Askep Tumor Hipofise Jojo
-
Upload
adipta-eka -
Category
Documents
-
view
129 -
download
3
Transcript of Askep Tumor Hipofise Jojo
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu, yang isinya membahas tentang “konsep
dasar teori auhan keperawatan dengan diagnosa medis tumor hipofise’’
Makalah ini kami tulis dan dibuat berdasarkan revisi dari buku,search di internet dan sumber-
sumber yang dapat dipercaya. Dengan dibuatnya pembahasan tentang makalah ini kami berharap
mahasiswa dapat memiliki sumber pembelajaran tambahan mengenai ‘’Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan dengan Diagnosa Medis tumor Hipofise”.
Kami menyadari bahwa pembahasan makalah yang berjudul ‘’Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan dengan Diagnosa Medis Tumor Hipoise” jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar pembahasan makalah ini
menjadi lebih baik. Akhir kata semoga bermanfaat bagi semua yang membaca atau
mendengarkan materi ini.
Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, 25 September 2012
Tim Penyusun
1
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah
otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami kemukakan dalam makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian dari Tumor Hipofise
2. Apa penyebab dari Tumor Hipofise?
3. Apa Klasifikasi Tumor Hipofise?
4. Apa patofisiologi dariTumor Hipofise?
5. Pathway dari Tumor Hipofise?
6. Bagaimana Manifestasi klinik dari Tumor Hipofise?
7. Bagaimana pengobatan & prognesis dari Tumor Hipofise?
8. Bagaimana penatalaksaan dari Tumor Hipofise?
9. Bagaimana cara melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien tumor hipofise?
2
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang kami kemukakan dalam makalah ini
antara lain:
Mengetahui pengertian dari 1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang kami kemukakan dalam
makalah ini antara lain:
1 Mengetahui pengertian dari Tumor Hipofise
2 Mengetahui penyebab dari Tumor Hipofise
3 Mengetahui klasifikasi dari Tumor Hipofise
4 Mengetahui patofisiologi dari Tumor Hipofise
5 Mengetahui Pathway dari Tumor Hipofise
6 Mengetahui Manifestasi klinik Tumor Hipofise
7 Mengetahui pengobatan & prognesis dari Tumor Hipofise
8 Mengetahui penatalaksanaan dari Tumor Hipofise
1.4 Metode
Adapun metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah kepustakaan.
Yaitu dengan mencari data-data yang menunjang materi/yang berhubungan dengan Tumor
Hipofise & konsep dasar asuhan keperawatan
3
BAB II
ISI
A. KONSEP DASAR TEORI
1.Definisi
Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar
inimengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol
laktasi,kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan
mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan
diginjal. Kelenjar hipofisis disebut master gland sistem endokrin
. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus,
lobus anterior
terdiri dari limas tpe sel :
1. somatotrf yang memproduksi growth hormon atau hormon pertumbuhan
berfungsi untuk pertumbuhan tulang,otot dan organ-organ lain
2. laktototrof yang memproduksi prolaktin berfungsi untuk mensekresikan ASI
dan mempertahankan korpus luteum
3. kortikotrof yang memproduksi kortikotropin dan hormon lainnya
4. tiritrof yang memproduksi TSH berfungsi untuk pertumbuhan dan aktifitas
sekretorik kelenjar tiroid
5. Gonadotrof yang memproduksi FSH dan LH,
FSH untuk ovulasi,pembentukan korpus luteum,sekresi progresteron
LH untuk sekresi tostesteron
Aktivitas sekresi hormon-hormon ini biasanya diatur oleh faktor-faktor pelepasan
hipotalamik yang bersifat stimulatorik atau oleh faktor-faktor bersifat inhibitor(dopamin)
untuk mengontrol pelepasan prolaktin
lobus posterior
yang terbentuk dari sel-sel glia yang sudah mengalami modifikasi.Hipofisis posteror ada
dua hormon yaitu ADH dan oksitosin.
4
2 . E p i d e m i o l o g i
Sekitar 10% dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis, terutama
terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang ditemukan seimbang pada laki-laki dan
wanita.Tumor hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis, sedangkan
pada lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini biasanya bersifat jinak.
3 . E t i o l o g i
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hipofisis hasil dari perubahan
pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.Cacat
genetik,sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.
Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis.Selain itu, tumor hipofisis didapat
dari hasil penyebaran(metastasis)dari kanker situs lain.Kanker payudara pada wanita dan kanker
paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar
pituitari. Kanker lainnya yang menyebar keke l en j a r p i t u i t a r i t e rmasuk kanke r
g in j a l , kanker prostat, melanoma,dankanker pencernaan.
4 . K l a s i f i k a s i
Klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis
dandibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul pada
dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan padal a k i - l a k i
d a r i p a d a w a n i t a . N a m a l a i n d a r i t u m o r i n i y a i t u N u l l c e l l
t u m o r , undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini
tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa.
Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yangsangat besar,
atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun bias
ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
5
2. Adenoma hipofisis fungsional yang terdiri dari:
a. adenoma yang bersekres i pro lakt in
prolaktiinoma merupakan tumor hipofisis fungsional yang paling sering
ditemukan dan mewakili30% dari semua adenoma. Sebagian besar berupa
makroadenoma yang terbentuk dari sel-sel asidofilik atau kromofobik dengan
granulasi terdispersi tipis.
Hiperprolaktinemia dapat terjasi karena penyebab lain dari adenoma
hipofisis yang ensekresikan Prl. Hiperprolaktinemia terjadi saat hamil dan
memuncak saat melahirkan. Hiperprolaktinemia dapat juga terjadi karena
hiperplasia laktotrof yang disebabkan oleh gangguan proses inhibisi sekresi Prl
normal oleh dopamin.Inhibisi dapat terjadi karena adanya kerusakan pada neuron-
neuron dopaminergik hipothalamus,terutusnya tungkai hipofisis misalnya karena
trauma kepala,obat-obatan yang menyekat reseptor dopamin pada sel laktotrof
Gambaran klinis Peningkatan Prl serum menimbulkan
aminore,galaktore,penurunan libido dan infertilitas
b. adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
Secara mikroskopis,adenoma yang mengandung GH terbentuk dari sel-sel yang
bergranulasi padat dan tampak asidofik dan kromofobik dalam pemeriksaan histologi
rutin terhadap potongn jaringan.Hipersekresi GH yang persisten menstimulasi IGF-1 oleh
hati yang menimbulkan banyak manifestasi klinis. Jika adenoma somatotrof tumbuh pada
anak-anak sebelum lempeng efisis menutup,kenaikan kadar GH menimbulkan
gigantisme.keadaan ini ditandai oleh peningkatan ukuran tubuh secara menyeluruh
dengan tungkai dan lengan yang memanjang secara tidak proposional. Jika peningkatan
GH terjadi setelah penutupan lempeng epifisis,pasien akan mengalami akromegali
dengan pembesaran pada kepala,tangan,kaki,rahang,lidah dan jaringan lunak.
c. adenoma gonadotrof(memproduksi FSH dan LH )
Bentuk ini paling sering ditemukan pada pria dan wanita dalam usia
pertengahan ketika tumor mencapai ukuran yang besar untuk
menimbukan gejala neurologis misalnya gangguan pengelihatan,nyeri
6
kepala,diplopia atau apopleksia hipofisis. Defisiensi gonadotrof yang
terjadi paling sering berupa gangguan produksi LH akibatnya pada pria
adalah kadar testosteron rendah sehingga terjadi penurunan libido dan
energi sedangkan pada wanita terjadi amenore
d. adenoma tirotrof penghasil TSH
Bentuk ini jarang ditemukan dan mewakili 1%dari semua jenis
adenoma hipofisis,kadang-kadang adenoma tirotrof menjadi penyebab
hipertiroidisme
e. .adenoma yang bersekresiadrenokortikotropik hormon (ACTH)
Sekresi oleh adenoma ini bisa menyebabkan hipersekresi kortisol oleh kelenjar
adrenal disertai hiperkortisolisme.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adenoma Hipofisis non fungsional:
pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella menipisdan
membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka padalateral
foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP dari kelenjar
hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9 masing-
masing. b. MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma tampak
lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih baik.c. Test
stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.
Adenoma Fungsional
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya berkorelasidengan
adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya
kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect
(trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi). b.Adenoma yang bersekresi
growth hormonePengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini
yang berupacetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh <1
ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada
penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya,
7
karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67
U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan
sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan inimenunjukkan
adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH,
pada keadaan normal tidak. Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya
dengan MRI, jika dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik dari
GH..Adenoama yang bersekresi glikoprotein(TSH,FSH,LH). Hormon TSH, LH dan FSH masing-
masing terdiri dari alpha dan beta subarakhnoidun i t , a l pha suba rakhno id un i t nya s ama
un tuk ke t i ga ho rmon , sedangkan be t a subarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik
immunohistokimia yang spesfik bisadiukur kadar dari alpha subarakhnoid unit atau kadar alpha dan beta
subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun
padaadenoma non fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat. MRIdengan
gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara adenoma yangsatu dengan yang
lainnya adenoma yang bersekresi d i l epa skan da r i h ipo t a l amus a sd dan akan
merangsang s ek re s i ACTH da r i adenihipofisis, ACTH akanmeningkatkan produksi dan sekresi
cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan ACTH. Padakondisi
stres fisik dan metabolik kadar cortisol meningkat, secara klinik sulitmengukur
ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya dalam urine d igunakan
un tuk s t a t u s d i agnose da r i keadaan ke l eb ihan ad rena l . Cush ing ’ s syndroma
secara klinik mudah dikenal tapi sulit untuk menentukan etiologinya..Pengukuran plasma kortisol,
kortisol urine dan derifatnya seacra basal maupundalam respon terhadap dexametason, maupun
penetuan plasma ACTH, bisa dipakaiuntuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal,
hipofisis atau sumber keganasan ektopi.
J i k a d a t a t e r s e b u t s e i m b a n g m a k a d i p e r l u k a n p e n g u k u r a n C R H d a n
t e s t perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada aliranvena
sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s disease. Jikasudah ditentukan
sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi menentukan bagian hipofisis yang mana yang
memproduksi hipersereksi ACTH
m u n c u l s e t e l a h o p e r a s i d a l a m 2 s a m p a i 5 % d a r i p a s i e n d a n
d i p e r l a k u k a n o l e h penggantinya.
8
Terapi radiasi:
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan ataukekambuhan. Standar teknik
radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi
untuk menghindari dosis yang tidak perlud i l obus t empora l . Dos i s 4 .500 -5 .000 cGy
d i s ampa ikan da l am pecahan 180 -cGy disarankan. Secara umum, pasien dengan tumor
subtotally resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan
kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan
bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.Untuk tumor termasuk
kelenjar pituitary adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakitCushings, keputusan yang
berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada pemahaman
lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatanyang berbeda. Pilihan untuk
perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup operasi,Radiosurgery dan gamma pisau.
6 . P r o g n o s i s
Pituitary tumor biasanya dapat disembuhkan. Hipofisis adenomas yang
mengeluarkanadrenocorticotropic hormon sering memiliki komplikasi yang kuat untuk kambuh. Sekitar 5%
dari hipofisis adenomas menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran besar.Metastasis tumor
hipofisis sangat jarang terjadi. Namun, karsinoma hipofisis dapat bermetastasis dan
berhubungan dengan prognosis yang buruk..
7.Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera
walaupunsesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat jinak, namun karena tidak mendapatkan
penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akanmenn imbu lkan
kanke r dan o rgan yang t e rdeka t dapa t d i s e r ang ada l ah o t ak yang mengakibatkan
menjadi tumor ataupun kanker otak.Komplikasi pada pembedahanHemoragik, peningkatan CSS, diabetes
insipidus, infeksi pasca oprasi
9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian sekunder
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur atau
penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh
tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia,
perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan
kabur.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah
klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
1. Sistem pencernaan
Tampak striae abdominal
Anoreksia
Perut kembung
2. Sistem perkemihan dan eliminasi
Konstipasi
Poliuri
Polidipsi
10
Polipagi
3. Sistem reproduksi
Klien mengalami penurunan libidodo
Aminore
Galaktorea
Oligomenhorea
4. Sistem imun
Klien mengeluh cepat lelah
Klien tampak lemah
Klien tampak pucat
5. Sistem kardiovaskular
Klien mengalami hipertensi
6. Sistem endokrin
a. klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika
timbul saat usia dini)
b. Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-ujung
tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa)
c. Klien mengalami moon face, buffalo hump
d. Tinggi badan klien melebihi normal
e. Rambut klien tampak halus dan jarang
7. Sostem sensori persepsi
Klien mengeluh pandangannya ganda dan kabur
Lapang pandang klien berkurang
Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
8. Sistem integrumen
11
1. Kulit klen tampak kering dan lunak
2. Kulit klien tampak gosong
9. Sistem muskuluskeletal
Klien tampak tidak mampu mengangkat tangan dan kaki (kelemahan otot)
Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
10. Sistem neuromuskular
Klien mengeluh nyeri kepala
Klien mengeluh nyeri wajah
3. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
a) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
b) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
tumor hipofisis
c) GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
d) PK Hiperglikemia
e) PK Hipertensi
f) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
metabolic ( hipermetabolik)
g) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan sekresi ADH
h) Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
i) Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
j) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
k) Inefektif menyusui berhubungan dengan kurangnya pelepasan oksitosin
4. Perencanaan keperawatan
12
1) Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan pasien
• melaporkan nyeri berkurang,
• klien tampak tidak meringis lagi,
• skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0)
Intervensi
Mandiri
Kaji tingkat nyeri klien
R/Mengetahui tingkat nyeri yangdirasakan klien
b) Kompres dengan air hangat
R/Air hangat dapat mengurangi rasa nyeri
c) Anjurkan untuk melakukan aktivitas pengalih
R/Mengalihkan Nyeri klien
Kolaborasi
a) Pemberian analgesik
R/Mengurangi rasa nyeri
2) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor hipofisis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan klien tidak mengalami
peningkatan suhu tubuh. Dengan kriteria hasil :
suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 – 37,50C)
kulit klien tidak tampak kemerahan,
klien tidak mengeluhkan panas lagi
Intervensi
a) Pantau suhu tubuh pasien (derajatdan pola) perhatikan adanyamenggigil.
R/Demam biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi mungkinmerupakan komplikasi
darikerusakan pada hipotalamus.
b) Pantau suhu lingkungan.Batasi penggunaan selimut.
R/Suhu ruangan/jumlah selimut harusdiubah untuk mempertahankan suhumendekati normal.
c) Berikan kompres hangat jika adademam. Hindari penggunaanalkohol.
R/Kompres air hangat menyebabkantubuh dingin melalui proseskonduksi.
13
d) Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan membrane mukosa
R/Hipertermia meningkatkankehilangan air tak kasat mata danmeningkatkan resiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaranmenurun /munculnya mualmenurunkan pemasukan
melaluioral.
e) Kolaborasi : Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
R/ Digunakan untuk mengurangidemam dengan aksi sentralnya padahipotalamus, berguna
juga untuk membatasi pertumbuhan organismdan meningkatkan autodestruktif dari sel-sel
yang terinfeksi.
3) GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum ditandaidengan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan ..x24 jam diharapkan :
a) Penurunan tajam dan lapang pandang klien tidak semakin memburuk,
b) Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang.
Intervensi
a) Kaji adanya ptosis, diplopia,gerakan bola mata dan visus.
R/Dapat mengidentifikasi penyebabkeluhan dan mengetahui besar tajamserta lapang pandang
penglihatanklien
b) Kaji fungsi saraf III, IV, VI,VII.
R/Menentukan adekuatnya saraf cranial yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan
mata
c) Gunakan obat tetes mata dan pelindung.
R/Memberikan lubrikan danmelindungi mata
d) Orientasikan pasien padalingkungan sekitar sebagaimana kebutuhan.
R/Mengenali lingkungan
e) Tutup kedipan cahaya yangtidak penting dengan selotip atau pita, gunakan cahaya yang
redupmalam hari, dorong menggunakan penutup mata.
R/Dapat mengurangi ataumenghilangkan factor-factor penunjang dan mengurangi pandangan
kilauan dari lingkunganluar.
4) Potensial komplikasi: Hiperglikemia
14
Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Keperawatan …x24 jam diharapkan tidak terjadi
hiperglikemi dengan kriteria hasil:
Kadar gula dalam darah kembali normal
Tidak terdapat tanda-tanda hiperglikemik
Intervensi
a) Observasi tanda-tanda hipeglikemi
Membantu dalam menentukanintervensi selanjutnya
b) Berikan suntik insulin menurutsleding scale
Mengupayakan agar gula darah dalamkeadaan normal
c) Awasi pemeriksaan laboratoriumterutama GDS
Gula darah yang tinggi merupakan indicator terjadi hiperglikemi
5) Potensial Komplikasi, Hipertensi
Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Keperawatan selama ….x24 jam diharapkantidak terjadi
hipertensi dengan kriteria hasil:
Tekanan darah normal 120/80mmHg
Tidak ada tanda-tanda hipertensi
Intervensi
a) Observasi tanda-tanda hipertensi
Membantu dalam menentukanintervensi selanjutnya
b) Awasi tekanan darah klien setiap jamKolaborasi
Tekanan darah yang tinggimerupakan indicator terjadihipertensi
c) Berikan obat anti hipertensi
Sebagai antihipertensi
5. IMPLEMENTASI
Implemetasi sesuai dengan intervensi
6. Evaluasi
DX 1
melaporkan nyeri berkurang,
klien tampak tidak meringis lagi,
skala nyeri bahkan hilang (skala nyeri 0)
15
DX2
suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 – 37,50C)
kulit klien tidak tampak kemerahan,
klien tidak mengeluhkan panas lagi
DX3
Penurunan tajam dan lapang pandang klien tidak semakin memburuk,
Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang
DX4
Kadar gula dalam darah kembali normal
Tidak terdapat tanda-tanda hiperglikemik
DX 5
Tekanan darah normal 120/80mmHg
Tidak ada tanda-tanda hipertensi
KASUS:
NY.M (45thn) MRS kemarin di ruang Bedah dengan keluhan nyeri kepala dan mual sejak 5 hari
yang lalu,muntah sebanyak 3 kali sehari sebelum MRS,Pasien mengalami intoleransi terhadap
suhu dingin,berkeringat,poliuri,konstipasisejak 4 hari yang lalu,oligomenhorrea dan juga
insomnia.Pasien direncanakan akan menjalani operasi hipofisektomi lusa
pagi.TD:150/90mmHg,HR:88x/mnt,RR:20x/mnt,Suhu:36,80C.Hasil pemeriksaan Lab
menunjukan adanya peningkatan Na serum,Hasil pemeriksaan EKG saat MRS menunjukan
adanya superventricular tachycardia,atrial fibrilation.
16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ADENOMA HIPOFISIS PRE OP
DI RS X DENPASAR
TANGGAL: 23-25 SEPTEMBER2012
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 thn
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Pedagang
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : jln kecak
Tanggal Masuk : 23-09-2012
Tanggal Pengkajian : 24-09-2012
No. Register : 12345
Diagnosa Medis : Tumor Hipofisis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 50thn
Hub. Dengan Pasien : Saudara kandung
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl.letda reta
17
2. Status Kesehatan
Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Pasien mengeluh nyeri kepala.
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pasien mual sejak 5hari yang lalu,muntah sebanyak 3x sebelum masuk MRS dan
pasien mengalami intolernsi terhadap suhu dingin,pasien tampak berkeringat.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien di bawa ke rumah sakit X pada tanggal 23september 2012
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah sakit batuk,pilek
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok,minum kopi dan minum
alkohol
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
d. Diagnosa Medis dan therapy
Adenoma Hipofisis pre op hipofisektomi
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
pasien mengatakan percaya penyakitnya karena masalah medis
b. Pola Nutrisi-Metabolik
18
Sebelum sakit :
-pasien makan dengan 3x sehari lengkap dengan lauk pauk
Saat sakit :
-pasien mengalami mual sejak 5 hari yang lalu dan muntah sebanyak 3kali sehari sebelum
masuk rumah sakit
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
-pasien mengatakan bab dengan normal 1x sehari dengan bau khas feces,warna coklat
dan konsistensi lembek
Saat sakit :
Pasien dikatakan mengalami konstipasi,sejak 4hari yang lalu.
2) BAK
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan kencing 6x sehari warna kuning bau khas urin
Saat sakit :
Pasien dikatan mengalami poliuri.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan
Perawatan Diri
0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
19
2) Latihan
Sebelum sakit
Pasien mampu menggerakan ekstremitasnya
Saat sakit
Pasien mampu menggerakan ekstremitasnya
e. Pola kognitif dan Persepsi
pasien mengerti mengenai penyebab penyakitnya
f. Pola Persepsi-Konsep diri
pasien mengatakan tidak malu terhadap penyakitnya
g. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidur dengan nyenyak,pada malam hari tidur dari pikul23.00-06.00
Saat sakit :
Pasien dikatakan mengalami insomnia.
h. Pola Peran-Hubungan
pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan saudara dan suaminya
di RS pasien tidak ada masalah dengan perawat
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :
Pasien sudah menikah,mempunyai 2 anak dan menstruasi pasien teratur
Saat sakit :
-pasien mengalami oligomenhorea
j. Pola Toleransi Stress-Koping
pasien mengatakan jika ada masalah bercerita kepada suami dan saudaranya
k. Pola Nilai-Kepercayaan
pasien mengatakan agama hindu dan sembahyang 1x sehari
20
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum: sedang
Tingkat kesadaran : komposmetis
GCS : verbal:5 Psikomotor : 6 Mata :4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 88x/menit , Suhu =36,8oC , TD =150/90mmHg,
RR =20x/menit.
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
kepala
inspeksi : kepala px simetris,tidak ada benjolan,bengkak,distribusi rambut rata,tidak
adaketpmbe dan kutu pasien mengeluh nyeri pada kepala
palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Dada :
Paru
a. Inspeksi : Dada pasien simetris,pasien tidak menggunakan otot bantu napas,tidak ada luka
pada dada,tidak ada lesi
b. Palpasi :tidak ada nyeri tekan,vocalpremitus sama
c. Perkusi: terdengar sonor
d. Auskultasi :suara napas pasien vasikuler
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat berdenyut di ICS4,Tidak ada deformits pada dada
Palpasi :tidak ada nyeri tekan,iktus cordis teraba lemah
Perkusi:terdengar dulnes
Auskultasi : terdengar suara S1 dan S2 reguler
c. Payudara dan ketiak :
payudara
inspeksi : tidak ada benjolan,payudara kanan dan kiri simetris
palpasi :tidak ada masa dan nyeri tekan
ketiak
21
inspeksi :ketiak pasien bersih,terdapat bulu dan tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
palasi: tidak ada nyeri tekan
d. abdomen:
inspeksasi:tidak ada tanda-tanda asites,abdomen px tampak distensi
auskultasi :bising usus px 3x/mnt
palpasi: tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hepar,limpha,dan ginjal dan
tidak ada tanda-tanda apendik
perkusi: terdengar timpani
e. Genetalia :
pasien mengatakan mengalami menstruasi yang tidak teratur
f. Integumen :
inspeksi:pasien mengatakan mengalami intoleransi terhadap suhu,dingin,tidak ada
luka,kemerhan,ruam,kulit pasien elastis
palpasi :kulit px teraba hangat
g. Ekstremitas :
Atas
inspeksi: tangan kanan dankiri px simetris,tidak ada fraktur,kekuatan otot px normal
palpasi:teraba hangat,elastisitaskulit bagus,CRT<3detik
Bawah
Inspeksi: : tangan kanan dankiri px simetris,tidak ada fraktur,kekuatan otot px
normal
palpasi:teraba hangat,elastisitaskulit bagus,CRT<3detik
h. Neurologis
Status mental dan emosi
Keluarga pasien mengatakan pasien sering gelisah karena rasa sakit pada kepala
Pengkajian saraf kranial
o Fungsi nervus olfaktorius pasien baik, pasien masih mampu mengenali bau-bauan.
o Fungsi nervus okulomotoris, troklearis dan abdusen pasien masih baik otot bola mata
pasien baik, reflek cahaya baik, tidak terdapat strabismus dan nistagmus.
22
o Fungsi nervus trigeminus pasien baik, pasien bisa membedakan rangsangan tumpul,
tajam, dan lembut, tonus muskulus masketer pasien baik.
o Nervus facialis (VII)
Fungsi nervus facialis px baik, pasien mampu mengembungkan pipi,tidak terjadi
parese nervus cranial VII
o Nervus vestibulu “Acusticus (VIII)
Fungsi nervus vestibulo Acusticus px baik pasien mampu mendengarkan bisikan.
o Nervus gloso faringeus (IX)
Fungsi glosofaringeus px baik, px mampu membedakan rasa
o Nervus vagas (X)
Nervus vagus px baik, kejernihan suara px baikdan fungsi reflek muntah px baik.
o Nervus Assesorius (XI)
Fungsi nervus assesorius pasien baik
o Nervus Hipoglosus (XII)
Fungsi nervus hipoglosus px mampu menjulurkan lidah dan mampu mendorong pipi
dengan lidah tidak terjadi parese n.XII dekstra sentral
Pemeriksaan refleks
o Reflek trisep
Reflek trisep px baik baik terjadi gerakan menyentak dari kontraksi trisep.
o Reflek patella
Reflek patella px baik, terjadi kontraksi otot kuadtisep
o Reflek brakhiradialis
Reflek brakhiradialis baik, terjadi gerakan menyentak pada tangan.
-Reflek babinski px negatif (-)
d. Pemeriksaan PenunjanG
Data laboratorium yang berhubungan
Terjadi peningkatan pada Na serum
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Hasil pemeriksaan EKG menunjukan adanya superventricular tachycardia, atrial fibrillati
23
5. Analisa Data
A. Tabel Analisa Data
DATA Interpretasi MASALAH
Ds : pasien
mengeluhkan nyeri
kepala
Do: pasien tampak
meringis
Tumor
makroadenoma
Peregangan
duramater
Sakit kepala
Nyeri akut
Ds : pasien mengeluh
mual dan muntah
sejak 5 hari yang
lalu,muntah sebanyak
3xsehari sebelum
MRS
Do : pasien tampak
mual dan muntah
defisiensi ADH
Diabetes Insipidius
Gangguan
metabolisme KH,lipid
dan protein
perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Ds : pasien Disfungsi ACTH Resiko tinggi
24
mengatakan itoleransi
terhadap suhu
dingin,berkeringat
Do : TD:
150/90mmHg
EKG menunjukan
adanya
superventricular
tachycardia
Ketika terjadi stres
Peningkatan
norepinefrin dan
epinefrin
Vasokontriksi
pembuluh darah
Peningkatan tekanan
darah
penurunan curah
jantung
Ds : pasien
mengatakan
mengalami konstipasi
sejak 4 hari yang lalu
Do : pasien tampak
tidak nyamana
abdomen pasien
tampakdistensi
bising usus px 3x/mnt
Kadar LH dan FSH
terganggu
Meningkatnya
hormon progresteron
dan estrogen
Penurunan peristaltik
usu
konstipasi
Konstipasi
25
Ds : pasien
mengatakan
mengalami kencing
terus-terusan(poliuri )
Do: Na serum
meningkat
Sekresi hormon
terganggu
Defisit ADH
Ketidak mampuan
ginjal mereabsobsi
urin
Poliuri
Gangguan eliminasi
urin
Ds : pasien
mengatakan
mengalami
menstruasi yang tidak
teratur
Do: pasien tampak
megalami
oligomenhnorrhea
Disfungsi sel
gonadotrof
Kadar LH dan FSH
terganggu
Oligomenhnorhea
Disfungsi seksual
Ds : pasien
mengatakan
mengalami insomnia
Do: pasien tampak
lemas
Defisit ADH
Ketidak mampuan
ginjal mereabsobsi
urin
Poliuri
Terbangun terus
menerus pada malam
Insomnia
26
hari karena ingin
kencing
Gangguan pola tidur
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
NO TANGGAL /
JAM
DITEMUKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL
TERATASI
Ttd
Dx
1
Dx
2
Dx
3
Dx
4
Dx
5
a. Resiko Tinggi Penurunan curah jantung b/d
vasokontriksi d/d TD: 150/90mmHg.EKG
menunjukan adanya superventricular tachycardia
b. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan
tumor hipofised/d pasien mengeluhkan nyeri
kepala
c. Gangguan eliminasi urin b/d disfungsi
reabsobsi ginjal d/d poliuria
d. Resiko Tinggi Terhadap Disfungsi seksual b/d
perubahan kadar hormon LH dan FSH d/d
oligomenhorea
e. Perubahan nutrisi b / d gangguan metabolik d/d
pasien mengeluh mual dan muntah sejak 5
hari yang lalu,muntah sebanyak 3xsehari
sebelum MRS
f. Konstipasi b/d perubahan hormon d/d pasien
mengeluh mengalami konstipasi
g. Insomnia b/d faktor internal:poliuria d/d
27
Dx
6
Dx
7
pasien mengalami insomnia
a) Perencanaan
No. Diagnosa
Keperwatan
Tujuan &
kriteria hasil
Intervensi Rasional
Dx 1 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
Diharapkan TD
pasien dalam
batas normal
dengan KH:
TD
Pasien dalam
batas normal
120/90mmHG
Pemeriks
aan EKG
menunjukan
perbaikan/nor
Mandiri
Observasi
tanda vital
pasien:Teruta
ma nadi dan
TD
Observasi
suhu
tubuh ,catat
bila ada
perubahan
yang
peningkatan TD
merupakan
manisfestasi
awal sebagai
kompensasi
hipovolemia
dan penurunan
curah jantung
hiperpiraksia
yang tiba-tiba
dapat terjadi
yang diikuti
oleh hipotermi
sebagai akibat
dari
28
mal
Nadi
pasien dalam
batas normal
60-100x/mnt
Suhu
tubuh pasien
dalam batas
normal 360c-
37,50c
mencolok dan
tiba-tiba.
kaji warna
kulit ,suhu,pe
ngisian
kapiler,dan
nadi perifer.
ukur jumlah
haluaran
urine.
lakukan
pengukuran
CVP.
ketidakseimban
gan
hormonal,caira
n,dan elektrolit
yang
mempengaruhi
FJ dan curah
jantung.
pucat,kulit yang
dingin,pengisia
n kapiler yang
memanjang,nad
i yang lambat
dan lemah
merupakan
indikasi terjadi
syok.
walaupun
biasanya ada
poliuria ,penuru
nan haluaran
urine
menggambarka
n penurunan
perfusi ginjal
oleh penurunan
curah jantung
CVP
memberikan
gambaran
pengukuran
29
Kolaborasi
kolaborasi
pemberian
obat-obatan
sesuai indikasi
contoh:
diuretik tiazid
yang langsung
terhadap
volume cairan
dan
berkembangnya
komplokasi
tiazid mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunkan
TD pada pasien
.
Dx 2 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
Diharapkan
:pasien tidak
mengeluh nyeri
dengan KH:
a. skala nyeri
pasien hilang
atau
terkontrol 1-
10.
a) Menunjukan
1. Observasi adanya
tanda nyeri non
verbal. Misalnya
ekspresi wajah,
gelisah, menangis
2. kaji tanda-tanda
adanya nyeri baik
verbal maupun non
verbal,catat
lokasi,intensitas(sk
ala 0-10),dan
lamanya.
3. Berikan kompres
a.Merupakan
indikator derajat
nyeri secara tidak
langsung
b. bermaanfaat
dalam evaluasi
nyeri ,menentuka
n pilihan
intervensi,menet
ukan efektivitas
terapi.
c. Meningkatk
an rasa nyaman
30
penggunan
keterampilan
relaksasi dan
aktivitas
terapeutik
sesuai
indikasi
dingin pada
kepala.
4. Berikan kompres
panas/ lembab
pada leher, lengan
sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik sesuai
indikasi
dengan
menurunkan
vasodilatasi
d. Meningkatk
an sirkulasi pada
otot yang
meningkatkan
relaksasi dan
mengurangi
ketegangan
e. Penanganan
nyeri secara umum
kadang bermanfaat
yang disebabkan
karena gangguan
vaskuler.
Dx 3 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
Diharapkan:
1. Berkemih
dengan jumlah
normal tanpa
retensi.
2. Menunju
kkan perilaku
yang
meningkatkan
Observasi dan catat
warna urin
Kaji haluaran urin
dan system
kateter/drainase,
khususnya selama
irigasi kandung
kemih
Awasi elektrolit
terutama natrium
- Untuk memantau
kondisi pasien
- Retensi dapat
terjadi karena
edema area bedah,
bekuan darah, dan
spasme kandung
kemih.
- Dapat menunjuka
tejadinya
gangguan fungsi
ginjal
31
control
kandung
kemih/ urinaria
3. Nilai Na
serum pasien
dalambatas
normal
Ukur volume residu
bila ada kateter
suprapubik
Dorong pasien untuk
berkemih bila terasa
dorongan tetapi
tidak lebih dari 2-4
jam per protocol
Dorong pemasukan
cairan 3000 ml
sesui toleransi.
Batasi cairan pada
malam, setelah
kateter dilepas
Instruksikan pasien
untuk latihan
paringeal, cont:
mengencangkan
bokong,
menghentikan dan
memulai aliran urin
- Meningkatka
tonus kandung
kemih dan bantuan
latihan ulang
kandung kemih
- Berkemih dengan
dorongan
mencegah retensi
urin. Keterbatasn
berkemih untuk
tiap empat jam
(bila ditoleransi)
- Mengawasi
keefektihan
pengosongan
kandung kemih.
Residu lebih dari
50 ml menunjukan
perlunya
kontinuitas kateter
sampai tonus
kandung kemih
membaik
- Mempertahankan
hidrasi adekuat
dan perpusi gunjal
untuk aliran urin.
“penjadwalan”
masukan cairan
menurunkan
32
Pertahankan irigasi
kandung kemih
kontinu(continous
bladder irrigation)
sesui indikasi pada
periode pasca
operasi dini
kebutuhan
berkemih/
gangguan tidur
selama malam hari
- Mencuci kandung
kemih dari bekuan
darah dan debris
untuk
mempertahankan
patensi kateter/
aliran urin
Dx 4 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
Diharapkan:
a) Pasien
tampak rileks
dan melaporkan
ansietas
menurun
sampai tingkat
dapat diatasi.
b) Menyatak
an pemahaman
situasi
individual
c) Menunju
kan
keterampilan
- Memberika
keterbukaan
pda pasien/
orang terdekat
untuk
membicarakan
tentang
masalah
inkontinensia
dan fungsi
seksual
- Instruksikan latihan
parineal dan
interupsi/ kontinu
aliran urin
-Berikan informasi
a) Dapat mengalami
ansietas tentang
efek bedah dan
dapat
menyembunyikan
perntanyaan yang
diperlukan.
Ansietas dapat
mempengaruhi
kemampuan untuk
menerima
informasi.
b) Meningkatkan
peningkatan
control otot
kontinensia
urinaria dan fungsi
seksual
c) Mengetahui
33
pemecahan
masalah
akurat tentang
harapan kembalinya
fungsi seksual
-Rujuk ke penasehat
seksual sesuai
indikasi
kondisi seksual
d) Masalah menetap
atau tidak teratasi
memerlukan
intervensi
professional
Dx 5 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
nutrisi pasien
seimbang dan
terpenuhi dengan
Kh:
Mendemonst
rasikan
pemeliharaan
atau
kemajuan
peningkatan
BB sesuai
tujuan
Tidak
mengalami
mal nutrisi
Nilai Hb dan
albumin
daam batas
normal
Mandiri
1. kaji apakah ada
nyeri perut ,mual
atau muntah.dan
auskultasi bising
usus dan
2. catat adanya kulit
yang dingin atau
basah ,perubahan
tingkat
kesadaran ,nadi
yang cepat peka
rangsang ,nyeri
kepala,sempoyong
an .
3. pantau pemasukan
makanan dan
timbang berat
1.kekurangan
kortisol dapat
menyebabkan
gejala
gastrointestinal
berat yang
mempengaruhi
pencernaan dan
absorpsi dari
makanan.
2. gejala
hipoglikemia
dengan
timbulnya tanda
tersebut mungkin
perlu pemberian
glukosa dan
mengindikasikan
pemberian
tambahan
glukokortikoid.
3
.Perhatikan:berat
badan yang
34
Pasien tidak
mual dan
muntah
badan setiap hari.
4. catat muntah
mengenai jumlah
kejadian ,atau
karakteristik
lainnya.
5. berikan atau bantu
perawatan mulut.
meningkat
dengan cepat
merupakan
indikasi
terjadinya retensi
cairan atau
pengaruh dari
pemberian
glukokortikoid.
4. anoreksia ,kelem
ahan dan
kehilangan
pengaturan
metabolisme oleh
kortisol terhadap
makanan dapat
mengakibatkan
penurunan berat
badan dan
terjadinya
malnutrisi yang
serius.
5. ini dapat
membantu untuk
menentukan
derajat
kemampuan
pencernaan atau
absorpsi
35
6. berikan lingkungan
yang nyaman
untuk makan
contoh bebas dari
bau tidak
sedap ,tidak terlalu
ramai,udara yang
tidak nyaman.
7. berikan informasi
tentang menu
pilihan
8. pantau hasil
laboratorium
terutama albumin
dan Hb
makanan.
mulut yang
bersih dapat
meningkatakan
nafsu makan.
6. dapat
meningkatkan
nafsu makan
dan
memperbaiki
pemasukan
makanan.
7. perencanaan
menu yang
disukai pasien
dapat dapat
menstimulasi
nafsu makan
dan
meningkatkan
pemasukan
makanan.
8. Untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
Dx 6 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam
1. Tinjau ulang
pada diet dan
jumlah/tipe
masukan
1. Masukan adekuat
dari serat dan
makanan kasar
memberikan
36
diharapkan
pasien tidak
konstipasi lagi
dengan kH:
1. Membuat
pola eliminasi
sesuai
kebutuhan
fisik dan gaya
hidup dengan
ketepatan
jumlah dan
konsistensi.
2. BAB 1x
sehari dengan
konsistensi
lembek,
warna coklat
dan bau khas
feses.
3. Bising usus
pasien dalam
batas normal
5-35x/mnt
cairan.
2. Pastikan
kebiasaan
detekasi
pasien dan
gaya hidup
sebelumnya.
3. Auskultasi
bising usus.
4. Kolaborasi
pemberian
pelunak feces,
supositoria
gliserin sesuai
indikasi.
bulk, dan cairan
adalah faktor
penting dalam
menentukan
konsistensi feces
2. Membantu dalam
pembentukan
jadwal irigasi
efektif.
3. Kembalinya
fungsi, G1
mungkin
terlambat oleh
efek depresan
dari anaestesi.
4. Mungkin perlu
untuk
merangsang
peristaltik
dengan perlahan/
evakuasi feses
Dx 7 Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 2x24jam
Mandiri :
1. Batasi
masukan
makanan/
1. Kafein dapat
memeperlam
bat pasien
untuk tidur
37
diharapkan pola
tidur paien
teratur dengan
KH:
1) Tidur pasien
nyenyak
2) Melaporkan
peningkatan
rasa sehat dan
merasa dapat
istirahat
3) Jumlah jam
tidur dalam
batas normal
yaitu7-9jam
perha
4) Pola
tidur,kualitas
dalam batas
normal
5) Perasaan
fresh sesudah
tidur/istirahat
6) Mampu
mengidentifik
asi hal-hal
yang
meningkatka
n tidur
minuman
mengandu
g kafein
2.Fasilitasi untuk
mempertahanka
n aktivitas
sebelum tidur
(membaca)
3. Ciptakan
lingkunga
n yang
nyaman
4. Jelaskan
pentingny
a tidur
yang
adekuat
Kolaborasi:
5. Kolaburasi
pemberian
obat tidur
dan
mempengaru
hi tidur tahap
REM,menga
kibatkan
pasien tidak
merasa segar
saat bangun
2. Meningkatka
n relaksasi
dan kesiapan
untuk tidur
3. Agar pola
tidur pasien
teratur dan
tidak
terganggu
4. Agar pasien
mengerti dan
mau
mnerapkan
pola tidur
yang teratur
5. Obat tidur
dapat
meningkatka
n
38
istirahat/tidur
pasien
Daftar Pustaka
1. Brunner and Suddarth(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi
8,Volume2.Jakarta: EGC
2. Dongoes,Marilynn.E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta: EGC
3. Mubin Halim.2007.Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 2.Jakarta:EGC
4. Barodero,M.2009.Klien Gangguan Endokrin .Jakarta:EGC
39