Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis
-
Upload
tia-nagzz-wbs -
Category
Documents
-
view
54 -
download
7
description
Transcript of Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bronchitis akut didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif
yang ditandai oleh produksi mucus berlebihan disaluran napas bawah selama
paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-
turut.
Mucus yang berlabihan terjadi akibat dysplasia sel-sel penghasil mucus
dibronkus. Selain itu, silia yang melapis bronkus mangalami kelumpuhan
atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel
penghasil mucus dan sel-sel silia ini mengganggu sitem escalator mukosiliaris
dan menyababkan kelumpuhan mucus kental dalam jumlah besar yang sulit
dikeluarkan dari saluran napas. Mucus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikro-organisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.
Ventilasi, terutama ekshalasi atau ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnea karena ekspirasi menjadi memanjang dan sulit dilakukan akibat
mucus yang kental dan adanya peradangan. Penurunan ventilasi
menyebabkan penurunan V/Q yang mengakibatkan vasokonstriksi hipoksik
paru dan hipertensi paru. Walaupun alveolus normal vasokonstriksi hipoksik
dan buruknya ventilasi menyebabkan berkurangnya pertukaran oksigen dan
hipoksia.
Risiko utama untuk timbulnya bronchitis kronik adalah merokok.
Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada
sel-sel penghasilan mucus bronkus dan silia. Komponen-komponen tersebut
juga merangsang peradangan kronik, yang merupakan ciri khas bronchitis
kronik.
1
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi pada system respirasi?
1.2.2 Bagaimana fisiologi pada sistem respirasi ?
1.2.3 Apa definisi bronchitis kronik ?
1.2.4 Apa Klasifikasi dari bronchitis kronik?
1.2.5 Apa etiologi dari bronchitis kronik ?
1.2.6 Apa saja tanda dan gejala bronchitis kronik?
1.2.7 Bagaimana patofisiologi bronchitis kronik ?
1.2.8 Bagaimana pathway dari bronchitis kronil?
1.2.9 Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada klien bronchitis kronik ?
1.2.10Bagaimana penatalaksanaan medis pada klien bronchitis kronik?
1.2.11Bagaimana asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik ?
1.2.12 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit bronchitis kronik
1.3.1.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronis.
1.3.1.3 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis
kronik
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui anatomi pada system respirasi
1.3.2.2 Untuk mengetahui fisiologi pada system respirasi.
1.3.2.3 Untuk mengetahui definisi bronchitis kronik.
1.3.2.4 Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis kronik
1.3.2.5 Untuk mengetahui etiologi bronchitis kronik.
1.3.2.6 Untuk mengetahui tanda dan gejala bronchitis kronik
1.3.2.7 Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis kronik.
1.3.2.8 Untuk mengetahui pathway dari bronchitis kronik
1.3.2.9 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien bronchitis kronik.
1.3.2.10Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien bronchitis
kronik.
2
1.3.2.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik.
1.3.2.12 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis
kronik
1.4 Manfaat
1.4.1.1 Untuk mengetahui anatomi pada system respirasi
1.4.1.2 Untuk mengetahui fisiologi pada system respirasi.
1.4.1.3 Untuk mengetahui definisi bronchitis kronik.
1.4.1.4 Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis kronik
1.4.1.5 Untuk mengetahui etiologi bronchitis kronik.
1.4.1.6 Untuk mengetahui tanda dan gejala bronchitis kronik
1.4.1.7 Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis kronik.
1.4.1.8 Untuk mengetahui pathway dari bronchitis kronik
1.4.1.9 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien bronchitis kronik.
1.4.1.10Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien bronchitis
kronik.
1.4.1.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik.
1.4.1.12 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis
kronik
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kosep Dasar penyakit
2.1.1 Antomi Sistem Pernapasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,
faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior
adalah saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara
kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga hidung). Rongga
hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang
mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa
berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal). Laring (tenggorok)
terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan dari columna
vertebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
4
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligamen dan membran. Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm
panjangnya trachea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi).
Trakhea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran di sebelah belakang trakhea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian
kirakira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah
dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan,
dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa
cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kemudian menjadi lobus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus. Yang ukurannya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronchiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm. bronkiolus tidak diperkuat
oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.
5
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau kadang disebut
lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm. terdapat sekitar 20 kali
percabangan mulai dari trachea sampai sakus alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan.
Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan
dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan
paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas. (Pearce,2002)
2.1.2 Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
ekternal, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas, dan
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam darah
dalam kapiler pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan
dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika konsentrasi
dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam
otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi
pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah
(hemoglobin) yang banyak mengandun oksigen dari seluruh tubuh masuk
kedalam jaringan mengambil karbon dioksida dibawa ke paru-paru dan di
6
paru-paru terjadi pernafasan eksterna. Besarnya daya muat udara dalam paru-
paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10
%, kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang
dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan pernafasan
pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara normal, ekspirasi
akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada bayi ada kalanya
terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga penafasan terbalik.
(Syaifuddin, 2006).
2.1.3 Definisi Bronchitis Kronis
Bronkitis kronis
didefinisikan sebagai
adanya batuk produktif
yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2
tahun berturut-turut.
(Bruner & Suddarth,
2002).
Bronchitis kronik
didefinisikan sebagai
adanya batuk produktif
yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk
dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.
Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama
bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap
kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,
dan mikroplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronchitis akut.
Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin.
Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi yang
rentan.
7
2.1.4 Klasifikasi Bronchitis Kronis
Berdasarkan klinis dibedakan menjadi 3 :
- Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
- Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai
dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
- Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis
with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi
2.1.5 Etiologi
Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama
bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap
kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,
dan mikroplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronchitis akut.
Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin.
Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi yang
rentan.
Terdapat beberapa faktor yang merupakan etiologi bronkitis kronis, yaitu:
a. Rokok
Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dengan penurunan VEP
(Volume Ekspirasi Paksa) dalam satu
detik. Secara patologis rokok
berhubungan dengan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus dan metaplasia inhibisi
aktivitas sel rambut getar, makrofag
alveolar dan surfaktan.
b. Infeksi
Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seseorang penderita
bronkhitis kronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah,
serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkhitis
8
disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Bakteri yang paling sering
adalah Haemophilus influenzae dan Streptococus Pneumonia.
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit
bronkhitis, tetapi bila ditambah merokok, faktor akan lebih tinggi.
d. Keturunan
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali dengan penderita dengan defisiensi alpha-1 anti tripsin yang
merupakan suatu protein. Kerja protein ini adalah menetralkan enzim
proteolitik yang merusak jaringan, sehingga defisiensi alpha-1 anti tripsin
menyebabkan kerusakan jaringan.
e. Faktor Sosial Ekonomi
Kematian pada penderita bronkhitis kronik ternyata labih banyak pada
golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan oleh faktor
lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
f. Usia Tua
Dengan bertambahnya usia, daya tahan tubuh akan menurun, sehingga
pria yang sejak awal merokok tentu akan lebih rentan terhadap penyakit ini.
2.1.6 Tanda dan Gejala
Keluhan yang dirasakan oleh penderita bronchitis kronik antara lain:
- Batuk yang sangat produktif, purulen dan mudah memburuk dengan
inhalasi iritan, udara dingin atau infeksi
- Produksi mucus dalam jumlah yang sangat banyak
- Dyspnea
- Riwayat merokok, riwayat paparan polutan
Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:
- Inspeksi
Pursed lips breathing.
9
Barrel chest
Penggunaan otot bantu pernafasan
Hipertrofi otot bantu pernafasan
JVP meningkat
Edema tungkai bawah
Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk,
sianosis, edema tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di
sentral dan perifer
- Palpasi
Fremitus melemah
- Perkusi
Hipersonor
- Auskultasi
Suara nafas vesikuler normal atau melemah
Ronki dan mengi saat nafas biasa atau eskpirasi paksa
Eskpirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
2.1.7 Patofisiologi
Gambaran khas pada bronkitis kronis adalah hipersekresi mukus, yang
dimulai di saluran nafas besar. Meskipun faktor penyebab terpenting adalah
merokok, polutan udara lain, seperti sulfur dioksida dan nitrogen dioksida,
juga berperan. Berbagai iritan ini memicu hipersekresi kelenjar mukosa
bronkus, menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa, dan menyebabkan
pembentukan metaplastik sel goblet penghasil musin di epitel permukaan
bronkus. Selain itu, zat tersebut juga menyebabkan peradangan dengan
infiltrasi sel T CD8+, makrofag, dan neutrofil. Berbeda dengan asma, pada
bronkitis kronis eosinofil jarang ditemukan, kecuali jika pasien mengidap
bronkitis asmatik. Dipostulasikan bahwa banyak efek iritan lingkungan pada
epitel pernafasan diperantarai melalui reseptor faktor pertumbuhan epidermis.
Sebagai contoh, transkripsi gen musin MUC5AC, yang meningkat sebagai
10
akibat terpajan asap tembakau, baik in vitro maupun in vivo pada model
eksperimental, sebagian diperantarai oleh jalur reseptor faktor pertumbuhan
epidermis. Infeksi mikroba sering terjadi, tetapi hanya berperan sekunder,
terutama dengan mempertahankan peradangan dan memperparah gejala
(Robin, 2007).
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan
infiltraasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus
yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk kronis. Batuk kronik
yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi
bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim di daerah
industri. Polusi udara yan terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositsis, sehingga
timbunan mukus menigkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah. Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa
bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan
serta distorsi akibat fibrosis.
Gambar 1. Patogenesis bronchitis kronik
11
Berbagai faktor risiko untuk terjadinya bronkitis kronis (merokok, polusi
udara, infeksi berulang, dll) menimbulkan kondisi inflamasi pada bronkus.
Perubahan patologi yang terjadi pada trakea, bronki dan bronkiolus terus
sampai ke saluran napas kecil (diameter 2-4 mm) berupa infiltrasi permukaan
epitel jalan napas, kelenjar duktus, kelenjar-kelenjar dengan eksudat
inflamasi (sel dan cairan) yang didominasi oleh sel T limfosit (CD8+),
makrofag dan neutrofil. Proses inflamasi kronik itu berhubungan dengan
metaplasia sel goblet dan sel squamosa dari epitelium, peningkatan ukuran
epitelepitel kelenjar, peningkatan banyak otot polos dan jaringan penunjang
pada dinding jalan napas, serta degenerasi tulang rawan jalan napas. Semua
perubahan patologi itu bertanggung jawab terhadap gejala pada bronkitis
kronis yaitu batuk kronik dan produksi sputum berlebihan seperti yang
dijelaskan sebagai definisi bronkitis kronis dengan kemungkinan
berkombinasi dengan masalah jalan napas perifer dan emfisema.
12
2.1.8 Pathway
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X dada
Dengan melakukan pemeriksaan sinar X dada dapat dinyatakan
hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area
udara retrosternal, penurunan tanda vaskularisasi/buta (emfisema),
13
peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama
periode remisi (asma).
b. Tes fungsi paru
Tes ini dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obtruksi atau restriksi,
untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevalusi efek
terapi, misalnya bronkodilator.
c. TLC
Tes ini dilakukan untuk melihat peningkatan pada luasnya
bronkitis dan kadang-kadang pada asma, penurunan emfisema.
Kapasitas inspirasi : Menurun pada emifisema
Volume residu : Meningkat pada emfisema, bronkitis kronis dan
asma
d. FEV/FVC
Rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat
menurun pada bronkitis dan asma.
e. GDA
Memperkirakan progresi proses penyakit kronis, PaCO2 normal
menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkitis kronis dan
emfisema) tetapi sering menurun pada asma.
f. Bronkogram
Dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi,
kolaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema), pembesaran duktus
mukosa yang terlihat pada bronkitis.
g. EKG latihan, tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevalusi
keefektifan terapi brokodilator, perencanaa/ evaluasi program
latihan.
a. Penatalaksanaan Medis
b. Batuk Efektif dan Napas Dalam
14
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk
membersihkan sekret. Tujuan napas dalam dan batuk adalah untuk
meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek
samping dari retensi sekresi. Pasien diberi posisi duduk tegak pada
tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki disokong. Pasien dianjurkan
untuk mengambil napas dalam dan perlahan. Bila sekret terauskultasi,
kemudian batuk dimulai pada inspirasi maksimum.
c. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser
tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat
berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau
obat berefek panjang (long acting). Macam - macam
bronkodilator :
- Golongan antikolinergik: digunakan pada derajat ringan
sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari)
- Golongan agonis beta – 2: bentuk inhaler digunakan untuk
mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat
sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek
panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka
panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta – 2: kombinasi
kedua golongan obat ini akan memperkuat efek
bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja
yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi
lebih sederhana dan mempermudah penderita.
15
- Golongan xantin: dalam bentuk lepas lambat sebagai
pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada
derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk
mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau
drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka
panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
d. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi,
dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi
sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
e. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang
digunakan:
- Lini I : amoksisilin, makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin,
kuinolon, makrolid baru
f. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N - asetilsistein.
g. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi
pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Anamnesa
16
1) Biodata
Kaji biodata mulai dari nama, alamat, usia, pendidikan, agama.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien. Apakah klien pernah atau sedang menderita
suatu penyakit lainnya dan pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Dan tanyakan juga tindakan apa saja yang telah dilakukan
serta obat apa saja yang telah dikonsumsi
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien pada umumnya mengeluh sering batuk, demam, suara serak dan
kadang nyeri dada.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami
penyakit yang sama dengan penyakit klien. Dan tanyakan apakah ada
anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat lainnya.
5) Aktivitas sehari-hari di rumah
Kaji pola makan, minum, eliminasi BAB, eiminasi BAK, istirahat tidur
dan kebiasaan klien.
6) Riwayat Psikososial-Spiritual
Psikologis : apakah klien menerima penyakit yang dideritanya
atau menarik diri ?
Sosial : bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan
sekitar sebelum dan selama sakit dan apakah klien dapat
beradaptasi dengan lingkungan baru (rumah sakit) ?
Spiritual : apakah dan bagaimana klien mengerjakan
ibadahnya saat sakit ?
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tingkat keamanan
GCS
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :
Suhu :
17
Nadi :
Repsirasi rate :
Pengkajian per sistem
(a) Kepala dan leher
Kepala : Kaji bentuk danada tidaknya benjolan.
Mata : Kaji warna sklera dan konjungtiva.
Hidung : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping
hidung.
Telinga : Kaji
Mulut : Kaji mukosa dan kebersihannya.
Leher : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.
(b) Sistem Integumen
a. Rambut : Kaji warna dan kebersihannya.
b. Kulit : Kaji warna dan ada tidaknya lesi.
c. Kuku : Kaji bentuk dan kebersihannya.
d. Sistem Pernafasan
e. Inspeksi : biasanya pada klien bronkhitis terjadi
sesak, bentuk dada barrel chest, kifosis.
f. Palpasi : Iga lebih horizontal.
g. Auskultasi : Adakah kemungkinan terdapat bunyi
napas tembahan, biasanya terdengar ronchi.
(c) Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi : Kaji apakah ada pembesaran vena
ingularis.
b. Palpasi : Kaji apakah nadi teraba jelas dan
frekwensi nadi.
c. Auskultasi : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara
tambahan.
(d) Sistem Pencernaan
a. Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya
lesi.
b. Palpasi : Kaji apakah ada nyeri tekan
18
c. Perkusi : Kaji apakah terdengar bunyi thympani
d. Auskultasi : Kaji bunyi peristaltik usus.
(e) Sistem Reproduksi
Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien
sudah menikah.
(f) Sistem Pergerakan Tubuh
Kaji kekuatan otot klien.
(g) Sistem Persyaratan
Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.
(h) Sistem Perkemihan
Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
- Darah rutin : Hb, Ht dan leukosit boleh didapatkan meningkat3
- Analisa gas darah : hipoksia dan hiperkapnia
2. Pemeriksaan faal paru
- Spirometri : Ditemukan adanya penurunan kapasitas vital (VC)
dan volume ekspirasi kuat (FEV) serta peningkatan volume
residual (RV) dengan kapasitas paru total (TC) normal atau
meningkat.
3. Radiologi
Rontgen thorax (PA/Lateral)
- Corakan bronkovaskuler meningkat
- Tram-track appearance : penebalan dinding bronkial3
19
20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
21
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
2.2.3 Perencanaan
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN CRITERIA
HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak
Efektif
Definisi : Ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan
jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
- Dispneu,
Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara
nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan
berbicara
- Batuk, tidak
efekotif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan
frekuensi dan irama
nafas
Faktor-faktor yang
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
NIC :
Airway suction
1. Pastikan kebutuhan
oral / tracheal
suctioning
2. Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
3. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
4. Minta klien nafas
dalam sebelum
suction dilakukan.
5. Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
6. Gunakan alat yang
steril sitiap
melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam setelah
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8. Monitor status
oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga
22
berhubungan:
- Lingkungan :
merokok, menghirup
asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi
- Fisiologis :
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
- Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan
nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus,
adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di
alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas.
nafas bagaimana cara
melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
Airway Management
1. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan
4. Pasang mayo bila
perlu
5. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
6. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction
pada mayo
9. Berikan
bronkodilator bila
23
perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2
2 Gangguan Pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau
kekurangan dalam oksigenasi
dan atau pengeluaran
karbondioksida di dalam
membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
NOC :
Respiratory Status :
Gas exchange
Respiratory Status :
ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
Memelihara
kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda
tanda distress
pernafasan
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
NIC :
Airway Management
Buka jalan
nafas, guanakan
teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
tambahan
Lakukan
24
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal
Faktor faktor yang
berhubungan :
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
perubahan membran
kapiler-alveolar
Tanda tanda vital dalam
rentang normal
suction pada mayo
Berika
bronkodilator bial
perlu
Barikan
pelembab udara
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan status
O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata –
rata, kedalaman,
irama dan usaha
respirasi
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi
trakea
Monitor
25
kelelahan otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi
suara nafas, catat
area penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi
suara paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi dan/atau ekspirasi
tidak adekuat
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran
udara per menit
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
NIC :
Airway Management
Buka jalan
nafas, guanakan
teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo
bila perlu
26
- Perubahan penyimpangan
dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point
position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter
anterior-posterior
- Pernafasan
rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau >
60
Usia 1-4 : < 20
atau > 30
Usia 5-14 : < 14
atau > 25
Usia > 14 : < 11
atau > 24
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume
tidalnya 500 ml saat
istirahat
Bayi volume
tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
- Hiperventilasi
- Deformitas
tulang
- Kelainan
bentuk dinding dada
- Penurunan
energi/kelelahan
-
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
tambahan
Lakukan
suction pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan status
O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan
jalan nafas yang
paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
27
Perusakan/pelemaha
n muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot
pernafasan
- Hipoventilasi
sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas
Neurologis
Pertahankan
posisi pasien
Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
28
Monitor suara
paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
4 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak
cukup untuk keperluan
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang
dari RDA (Recomended
Daily Allowance)
- Membran mukosa dan
NOC :
Nutritional Status :
food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
NIC :
Nutrition Management
Kaji adanya
alergi makanan
Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
29
konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut
- Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
protein dan vitamin
C
Berikan substansi
gula
Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
30
Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor
lingkungan selama
makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
Monitor mual
dan muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor
makanan kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori
dan intake nuntrisi
Catat adanya
31
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5 Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko
masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan lingkungan
- Ruptur membran
amnion
- Agen farmasi
(imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan
paparan lingkungan
patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan
imum buatan
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
NOC :
Immune Status
Knowledge :
Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit
dalam batas normal
Menunjukkan
perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control
(Kontrol infeksi)
Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Pertahankan
teknik isolasi
Batasi
pengunjung bila
perlu
Instruksikan
pada pengunjung
untuk mencuci
tangan saat
berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan
pasien
Gunakan
sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
Cuci tangan
setiap sebelum dan
sesudah tindakan
kperawtan
Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
32
respon inflamasi)
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh
statis, perubahan sekresi
pH, perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan
kateter intermiten
untuk menurunkan
infeksi kandung
kencing
Tingktkan
intake nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor
hitung granulosit,
WBC
Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
Batasi
pengunjung
Saring
pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan
33
teknik aspesis pada
pasien yang
beresiko
Pertahankan
teknik isolasi k/p
Berikan
perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit
dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
Ispeksi
kondisi luka / insisi
bedah
Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong
masukan cairan
Dorong
istirahat
Instruksikan
pasien untuk minum
antibiotik sesuai
resep
Ajarkan
pasien dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan
kultur positif
34
6 Intoleransi aktivitas b/d curah
jantung yang rendah,
ketidakmampuan memenuhi
metabolisme otot rangka,
kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia,
dyspneu dan status nutrisi
yang buruk selama sakit
Intoleransi aktivitas b/d
fatigue
Definisi : Ketidakcukupan
energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang
diminta atau aktifitas sehari
hari.
Batasan karakteristik :
a. melaporkan secara
verbal adanya kelelahan
atau kelemahan.
b. Respon abnormal
dari tekanan darah atau
nadi terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG
yang menunjukkan
aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspneu
atau ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
Faktor factor yang
berhubungan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan
NOC :
Energy
conservation
Self Care :
ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri
NIC :
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas
Dorong anal
untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi
dan sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik dan
emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola
tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
Bantu klien
35
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
36
beraktivitas
Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
7 Cemas b/d penyakit kritis,
takut kematian atau
kecacatan, perubahan peran
dalam lingkungan social atau
ketidakmampuan yang
permanen.
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak
jelas dari ketidaknyamanan
atau ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya
ancaman yang akan datang
dan memungkinkan individu
untuk mengambil langkah
untuk menyetujui terhadap
tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
Gunakan
pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan
dengan jelas
harapan terhadap
pelaku pasien
Jelaskan
semua prosedur dan
apa yang dirasakan
selama prosedur
Pahami
prespektif pasien
terhdap situasi stres
Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
Berikan
informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Dorong
keluarga untuk
menemani anak
37
Sedih
Fokus pada
diri
Kekhawatiran
Cemas
Lakukan
back / neck rub
Dengarkan
dengan penuh
perhatian
Identifikasi
tingkat kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
8 Kurang pengetahuan b/d
keterbatasan pengetahuan
penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang
diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul dan
perubahan gaya hidup
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya
informasi kognitif
sehubungan dengan topic
spesifik.
NOC :
Kowlwdge :
disease process
Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan
keluarga menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan
keluarga mampu
NIC :
Teaching : disease
Process
1. Berikan
penilaian tentang
tingkat pengetahuan
pasien tentang
proses penyakit
yang spesifik
2. Jelaskan
patofisiologi dari
penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan
38
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya
masalah, ketidakakuratan
mengikuti instruksi, perilaku
tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan :
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber
informasi.
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
dengan anatomi dan
fisiologi, dengan
cara yang tepat.
3. Gambarkan
tanda dan gejala
yang biasa muncul
pada penyakit,
dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan
proses penyakit,
dengan cara yang
tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
cara yang tepat
6. Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari
harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
dan atau proses
39
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di komunitas
lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
2.2.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
40
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada
pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,
meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (DoengesMarilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
2.2.5 Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon
pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa
hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon
pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi
keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas
efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukannutrisi
adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,
kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.
(Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
2.3 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis Kronis
2.3.1 Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 84 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Paranggupito, Wonogiri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
41
Suku : Jawa
No RM : 0909xx
2.3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Batuk berdahak
Keluhan Tambahan: Sesak napas
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Umum BBKPM Surakarta dengan keluhan
batuk berdahak ± selama 2 minggu yang lalu. Batuk berdahak dirasakan
hilang timbul dalam 1 tahun timbul 3-5 kali berobat selama lebih dari 2
tahun terakhir. Batuk dirasakan semakin memberat terutama saat
dingin, memasak dan saat pasien menyapu di rumah. Batuk dengan
dahak berwarna putih kental. Keluhan diperberat dengan sesak nafas.
Keluhan lain: pilek (+) nyeri kepala (+) dan demam sumer-sumer
selama kurang lebih 1 minggu.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : diakui
Riwayat hipertensi : diakui
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penggunaan OAT : disangkal
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat penderita TB paru : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat keluarga merokok : diakui
d. Riwayat Lingkungan
Riwayat penggunaan obat nyamuk bakar : disangkal
42
Riwayat penggunaan kayu bakar : diakui
e. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, tidak bekerja dan
hanya melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah,
menyapu dan memasak. Pasien memasak dengan menggunakan kayu
bakar.
2.3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah: 140/96 mmHg RR: 36x/menit
Nadi: 81 x/menit -
Pemeriksaan Fisik
Kepala normocephal, deformitas (-)
Mata konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/),
edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+),
pupil bulat isokor 3mm/3mm
Leher Bentuk normal, PKGB (-), peningkatan JVP
(-)
Thoraks :
Cor Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tidak tampak
Palpasi Ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra,
kuat angkat (+)
Perkusi Batas kanan atas : SIC II, linea parasternalis dextra
Batas kanan bawah : SIC IV, linea parasternalis dextra
Batas kiri atas : SIC II, linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah : SIC V, linea midclavicula sinistra
Auskultasi Bunyi jantung I-II intensitas regular, bising (-)
43
Pulmo Depan Belakang
Inspeksi Simetris,
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi intercostae (-)
Simetris,
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi intercostae (-)
Palpasi Gerak dada simetris
Fremitus normal
Gerak dada simetris
Fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (+/-)
SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (+/-)
Abdomen :
Inspeksi Permukaan perut sama tinggi dengan permukaan
dada, tidak ada sikatrik
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Palpasi Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Timpani tersebar merata di keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :
Superior dextra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
Superior sinistra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
Inferior dextra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
Inferior sinistra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
44
Hasil:
- Pulmo:
Corakan Bronkovaskuler meningkat/kasar
Infiltrat (-), Diafragma dan sinus dalam batas normal
- Cor:
Cardiomegali (-)
Kesan: Bronkitis kronik
2.3.5 Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
45
e. Resiko infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
2.3.6 Perencanaan Keperawatan
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN CRITERIA
HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak
Efektif
Definisi : Ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan
jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
- Dispneu,
Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara
nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan
berbicara
- Batuk, tidak
efekotif atau tidak ada
- Mata melebar
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status : Airway
patency
Aspiration Control
Kriteria Hasil :
4. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
5. Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
NIC :
Airway suction
11. Pastikan kebutuhan
oral / tracheal
suctioning
12. Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
13. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
14. Minta klien nafas
dalam sebelum
suction dilakukan.
15. Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
16. Gunakan alat yang
steril sitiap
melakukan tindakan
17. Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam setelah
46
frekuensi dan irama
nafas
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Lingkungan :
merokok, menghirup
asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi
- Fisiologis :
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
- Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan
nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus,
adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di
alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas.
abnormal)
6. Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
18. Monitor status
oksigen pasien
19. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
20. Hentikan suksion dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
Airway Management
13. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
14. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
15. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan
16. Pasang mayo bila
perlu
17. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
18. Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
19. Auskultasi suara
nafas, catat adanya
47
suara tambahan
20. Lakukan suction
pada mayo
21. Berikan
bronkodilator bila
perlu
22. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
23. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
24. Monitor respirasi dan
status O2
2 Gangguan Pertukaran gas
Definisi : Kelebihan atau
kekurangan dalam oksigenasi
dan atau pengeluaran
karbondioksida di dalam
membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
NOC :
Respiratory Status :
Gas exchange
Respiratory Status :
ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
Memelihara
kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda
tanda distress
pernafasan
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
NIC :
Airway Management
Buka jalan
nafas, guanakan
teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk
48
sianosis
warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal
Faktor faktor yang
berhubungan :
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
perubahan membran
kapiler-alveolar
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal
atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
tambahan
Lakukan
suction pada mayo
Berika
bronkodilator bial
perlu
Barikan
pelembab udara
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan status
O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata –
rata, kedalaman,
irama dan usaha
respirasi
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
Monitor pola
nafas : bradipena,
49
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi
trakea
Monitor
kelelahan otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi
suara nafas, catat
area penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi
suara paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3 Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi dan/atau ekspirasi
tidak adekuat
Batasan karakteristik :
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
NIC :
Airway Management
Buka jalan
nafas, guanakan
teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
50
udara per menit
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Nasal flaring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan
dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point
position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter
anterior-posterior
- Pernafasan
rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau >
60
Usia 1-4 : < 20
atau > 30
Usia 5-14 : < 14
atau > 25
Usia > 14 : < 11
atau > 24
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume
tidalnya 500 ml saat
istirahat
Bayi volume
tidalnya 6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
- Hiperventilasi
- Deformitas
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan
sekret dengan batuk
atau suction
Auskultasi
suara nafas, catat
adanya suara
tambahan
Lakukan
suction pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan status
O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan
51
tulang
- Kelainan
bentuk dinding dada
- Penurunan
energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemaha
n muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot
pernafasan
- Hipoventilasi
sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas
Neurologis
jalan nafas yang
paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan
posisi pasien
Onservasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
52
Monitor kualitas
dari nadi
Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
Monitor suara
paru
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
4 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak
cukup untuk keperluan
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau
NOC :
Nutritional Status :
food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
NIC :
Nutrition Management
Kaji adanya
alergi makanan
Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
53
lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang
dari RDA (Recomended
Daily Allowance)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut
- Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
badan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
Berikan substansi
gula
Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
54
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor
lingkungan selama
makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
Monitor mual
dan muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor
makanan kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
55
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori
dan intake nuntrisi
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
5 Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko
masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan lingkungan
- Ruptur membran
amnion
- Agen farmasi
(imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan
paparan lingkungan
patogen
- Imonusupresi
NOC :
Immune Status
Knowledge :
Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit
dalam batas normal
Menunjukkan
perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Control
(Kontrol infeksi)
Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Pertahankan
teknik isolasi
Batasi
pengunjung bila
perlu
Instruksikan
pada pengunjung
untuk mencuci
tangan saat
berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan
pasien
Gunakan
sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
Cuci tangan
setiap sebelum dan
56
- Ketidakadekuatan
imum buatan
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh
statis, perubahan sekresi
pH, perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
sesudah tindakan
kperawtan
Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
Ganti letak IV
perifer dan line
central dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan
kateter intermiten
untuk menurunkan
infeksi kandung
kencing
Tingktkan
intake nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor
hitung granulosit,
WBC
Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
Batasi
57
pengunjung
Saring
pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan
teknik aspesis pada
pasien yang
beresiko
Pertahankan
teknik isolasi k/p
Berikan
perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit
dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
Ispeksi
kondisi luka / insisi
bedah
Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong
masukan cairan
Dorong
istirahat
Instruksikan
pasien untuk minum
antibiotik sesuai
resep
Ajarkan
pasien dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
58
menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan
kultur positif
6 Intoleransi aktivitas b/d curah
jantung yang rendah,
ketidakmampuan memenuhi
metabolisme otot rangka,
kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia,
dyspneu dan status nutrisi
yang buruk selama sakit
Intoleransi aktivitas b/d
fatigue
Definisi : Ketidakcukupan
energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang
diminta atau aktifitas sehari
hari.
Batasan karakteristik :
a. melaporkan secara
verbal adanya kelelahan
atau kelemahan.
b. Respon abnormal
dari tekanan darah atau
nadi terhadap aktifitas
c. Perubahan EKG
yang menunjukkan
aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspneu
atau ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
NOC :
Energy
conservation
Self Care :
ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi
dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri
NIC :
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas
Dorong anal
untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi
dan sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik dan
emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola
tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan
59
Faktor factor yang
berhubungan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
60
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik, emoi, social
dan spiritual
7 Cemas b/d penyakit kritis,
takut kematian atau
kecacatan, perubahan peran
dalam lingkungan social atau
ketidakmampuan yang
permanen.
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak
jelas dari ketidaknyamanan
atau ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);
perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya
ancaman yang akan datang
dan memungkinkan individu
untuk mengambil langkah
untuk menyetujui terhadap
NOC :
Anxiety control
Coping
Impulse control
Kriteria Hasil :
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
NIC :
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
Gunakan
pendekatan yang
menenangkan
Nyatakan
dengan jelas
harapan terhadap
pelaku pasien
Jelaskan
semua prosedur dan
apa yang dirasakan
selama prosedur
Pahami
prespektif pasien
terhdap situasi stres
Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
Berikan
61
tindakan
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada
diri
Kekhawatiran
Cemas
kecemasan informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Dorong
keluarga untuk
menemani anak
Lakukan
back / neck rub
Dengarkan
dengan penuh
perhatian
Identifikasi
tingkat kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
8 Kurang pengetahuan b/d
keterbatasan pengetahuan
penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang
diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul dan
perubahan gaya hidup
NOC :
Kowlwdge :
disease process
Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
Pasien dan
keluarga menyatakan
NIC :
Teaching : disease
Process
1. Berikan
penilaian tentang
tingkat pengetahuan
pasien tentang
proses penyakit
62
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya
informasi kognitif
sehubungan dengan topic
spesifik.
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya
masalah, ketidakakuratan
mengikuti instruksi, perilaku
tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan :
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber
informasi.
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
yang spesifik
2. Jelaskan
patofisiologi dari
penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan
dengan anatomi dan
fisiologi, dengan
cara yang tepat.
3. Gambarkan
tanda dan gejala
yang biasa muncul
pada penyakit,
dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan
proses penyakit,
dengan cara yang
tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna
cara yang tepat
6. Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari
harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya
63
hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di komunitas
lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
64
2.3.7 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya
untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,
meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit
(DoengesMarilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
2.3.8 Evaluasi Keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon
pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil
yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif
dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil
pasien yang mungkin diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan
nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,
kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.
65
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi
yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.
Penyebabnya rokok, polutan, infeksi, keturunan, usia dan lain lain. Risiko
utama untuk timbulnya bronchitis kronik adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel
penghasilan mucus bronkus dan silia. Komponen-komponen tersebut juga
merangsang peradangan kronik, yang merupakan ciri khas bronchitis kronik.
Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan
sel-sel goblet meningkatkan jumlahnya, fungsi silia menurun , dan lebih
banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit
dan tersumbat.
Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan
membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar,
yang berperan penting dalam manghancurkan partikel asing, termasuk
bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran
pernapasan. .penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin
terjadi perubahan yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan emfisema
dan bronkiektasis.
3.2 Saran
66
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan bergaya hidup sehat dan cara
menjaga diri dari lingkungan dan meningkatkan asupan makanan yang bergizi
yang meningkatakan daya tahan tubuh serta diet tinggi serat yang mempunyai
efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)., 2003. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK): Pedoman diagnostic dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Ganong, William F. 2003. A Lange Medical Book: Review of Medical
Physiology - 21st Edition, USA: McGraw-Hill Companies, Inc.
Guyton, Arthur C., and John E. Hall. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Davey, Patrick, 2006. At a Glance Medicine, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal; 89
Harrison, T.R. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th edition,
USA: The Mac Graw-Hill Companies. Mansjoer, Arif, dkk., ed.
2005. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi ke-3 . Jakarta: Media
Aesculapius.
West, John B., 2003. Pulmonary Pathophysiology, The Essential Sixth
Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwers
Company.
67