Askep Sinusitis

38
SINUSITIS KONSEP MEDIS A. DEFINISI Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. Sinusitis adalah peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus paranasal dengan gejala berupa buntu hidung, nyeri fasial dan pilek kental (purulen). Pada tahun 1996, American Academi of Otolaryngology – Head and Neck Surgery mengusulkan untuk mengganti terminologi sinusitis dengan rinosinusitis. Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat kerena menggambarkan proses penyakit dengan lebih akurat. Beberapa alasan yang mendasari perubahan “sinusitis” menjadi “rinosinusitis” adalah membran mukosa hidung dan sinus secara embriologis berhubungan satu sama lain (contigious), Sebagian besar penderita sinusitis juga menderita rhinitis, jarang sinusitis tanpa disertai rhinitis, gejala pilek, buntu hidung dan berkurangnya penciuman ditemukan baik pada sinusitis maupun rhinitis, dan foto CT scan dari penderita common cold menunjukkan 17

Transcript of Askep Sinusitis

Page 1: Askep Sinusitis

SINUSITIS

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman

atau virus. Sinusitis adalah peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus

paranasal dengan gejala berupa buntu hidung, nyeri fasial dan pilek kental

(purulen). Pada tahun 1996, American Academi of Otolaryngology – Head and

Neck Surgery mengusulkan untuk mengganti terminologi sinusitis dengan

rinosinusitis. Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat kerena menggambarkan

proses penyakit dengan lebih akurat. Beberapa alasan yang mendasari perubahan

“sinusitis” menjadi “rinosinusitis” adalah membran mukosa hidung dan sinus

secara embriologis berhubungan satu sama lain (contigious), Sebagian besar

penderita sinusitis juga menderita rhinitis, jarang sinusitis tanpa disertai rhinitis,

gejala pilek, buntu hidung dan berkurangnya penciuman ditemukan baik pada

sinusitis maupun rhinitis, dan foto CT scan dari penderita common cold

menunjukkan inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal secara

simultan. Beberapa fakta di atas menunjukkan bahwa sinusitis merupakan

kelanjutan dari rinitis. Hal ini mendukung konsep “one airway disease”, yaitu

penyakit disalah satu bagian saluran nafas akan cenderung berkembang ke bagian

yang lain. Inflamasi di mukosa hidung akan diikuti inflamasi mukosa sinus

paranasal dengan atau tanpa disertai cairan sinus. Keadaan ini menunjukkan

rinosinusitis sebenarnya merupakan kondisi atau manifestasi dari suatu respon

inflamasi mukosa sinus paranasal.

B. ETIOLOGI

17

Page 2: Askep Sinusitis

Penyebab utama dan terpenting dari rinosinusitis adalah obstruksi ostium sinus.

Berbagai faktor baik lokal maupun sistemik dapat menyebabkan inflamasi atau

kondisi yang mengarah pada ostium obstruksi sinus. Berbagai faktor tersebut

meliputi infeksi saluran nafas atas, alergi, paparan bahan iritan, kelainan anatomi,

Defisiensi imun dan kondisi ko-morbid.

Sebab-sebab Lokal

Sebab-sebab lokal yang mempredisposisi ke invasi bakteri sekunder ke dalam

sinus akan dibahas. Rinitis non-virus dapat mencakup kelainan-kelainan karena

bakteri dan jamur, tetapi sebagai contoh untuk diskusi ini akan digunakan

sinusitis bakterialis. Sebab-sebab lokal sinusitis supurativa mencakup patologi

septum nasi. Edema yang terjadi sekunder akibat infeksi traktus respiratoriusatas

serta menimbulkan obstruksi ostium sinus dan memungkinkan bakteri, baik

bakteri setempat atau bakteri l;ain, masuk dan mengkomplimasi infeksi traktus

tersipatorius dapat menjadi predisposisi sinusitis supurativa. Diatesis alergika,

polip nasi, benda-benda asing seperti tampon, rinolith, material yang terinfeksi

seperti air terinfeksi yang berkontak selama berenang atau menyelam

menyebabkan gangguan intranasal lokal yang lazim, yang menjadi faktor

predisposisi bagi berkembangnya sinusitis bakterialis.

Faktor-faktor Predisposisi Regional

Mungkin faktor regional yang terlazim yang mempredisposisi untuk

berkembangnya sinusitis, secara khusus sinusitis maksilaris, meliputi gigi geligi

yang buruk, karies gigi atau abses apical. Gigi-gigi premolar atau molar atas

yang tersering karena gigi geligi tersebut didekat dasar sinus maksilaris. Faktor

regional lain yang dapat mempredisposisi ke sinusitis rekuren adalah obstruksi

nasofaring. Sebagai contoh, tumor-tumor ganas, radiasi kobalt disertai

redionekrosis atau hipertrofi adenoid dapat mempredisposisi seseorang ke

17

Page 3: Askep Sinusitis

perkembangan sinusitis bakterialis rekuren. Dengan perluasan regional, tumor

palatinum juga mempredisposisi perkembangannya.

Faktor-faktor Sistemik

Faktor-faktor sisitemik yang mempredisposisi perkembangan rinosinusitis

mencakup keadaan umum yang lemah seperti malnutrisi, diabetes yang tidak

terkontrol, terapi steroid jangka lama, dyscrasia darah, kemoterapi dan keadaan

deplesi metabolisme lainnya. Tanpa menandai sebabnya, semua faktor-faktor

siskemik tersebut dapat mempredisposisi perkembangan sinusitis non-virus.

Penting untuk mengidentifikasi faktor predisposisi, tidak hanya untuk melakukan

penatalaksanaan yang tepat tetapi juga untuk menyingkirkan penyebabnya

terutama bila ia lokal atau regional. Penting mengontrol faktor-faktor

predisposisi yang mendasarinya dalam penatalaksanaan jangka panjang

rinosinusitis rekuren.

Rinogen

Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan

oleh :

o Rinitis Akut (influenza)o Polip, septum deviasi

Dentogen

Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas.

Penyebabnya adalah kuman :

o Streptococcus pneumoniae

o Hamophilus influenza

o Steptococcus viridans

o Staphylococcus aureus

o Branchamella catarhatis

C. INSIDEN

17

Page 4: Askep Sinusitis

Kekerapan rinosinusitis terutama pada anak di Indonesia belum diketahui dengan

pasti, tetapi diperkirakan cukup tinggi mengingat inflamasi di sinus paranasal

dapat terjadi pada setiap infeksi saluran nafas. Di Eropa, rionosinusitis

diperkirakan mengenai 10% hingga 30% populasi. Insiden di Amerika

dilaporkan sebesar 135 per 1000 populasi per tahun dengan 12 juta kunjungan

kedokter selama tahun1995. Diperkirakan 31-35 juta penduduk Amerika

menderita rinosinusitis (akut, kronik atau rekuren) setiap tahunnya. Sebanyak

14% penduduk Amerika paling sedikitnya pernah sekali mengalami episode

rinosinusitis semasa hidupnya. Sekitar 15% penduduk Amerika diperkirakan

menderita rinosinusitis kronik.

Kebanyakan kasus rinosinusitis mengenai satu atau lebih sinus paranasal,

terutama sinus maksila dan sinus etmoid. Berdasarkan teknik eksplorasi

endoskopik pada dinding lateral rongga hidung, Messerklinger mengatakan

sebagian besar penyakit sinus paranasal disebabkan faktor rinogenik. Secara jelas

ditunjukkan proses terjadinya keradangan di sinus paranasal diawali oleh

inflamasi atau kelainan di daerah kompleks ostiomeatal (KOM). Untuk dapat

menjelaskan etiologi dan konsep terkini patofisiologi rinosinusitis, akan

disampaikan terlebih dulu anatomi sinus paranasal.

D. MANIFESTASI KLINIK

a) Sinusitis akut

Gejala objektif, tampak pembengkakan di daerah muka. Pada sinusitis

maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada sinusitis frontal

terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis etmoid jarang bengkak

kecuali bila ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada

sinusitis maksilaris, sinusitis frontalis dan sinusitis etmoidalis anterior

17

Page 5: Askep Sinusitis

tampak mukopius atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis

etmoidalis posterior dan sinusitis sfenoidalis nanah tampak keluar dari

meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring

(post nasal drip).

Gejala subjektif terbagi atas gejala sistemik, yaitu demam dan rasa lesu, serta

gejala local yaitu hidung tersumbat, mucus kental yang kadang berbau dan

mengalir ke nasofaring (post nasal drip), sakit kepala, nyeri di daerah sinus

yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain. Pada sinusitis

maksilaris, nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke

alveolus, hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan

telinga. Pada sinusitis etmoidalis, nyeri di pangkal hidung dan kantus

medius, kadang-kadang nyeri di bola mata atau belakangnya, terutama bila

mata digerakkan. Pada sinusitis frontalis, nyeri terlokalisasi di dahi atau

diseluruh kepala. Pada sinusitis sfenoidalis, rasa nyeri diverteks, oksipital,

retro orbital dan di sfonoidalis.

b) Sinusitis Subakut

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang

akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.

Pada rinoskopi anterior tampak secret purulen di meatus medius atau

superior. Pada rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring.

c) Sinusitis kronik

Gejala objektif

17

Page 6: Askep Sinusitis

Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis

akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah.

Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan secret kental purulen dari

meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak

secret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

Gejala subjektif bervariasi dari ringan sampai berat, seperti:

Gejala hidung dan nasofaring, berupa secret di hidung dan nasofaring.

Secret di nasofaring secara terus menerus akan menyebabkan batuk

kronik.

Gejala faring, berupa rasa tidak nyaman di tenggorok.

Gejala klinis, berupa gangguan pendengaran akibat sumbatan tuba

Eustachius.

Nyeri kepala, biasanya pada pagi hari dan berkurang di siang hari.

Mungkin akibat penimbunan secret dalam rongga hidung dan sinus,

serta stasis vena pada malam hari.

Gejala mata, akibat penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis.

Gejala saluran nafas, barupa berupa batuk dan kadang-kadang kompliksi

di paru.

Gejala saluran cerna, dapat tejadi gastroenteritis akibat mukopus yang

tertelan.

E. PATOFISIOLOGI

17

Page 7: Askep Sinusitis

Patensi ostium sinus paranasal, “mucociliary clearance” dan “local immune defenses” yang baik, mutlak diperlukan untuk mencegah dan menjaga sinus paranasalis dari infeksi. Walaupun semua faktor-faktor ini penting, obstruksi ostium diduga merupakan penyebab utama dan tersering berkembangnya sinusitis. Obstruksi ostium biasanya ditemukan baik pada sinusitis akut maupun kronik dan pada sebagian akut virus rhinitis. Potensi ostium tidak saja penting untuk drainase secret tetapi juga untuk ventilasi sinus paranasalis dalam hal pertukaran O2 dan CO2 dalam sinus. Kadar O2 yang rendah dalam sinus menyebabkan bakteri aerob dapat bertumbuh dengan cepat sedangkan bila sama sekali tidak ada O2 akan memungkinkan bakteri anaerob berkembang. Obstruksi ostium sinus juga mempengaruhi “mucociliary clearance” dan “local immune defenses”.

“Mucociliary clearance” yang baik akan mencegah terjadinya infeksi didalam sinus dimana untuk dapat tercapainya hal ini transfor mucosiliar, jumlah dan kualitas secret serta pergerakan silia harus baik. Transfor mukosiliar akan mencegah akumulasi secret yang memang bertambah pada saat infeksi. Pergerakan silia didalam sinus bergeraka dengan arah menuju ostium sinus alamiah dan bukan berdasarkan gravitasi. Mucus dalam sinus yang normal mengandung anti mikroba dari miskin nutrisi sehingga merupakan medium yang kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Perubahan jumlah dan kualitas secret pada infeksi juga akan memberi dampak terhadap efisiensi transport mucosiliar. Pada infeksi virus fungsi mucosiliar akan menjadi inaktif, keadaan ini mempermudah terjadinya infeksi bacterial.

“Local immune defenses” dan “sekretory immune system” merupakan

pertahanan lini pertama terhadap infeksi bakteri. Termasuk disini adalah

immunoglobulin terutama IgA disamping IgG dan IgM, komplemen

komponen dan leukosit. Defisiensi immunoglobulin sering dihubungkan

dengan sinusitis kronik sedangkan komplemen komponen dihubungkan

dengan sinusitis berulang.

17

Page 8: Askep Sinusitis

Kegagalan transfor mucus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor

utama berkembangnya sinusitis. Patofisiologi rinosinusitis digambarkan sebagai

lingkaran tertutup, dimulai dengan inflamasi mukosa hidung khusunya kompleks

ostiomeatal. Secara skematiknya sebagai berikut: inflamasi mukosa hidung

pembengkakan (udem) dan eksudasi obstruksi (blokade) ostium siuns

gangguan ventilasi dan dreinase, resorpsi oksigen yang ada di rongga sinus

hipoksi (oksigen menurun, pH menurun, tekanan negative) permeabilitas

kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat transudasi, peningkatan

eksudasi, penurunan fungsi silia retensi sekresi sinus pertumbuhan kuman.

F. DIAGNOSIS

Diagnosis multisinusitis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemerikasaan fisis

serta didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologik

pemeriksaan radiologic (foto polos, CT-Scan, MRI), endoskopi nasal.

a) Anamnesa

Anamnesis yang cermat dan teliti sangat diperlukan untuk menilai gejala-

gejala di atas. Ini penting terutama pada sinusitis kronik karena diperlukan

pengetahuan tentang kemungkinan factor penyebab yang lain selain

inflamasi itu sendiri. Adanya penyebab infeksi baik kuman maupun virus,

adanya latar belakang alergi atau kemungkinan kelainan anatomis di dalam

rongga hidung dapat dipertimbangkan dari riwayat penyakit yang lengkap.

Penderita dengan latar belakang alergi mempunyai riwayat yang khas

terutama karateristik gejala sebelumnya, riwayat alergi dalam keluarga, serta

adanya factor lingkungan yang mempengaruhi. Disamping itu perlu juga

diketahui riwayat pengobatan sebelumnya.

17

Page 9: Askep Sinusitis

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang penting adalah rinoskopi. Rinoskopi anterior dilakukan

dengan pencahayaan yang berasal dari lampu kepala dengan cahaya yang

cukup terang. Peralatan lainnya adalah spekulum hidung. Pada sinusitis

kadang-kadang diperlukan pemberian dekongestan topical sebelum

pemeriksaan untuk mendapatkan lapangan pandang yang luas. Dengan

pemeriksaan ini kelainan di dalam rongga hidung yang berkaitan dengan

rinosinusitis sebagian besar dapat dilihat. Adanya hiperemi, secret, udem,

krusta, septum yang deviasi atau adanya polip/tumor sebagian penyebab

rinosinusitis dapat diketahui.

Rinoskopi posterior adalah untuk melihat rongga hidung bagian posterior

dan nasofaring. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui patologi di bagian

belakang rongga hidung serta nasofaring. Adanya post nasal secretion dapat

dilihat dengan jelas.

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi merupakan pemriksaan tambahan yang umum

dilakukan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah X-ray dalam posisi

water, lateral, CT-Scan, dan MRI. X-ray water cukup informatif pada

sinusitis akut terutama untuk konfirmasi, akan tetapi CT-Scan merupakan

pemeriksaan radiologic yang mempunyai nilai obyektif tinggi.

Pemeriksaan endoskopi nasal merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat

berguna dalam memberikan informasi tentang penyebab rinosinusitis kronik.

Dengan endoskopi nasal dapat diketahui dengan jelas patologi didalam

rongga hidung, termasuk memeriksa ostium sinus dan melihat patologi pada

17

Page 10: Askep Sinusitis

komplek ostio-meatal. Patologi didaerah tersebut dapat dilihat dengan jelas.

Polip yang kecil, gambaran mukosa di meatus medius, posisi konka, posisi

konka medius processus unsinatus yang tidak tampak dengan rinoskopi

anterior dapat dengan jelas melalui endoskopi nasal.

Transiluminasi merupakan pemeriksaan sederhana terutama untuk menilai

adanya patologi disinus maksilaris.

Rontgenogram harus dibuat pada semua kasus sinusitis supurativa akut

untuk menentukan luas bagian yang terkena, terutama bila nyeri dan

gambaran sistemik menonjol, atau bila pasien sakit berat atau gagal

membaik dalam satu minggu terapi antibiotik.

Menurut Task Force yang terbentuk oleh the American Academy of Otolaryngic

Allergy (AAOA), dan American Rhinologic Siciety(ARS), gejala klinik RS pada

dewasa dapat digolongkan menjadi (1):

~ Gejala mayor yakni gejala yang banyak dijumpai serta mempunyai faktor

prediksi yang tinggi.

Termasuk dalam gejala mayor adalah:

1) Sakit pada daerah muka (pipi, dahi, hidung),

2) Buntu hidung,

3) Ingus purulen/pos-nasal/berwarna,

4) Gangguan penciuman,

5) Ditemukannya secret purulen dirongga hidung (dengan rinoskopi),

6) Demam (untuk RS akut saja)

17

Page 11: Askep Sinusitis

~ Gejala minor yakni:

1) Batuk,

2) Demam (untuk RS nonakut),

3) Tenggorok berlendir,

4) Nyeri kepala,

5) Nyeri geraham,

6) Halitosis

G. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding biasanya tidak sulit. Untuk sinusitis supurativa akut, pasien

harus mengalami obstruksi saluran pernafasan atas, secret hidung mikopurulen

atau postnasal. Terlihatnya mukopus di dalam hidung atau di dalam nasofaring,

pus yang melekat ke faring posterior, eritema atau edema konka nasalis dan nyeri

di sinus yang terkena disertai nyeri kepala dan gambaran sistemik demam yang

berkisar antara 38,3-39,4˚C memungkinkan ditegakkanya diagnosis.

Diagnosis banding sinusitis aupurativa, tergantung atas apakah ia akut atau

kronik, meliputi infeksi traktus respiratorius atas (rinitis virus). Rinitis alergika

(musiman dan atau sepanjang tahun), reaksi vasomotor atau sebab-sebab lain

gangguan hidung yang menimbulkan obtsuksi saluran pernafasan hidung, yang

mungkin mencakup tumor-tumor benigna atau maligna hidung dan maksila

(rahang atas). Keadaan-keadaan ino harus dipikirkan dan biasanya mudah

disingkirkan hanya dengan melihat ke dalam hidung pasien.

17

Page 12: Askep Sinusitis

H. KOMPLIKASI

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika.

Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan

eksaserbasi akut. Komplikasi yang terjadi adalah :

a) Komplikasi orbita :

Peradangan atau reaksi edema yang ringan.

Abses subperiosteal.

Selulitis orbita.

Abses orbita.

Edema palpebra.

Syndrom fissure orbitalis superior.

Syndrom apex orbita.

Trombosis sinus cavernosus.

b) Komplikasi intra cranial

Meningitis dan encephalitis

Abses ekstradural

Abses subdural

Abses otak

c) Osteomielitis dan abses subperiosteal

Osteomielitis os maksilla

Osteomielitis os frontal

d) Mukokel sinus paranasalis

e) Kelainan paru

Bronchitis kronik

Bronkiektasis.

17

Page 13: Askep Sinusitis

I. PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

a) Antibiotik

a. Antibiotic merupakan terapi penting disamping terapi medikamentosa lainnya.

Untuk memilih antibiotic yang tepat perlu pengetahuan tentang kuman penyebab

serta kepekaannya terhadap antibiotic yang tersedia. antibiotik diberikan dalam

5-7 hari (untk akut) yaitu :

- ampisilin 4 X 500 mg

- amoksilin 3 x 500 mg

- Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet

- Diksisiklin 100 mg/hari.

b) Dekongestan

Obat dekongestan yang digunakan pada umumnya adalah merangsang

reseptor a-adrenergik, yang dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh

kapiler mukosa rongga hidung sehingga mengurangi udem dan

memperlancar drainase sinus. Dekongestan dapat diberikan dalam bentuk

topical maupun sistemik.

c) Kortikosteroid

Kortikosteroiid topical (semprot hidung) bermanfaat pada pengobatan baik

dengan atau tanpa latar belakang alergi. Kortikosteroid topical dapat

mengurangi inflamasi dan sensitifitas reseptor kolinergik mukosa rongga

hidung sehingga mengurangi sekresi.

d) Antihistamin

Pemberian antihistamin pada sinusitis akut masih controversial.

Antihistamin memang merupakan obat yang sangat efektif untuk

17

Page 14: Askep Sinusitis

mencegah serangan alergi sehingga penggunaannya hanya bermanfaat

pada sinusitis kronik dengan latar belakang alergi.

e) Analgetik

Boleh diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri.

2. Pembedahan

Pada umumnya sinusitis akut tidak memerlukan tindakan bedah, kecuali

beberapa kasus yang mengalami komplikasi ke orbita atau intra cranial, atau

bila ada nyeri yang hebat karena ada secret tertahan oleh sumbatan dan tidak

memberikan respon dengan terapi medis yang tepat.

Ada 5 tindakan bedah dasar pada problem sinus yaitu :

1) Nasal antral window

Indikasi tindakan ini adalah : infeksi kronis, infeksi yang rekuren, dan

adanya oklusi di ostium sinus. Adanya lubang yang cukup lapang pada

antrostomi memungkinkan drainase secara gravitasi, sehingga akan

mengurangi infeksi, adanya abses untuk antral lavage, serta dapat

melakukan visualisasi ke dalam sinus yang memungkinkan untuk

mengeluarkan jaringan atau benda asing. Biasanya dikerjakan melalui

meatus inferior.

2) Caldwell Luc

Prinsip dari operasi ini yaitu membuka dinding depan sinus maksilla

pada daerah fossa canina (transbucal antrostomy), dan membuat

nasoantral window melalui meatus inferior. Dengan cara ini

memungkinkan visualisasi yang baik ke dalam sinus maksillaris,

sehingga penilaian penyakit di antrum dapat dibuat lebih baik. Prosedur

ini juga dapat memberikan jalan untuk mencapai sinus ethmoid dan

sinus sphenoid melalui dinding supero medial.

3) Intra nasal ethmoidektomy

17

Page 15: Askep Sinusitis

Indikasi tindakan ini adalah : nasal poliposis dengan hiperplastik

pansinusitis, rekuren dan kronik supuratif sinusitis, frontoethmoid

mukopiokel tanpa komplikasi dan abses untuk intranasal spheno

ethmoidektomy.

4) Fronto-ethmo-sphenoidectomy

5) Osteo plastic frontal flap

Tonggak sejarah baru untuk mengatasi rinosinusitis pada semua sinus

paranasalis berkembang sesudah digunakannya metode FESS

(functional Endoscopic Sinus Surgery). Tujuan utama FESS adalah

memulihkan aliran mukosilier di suatu daerah di dinding lateral rongga

hidung yang disebut kompleks ostero-meatal. Pada umumnya operasi

dilakukan bertahap mulai dari :

Infundibulektomi;

Pelebaran ostium sinus maksilla;

Ethmoidektomi retrograde;

Resessus frontal dan ostium sinus frontal dan

Sphenidotomi.

FESS adalah terapi pembedahan yang baik untuk sinusitis yang tidak

berespon terhadap pengobatan dan merupakan prosedur yang paling

efektif dan aman.

17

Page 16: Askep Sinusitis

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,

2. Riwayat Penyakit sekarang :

3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

- Pernah menedrita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang

mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat spikososial

a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0

b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat

- Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan

efek samping

b. Pola nutrisi dan metabolisme :

- biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

c. Pola istirahat dan tidur

17

Page 17: Askep Sinusitis

- selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

d. Pola Persepsi dan konsep diri

- klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun

b. Pola sensorik

- daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus

menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan fisik

a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa

merah dan bengkak).

Data subyektif :

1. Observasi nares :

a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma

c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya.

2. Sekret hidung :

a. warna, jumlah, konsistensi secret

b. Epistaksis

c. Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

3. Riwayat Sinusitis :

a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya

17

Page 18: Askep Sinusitis

b. Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.

4. Gangguan umum lainnya : kelemahan

Data Obyektif

1. Demam, drainage ada : Serous

Mukppurulen

Purulen

2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami

radang Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus

3. Kemerahan dan Odema membran mukosa

4. Pemeriksaan penunjung :

a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan

b. Pemeriksaan rongent sinus.

1. Obstruksi nares

Riwayat bernafas melalui mulut pada siang atau malam hari, kapan terjadi, lamanya

dan frekwensinya.

Riwayat pembedahan hidung atau trauma pada hidung

Penggunaan obat tetes atau semprot hidung jenis, jumlah, frekwensi dan lamanya

penggunaan.

2. Secret hidung

Warna ; jumlah dan konsistensi secret

Perdarahan hidung (epistaksis) dari satu atau kedua nares

Adanya krusta atau nyeri pada hidung.

17

Page 19: Askep Sinusitis

3. Riwayat sinusitis

Nyeri kepala, lokasi dan beratnya nyeri

Hubungan sinusitis dengan musim tertentu atau cuaca tertentu.

4. Gejala-gejala umum lainnya seperti kelemahan

5. Demam dan drainase (serous, mukopurulen)

6. Polip (pucat, lunak edematous keluar dari nasal atau mukosa sinus) mungkin timbul dan

biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami peradangan.

7. Kemerahan dan edema pada membran mukosa.

B. PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM

Faktor lokal Faktor regional Faktor sistemik

Obstruksi ostium

Inflamasi mukosa hidung

Pembengkakan (udem) dan eksudasi

Obstruksi (blokade) ostium sinus

Gangguan ventilasi dan drainase resorpsi oksigen yg ada di rongga sinus

Hipoksia (O2 menurun, pH menurun, tekanan negatif)

Permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat

Transudasi, peningkatan eksudasi, penurunan fungsi silia

Sesak Retensi sekresi sinus Kompresi pada ujung saraf mukosa

sinus

Pertumbuhan kuman Menyentuh ujung

Pola nafas kurang efektif

17

Page 20: Askep Sinusitis

saraf reseptor

Infeksi oleh bakteri anaerob

Proses transduksi

transmisi modulasi, persepsi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas kurang efektif berhubungan dengan sekresi sinus

2. Infeksi berhubungan dengan pertumbuhan kuman bakteri anaerob

3. Nyeri berhubungan dengan proses transduksi, transmisi modulasi dan persepsi.

D. INTERVENSI

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

- Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat nyeri klien a. Mengetahui tingkat nyeri klien

dalam menentukan tindakan

selanjutnya

b. Dengan sebab dan akibat nyeri

Infeksi

Nyeri

17

Page 21: Askep Sinusitis

b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada

klien serta keluarganya

c. Ajarkan tehnik relaksasi dan

distraksi

d. Observasi tanda tanda vital dan

keluhan klien

e. Kolaborasi dngan tim medis :

1) Terapi konservatif :

- obat Acetaminopen;

Aspirin, dekongestan

hidung

- Drainase sinus

2) Pembedahan :

- Irigasi Antral :

Untuk sinusitis maksilaris

- Operasi Cadwell Luc.

diharapkan klien berpartisipasi dalam

perawatan untuk mengurangi nyeri

c. Klien mengetahui tehnik distraksi dn

relaksasi sehinggga dapat

mempraktekkannya bila mengalami

nyeri

d. Mengetahui keadaan umum dan

perkembangan kondisi klien.

e. Menghilangkan /mengurangi keluhan

nyeri klien

17

Page 22: Askep Sinusitis

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur

tindakan medis (irigasi/operasi)

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :

- Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

- Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat kecemasan klien

b. Berikan kenyamanan dan

ketentaman pada klien :

- Temani klien

- Perlihatkan rasa empati( datang

dengan menyentuh klien )

c. Berikan penjelasan pada klien

tentang penyakit yang dideritanya

perlahan, tenang seta gunakan

kalimat yang jelas, singkat mudah

dimengerti

d. Singkirkan stimulasi yang

berlebihan misalnya :

- Tempatkan klien diruangan

a. Menentukan tindakan selanjutnya

b. Memudahkan penerimaan klien

terhadap informasi yang diberikan

c. Meingkatkan pemahaman klien

tentang penyakit dan terapi untuk

penyakit tersebut sehingga klien

lebih kooperatif

d. Dengan menghilangkan stimulus

17

Page 23: Askep Sinusitis

yang lebih tenang

- Batasi kontak dengan orang lain

/klien lain yang kemungkinan

mengalami kecemasan

e. Observasi tanda-tanda vital.

f. Bila perlu , kolaborasi dengan tim

medis

yang mencemaskan akan

meningkatkan ketenangan klien.

e. Mengetahui perkembangan klien

secara dini.

f. Obat dapat menurunkan tingkat

kecemasan klien

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)

sekunder dari peradangan sinus

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan

Kriteria :

- Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

- Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI RASIONAL

a. kaji penumpukan secret yang ada a. Mengetahui tingkat keparahan dan

tindakan selanjutnya

17

Page 24: Askep Sinusitis

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Koaborasi dengan tim medis untuk

pembersihan secret

b. Mengetahui perkembangan klien

sebelum dilakukan operasi

c. Kerjasama untuk menghilangkan

penumpukan secret/masalah

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan

menurun sekunder dari peradangan sinus

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

Kriteria :

- Klien menghabiskan porsi makannya

- Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

INTERVENSI RASIONAL

a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi

klien

b. Jelaskan pentingnya makanan bagi

proses penyembuhan

c. Catat intake dan output makanan

klien.

d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi

sering

a. Mengetahui kekurangan nutrisi kliem

b. Dengan pengetahuan yang baik

tentang nutrisi akan memotivasi

meningkatkan pemenuhan nutrisi

c. Mengetahui perkembangan

pemenuhan nutrisi klien

d. Dengan sedikit tapi sering

mengurangi penekanan yang

berlebihan pada lambung

17

Page 25: Askep Sinusitis

e. Sajikan makanan secara menarik

e. Mengkatkan selera makan klien

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses

peradangan

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria :

- Klien tidur 6-8 jam sehari

INTERVENSI RASIONAL

a. kaji kebutuhan tidur klien.

b. ciptakan suasana yang nyaman.

c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

d. Kolaborasi dengan tim medis

pemberian obat

a. Mengetahui permasalahan klien

dalam pemenuhan kebutuhan

istirahat tidur

b. Agar klien dapat tidur dengan tenang

c. Pernafasan tidak terganggu.

d. Pernafasan dapat efektif kembali

lewat hidung

17

Page 26: Askep Sinusitis

E. EVALUASI

1. Gejala-gejala (nyeri kepala dan sumbatan hidung) membaik.

2. Pasien dapat mencegah serangan lebih lanjut.

3. Pasien menunjukkan pemakaian obat tetes hidung yang benar.

4. Pasien dapat menyatakan bagaimana menggunakan obat yang diberikan dan pengobatan

berlebihan apa yang harus dihindari.

5. Pasien menyatakan rencana untuk melakukan tindak lanjut keperawatan

17