testis

a. Karsinoma embrional: sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30

tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-

paru dan hati.

b. Tumor yolk sac: sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki.

c. Teratoma: sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak

laki-laki. - Koriokarsinoma.

d. Tumor sel stroma: tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel sertoli dan sel

granulosa. Tumor ini merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor

bisa menghasilkan hormon estradiol, yang bisa menyebabkan salah satu gejala

kanker testis, yaitu ginekomastia.

III. MANIFESTASI KLINIS

Gejala kanker testis berupa :

1. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)

2. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis

3. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah - Ginekomastia

4. Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.

Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat

bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat

mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit

pinggang (akibat perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan

berat badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran

testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang signifikan.

Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis mandiri.

Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan

mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting untuk

deteksi dini penyakit ini.

IV. PATOFISIOLOGI

Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai seluruh

parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis, funikulus

spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier yang

sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan

Page 4: Askep Tumor Testis

tunika albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar

keluar testis.

Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke

kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju

ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar

secara hematogen ke paru, hepar, dan otak.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan

lainnya yang biasa dilakukan:

1. USG skrotum

2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human

chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase).

Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta

HCG.

1. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)

2. CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)

3. Biopsi jaringan.

Human chorionic gonadotropin dan a-fetoprotein adalah penanda tumor yang

mungkin meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah substansi yang

disintesis oleh sel-sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah yang

abnormal).

Tehnik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel-sel yang

tampaknya menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah digunakan

untuk mendiagnosis, menggolongkan, dan memantau respon terhadap pengobatan. Uji

diagnostic lainnya mencakup urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk

penyimpangan uretral yang disebabkan oleh massa tumor; limfangiografi untuk

mengkaji keluasan penyebaran tumor ke sistem limfatik; dan pemindai CT dada dan

abdomen untuk menentukan keluasan penyakit dalam paru-paru dan retroperineum.

VI. PENATALAKSANAAN

Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker

ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya,

selanjutnya ditentukan stadiumnya:

Page 5: Askep Tumor Testis

1. Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis

2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut

3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke

hati atau paru-paru.

Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:

1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah

bening (limfadenektomi).

2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi

lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.

Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium

awal.

3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid)

untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan

hidup penderita tumor non-seminoma.

4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan

kerusakan pada sumsum tulang penderita.

Tumor seminoma

1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut

2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan

kemoterapi dengan sisplastin

3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.

Tumor non-seminoma:

1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi

perut

2. Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan

diikuti dengan kemoterapi

3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.

Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan

kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).

Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan. Tujuan

penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan.

Pemilihan pengobatan tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit.

.

Page 6: Askep Tumor Testis

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KANKER TESTIS

I. PENGKAJIAN

Aktivitas/istirahat

Gejala:

Kelemahan dan/atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan

jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur, misalnya nyeri, ansietas, berkeringat

malam.

Keterbatasan partisipasi dalam hobby, latihan.

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,

tingkat stress tinggi.

Sirkulasi

Gejala:

Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.

Kebiasaan:

Perubahan pada tekanan darah.

Integritas ego

Gejala:

Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara

mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol, menunda

mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).

Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya

alopesia, lesi cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis,

perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,

rasa bersalah, kehilangan control, depresi.

Tanda:

Menyangkal, menarik diri, marah.

Eliminasi Gejala:

Perubahan pada pola defekasi, misalnya darah pada feses, nyeri

pada defekasi.

Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri atau rasa terbakar

pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.

Page 7: Askep Tumor Testis

Tanda:

Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

Makanan/cairan

Gejala:

Kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak,

adiktif, bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi

makanan. Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan,

kakeksia, berkurangnya massa otot.

Tanda:

Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema.

NeurosensoriGejala:

Pusing; sinkope.

Nyeri/

kenyamanan

Gejala:

Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misalnya

ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan

proses penyakit).

Pernapasan

Gejala:

Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang

merokok) Pemajanan asbes

Keamanan

Gajala:

Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.

Pemajanan matahari lama/berlebihan.

Tanda:

Demam. Ruam kulit, ulserasi.

Seksualitas

Gejala:

Masalah seksualitas, misalnya dampak pada hubungan,

perubahan pada tingkat kepuasan.

Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.

Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.

Herpes genital.

Interaksi sosial Gejala:

Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung.

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,

Page 8: Askep Tumor Testis

dukungan, atau bantuan).

Masalah rentang fungsi/tanggung jawab peran.

Penyuluhan/

pembelajaran

Gejala:

Riwayat kanker pada keluarga, misalnya ibu atau bibi dengan

kanker payudara. Sisi primer: penyakit primer dalam rumah

tangga ditemukan/didiagnosis.

Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada,

riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting

untuk mencari metastatik.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Cemas/takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,

sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan

dengan keluarga.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan

syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek

samping terapi kanker.

3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemotherapi,

radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),

emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri.

4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif.

5. Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek

samping kemoterapi dan radiasi/radiotherapi.

6. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak

normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake.

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh

sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.

8. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan defisit

pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan,

penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.

Page 9: Askep Tumor Testis

9. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan

kemotherapi, defisit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

III. PERENCANAAN

1. Dx 1

Tujuan:

1. Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya

2. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

3. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi Keperawatan:

Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.

Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan rasa marah, takut,

konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu pasien mempersiapkan diri

dalam pengobatan.

Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan.

Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Pertahankan kontak dengan pasien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

Rasional:

Data-data mengenai pengalaman pasien sebelumnya akan memberikan dasar

untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.

Pemberian informasi dapat membantu pasien dalam memahami proses

penyakitnya.

Dapat menurunkan kecemasan pasien.

Membantu pasien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek

sampingnya.

Mengetahui dan menggali pola koping pasien serta mengatasinya/memberikan

solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

Agar pasien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.

Memberikan kesempatan pada pasien untuk berpikir/merenung/istirahat.

Pasien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar di

tolong.

Page 10: Askep Tumor Testis

2. Dx 2

Tujuan:

1. Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

2. Melaporkan nyeri yang dialaminya

3. Mengikuti program pengobatan

4. Mendemontrasikan teknik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui

aktivitas yang mungkin

Intervensi Keperawatan:

Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan pasien

dan keluarga tentang cara menghadapinya

Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti

mendengarkan musik atau nonton TV

Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi,

bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.

Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.

Kolaboratif:

Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan pasien.

Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll

Rasional:

Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.

Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah

menyebabkan komplikasi.

Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa

nyeri.

Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan

ansietas.

Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai

sejauhmana pasien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan pasien

akan obat-obatan anti nyeri.

Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.

Untuk mengatasi nyeri.

3. Dx 3

Tujuan:

Page 11: Askep Tumor Testis

1. Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan

tidak ada tanda malnutrisi

2. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

3. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan

penyakitnya

Intervensi Keperawatan:

Monitor intake makanan setiap hari, apakah pasien makan sesuai dengan

kebutuhannya.

Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.

Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.

Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake

cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk pasien.

Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan

yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman

atau keluarga.

Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.

Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami pasien.

Kolaboratif:

Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin

Berikan pengobatan sesuai indikasi Phenotiazine, antidopaminergik,

corticosteroids, vitamin khususnya A, D, E dan B6, antacida

Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi

dengan infus.

Rasional:

Memberikan informasi tentang status gizi pasien.

Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan pasien.

Menunjukkan keadaan gizi pasien sangat buruk.

Kalori merupakan sumber energi.

Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan

penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat

meningkatkan ansietas.

Agar pasien merasa seperti berada dirumah sendiri.

Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.

Page 12: Askep Tumor Testis

Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan pasien).

Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat

perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap pasien.

Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping, meningkatkan status

kesehatan pasien.

Mempermudah intake makanan/minuman dengan hasil yang maksimal dan sesuai

kebutuhan.

4. Dx 4

Tujuan:

1. Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan

pengobatan pada tingkatan siap.

2. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan

mengikuti prosedur tersebut.

3. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi

dalam pengobatan.

4. Bekerjasama dengan pemberi informasi.

Intervensi Keperawatan:

Review pengertian pasien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan

akibatnya.

Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada

pasien tentang pengalaman pasien lain yang menderita kanker.

Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik,

hindarkan informasi yang tidak diperlukan.

Berikan bimbingan kepada pasien/keluarga sebelum mengikuti prosedur

pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada pasien.

Anjurkan pasien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi

miskonsepsi tentang penyakitnya.

Review pasien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.

Anjurkan pasien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin,

perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

Anjurkan pasien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

Rasional:

Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan pasien.

Page 13: Askep Tumor Testis

Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi

serta kesalahan pengertian.

Membantu pasien dalam memahami proses penyakit.

Membantu pasien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.

Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman pasien dan keluarga mengenai

penyakit pasien.

Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.

Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi

serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan

dan minuman.

Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

5. Dx 5

Tujuan:

1. Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari

inflamasi dan ulcerasi

2. Pasien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.

3. Pasien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga

kebersihan rongga mulut.

Intervensi Keperawatan:

Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan pasien dan secara

periodik.

Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda

terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.

Diskusikan dengan pasien tentang metode pemeliharan oral hygiene.

Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam,

makanan keras.

Amati dan jelaskan pada pasien tentang tanda superinfeksi oral.

Kolaboratif:

Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi

Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine, antimikrobial

mouthwash preparation.

Kultur lesi oral.

Rasional:

Page 14: Askep Tumor Testis

Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi

memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.

Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan

minuman.

Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.

Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.

Agar pasien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.

Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.

Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam

rongga mulut/infeksi sistemik.

Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang

tepat.

6. Dx 6

Tujuan:

1. Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal,

membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilary refill normal, urine output

normal.

Intervensi Keperawatan:

Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis,

diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.

Timbang berat badan jika diperlukan.

Monitor vital sign. Evaluasi pulse peripheral, capilary refill.

Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada

pasien.

Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.

Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa,

luka bedah, adanya ekimosis dan petekie.

Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.

Kolaboratif:

Berikan cairan IV bila diperlukan.

Berikan therapy antiemetik.

Monitor hasil laboratorium: Hb, elektrolit, albumin.

Rasional:

Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.

Page 15: Askep Tumor Testis

Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan

cairan.

Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi

dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.

Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya

hipovolemia.

Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.

Mencegah terjadinya perdarahan.

Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

Mencegah/menghilangkan mual muntah.

Mengetahui perubahan yang terjadi.

7. Dx 7

Tujuan:

1. Pasien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan

pencegahan infeksi.

2. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka

berlangsung normal.

Intervensi Keperawatan:

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Batasi pengunjung.

Jaga personal hygine pasien dengan baik.

Monitor temperatur.

Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.

Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

Kolaboratif:

Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.

Berikan antibiotik bila diindikasikan.

Rasional:

Mencegah terjadinya infeksi silang.

Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.

Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.

Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.

Mencegah terjadinya infeksi.

Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.

Page 16: Askep Tumor Testis

Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi

organisme penyebab infeksi.

8. Dx 8

Tujuan:

1. Pasien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan terapi

terhadap seksualitas

2. Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan

Intervensi:

Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta

hubungannya dengan penyakitnya.

Berikan advis tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.

Berikan privacy kepada pasien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.

Rasional:

Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara

pasien dengan pasangannya.

Membantu pasien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.

Memberikan kesempatan bagi pasien dan pasangannya untuk mengekspresikan

perasaan dan keinginan secara wajar.

9. Dx 9

Tujuan:

1. Pasien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan

kondisi spesifik

2. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan

penyembuhan

Intervensi Keperawatan:

Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati

penyembuhan luka.

Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.

Ubah posisi pasien secara teratur.

Berikan advise pada pasien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak,

bedak tanpa rekomendasi dokter.

Rasional:

Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan

identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.

Page 17: Askep Tumor Testis

Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.

Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.

Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.

Page 18: Askep Tumor Testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urologi.Edisi kedua, cetakan ketiga, CV. Sagung

Seto: Jakarta 2007.

2. Carpenito Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran

EGC: Jakarta, 2001.

3. Danielle Gale & Jane Charette, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Penerbit

Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 2000.

4. Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta, 1999.

5. Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II,

Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 1996.

6. Long Barbara C. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran,

Bandung, 1996

7. Price A. Sylvia & Wilson M. Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit,

Edisi 4, Buku II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 1995.

8. Robbins Stanley L, Buku Saku Dasar Patologi Penyakit, Edisi 5, Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta, 1996.

9. Suzanne. C. Smeltzer & Brenda.G.Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Edisi 8, volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001.