ASKEP HIPOGONADISM

download ASKEP HIPOGONADISM

of 11

Transcript of ASKEP HIPOGONADISM

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN

HIPOGONADISM

Oleh:

1. DINA KRISTINA(P27820304048)

2. DIDIK NOVIANTO(P27820304047)

3. DYAH SARI PERMATA(P27820304049)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SUTOPO

SURABAYA

2005 2006

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KLIEN HIPOGONADISM

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Hipogonadism adalah penurunan aktivitas fungsional gonad disertai retardasi pertumbuhan dan perkembangan seksual.

2. Klasifikasi

Hipogonadism dibagi menjadi 2

a. Hypogonadism primer

Terjadi akibat disfungsi sel-sel leydig atau sekunder dari disfungsi unit hipotalamus hipofisis.

b. Hypogonadism sekunder

Disfungsi hipotalamus

menyebabkan hipofungsi sel leydig

Disfungsi hipofisis

3. Etiologi

a. Definisi GnRA

b. Kelainan kongenital / gangguan perkembangan

c. Penyakit sistematik

d. Disfungsi hipotalamus dan hipofisis

e. Tumor pada ovarium dan testis

4. Patofisiologi

Hipogonadium dapat terjadi akibat disfungsi sel leydig atau sekunder dan fungsi unit hipotalamus-hipofisis hipogonadisme sekunder kemudian dibagi lagi menjadi disfungsi hipotalamus atau hipofisis akan menyebabkan hipofungsi sel leydig. Penyebab hipogonadism dapat merupakan kelainan kongenital atau gangguan perkembangan gangguan didapat ataupun sistemik. Hipogonadism primer akibat kekurangan testorteron / progesteron menyebabkan peningkatan produksi GnRH dan hormon gonadotropin untuk merangsang produksi hormon androgen oleh testis disebut hipogonadism hipergonatropik. Hipogonadism sekunder akibat kekurangan testoteron / progesteron menyebabkan penurunan kadar GnRH dari hipotalamus atau penurunan kadar hormon gonadotropin dari hipofisis disebut hipogonatropik.

5. Manifestasi klinis

Wanita

a. Gagal mengalami pubertas tidak ada tanda sekunder, organ sexual primer infertil (kemandulan)

b. Perubahan masa pubertas bervariasi, tapi tidak ada menarche (nyeri perut waktu haid pertama)

c. Tidak menstruasi (selama 6 bulan atau 3 siklus) pada orang-orang yang sebelumnya pernah menstruasi

d. Infertil timbul gangguan menopause

e. Maskulinisasi

Laki-laki

a. Adanya penurunan abnormal dari aktivitas fungsional testis

b. Sebelum pubertas mengakibatkan eunukoidisme

c. Terganggunya fungsi testis setelah pubertas mengakibatkan menurunnya libido

d. Apabila jumlah testosteron tidak memadai dapat mengakibatkan fungsi seksual memburuk (impotensi)

e. Feminisme

6. Penatalaksanaan

Terapi untuk hipogonadism tergantung dari penyebab, diagnosis, patologi yang mendasarinya dan umur pasien. Difisiensi akibat hipogonadism diatasi dengan terapi pengganti endrogen dengan pemberian testosteron pada pria dan estrogen/progesteron pada wanita yang bertujuan untuk mencapai efek fisiologis yang normal (bagi orang yang bersangkutan). Terapi gonadotropin (FSH / LH) dan LHRH dipakai untuk merangsang spermatogenesis/ovum dan menimbulkan atau memulihkan fertilisasi. Sekali timbul spermatogenesis dapat dipertahankan dengan pemberian hGC. Apabila terdapat tumor stadium lanjut dapat diberikan sinar radiasi. Apabila hipogonadism terjadi sangat fatal dapat dilakukan tindakan operatif.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Radiologi

Roggen tengkorak

CT scan dengan kontras

b. Biokimia

Tes testosteron serum (testosteron ()

Tes kadar gonadotropin serum

Tes kariotip serta tes stimulasi dengan klomifen

Tes stimulasi GnRH, FSH, LH

Tes stimulasi hCG

Analisis semen untuk kuantitas serta kualitas sperma

Pengukuran produksi - sperma < 70 juta sel

- ovum < juta sel

B. KONSEP KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, diagnosa medis, dll.

2. Keluhan

Keluhan utama pada :

Pria : - terjadi ( libido

- infertil

Wanita:- berhentinya mens

- infertil

3. Riwayat penyakit sekarang

P: Tanyakan penyebab obat yang diminum, apakah pengkonsumsi alkohol ?

Q: Dirasa seperti apa ? durasi : terus menerus setiap jam/menit, pagi, siang, malam ?

R: Tanyakan pada daerah mana yang paling sakit ?

S: Apakah mengganggu aktivitas motorik, sensorik, kesadaran ?

T: - kapan keluhan dirasakan ?

- berapa x/hari serangan >

4. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan apakah px pernah menderita penyakit berat ?

5. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit sama seperti px sebelumnya ?

6. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat kesadaran

Keadaan umum

Kesadaran

Tanda-tanda vital

TD

N

S

RR

7. Psikososial spiritual

Psikososial: px merasa malu dan minder dengan keadaannya

Sosial: px menarik diri dari pergaulannya

Spiritual: tanyakan pada px kegiatan apa saja yang dilakukan di rumah yang berhubungan dengan agamanya

8. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Kebutuhan nutrisi

Makan: kaji frekuensi, komposisi, jenis, biasanya nafsu makan meningkat atau turun

Minum: kaji frekuensi, jenis

a. Kebutuhan eliminasi

BAB: kaji frekuensi, konsistensi, warna, bau

BAK: kaji frekuensi, bau, warna

a. Kebutuhan istirahat tidur

Tanyakan pada px berapa jam px tidur ?

b. Aktifitas

Tanyakan pada px kegiatan apa saja yang dilakukan di rumah dan di RS ?

9. Pengkajian per sistem

a. Kepala dan leher

Biasanya suara seperti wanita / anak-anak, kehilangan pertumbuhan rambut yang menandakan feminisasi, tidak terjadi penyebaran pertumbuhan rambut di daerah wajah dan tempat lain, kepala membesar, konjugtiva mata anemis.

b. Sistem integumen

Kaji warna kulit, turgor, dll, biasanya pada laki-laki kulit halus, pucat dan rata, pada wanita jarang terjadi kelainan pada sistem integumen.

c. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi: apakah bentuk dada simetris ?

Auskultasi: apakah suara jantung normal, S1 dan S2 ?

a. Sistem pernapasan

Inspeksi: kaji kualitas napas, biasanya pada wanita buah dada tidak tumbuh

Auskultasi: apakah terdapat suara tambahan ? kaji RR

a. Sistem pencernaan

Inspeksi: kaji bentuk perut, nafsu makan ?

Palpasi: apakah terdapat perbesaran pada abdomen ?

Perkusi: apakah terdapat meteorismus ?

Auskultasi: kaji ada tidaknya suara tympani dan bising usus ?

a. Sistem perkemihan

Kaji frekuensi, warna, bau ( biasanya tidak terjadi gangguan pada sistem perkemihan.

b. Sistem muskuluskeletal

TB dewasa melebihi tinggi badan orang normal, tapi tulang-tulangnya lebih kecil, otot-ototnya lemas, kehilangan tulang maskulit yang tebal, kehilangan muskulatur pria sejati, pada wanita panggul tidak membesar.

c. Sistem reproduksi

Organ-organ seksual sedikit kecil ukurannya, libido (, infertil, tidak bisa melakukan hubungan seksual (impotensi), menstruasi tidak teratur dan amehorhea10. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium: - darah

- Hb < 10 gr%

- Eritrosit < 4 juta mm3Biokimia:- GnRH(- Tes fungsi hipofisis ( FSH dan LH (- Tes produksi organ target : - sperma < 70 juta/ml

- ovum < juta sel

b. Rontgen: - radiografi dan tomografi ( menunjukkan pembesaran saluran tursica

- CT scan ( adanya peluasan sel

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan sexual berhubungan dengan disfungsi kelenjar testis / ovarium

2. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan pembentukan sel darah merah kurang dari kebutuhan metabolisme protein lebih maximal

3. Gangguan harga diri (rendah diri) berhubungan dengan disfungsi kelenjar gonad

4. Gangguan konsep diri (ideal diri) berhubungan dengan disfungsi kelenjar gonad

INTERVENSI

1) Intervensi diagnosa I

Kriteria hasil

1. Menyatakan pemahaman perubahan anatomi/fungsi sexual

2. Mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, peran sexual, hasrat sexsual, pasangan dengan orang terdekat

3. Mengidentifikasi kepuasan/praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan seksual

Intervensi

1. Mendengarkan pernyataan pasien / orang terdekat

R/ : Masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor dan atau ungkapan yang gamblang

2. Kaji informasi pasien/ orang terdekat tentang anatomi / fungsi seksual dan pengaruh prosedur pembedahan

R/ : Menunjukkan kesalahan informasi/konsep yang mempengaruhi pengambilan keputusan

3. Identifikasi faktor budaya / nilai dan adanya konflik

R/ : Mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksual

4. Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap berduka

R/ : Mengakui proses normal kehilangan secara nyata / meneria perubahan dapat meningkatkan doping dan memudahkan resolusi

5. Dorong pasien untuk berbagi pikiran / masalah dengan teman

R/ : Komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi area penyesuaian / masalah dan meningkatkan diskusi dan resolusi

6. Solusi pemecahan masalah terhadap masalah potensial

R/ : Membantu pasien kembali pada hasrat / kepuaan aktivitas seksual

2) Intervensi diagnosa III

Kriteria hasil

1. Menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya

2. Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh

Intervensi

1. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat

R/ : Memberikan minat-minat dan perhatian

2. Kaji stres emosi pasien

R/ : Menyadari apakah arti tindakan terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati atau terlalu menyendiri

3. Berikan informasi akurat, kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya

R/ : Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi

4. Ketahui kekuatan individu dan identifikasi perilaku koping positif sebelumnya

R/ : Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi pasien digunakan dalam situasi saat ini

5. Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah seksualitas

R/ : Meningkatkan saling berbagi keyakinan/nilai tentang subjek sensitif

6. Perhatikan perilaku menarik diri

R/ : Mengidentifikasi tahap kehilangan / kebutuhan intervensi

7. Rujuk ke konseling profesional sesuai kebutuhan

R/ : Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi perasaan kehilangan

DAFTAR PUSTAKA

Marillynn E. Doenges, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta.

Behrman Kliegman Arvin. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta.

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi. Jakarta.

Dorland. 1996. Kamus Kedokteran. Jakarta.