Askep Anak Bronkitis Alergika

download Askep Anak Bronkitis Alergika

If you can't read please download the document

description

bronkitis pada anak

Transcript of Askep Anak Bronkitis Alergika

POLI ANAK

TINJAUAN TEORIBRONKITIS ALERGIKA

DefinisiBronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus dan trakea oleh berbagai sebab (Purnawan Junadi; 1982; 206).Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36).Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37).

Etiologi Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Ngastiyah; 1997; 37).Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Purnawan Junadi; 1982; 206).Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis (Ngastiyah; 1997; 37).A.PathofisiologiVirus dan kuman biasa masuk melalui port de entry mulut dan hidung dropplet infection yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan. Alergen

Aktivasi IG.E

Peningkatan pelepasan histamin

Infeksi sekunder oleh beberapa penyakitVirus/ bakteri memasuki tubuh (bakterimia/ viremia)Edema mukosa sel goblet memproduksi mukus

Demam Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan timbul lendir.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafasMungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder)Hipertermia

Malaise

Peningkatan frekwensi pernafasanNutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan keseimbangan cairanPerubahan pola nafas Penggunaan otot-otot bantu pernafasan.

Nyeri pada retrosternal

(Purnawan Junadi; 1982; 207).

Manifestasi klinik1.Tanda toksemi: Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat Diaphoresis, tachycardia, tachypnoe.

2.Tanda iritasi: Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret, rasa sakit dibawah sternum

3.Tanda obstruksi: sesak nafas, rasa mau muntah.

PrognosisBila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah; 1997; 37).

Penatalaksanaan dan terapiUntuk terapi disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk mengatasi gejala simptomatis (antipiretika, ekspektoran, antitusif, roburantia). Bila ada unsur alergi maka bisa diberikan antihistamin. Bila terdapat bronkospasme berikan bronkodilator.Penatalaksanaannya adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak daripada biasanya, dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat. Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan. Pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernafasan dan tuberkulosis.

Pengkajian1.Riwayat penyakit masa lalu

Faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran pernafasan atas, adanya riwayat alergi, stress).Frekwensi timbulnya wheezing, lama penggunaan obat-obat sebelumnya (paling akhir), riwayat asthma, adanya faktor keturunan terhadap alergi.

2.Pemeriksaan fisik

Peningkatan usaha dan frekwensi pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan (mungkin didapatkan adanya bentuk dada barrel/ tong), suara nafas (rales, ronchi, wheezing), peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, menunjukkan tanda dari terjadinya failure respiratory seperti diaporesis, kelelahan, penurunan kemampuan bereaksi decreased responsiveness dan cyanosis. Turgor kulit, ubun-ubun besar.Perubahan pada pemeriksaan gas darah, perubahan pada eosinopil (pada hitung jenis darah), pemeriksaan pada foto thoraks.3.Faktor pertumbuhan dan psikososial

Usia, seberapa jauh faktor pencetus mempengaruhi kehidupan sosial penderita, tingkat pengetahuan keluarga dan klien terhadap regimen pengobatan yang diberikan, mekanisme koping keluarga dan klien, kebiasaan yang dikaitkan dengan kenyamanan klien (waktu tidur, waktu istirahat dan benda kesayangan). Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya, kerabat keluarga dengan riwayat asthma.

4.Pengetahuan klien dan keluarga

Pengetahuan keluarga tentang pengobatan yang diberikan (nama, cara kerja, frekwensi, efek samping dan tanda-tanda terjadinya kelebihan dosis). Pengobatan non farmakologis non medicinal intervenstions seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen atau iritan (jika diketahui penyebab alergi), support sistem, kemauan dan tingkat pengetahuan keluarga.

Diagnosa keperawatan dan intervensi1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.

Tujuan:Jalan nafas bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan, dengan kriteria:Pada saat bernafas tidak menggunakan otot-otot bantu, frekwensi nafas dalam batas normal, suara nafas bronchovesikuler. Intervensi:a.Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan.b.Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien.

R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan.c.Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif

R/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat. d.Kolaborasi dalam pemberian ekspektoran.

R/ Ekspektoran mengandung regimen yang berfungsi untuk mengencerkan sekret agar lebih mudah dikeluarkan.e.Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu.

R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen.2.Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe.

Tujuan:Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan dengan kriteria:Produksi urine dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, denyut nadi dalam batas normal dan teraba penuh, ubun-ubun besar datar, mata tidak cowong.Intervensi:a.Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum yang adekuat.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.b.Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat.

R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan.c.Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral.

R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan perenteral/ per os.d.Observasi intake dan output

R/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan. e.Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum.

R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahan pada tanda vital, produksi urine.3.Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia

Tujuan:Suhu tubuh dalam batas normal setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria:Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.Intervensi:a.Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan.b.Berikan kompres.

R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres.c.Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak.

R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh.d.Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien.

R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi.e.Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus.f.Observasi tanda-tanda vital.

R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia, viremia 4.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa nausea, vomiting, malaise.

Tujuan:Nutrisi terpenuhi secara adekuat setelah mendapat tindakan keperawatan dengan kriteria:Berat badan dalam batas normal, terjadi peningkatan berat badan, klien mau menghabiskan makanan yang disajikan.Intervensi:a.Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan.b.Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.

R/ Merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal.c.Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.

R/ Dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah. d.Kolaborasi dalam pemberian vitamin/ roboransia.

R/ Roboransia memberikan efek dalam peningkatan nafsu makan.e.Observasi kemampuan klien dalam menghabiskan makanan, berat badan.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.5.Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, penggunaan alat-alat medis yang asing (tak dikenal).

Tujuan: Rasa cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dengan kriteria:Klien mengungkapkan sudah tidak takut terhadap tindakan perawatan, klien tampak tenang, klien kooperatif.Interevensi:a.Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan.

R/ Penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.b.Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan perawatan klien.

R/ Peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien.c.Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien.6.Kurang pengetahuan (pengobatan asthma, olah raga, alergen) berhubungan dengan terbatasnya informasi

Tujuan:Keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan dengan kriteria: Keluarga mampu menjelaskan lagi tentang pengobatan dan penatalaksanaan pada klien Bronchitis dengan menggunakan bahasanya sendiri. Intervensi:a.Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronchitis pada anak.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/ pengobatan.b.Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan.

R/ Olahraga ringan dapat membantu meningkatkan compliance paru.c.Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan.

R/ Mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan.d.Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas.

R/ Kemampuan keluarga dalam memberikan penjelasan mencerminkan tingkat pemahaman keluarga.

bronkitis

Bronkitis Oleh Ani Sasmita, mahasiswa Stikes Piala Sakti Pariaman, Sumbar Indonesia A. Definisi Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984).Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.Review Anatomi Fisiologi Sistem PernapasanPernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .a. HidungMerupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.

Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.b. FaringMerupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.c. LaringMerupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.d. TrakeaMerupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.e. BronkusMerupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paruMerupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.B. Klasifikasi 1. Batuk akutAdalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu. Penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rhinitis alergi, atau rhinitis karena iritan. Infeksi saluran nafas atas adalah penyebab utama batuk akut.2. Batuk berulangBatuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Untuk diagnosis batuk jenis ini direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi empiric dan uji lab terbatas. Penyebab yang paling umum adalah batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri, atau asma. Batuk pasca infeksi adalah batuk yang dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak komplikasi dengan pneumonia dan umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan.3. Batuk kronisBatuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau hanya sedikit diagnosis. Penelitian menunjukkan bahwa pada 95% pasien mengalami batuk kronis penyebabnya antara lain adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), bronchitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan ACE I. 5% sisanya disebabkan oleh kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis.

C. EtiologiPenyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Namun, di lingkungan sosio-ekonomi yang kurang baik bisa terdapat infeksi sekunder oleh bakteri untuk terjadinya bronkitis.Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :a. Spesifik1) Asma2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.5) Sindrom aspirasi.6) Penekanan pada saluran napas7) Benda asing8) Kelainan jantung bawaan9) Kelainan sillia primer10) Defisiensi imunologis11) Kekurangan anfa-1-antitripsin12) Fibrosis kistik13) Psikisb. Non-spesifik1) Asap rokok2) Polusi udara3) Patofisiologi

c. Virus (penyebab tersering infeksi)Masuk saluran pernapasan Sel mukosa dan sel silia Berlanjut Masuk saluran pernapasan(lanjutan) Menginfeksi saluran pernapasan Bronkitis Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir Pilek 3 4 hari Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) Riak jernih Purulent Encer Hilang Batuk Keluar Suara ronchi basah atau suara ningkatan sekresi bronkus tampaknyanapas kasar Nyeri subsernal Sesak napas Jika tidak hilang setelah tiga minggu Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr. Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981). D. Patofisiologi Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari kelenjer mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkiolus yang kecil-kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di bronkus. Selain itu, silia yang mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besaryang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.E. Tanda Dan GejalaMenurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala batuk akut yaitu :- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

Untuk penyakit bronkitis kronis gejalanya:Batuk yang memburuk di pagi hari dan dalam cuaca lembabSering menderita infeksi saluran pernafasan (seperti pilek atau flu ) dengan batuk yang produktif dan memburukAnoreksia sehingga berat badan klien sukar naikF. Komplikasia. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronikb. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumoniac. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksid. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

G. Pemeriksaan PenunjangTes fungsi paru-paruGas darah arteriRontgen dada Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemiaLaboratorium : Leukosit > 17.500, kadang-kadang LED meningkat Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambah.

H. Penatalaksanaana. Tindakan PerawatanPada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendira) Sering mengubah posisib) Banyak minumc) Inhalasid) Nebulizere) Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lainb. Tindakan Medisa) Jangan beri obat antihistamin berlebihb) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterialc) Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali seharid) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

I. PencegahanMenurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.a. Membatasi aktivitas anakb. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernyac. Hindari makanan yang merangsangd. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangate. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. L.D. (1997). Nursing diagnosis; application to clinical practice. 7th Edition. Lippincott. Philadelpia. New York.Ngastiyah (1998). Perawatan Anak Sakit. EGC. JakartaSoetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.dr. Rusepno Hasan (1981).Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.EGC.Jakarta(Gunadi Santoso, 1994).(Taussig, 1982; Rahayu, 1984).

Diposkan 11th July 2012 oleh Ani Sasmita bronkitis Jul11 as