ASKEP DHF.docx

34
ASUHAN KEPERWATAN PADA An. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Anak semester 6 Koordinator: Ns. Meira Erawati, M.Si.Med Disusun oleh: Yulia Nurlailla 22020110130086 PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transcript of ASKEP DHF.docx

Page 1: ASKEP DHF.docx

ASUHAN KEPERWATAN PADA An. B DENGAN

DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

(DHF) DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Anak semester 6

Koordinator: Ns. Meira Erawati, M.Si.Med

Disusun oleh:

Yulia Nurlailla

22020110130086

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: ASKEP DHF.docx

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat

berakibat fatal dalam waktu yang relative singkat (Hastuti, 2008). Menurut

Fefendi (2008) Demam berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang

masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering

menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot

dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic

Fever ( DHF ).

B. ETIOLOGI

Dmam berdarah dengue (DHF) disebabkan oleh virus dengue. Virus

dengue dapat dibawa ditularkan dari atu orang ke orang lain melalui perantara

nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, Aedes Polyneiensis, Aedes Scutellaris,

dan Aedes Finlaya. Semua spesies tersebut, kecuali aegypti memiliki penyebaran

sendiri, walaupun spesies tersebut merupakan vector yang sangat baik untuk virus

dengue. Epidemi yang ditimbulkannya tidak separah yang diakibatkan oleh

Aegypti. (WHO, 2004)

C. PATOFISIOLOGI

Nyamuk Aedes (Stegomyia) betina biasanya akan terinveksi virus dengue

saat mengisap darah dari penderita yang berada pada fase demam (viremik) akut.

Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk

menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit

dan menginjeksi air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi

pada tubuh manusia selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan

Page 3: ASKEP DHF.docx

mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mialgia,

hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk

mual, muntah, dan ruam kulit. (WHO, 2004).

Perubahan patofisiologis yang terjadi pada DHF adalah meningkatnya

permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemia,

dan syok. DHF memiliki cirri yang unik karena kebocoran plasma khusus ke arah

rongga pleura dan peritoneum dengan periode kebocoran cukup singkat (24-48

jam). meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat

anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang

berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya

volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan

renjatan. (Fefendi, 2008)

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura

dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan

plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic

dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.

Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi

trombosit dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun

mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks

imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya

oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi

system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada

pasien dengan perdarahan hebat. (Fefendi, 2008)

Page 4: ASKEP DHF.docx

D. FAKTOR RESIKO DHF

Tingkat keparahan dari DHF bergantung dari beberapa faktor, diantaranya

(WHO, 2004):

1. Infeksi sekunder dengue

2. Antibody-pasif pada bayi

3. Strain virus yang menyerang

4. Usia dan genetic: DHF lebih banyak menyerang pada anak-anak usia di

bawah 15 tahun

Page 5: ASKEP DHF.docx

E. PATHWAY

(Basuto, 2010)

Page 6: ASKEP DHF.docx

F. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau mengakibatkan

penyakit demam biasa (sindrom virus), demam dengue (DF), atau demam

berdarah dengue (DHF) termasuk sindrom syok dengue (DSS). Infeksi terhadap

salah satu serotype virus dengue memberikan imunitas seumur hidup khusus

untuk serotype tersebut, tetapi tidak ada perlindungan silang terhadap serotype

yang lain. Penampilan klinis bergantung pada usia, status imun, dan strair virus.

(WHO, 2004)

1. Demam Dengue

Masa inkubasi berlangsung selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari).

Setelah masa inkubasi berlangsung timbul berbagai gejala awal yang tidak

spesifik seperti sakit kepala, sakit punggung, dan malaise menyeluruh. Secara

tipikal, awitan pada orang dewasa terjadi tiba-tiba, dengan peningkatan suhu

tubuh yang cukup tajam diserti dengan menggigil dan terkadang disertai

dengan sakit kepala yang parah dan kemerahan pada wajah. Nyeri retroobital

mungkin akan dirasakan dalam 24 jam terutama jika mata bergerak atau

ditekan, begitu juga dengan fotobia, sakit punggung, dan nyeri otot serta

persendian/tulang tangan dan kaki. Gejala umum lainnya meliputi anoreksia

dan berubahnya sensasi pengecap, konstipasi, nyeri kolik, dan nyeri tekan

perut, nyeri tarikan dibagian pangkal paha, sakit tenggorok, dan depresi

menyeluruh. Gejala ini memiliki tingkat keparahan yang berbeda dan

biasanya berlangsung selama beberapa hari. (WHO, 2004)

Suhu tubuh biasanya mencapai 390C-400C, demam ini mungkin

bersifat bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari. Ruam kulit berupa

kemerahan atau bercak-bercak merah yang menyebar dapat terlihat pada

wajah, leher, dan dada selama separuh pertama periode demam dan ruam yang

jela yang kemungkinan makulopapular atau pun menyerupai bentuk demm

sklarlatina akan muncul pada hari ke tiga atau ke empat. Menjelang akhir

periode demam atau tepat setelah fase defervesens, ruam di seluruh tubuh

Page 7: ASKEP DHF.docx

mulai menghilang secara bertahap dan kumpulan bintik merah yang

terlokalisasi akan muncul di daerah punggung, kaki, di tungkai, dan lengan

serta tangan. Pertemuan ruam dan bintik merah ditandai dengan bidang-

bidang bulat yang pucat dan menyebar pada kulit normal. Ruam kadang

disertai gatal. Perdarahan kulit dilihat dari hasil uji turniket yang positif

dan/atau petekia. (WHO, 2004)

Durasi dan tingkat keparahan DF relatif berbeda antara individu dalam

satu epedemi, begitu pula antara epidemic yang satu dengan yang lainnya.

Masa pemulihan dapat berlangsung singkat tanpa ada cirri khas yang

menyertai, tetapi mungkin juga berlangsung lama. Pada orang dewasa, masa

pemulihan terkadang berlangsung sampai beberapa minggu dan mungkin

disertai dengan asthenia dn depresi yang nyata. Bradikardi juga sering terjadi

pada masa ini. Komplikasi perdarahan seperti epistaksis, gusi berdarah,

perdarahan gastrointestinal, hematuria, dan hipermenorhi mungkin menyertai

DF. (WHO, 2004)

Temuan laboratorium selama serangan DF akut berlangsung, pada saat

permulaan demam hitung sel darah putih biasanya normal, kemudian

leucopenia terjadi dan terus berlangsung hingga periode demam berakhir.

Hitung trombosit biasanya normal, demikian pula dengan komponen lain

dalam mekanisme pembekuan darah. Akan tetapi, dlam beberapa epidemic

umumnya terjadi trombositopenia. Serum biokimia dan enzim bisanya

normal, tetapi kadar enzim hati biasanya meningkat. (WHO, 2004)

2. Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue

DHF ditandai dengan demam tinggi, fenomena perdarahan,

hepatomegali, dan sering kali disertai dengan kegagalan sirkulasi.

Trombositopenia sedang hingga berat yang disertai hemokonsentrasi dapat

dibedakan dengan hasil temuan laboratorium klinis. Perubahan patofisiologis

utama yang menentukan tingkat keparahan penyakit DHF dan

membedakannya dengan DF adalah hemostasis yang abnormal dan kebocoran

Page 8: ASKEP DHF.docx

plasma yang dimanifestasikan dengan trombositopenia dan jumlah hematokrit

yang meningkat. (WHO, 2004)

DHF umumnya dimulai dengan peningkatan suhu tubuh secara tiba-

tiba yang disertai dengan kemerahan pada wajah serta gejala fisik nonspesifik

lain yang menyerupai demam dengue, misalnya noreksia, muntah, sakit

kepala, dan nyeri otot serta sendi. Sakit tenggorok, faring merah, ketidak

nyamanan pada epigastrik, nyeri tekan di tepi rusuk kanan, serta nyeri perut

yang biasa terjadi mungkin ditemukan pada pemeriksaan fisik. Suhu tubuh

biasanya tinggi dan pada kebanyakan kaus akan tetap tinggi selama 2 atau 7

hari berikutnya, kemudian turun turun kembali menjadi normal atau

subnormal. Kadang suhu tubuh dapat mencapai 400C dan dapat terjadi kejang

demam. (WHO, 2004)

Perdarahan dapat diketahui melalui uji turniket, mudah memar dan

berdarah di sisi injeksi, petekia yang sangat kecil menyebar mulai dari

anggota gerak, ketiak, wajah dan palatum lunak mungkin akan tampak selama

fase awal demam. Epistaksis, hematuria, dan gusi berdarah jarang terjadi. hati

dapat teraba hingga 2-4 cm di bawah tepi rusuk kanan. Ukuran hati tidak

berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit tetapi hepatomegali lebih

sering ditemukan pada kasus syok. Nyeri tekan hati terasa, tapi biasanya

ikhterik tidak tampak. (WHO, 2004)

Pada pemeriksaan darah, awalnya sel darah putih dalam jumlah

normal, menjelang akhir fase demam terdapat penurunan yang tajam.

Trombositopenia dan hemokonsentrasi ditemukan dengan jumlah trombosit

menurun hingga 100.000/mm3. Peningkatan jumlah hematokrit terjadi

terutama pada kasus syok. Peningkatan hemokonsentrasi dan hematokrit

hingga 20% atau lebih, dianggap sebagai bukti objektif adanya peningkatan

permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma. (WHO, 2004)

Gejala lain dapat ditemukan adanya albuminuria ringan, darah dalam

tinja, serta penurunan kadar fibrinogen, protombin, factor VIII, XII, dan

Page 9: ASKEP DHF.docx

antitrombin III dalam uji koagulasi. Masa tromboplastin parsial dan masa

protombin memanjang masing-masing pada separuh dan sepertiga kasus

DHF. Kadar komplemen serum menurun, hipoproteinemia, hiponatremia, dan

kadar aminotransferase aspartat serum naik sedikit. Asidosis metabolic pada

kasus yang engalami kasus syok lama, dan kadar nitrogen urea darah

meningkat pada tahap terminal dengan syok berkepanjangan. (WHO, 2004)

G. KLASIFIKASI DHF

Menurut Satari & Meiliasari (2004) terdapat 4 derajad penyakit DHF, antara lain:

1. Derajad I

Demam mendadak dan gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan yang

paling ringan, yaitu rumple leed positif. Dari uji turniket, perdarahan berupa

bintik-bintik merah di lengan lebih dari 10. Penurunan trombosit

≤100000/mm3 dan kenaikan Hct ≥ 20%.

2. Derajad II

Kondisi ini lebih berat daripada derajd I. selain demam ditemukan perdarahan

kulit dan manifestasi perdarahan di tempat lain, seperti mimisan (epistaksis),

perdarahan gusi, muntah darah (hematemesis), dan atau bung air besar yang

mengandung darah (melena).

3. Derajad III

Penderita pada fase kritis dan membutuhkan perawatan intensif. Tekanan nadi

< 20 mmHg, Tekanan Darah Sistolik <90 mmHg, kulit lembab, dingin dan

lemah.

4. Derajad IV

Nadi tak teraba dan TD tak terukur.

Page 10: ASKEP DHF.docx

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah (Fefendi, 2008)

a. Trombositopeni (≤100.000/mm3)

b. Hb dan PCV meningkat (≥ 20%)

c. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)

d. Isolasi virus

e. Serologi (Uji H): respon antibody sekunder

f. Creatinin serum,

2. Foto dada: ditemukan adanya efusi pleura

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian keperawatan (Fefendi, 2008):

1. Identitas

2. Keluhan utama: panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual, dan nafsu

makan menurun

3. Riwayat penyakit sekarang: adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh

tubuh, sakit waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Riwayat kesehatan lingkungan: lingkungan kurang bersih

7. Riwayat tumbuh kembang

8. Pengkajian persistem:

a. System pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, pergerakan dada

simetris, perkusi sonor, terdengar ronchi, krakles

b. Sistem persarafan: pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan

kesadaran serta pada grade IV trjadi DSS

c. System kardiovaskuler: pada grade I terjadi hemokonsentrasi, uji turniket

positif, trombositopeni, pada grade III dapt terjadi kegagalan sirkulasi,

Page 11: ASKEP DHF.docx

nadi cepat, lemah, hipotensi, sianosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,

pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

d. Sistem pencernaan: selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan

epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri sat menelan, dapat

hematemesis, melena.

e. Sistem perkemihan: produksi urin menurun, kedang kurang dari 30

cc/jam, akan mengungkpkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah

f. Sistem integument: terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada

grade I terdapat positif pada uji turniket, petekie, pada grade III dapat

terjadi perdrahan spontan pada kulit

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat timbul dalam DHF adalah (Fefendi,

2008):

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dengue

2. Defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler

3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu

makan menurun

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor

pembekuan darah (trombositopeni)

6. Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak

7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakt, prognosis, efek prosedur, dan

perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang

terpajan/mengingat informasi

Page 12: ASKEP DHF.docx

K. INTERVENSI KEPERAWATAN (Fefendi, 2008)

No No. Dx Kep

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1. 1 Setelah diberikan asuhan keperawatan suhu tubuh klien dapat kembali normalCriteria hasil:1. S: 356-370C2. Nyeri otot hilang

1. Kaji suhu tubuh pasien

2. Beri kompres hangat

3. Anjurkan banyak minum 1500-2000cc/hari

4. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat

5. Observasi intake & output, tanda vital tiap 3 jam sekali

6. Kolaborasi: pemberian cairan IV dan obat sesuai program

Mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

Mengurangi panas melalui konduksi

Mengganti vairan tubuh yang hilang akibat evaporasi

Memberikan rasa nyaman, dan pakaian tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangang peningkatan suhu tubuh

Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan dan elektrolit tubuh

Menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. Obat untuk enurunkan panas

2 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami deficit cairan.Krieria hasil:

1. Awasi TTV tiap 3 jam/sesuai indikasi

TTV membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler

Page 13: ASKEP DHF.docx

1. Intake dan out put seimbang

2. TTV dalam batas normal

3. Tidak ada tanda presyok

4. Akral hangat5. CRT < 2 detik

2. Observasi CRT

3. Observasi intake dan output

4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml/hari (sesuai toleransi)

5. Kolaborasi: pemberian cairan IV

Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

Penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi

Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

Dapat meningkatkan cairan tubuh untuk mencegah terjadinya syok hipovolmik

3. 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak terjadi syok hipoolemikCriteria hasil:Tanda vital dalam batas normal

1. Monitor keadaan umum pasien

2. Observasi TTV setiap 3 jam atau lebih

3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan

4. Kolaborasi: - berikan cairan IV

- cek HB, PCV,

Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat perdarahan/syok

Untuk memastikan adanya tanda presyok/syok

Tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan cepat dan tepat dapat diberikan

Untuk mengganti cairan tubuh secara hebatUntuk mengetahui

Page 14: ASKEP DHF.docx

Trombosit tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan sebagai acuan tindak lanjut

4. 4 Setelah diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisiCriteria hasil:1. tidak ada tanda-

tanda malnutrisi2. menunjukkan berat

badan yang seimbang

1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

2. Observasi dan catat masukan makanan pasien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering dan atau makan diantara waktu makan

4. Berikan dan bantu oral hygiene

5. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas

Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

Mengawasi penurunan BB/mengawasi efektifitas intervensi

Dapat menurunkn kelemahan dan meningkatkan masukan serta mencegah distensi gaster

Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

Menurunkan distensi dan iritasi gaster

5. 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien tidak terjadi perdarahan. Criteria hasil:1. TD: 100/60 mmHg2. N: 80-100 x/m

regular, pulsasi kuat3. Tidak ada tanda

perdarahan lebih lanjut

1. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis

2. Anjurkan untuk

Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran plasma drah yang pada tahap tertentu menimbulkan tanda klinis seperti epistaksis,petekie

Aktivitas pasien

Page 15: ASKEP DHF.docx

4. Trombosit meningkat

banyak istirahat

3. Berikan penjelasan untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti: hematemesis, melena, epistaksis

4. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit selesai ambil darah

5. Kolaborasi:Monitor trombosit etiap hari

yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan

Keterlibatan pasien dan keluarga membantu penanganan dini bila terjadi perdarahan

Mencegah terjadinya perdarahan lanjut

Dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan dialami pasien

5 6 Setelah diberikan asuhan keperawatan ansietas dapat berkurang/terkontrolCriteria hasil:1. Klien melaporkan

tidak ada manifestasi kecemaan secara fisik

2. Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan

1. Kaji dan dokmentasikan tingkat kecemaan pasien

2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu

3. Lakukan pendekaan dan berikan motivasi

1. Memudahkan intervensi

Mempertahankan mekanisme koping adaptif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas

Pendekatan dan motivasi kepada

Page 16: ASKEP DHF.docx

membantu pasien untuk mengekstermalisasikan yang dirasakan

4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan positif terhadap terapi yang dijalani

5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas

6. Anjurkan untuk menggnakan teknik relaksasi

7. Sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, perawatan, dan prognosis

8. Kolaborasi:Pemberian obat anti ansietas

pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

Alat untuk mengidentifiksi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan

Menciptakan rasa percaya dalam diri bhwa dirinya mampu mengatasi maalah dan member keyakinan pada diri sendiri yang dibuktkan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya

Meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan

Mengurangi ansietas sesuai kebutuhan

7. 7 Setelah diberikan asuhan keperawatn orangtua mengutarakan pemahaman kondisi, efek prosedur dan proses pengobatanCriteria hasil:1. Melakukan prosedur

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

2. Berikan penjelasan

Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

Dapat memberikan

Page 17: ASKEP DHF.docx

yang diperlukan dan menjelaskan alas an dari suatu tindakan

2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan

pada klien dan keluarga tentang penyakit an kondisinya sekarang

3. Anjurkan kelmurga dank lien untuk memperhatikan diet makanannya

4. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keurga yang sakit

5. Minta klien atau keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan

rasa tenang dan mengurangi rasa cemas

Diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan

Perawatan diri dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks saat sakit

Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan

Page 18: ASKEP DHF.docx

L. DAFTAR PUSTAKA

Fefendi. 2008. Asuhan Keperawatan Anak dengan Demam Berdarah Dengue.

Inggris: www.google.com

Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue: Penyakit & Cara

Pencegahannya. Yogyakarta: Kanisius

http://basuto.wordpress.com/2010/03/28/dss-dengue-syok-syndrom/

Kusuma, Sony. 2008. http://id.scribd.com/doc/52378251/ASUHAN-

KEPERAWATAN-KLIEN-DEMAM-BERDARAH-DENGUE. diakses

tanggal 29 Maret 2013

Satari, Hindra I & Meiliasari, Mila. 2004. Demam Berdarah: Keperawatan di

Rumah & Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa Swara

WHO. 2004. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah

Dengue: Panduan Lengkap. Jakarta: EGC

Page 19: ASKEP DHF.docx

BAB III

PEMBAHASAN

A. ANALISIS

Demam berdarah dengue (DHF) memiliki beberapa tanda dan gejala

seperti demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari yang kemudian akan turun kembali

menjadi normal atau subnormal. Kadang suhu tubuh dapat mencapai 400C dan

dapat terjadi kejang demam. Selain demam penderita DHF juga akan mengalami

gejala fisik nonspesifik seperti anoreksia, muntah, sakit kepala dan nyeri otot

sendi. Sakit tenggorok, faring merah, ketidaknyamanan pada epigastrik, nyeri

tekan di tepi rusuk kanan, serta nyeri perut yang akan ditemukan pada

pemeriksaan fisik.

DHF dapat dipastikan dengan berbagai macam pemeriksaan. Melalui uji

turniket ditemukan adanya perdarahan dalam kulit, mudah memar, dan berdarah

di sisi injeksi. Adanya petekie yang menyebar mulai dari anggota gerak, ketiak,

wajah, dan palatum lunak, serta terjadi epistaksis, hematuria dan gusi berdarah.

Terdapat pembesaran hati (hepatomegali) hingga 2-4 cm yang dapat teraba pada

bawah tepi rusuk kanan.

Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk melihat gejala yang pasti.

Pada pemeriksaa darah ditemukan adanya penurunan jumlah sel darah putihn

(leukopenia), penurunan trombosit hingga <100. 103/ul (trombositopenia) dan

peningkatan jumlah hematokrit hingga 20% atau lebih serta IgM, IgG Dengue

positif.

Berdasarkan kasus di atas, An. B terdiagnosa menderita demam berdarah

dengue. Pasien tersebut mengalami gejala demam selama 4 hari sebelum masuk

rumah sakit, mukosa bibir kering, badan pagal-pegal, pusing, nyeri tekan pada ulu

hati, teraba pembesaran hati (hepatomegali) 2 cm, belum BAB selama 4 hari dan

nafsu makan serta minum menurun. Saat di kaji suhu tubuh pasien telah kembali

Page 20: ASKEP DHF.docx

dalam batas normal. Pasien tidak mengalami demam namun masih terdapat tanda

dan gejala yang lainnya.

Tanda dan gejala pada pasien An. B didukung dengan pemeriksaan darah,

sebagai berikut:

1. Tanggal 23 Maret 2013 (demam hari ke-4)

Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit (AL) L 3,1 103/ul 4,5-11,0

Eritrosit (AE) H 6,75 106/ul 4-5

Hemoglobin (Hb) H 18,0 g/dl 12-16

Hemaotokrit (Ht) H 52,2 % 38-47

MCV L 77,3 FL 85-100

MCH L 26,7 Pg 28-31

MCHC N 34,5 g/dl 30-35

Trombosit (AT) L 37 103/ul 150-450

Gol. Darah O

IgM Dengue Negative

IgG Dengue Negative

2. Tanggal 24 Maret 2013 (demam hari ke-5)

Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit (AL) 6,7 103/ul 4,5-11,0

Eritrosit (AE) 5,98 106/ul 4-5

Hemoglobin (Hb) 15,7 g/dl 12-16

Hemaotokrit (Ht) 46,1 % 38-47

MCV 77,1 FL 85-100

MCH 26,3 Pg 28-31

MCHC 34,1 g/dl 30-35

Trombosit (AT) 18 103/ul 150-450

Page 21: ASKEP DHF.docx

3. Tanggal 26 Maret 2013, (demam hari ke-7 pasien telah diberikan tranfusi Tc 3

kantong)

Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit (AL) 5,3 103/ul 4,5-11,0

Eritrosit (AE) 4,85 106/ul 4-5

Hemoglobin (Hb) 13,0 g/dl 12-16

Hemaotokrit (Ht) 38,1 % 38-47

MCV 78,6 FL 85-100

MCH 26,8 Pg 28-31

MCHC 34,1 g/dl 30-35

Trombosit (AT) 63 103/ul 150-450

4. Tanggal 26 Maret 2013 (demam hari ke-8)

Parameter Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Leukosit (AL) 8,2 103/ul 4,5-11,0

Eritrosit (AE) 4,94 106/ul 4-5

Hemoglobin (Hb) 13,2 g/dl 12-16

Hemaotokrit (Ht) 38,9 % 38-47

MCV 78,7 FL 85-100

MCH 26,7 Pg 28-31

MCHC 33,9 g/dl 30-35

Trombosit (AT) 152 103/ul 150-450

SGOT 54 u/e

SGPT 81 u/e

Page 22: ASKEP DHF.docx

Hasil pengkajian di atas sesuai dengan apa yang telah di bahas pada materi

BAB I. Pasien memiliki tanda dan gejala yang sama dengan tanda dan gejala

DHF pada teori. Namun terdapat beberapa tanda gejala dimana pasien tidak

mengalami perdarahan pada uji turniket, tidak adnya epistaksis, petekie, gusi

berdarah, hematuria, dan melena. Hal ini menunjukkanbahwa pasien baru pada

tahap DHF derajad I.

Pada pemeriksaan penunjang hari pertama terdapat hasil IgM dan IgG

dengue negative. Jika dilihat dari sisi tersebut, pasien tidak mengalami DHF

melainkan trombositopenia. Namun meskipun demikian, kita tidak hanya melihat

pada sisi satu saja, selain itu pemeriksaan penunjang bukanlah akhir dalam

memutuskan diagnosa.

Pasien An. B dengan DHF memiliki beberapa diagnosa keperawatan yang

sesuai dengan teori pada BAB I, yaitu:

1. Defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler,

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan

darah (trombositopenia),

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hepatomegali akibat

inveksi virus,

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat akibat nafsu makan menurun

(anoreksia),

5. Gangguan pola eliminasi defekasi berhubungan dengan intake makanan tidak

adekuat, imobilisasi, penrunan motilitas usus, dan

6. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan kelemahan fisik.

Page 23: ASKEP DHF.docx

B. EVALUASI

Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit akibat virus dengue

yang dapat berdampak buruk jika tidak segera ditangani. Trombositopenia dengan

jumlah trombosit yang setiap hari menurun akan berakibat fatal, pasien dapat

mengalami syok hingga berakhir dengan kematian. Pasien An. B berhasil

diselamatkan dengan perawatan intensive dan pemberian tranfusi trombosit.

Jika terdapat tanda gejala seperti apa yang ada pada tanda gejala DHF,

perlu adanya kewaspadaan. Pemeriksaan darah rutin sangat dianjurkan untuk

mengetahui tingkat keparahan penyerangan virus DHF. Dengan demikian kita

dapat memberikan tindakan yang tepat dan cepat sebelum terjadinya syok.