Askep Neonatal

download Askep Neonatal

of 19

description

CALIAK SE LAH

Transcript of Askep Neonatal

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA NEONATAL

DI RUANG NICU RSBK BATAM

DISUSUN OLEH :

ARIFIN CHANPROGRAM STUDI PROFESI NERSSTIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG2014LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PNEUMONIA NEONATAL

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi / Pengertian

Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme (Corwin, 2000).

Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi, 2001).

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh, bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2009).

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. (Anonymous, 2009).

Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat disamakan dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta, aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2009).2. Anatomi Fisiologia. Saluran Nafas Atas

1. Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk kedalam hidung.2. Faring

Tekak atau faring mrupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Rongga tekak terbagi dalam 3 bagian, yaitu:

Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring

Bagian tengah yang sama tingginya dengan istimus fausium disebut orofaring.

Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.

3. Laring

Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak dibagian depan faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh sebuah simpang tenggorok yang disebut epiglottis.

Laring terdiri dari 5 tulang rawan, antara lain:

Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (adams apple)

Kartilago ariteanoid (2 buah)

Kartilago krikoid (1 buah)

Kartilago epiglottis (1 buah)

4. TrakeaTrakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C yang di bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi bawah kartilago.Trakea mempunyai dinding fibroelastis yang panjang nya sekitar 13 cm, berdiameter 2,5 cm dan dilapisi oleh otot polos. Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil lagi dekat percabangan bronkus.

Bagian dalam trakea terdapat sel-sel bersilia untuk mengeluarkan benda asing yang masuk. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri dari bidang median.

b. Saluran Nafas Bawah

1. BronkusBronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang terdapat ketinggian vertebrata torakalis ke-4 dan ke-5.

Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea yang berjalan ke bawah menuju tampuk paru-paru.

Bronkus terbagi menjadi dua cabang :

a. Bronkus prinsipalis dekstra.

Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan mempercabangkan bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus, bronkus prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis medius, bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.

b. Bronkus prinsipalis sinistra.

Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal dibanding bronkus kanan, panjangnya sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.

Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyakdengan diameter kira-kira 0,5 mm. bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasan dan melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru-paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara oksigen dengan karbondioksida.

2. Paru-paruParu-paru adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di dalam kantong yang di bentuk oleh pleura parietalis dan viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastic dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung di air. Masing-masing paru memiliki apeks yang tumpul yang menjorok ke atas mencapai bagian atas iga pertama.

Paru-paru kiri :

Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu :

a. Lobus superior, bagian yang terletak di atas dan di depan fisura.

b. Lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah fisura.

Paru-paru kanan :

Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis primer) dan fisura transversal (interlobularis sekunder). Kedua fisura ini membagi paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobius atas, lobus tengah dan lobus bawah.

3. PleuraPleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing tidak berhubungan.

Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.

a. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-lobus dari paru-paru.

b. Lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan denganfasia endotorakika dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks.

c. Sinus pleura : tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna oleh paru-paru, baik kearah bawah maupun ke arah depan. Kavum pleura dibentuk oleh lapisan pleura parietalis saja, rongga ini disebut sinus pleura. Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi ditarik kembali dari rongga tersebut.

4. Fungsi respirasiSistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti bernafas lagi mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.

Proses respirasi berlangsung beberapa tahap antara lain :

1) Ventilasi

Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2 tahap :

Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menyebabkan volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke dalam paru.

Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara keluar dari paru.

2) Pertukaran gas di dalam alveol dan darah.

3) Transport gas

Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah).

4) Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler.

3. Penyebab/Faktor Predisposisi

Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan penyebab pneumonia pada umumnya, yaitu:a. Bakteri: Grup B Streptokokus, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, E. Coli, Pseudomonas, Serratia Marcescens, Klebsiella.

b. Virus: RSV, Adenovirus, Enterovirus, CMV.

c. Jamur: Candida.4. Patofisiologi

Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal adalah:

a. Transplasenta (Kongenital Pneumonia):

Kuman/agent masuk melalui plasenta mengikuti sistem peredaran darah janin (hematogen) sampai ke paru-paru janin menimbulkan gejala pneumonia yang disebut juga Early Onset Pneumoni (pada umur 3 hari pertama).b. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia):Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending menyebar ke chorionic plate menimbulkan gejala amnionitis menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke paru-paru.

Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum persalinan, persalinan memanjang dengan dilatasi serviks, atau pemeriksaan obstetri yang sering.

c. Transnatal Pneumonia:Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada paru-paru dan penyebab terbanyak adalah grup B Streptokokus.d. Nosokomial Pneumonia:Pneumonia yang didapat selama perawatan di rumah sakit dengan factor predisposisi antara lain BBL60/min) may be present.Tachypnea (laju pernafasan >60 kali/menit). b. Expiratory grunting may occur. Dengkur ekspirasi mungkin terjadi. c. Accessory respiratory muscle recruitment, such as nasal flaring and retractions at subcostal, intercostal, or suprasternal sites, may occur. Perekrutan otot aksesori pernapasan, seperti cuping hidung dan retraksi di subcostal, interkostal, atau situs suprasternal, dapat terjadi. d. Sekresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam kualitas dan kuantitas, tetapi yang paling sering sedalam-dalamnya dan kemajuan dari serosanguineous untuk penampilan yang lebih bernanah, White, yellow, green, or hemorrhagic colors and creamy or chunky textures are not infrequent. putih, kuning, hijau, atau perdarahan warna dan tekstur krim atau chunky tidak jarang terjadi. Jika aspirasi mekonium, darah, atau cairan properadangan lainnya dicurigai, warna dan tekstur lain bisa dilihat. e. Rales, rhonchi, dan batuk adalah semua diamati lebih jarang pada bayi dengan radang paru-paru daripada individu yang lebih tua. If present, they may be caused by noninflammatory processes, such as congestive heart failure, condensation from humidified gas administered during mechanical ventilation, or endotracheal tube displacement. Jika ada, mereka mungkin disebabkan oleh proses menyebabkan peradangan, seperti gagal jantung kongestif, kondensasi dari gas humidified diberikan selama ventilasi mekanik, atau tabung endotracheal perpindahan. Although alternative explanations are possible, these findings should prompt careful consideration of pneumonia in the differential diagnosis. Meskipun alternatif penjelasan yang mungkin, temuan ini akan dimintakan pertimbangan cermat pneumonia dalam diagnosis diferensial. f. Sianosis pusat jaringan, menyiratkan deoxyhemoglobin konsentrasi sekitar 5 g/dL atau lebih dan konsisten dengan kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat seperti radang paru-paru, meskipun penyakit jantung bawaan struktural, hemoglobinopathy, polisitemia, dan hipertensi pulmonal (dengan atau tanpa parenkim terkait lainnya penyakit paru-paru) harus dipertimbangkan.

g. Rales, rhonchi, and cough are all observed much less frequently in infants with pneumonia than in older individuals.Cyanosis of central tissues, such as the trunk, implies a deoxyhemoglobin concentration of approximately 5 g/dL or more and is consistent with severe derangement of gas exchange from severe pulmonary dysfunction as in pneumonia, although congenital structural heart disease, hemoglobinopathy, polycythemia, and pulmonary hypertension (with or without other associated parenchymal lung disease) must be considered.Infants may have external staining or discoloration of skin, hair, and nails with meconium, blood, or other materials when they are present in the amniotic fluid.Increased respiratory support requirements such as increased inhaled oxygen concentration, positive pressure ventilation, or continuous positive airway pressureare commonly required before recovery begins.Peningkatan pernapasan seperti peningkatan menghirup oksigen konsentrasi, ventilasi tekanan positif, atau tekanan saluran udara positif terus menerus umumnya diperlukan sebelum pemulihan dimulai.

h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara napas dan dada yang menyatakan kebocoran udara atau perubahan emphysematous sekunder obstruksi jalan napas parsial.Selain gejala klinis di atas, dapat juga muncul gambaran klinis APGAR Score rendah, segera setelah lahir terjadi distress nafas, perfusi perifir rendah, letargi, tidak mau minum, tidak mau minum, distensi abdomen, suhu tidak stabil, asisdosis metabolik, DIC.7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) : Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).b. Pemeriksaan laboratorium: 1) DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat. 2) Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.3) Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.4) Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme penyebab.

5) Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion (risiko pneumonia tinggi).

c. Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

8. Penatalaksanaan Medisa. Terapi antibiotika, merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.

b. Terapi suportif umum:1) Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan AGD.

2) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.3) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.

4) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.5) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.

6) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

a. Anamnesa:

1) Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama penanggung jawab, hubungan dengan pasien, alamat.

2) Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), hari pertama haid terakhir (HPHT), tapsiran partus (TP).

3) Riwayat intranatal: perdarahan, ketuban pecah, gawat janin, demam, keputihan, riwayat terapi.

4) Riwayat penyakit ibu: DM, Asma, Hepatitis B, TB, Hipertensi, jantung dan lainnya.

5) Riwayat persalinan: cara persalinan (spontan, section, forceps) dan indikasinya 6) KU bayi saat persalinan: activity tonus reflex (ATR), tangisan, nadi, pernafasan, kelainan fisik, berat badan, panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, APGAR score.b. Pemeriksaan fisik

1) BreathingFrekuensi napas cepat dan dangkal, gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup, retraksi sternum dan intercostal space. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus di lapangan paru yang terkena, kadang disertai dengan sputum.2) BloodDenyut nadi perifer melemah, tekanan darah biasanya normal, batas jantung tidak mengalami pergeseran, akral dingin, sianosis, kulit pucat, icterus, CRT memanjang (>3 det).3) BrainKlien dengan pneumonia berat biasanya mengalami penurunan kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran, besar dan reflek pupil terhadap cahaya4) BladderPengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Dikaji pula kelainan pada genetalia dan pola eliminasi urine. 5) Bowel Dikaji apakah ada distensi pada abdomen, bising usus, bagaimana pola eliminasi alvi, adakah kelainan pada anus.6) BoneDidapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik, dikaji pula adakah kelainan pada tulang yang kemungkinan karena trauma persalinan atau kongenital, bagaimana ATR (activity tonus respon).2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi bronchial, pembentukan edema, dan penumpukan sekret. b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif.c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transportasi oksigen.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan difusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer.3. Rencana Tindakan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan inflamasi bronchial, pembentukan edema, dan penumpukan sekret. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan jalan napas bersih dan efektif.

Kriteria evaluasi:

1) Bunyi napas bersih, tidak ada bunyi napas tambahan.

2) Tanda vital dalam batas normal terutama frekuensi napas < 60x/menit.

3) Batuk efektif.4) Sianosis tidak ada.5) Tidak ada retraksi sternum dan intercostal space.6) Nafas cuping hidung tidak ada.

Rencana intervensi

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.

Rasional: takipnea, pernafasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan.

2) Auskultasi area paru, catat penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi napas. Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan/secret.3) Penghisapan sesuai indikasi.Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan batuk efektif karena adanya penurunan tingkat kesadaran.

4) Evaluasi status mental, catat adanya kebingungan, disorientasi.

Rasional: menurunnya perfusi otak dapat menyebabkan perubahan sensorium5) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, bronkodilatorRasional: obat mukolitik membantu untuk mengencerkan sekret, bronkodilator mengurangi edema dan sebagai vaso dilatasi bronkus.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak efektif Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif.

Kriteria evaluasi: 1) Pernafasan teratur (RR 30-40 kali/menit).

2) Tanda vital dalam batas normal (nadi 100-130 kali/menit).

3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas.

4) Napas cuping hidung tidak ada.

Rencana intervensi:

1) Evaluasi frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.

Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.2) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi tinggi bila tidak ada kontraindikasi. .Rasional: merangsang ekspansi paru. efektif pada pencegahan dan perbaikan kongesti paru.3) Berikan oksigen dengan head box atau sesuai indikasiRasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi. 4) Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium ( AGD ).Rasional: untuk memantau kefektifan terapi pernapasan dan mencatat terjadinya komplikasi. c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan transportasi O2.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pertukaran gas efektif.

Kriteria evaluasi: 1) Hasil AGD dalam batas normal. .

2) Sianosis tidak ada.

3) Pasien tidak pucat.Rencana intervensi:

1) Kaji frekuensi dan kedalaman pernapasan. Catat adanya upaya pernapasan seperti dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan.

Rasional: kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, penurunan volume sirkulasi. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.2) Pertahankan pemberian oksigen Head box sesuai indikasi.Rasional: meningkatkan pengiriman oksigen ke otak untuk kebutuhan sirkulasi.3) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium ( AGD ).Rasional: untuk memantau kefektifan terapi pernapasan dan mencatat terjadinya komplikasi. d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan rasio ventilasi dan difusi parenkim paru ditandai dengan sianosis jaringan perifer, akral dingin, pucat, CRT