askep pneumonia

33
Kasus An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 400 C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5oC. Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm

description

definisi , etiologi , patofis, manifes, penatalaksanaan,asuhan keperawatan

Transcript of askep pneumonia

Page 1: askep pneumonia

Kasus

An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari

ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak

mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum

dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 400 C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x,

perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA.

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi sadar, GCS

456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit, pernafasan

cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan

sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan

sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus,

bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5oC. Rontgen thorax:gambaran multiple

infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV

line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm

Page 2: askep pneumonia

SLO

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Pneumonia

2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Pneumonia

3. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi Pneumonia

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofiosiologi Pneumonia

5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis Pneumonia

6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi Pneumonia

7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostic Pneumonia

8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan Pneumonia

9. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan keperawatan Pneumonia

10. Mahasiswa mampu menyusun SAP Pneumonia

a. Pengertian

b. Etiologi

c. Tanda dan gejala

d. Komplikasi

e. Penatalaksanaan

Page 3: askep pneumonia

DEFINISI

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru

(alveoli). (DEPKES. 2006)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh

Dahlan. 2006)

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau

alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan

proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia.

Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru

meradang secara mendadak.http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=797

Pneumonia adalah infeksi akut jaringan (parenkim) paru yang ditandai dengan

demam, batuk dan sesak napas. Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat

dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang

(Rontgen, Laboratorium). (Masmoki. 2007)

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang pada umumnya lebih sering

menyerang anak-anak, secara klinis pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit

primer atau sebagai penyakit dari berbagai penyakit lain (Keperawatan Pediatric,

Donna L Wong, 2003).

Broncho Pneumonia adalah infeksi akut yang secara anatomi mengenai bagian

lobus paru, mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus, ditandai dengan

kliengelisah, sesak nafas, pernafasan cuffing & sianosis hidung dan mulut. (Brunner

&Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah,1998)

Pneumonia merupakan bagian dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut(ISPA)

bawah yang banyak menimbulkan kematian, hingga berperan besar dalam tingginya

angka kematian . Pneumonia di negara berkembang disebabkan terutama oleh bakteri.

Tanda – tanda fisis pada pneumonia adalah demam, sesak nafas, nyeri dada dan

tanda- tanda konsolidasi paru ( perkusi paru yang pekak, ronkhi nyaring, suara

pernafasan bronchial. Untuk memberi rasa nyaman dan mengurangi nyeri pada pasien

pneumonia adalah dengan cara pijatan punggung, perubahan posisi,mendengarakan

Page 4: askep pneumonia

musik tenang, latihan nafas dalam dan anjurkan teknik menekandada selama episode

batuk. ( Doengus, 2000)

KLASIFIKASI PENUMONI

1. Broncho Pneumonia (pneumonia lobularis) yang dimulai pada bronchiolitis menjadi

tersumbat dengan eksudat mukopurent sampai membentuk gabungan pada daerah

dekat lobulus.

2. Intersisial pneumonia yang mana adanya suatu proses inflansi yang lebih atau hanya

terbatas didalam alveolus serta jaringan interlobular.

3. Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah segmen besar dari satu lobus

pulmonary, apabila ke 2 paru yang terkena maka hal ini sebagai bilateral atau Double

Pneumonia.

Secara garis besar pneumonia dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

1. Aspirasi Pneumonia

Terjadi bila bayi tersedak dan ada cairan / makanan masuk ke paru-paru. Pada BBL,

biasanya tersedak karena air ketuban yang bercampur kotoran bayi sendiri atau karena

ASI.

2. Pneumonia Karena Infeksi Virus, Bakteri atau Jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri seperti streptococcus

pneumoniae dan Haemophylus influenzae. Gejala akan muncul 1-2 hari setelah

terinfeksi. Gejala muncul mulai dari demam, batuk lalu sesak nafas. Sedangkan jamur

jarang terjadi. Infeksi ini bisa menyebabkan pneumonia lobaris maupun

bronkopneumonia duplex.

3. Pneumonia Akibat Faktor Lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang berbakat alergi. Bila tak

diobati bisa mengakibatkan bronkitis selanjutnya akan menjadi pneumonia.

Page 5: askep pneumonia

Tabel Klasifkasi Klinis pneumonia pada Balita Menurut Kelompok UMur

Kelompok Umur Kriteria Pneumonia Gejala Klinis

2 bulan - < 5 tahun Batuk bukan

pnrumonia

Pneumonia

Pneumonia berat

Tidak ada nafas cepat dan

tidak ada tarikan dinding

dada bagian bawah

Adanya nafas cepat dan

tidak ada tarikan dinding

dada bagian bawah ke

dalam

Adanya tarikan dinding

dada bagian bawah ke

dalam.

< 2 bulan Bukan Pneumonia

Pneumonia berat

Tidak ada nafas cepat dan

tidak ada tarikan dinding

dada bagian bawah k

dalam yang kuat.

Adanya napas cepat dan

tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam

yang kuat.

Sumber : Ditjen P2PL , Depkes RI.2007.Bimbingan Ketrampilan Tatalaksana Pneumonia

Balita

ETIOLOGI

1. Bakteri

Page 6: askep pneumonia

Bakteri merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa umumnya disebabkan

oleh pneumococ sero tipe 1-8, sedangkan pada anak tipe 14,1,6,9. insiden meningkat pada

usia > 4thn & menurun dengan bertambahnya umur. Streptococ merupakan komplikasi dari

penyakit virus lain seperti morbili & varisela atau komplikasi penyakit kuman lain, seperti

pertusis, breumoni oleh pnemococus basil gram (-) seperti H.Influensa za, P. Averiginosa,

tuberculosa. Streptococ lebih banyak pada anak-anak & bersifat progresif, resisten terhadap

pengobatan & sering menimbulkan komplikasi, seperti absen paru, empiema, tension

pneumotoraks.

2. Virus

Virus respiratori syn cy tyal, virus influenza za, virus adeno, virus sitomegalik.

3. Aspirasi

Makanan, misalnya pada tetanus neonatorum benda asing, krosen (benda minyak tanah) &

cairan amnion.

4. Pneumonia hipostatik

Penyakit yang disebabkan tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak sakit

dengan kesadaran menurun /penyakit lain yang harus istirahat ditempat tidur yang

lama sehingga terjadi kangesti pada paru belakang bawah.

5. Jamur

Histoplasmosis capsulatum, candida albicans, blastima kosis, kalsidoidomikosis,

asper gilosis & aktinomikosis.

6. Sindrom Loeffier

Pada foto rontgen terhadap in filtran yang dapat berpindah dari satu lobus ke lobus

lain merupakan infiltran dari iosinafil sering kali disangka sebagai TBC miliaris. Pada

umumnya infiltran ini dianggap sebagai reaksi alergi terhadap protein asing di daerah

tropis dihubungkan dengan migrasi larva cacing dari usus keperedaran darah dan paru,

(Mansjoer, A, 2000)

EPIDEMIOLOGI

Pola Penyakit 50 Peringkat Utama menurut Departemen Kesehatan RI untuk

pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia mencatat bahwa bronchitis kronis,

emfisema, PPOK menempati urutan 14 dengan persentase kunjungan(1,2%), bronkitis

akut dan bronkiolitis akut urutan 35 (0,5%), dan pneumonia urutan 39 (0,4%) ( Agung

Waluyo, 2005).

Page 7: askep pneumonia

Data WHO tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena

saluran pernafasan di dunia adalah sebesar 19 – 26%.Pada tahun 2007 diperkirakan

terdapat 1,8 juta kematian akibat pneumonia atau sekitar 20% dari total 9 juta

kematian pada anak. Di indonesia (Riskesdas) tahun 2007 , Pneumonia adalah

penyebab kematian kedua pada balita setelah diare.

Menurut Depkes RI tahun 2007 , prevalensi terjadi pneumonia di indonesia

yang tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo (19,9%) dan Bali (13,2%) , sedangkan

provinsi lainnya dibawah (10%).Prevalensi pneumonia ini meningkat dari 7,6 % pada

tahun 2002 meningkat menjadi 11,2% pada tahun 2007.

Di Indonesia dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun

150.000 diantaranya disebabkan oleh ISPA terutama karena pneumonia. Kasus

pneumonia di Puskesmas I Kemranjen sejak tahun 2002 sampai tahun 2004 termasuk

ke 10 besar penyakit.

PATOFISIOLOGI

(terlampir)

MANIFESTASI KLINIS

Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan

cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).Biasanya disertai kejang karena demam yang

tinggi.

Anak akan kelihatan gelisah

Batuk beberapa hari , mula mula kering kemudian berubah menjadi produktif.

Muntah dan diare

Anorexia (nafsu makan berkurang)

Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.

Takipnea/ pernafasan cepat (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan

mendengur, pernafasan cuping hidung

Nadi cepat dan bersambung

Tarikan otot rusuk (retraksi)

Bibir dan kuku sianosis

Sesak nafas

Adanya Rhonky

Page 8: askep pneumonia

Selain tanda-tanda di atas, WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit

berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa

Pneumonia, terutama di institusi pelayanan kesehatan dasar.

Umur anak Nafas normal Takipnea

0 – 2 bulan 30 – 50 permenit Sama atau > 60x

permenit

2 – 12 bulan 25 – 40 permenit Sama atau > 50x

permenit

1- 5 tahun 20 – 30 permenit Sama atau > 40x

permenit

Catatan:

Perbedaan batasan tentang frekuensi napas dari berbagai sumber, menurut penulis tidak

terlalu penting. Yang perlu diperhatikan adalah penilaian klinis dan pemeriksaan penujang

misalnya: rontgen dan laboratorium serta follow up selama masa perawatan.

KOMPLIKASI

Pneumothorax

Udara dari alveolus yang pecah disebabkan karena sumbatan atau peradangan

disaluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun tidak bisa keluar. Lambat

laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat menampung udara dan pecah.

Empisema (Paradangan di paru)

Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil dilokalisasi oleh pertahanan

tubuh namun tidak dapat dibasmi akhirnya muncul nanah dan mengumpul diantara

paru-paru dan dinding dada.

Gagal nafas

Gagal nafas adalah gangguan pertukaran gas antara udara dengan sirkulasi yangterjadi

di pertukaran gas intrapulmonal atau gangguan gerakan gas masuk keluar

paru.Gangguan pertukaran gas menyebabkan hipoksemia primer, oleh karena

kapasitas difusi CO2 jauh lebih besar dari O2 dan karena daerah yang mengalami

hipoventilasi dapa tdikompensasi dengan meningkatkan ventilasi bagian paru yang

normal.

Page 9: askep pneumonia

Perikarditis

Perikarditis adalah proses peradangan yang mencakup lapisan parietal dan viseral dari

pericardium dan lapisan terluar dari myocardium. Pericarditis terjadi sebagai proses

isolasi atau komplikasi dari penyakit sistemik.

Meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal

column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat

Hipotensi

Hipotensi merupakan kondisi tekanan darah yang terlalu rendah, yaitu apabila tekanan

darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg.

Delirium

Delirium adalah suatu gangguan yang ditandai dengan adanya gangguan kesadaran ,

biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global . kelainan

mood , pesepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang umum.sedangkan tremor ,

asteriksis , nistagmus , inkordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala

neurologis yang umum . Delirium adalah suatu sindrom bukan suatu penyakit , dan

memiliki bayak penyebeb. Kebanyakan penyebab dari delirium ini bersal dari luar

sistem syaraf pusat.

Asidosis metabolic

Asidosis metabolik adalah suatu keadaan terjadi peningkatan keasaman di dalam

darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu

dimana tubuh tidak  bisa mengeluarkan asam dalam pengaturan

keseimbangan asam basa. Hal ini pentingun t uk men j ag a ke se im ban gan

fungs i s i s t em o rgan t ub uh manus i a . G in j a l dan pa ru merupakan dua

organ yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan ini.

Dehidrasi

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih

banyakdari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam

jumlah yang sama(dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari

pada air (dehidrasihipotonik).

Efusi pleura

Otitis media

Sinusitis

Page 10: askep pneumonia

Komplikasi persistem yang mungkin terjadi pada Pneumonia :

Gastrointestinal

Komplikasi ini jarang terjadi , gejala yang ringan seperti diare , mual ,muntah dan

anoreksia.

Kulit

Komplikasi pada kulit bersifat sementara. Beberapa pasien pneumonia mendapat lesi

yang melepuh pada mulut, mata , kulit tangan dan kaki .umumnya lesi ini akan

sembuh sempurna tanpa meninggalkan cact apabila penanganan dengan baik .

Darah

Hemoliti anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin

yang sangat tinggi , yang menyebebkan hemolisa yang cepat dan berat.

Neurologi

Aseptic meningitis , meningoenchepalitis.

Kardiovaskuler

Komplikasi kardiovaskular jarang d jumpai , tapi perikarditis , miokarditis ,rheumatic

fever like syndrome perna dijumpai.

Musculoskeletal

Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada musculoskeletal , sedangkan

arthritis adalah komplikasi yang jarang terjadi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan fisik  

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat

mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler

sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi

ronki basah kasar pada stadium resolusi.

b. Foto toraks (PA/lateral)

merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran

radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram",

penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak

Page 11: askep pneumonia

dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan

oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan

infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia

sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat

mengenai beberapa lobus.

c. Sinar X

Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga

menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau

terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus).

Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

d. Pemeriksaan labolatorium  

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih

dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit

terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan

diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur

darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah

menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis

respiratorik.

e. GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit

paru yang ada.

f. LED dan CRP (C-reaktif protein)

Kedua tes ini merupakan indicator inflamasi yang tidak khas sehingga hanya

sedikit membantu. Adanya CRP yang positif dapat mengarah kepada infeksi

bakteri.

g. Biakan darah

Merupakan cara yang spesifik untuk mendiagnostik tapi hanya positif pada 10

– 15% kasus terutama pada anak kecil. Kultur darah sangat membantu pada

penanganan kasus pneumonia dengan dugaan penyebab stafilokokus dan

Page 12: askep pneumonia

pneumokokus yang tidak menunjukan respon baik terhadap penangannan awal.

Kultur darah juga di rekomendasikan pada kasus pneumonia yang berat dan

pada bayi usia kurang dari 3 bulan .(Gittens MM.pediatric

pneumonia.clinPedEmergMedJ 2002)

PENATALAKSANAAN

PENGOBATAN

a. Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI

A. Beri antibiotic oral sesuai indikasi

Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang sesuai.

Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol)

Antibiotic pilihan kedua: amoksilin

Umur atau berat badan kotrimoksazol beri 2 kali sehari selama 5 hari

Amoksisilin beri 3 kali sehari selamam 5 hari

Tablet dewasa

480 mg Tablet anak

120 mg Sirup/ 5 ml

240 mg Sirup 125 mg

per 5 ml

2 – 4 bulan

(4 – < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml

4 – 12 bulan

(6 – < 10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml

12 bulan – 5 tahun

(10 – < 19 kg) ¾ atau 1 3 7,5 ml 10 ml

B. Beri antibiotic intramuscular

Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri

dosis (IM) kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan

tidak memungkinkan ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari

dan atau ampisilin setiap 6 ham selama 5 hari. Kemudian ganti dengan

antibiotic yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari pengobatan.

Page 13: askep pneumonia

Umur atau berat badan Kloramfenikol

Dosis 40 mg per kg BB

Tambahkan 5,0 ml aquadest

Sehingga menjadi

1000 mg = 5,6 ml

Atau 180 mg/ml

Ampisilin

Dosis 20 mg per Kg BB

Tambahkan 5,0 ml aquadest

Dalam 1 vial 1000 mg

Sehingga menjadi

1000 mg = 5,6 ml

Atau 180 mg/ml

1 – 4 bulan (4-< 6 kg) 1.0 ml = 180 mg 0.5 cc = 90 mg

4 – 9 bulan (6-< 8 kg) 1.5 ml = 270 mg 0.8 cc = 145 mg

9 – 12 bulan (8-<10 kg) 2 ml = 360 mg 1 cc = 180 mg

12 – 3 tahun (10-< 14 kg) 2.5 ml = 450 mg 1.3 cc = 225 mg

3 – 5 tahun (14-< 19 kg) 3.5 ml = 630 mg 1.8 cc = 315 mg

C. Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah (untuk anak 2 bulan – >

5 tahun)

a. Pemberian makanan:

- Berilah makanan secukupnya selama anak sakit

- Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh

- Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan

b. Pemberian cairan:

- Berilah minuman lebih banyak

- Tingkatkan pemberian asi

c. Pemberian obat pereda batuk

- Berikan ramuan yang aman dan sederhana

d. Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia,

bawalah kembali kepda petugas kesehatan, bila:

- Napas menjadi sesak

- Napas menjadi scepat

Page 14: askep pneumonia

- Anak tidak mampu minum

- Sakit lebuh parah

D. Pengobatan demam

a. Demam tinggi lebih dari 38.50C

- Berilah parasetamol

- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak

- Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari

Umur anak Dosis

2 bulan – < 6 bulan

6 bulan – < 3 tahun

3 tahun – < 5 tahun 1/8 tablet

¼ tablet

½ tablet

DEPKES, 2006.

PEMBERIAN EDUKASI

a. Mengatur Pola Makan

Untuk pneumonia akibat virus, sampai saat ini belum ada panduan khusus,

meski beberapa obat antivirus telah digunakan.Selain antibiotika, pasien juga

akan mendapat terapi tambahan berupa pengaturan makan dan oksigen untuk

meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Istirahat panjang diperlukan untuk

mengembalikan kondisi tubuh.

b. Pencegahan

a. Jenis dan parahnya penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk

usia, jenis kelamin, musim, dan kepadatan penduduk. Pada anak, infeksi lebih

sering mengenai laki-laki dibanding anak perempuan. Puncak serangan infeksi

antara usia 2 dan 3 tahun dan sesudahnya akan menurun sedikit demi

sedikit.Beberapa kasus pneumonia tidak disebabkan infeksi mikroorganisme.

Bisa juga akibat aspirasi makanan atau asam lambung, benda asing,

hidrokarbon, bahan lipoid, reaksi hipersensitivitas dari saluran napas, akibat

obat, radiasi, serta kondisi lingkungan. Agar terhindar dari pneumonia perlu

Page 15: askep pneumonia

beberapa langkah strategis seperti:

* Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

* Mengusahakan sirkulasi udara yang baik.

* Hindari rokok dan penderita batuk.

* Makanlah dengan gizi seimbang,

* Lakukan imunisasi, terutama untuk anak. Vaksin Hb sudah banyak dipakai

untuk menangkal pneumonia, selain meningitis. Vaksin ini untuk menangkal

serangan bakteri Haemophyllus influenzae tipe B yang bisa menyebabkan

kedua jenis penyakit itu

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

A. Identitas klien

Nama :An. S

Umur : 2 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Sumber informasi : Ibu

B. Status kesehatan saat ini

Keluhan utama : An.S mengalami batuk pilek selama 5 hari

kemarin.Anak rewel , tidak mau makan . badan

panas dan menggigil.

Kualitas keluhan : batuk pilek di alami sejak 5 hari yang lalu

Factor pencetus : -

Factor pemberat : -

Upaya yang telah dilakukan : datang ke UGD RSSA malang

Diagnose medis : Pneumonia

C. Riwayat kesehatan saat ini

An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya.

Menurut cerita dari ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk

pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin

sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa

ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40° C , muntah 3x dan diare

Page 16: askep pneumonia

sebanyak 4x, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan

untuk pagi ini dibawa ke RSSA

D. Riwayat kesehatan terdahulu

E. Pola Nutrisi metabolic

- Nafsu makan : tidak mau makan ( dirumah)

F. Pola eliminasi

BAB 4 kali diare

G. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum : tampak lemah dan gelisah

- Kesadaran : pasien sadar

- Tanda tanda vital :

TD : Suhu : 39,50C

Nadi :110x/menit RR : 35x/menit

Kepala & leher

Kepala :

Mata :

Hidung : Pernafasan cuping hidung

Mulut & tenggorokan: sianosis disekitar mulut dan hidung

Telinga :

Leher :

Thorax dan Dada

Paru

Pernafasan cuping , retraksi pada daerah supraclavicular ,

ruang ruang intercostalis dan sternocleidomastoideus.

Auskultasi : suara nafas bronchial , ronki basah halus,

bronkofoni

Abdmen

Inspeksi : tampak distended

H. Pemeriksaan penunjang

- Rontgen thorax

Gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan.

- Laborat leukosit

46.000/mm3

- LED

Page 17: askep pneumonia

52 mm/ jam

I. Terapi

- IV line NaCl 0,9%

10 tetes/ menit

- Penisilin

100mg IV x 3 / hari

- O2 nasal

Nasal 2 lpm

ANALISA DATA

No Data Etiologi MK

1. DS :

perut tampak distended

DO :

Dipsnea , nafas cepat dan

dangkal , RR

35x/menit,pernafasan

cuping hidung, batuk

produktif dengan secret

tidak bisa dikeluarkan,

auskultasi ditemukan

suara nafas bronchial ,

ronki basah halus ,

bronkofi , nadi 110x/mnt

Virus/bakteri/jamur/aspirasi

Saluran napas bag. bawah

Bronchioles

Alveolus

Reaksi radang pada bronchus

dan alveolus

Peningkatan produksi secret

Akumulasi secret

Obstruksi jalan nafas

Gangguan ventilasi

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

2. DS :

Badan panas disertai

menggigil , suhu tubuh

400C

Virus /bakteri/jamur/aspirasi

Saluran nafas bagian bawah

Hipertermi

Page 18: askep pneumonia

DO :

Suhu tubuh 39,50C, rewel

Bronchioles

Alveolus

Reaksi radang pada bronchus

dan alveolus

Stimulasi chemoreseptor

hipotalamus

Set point bertambah

Respon menggigil

Reaksi peningkatan panas

tubuh

Hipertermia

3. DS :

An.S tidak mau makan ,

rewel , muntah 3x , diare

4 kali

DO :

Tampak lemah , gelisah.

Virus/bakteri/jamur/aspirasi

Saluran napas bag. bawah

Bronchioles

Alveolus

Reaksi radang pada bronchus

dan alveolus

Peningkatan produksi secret

Akumulasi secret

Rangsangan batuk

Distensi abdomen

Muntah

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan.

Page 19: askep pneumonia

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Hipertermi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

INTERVENSI DAN RASIONAL

Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Tujuan : dalam waktu 6x 6 jam setelah diberikan intervensi , kebersihan jalan

nafas kembali efektif

Kriteria hasil :

RR pasien kembali normal (20- 30 x/menit)

Bunyi nafas normal

Rhonky negative

Intervensi Rasional

Mandiri

Kaji fungsi pernafasan ( bunyi nafas ,

kecepatan , irama , kedalaman ,

penggunaan otot bantu nafas)

Penurunan bunyi nafas menunjukan

atelektasis , rhonky menunjukan

akumulasi secret dan ketidakefektifan

penegluaran sekresi yang selanjutnya

dapat menimbulkan penggunaan otot

bantu nafas dan peningkatan kerja

pernafasan

Catat karakter dan volume sputum Sputum yang sangat kental akan

menggangu pernafasan pasien

Berikan posisi yang nyaman Membantu pasien untuk lebih mudah

untuk bernafas

Pertahankan intake cairan sedikitnya

2500ml/ hari kecuali ada indikasi

Hidrasi yang adekuat membantu

mengencerkan secret dan mengefektifkan

Page 20: askep pneumonia

bersihan jalan nafas.

Bersihkan secret dari mulut ,hidung dan

trakea

Mencegah obstruksi dan aspirasi. Karena

pasien masih bayi , maka harus benar

benar dibantu dalam pembersihan secret.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi Pengobatan yang ideal berdasarkan tes

dan umur sangat penting untuk

diperhatikan

Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan

dan perlengketan secret paru untuk

memudahkan pembersihan secret.

Bronkodilator , kortikosteroid. Bronkodilator meningkatkan diameter

lumen percabangan trakeobronkial

sehngga menurunkan tahanan terhadap

aliran udara.

Kortikosteroid berguna pada keterlibatan

luas dengan hipoksemia dan bila reaksi

inflamasi mengancam kehidupan

Diagnosa 2 : Hipertermi

Tujuan : Dalam waktu 2x 24 jam setelah diberikan tindakan , suhu pasien

kembali normal (36-37,50C )

Kriteria hasil :

Suhu normal (36-37,50C)

Pasien tidak rewel lagi

Intervensi Rasional

Page 21: askep pneumonia

Kaji TTV pasien Acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

Kenakan pakaian minimal Pakaian yang tipis akan membantu

penguapan tubuh.

Berikan komppres dingin Konduksi suhu membantu menurunkan suhu

tubuh.kompres air dingin dapat membantu

dalam proses penurunan suhu tubuh.

Berikan terapi cairan intravena RL

0,5 .

Pemberian cairan sangat penting bagi klien

dengan suhu tinggi . pemberian cairan

merupakan wwnang dokter , sehinga

perawat harus berkolaborasi dala hal ini .

Berikan antibiotic sesuai dengan

anjuran dan evaluasi keefektfannya .

tinjau kembali obat obat yang

diberikan dan dosis yang tepat.

Antibiotic diperlukan untuk mengatasi

infeksi. Karena yang diberi obat adalah

balita maka harus sangat hati hati dengan

dosis dan macam obat yang diberikan .

Karena obat memberikan efek yang besar.

Kaji TV tiap 3 jam Bisa dijadikan acuan atau sebagai alat ukur

perubahan atau penurunan suhu .

Berikan cairan yang ekstra Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan cairan tubuh yang meningkat .

mungkin pemberian cairan dapat dilakukan

dengan cara pemberian ASI.

Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Page 22: askep pneumonia

Tujuan : dalam waktu 4x 24 jam setelah diberikna tindakan , pasien

mengalami perbakan intake nutrisi

Kriteria hasil :

Pasien mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat.

Nafsu makan meningkat

Intervensi Rasional

Pantau : jumlah makanan yang

dikonsumsi setiap makan , timbang BB

setiap hari

Mengidentifikasi kemajuan dan

penyimpangan dari sasaran yang

diharapkan

Berikan perawatan mulut setiap 4 jam

jika sputum menumpuk

Sputum yang menumpuk kaan

mengurangi nafsu makan pasien

Dukung klien mengkonsumsi makanan

bergizi

Mengkonsumsi makanan bergizi akan

memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Berikan makanan yang sedikit namun

sering

Dengan sering makan , maka nutrisis

akan terpenuhi

Berikan nafsu makan ( minyak ikan ) Pemberian nafsu makan akan

meningkatkan tingkat keinginan klien

dalam mengkonsumsi makanan

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: askep pneumonia

Dongoes , Marilynn , E.dkk.Rencana asuhan keperawatan, Edisi 3.2000.Jakarta :EGC

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C.Keperawatan Medikal Bedah , Edisi 8 , Vol 1 .

Jakarta : EGC

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine.patofisiologi , buku-2 , Edisi

4.Jakarta :EGC

Depkes RI . Direktorat Jendral PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA ). Jakarta.2007

Data Rekam Medik Penderita Reawat Inap Lab/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Univ.

Airlangga/ RSU Dr.Soetomo Surabaya.2005

Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam , edisi 3 , volume II.2001. Jakarta : FKUI