Askep Ob.usus

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60- 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia. 1

Transcript of Askep Ob.usus

Page 1: Askep Ob.usus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang

bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah

adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi

obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh

kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana

merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi

usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia

didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-

400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada

7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif  tanpa hernia yang dirawat inap dan

7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen

Kesehatan Indonesia.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa Keperawatan A6.1 Universitas

Respati yogyakarta dapat mengetahui tentang penyakit asma tikus dan

asuhan keperawatan terhadap klien dengan penyakit Obstruksi usus

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi penyakit obstruksi usus

2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit obstruksi usus

3. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit obstruksi usus

1

Page 2: Askep Ob.usus

4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit obstrukdi usus

5. Mahasiswa dapat mengetahui pathway penyakit obstruksi usus

6. Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan

penyakit obstruksi usus

2

Page 3: Askep Ob.usus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Defenisi

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya

normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus

yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis

atau fungsional (Tucker, 1998)

Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus

merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu

jalannya isi usus. (medicastore.com).

Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari

usus. Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling

sempit. (wordpress.com).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

3

Page 4: Askep Ob.usus

a. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan

air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna

protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot

melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal), dan

lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus

dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan

(ileum).

Fungsi usus halus

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui

kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3) Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.

 b.Usus dua belas jari (Duodenum)

Panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada

bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut

papila vateri.Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus

halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek

dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum

Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal

berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara

4

Page 5: Askep Ob.usus

saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal

dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),

yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam

duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh

usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada

lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

 c. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah

bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan

usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus

antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan

usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot

usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat

dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar

Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,

yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk

membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa

Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang

berarti “kosong”.

  d.Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada

sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan

terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.

Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi

menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

5

Page 6: Askep Ob.usus

 e. Usus Besar (Kolon)

Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm. Usus besar atau kolon dalam anatomi

adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini

adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

1) Kolon asendens (kanan).Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke

atas dari ileum sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm.

2) Kolon transversum.Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon

desenden dengan panjang ± 28 cm.

3) Kolon desendens (kiri).Terletak dirongga abdomen disebelah kiri

membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm.

4)  Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).Terletak dalam rongga

pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan

dengan rektum.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

 f. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta

bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada

mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora

memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki

sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai

cacing (Syaifuddin. 2006).

6

Page 7: Askep Ob.usus

2.1.3 Etiologi

a.    Mekanis

1) Adhesi atau perlengketan pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan

abdominal sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan parut bisa

melilit pada sebuah segmen dari usus, dan membuat segmen itu kusut atau

menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen tersebut mengalami supply

darah yang kurang.

2) Tumor atau polip.  Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen usus

atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus

3) Hernia. Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami

strangulasi dari kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima supply

darah yang cukup. Bagian tersebut akan menjadi edematosus kemudian timbul

necrosis.

4) Volvulus. Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180

derajat sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada

akhirnya bisa menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak segera ditangani

karena terjadi gangguan supply darah yang kurang .

5) Intususepsi. Intussusepsi adalah invaginasi atau masuknya sebagian dari usus

ke dalam lumen usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara ileum

bagian distal dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk kedalam

lumen cecum.

b.     Fungsional (non mekanik)

1)    Ileus paralitik.

            Tidak ada gerakan peristaltis bisa diakibatkan :

a) Pembedahan abdominal dimana organ-organ intra abdominal mengalami

trauma sewaktu pembedahan

7

Page 8: Askep Ob.usus

b) Elektrolit tidak seimbang truma hypokalemia

2)    Lesi medula spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan saraf

pada sakral 4, misal pada penderita spina bifida.

3)   Enteritis regional

4)   Ketidakseimbangan elektrolit

5)   Uremia

      (Suratun & Lusianah, 2010, hlm 335 – 337)

2.1.4 Patofisiologi Obstruksi usus

  Patofiologi usus halus yaitu Kondisi obstruksi mekanik pada usus halus

akan meningkatkan di latasi usus proksimal serta akan memberikan

manifestasi akumulasi sekresi dan udara pada saluran gastrointestinal. Di

latasi usus ini merangsang aktivitas sel-sel sekretorit untuk menghasilkan

lebih banyakakumulasi cairan. Kondisi ini akan meningkatkan peristaltik baik

di atas dan di bawah lesi obstuksi. (khan,2009)

   Respon muntah merupakan kondisi awal terjadi jika tingkat obstruksi

pada bagian proksimal, kondisi meningkatkan distensi usus halus

menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal. Hal ini dapat menyebabkan

kompresi mukosa limfatik menjadi limfedema pada dinding usus.ketika

tekanan hidrostatik intralumen tinggi , maka akan meningkatkan tekanan

hidrostatik kapiler dan akan menghasilkan peningkatan ruang ketiga, air,

elektrolit, dan protein masuk ke dalam lumen intestinal. Kehilangan cauran

dan kondisi dehidrasi yang bterjadi kemudian bisa bertambah berat dan

berkonstribusi terhadap resiko morbiditas dan kematian. (shieds 1965) .

Patofisiologi usus besar yaitu obstruksi mekanis dan pseudo-obstruksi

dari usus besar menyebabkan pelebaran usus di bagian proksimal dari lesi

obstruksi. Hal ini menyebabkan edema mukosa dan gangguan aliran darah

vena dan arteri ke usus. Edema dan iskemia usus meningkatkan permebilitas

8

Page 9: Askep Ob.usus

mukosa usus, yang dapat mengakibatkan translokasi bakteri, sepsis ,dehidrasi,

dan gangguan elekrolit. Iskemia yang berlanjut pada nekrosis dinding usus

akan meningkatkan resiko perforasi dan peristonitis

2.1.5 Klasifikasi

Terdapat 2 jenis obstruksi :

a.       Obstruksi paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus)

Suatu keadaan dimana otot-otot usus tak dapat mendorong isi usus ke bawah

(gangguan peristaltik). Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin

atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik

tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara

spontan setelah 2 sampai 3 hari.

b.      Obstruksi mekanik atau mekanikal obstruksi

Obstruksi atau sumbatan yang terjadi di intraluminal atau intramural akibat

tekanan pada dinding usus. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi

mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling

sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, tekanan

intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan pebuluh darah,

iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata

yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak

mengganggu suplai darah, menyebabkan gangren dinding usus (Dermawan, dkk.

2010. Hal. 72-73).

2.1.6 Manifestasi Klinik

a.   Obstruksi usus halus

9

Page 10: Askep Ob.usus

1) Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian

epigasterium yang cenderung bertambah sejalan dengan beratnya obstruksi

dan bersifat intermiten (hilang timbul). Jika obstruksi terletak di bagian tengah

atau letak tinggi dari usus halus (jejunum dan ileum bagian proksimal) maka

nyeri bersifat konsten atau menetap.

2) Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan

tidak terdapat flatus.

3) Umumnya gejala obstruksi berupa konstipasi yang berakhir pada distensi

abdomen, tetapi pada klien obstruksi partial bisa mengalami diare.

4) Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat

keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong ke arah mulut.

5) Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.

Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas

adanya distensi abdomen.

6) Jika obstruksi usus terjadi terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok

hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan

manifestasi klinis takikardi dan hipotensi, suhu tubuh biasanya normal, tapi

kadang – kadang dapat meningkat. Demam menunjukkan obstruksi

strangulata.

7) Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan

peristaltic meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,

peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada

pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intususepsi.

b.      Obstruksi usus besar

1) Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi

pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.

2) Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada klien

dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu

– satunya selama beberapa hari.

10

Page 11: Askep Ob.usus

3) Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi

dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.

4) Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah

(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 339)

11

Page 12: Askep Ob.usus

2.1.7 Patoflow

12

Mekanis & fungsional

Obstruksi intramural & mural

Akumulasi isis usus, cairan dan gas terjadi didaerah diatas usus

Tekanan dlm lumen usus meningkat

Penurunan tekanan kapiler,vena &

arteriola

Ruptur dan terforasi dari dinding

usus( perperitonitis)

Perdarahan berlebihan

Distensi dan retensi cairan mengurangi absorbsi cairan

Distensi abdomen

Refluk intentinal

Mual muntah

Anoreksi a

Intake oral berkurang

Terputusnya kontuinitas jaringan

Menstimulasi reseptor nyeri

Bradikin / prostaglandin

Efferent

Medulla spinalis

Thalamus

Kortek serebri

Efferent

Volume darah berkuang

Hb berkurang

Nutrisi & O2 kejaringan inadekuat

OBSTRUKSI USUS

Defisit volume cairan

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Gangguan perfusi jaringan

Nyeri

Page 13: Askep Ob.usus

2.1.8 Komplikasi

a.       Nekrosis usus

b.      Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada

organ intra abdomen.

c.       Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi

peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen

d.      Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan

cepat.

e.       Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma

f.       Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

g.      Pneumonia aspirasi dari proses muntah

h.      Gangguan elektrolit. Refluk muntah dapat terjadi akibat distensi abdomen.

Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung,

serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam darah (Dermawan,

dkk. 2010. Hal. 77).

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik Pada obstruksi usus

a. Pemeriksaan laboratorium

Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya

ditemukan hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.

Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan

adanya iskemik atau strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi

pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolic bila muntah

berat, dan metabolic asidosis bila ada tanda – tanda syok, dehidrasi dan

kitosis.

b. Pemeriksaan foto polos abdomen

Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan batas

antara air dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan

13

Page 14: Askep Ob.usus

tangga, terutama pada obstruksi bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan

nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang regular

dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thorax tegak

menunjukkan adanya perforasi usus.

c.       Pemeriksaan CT scan

Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi.

CT scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan pada

dinding usus (obstruksi komplet, abses, keganasan), kelainan mesenterikus,

dan peritoneum. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari

obstruksi.

d.      Pemeriksaan radiologi dengan barium enema

Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi

usus halus. Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu

obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos

abdomen.

e.       Pemeriksaan USG

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran penyebab dari obstruksi.

f.       Pemeriksaan MRI

Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenteric kronis.

g.      Pemeriksaan angiografi

Angiografi mesenteric superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya

herniasi internal, intususepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi

(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 340 – 341)

2.1.10 Penatalaksanaan medis

a.       Konservatif

1) Penderita dipuasakan.

14

Page 15: Askep Ob.usus

2) Dekompresi dengan nasogastric tube yang panjang dari proksimal usus ke

area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan

pasien berbaring miring ke kanan.

3) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :

a) Terapi Na+, K+, komponen darah

b) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

c) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

4) Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

5) Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.

6) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,

ileus paralitik atau infeksi.

7) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

8) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

b.      Medications

Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe. Analgesic

apabila nyeri. (Medlinux.com).

c.       Surgery

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di

perhatikan :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat

obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada risiko strangulasi.

Indikasi intervensi bedah

Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan

jenis obstruksi kolon.

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.

15

Page 16: Askep Ob.usus

Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik

bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi melalui laparotomi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang

ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah

1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut

31%. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan

pada obstruksi ileus.

1) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia

incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus

ringan.

2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"

bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn

disease, dan sebagainya.

3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat

obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.

4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-

ujung usus untuk mempertahan kankontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon,invaginasi strangulata, dan sebagainya.

5) Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena

keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula

dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan

anastomosis.

2.2. Asuhan Keperawatan Dengan Status Obstruksi Usus

16

Page 17: Askep Ob.usus

2.2.1 Pengkajian

a.  Identita : Nama, umur, alamat, pekerjaan, status

perkawinan (Umumnya terjadi pada

semua umur, terutama dewasa laki – laki

maupun perempuan)

b.   Keluhan Utama : nyeri pada perutc.    Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi

(tidak dapat BAB dan flatus dalam

beberapa hari)

d.   Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita

penyakit hernia, divertikulum.

e.    Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia

illeum dan yeyenum.

f.     Activity Daily Life

Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual

dan muntah.

Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak

bisa flatus karena peristaltik usus

menurun/ berhenti.

Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat,

kembung dan muntah.

Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan

untuk istirahat dengan tirah baring

sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.

g.   Pemeriksaan

a)    Keadaan umum :Lemah, kesadaran menurun sampai syok

hipovolemia suhu meningkat(39o C),

pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi

17

Page 18: Askep Ob.usus

meningkat(110x/mnt) tekanan

darah(130/90 mmHg)

b)   Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)

1.    Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema,

tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal

2.    Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal,

dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi

3.   Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda

adanya infeksi.

4.    Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc

5.    Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara

mandiri

6.   Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada

sianosis, pucat

7.    Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras,

adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.

2.2 Diagnosa

1. Nyeri b.d distensi abdomen

2. Gangguan perfusi jaringan b.d nutrisi dan oksigen ke jaringan inadekuat

3. Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d distensi dan retensi cairan mengurangi absorbsi cairan

2.3 Intervensi

1. Nyeri b.d distensi abdomen

Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil :

18

Page 19: Askep Ob.usus

Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan

nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.

Intervensi Rasional

1. Observasi keluhan nyeri,

perhatikan lokasi, intensitas

(skala 0-10).

2. Pantau tanda-tanda vital.

3. Tingkatkan privasi dan

gunakan tindakan keperawatan

untuk meningkatkan relaksasi

bila bila pasien berupaya untuk

berkemih. Tempatkan pada

posisi semi-fowler atau berdiri

sesuai kebutuhan.

1. membantu mengidentifikasi

intervensi yang tepat dan

mengevaluasi keefektifan

analgesia.

2. Respon autonomik meliputi

perubahan pada TD, nadi dan

pernafasan, yang berhubungan

dengan keluhan/penghilangan

energy.

3. Posisi tegak meningkatkan

tekanan intra-abdomen, yang

dapat membantu dalam

berkemih.

2. Gangguan perfusi jaringan b.d nutrisi dan oksigen ke jaringan inadekuat

Tujuan : dalam 2x24 jam di lakukan tindakan keperawatan di harapkan gangguan perfusi jaringan teratasi

kriteria Hasil :

Capillary refill : < 3 detik

19

Page 20: Askep Ob.usus

Hb normal (13,5 – 17,5 g/dl)

Intervensi Rasional

1. Awasi tanda vital kaji

pengisian kapiler, warna

kulit/membrane mukosa, dasar

kuku.

2. Tinggikan kepala tempat tidur

sesuai toleransi.

3. Awasi upaya pernapasan;

auskultasi bunyi napas

perhatikan bunyi adventisius.

4. Kolaborasi pengawasan hasil

pem-eriksaan laboraturium.

Berikan sel darah merah

lengkap/packed pro-duk darah

sesuai indikasi

1. Memberikan informasi tentang

derajat/keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu

menetukan kebutu-han

intervensi.

2. Meningkatkan ekspansi paru

dan memaksimalkan oksigenasi

untuk kebutuhan seluler.

Catatan: kontra-indikasi bila ada

hipotensi.

3. Dispnea, gemericik

menununjukkan gangguan

jantung karena regangan jantung

lama/peningkatan kompen-sasi

curah jantung.

4. Mengidentifikasi defisiensi dan

keb-utuhan pengobatan/respons

terhadap terapi

3. Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

20

Page 21: Askep Ob.usus

Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan

yang hilang.

Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.

Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda vital.

Periksa balutan dan luka

dengan sering selama 24 jam

pertama terhadap tanda-tanda

darah merah terang atau

bengkak insisi berlebihan.

2. Pantau tanda-tanda vital.,

perhatikan haluaran urine,

berat jenis,. Kalkulasi

keeimbangan 24 jam, dan

timbang berat badan setiap

hari.

3. Pertahankan potensi

penghisap NGT atau usus.

1. Tanda-tanda awal

hemoragi usus atau

pembentukan hematoma,

yang dapat menyebabkan

syok hipovolemik.

2. Indikator langsung dari

hidrasi atau perfusi organ

dan fungsi. Memberikan

pedoman untuk

penggantian cairan.

3. Meningkatkan

dekompresi usus untuk

menurunkan

distensi/tekanan di garis

jahitan dan menurunkan

mual/muntah,

2 . Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam

kekurangan nutrisi tidak terjadi

Kriteria Hasil:

Nafsu makan meningkat

21

Page 22: Askep Ob.usus

Tidak ada keluhan nausea,

Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional1. Timbang berat badan setiap hari

atau sesuai indikasi

2. Anjurkan istirahat sebelum

makan.

3. Berikan kebersihan mulut

terutama sebelum makan.

4. Ciptakan lingkungan yang

nyaman.

5. Dorong klien untuk menyatakan

perasaan masalah.

6. Kolaborasi dengan tim ahli gizi

sesuai indikasi

1. Memberikan informasi tentang

kebutuhan diet/keefektifan terapi.

2. Menenangkan peristaltic dan

meningkatkan energy untuk

makan.

3. Mulut yang bersih dapat

meningkatkan rasa makanan.

4. Lingkungan yang nyaman

menurunkan stress dan lebih

kondusif untuk makan.

5. Keragu-raguan makan

diakibatkan

6. Memungkinkan saluran usus

untuk mematikan kembali proses

pencernaan

Kasus

Pasien datang ke RS dengan keadaan sadar mangalami sulit BAB,Sejak 1

minggu yang lalu tetapi masih bisa buang angin.Keluhan disertai nyeri perut

hilang. BB pasien sekarang 48 Kg, dan TB 163 cm.

Hasil pemeriksaan biokimia : Hb :9,1 g/dl (N = 13,5 – 17,5 g/dl), Hematokrit

27 % (N = 40-52 %), Eritrosit 3,32 jl/UL (4,5-6,5 jt/UL), Leukosit 8200 /mm 3

22

Page 23: Askep Ob.usus

(N = 3800 – 10600/mm3), trombosit 342.000/mm3 (N = 150.000-450.000/mm3),

albumin 2,5 g/dl (N = 3,5-5 g/dl), dan protein total 4,8 g/dl (N = 6,3-8,2 g/dl).

Data klinis pasien adalah TD 100/70 mmHg, nadi 88x/menit, RR : 20x/menit,

suhu afebris. Secara fisik pasien tampak kurus, lemah, pucat, bising usus (+),

dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. CRT > 3’. Edema tidak ada , lesi dan

memar tidak ada. Tonus otot baik, lidah bersih, nyeri perut kanan bawah atau

atas (+), mual (+), muntah (+)

23

Page 24: Askep Ob.usus

ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

Inisial Klien : Tn.S Diagnosa : Obstruksi Usus TD : 100/70 mmHG RR : 20x/menit

Umur : 58 Thn No RM : Nadi : 88 x/menit BB : 48 kg

Alamat : Palembang Tgl/jam : 6 Mei 2014/20.05 Suhu : 36,8 oC TB : 163 cm

Pengkajian Diagnose

keperawatan

Jam Tindakan Evaluasi

Keluhan Utama :

Sulit BAB

AIRWAY

Tidak terdapat

sumbatan jalan nafas

baik berupa sputum

maupun bunyi nafas

whezzing

Tidak terdapat

masalah keperawatan

BREATHING

Klien tidak ada keluhan

sesak nafas.

Frekuensi nafas 20

Tidak terdapat

masalah keperawatan

24

Page 25: Askep Ob.usus

x/menit

Irama : teratur

Suara nafas : vesikuler

SISTEM

KARDIOVASKULER

Nadi : 88x/menit

TD : 100/70 mmHg

Warna kulit : Pucat

Capillary refill : > 3

detik

Edema : Tidak ada

Gangguan perfusi

jaringan

1. Memonitor vital sign

2. Memonitor sirkulais perifer

3. Memonitor tingkat kesadaran

4. Membatasi aktivitas

S :-

O : CRT >3 detik

A : Masalah

belum teratasi

P : intervensi

dilanjutkan di

rawat inap

SISTEM

HEMATOLOGI

Hasil pemeriksaan

biokimia : Hb :9,1

g/dl (N = 13,5 – 17,5

g/dl), Hematokrit 27

% (N = 40-52 %),

Eritrosit 3,32 jl/UL

(4,5-6,5 jt/UL),

Gangguan perfusi

jaringan

1. Memonitor vital sign

2. Memonitor sirkulais perifer

3. Memonitor tingkat kesadaran

4. Membatasi aktivitas

S :-

O : Hb :9,1

g/dl ,Hematokrit

27 %, Eritrosit

3,32 jl/UL,

Leukosit 8200

/mm3, trombosit

342.000/mm3.

A : Masalah

25

Page 26: Askep Ob.usus

Leukosit 8200 /mm3

(N = 3800 –

10600/mm3),

trombosit

342.000/mm3 (N =

150.000-450.000/m

m3),

belum teratasi

P : intervensi

dilanjutkan di

rawat inap

LOC :

Klien dalam keadaan

compos mentis

Pupil : isokor (+),

Miosis (+)

Reaksi terhadap

cahaya :

Kanan :positif

Kiri :positif

GCS : E :4 M:6 dan

E:5

Tidak terdapat

masalah keperawatan

26

Page 27: Askep Ob.usus

ELIMINASI DAN

CAIRAN

Suhu tubuh : 36,8 oC

Tidak terdapat

pengeluaran keringat

yang berlebihan,

muntah (+), sulit BAB

sejak 1 minggu yang

lalu

Defisit volume cairan 1. Pantau tanda-tanda vital.

2. perhatikan haluaran urine,

berat jenis,. Kalkulasi

keseimbangan 24 jam

3.pemasangan IVFD RL

S :-

O : muntah(-)

A : Masalah

teratasi

P : intervensi

dihentikan

SISTEM

PENCERNAAN

Tonus otot baik, lidah

bersih, nyeri perut

kanan bawah atau atas

(+), mual (+), muntah

(+)

Nyeri

Pemenuhan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh,

1. Observasi keluhan nyeri,

perhatikan lokasi, intensitas

(skala 0-10).

2. Pantau tanda-tanda vital.

3. Kolaborasi dengan ahli gizi

dlm pemberian diet

4. Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian anti

emetik dan analgetik

S :klien

mengatakan nyeri

berkurang

danmual muntah

berkurang

O : nyeri (-)

muntah(-)

A : Masalah

teratasi sebagian

P : intervensi

27

Page 28: Askep Ob.usus

dilanjutkan

SISTEM

MUSCULOSKELETAL

Turgor kulit : baik

Luka (-) kekakuan pada

persendian ekstermitas

(-) kesulitan dalam

pergerakan (-), fraktur

(-), perdarahan (-).

Tidak terdapat

masalah keperawatan

28

Page 29: Askep Ob.usus

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran

usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis

atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi

usus merupakan penyunbatan disaluran usus dank arena adanya kelaina anatomi

pada usus. Etiologi dari obstruksi ada dua yaitu secara mekanis dan nonmekanis.

Tanda dan gejala obstruksi usus halus gejala awal biasanya berupa nyeri

abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan

dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan

darah dan mukus. Sedangkan untuk obstruksi usus besar nyeri perut yang

bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi

intensitasnya jauh lebih rendah. Klasifikasi terbagi menjadi dua yaitu Obstruksi

paralitik (ileus paralitik atau paralitic ileus) dan Obstruksi mekanik atau

mekanikal obstruksi. Komplikasi obstruksi usus Perforasi usus dikarenakan

obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen, Syok

dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Bagi para pembaca

diharapkan dapat mengatur pola hidup sehat mulai dari sekarang.

29