Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

107
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bronchitis akut didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mucus berlebihan disaluran napas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. Mucus yang berlabihan terjadi akibat dysplasia sel-sel penghasil mucus dibronkus. Selain itu, silia yang melapis bronkus mangalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mucus dan sel-sel silia ini mengganggu sitem escalator mukosiliaris dan menyababkan kelumpuhan mucus kental dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mucus berfungsi sebagai tempat persemaian mikro- organisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekshalasi atau ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnea karena ekspirasi menjadi memanjang dan sulit dilakukan akibat mucus yang kental dan adanya peradangan. Penurunan ventilasi menyebabkan penurunan V/Q yang mengakibatkan vasokonstriksi hipoksik paru dan 1

description

Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. (Bruner & Suddarth, 2002).Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikroplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronchitis akut. Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi yang rentan.

Transcript of Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Page 1: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronchitis akut didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif

yang ditandai oleh produksi mucus berlebihan disaluran napas bawah selama

paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun berturut-

turut.

Mucus yang berlabihan terjadi akibat dysplasia sel-sel penghasil mucus

dibronkus. Selain itu, silia yang melapis bronkus mangalami kelumpuhan

atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel

penghasil mucus dan sel-sel silia ini mengganggu sitem escalator mukosiliaris

dan menyababkan kelumpuhan mucus kental dalam jumlah besar yang sulit

dikeluarkan dari saluran napas. Mucus berfungsi sebagai tempat persemaian

mikro-organisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul

peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.

Ventilasi, terutama ekshalasi atau ekspirasi terhambat. Timbul

hiperkapnea karena ekspirasi menjadi memanjang dan sulit dilakukan akibat

mucus yang kental dan adanya peradangan. Penurunan ventilasi

menyebabkan penurunan V/Q yang mengakibatkan vasokonstriksi hipoksik

paru dan hipertensi paru. Walaupun alveolus normal vasokonstriksi hipoksik

dan buruknya ventilasi menyebabkan berkurangnya pertukaran oksigen dan

hipoksia.

Risiko utama untuk timbulnya bronchitis kronik adalah merokok.

Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada

sel-sel penghasilan mucus bronkus dan silia. Komponen-komponen tersebut

juga merangsang peradangan kronik, yang merupakan ciri khas bronchitis

kronik.

1

Page 2: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana anatomi pada system respirasi?

1.2.2 Bagaimana fisiologi pada sistem respirasi ?

1.2.3 Apa definisi bronchitis kronik ?

1.2.4 Apa Klasifikasi dari bronchitis kronik?

1.2.5 Apa etiologi dari bronchitis kronik ?

1.2.6 Apa saja tanda dan gejala bronchitis kronik?

1.2.7 Bagaimana patofisiologi bronchitis kronik ?

1.2.8 Bagaimana pathway dari bronchitis kronil?

1.2.9 Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada klien bronchitis kronik ?

1.2.10Bagaimana penatalaksanaan medis pada klien bronchitis kronik?

1.2.11Bagaimana asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik ?

1.2.12 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

1.3.1.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit bronchitis kronik

1.3.1.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronis.

1.3.1.3 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis

kronik

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui anatomi pada system respirasi

1.3.2.2 Untuk mengetahui fisiologi pada system respirasi.

1.3.2.3 Untuk mengetahui definisi bronchitis kronik.

1.3.2.4 Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis kronik

1.3.2.5 Untuk mengetahui etiologi bronchitis kronik.

1.3.2.6 Untuk mengetahui tanda dan gejala bronchitis kronik

1.3.2.7 Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis kronik.

1.3.2.8 Untuk mengetahui pathway dari bronchitis kronik

1.3.2.9 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien bronchitis kronik.

1.3.2.10Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien bronchitis

kronik.

2

Page 3: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

1.3.2.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik.

1.3.2.12 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis

kronik

1.4 Manfaat

1.4.1.1 Untuk mengetahui anatomi pada system respirasi

1.4.1.2 Untuk mengetahui fisiologi pada system respirasi.

1.4.1.3 Untuk mengetahui definisi bronchitis kronik.

1.4.1.4 Untuk mengetahui klasifikasi bronchitis kronik

1.4.1.5 Untuk mengetahui etiologi bronchitis kronik.

1.4.1.6 Untuk mengetahui tanda dan gejala bronchitis kronik

1.4.1.7 Untuk mengetahui patofisiologi bronchitis kronik.

1.4.1.8 Untuk mengetahui pathway dari bronchitis kronik

1.4.1.9 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien bronchitis kronik.

1.4.1.10Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien bronchitis

kronik.

1.4.1.11 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien bronchitis kronik.

1.4.1.12 Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada klien bronchitis

kronik

3

Page 4: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kosep Dasar penyakit

2.1.1 Antomi Sistem Pernapasan

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,

faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior

adalah saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara

kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga hidung). Rongga

hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,

dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang

mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa

berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan

esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.

Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal). Laring (tenggorok)

terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan dari columna

vertebrata, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan

masuk ke dalam trakhea di bawahnya.

4

Page 5: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh

ligamen dan membran. Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm

panjangnya trachea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata

torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi).

Trakhea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang

rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi

lingkaran di sebelah belakang trakhea, selain itu juga membuat beberapa

jaringan otot.

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian

kirakira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea

dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah

dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih

lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan

mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus

lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan,

dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa

cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri

bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan

kemudian menjadi lobus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus menjadi

bronchus. Yang ukurannya semakin kecil,

sampai akhirnya menjadi bronchiolus

terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang

tidak mengandung alveoli (kantong udara).

Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah

kurang lebih 1 mm. bronkiolus tidak diperkuat

oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga

ukurannya dapat berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat

bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi

utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-

paru.

5

Page 6: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus dan

respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada

dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan sakus

alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau kadang disebut

lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm. terdapat sekitar 20 kali

percabangan mulai dari trachea sampai sakus alveolaris. Alveolus dipisahkan

oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan.

Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga

pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan

dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan

paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.

Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh

limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan

alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,

sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat

permukaan/pertukaran gas. (Pearce,2002)

2.1.2 Fisiologi Sistem Pernapasan

Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan

ekternal, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas, dan

oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam darah

dalam kapiler pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen

menembus membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan

dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.

Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika konsentrasi

dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam

otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi

pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah

(hemoglobin) yang banyak mengandun oksigen dari seluruh tubuh masuk

kedalam jaringan mengambil karbon dioksida dibawa ke paru-paru dan di

6

Page 7: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

paru-paru terjadi pernafasan eksterna. Besarnya daya muat udara dalam paru-

paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).

Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10

%, kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang

dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan pernafasan

pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara normal, ekspirasi

akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada bayi ada kalanya

terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga penafasan terbalik.

(Syaifuddin, 2006).

2.1.3 Definisi Bronchitis Kronis

Bronkitis kronis

didefinisikan sebagai

adanya batuk produktif

yang berlangsung 3 bulan

dalam satu tahun selama 2

tahun berturut-turut.

(Bruner & Suddarth,

2002).

Bronchitis kronik

didefinisikan sebagai

adanya batuk produktif

yang berlangsung 3 bulan

dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk

dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.

Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama

bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap

kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,

dan mikroplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronchitis akut.

Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin.

Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi yang

rentan.

7

Page 8: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

2.1.4 Klasifikasi Bronchitis Kronis

Berdasarkan klinis dibedakan menjadi 3 :

- Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk

berdahak dan keluhan lain yang ringan.

- Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai

dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).

- Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis

with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan

sesak napas berat dan suara mengi

2.1.5 Etiologi

Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama

bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih rentan terhadap

kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri,

dan mikroplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronchitis akut.

Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin.

Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan bronkospasme bagi yang

rentan.

Terdapat beberapa faktor yang merupakan etiologi bronkitis kronis, yaitu:

a. Rokok

Terdapat hubungan yang erat antara

merokok dengan penurunan VEP

(Volume Ekspirasi Paksa) dalam satu

detik. Secara patologis rokok

berhubungan dengan hiperplasia kelenjar

mukus bronkus dan metaplasia inhibisi

aktivitas sel rambut getar, makrofag

alveolar dan surfaktan.

b. Infeksi

Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seseorang penderita

bronkhitis kronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah,

serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkhitis

8

Page 9: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

disangka paling sering diawali dengan infeksi virus, yang kemudian

menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Bakteri yang paling sering

adalah Haemophilus influenzae dan Streptococus Pneumonia.

c. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit

bronkhitis, tetapi bila ditambah merokok, faktor akan lebih tinggi.

d. Keturunan

Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,

kecuali dengan penderita dengan defisiensi alpha-1 anti tripsin yang

merupakan suatu protein. Kerja protein ini adalah menetralkan enzim

proteolitik yang merusak jaringan, sehingga defisiensi alpha-1 anti tripsin

menyebabkan kerusakan jaringan.

e. Faktor Sosial Ekonomi

Kematian pada penderita bronkhitis kronik ternyata labih banyak pada

golongan sosial  ekonomi rendah, mungkin disebabkan oleh faktor

lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

f. Usia Tua

Dengan bertambahnya usia, daya tahan tubuh akan menurun, sehingga

pria yang sejak awal merokok tentu akan lebih rentan terhadap penyakit ini.

2.1.6 Tanda dan Gejala

Keluhan yang dirasakan oleh penderita bronchitis kronik antara lain:

- Batuk yang sangat produktif, purulen dan mudah memburuk dengan

inhalasi iritan, udara dingin atau infeksi

- Produksi mucus dalam jumlah yang sangat banyak

- Dyspnea

- Riwayat merokok, riwayat paparan polutan

Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan:

- Inspeksi

Pursed lips breathing.

9

Page 10: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Barrel chest

Penggunaan otot bantu pernafasan

Hipertrofi otot bantu pernafasan

JVP meningkat

Edema tungkai bawah

Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk,

sianosis, edema tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di

sentral dan perifer

- Palpasi

Fremitus melemah

- Perkusi

Hipersonor

- Auskultasi

Suara nafas vesikuler normal atau melemah

Ronki dan mengi saat nafas biasa atau eskpirasi paksa

Eskpirasi memanjang

Bunyi jantung terdengar jauh

2.1.7 Patofisiologi

Gambaran khas pada bronkitis kronis adalah hipersekresi mukus, yang

dimulai di saluran nafas besar. Meskipun faktor penyebab terpenting adalah

merokok, polutan udara lain, seperti sulfur dioksida dan nitrogen dioksida,

juga berperan. Berbagai iritan ini memicu hipersekresi kelenjar mukosa

bronkus, menyebabkan hipertrofi kelenjar mukosa, dan menyebabkan

pembentukan metaplastik sel goblet penghasil musin di epitel permukaan

bronkus. Selain itu, zat tersebut juga menyebabkan peradangan dengan

infiltrasi sel T CD8+, makrofag, dan neutrofil. Berbeda dengan asma, pada

bronkitis kronis eosinofil jarang ditemukan, kecuali jika pasien mengidap

bronkitis asmatik. Dipostulasikan bahwa banyak efek iritan lingkungan pada

epitel pernafasan diperantarai melalui reseptor faktor pertumbuhan epidermis.

Sebagai contoh, transkripsi gen musin MUC5AC, yang meningkat sebagai

10

Page 11: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

akibat terpajan asap tembakau, baik in vitro maupun in vivo pada model

eksperimental, sebagian diperantarai oleh jalur reseptor faktor pertumbuhan

epidermis. Infeksi mikroba sering terjadi, tetapi hanya berperan sekunder,

terutama dengan mempertahankan peradangan dan memperparah gejala

(Robin, 2007).

Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar

mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan

infiltraasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus

yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk kronis. Batuk kronik

yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi

bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.

Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim di daerah

industri. Polusi udara yan terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi

rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositsis, sehingga

timbunan mukus menigkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri

melemah. Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa

bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan

serta distorsi akibat fibrosis.

Gambar 1. Patogenesis bronchitis kronik

11

Page 12: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Berbagai faktor risiko untuk terjadinya bronkitis kronis (merokok, polusi

udara, infeksi berulang, dll) menimbulkan kondisi inflamasi pada bronkus.

Perubahan patologi yang terjadi pada trakea, bronki dan bronkiolus terus

sampai ke saluran napas kecil (diameter 2-4 mm) berupa infiltrasi permukaan

epitel jalan napas, kelenjar duktus, kelenjar-kelenjar dengan eksudat

inflamasi (sel dan cairan) yang didominasi oleh sel T limfosit (CD8+),

makrofag dan neutrofil. Proses inflamasi kronik itu berhubungan dengan

metaplasia sel goblet dan sel squamosa dari epitelium, peningkatan ukuran

epitelepitel kelenjar, peningkatan banyak otot polos dan jaringan penunjang

pada dinding jalan napas, serta degenerasi tulang rawan jalan napas. Semua

perubahan patologi itu bertanggung jawab terhadap gejala pada bronkitis

kronis yaitu batuk kronik dan produksi sputum berlebihan seperti yang

dijelaskan sebagai definisi bronkitis kronis dengan kemungkinan

berkombinasi dengan masalah jalan napas perifer dan emfisema.

12

Page 13: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

2.1.8 Pathway

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar X dada

Dengan melakukan pemeriksaan sinar X dada dapat dinyatakan

hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area

udara retrosternal, penurunan tanda vaskularisasi/buta (emfisema),

13

Page 14: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama

periode remisi (asma).

b. Tes fungsi paru

Tes ini dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk

menentukan apakah fungsi abnormal adalah obtruksi atau restriksi,

untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevalusi efek

terapi, misalnya bronkodilator.

c. TLC

Tes ini dilakukan untuk melihat peningkatan pada luasnya

bronkitis dan kadang-kadang pada asma, penurunan emfisema.

Kapasitas inspirasi : Menurun pada emifisema

Volume residu : Meningkat pada emfisema, bronkitis kronis dan

asma

d. FEV/FVC

Rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat

menurun pada bronkitis dan asma.

e. GDA

Memperkirakan progresi proses penyakit kronis, PaCO2 normal

menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronkitis kronis dan

emfisema) tetapi sering menurun pada asma.

f. Bronkogram

Dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi,

kolaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema), pembesaran duktus

mukosa yang terlihat pada bronkitis.

g. EKG latihan, tes stress

Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevalusi

keefektifan terapi brokodilator, perencanaa/ evaluasi program

latihan.

a. Penatalaksanaan Medis

b. Batuk Efektif dan Napas Dalam

14

Page 15: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk

membersihkan sekret. Tujuan napas dalam dan batuk adalah untuk

meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek

samping dari retensi sekresi. Pasien diberi posisi duduk tegak pada

tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki disokong. Pasien dianjurkan

untuk mengambil napas dalam dan perlahan. Bila sekret terauskultasi,

kemudian batuk dimulai pada inspirasi maksimum.

c. Bronkodilator

Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis

bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat

penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser

tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat

berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau

obat berefek panjang (long acting). Macam - macam

bronkodilator :

- Golongan antikolinergik: digunakan pada derajat ringan

sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga

mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari)

- Golongan agonis beta – 2: bentuk inhaler digunakan untuk

mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat

sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat

pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek

panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi

eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka

panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi

eksaserbasi berat.

- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta – 2: kombinasi

kedua golongan obat ini akan memperkuat efek

bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja

yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi

lebih sederhana dan mempermudah penderita.

15

Page 16: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

- Golongan xantin: dalam bentuk lepas lambat sebagai

pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada

derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk

mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau

drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka

panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.

d. Antiinflamasi

Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau

injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi,

dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi

sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji

kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1

pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

e. Antibiotika

Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang

digunakan:

- Lini I : amoksisilin, makrolid

- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin,

kuinolon, makrolid baru

f. Antioksidan

Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,

digunakan N - asetilsistein.

g. Mukolitik

Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan

mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis

kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi

pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai

pemberian rutin.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Anamnesa

16

Page 17: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

1) Biodata

Kaji biodata mulai dari nama, alamat, usia, pendidikan, agama.

2) Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan pada klien. Apakah klien pernah atau sedang menderita

suatu penyakit lainnya dan pernah mengalami penyakit yang sama

sebelumnya. Dan tanyakan juga tindakan apa saja yang telah dilakukan

serta obat apa saja yang telah dikonsumsi

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien pada umumnya mengeluh sering batuk, demam,  suara serak dan

kadang nyeri dada.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah keluarga klien yang sedang atau pernah mengalami

penyakit yang sama dengan penyakit klien. Dan tanyakan apakah ada

anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit berat lainnya.

5) Aktivitas sehari-hari di rumah

Kaji pola makan, minum, eliminasi BAB, eiminasi BAK, istirahat tidur

dan kebiasaan klien.

6) Riwayat Psikososial-Spiritual

Psikologis      : apakah klien menerima penyakit yang dideritanya

atau menarik diri ?

Sosial            : bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan

sekitar sebelum dan selama sakit dan apakah klien dapat

beradaptasi dengan lingkungan baru (rumah sakit) ?

Spiritual         : apakah dan bagaimana klien mengerjakan

ibadahnya saat sakit ?

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Tingkat keamanan

GCS

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah        :

Suhu                       :

17

Page 18: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Nadi                       :

Repsirasi rate          :

Pengkajian per sistem

(a) Kepala dan leher

Kepala          : Kaji bentuk danada tidaknya benjolan.

Mata             : Kaji warna sklera dan konjungtiva.

Hidung          : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping

hidung.

Telinga          : Kaji

Mulut            : Kaji mukosa dan kebersihannya.

Leher            : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis.

(b) Sistem Integumen

a. Rambut         : Kaji warna dan kebersihannya.

b. Kulit              : Kaji warna dan ada tidaknya lesi.

c. Kuku             : Kaji bentuk dan kebersihannya.

d. Sistem Pernafasan

e. Inspeksi         : biasanya pada klien bronkhitis terjadi

sesak, bentuk dada barrel chest, kifosis.

f. Palpasi          : Iga lebih horizontal.

g. Auskultasi      : Adakah kemungkinan terdapat bunyi

napas tembahan, biasanya terdengar ronchi.

(c) Sistem Kardiovaskuler

a. Inspeksi         : Kaji apakah ada pembesaran vena

ingularis.

b. Palpasi          : Kaji apakah nadi teraba jelas dan

frekwensi nadi.

c. Auskultasi      : Kaji suara s1, s2 apakah ada suara

tambahan.

(d) Sistem Pencernaan

a. Inspeksi         : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya

lesi.

b. Palpasi          : Kaji apakah ada nyeri tekan

18

Page 19: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

c. Perkusi          : Kaji apakah terdengar bunyi thympani

d. Auskultasi      : Kaji bunyi peristaltik usus.

(e) Sistem Reproduksi

Kaji apa jenis kelamin klien dan apakah klien

sudah menikah.

(f) Sistem Pergerakan Tubuh

Kaji kekuatan otot klien.

(g) Sistem Persyaratan

Kaji tingkat kesadaran klien dan GCS.

(h) Sistem Perkemihan

Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

- Darah rutin : Hb, Ht dan leukosit boleh didapatkan meningkat3

- Analisa gas darah : hipoksia dan hiperkapnia

2. Pemeriksaan faal paru

- Spirometri : Ditemukan adanya penurunan kapasitas vital (VC)

dan volume ekspirasi kuat (FEV) serta peningkatan volume

residual (RV) dengan kapasitas paru total (TC) normal atau

meningkat.

3. Radiologi

Rontgen thorax (PA/Lateral)

- Corakan bronkovaskuler meningkat

- Tram-track appearance : penebalan dinding bronkial3

19

Page 20: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

20

Page 21: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

oleh sekresi, spasme bronchus.

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses

penyakit kronis.

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan

oksigenasi.

21

Page 22: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

2.2.3 Perencanaan

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN CRITERIA

HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)

1 Bersihan Jalan Nafas tidak

Efektif

Definisi : Ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi

atau obstruksi dari saluran

pernafasan untuk

mempertahankan kebersihan

jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

-          Dispneu,

Penurunan suara nafas

-          Orthopneu

-          Cyanosis

-          Kelainan suara

nafas (rales, wheezing)

-          Kesulitan

berbicara

-          Batuk, tidak

efekotif atau tidak ada

-          Mata melebar

-          Produksi sputum

-          Gelisah

-          Perubahan

frekuensi dan irama

nafas

Faktor-faktor yang

NOC :

Respiratory status :

Ventilation

Respiratory status : Airway

patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed

lips)

2. Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

3. Mampu

mengidentifikasikan dan

mencegah factor yang

dapat menghambat jalan

NIC :

Airway suction

1. Pastikan kebutuhan

oral / tracheal

suctioning

2. Auskultasi suara

nafas sebelum dan

sesudah suctioning.

3. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang suctioning

4. Minta klien nafas

dalam sebelum

suction dilakukan.

5. Berikan O2 dengan

menggunakan nasal

untuk memfasilitasi

suksion nasotrakeal

6. Gunakan alat yang

steril sitiap

melakukan tindakan

7. Anjurkan pasien

untuk istirahat dan

napas dalam setelah

kateter dikeluarkan

dari nasotrakeal

8. Monitor status

oksigen pasien

9. Ajarkan keluarga

22

Page 23: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

berhubungan:

-          Lingkungan :

merokok, menghirup

asap rokok, perokok

pasif-POK, infeksi

-          Fisiologis :

disfungsi

neuromuskular,

hiperplasia dinding

bronkus, alergi jalan

nafas, asma.

-          Obstruksi jalan

nafas : spasme jalan

nafas, sekresi tertahan,

banyaknya mukus,

adanya jalan nafas

buatan, sekresi bronkus,

adanya eksudat di

alveolus, adanya benda

asing di jalan nafas.

nafas bagaimana cara

melakukan suksion

10. Hentikan suksion dan

berikan oksigen

apabila pasien

menunjukkan

bradikardi,

peningkatan saturasi

O2, dll.

Airway Management

1. Buka jalan nafas,

guanakan teknik chin

lift atau jaw thrust

bila perlu

2. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

3. Identifikasi pasien

perlunya pemasangan

alat jalan nafas

buatan

4. Pasang mayo bila

perlu

5. Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

6. Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

7. Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

8. Lakukan suction

pada mayo

9. Berikan

bronkodilator bila

23

Page 24: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

perlu

10. Berikan pelembab

udara Kassa basah

NaCl Lembab

11. Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan

status O2

2 Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau

kekurangan dalam oksigenasi

dan atau pengeluaran

karbondioksida di dalam

membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik :

Gangguan penglihatan

Penurunan CO2

Takikardi

Hiperkapnia

Keletihan

somnolen

Iritabilitas

Hypoxia

kebingungan

Dyspnoe

nasal faring

AGD Normal

sianosis

warna kulit abnormal

(pucat, kehitaman)

Hipoksemia

hiperkarbia

NOC :

  Respiratory Status :

Gas exchange

  Respiratory Status :

ventilation

  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang

adekuat

  Memelihara

kebersihan paru paru

dan bebas dari tanda

tanda distress

pernafasan

   Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

NIC :

Airway Management

         Buka jalan

nafas, guanakan

teknik chin lift atau

jaw thrust bila perlu

         Posisikan

pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

         Identifikasi

pasien perlunya

pemasangan alat

jalan nafas buatan

         Pasang mayo

bila perlu

         Lakukan

fisioterapi dada jika

perlu

         Keluarkan

sekret dengan batuk

atau suction

         Auskultasi

suara nafas, catat

adanya suara

tambahan

         Lakukan

24

Page 25: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

sakit kepala ketika bangun

frekuensi dan kedalaman

nafas abnormal

Faktor faktor yang

berhubungan :

ketidakseimbangan perfusi

ventilasi

perubahan membran

kapiler-alveolar

   Tanda tanda vital dalam

rentang normal

suction pada mayo

         Berika

bronkodilator bial

perlu

         Barikan

pelembab udara

         Atur intake

untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

         Monitor

respirasi dan status

O2

Respiratory Monitoring

         Monitor rata –

rata, kedalaman,

irama dan usaha

respirasi

         Catat

pergerakan

dada,amati

kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot supraclavicular

dan intercostal

         Monitor suara

nafas, seperti

dengkur

         Monitor pola

nafas : bradipena,

takipenia, kussmaul,

hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

         Catat lokasi

trakea

         Monitor

25

Page 26: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

kelelahan otot

diagfragma

(gerakan

paradoksis)

         Auskultasi

suara nafas, catat

area penurunan /

tidak adanya

ventilasi dan suara

tambahan

         Tentukan

kebutuhan suction

dengan

mengauskultasi

crakles dan ronkhi

pada jalan napas

utama

         auskultasi

suara paru setelah

tindakan untuk

mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara

inspirasi dan/atau ekspirasi

tidak adekuat

Batasan karakteristik :

-    Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi

-    Penurunan pertukaran

udara per menit

-    Menggunakan otot

pernafasan tambahan

-    Nasal flaring

-    Dyspnea

-    Orthopnea

NOC :

  Respiratory status :

Ventilation

  Respiratory status :

Airway patency

  Vital sign Status

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas

dengan mudah, tidak

ada pursed lips)

NIC :

Airway Management

         Buka jalan

nafas, guanakan

teknik chin lift atau

jaw thrust bila perlu

         Posisikan

pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

         Identifikasi

pasien perlunya

pemasangan alat

jalan nafas buatan

         Pasang mayo

bila perlu

26

Page 27: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

-    Perubahan penyimpangan

dada

-    Nafas pendek

-    Assumption of 3-point

position

-    Pernafasan pursed-lip

-    Tahap ekspirasi

berlangsung sangat lama

-    Peningkatan diameter

anterior-posterior

-    Pernafasan

rata-rata/minimal

  Bayi : < 25 atau >

60

  Usia 1-4 : < 20

atau > 30

  Usia 5-14 : < 14

atau > 25

  Usia > 14 : < 11

atau > 24

-    Kedalaman pernafasan

  Dewasa volume

tidalnya 500 ml saat

istirahat

  Bayi volume

tidalnya 6-8 ml/Kg

-    Timing rasio

-    Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :

-          Hiperventilasi

-          Deformitas

tulang

-          Kelainan

bentuk dinding dada

-          Penurunan

energi/kelelahan

-         

  Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

  Tanda Tanda vital

dalam rentang normal

(tekanan darah, nadi,

pernafasan)

         Lakukan

fisioterapi dada jika

perlu

         Keluarkan

sekret dengan batuk

atau suction

         Auskultasi

suara nafas, catat

adanya suara

tambahan

         Lakukan

suction pada mayo

         Berikan

bronkodilator bila

perlu

         Berikan

pelembab udara

Kassa basah NaCl

Lembab

         Atur intake

untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

         Monitor

respirasi dan status

O2

Terapi Oksigen

  Bersihkan mulut,

hidung dan secret

trakea

  Pertahankan

jalan nafas yang

paten

  Atur peralatan

oksigenasi

  Monitor aliran

oksigen

27

Page 28: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Perusakan/pelemaha

n muskulo-skeletal

-          Obesitas

-          Posisi tubuh

-          Kelelahan otot

pernafasan

-          Hipoventilasi

sindrom

-          Nyeri

-          Kecemasan

-          Disfungsi

Neuromuskuler

-          Kerusakan

persepsi/kognitif

-          Perlukaan pada

jaringan syaraf

tulang belakang

-          Imaturitas

Neurologis

  Pertahankan

posisi pasien

  Onservasi adanya

tanda tanda

hipoventilasi

  Monitor adanya

kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

Monitor TD,

nadi, suhu, dan

RR

Catat adanya

fluktuasi

tekanan darah

Monitor VS saat

pasien

berbaring,

duduk, atau

berdiri

Auskultasi TD

pada kedua

lengan dan

bandingkan

Monitor TD,

nadi, RR,

sebelum,

selama, dan

setelah aktivitas

Monitor kualitas

dari nadi

Monitor

frekuensi dan

irama

pernapasan

28

Page 29: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Monitor suara

paru

Monitor pola

pernapasan

abnormal

Monitor suhu,

warna, dan

kelembaban

kulit

Monitor sianosis

perifer

Monitor adanya

cushing triad

(tekanan nadi

yang melebar,

bradikardi,

peningkatan

sistolik)

Identifikasi

penyebab dari

perubahan vital

sign

4 Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak

cukup untuk keperluan

metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

-    Berat badan 20 % atau

lebih di bawah ideal

-    Dilaporkan adanya intake

makanan yang kurang

dari RDA (Recomended

Daily Allowance)

-    Membran mukosa dan

NOC :

  Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

  Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

  Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

  Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda

tanda malnutrisi

NIC :

Nutrition Management

  Kaji adanya

alergi makanan

  Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

  Anjurkan pasien

untuk meningkatkan

intake Fe

  Anjurkan pasien

untuk meningkatkan

29

Page 30: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang

digunakan untuk

menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada

rongga mulut

-    Mudah merasa kenyang,

sesaat setelah mengunyah

makanan

-    Dilaporkan atau fakta

adanya kekurangan

makanan

-    Dilaporkan adanya

perubahan sensasi rasa

-    Perasaan

ketidakmampuan untuk

mengunyah makanan

-    Miskonsepsi

-    Kehilangan BB dengan

makanan cukup

-    Keengganan untuk makan

-    Kram pada abdomen

-    Tonus otot jelek

-    Nyeri abdominal dengan

atau tanpa patologi

-    Kurang berminat

terhadap makanan

-    Pembuluh darah kapiler

mulai rapuh

-    Diare dan atau steatorrhea

-    Kehilangan rambut yang

cukup banyak (rontok)

-    Suara usus hiperaktif

-    Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang

berhubungan :

  Tidak terjadi

penurunan berat badan

yang berarti

protein dan vitamin

C

  Berikan substansi

gula

  Yakinkan diet

yang dimakan

mengandung tinggi

serat untuk

mencegah

konstipasi

  Berikan makanan

yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

  Ajarkan pasien

bagaimana

membuat catatan

makanan harian.

  Monitor jumlah

nutrisi dan

kandungan kalori

  Berikan

informasi tentang

kebutuhan nutrisi

  Kaji kemampuan

pasien untuk

mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

  BB pasien dalam

batas normal

  Monitor adanya

penurunan berat

badan

  Monitor tipe dan

jumlah aktivitas

yang biasa

30

Page 31: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Ketidakmampuan pemasukan

atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor

biologis, psikologis atau

ekonomi.

dilakukan

  Monitor interaksi

anak atau orangtua

selama makan

  Monitor

lingkungan selama

makan

  Jadwalkan

pengobatan  dan

tindakan tidak

selama jam makan

  Monitor kulit

kering dan

perubahan

pigmentasi

  Monitor turgor

kulit

  Monitor

kekeringan, rambut

kusam, dan mudah

patah

  Monitor mual

dan muntah

  Monitor kadar

albumin, total

protein, Hb, dan

kadar Ht

  Monitor

makanan kesukaan

  Monitor

pertumbuhan dan

perkembangan

  Monitor pucat,

kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

  Monitor kalori

dan intake nuntrisi

  Catat adanya

31

Page 32: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

edema, hiperemik,

hipertonik papila

lidah dan cavitas

oral.

  Catat jika lidah

berwarna magenta,

scarlet

5 Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko

masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :

-          Prosedur Infasif

-          Ketidakcukupan

pengetahuan untuk

menghindari paparan

patogen

-          Trauma

-          Kerusakan jaringan

dan peningkatan

paparan lingkungan

-          Ruptur membran

amnion

-          Agen farmasi

(imunosupresan)

-          Malnutrisi

-          Peningkatan

paparan lingkungan

patogen

-          Imonusupresi

-          Ketidakadekuatan

imum buatan

-          Tidak adekuat

pertahanan sekunder

(penurunan Hb,

Leukopenia, penekanan

NOC :

  Immune Status

  Knowledge :

Infection control

  Risk control

Kriteria Hasil :

  Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi

  Mendeskripsikan

proses penularan

penyakit, factor yang

mempengaruhi

penularan serta

penatalaksanaannya,

  Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

  Jumlah leukosit

dalam batas normal

  Menunjukkan

perilaku hidup sehat

NIC :

Infection Control

(Kontrol infeksi)

         Bersihkan

lingkungan setelah

dipakai pasien lain

         Pertahankan

teknik isolasi

         Batasi

pengunjung bila

perlu

         Instruksikan

pada pengunjung

untuk mencuci

tangan saat

berkunjung dan

setelah berkunjung

meninggalkan

pasien

         Gunakan

sabun antimikrobia

untuk cuci tangan

         Cuci tangan

setiap sebelum dan

sesudah tindakan

kperawtan

         Gunakan baju,

sarung tangan

sebagai alat

pelindung

32

Page 33: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

respon inflamasi)

-          Tidak adekuat

pertahanan tubuh primer

(kulit tidak utuh, trauma

jaringan, penurunan

kerja silia, cairan tubuh

statis, perubahan sekresi

pH, perubahan

peristaltik)

-          Penyakit kronik

         Pertahankan

lingkungan aseptik

selama pemasangan

alat

         Ganti letak IV

perifer dan line

central dan dressing

sesuai dengan

petunjuk umum

         Gunakan

kateter intermiten

untuk menurunkan

infeksi kandung

kencing

         Tingktkan

intake nutrisi

         Berikan terapi

antibiotik bila perlu

Infection Protection

(proteksi terhadap

infeksi)

         Monitor tanda

dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

         Monitor

hitung granulosit,

WBC

         Monitor

kerentanan terhadap

infeksi

         Batasi

pengunjung

         Saring

pengunjung

terhadap penyakit

menular

         Partahankan

33

Page 34: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

teknik aspesis pada

pasien yang

beresiko

         Pertahankan

teknik isolasi k/p

         Berikan

perawatan kuliat

pada area epidema

         Inspeksi kulit

dan membran

mukosa terhadap

kemerahan, panas,

drainase

         Ispeksi

kondisi luka / insisi

bedah

         Dorong

masukkan nutrisi

yang cukup

         Dorong

masukan cairan

         Dorong

istirahat

         Instruksikan

pasien untuk minum

antibiotik sesuai

resep

         Ajarkan

pasien dan keluarga

tanda dan gejala

infeksi

         Ajarkan cara

menghindari infeksi

         Laporkan

kecurigaan infeksi

         Laporkan

kultur positif

34

Page 35: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

6 Intoleransi aktivitas b/d curah

jantung yang rendah,

ketidakmampuan memenuhi

metabolisme otot rangka,

kongesti pulmonal yang

menimbulkan hipoksinia,

dyspneu dan status nutrisi

yang buruk selama sakit

Intoleransi aktivitas b/d

fatigue

Definisi : Ketidakcukupan

energu secara fisiologis

maupun psikologis untuk

meneruskan atau

menyelesaikan aktifitas yang

diminta atau aktifitas sehari

hari.

Batasan karakteristik :

a.       melaporkan secara

verbal adanya kelelahan

atau kelemahan.

b.       Respon abnormal

dari tekanan darah atau

nadi terhadap aktifitas

c.        Perubahan EKG

yang menunjukkan

aritmia atau iskemia

d.       Adanya dyspneu

atau ketidaknyamanan

saat beraktivitas.

Faktor factor yang

berhubungan :

         Tirah Baring atau

imobilisasi

         Kelemahan

NOC :

  Energy

conservation

  Self Care :

ADLs

Kriteria Hasil :

  Berpartisipasi

dalam aktivitas

fisik tanpa disertai

peningkatan

tekanan darah, nadi

dan RR

  Mampu

melakukan

aktivitas sehari hari

(ADLs) secara

mandiri

NIC :

Energy Management

  Observasi adanya

pembatasan klien

dalam melakukan

aktivitas

  Dorong anal

untuk

mengungkapkan

perasaan terhadap

keterbatasan

  Kaji adanya

factor yang

menyebabkan

kelelahan

  Monitor nutrisi 

dan sumber energi

tangadekuat

  Monitor pasien

akan adanya

kelelahan fisik dan

emosi secara

berlebihan

  Monitor respon

kardivaskuler 

terhadap aktivitas

  Monitor pola

tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

  Kolaborasikan

dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan

progran terapi yang

tepat.

  Bantu klien

35

Page 36: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

menyeluruh

        

Ketidakseimbangan

antara suplei oksigen

dengan kebutuhan

         Gaya hidup yang

dipertahankan.

untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang

mampu dilakukan

  Bantu untuk

memilih aktivitas

konsisten

yangsesuai dengan

kemampuan fisik,

psikologi dan social

  Bantu untuk

mengidentifikasi

dan mendapatkan

sumber yang

diperlukan untuk

aktivitas yang

diinginkan

  Bantu untuk

mendpatkan alat

bantuan aktivitas

seperti kursi roda,

krek

  Bantu untu

mengidentifikasi

aktivitas yang

disukai

  Bantu klien

untuk membuat

jadwal latihan

diwaktu luang

  Bantu

pasien/keluarga

untuk

mengidentifikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

  Sediakan

penguatan positif

bagi yang aktif

36

Page 37: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

beraktivitas

  Bantu pasien

untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

  Monitor respon

fisik, emoi, social

dan spiritual

7 Cemas b/d penyakit kritis,

takut kematian atau

kecacatan, perubahan peran

dalam lingkungan social atau

ketidakmampuan yang

permanen.

Definisi :

Perasaan gelisah yang tak

jelas dari ketidaknyamanan

atau ketakutan yang disertai

respon autonom (sumner

tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu);

perasaan keprihatinan

disebabkan dari antisipasi

terhadap bahaya. Sinyal ini

merupakan peringatan adanya

ancaman yang akan datang

dan memungkinkan individu

untuk mengambil langkah

untuk menyetujui terhadap

tindakan

Ditandai dengan

         Gelisah

         Insomnia

         Resah

         Ketakutan

NOC :

  Anxiety control

  Coping

  Impulse control

Kriteria Hasil :

  Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan

gejala cemas

  Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik

untuk mengontol

cemas

  Vital sign dalam

batas normal

  Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

NIC :

Anxiety Reduction

(penurunan kecemasan)

         Gunakan

pendekatan yang

menenangkan

         Nyatakan

dengan jelas

harapan terhadap

pelaku pasien

         Jelaskan

semua prosedur dan

apa yang dirasakan

selama prosedur

         Pahami

prespektif pasien

terhdap situasi stres

         Temani pasien

untuk memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

         Berikan

informasi faktual

mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

         Dorong

keluarga untuk

menemani anak

37

Page 38: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

         Sedih

         Fokus pada

diri

         Kekhawatiran

         Cemas

         Lakukan

back / neck rub

         Dengarkan

dengan penuh

perhatian

         Identifikasi

tingkat kecemasan

         Bantu pasien

mengenal situasi

yang menimbulkan

kecemasan

         Dorong pasien

untuk

mengungkapkan

perasaan, ketakutan,

persepsi

         Instruksikan

pasien

menggunakan

teknik relaksasi

         Barikan obat

untuk mengurangi

kecemasan

8 Kurang pengetahuan b/d

keterbatasan pengetahuan

penyakitnya, tindakan yang

dilakukan, obat obatan yang

diberikan, komplikasi yang

mungkin muncul dan

perubahan gaya hidup

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya

informasi kognitif

sehubungan dengan topic

spesifik.

NOC :

  Kowlwdge :

disease process

  Kowledge : health

Behavior

Kriteria Hasil :

  Pasien dan

keluarga menyatakan

pemahaman tentang

penyakit, kondisi,

prognosis dan

program pengobatan

  Pasien dan

keluarga mampu

NIC :

Teaching : disease

Process

1.       Berikan

penilaian tentang

tingkat pengetahuan

pasien tentang

proses penyakit

yang spesifik

2.       Jelaskan

patofisiologi dari

penyakit dan

bagaimana hal ini

berhubungan

38

Page 39: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Batasan karakteristik :

memverbalisasikan adanya

masalah, ketidakakuratan

mengikuti instruksi, perilaku

tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi.

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara

benar

  Pasien dan

keluarga mampu

menjelaskan kembali

apa yang dijelaskan

perawat/tim

kesehatan lainnya.

dengan anatomi dan

fisiologi, dengan

cara yang tepat.

3.       Gambarkan

tanda dan gejala

yang biasa muncul

pada penyakit,

dengan cara yang

tepat

4.       Gambarkan

proses penyakit,

dengan cara yang

tepat

5.       Identifikasi

kemungkinan

penyebab, dengna

cara yang tepat

6.       Sediakan

informasi pada

pasien tentang

kondisi, dengan cara

yang tepat

7.       Hindari

harapan yang

kosong

8.       Sediakan bagi

keluarga atau SO

informasi tentang

kemajuan pasien

dengan cara yang

tepat

9.       Diskusikan

perubahan gaya

hidup yang

mungkin diperlukan

untuk mencegah

komplikasi di masa

yang akan datang

dan atau proses

39

Page 40: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

pengontrolan

penyakit

10.    Diskusikan

pilihan terapi atau

penanganan

11.    Dukung pasien

untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan

second opinion

dengan cara yang

tepat atau

diindikasikan

12.    Eksplorasi

kemungkinan

sumber atau

dukungan, dengan

cara yang tepat

13.    Rujuk pasien

pada grup atau

agensi di komunitas

lokal, dengan cara

yang tepat

14.    Instruksikan

pasien mengenai

tanda dan gejala

untuk melaporkan

pada pemberi

perawatan

kesehatan, dengan

cara yang tepat

2.2.4 Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang

telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar

implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan

40

Page 41: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau

dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang

dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada

pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk

mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,

meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat

memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses

penyakit (DoengesMarilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

2.2.5 Evaluasi

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon

pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa

hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi merupakan proses yang

interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon

pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang

diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi

keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap

evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas

efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukannutrisi

adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,

kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.

(Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

2.3 Contoh Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bronkitis Kronis

2.3.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. S

Umur : 84 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Paranggupito, Wonogiri

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

41

Page 42: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Suku : Jawa

No RM : 0909xx

2.3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Batuk berdahak

Keluhan Tambahan: Sesak napas

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Umum BBKPM Surakarta dengan keluhan

batuk berdahak ± selama 2 minggu yang lalu. Batuk berdahak dirasakan

hilang timbul dalam 1 tahun timbul 3-5 kali berobat selama lebih dari 2

tahun terakhir. Batuk dirasakan semakin memberat terutama saat

dingin, memasak dan saat pasien menyapu di rumah. Batuk dengan

dahak berwarna putih kental. Keluhan diperberat dengan sesak nafas.

Keluhan lain: pilek (+) nyeri kepala (+) dan demam sumer-sumer

selama kurang lebih 1 minggu.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit serupa : diakui

Riwayat hipertensi : diakui

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penggunaan OAT : disangkal

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat penderita TB paru : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat keluarga merokok : diakui

d. Riwayat Lingkungan

Riwayat penggunaan obat nyamuk bakar : disangkal

42

Page 43: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Riwayat penggunaan kayu bakar : diakui

e. Riwayat Kebiasaan

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, tidak bekerja dan

hanya melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah,

menyapu dan memasak. Pasien memasak dengan menggunakan kayu

bakar.

2.3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : cukup, compos mentis

Vital Sign

Tekanan darah: 140/96 mmHg RR: 36x/menit

Nadi: 81 x/menit -

Pemeriksaan Fisik

Kepala normocephal, deformitas (-)

Mata konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/),

edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+),

pupil bulat isokor 3mm/3mm

Leher Bentuk normal, PKGB (-), peningkatan JVP

(-)

Thoraks :

Cor Hasil Pemeriksaan

Inspeksi Ictus cordis tidak tampak

Palpasi Ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra,

kuat angkat (+)

Perkusi Batas kanan atas : SIC II, linea parasternalis dextra

Batas kanan bawah : SIC IV, linea parasternalis dextra

Batas kiri atas : SIC II, linea parasternalis sinistra

Batas kiri bawah : SIC V, linea midclavicula sinistra

Auskultasi Bunyi jantung I-II intensitas regular, bising (-)

43

Page 44: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Pulmo Depan Belakang

Inspeksi Simetris,

Ketinggalan gerak (-)

Retraksi intercostae (-)

Simetris,

Ketinggalan gerak (-)

Retraksi intercostae (-)

Palpasi Gerak dada simetris

Fremitus normal

Gerak dada simetris

Fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi SDV (+/+)

Wh (-/-), Rh (+/-)

SDV (+/+)

Wh (-/-), Rh (+/-)

Abdomen :

Inspeksi Permukaan perut sama tinggi dengan permukaan

dada, tidak ada sikatrik

Auskultasi Peristaltik (+) normal

Palpasi Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Perkusi Timpani tersebar merata di keempat kuadran abdomen

Ekstremitas :

Superior dextra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

Superior sinistra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

Inferior dextra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

Inferior sinistra Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi

44

Page 45: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Hasil:

- Pulmo:

Corakan Bronkovaskuler meningkat/kasar

Infiltrat (-), Diafragma dan sinus dalam batas normal

- Cor:

Cardiomegali (-)

Kesan: Bronkitis kronik

2.3.5 Diagnosa keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sekret.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

oleh sekresi, spasme bronchus.

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

45

Page 46: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

e. Resiko infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses

penyakit kronis.

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan

oksigenasi.

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

2.3.6 Perencanaan Keperawatan

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN CRITERIA

HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)

1 Bersihan Jalan Nafas tidak

Efektif

Definisi : Ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi

atau obstruksi dari saluran

pernafasan untuk

mempertahankan kebersihan

jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

-          Dispneu,

Penurunan suara nafas

-          Orthopneu

-          Cyanosis

-          Kelainan suara

nafas (rales, wheezing)

-          Kesulitan

berbicara

-          Batuk, tidak

efekotif atau tidak ada

-          Mata melebar

-          Produksi sputum

-          Gelisah

-          Perubahan

NOC :

Respiratory status :

Ventilation

Respiratory status : Airway

patency

Aspiration Control

Kriteria Hasil :

4. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed

lips)

5. Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

NIC :

Airway suction

11. Pastikan kebutuhan

oral / tracheal

suctioning

12. Auskultasi suara

nafas sebelum dan

sesudah suctioning.

13. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang suctioning

14. Minta klien nafas

dalam sebelum

suction dilakukan.

15. Berikan O2 dengan

menggunakan nasal

untuk memfasilitasi

suksion nasotrakeal

16. Gunakan alat yang

steril sitiap

melakukan tindakan

17. Anjurkan pasien

untuk istirahat dan

napas dalam setelah

46

Page 47: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

frekuensi dan irama

nafas

Faktor-faktor yang

berhubungan:

-          Lingkungan :

merokok, menghirup

asap rokok, perokok

pasif-POK, infeksi

-          Fisiologis :

disfungsi

neuromuskular,

hiperplasia dinding

bronkus, alergi jalan

nafas, asma.

-          Obstruksi jalan

nafas : spasme jalan

nafas, sekresi tertahan,

banyaknya mukus,

adanya jalan nafas

buatan, sekresi bronkus,

adanya eksudat di

alveolus, adanya benda

asing di jalan nafas.

abnormal)

6. Mampu

mengidentifikasikan dan

mencegah factor yang

dapat menghambat jalan

nafas

kateter dikeluarkan

dari nasotrakeal

18. Monitor status

oksigen pasien

19. Ajarkan keluarga

bagaimana cara

melakukan suksion

20. Hentikan suksion dan

berikan oksigen

apabila pasien

menunjukkan

bradikardi,

peningkatan saturasi

O2, dll.

Airway Management

13. Buka jalan nafas,

guanakan teknik chin

lift atau jaw thrust

bila perlu

14. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

15. Identifikasi pasien

perlunya pemasangan

alat jalan nafas

buatan

16. Pasang mayo bila

perlu

17. Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

18. Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

19. Auskultasi suara

nafas, catat adanya

47

Page 48: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

suara tambahan

20. Lakukan suction

pada mayo

21. Berikan

bronkodilator bila

perlu

22. Berikan pelembab

udara Kassa basah

NaCl Lembab

23. Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

24. Monitor respirasi dan

status O2

2 Gangguan Pertukaran gas

Definisi : Kelebihan atau

kekurangan dalam oksigenasi

dan atau pengeluaran

karbondioksida di dalam

membran kapiler alveoli

Batasan karakteristik :

Gangguan penglihatan

Penurunan CO2

Takikardi

Hiperkapnia

Keletihan

somnolen

Iritabilitas

Hypoxia

kebingungan

Dyspnoe

nasal faring

AGD Normal

NOC :

  Respiratory Status :

Gas exchange

  Respiratory Status :

ventilation

  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang

adekuat

  Memelihara

kebersihan paru paru

dan bebas dari tanda

tanda distress

pernafasan

   Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu

NIC :

Airway Management

         Buka jalan

nafas, guanakan

teknik chin lift atau

jaw thrust bila perlu

         Posisikan

pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

         Identifikasi

pasien perlunya

pemasangan alat

jalan nafas buatan

         Pasang mayo

bila perlu

         Lakukan

fisioterapi dada jika

perlu

         Keluarkan

sekret dengan batuk

48

Page 49: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

sianosis

warna kulit abnormal

(pucat, kehitaman)

Hipoksemia

hiperkarbia

sakit kepala ketika bangun

frekuensi dan kedalaman

nafas abnormal

Faktor faktor yang

berhubungan :

ketidakseimbangan perfusi

ventilasi

perubahan membran

kapiler-alveolar

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

   Tanda tanda vital dalam

rentang normal

atau suction

         Auskultasi

suara nafas, catat

adanya suara

tambahan

         Lakukan

suction pada mayo

         Berika

bronkodilator bial

perlu

         Barikan

pelembab udara

         Atur intake

untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

         Monitor

respirasi dan status

O2

Respiratory Monitoring

         Monitor rata –

rata, kedalaman,

irama dan usaha

respirasi

         Catat

pergerakan

dada,amati

kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot supraclavicular

dan intercostal

         Monitor suara

nafas, seperti

dengkur

         Monitor pola

nafas : bradipena,

49

Page 50: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

takipenia, kussmaul,

hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

         Catat lokasi

trakea

         Monitor

kelelahan otot

diagfragma

(gerakan

paradoksis)

         Auskultasi

suara nafas, catat

area penurunan /

tidak adanya

ventilasi dan suara

tambahan

         Tentukan

kebutuhan suction

dengan

mengauskultasi

crakles dan ronkhi

pada jalan napas

utama

         auskultasi

suara paru setelah

tindakan untuk

mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif

Definisi : Pertukaran udara

inspirasi dan/atau ekspirasi

tidak adekuat

Batasan karakteristik :

-    Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi

-    Penurunan pertukaran

NOC :

  Respiratory status :

Ventilation

  Respiratory status :

Airway patency

  Vital sign Status

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

NIC :

Airway Management

         Buka jalan

nafas, guanakan

teknik chin lift atau

jaw thrust bila perlu

         Posisikan

pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

50

Page 51: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

udara per menit

-    Menggunakan otot

pernafasan tambahan

-    Nasal flaring

-    Dyspnea

-    Orthopnea

-    Perubahan penyimpangan

dada

-    Nafas pendek

-    Assumption of 3-point

position

-    Pernafasan pursed-lip

-    Tahap ekspirasi

berlangsung sangat lama

-    Peningkatan diameter

anterior-posterior

-    Pernafasan

rata-rata/minimal

  Bayi : < 25 atau >

60

  Usia 1-4 : < 20

atau > 30

  Usia 5-14 : < 14

atau > 25

  Usia > 14 : < 11

atau > 24

-    Kedalaman pernafasan

  Dewasa volume

tidalnya 500 ml saat

istirahat

  Bayi volume

tidalnya 6-8 ml/Kg

-    Timing rasio

-    Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :

-          Hiperventilasi

-          Deformitas

ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas

dengan mudah, tidak

ada pursed lips)

  Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

  Tanda Tanda vital

dalam rentang normal

(tekanan darah, nadi,

pernafasan)

         Identifikasi

pasien perlunya

pemasangan alat

jalan nafas buatan

         Pasang mayo

bila perlu

         Lakukan

fisioterapi dada jika

perlu

         Keluarkan

sekret dengan batuk

atau suction

         Auskultasi

suara nafas, catat

adanya suara

tambahan

         Lakukan

suction pada mayo

         Berikan

bronkodilator bila

perlu

         Berikan

pelembab udara

Kassa basah NaCl

Lembab

         Atur intake

untuk cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

         Monitor

respirasi dan status

O2

Terapi Oksigen

  Bersihkan mulut,

hidung dan secret

trakea

  Pertahankan

51

Page 52: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

tulang

-          Kelainan

bentuk dinding dada

-          Penurunan

energi/kelelahan

-         

Perusakan/pelemaha

n muskulo-skeletal

-          Obesitas

-          Posisi tubuh

-          Kelelahan otot

pernafasan

-          Hipoventilasi

sindrom

-          Nyeri

-          Kecemasan

-          Disfungsi

Neuromuskuler

-          Kerusakan

persepsi/kognitif

-          Perlukaan pada

jaringan syaraf

tulang belakang

-          Imaturitas

Neurologis

jalan nafas yang

paten

  Atur peralatan

oksigenasi

  Monitor aliran

oksigen

  Pertahankan

posisi pasien

  Onservasi adanya

tanda tanda

hipoventilasi

  Monitor adanya

kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

Monitor TD,

nadi, suhu, dan

RR

Catat adanya

fluktuasi

tekanan darah

Monitor VS saat

pasien

berbaring,

duduk, atau

berdiri

Auskultasi TD

pada kedua

lengan dan

bandingkan

Monitor TD,

nadi, RR,

sebelum,

selama, dan

setelah aktivitas

52

Page 53: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Monitor kualitas

dari nadi

Monitor

frekuensi dan

irama

pernapasan

Monitor suara

paru

Monitor pola

pernapasan

abnormal

Monitor suhu,

warna, dan

kelembaban

kulit

Monitor sianosis

perifer

Monitor adanya

cushing triad

(tekanan nadi

yang melebar,

bradikardi,

peningkatan

sistolik)

Identifikasi

penyebab dari

perubahan vital

sign

4 Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak

cukup untuk keperluan

metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

-    Berat badan 20 % atau

NOC :

  Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

  Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

  Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

NIC :

Nutrition Management

  Kaji adanya

alergi makanan

  Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang

53

Page 54: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

lebih di bawah ideal

-    Dilaporkan adanya intake

makanan yang kurang

dari RDA (Recomended

Daily Allowance)

-    Membran mukosa dan

konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang

digunakan untuk

menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada

rongga mulut

-    Mudah merasa kenyang,

sesaat setelah mengunyah

makanan

-    Dilaporkan atau fakta

adanya kekurangan

makanan

-    Dilaporkan adanya

perubahan sensasi rasa

-    Perasaan

ketidakmampuan untuk

mengunyah makanan

-    Miskonsepsi

-    Kehilangan BB dengan

makanan cukup

-    Keengganan untuk makan

-    Kram pada abdomen

-    Tonus otot jelek

-    Nyeri abdominal dengan

atau tanpa patologi

-    Kurang berminat

terhadap makanan

-    Pembuluh darah kapiler

mulai rapuh

-    Diare dan atau steatorrhea

-    Kehilangan rambut yang

cukup banyak (rontok)

badan

  Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda

tanda malnutrisi

  Tidak terjadi

penurunan berat badan

yang berarti

dibutuhkan pasien.

  Anjurkan pasien

untuk meningkatkan

intake Fe

  Anjurkan pasien

untuk meningkatkan

protein dan vitamin

C

  Berikan substansi

gula

  Yakinkan diet

yang dimakan

mengandung tinggi

serat untuk

mencegah

konstipasi

  Berikan makanan

yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

  Ajarkan pasien

bagaimana

membuat catatan

makanan harian.

  Monitor jumlah

nutrisi dan

kandungan kalori

  Berikan

informasi tentang

kebutuhan nutrisi

  Kaji kemampuan

pasien untuk

mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

  BB pasien dalam

batas normal

54

Page 55: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

-    Suara usus hiperaktif

-    Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang

berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan

atau mencerna makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor

biologis, psikologis atau

ekonomi.

  Monitor adanya

penurunan berat

badan

  Monitor tipe dan

jumlah aktivitas

yang biasa

dilakukan

  Monitor interaksi

anak atau orangtua

selama makan

  Monitor

lingkungan selama

makan

  Jadwalkan

pengobatan  dan

tindakan tidak

selama jam makan

  Monitor kulit

kering dan

perubahan

pigmentasi

  Monitor turgor

kulit

  Monitor

kekeringan, rambut

kusam, dan mudah

patah

  Monitor mual

dan muntah

  Monitor kadar

albumin, total

protein, Hb, dan

kadar Ht

  Monitor

makanan kesukaan

  Monitor

pertumbuhan dan

perkembangan

  Monitor pucat,

55

Page 56: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

  Monitor kalori

dan intake nuntrisi

  Catat adanya

edema, hiperemik,

hipertonik papila

lidah dan cavitas

oral.

  Catat jika lidah

berwarna magenta,

scarlet

5 Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko

masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko :

-          Prosedur Infasif

-          Ketidakcukupan

pengetahuan untuk

menghindari paparan

patogen

-          Trauma

-          Kerusakan jaringan

dan peningkatan

paparan lingkungan

-          Ruptur membran

amnion

-          Agen farmasi

(imunosupresan)

-          Malnutrisi

-          Peningkatan

paparan lingkungan

patogen

-          Imonusupresi

NOC :

  Immune Status

  Knowledge :

Infection control

  Risk control

Kriteria Hasil :

  Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi

  Mendeskripsikan

proses penularan

penyakit, factor yang

mempengaruhi

penularan serta

penatalaksanaannya,

  Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

  Jumlah leukosit

dalam batas normal

  Menunjukkan

perilaku hidup sehat

NIC :

Infection Control

(Kontrol infeksi)

         Bersihkan

lingkungan setelah

dipakai pasien lain

         Pertahankan

teknik isolasi

         Batasi

pengunjung bila

perlu

         Instruksikan

pada pengunjung

untuk mencuci

tangan saat

berkunjung dan

setelah berkunjung

meninggalkan

pasien

         Gunakan

sabun antimikrobia

untuk cuci tangan

         Cuci tangan

setiap sebelum dan

56

Page 57: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

-          Ketidakadekuatan

imum buatan

-          Tidak adekuat

pertahanan sekunder

(penurunan Hb,

Leukopenia, penekanan

respon inflamasi)

-          Tidak adekuat

pertahanan tubuh primer

(kulit tidak utuh, trauma

jaringan, penurunan

kerja silia, cairan tubuh

statis, perubahan sekresi

pH, perubahan

peristaltik)

-          Penyakit kronik

sesudah tindakan

kperawtan

         Gunakan baju,

sarung tangan

sebagai alat

pelindung

         Pertahankan

lingkungan aseptik

selama pemasangan

alat

         Ganti letak IV

perifer dan line

central dan dressing

sesuai dengan

petunjuk umum

         Gunakan

kateter intermiten

untuk menurunkan

infeksi kandung

kencing

         Tingktkan

intake nutrisi

         Berikan terapi

antibiotik bila perlu

Infection Protection

(proteksi terhadap

infeksi)

         Monitor tanda

dan gejala infeksi

sistemik dan lokal

         Monitor

hitung granulosit,

WBC

         Monitor

kerentanan terhadap

infeksi

         Batasi

57

Page 58: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

pengunjung

         Saring

pengunjung

terhadap penyakit

menular

         Partahankan

teknik aspesis pada

pasien yang

beresiko

         Pertahankan

teknik isolasi k/p

         Berikan

perawatan kuliat

pada area epidema

         Inspeksi kulit

dan membran

mukosa terhadap

kemerahan, panas,

drainase

         Ispeksi

kondisi luka / insisi

bedah

         Dorong

masukkan nutrisi

yang cukup

         Dorong

masukan cairan

         Dorong

istirahat

         Instruksikan

pasien untuk minum

antibiotik sesuai

resep

         Ajarkan

pasien dan keluarga

tanda dan gejala

infeksi

         Ajarkan cara

58

Page 59: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

menghindari infeksi

         Laporkan

kecurigaan infeksi

         Laporkan

kultur positif

6 Intoleransi aktivitas b/d curah

jantung yang rendah,

ketidakmampuan memenuhi

metabolisme otot rangka,

kongesti pulmonal yang

menimbulkan hipoksinia,

dyspneu dan status nutrisi

yang buruk selama sakit

Intoleransi aktivitas b/d

fatigue

Definisi : Ketidakcukupan

energu secara fisiologis

maupun psikologis untuk

meneruskan atau

menyelesaikan aktifitas yang

diminta atau aktifitas sehari

hari.

Batasan karakteristik :

a.       melaporkan secara

verbal adanya kelelahan

atau kelemahan.

b.       Respon abnormal

dari tekanan darah atau

nadi terhadap aktifitas

c.        Perubahan EKG

yang menunjukkan

aritmia atau iskemia

d.       Adanya dyspneu

atau ketidaknyamanan

saat beraktivitas.

NOC :

  Energy

conservation

  Self Care :

ADLs

Kriteria Hasil :

  Berpartisipasi

dalam aktivitas

fisik tanpa disertai

peningkatan

tekanan darah, nadi

dan RR

  Mampu

melakukan

aktivitas sehari hari

(ADLs) secara

mandiri

NIC :

Energy Management

  Observasi adanya

pembatasan klien

dalam melakukan

aktivitas

  Dorong anal

untuk

mengungkapkan

perasaan terhadap

keterbatasan

  Kaji adanya

factor yang

menyebabkan

kelelahan

  Monitor nutrisi 

dan sumber energi

tangadekuat

  Monitor pasien

akan adanya

kelelahan fisik dan

emosi secara

berlebihan

  Monitor respon

kardivaskuler 

terhadap aktivitas

  Monitor pola

tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

  Kolaborasikan

59

Page 60: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Faktor factor yang

berhubungan :

         Tirah Baring atau

imobilisasi

         Kelemahan

menyeluruh

        

Ketidakseimbangan

antara suplei oksigen

dengan kebutuhan

         Gaya hidup yang

dipertahankan.

dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan

progran terapi yang

tepat.

  Bantu klien

untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang

mampu dilakukan

  Bantu untuk

memilih aktivitas

konsisten

yangsesuai dengan

kemampuan fisik,

psikologi dan social

  Bantu untuk

mengidentifikasi

dan mendapatkan

sumber yang

diperlukan untuk

aktivitas yang

diinginkan

  Bantu untuk

mendpatkan alat

bantuan aktivitas

seperti kursi roda,

krek

  Bantu untu

mengidentifikasi

aktivitas yang

disukai

  Bantu klien

untuk membuat

jadwal latihan

diwaktu luang

  Bantu

pasien/keluarga

untuk

60

Page 61: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

mengidentifikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

  Sediakan

penguatan positif

bagi yang aktif

beraktivitas

  Bantu pasien

untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

  Monitor respon

fisik, emoi, social

dan spiritual

7 Cemas b/d penyakit kritis,

takut kematian atau

kecacatan, perubahan peran

dalam lingkungan social atau

ketidakmampuan yang

permanen.

Definisi :

Perasaan gelisah yang tak

jelas dari ketidaknyamanan

atau ketakutan yang disertai

respon autonom (sumner

tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu);

perasaan keprihatinan

disebabkan dari antisipasi

terhadap bahaya. Sinyal ini

merupakan peringatan adanya

ancaman yang akan datang

dan memungkinkan individu

untuk mengambil langkah

untuk menyetujui terhadap

NOC :

  Anxiety control

  Coping

  Impulse control

Kriteria Hasil :

  Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan

gejala cemas

  Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik

untuk mengontol

cemas

  Vital sign dalam

batas normal

  Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

NIC :

Anxiety Reduction

(penurunan kecemasan)

         Gunakan

pendekatan yang

menenangkan

         Nyatakan

dengan jelas

harapan terhadap

pelaku pasien

         Jelaskan

semua prosedur dan

apa yang dirasakan

selama prosedur

         Pahami

prespektif pasien

terhdap situasi stres

         Temani pasien

untuk memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

         Berikan

61

Page 62: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

tindakan

Ditandai dengan

         Gelisah

         Insomnia

         Resah

         Ketakutan

         Sedih

         Fokus pada

diri

         Kekhawatiran

         Cemas

kecemasan informasi faktual

mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

         Dorong

keluarga untuk

menemani anak

         Lakukan

back / neck rub

         Dengarkan

dengan penuh

perhatian

         Identifikasi

tingkat kecemasan

         Bantu pasien

mengenal situasi

yang menimbulkan

kecemasan

         Dorong pasien

untuk

mengungkapkan

perasaan, ketakutan,

persepsi

         Instruksikan

pasien

menggunakan

teknik relaksasi

         Barikan obat

untuk mengurangi

kecemasan

8 Kurang pengetahuan b/d

keterbatasan pengetahuan

penyakitnya, tindakan yang

dilakukan, obat obatan yang

diberikan, komplikasi yang

mungkin muncul dan

perubahan gaya hidup

NOC :

  Kowlwdge :

disease process

  Kowledge : health

Behavior

Kriteria Hasil :

  Pasien dan

keluarga menyatakan

NIC :

Teaching : disease

Process

1.       Berikan

penilaian tentang

tingkat pengetahuan

pasien tentang

proses penyakit

62

Page 63: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya

informasi kognitif

sehubungan dengan topic

spesifik.

Batasan karakteristik :

memverbalisasikan adanya

masalah, ketidakakuratan

mengikuti instruksi, perilaku

tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi.

pemahaman tentang

penyakit, kondisi,

prognosis dan

program pengobatan

  Pasien dan

keluarga mampu

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara

benar

  Pasien dan

keluarga mampu

menjelaskan kembali

apa yang dijelaskan

perawat/tim

kesehatan lainnya.

yang spesifik

2.       Jelaskan

patofisiologi dari

penyakit dan

bagaimana hal ini

berhubungan

dengan anatomi dan

fisiologi, dengan

cara yang tepat.

3.       Gambarkan

tanda dan gejala

yang biasa muncul

pada penyakit,

dengan cara yang

tepat

4.       Gambarkan

proses penyakit,

dengan cara yang

tepat

5.       Identifikasi

kemungkinan

penyebab, dengna

cara yang tepat

6.       Sediakan

informasi pada

pasien tentang

kondisi, dengan cara

yang tepat

7.       Hindari

harapan yang

kosong

8.       Sediakan bagi

keluarga atau SO

informasi tentang

kemajuan pasien

dengan cara yang

tepat

9.       Diskusikan

perubahan gaya

63

Page 64: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

hidup yang

mungkin diperlukan

untuk mencegah

komplikasi di masa

yang akan datang

dan atau proses

pengontrolan

penyakit

10.    Diskusikan

pilihan terapi atau

penanganan

11.    Dukung pasien

untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan

second opinion

dengan cara yang

tepat atau

diindikasikan

12.    Eksplorasi

kemungkinan

sumber atau

dukungan, dengan

cara yang tepat

13.    Rujuk pasien

pada grup atau

agensi di komunitas

lokal, dengan cara

yang tepat

14.    Instruksikan

pasien mengenai

tanda dan gejala

untuk melaporkan

pada pemberi

perawatan

kesehatan, dengan

cara yang tepat

64

Page 65: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

2.3.7 Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah

dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan

perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi

prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap

intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan

perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya

untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,

meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat

memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit

(DoengesMarilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

2.3.8 Evaluasi Keperawatan

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon

pasien  terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil

yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif

dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat

dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan

kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil

pasien yang mungkin diperlukan.

Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :

jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan

nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,

kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya.

65

Page 66: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang

berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi

yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.

Penyebabnya rokok, polutan, infeksi, keturunan, usia dan lain lain. Risiko

utama untuk timbulnya bronchitis kronik adalah merokok. Komponen-

komponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel

penghasilan mucus bronkus dan silia. Komponen-komponen tersebut juga

merangsang peradangan kronik, yang merupakan ciri khas bronchitis kronik.

Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.

Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan

sel-sel goblet meningkatkan jumlahnya, fungsi silia menurun , dan lebih

banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit

dan tersumbat.

Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan

membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar,

yang berperan penting dalam manghancurkan partikel asing, termasuk

bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran

pernapasan. .penyempitan bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat

perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin

terjadi perubahan yang irreversible, kemungkinan mengakibatkan emfisema

dan bronkiektasis.

3.2 Saran

66

Page 67: Kosep Dasar Penyakit Bronkitis Dan askep pasien bronchitis

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan  bergaya hidup sehat dan cara

menjaga diri dari lingkungan dan meningkatkan asupan makanan yang bergizi

yang meningkatakan daya tahan tubuh serta diet tinggi serat yang mempunyai

efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)., 2003. Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK): Pedoman diagnostic dan Penatalaksanaan di Indonesia.

Ganong, William F. 2003. A Lange Medical Book: Review of Medical

Physiology - 21st Edition, USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Guyton, Arthur C., and John E. Hall. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Davey, Patrick, 2006. At a Glance Medicine, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal; 89

Harrison, T.R. 2005. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th edition,

USA: The Mac Graw-Hill Companies. Mansjoer, Arif, dkk., ed.

2005. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi ke-3 . Jakarta: Media

Aesculapius.

West, John B., 2003. Pulmonary Pathophysiology, The Essential Sixth

Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwers

Company.

67