askep snh 2
Click here to load reader
-
Upload
laila-ciracesiliakencana -
Category
Documents
-
view
123 -
download
0
Transcript of askep snh 2
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian, 5 April 2010
A. BIODATA
Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. M dari tanggal 5 April 2010 di ruang B1
(saraf), didapatkan data yaitu : umur 55 tahun, jenis kelamin laki-laki, suku bangsa Jawa,
agama islam, kawin, pendidikan terakhir adalah sekolah dasar, pekerjaan wiraswasta, masuk
Rumah Sakit pada tanggal 4 April 2010, dengan no.registrasi 6284879 dan diagnosa medis
stroke non hemoragik.
Penanggung jawab Tn. M yaitu Tn. R, dengan umur 35 tahun, pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan wiraswasta an hubungan dengan klien adalah menantu.
B. RIWAYAT KESEHATAN
Pengkajian pada Tn. M tanggal 5 April 2010 di ruang B1 (saraf) ditemukan keluhan
utama yaitu: kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan sedikit bisa digerakkan.
Alasan Tn. M dirawat dirumah sakit dr. Kariadi yaitu: pada waktu Tn. M di rumah,
saat hendak sholat tiba-tiba pasien sulit berjalan dan mengangkat tangan, tidak mual, tidak
muntah dan nyeri kepala tidak ada, oleh karena itu klien dibawa ke RS. Kariadi
Semarang.Keluhan tersebut dialami klien saat dari rumah hingga klien pulang dari Rumah
Sakit. Klien kurang tahu penyebabnya, tiba-tiba kaki dan tangannya sulit untuk digerakkan.
Timbulnya keluhan klien secara tiba-tiba ketika hendak shalat. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya yaitu klien langsung dibawa ke rumah sakit Kariadi Semarang. Klien belum
pernah menderita sakit seperti ini dan tidak mempunyai riwayat hipertensi maupun diabetes
mellitus, klien sering sekali merokok dan dalam sehari habis 2 bungkus rokok. Dikeluarga
tidak ditemukan riwayat hipertensi, diabetes mellitus dari pihak ibu, bapak dan kakek,
nenek.
C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yaitu: klien beranggapan bahwa kesehatan
diri adalah segalanya karena kesehatan itu amat mahal. Klien kurang tahu penyebab tangan
dan kaki sebelah kanan tidak bisa digerakkan, setelah dirumah sakit klien menjadi tahu yang
dideritanya adalah stroke (dari penjelasan dokter). Upaya yang dilakukan dalam
mempertahankan kesehatan yaitu dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Dalam
mengontrol kesehatan klien berobat kepelayanan kesehatan terdekat. Kebiasaan hidup klien
yaitu biasa minum air teh. jarang minum air putih (karena tidak senang air putih) dan lebih
suka minum kopi dan merokok (dalam sehari 2 bungkus). Selain itu klien jarang berolahraga
dan tidur 3 jam dalam sehari. Klien menggunakan jamsostek.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pola makan klien sebelum sakit makan klien banyak dan dalam sehari 3 kali dengan
porsi banyak. Pada waktu sakit makan klien dalam sehari 3 kali dengan porsi sedikit. Tidak
ada makanan pantangan maupun makanan yang membuat alergi.
Pola minum klien sebelum sakit minum klien banyak dan dalam sehari 6 gelas besar,
dan biasanya yang diminum adalah teh dan kopi, klien kurang suka dengan air putih. Pada
waktu sakit dalam sehari klien minum 5 gelas.
3. Pola Eliminasi
Eliminasi feses saat sebelum sakit setiap hari satu kali dan saat sakit 4 hari tidak BAB.
Pola BAK klien sebelum dan sesudah dirumah sakit tidak ada bedanya dalam sehari kurang
lebih 7 kali. Klien mengatakan badan terasa panas.
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Klien jarang berolahraga, dan sering mengaji dan yang menafkahi adalah istri (pada saat
sebelum sakit). Saat sakit klien kesulitan dalam berhajat, pergerakan tubuh (pada ekstermitas
kanan).
5. Pola istirahat dan tidur
Kebiaasaan tidur sebelum sakit dalam sehari hanya 3 jam dari jam 12 malam sampai
jam 3 pagi dan pada waktu sakit klien sedikit susah tidur karena kepala terasa pusing saat
klien terbangun dan duduk.
6. Pola Persepsi sensori dan kognitif.
Sebelum dan saat sakit pada Tn. M tidak ada penurunan kemampuan sensasi
(penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, sensasi perabaan). Klien tidak
menggunakan alat bantu mendengar ataupun kacamata saat sebelum dan saat sakit. Saat sakit
dan sebelum sakit tidak ada masalah dengan kemampuan mengingat, bicara dan memahami
pesan yang diterima, klien juga mampu mengambil keputusan yang bersifat sederhana
(misalnya klien mengatakan badan panas dan minta obat penurun panas). Persepsi terhadap
nyeri yaitu: pusing atau nyeri kepala meningkat saat duduk dan bila berbaring nyeri
berkurang, lama keluhan = lama duduk, lokasi sumber nyeri dikepala dan tidak menyebar.
Skala: 5, keluhan dirasakan ketika berlatih duduk.
7. Pola hubungan dengan orang lain
Kemampuan klien saat sakit dan sebelum sakit dalam berkomunikasi yaitu: relevan,
jelas, mampu mengekspresikan dan mampu mengerti orang lain. Orang terdekat dan yang
berpengaruh pada klien adalah keluarga terutama istri. Bila ada masalah klien meminta
bantuan kepada Allah dan berbagi dengan keluarga. Klien mengatakan tidak ada kesulitan
dalam keluarga.
8. Pola reproduksi dan seksual
Pemahaman klien terhadap fungsi seksual mengerti karena klien pernah mempelajari
dan klien adalah seorang guru mengaji di kampungya. Klien mengatakan tidak ada gangguan
dalam hubungan seksual.
9. Persepsi diri dan konsep diri
Hal yang dipikirkan klien saat ini adalah bagaimana keadaan muridnya selama klien
sakit, harapan setelah menjalani perawatan adalah bisa mengajar muridnya lagi. Perasaan
klien saat ini adalah sedih karena memikirkan murid ngajinya. Ada pengaruh penyakit yang
dialami klien terhadap persepsi klien yaitu klien tidak bisa mengajar lagi.
Status dan posisi klien sebelum dirawat adalah guru ngaji. Peran yang diemban klien
adalah sebagai kepala keluarga dan guru ngaji, selama dirawat klien mengalami perubahan
yaitu banyak berbaring ditempat tidur. Klien berharap dirinya bisa berjalan lagi dan dapat
mengajar ngaji lagi. Klien menerima dengan apa yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa
rendah diri dengan keadaannya yang sekarang ini.
10. Pola mekanisme koping
Dalam mengambil keputusan dikeluarga Tn. M dimusyawarahkan dulu dan yang
menetapkan keputusan adalah klien, karena klien sebagai kepala keluarga. Jika menghadapi
masalah klien berusaha memecahkan masalah tersebut, memohon kepada Allah agar
diberikan petunjuk dan memusyawarahkan dengan keluarga. Upaya dalam menghadapi
masalah sekarang ini yaitu klien mentaati anjuran dari tim pelayanan kesehatan dan
membutuhkan bantuan keluarga. Menurut klien banyak yang dilakukan perawat yang
menmbantu terpenuhinya rasa nyaman karena banyak sekali yang merawat klien.
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Menurut pasien sumber kekuatan baginya adalah Allah SWT. Klien dalam
menjalankan kegiatan agama tertib sekali, dari shalat 5 waktu, shalat tahajud, mengajari
ngaji setiap harinya dan selama sakit klien tidak bisa mengajari ngaji. Tidak ada
pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut terhadap pengobatan yang dijalani.
D. PENGKAJIAN FISIK
Pada pengkajian fisik kondisi klien tampak lemah (kelemahan anggota gerak), dengan
tingkat kesadaran composmentis yaitu dapat berorientasi dengan baik. GCSnya yaitu: E4 V5
M6. Tanda-tanda vital: TD: 140/90 mmhg, N: 88 kali/menit, S: 36,80C, RR: 20 kali/menit.
Kepala: bentuk Mesochepal, tidak terdapat luka. Rambut: Beruban, putih dan hitam, cukup
tebal dan bersih. Mata: tidak menggunakan alat bantu ( kaca mata), konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik dan tidak terdapat sekret. Hidung: hidung bersih tidak ada sekret,
tidak ada septum deviasi, tidak ada napas cuping hidung, tidak memakai oksigen. Telinga:
tidak terdapat tanda inflamasi (bengkak, kemerahan, nyeri tekan), bersih, tidak ada sekret,
tidak menggunakan alat bantu dengar. Mulut: keadaan selaput mukosa lembab, tidak
terdapat sariawan, mulut bersih, tidak terdapat bau mulut, tidak ada bengkak pada gusi, bibir
agak kering. Leher dan tenggorokan: tidak ada benjolan pada leher, posisi trakhea di tengah,
tidak terdapat pemasangan alat (trakeostomy), tidak ada pembesaran tonsil (inspeksi), tidak
ada nyeri waktu menelan, tidak ada kaku kuduk. Dada dan thorak: tidak ada penggunaan alat
bantu napas, gerakan dada simetris (inspeksi), vocal/tactil fremitus seimbang kanan dan kiri,
tidak terdapat nyeri tekan (palpasi), sonor/resonan (perkusi), vesiculer (seluruh lapang paru
(auskultasi)). Jantung: tidak ada ictus cordis dan suara tambahan.Abdomen: bentuk
cembung, tidak terdapat luka,tidak ada lesi (inspeksi), bunyi usus 3 kali/menit (auskultasi),
tympani (perkusi),ada massa, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (palpasi). Ekstremitas:
Kuku bersih, turgor baik, tidak adanya edema, akral hangat, Capillary refill time kurang
dari 3 detik, kekuatan otot: tangan kiri 5 dan kaki kiri 5, tangan kanan 3 dan kaki kanan 3.
Klien bisa bergerak akan tetapi tangan kanan dan kaki kanan tidak bisa bergerak secara
maksimal( mampu menahan gravitasi tapi dengan sentuhan jatuh), bila ingin latihan duduk
klien berpegangan pada pengaman tempat tidur dan saat duduk klien mengatakan pusing.
Pada daerah tusukan infuse (tangan sebelah kanan) tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
edema dan tidak kemerahan.
Kulit : bersih, warna coklat kehitaman,lembab, turgor baik, tidak ada edema.
Hypertermi
Kerusakan
mobilitas fisik
Perubahan perfusi
jaringan serebral
Gangguan pola
eliminasi/konstipasi
E. PATHWAY KASUS KEPERAWATAN
Penumpukan nikotin di pembuluh darah
Obstruksi trombus di otak
Penurunan aliran darah ke otak
Hipoksia Cerebri
Infark jaringan otak
Penyakit yang mendasari stroke (perokok berat, stress, depresi)
Nikotin dalam darah meningkat
Tirah baring
Mobilitas
menurun
Kepekatan
darah
meningkat
Aterosklerosis
Pembentukan
trombus
Evaporasi
meningkat
Motilitas usus menurun
Kerusakan pusat gerakan motorik di lobus
frontalis (hemiparesis ekstremitas dextra)
Kurangnya intake
cairan
F. DIAGNOSA, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. M pada tanggal 5 April 2010
ditemukan keluhan utama yaitu kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa
sedikit digerakkan. Kekuatan otot: tangan dan kaki kiri 5, tangan dan kaki kanan 3, TD:
140/90 mmHg, S: 36,8O
C, N: 88 kali/menit, RR: 20kali/menit.
Dari data hasil pengkajian di atas maka penulis memunculkan diagnosa keperawatan
yaitu kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan
parestesia ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan bisa sedikit
digerakkan. Kekuatan otot: tangan dan kaki kiri 5, tangan dan kaki kanan 3.
Usaha untuk mengatasi diagnosa kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromoskuler ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan
kanan bisa sedikit digerakkan. Kekuatan otot: tangan dan kaki kiri 5, tangan dan kaki kanan
3, dibuat intervensi keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama satu kali 8 jam, diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya dengan KH : bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas. Rencana keperawatan meliputi monitor TTV dengan rasional
mengetahui perkembangan kondisi klien. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
dengan rasional otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada eksremitas yang
tidak sakit dengan rasional gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan
fisik klien dengan rasional mempertahankan otot tonus. Berikan obat sesuai advis dokter
dengan rasional membantu proses penyembuhan.
Dari rencana keperawatan, maka penulis memberikan tindakan keperawatan yaitu:
pada jam 11:00 WIB memonitoring TTV, jam 11:15 WIB memberikan latihan gerak pasif
pada ekstremitas yang sakit, memberikan latihan gerak aktif pada ekstremitas pada yang
tidak sakit, menjalin kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien, jam 12:00
WIB memberikan obat sesuai aduis dokter (Ranitidin 150 mg), mengarahkan klien untuk
istirahat.
Setelah tindakan keperawatan diberikan, maka dapat dievaluasi pada jam14:00 WIB
yaitu: klien mengatakan mau berlatih setiap hari, klien mengucapkan terimakasih, tekanan
darah: 140/90 mmHg, suhu: 36,8oC, nadi: 88 kali permenit, respiratory rate: 20 kali
permenit, dengan masalah belum teratasi pada diagnosa kerusakan mobilitas fisik dan
rencana selanjutnya yaitu: motivasi klien untuk latihan gerak pasif pada anggota gerak yang
sakit dan latihan gerak aktif pada anggota yang tidak sakit, monitor TTV dan memberikan
terapi sesuai program.
Pada tanggal 7 April 2010 diperoleh data sebagai berikut: Klien mengatakan pusing
pada waktu duduk, dengan skala 5. Tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu: 37O
C, nadi: 60
kali permenit, RR: 20 kali permenit.
Dari data yang didapat penulis memunculkan diagnosa perubahan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak ditandai dengan klien
mengatakan pusing pada waktu duduk, dengan skala 5. Tekanan darah: 120/80 mmHg,
suhu: 37O
C, nadi: 60 kali permenit, RR: 20 kali permenit..
Oleh karena itu intervensi keperawatan yang direncanakan bertujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 8 jam, diharapkan tidak terjadi perubahan
perfusi jaringan serebral dengan KH: terpeliharanya tingkat kesadaran, menampakkan
stabilisasi TTV dan tidak ada PTIK serta peran pasien tidak menampakkan kekambuhan.
Intervensi keperawatan tersebut meliputi monitor TTV dengan rasional mengetahui kondisi
perkembangan klien. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya pusing
dengan rasional mengetahui faktor yang dapat menyebabkan pusing. Bantu klien tekhnik
relaksasi dan distraksi (tarik nafas dalam dan mengajak bicara) dengan rasional mengurangi
rasa pusing. Pertahankan tirah baring dengan rasional mengurangi rasa pusing. Berikan obat
sesuai advis dokter dengan rasional membantu proses penyembuhan.
Tindakan keperawatan yang diberikan yaitu pada jam 05:30 WIB memonitor TTV,
jam 06:00 WIB menentukan faktor terjadinya pusing (nyeri kepala,P,Q,R,S,T), membantu
klien teknik relaksasi dan distraksi.
Dari tindakan keperawatan yang telah diberikan, maka dapat dievaluasi pada jam
07:30 WIB yaitu: klien mengatakan pusing berkurang, klien mengucapkan terimakasih, klien
nampak senang disaat diajak bicara, tekanan darah: 120/80 mmHg, suhu: 37oC, nadi: 60 kali
permenit, respiratory rate: 20 kali permenit,pada diagnosa ini masalah teratasi dan rencana
selanjutnya yaitu monitor TTV dan berikan obat sesuai advis dokter.
Pada tanggal 08 April didapat data yaitu klien mengatakan badan panas dan minum
sedikit (1 gelas besar), mukosa bibir agak kering dengan tekanan darah: 140/80 mmHg,
suhu: 38,6O C, nadi : 88 kali permenit, respiratory rate: 20 kali permenit, Hemoglobin: 14,70
95%, Leukosit: 7,50 ribu/mmk, Eritrosit: 4,67 juta/mmk.
Dari data yang didapat, maka penulis memunculkan masalah keperawatan yaitu:
hipertermi berhubungan dengan intake cairan kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan
klien mengatakan badan panas dan minum sedikit (1 gelas besar), mukosa bibir agak kering
dengan tekanan darah: 140/80 mmHg, suhu: 38,6O C, nadi: 88 kali permenit, respiratory
rate: 20 kali permenit, Hemoglobin: 14,70 95%, Leukosit: 7,50 ribu/mmk, Eritrosit: 4,67
juta/mmk.
Rencana keperawatan dari diagnosa tersebut yaitu dengan tujuan setelah diberikan
tindakan keperawatan selama satu kali 5 jam, diharapkan tidak terjadi hipertermi dengan
KH: suhu badan antara 36-37 0C dengan intervensi keperawatan monitor TTV dengan
rasional mengetahui perkembangan kondisi klien. Berikan kompres air biasa untuk
menurukan panas. Anjurkan untuk memakai baju yang tipis membantu menurunkan panas
badan. Anjurkan klien sering minum air putih yaitu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
membantu menurunkan panas. Kolaborasi dengan tim medis lain (dokter) paracetamol 500
mg yaitu untuk membantu proses penyembuhan.
Tindakan keperawatan yang diberikan yaitu pada jam 03:00 WIB memonitor TTV,
jam 03:10 WIB, memberikan kompres air biasa, menganjurkan klien untuk memakai baju
yang tipis, menganjurkan klien untuk sering minum air putih, memberikan obat sesuai advis
dokter (Paracetamol 500 mg).
Setelah tindakan keperawatan yang diberikan, maka dapat dievaluasi pada jam 08:30
WIB klien mengatakan panas badan berkurang, tekanan darah: 145/90 mmHg, nadi: 88 kali
permenit, suhu: 37,2oC, respiratory rate: 24 kali permenit, masalah teratasi dan rencana
selanjutnya yaitu monitor TTV dan berikan terapi sesuai program.
Pada tanggal 09 April 2010 ditemukan data yaitu: klien mengatakan sudah 4 hari
klien tidak bisa BAB dan minum sedikit, pada abdomen teraba massa, bunyi usus: 3 kali
permenit, tekanan darah: 145/90 mmHg, nadi:80 kali permenit, respiratory rate: 24 kali
permenit, suhu: 37,20C.
Dari data yang telah ditemukan maka penulis memunculkan diagnosa gangguan pola
eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam tubuh
ditandai dengan klien mengatakan sudah 4 hari klien tidak bisa BAB dan minum sedikit,
pada abdomen teraba massa, bunyi usus : 3 kali permenit, tekanan darah : 145/90 mmHg,
nadi:80 kali permenit, respiratory rate : 24 kali permenit, suhu : 37,20C.
Usaha untuk mengatasi diagnosa tersebut yaitu dengan tujuan setelah diberikan
tindakan keperawatan selama 1 kali 1 jam, diharapkan klien dapat BAB dengan KH : tidak
teraba massa pada abdomen dengan intervensi keperawatan monitor TTV untuk mengetahui
perkembangan kondisi klien. Anjurkan klien untuk sering minum air putih supaya masukan
cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan
membantu eliminasi. Anjurkan klien untuk makan makanan berserat karena diet seimbang
tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler. Berikan huknah gliserin
untuk membantu mempermudah BAB.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien Tn. M yaitu: pada jam 09:00 WIB
memonitor TTV, jam 09:10 WIB menganjurkan klien untuk sering minum air putih,
menganjurkan klien untuk makan makanan berserat dan pada jam 09:20 WIB memberikan
huknah gliserin.
Dari tindakan yang diberikan maka dapat dievaluasi yaitu: pada jam 14:00 WIB klien
mengatakan sudah merasa lega karena sudah BAB dengan tekanan darah: 140/90 mmHg,
suhu: 37oC, nadi: 88 kali permenit, respiratory rate: 24 kali permenit, pada diagnosa
gangguan eliminasi masalah teratasi dan rencana selanjutnya yaitu monitor TTV dan
berikan nasehat sebelum klien pulang (kontrol teratur dan minum obat secara teratur).