Askep Klien Dengan Trauma Abdomen

download Askep Klien Dengan Trauma Abdomen

of 29

Transcript of Askep Klien Dengan Trauma Abdomen

Askep Klien Dengan Trauma AbdomenKONSEP DASAR A. Pengertian Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. Trauma penetrasi dan Trauma non penetrasi 1) Trauma penetrasi a.Luka tembak b. Luka tusuk 2) Trauma non-penetrasi a. Kompresi b. Hancur akibat kecelakaan c. Sabuk pengaman d. Cedera akselerasi Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi. 1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor. 2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari: 1. Perforasi organ viseral intraperitoneum Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen 2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

3. Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi. B. Etiologi 1. Penyebab trauma penetrasi Luka akibat terkena tembakan Luka akibat tikaman benda tajam Luka akibat tusukan 2. Penyebab trauma non-peneterasi Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh Hancur (tertabrak mobil) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga C. Patofisiologi Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Sjamsuhidayat, 1997) D. Manifestasi Klinis KlinisKasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya Jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen Terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena) Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:

Terdapat luka robekan pada abdomen Luka tusuk sampai menembus abdomen Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak Biasanya organ yang terkena penetrasiperdarahan/memperparah keadaan bisa keluar dari dalam andomen E. Pathways TraumaOperasiTerjadi perforasiLapisan abdomen(kontusio,laserasiMenekan Syaraf Peritonitis Terjadi perdarahan dalam jarLunak dan rongga abdomenNyeriMotilitas usus Dilakukan tindakandrainDisfungsi usus resiko tinggi infeksiRefluks usus output cairan lebihPeningkatan Gg keseimbangan elektrolitmetabolismeDefisit vol Cairan dan elektrolitintake nutrisikurangKelemahanfisikGangg. Mobilitas (atur sendiri yaa..peace) F. Penanganan Awal Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas. 1. Airway, dengan Kontrol Tulang BelakangMembuka jalan napas menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya. 2. Breathing, dengan Ventilasi Yang AdekuatMemeriksa pernapasan dengan menggunakan cara lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan). 3. Circulation,dengan Kontrol Perdarahan HebatJika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas 1) Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) a. Stop makanan dan minuman b. Imobilisasi c. Kirim kerumah sakitd. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL adalah untuk

mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain:(http://www.primarytraumacare.org/) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya Trauma pada bagian bawah dari dada Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak) Pasien cedera abdominalis dan cidera bmedula spinalis (sumsum tulang belakang) Patah tulang pelvis Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapt darah segar dalm BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila telah diketahui hasil Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm dari 500 sel/mm, empedu atau amilase dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan prosedur laparotomi Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), antara lain: Hamil Pernah operasi abdominal Operator tidak berpengalaman Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan 2) Penanganan awal trauma 3) Penetrasi (trauma tajam) a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka. c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril. d. Imobilisasi pasien e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang. g.Kirim ke rumah sakit G. Penanganan di Rumah Sakit 1) Trauma penetrasi

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan. a. Skrinning pemeriksaan rongten. Foto rongten torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau Pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rongten abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum. b. IVP atau Urogram Excretory dan CT ScanningIni di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada. c. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra d. Sistografi Ini di gunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada 1)fraktur pelvis. 2) Trauma non-penetrasi Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit. a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase. b. Pemeriksaan RongtenPemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetauhi udara ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera. c. Study kontras Urologi dan GastrointestinalDilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian Data DasarPemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:

1. Aktifitas/istirahat Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas, Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma) 2. Sirkulasi Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll), 3. Integritas ego Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenangatau dramatis) Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi. 4. Eliminasi Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi.5. Makanan dan cairan Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan. Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.6. Neurosensori.Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigoData Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh. 7. Nyeri dan kenyamanan Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya lama. Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih. 8. PernafasanData Subyektif : Perubahan pola nafas. 9. KeamananData Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan. Data Obyektif : Dislokasi gangg kognitif.Gangguan rentang gerak. II. Focus intervensi 1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan Intervensi : a. Kaji tanda-tanda vital R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan c. Kaji tetesan infus

R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi. R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh e. Tranfusi darah R/ menggantikan darah yang keluar 2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen. (Doenges, 2000) Tujuan : Nyeri Teratasi Intervensi : a. Kaji karakteristik nyeri R/ mengetahui tingkat nyeri klien b. Beri posisi semi fowler. R/ mengurngi kontraksi abdomen c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mmengalihkan perhatian d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri e. Managemant lingkungan yang nyaman R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien 3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh Tujuan : Tidak terjadi infeksi Intervensi : a. Kaji tanda-tanda infeksi R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini b. Kaji keadaan luka R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi c. Kaji tanda-tanda vital R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial e. Kolaborasi pemberian antibiotik R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar 4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan Tujuan: ansietas teratasi Kriteria hasil:

a. Pasien mengungkapkan pemahaman penyakit saat ini b. Pasien mendemontrasikan koping positif dalm menghadapi ansietas Intervensi: a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu R/ koopong yang baik akan mengurangi ansietas klien b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan R/ mengetahui nsietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan umtuk memberikan penjelasan kepada klien c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit R/ apabila kliem tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klien mengerti dan diharapkan ansietas berkurang d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi e. Dorong dan dukungan orang terdekat R/ memotifasi klien 5. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000) Tujuan : Dapat bergerak bebas Intervensi : a. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi b. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien R/ meminimalisir pergerakan lien c. Berikan latihan gerak aktif pasif R/ melatih otot-otot klien d. Bantu kebutuhan pasien R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien DAFTAR PUSTAKA Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah,EC, Jakarta. Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6, EGC ; Jakarta.Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media Aesculapiushttp://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/24,04,2008

12.29amhttp://indofirstaid.tk/04,24,2008 12.30amhttp://titik-awal.blogspot.com/ 04,24,2008 13.00amhttp://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 04,24,2008 13.10am

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf1

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf2

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf3

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf4

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf5

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf6

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Digital Collections /jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-31404110-13288-fengshui-chapter2.pdf7

of 20

Quality

High

/jiunkpe/s1/eman/

Teori Komunikasi PERSEPSIPengertian persepsi Secara umum, persepsi adalah proses internal kita memilih mengevaluasi dan mengorganisasikan stimuli dan lingkungan kita. Definisi persepsi lainnya: Persepsi sebagai proses yang memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisis informasi ( Brian Fellows ) Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan ( Rakhmat ) Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi ( Rudolp F.Verderber ) Sebenarnya kita tidak pernah punya kontak langsung dengan relaitas. Segala sesuatu yang kita alami adalah hasil dari sistem syaraf kita. Ketika para ahli fisika meneliti fenomena alam, atau ketika insinyur menguji mesin, persepsi mereka boleh jadi mendekati akurat. Namun ketika mereka berkomunikasi dengan manusia, baik dengan sesama ilmuwan atau bahkan dengan pasangan hidup mereka masing-masing, persepsi mereka mungkin kurang atau bahkan tidak cermat karena berdasarkan motif, perasaan, nilai, dan kepentingan dan tujuan yang berlainan. Asumsi-asumsi mengenai persepsi

Pola-pola prilaku berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas yang telah dipelajari Oleh karena perbedaan biologis dan pengalaman yang berbeda, tidak ada individu yang mempersepsi realias persis sama Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, maka semakin mudah untuk berkomunikasi Factor-faktor lingkungan biologis berubah Adanya feed back yakni mekanisme untuk mengukur ketepatan persepsi

Menurut Kenneth K. Sereno dan Edward M Bodaken , persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Seleksi sendiri mencakup sensasi dan atensi. Dan intrepretasi melekat pada organisasi. Dapat dirangkum sebagai berikut: Dalam sensasi , melalui pengindraan kita mengetahui dunia. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan yang diterima kemudian dikirimkan ke otak. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menfsirkan kejadian atau rangsangan apa pun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kkta peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun kita tidak bisa menginterpretasikan makna setiap objek

secara langsung, melainkan menginterpreatasikan makna yang kita percayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut. Faktor- factor yang mempengaruhi persepsi Dalam membentuk persepsi, pemikiran-pemikiran yang ada di pengaruhi oleh factor-faktor dari eksternal dan factor internal yang mempengaruhi persepsi itu sendiri. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi

Gerakan Intensitas stimuli Perulangan objek yang dipersepsi Kontras Prinsip kedekatan atau persamaan

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi

Gender Biologis Fisiologis Sosio-psikologis Sikap Kebiasaan Kemauan

Jenis Persepsi Manusia Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yakni persepsi objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi manusia lebih sulit dan kompleks karena manusia berdifat dinamis. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut : Perbedaan persepsi terhadap objek dengan persepsi sosial1. Persepsi terhadap objek melalui lambing-lambang fisik sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambing-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan 2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam. ( perasaan, motif, harapan dan sebagainya ). Kebanyakan objek tidak mempersepsi kita ketika kita mempersepsi objek. Akan tetapi manusia mempersepsi kita pada saat kita mempersepsi mereka. Dengan kata lain persepsi terhadap manusia lebih interaktif. 3. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain obek bersifat statis sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manusiadapat berubah

dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek. Dan oleh karena itu juga, persepsi terhadap manusia lebih beresiko daripada terhadp objek.

Persepsi terhadap objek ( lingkungan fisik )

Dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadanga melakukan kekeliruan. Kondisi mempengaruhi kita terhadap suatu benda. Misalnya ketika merasa kepanasan di tengah gurun. Kita tidak jarang akan melihat fatamorgana. Ketika kita disuruh mencicipi suatu masakan, mungkin pendapat kita akan berbeda dengan orang lain karena kita memiliki persepsi yang berbeda. Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda membuat persepsi kita juga bereda atas suatu objek. Persepsi terhadap manusia ( persepsi sosial )

Proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita Manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa yang orang pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenaioranglain itu dan seterusnya ( R.D Laing ) Kita mempersepsi orang melalui:1. 2. 3. 4. 5. Proxemics : jarak ketika orang berkomunikasi Kinesis : Gerakan, isyarat Petunjuk wajah : sedih, senang Paralinguistik : dialek, bahasa, intonasi Artifaktual

Beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi sosial ini adalah sebagai berikut :

Persepsi berdasarkan pengalaman Pola-pola prilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka trehadap

hal-hal itu berdasarkan pengalaman masa lalu. Salah satu contoh bahwa persepsi berdasarkan pengalaman yakni misalnya komunitas inggris tidak mengenal ucapan Mohon Maaf Lahir Bahin yang biasanya disampaikan Muslim Indonesia setiap Idul Fitri. Pantaslah ketika seorang muslim Indonesia pada waktu sedang study S2 di London mengatakan Please forgive me atau semacamnya, mereka bertany dengan heran For What? Persepsi bersifat dugaan Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lengkap dari suatu sudut pandang manapun.. oleh karena informasi lengkap yang tak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu.

Persepsi bersifat evaluative Tidak ada persepsi yang pernah objective. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjective. Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologi individu alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dpersepsi ( Andrea L.Rich ) Tidak seorang pun mempersepsi suatu objek tanpa mempersepsi seberapa baik atau buruk objek tersebut. Persepsi bersifat kontekstual Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan oleh karenanya persepsi kita.

Dalam mengorganisasikan objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut: Prinsip Pertama : struktur objek atau kejadian berdasarakan prinsip kemiripam atau kedekatan dan kelengkapan. Secara lebih spesifik, kita cenderung mempersepsi rangsangan yang terpisahsebagai berhubungan sejauh rangsagan-rangsagan itu berdekatan satu sama lainnya, baik dekat secara fisik ataupun dalam urutan waktu, serta mirip dalam bentuk, ukuran, warna dan atribut lainnya. Dalam konteks penerimaan pesan, kita cenderung melengkapi pesan yang tidak lengkap dengan bagian-bagian (dugaan-dugaan) yang terkesan logis untuk melengkapi pesan tersebut.

Prinsip kedua : kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya. Lingkungan fisik dapat menyediakan begitu banyak rangsangan, namun pola yang kita persepsi dalam lingkungan tersebut merupakan ciptaan kita sendiri.

Mengapa persepsi sering keliru?

Kesalahan atribusi

Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab prilaku orang lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi. Misalnya kita memperhatikan penampilan fisik mereka. Factor seperti usia, gaya, pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat utama mereka. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna atau pesan yang dimaksud perilaku pembicara. Perbedaan budaya semakin mempersulit kita untuk menaksir pesan seseorang. Atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh factor internal, padahal justru factor eksternal-lah yang menyebabkannya atau sebaliknya kita menduga factor eksternal yang menggerakan seseorang.

Efek halo

Merujuk pada fakta bahwa kesan menyeluruh pada seseorang cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita. Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan

Stereotipe

Menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai orang lain berdasarkan keanggotaannya dalam suatu kelompok. Pada umunya stereoti[e bersifat neagtif. Stereotype tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala. Pengkategorian atas orang lain memang tidak terhindarkan karena manfaat fungsionalnya. Stereotype menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan segala sesuatu disekitar kita. kita tidak melihat dulu, lalu mendefinisikan, tetapi kita mendefinisikan dulu baru melihat. Kita diberitahu mengenai dunia sebelum kita melihatnya. Kita membayangkan kebanyakan hal sebelum kita mengalaminya. Dan prakonsepsi itu sangat mempengaruhi keseluruhan proses persepsi ( Lippmann )

Prasangka ( Prejudice )

Suatu penilaian berdasarkan keputusan atau pengalaman terdahulu. Prasangka merupakan konsekuensi dari stereotype. pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental kaku yang meringkas apa pun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra demikian dinamakan stereotype (Ian Robertson) Prejudice berasal dari kata latin Praejudicium yang berarti preseden. Sebagiamana stereotype, prasangka ini alamiah dan tak terhindarkan. Hanya saja prasangka yang berlebihan dapat menghambat komunikasi. Kita biasanya lebih menyukai orang yang punya persamaan atau mirip dengan diri kita. Orang berprasangka cenderung mengabaikan informasi yang tidak sesuai dengan generalisasi mereka yang keliru dan kaku itu.

Gegar Budaya

Gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orangorang baru (Lundstedt) Geger budaya pada dasarnya merupakan bentuk benturan persepsi yang diakibatkan penggunaan persepsi berdasarkan factor-faktor internal (nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami. Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa gegar budaya sebenarnya merupakan titik pangkal untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan budaya kita, sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya kita sendiri. Hubungan antara persepsi dan komunikasi Setelah mempelajari hal-hal dalam persepsi, lalu bagaimankah hubungan antara persepsi dan komunikasi. Dapat dijelaskan bahwa makna merupakan jantungnya komunikasi dan persepsi itu mempertajam komunikasi. Persepsi merupakan inti dari komunikasi sebab jika persepsi tidak akurat, maka komunikasi tidak akan berjalan secara efektif. Selain itu,akan menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan lain dan pastinya setiap orang memiliki persepsi yang berbeda.

Daftar Pustaka Mulyana, Dedi. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya www.ensiklopedia-Indonesia.com