Askep Sinusitis

29
SISTEM SENSORI PERSEPSI Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Panca Indra (Gangguan Penciuman, Peraba Dan Pengecap ) Oleh SGD 1: Ni Kadek Sukmawati (1202105004) Kadek Dian Kartika Khrisnayanti (1202105005) Ida Ayu Shri Adhnya Shwari (1202105011) I Kadek Ari Wisana (1202105018) Ni Komang Gek Erniasih (1202105035) Made Dana Putra (1202105041) Ni Putu Anggelina Wijaya (1202105044) Kadek Elda Widnyana (1202105071) Ni Kadek Ade Suryani (1202105089) Ni Luh Dwi Ari Maharthini (1202105090)

description

sinus

Transcript of Askep Sinusitis

SISTEM SENSORI PERSEPSIAsuhan Keperawatan dengan Gangguan Panca Indra (Gangguan Penciuman, Peraba Dan Pengecap )

Oleh SGD 1:

Ni Kadek Sukmawati(1202105004)Kadek Dian Kartika Khrisnayanti(1202105005)Ida Ayu Shri Adhnya Shwari(1202105011)I Kadek Ari Wisana(1202105018)Ni Komang Gek Erniasih(1202105035)Made Dana Putra(1202105041)Ni Putu Anggelina Wijaya(1202105044)Kadek Elda Widnyana(1202105071)Ni Kadek Ade Suryani(1202105089)Ni Luh Dwi Ari Maharthini(1202105090)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS UDAYANA2013LEARNING TASKASKEP GANGGUAN PANCA INDRA (GANGGUAN PENCIUMAN, PERABA DAN PENGECAP )

Ns. NKG Prapti, S.Kep MNS

Tn. Dendi, 65 tahun, suku Jawa datang ke RS dengan diantar oleh keluarganya. Klien mengeluh sejak empat bulan yang lalu merasa hidungnya tersumbat dan sering mengeluarkan lendir (pilek terus menerus). Penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek, mengeluh nyeri kepala dan sakit tenggorokan. Riwayat epistaksis (+) beberapa bulan yang lalu. Klien disebutkan pernah menderita sakit gigi geraham. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada sinus, hasil rinuskopi; mukosa merah dan bengkak, klien didiagnosa mengalami sinusitis. Berdasarkan kasus diatas:1. Identifikasi istilah medis yang belum diketahui kemudian diskusikan dengan kelompok. 2. Diskusikan tentang sinusitis:a. Pengertian b. Etiologi c. Patofisiologi (WOC) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul d. Gejala klinis e. Penatalaksanaan3. Buatlah intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan sertakan satu artikel yang menunjang salah satu intervensi pada diagnose yang diangkat.

1. Identifikasi istilah medis yang belum diketahui kemudian diskusikan dengan kelompok.a. Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya bisa lokal atau sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat fatal. Sumber perdarahan biasanya berasal dari bagian depan atau bagian belakang hidung. Epistaksis ringan biasanya berasal dari bagian anterior hidung, umumnya mudah diatasi dan dapat berhenti sendiri. Epistaksis berat berasal dari bagian posterior hidung yang dapat menimbulkan syok dan anemia serta dapat menyebabkan terjadinya iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard yang kalau tidak cepat ditolong dapat berakhir dengan kematian. Pemberian infus dan transfusi darah serta pemasangan tampon atau tindakan lainnya harus cepat dilakukan. Disamping itu epistaksis juga dapat merupakan tanda adanya pertumbuhan suatu tumor baik ganas maupun jinak. Ini juga memerlukan penatalaksanaan yang rinci dan terarah untuk menegakkan diagnosis dan menentukan modalitas pengobatan yang terbaik.b. Rinuskopi merupakan suatu pemeriksaan pada rongga hidung. Rinoskopi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : Rinoskopi anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai spekulum hidung. Di belakang vestibulum dapat dilihat bagian dalam hidung. Saluran udara harus bebasdan kurang lebih sama pada kedua sisi. Pada kedua dinding lateral dapat dilihat konka inferior. Rhinoskopi posterior adalah pemeriksaan ronnga hidung dari belakang, dengan menggunakan kaca nasofaring. Dengan mengubah-ubah posisi kaca, kita dapat melihat koana, ujung posterior septum, ujung posterior konka, sekret yang mengalir dari hidung ke nasofaring (post nasal drip), torus tubarius, dan ostium tuba.

2. Pendahuluan Sinusitis

DEFINISISinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang di bawahnya., terutama pada daerah fossa kanina dan menyebabkan sekret purulen, nafas bau, post nasal drip. Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.Sinusitis adalah radang pada sinus paranasalis, dimana dapat disebabkan oleh infeksi maupun bukan infeksi, dari bakteri, jamur, virus, alergi maupun sebab autoimun ( Williams, 1992) Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang mana pada penderita ini terjadi pilek menahun akibat dari alergi terhadap debu dan sari bunga. Sinusitis juga dapat disebabkan oleh bahan bahan iritan seperti bahan kimia yang terdapat pada semprotan hidung serta bahan bahan kimia lainnya yang masuk melalui hidung.Sinusitis juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis terletak di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang pipi. Sementara itu, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak agak lebih dalam di belakang rongga mata dan di belakang sinus maksilaris. Dinding sinus terutama dibentuk oleh sel sel penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. Jika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluarkan (Cock, 2008).

ETIOLOGI Sinusitis maksilaris disebabkan oleh beberapa faktor pejamu yaitu genetik, kondisi kongenital, alergi dan imun, abnormalitas anatomi. Faktor lingkungan yaitu infeksi bakteri, trauma, medikamentosa, tindakan bedah. Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang. Sinusitis juga dapat terjadi akibat trauma langsung, Selain itu, etiologi sinusitis berdasarkan lamanya, yaitu;a. Sinusitis Akut Infeksi virusSinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus). BakteriDi dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

Infeksi jamurInfeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus. Peradangan menahun pada saluran hidung Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor. Septum nasi yang bengkok Tonsilitis yg kronik

b. Sinusitis KronikSinusitis kronis adalah komplikasi dari berbagai penyakit radang sinus pada umumnya.Penyebabnya multi faktorial dan juga termasuk alergi,faktor lingkungan seperti debu, infeksi bakteri, atau jamur.Faktor non alergi seperti rhinitis vasomotor dapat juga menyebabkan masalah sinus kronis (Schreiber, 2005). Etiologi sinusitis kronis. Infeksi kronis pada sinusitis kronis dapat disebabkan : Gangguan drainase: Gangguan drainase dapat disebabkan obstruksi mekanik dan kerusakan silia. Perubahan mukosa: Perubahan mukosa dapat disebabkan alergi, defisiensi imunologik, dan kerusakan silia. Pengobatan : Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna. Sebaliknya, kerusakan silia dapat disebabkan oleh gangguan drainase, perubahan mukosa, dan polusi bahan kimia.

Gejala sinusitis kronik. Secara subjektif, sinusitis kronis memberikan gejala : Hidung: Terasa ada sekret dalam hidung. Nasofaring: Terasa ada sekret pasca nasal (post nasal drip). Sekret ini memicu terjadinya batuk kronis. Faring: Rasa gatal dan tidak nyaman di tenggorok. Telinga: Gangguan pendengaran karena sumbatan tuba Eustachius. Kepala: Nyeri kepala / sakit kepala yang biasanya terasa pada pagi hari dan berkurang atau menghilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui pasti. Mungkin karena malam hari terjadi penimbunan ingus dalam sinus paranasal dan rongga hidung serta terjadi stasis vena. Mata: Terjadi infeksi mata melalui penjalaran duktus nasolakrimalis. Saluran napas: Terjadi batuk dan kadang-kadang terjadi komplikasi pada paru seperti bronkitis, bronkiektasis, dan asma bronkial Saluran cerna: Terjadi gastroenteritis akibat tertelannya mukopus. Sering terjadi pada anak-anak. Secara objektif, gejala sinusitis kronis tidak seberat sinusitis akut. Tidak terjadi pembengkakan wajah pada sinusitis kronis. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan sekret kental purulen di meatus nasi medius dan meatus nasi superior. Sekret purulen juga ditemukan di nasofaring dan dapat turun ke tenggorok pada pemeriksaan rinoskopi posterior. Pemeriksaan mikrobiologik sinusitis kronis. Biasanya sinusitis kronis terinfeksi oleh kuman campuran, bakteri aerob (S. aureus, S. viridans & H. influenzae) dan bakteri anaerob (Peptostreptokokus & Fusobakterium) (Muhammad, 2007).

PATOFISOLOGI Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostiumostium sinus dan lancarnya bersihan mukosiliar (Mucociliarry clearance) di dalam KOM (kompleks osteomeatal). Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serousa. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, sekret yang berkumpul didalam sinus merupakan media baik untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut juga sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misal karena ada faktor predisposisi , inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia, dan bakteri anaerob berkembang), mukosa semakin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini diperlukan tindakan operasi.Sinusitis juga dapat disebabkan oleh kerusakan gigi yang disebut dengan sinusitis dentogen. Sinusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, dan terkadang bahkan tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe. Terjadinya sinusitis dentogen memungkinan terjadinya sinusitis maksila kronik yang mengenai satu sisi dengan ingus / cairan lendiri hidung yang purulen dan nafas yang berbau busuk.( Kennedy E. 2011)

GEJALA KLINISGejala klinis sinusitis, menuut Soepardi, EA. 200 yaitu:a. Sinusitis Akut Gejala SubyektifTerdiri atas gejala sistemik yaitu demam dan rasa lesu serta gejala lokal yaitu hidung tersumbat, ingus kental dan kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post natal drip), halifosis (mulut berbau busuk), sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri di daerah sinus yang terkena serta kadang nyeri alih ketempat lain. Gejala ObyektifTampak pembengkakandi daerah muka pada sinusitis akut merupakan manifestasi klinis yang dimulai dengan adanya tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut. Hal ini sama dengan manifestasi klinis pada sinusitis subakut merupakan tanda-tanda radang akutnya mulai mereda. Sinusitis maksila akutGejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah. Sinusitis etmoid akutGejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing. Sinusitis frontal akutGejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang. Sinusitis sphenoid akutGejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring

b. Sinusitis Kronis Gejala Subyektif Gejala hidung dan nasofaring berupa sekret dihidung dan nasofaring (post natal drip). Sekret di nasofaring secara terus menerus akan menyebabkan batuk kronik Gejala faring berupa rasa tidak nyaman di tenggorokan Gejala saluran cerna dapat berupa gastroentritis akibat mukopus yang tertelan Nyeri kepala biasanya pada pagi hari dan berkurang di siang hari Gejala mata akibat perjalanan infeksi melalui duktus nasolakrimalis

PENATALAKSANAANTherapi primer dari sinusitis akut adalah secara medikamentosa. 1. AnalgetikRasa sakit yang disebabkan oleh sinusitis dapat hilang dengan pemberian aspirin atau preparat codein. Kompres hangat pada wajah juga dapat menbantu untuk mengjilangkan rasa sakit tersebut2. AntibiotikSecara umum, dapat diberikan antibiotika yang sesuia selama 10 14 hari walaupun gejala klinik telah hilang. Antibiotik yang sering diberikan adalah amoxicillin, ampicillin, erythromicin plus sulfonamid, sefuroksim dan trimetoprim plus sulfonamid3. Dekongestan Pemberian dekongestan seperti pseudoefedrin, dan tetes hidung poten seperti fenilefrin dan oksimetazolin cukup bermanfaat untuk mengurangi udem sehingga dapat terjadi drainase sinus.4. Irigasi antrumIndikasinya adalah apabila ketiga terapi di atas gagal, dan ostium sinus sedemikian udematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksiilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus kedalam antrum maksillaris. Caian ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.5. Diatermi gelombang pendek6. Menghilangkan faktor predioposisi

Prinsip utama penanganan sinusitis kronik adalah 1. Terapi Konservatifa. Obat dekongestan (obat tetes hidung) untuk memperlancar drenase secret darisinus dan hidung. Contoh ; dekongestan local: efedrin, dekongestan oral:pseudoefedrin 3x50mg.b. Antibiotic, diberikan antibiotic spectrum luas selama 10 atau 14 hari. Contoh :cefadroxil (antibiotic golongan cephalosforin)c. Obat anti alergi atau antihistamin. Contoh : Loratadine.d. Obat mukolitik untuk mengencerkan secret. Contoh : Ambroxol.e. Diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave diathermy) selama 10hari di daerah sinus yang sakit, untuk memperbaiki vaskularisasi sinusf. Memperbaiki lingkungan pasien untuk menghilangkan polusig. Terapi pencucian Proetz (proetz displacement therapy), yang pada prinsipnyamembuat tekanan negative dalam rongga hidung dan sinus paranasal danmengisap secret keluar. Pencucian Proetz dilakukan 2 kali seminggu, bila setelah6 kali pencucian secret masih banyak, berarti mukosa sinus tidak dapat kembalinormal (irreversible).h. Pungsi dan irigasi, untuk mengeluarkan secret dengan cara memakai trokar yangditusukkan di meatus inferior dengan diarahkan ke tepi atas daun telinga. Setelahdi pungsi, dilanjutkan dengan irigasi menggunakan larutan garam fisiologik.i. Antrostomi intranasal, yaitu tindakan membuat lubang pada maetus inferior yangmenghubungkan rongga hidung dan sinus maksila untuk drenase secret danventilasi sinus maksila.

2. Pembedahan RadikalBila pengobatan radikal gagal, dilakukan terapi radikal yaitu mengangkat mukosayang patologik dan membuat drenase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksiladilakukan Operasi Caldwell-Luc. Untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi yang biasadilakukan dari dalam hidung (intra-nasal) atau dari luar (ekstranasal).Drenase secret pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal)atau dengan operasi dari luar (ekstranasal), seperti operasi Killian. Drenase sinussphenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal). Pembedahan Tidak RadikalAkhir-akhir ini dikembangkan operasi sinus paranasal menggunakan endosko yang disebut Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF)

3.Buatlah intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul dan sertakan satu artikel yang menunjang salah satu intervensi pada diagnose yang diangkat.

ANALISIS DATA No Data Etiologi Masalah

1DS: Px Sering mengeluarkan ledir (pilek terus menerus) Hidung tersumbatDO :Epistaksis (+)Sinusitis

Pilek terus menerus

Sering mengeluarkan lendir

Hidung tersumbat

Ketidak efetifan bersihan jalan nafas

2. DS : Px mengeluh nyeri kepala dan sakit tenggorokanDO :Pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada sinus.

Sinusitis

Nyeri kepala dan tengorokan

nyeri tekan sinus

Nyeri akut

c3DS : -

DO :Hasil rinuskopi : mukosa kemerahan dan bengkak

Sinusitis

Pembuluh darah vena menyempit

aliran darah pembuluh nadi meningkat

sinus mengelembung

benjolan sekitar hidung

Gangguan citra tubuh

DIAGNOSIS1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan px sering mengeluarkan lendir dan pilek terus menerus sehinga menyebabkan penyubatan hidung2. Nyeri akut berhubungan dengan px mengalami nyeri pada kepala dan sakit tenggorokan selain itu mengalami nyeri tekan pada sinus3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hasil pemeriksaan dengan rinuskopi yang menunjukan mukosa merak dan mengalami pembengkakan pada daerah rongga hidung

ASUHAN KEPERAWATANNo.Diagnosa TujuanIntervensiRasional

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan NapasSetelah melakukan asuhan keperawatan selam . X 24 jam diharapkan px dapat bernafas dengan efektif. Dapat diatasi dengan criteria hasil : NOC LABEL :Respiratory Status : Airway Patency1. Pernafasan px normal ( kecepatan, ritme,kedalaman )2. Px bersih dari secret3. Kecemasan px berkurang

Aspiration Prevention1. Klien dapat mengidentifikasi faktor resiko aspirasi. 2. Klien dapat menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan aspirasi. 3. Klien dapat menentukan posisi makan dan minum yang benar. 4. Klien dapat memilih makanan sesuai dengan kemampuan menelan klien.

NIC LABELAirway management1. Kaji tingkat pernafasan px2. Buka jalan nafas px3. Posisikan pasien dengan benar untuk memaksimalkan ventilasi4. Bersihkan secret dengan suction

Respiratory monitoring1. Monitor dan auskultasi pernafasan (kecepatan, ritme,kedalaman)2. Monitor pola nafas ( bradypneau, tachypneau,hyperventilation)3. Monitor kebisingan nafas (crowing, snoring )4. Tentukan apakah perlu untuk dilakukan suction dengan auskultasi

5. Monitor secret px

Aspiration Precaution 1. Monitor level kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan klien.2. Anjurkan klien memakan makanan yang lembek .3. Potong makanan menjadi bagian yang kecil-kecil.4. Posisikan kepala klien lebih tinggi 30 hingga 45 menit setelah makan.

1. Untuk mengetahui pernafasan klien, sehingg dapat diberikan tindakan keperawatan yang sesuai2. Membuka jalan nafas akan memperlancar pernafasan px3. Posisi yang sesuai akan membuka ventilasi4. Bersih dari secret akan memperlancar jalan nafas px

1. Untuk mengetahui kecepatan, ritme,kedalaman px

2. Apabila pola nafas abnormal maka akan dilakukan tindakan keperawatan yang tepat

3. Kebisingan nafas menandai ketidakefektifan jalan nafas

4. Dengan suction, secret akan dibersihkan5. Apabila secret berlebihan, perlu dibersihkan

1. Untuk mengetahui kompensasi klien apabila terjadi aspirasi.2. Agar klien lebih mudah menelan makanan. 3. Untuk mempermudah klien mencerna dan menelan makanan.4. Untuk menghindari terjadinya aspirasi pada klien setelah makanan masuk dalam tubuh.

2Nyeri akut b.d agens cedera biologis ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, nyeri klien dapat berkurang, dengan:

a. NOC Label : Pain LevelDengan kriteria hasil:1. Klien melaporkan nyerinya berkurang atau hilang2. Ekspresi nyeri klien berkurang

b. NOC Label : Pain ControlDengan kriteria hasil:1. Klien dapat mengenali faktor penyebab nyeri2. Klien dapat mencari bantuan tenaga kesehatan.3. Klien dapat mengenali gejala-gejala nyeri4. Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi.

a. NIC Label : Pain Management1. Melakukan penilaian yang komprehensif terhadap nyeri yaitu karakteristik, permulaan/ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus.2. Menentukan dampak dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya, tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, suasana hati, hubungan, kinerja pekerjaan, tanggung jawab dan peran)3. Mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa nyeri

4. Menggunakan komunikasi teraupetik yang strategis untuk mengakui pengalaman nyeri dan respon penerimaan pasien terhadap nyeri

1. Mempermudah mengidendifikasi rasa nyeri yang dirasakan pasien

2. Untuk menyiapkan psikologis pasien untuk menerima keadaannya

3. Untuk mengetahui pengetahuan pasien mengenai keadaannya dan menentukan penanganan yang tepat4. Untuk mengidentifikasi perasaan pasien mengenai nyeri yang dialaminya sehingga mempermudah dalam memberikan intervensi

3Gangguan citra tubuhSetelah melakukan asuhan keperawatan selam . X 24 jam diharapkan px dapat menyesuaikan dengan keadaan fisiknya. Dapat diatasi dengan criteria hasil : NOC LABEL :Body Image1. Px dapat menyesuaikan dengan perubahan penampilan fisik.2. Px dapat menyesuaikan dengan perubahan status kesehatan.

NIC LABEL :Body Image Enhancement1. Monitor frekuensi dari pernyataan mengenai kritik diri sendiri.2. Bantu px untuk mendiskusikan perubahan yang dikarenakan penyakitnya.3. Bantu px memisahkan penampilan fisik dari penilaian seseorang.

1. Untuk mengetahui frekuensi px menyatakan kritikan mengenai diri sendiri.

2. Agar px dapat menerima perubahan yang dikarenakan penyakitnya.3. Agar px dapat memisahkan penampilan fisik dari penilaian seseorang sehingga px tidak mengalami risiko HDR.

Daftar Pustaka 1. Balenger JJ, Snow JrJB. Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery, 15th Ed.William & Wilkins, Baltimore, 1996.2. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-aryabogiku-7110-3-babii.pdf (diakses tgl 11-12-2013)3. eprints.uns.ac.id/5081/1/02407200911441.pdf (diakses tgl 11-12-2013)4. Williams JW, Simel DL, Roberts L, Samsa GP. 1992. Clinical evaluation for sinusitis. Making the diagnosis by history and physical examination . Ann. Intern. Med . 117 (9): 705-10. 5. Muhammad, 2007. Sinusitis akut. http://hennykartika.wordpress.com/category/sinus-paranasal/ (11desember 2013)6. Schreiber C, Hutchinson S, Webster C, Ames M, Richardson M, Powers C. 2004. Prevalence of migraine in patients with a history of self-reported or physician-diagnosed "sinus" headache. Arch. Intern. Med . 164 (16): 1769-72. 7. Kennedy E. 2011. Sinusitis. http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm. diakses pada 10 Desember 20138. Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Gaya Baru9. Herdman, T. Heather.2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.10. Moorhead, Soe, et all. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC)., Fifth Edition. United State of America: Mosby.11. Dochter, Joanne McCloskey and Buleeheck, Gloria N. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC)., Fifth Edition. United State of America: Mosby.