Antibiotik Golongan Quinolone

20
QUINOLONE Antibiotik Golongan Quinolone A. Definisi Quinolone Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Quinolone baru dengan atom Fluor pada cincin Quinolone ( karena itu dinamakan juga Fluoroquinolone). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Quinolone ini digunakan untuk infeksi sistemik. Secara garis besar golongan quinolone dapat dibagi menjadi dua kelompok 1. Quinolone : kelompok ini tidak punya manfaat klinik untuk pengobatan infeksi sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah. Selain itu daya bekterinya agak lemah dan resistensi juga cepat timbul. Indikasi kliniknya terbatas sebagai antiseptic saluran kemih. Yang termasuk kelompok ini adalah asam nalidiksat dan asam pipemidat. 2. Fluoroquinolone : kelompok ini disebut demikian karena adanya atom fluor pada posisi 6 dalam struktur molekulnya. Daya antibekateri fluoroquinolone jauh lebih kuat dibandingkan quinolone lama. Selain itu kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parentreral sehingga dapat digunakan unutk penanggulangan

description

antibiotik golongan quinolone

Transcript of Antibiotik Golongan Quinolone

Antibiotik Golongan Quinolone

QUINOLONEAntibiotik Golongan QuinoloneDefinisi Quinolone

Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Quinolone baru dengan atom Fluor pada cincin Quinolone ( karena itu dinamakan juga Fluoroquinolone). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. Golongan Quinolone ini digunakan untuk infeksi sistemik. Secara garis besar golongan quinolone dapat dibagi menjadi dua kelompok

Quinolone : kelompok ini tidak punya manfaat klinik untuk pengobatan infeksi sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah. Selain itu daya bekterinya agak lemah dan resistensi juga cepat timbul. Indikasi kliniknya terbatas sebagai antiseptic saluran kemih. Yang termasuk kelompok ini adalah asam nalidiksat dan asam pipemidat.

Fluoroquinolone : kelompok ini disebut demikian karena adanya atom fluor pada posisi 6 dalam struktur molekulnya. Daya antibekateri fluoroquinolone jauh lebih kuat dibandingkan quinolone lama. Selain itu kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parentreral sehingga dapat digunakan unutk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang disebabkan oleh bakteri gram negatif. Yang termasuk dalam golongan ini adalah Spirofloksasin, Moksifloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.

B. Mekanisme Kerja Obat

Pada saat perkembangbiakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.

Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Quinolone & Fluroquinolone menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

C. Spektrum Antibakteri

Quinolone aktif terhadap beberapa kuman Gram-Negatif antara lain : E. Coli, Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Quinolone ini bekerja dengan menghambat subunit A dari Enzim DNA graise Kuman, Akibatnya reflikasi DNA terhenti.

Fluroquinolone lama ( Siproflaksin, Ofoflaksin, Norfloksasin ) mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E. Coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H. Influenzae, Providencia, Serratia, Salmonelle, N. Meningitis, n. Gonorrhoeae, B. Catarrhalis dan Yersinia Entericolitia, tetapi terhadap kuman Gram-Fositif daya antibakteinya kurang baik.

Fluroquinolone Baru ( Moksifloksasin, Levloksasin ) mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman Gram Positif dan kuman Gram-Negatif, serta kuman atipik ( Mycoplasma, chlamdya ), Uji klinik menunjukan bahwa fluroquinolone baru ini efektif untuk bakterial bronkitis kronis.

D. Resistensi

Resistensi terhadap quinolone dapat terjadi melalui 3 Mekanisme, yaitu :

Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA graise kuman berubah sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi.

Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat kedalam sel.

Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).

E. Farmakokinetik

Asam Nalidiksat diserap baik melalui saluran cerna tetapi dengan cepat dieksresikan dengan cepat melalui Ginjal. Fluroqinolone diserap lebih baik melalui saluran cerna dibandingkan dengan asam nalidiksat. Pefloksasin adalah Fluroquinolone yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan pemberian parenteral. Penyerapan Siproflaksin dan Flurokiunolon lainnya akan terhambat bila diberikan bersama Antasida. Sifat Flurokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam prostat, dan cairan serebrospinalis bila ada Meningitis, Sifat lainnya yang mengunutngkan adalah masa paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali dalam sehari.

F. Indikasi

Asam Nalidiksat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran Kemih, sedangkan Fluroquinolone digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas, antara lain :

Infeksi Saluran Kemih ( ISK )Fluroquinilone Efektif untuk ISK yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan kuman P. Aeruginosa. Siprofloksasin, Norfloksasin, dan floksasin dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat diginakan untuk terapi prostatitis bakterial akut maupun kronis.

Infeksi Saluran CernaFlurokuinilon juga Efektif untuk Diare yang disebabkan oleh shingela, Salmonella, E. Coli, dan Campylobacter, Siploksasin dan ofloksasin mempunyai efektifitas yang baik terhadap demam Tifoid.

Infeksi Saluran Nafas ( ISN )Secara Umum Efektifitas Fluroquinolone ( Siproflaksin, Ofloksasin, dan enoksasin ) cukup baik untuk bakterial saluran nafas bawah. Tetapi ada lagi Fluroqinolone ( moksifloksasin, Gemifloksasin,dan Levloksasin ) mempunyai daya antibakteri yang cukup baik terhadap kuman Gram-Positif maupun kuman Gram-Negatif, dan kuman atipik penyebab infeksi saluran nafas Bawah.

Penyakit yang ditularkan Melalui Hubungan SeksualSiprofloksasin oral dan levofloksasin oral merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan Uretritis dan Servitis oleh gonokukus.

Infeksi Kulit dan Jaringan LunakFlurokinolon Oral mempunyai efektiitas sebanding dengan sealosporin parenteral untuk pengobatan infeksi berat pada kulit atau jaringan lunak.

H.Efek Samping

Efek samping kuinolon meliputi mual, muntah, dispepsia, nyeri lambung, diare (jarang, kolitis terkait antibiotik), sakit kepala, pusing, gangguan tidur, ruam (sindroma Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik), dan pruritus. Efek samping yang jarang terjadi antara lain anoreksia, peningkatan kadar urea dan kreatinin dalam darah, mengantuk, restlessness, astenia, depresi, bingung, halusinasi, kejang, tremor, paraestesia, hipoastesia, fotosensitivitas, reaksi hiper-sensitivitas termasuk demam, urtikaria, angioedema, artralgia, mialgia dan anafilaksis serta gangguan darah (mencakup eosinofilia, leukopenia, trombositopenia, selain itu dapat juga terjadi gangguan penglihatan, pengecapan, pendengaran dan penciuman. Juga dilaporkan terjadinya inflamasi tendon dan kerusakan tendon (terutama pada lansia dan penggunaan bersama kortikosteroid). Efek samping lain yang juga dilaporkan anemia hemolitik, gagal ginjal, nefritis interstisial dan disfungsi hati (termasuk hepatitis dan cholestatic jaundice). Obat sebaiknya dihentikan bila terjadi reaksi hipersensitivitas (termasuk ruam berat), reaksi neurologis atau reaksi psikiatrik. Secara Umum dapat dikatakan bahwa efek samping golongan quinolone sepadan dengan antibiotik golongan lain. Beberapa Efek samping yang dihubungkan dengan penggunaan obat ini adalah :

Saluran Cerna : Efek samping ini paling sering timbul akibat penggunaan golongan kuinolon, dan bermanifestasi dalam bentuk mual, dan rasa tidak enak diperut.

Susunan Saraf Pusat : Yang paling sering terjadi adalah Sakit kepala dan Pusing. Bentuk yang jarang timbul ialah Halusinasi. Kejang dan delirium.Hepatotoksisitas : Efek samping ini jarang terjadi.

Kardiotoksisitas : Akumulasi kalium dalam miosit, akibatnya terjadi aritmia Ventrikel.

Disglikemia : Dapat Menimbulkan hiper atau hipoglikemia. Akibatnya akan memperparah penyakit diabetes Melitus.

H. Interaksi Obat

Golongan Quinolone dan Fluroquinolone berinteraksi dengan beberapa obat, Misalnya :

AntasidAbsorpsi quinolone dan Fluroquinolone dapat berkurang hingga 50% jika diminum bersamaan dengan Antasid.

TeofilinAkan Menghambat Metabolisme Teofolin dan meningkatkan kadar teofilin dalam darah, sehingga dapat terjadi intoksikasi.

Obat Anti ArtimiaAkan mengakibatkan terjadinya Akumulasi kalium dalam miosit, akibatnya terjadi aritmia Ventrikel.

I. Sediaan di PasaranSiprofloksasinIndikasi: infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Profilaksis pada bedah saluran cerna bagian atas. Lihat juga keterangan di atas.

Peringatan: Hindari alkalinisasi urin berlebihan dan pastikan minum yang cukup (risiko kristaluria); Hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor, karena dapat menurunkan kewaspadaan, efeknya meningkat dengan adanya alkohol.Interaksi: lihat Lampiran 1 (kuinolon).

Efek Samping: flatulen, disfagia, pankreatitis, takikardia, hipotensi, udem, kemerahan, berkeringat, gangguan dalam bergerak, tinnitus, vaskulitis, tenosinovitis, eritema, nodosum, hemorrhagic bullae, petechiaedan hiperglikemia; nyeri dan flebitis pada tempat penyuntikan.

Dosis: oral:infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali sehari.

Infeksi saluran kemih, 250-500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa komplikasi, 250 mg dua kali sehari selam 3 hari). Gonore 500 mg dosis tunggal. Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis750 mg dua kali sehari; ANAK 5-17 tahun (lihat Peringatandi atas), sampai 20 mg/kg bb dua kali sehari (maksimal 1,5g sehari). Infeksi lain, 500-750 mg dua kali sehari. Profilaksis bedah, 750 mg 60-90 menit sebelum operasi. Injeksi intravena:(selama 30-60 menit), 200-400 mg dua kali sehari. Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis400 mg dua kali sehari. ANAK 5-17 tahun (lihat Peringatandi atas), sampai 10 mg/kg bb tiga kali sehari (maksimal 1,2 g sehari). Infeksi saluran kemih, 100 mg dua kali sehari. Gonore, 100 mg dosis tunggal.

ANAK: tidak dianjurkan (lihat Peringatandi atas). Tapi bila pertimbangan manfaat risiko menguntungkan, oral: 10-30mg/kg bb/hari dibagi dua dosis; intravena: 8-16 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis. Antraks (pengobatan dan profilaksis setelah terpapar, lihat keterangan diatas), oral,500 mg sehari dua kali; ANAK 30 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis (maksimal 1 g per hari) Injekasi intravena,400 mg sehari dua kali; ANAK 20 mg/kg bb/hari dibagi 2 dosis (Maksimal 800 mg per hari).

OfloksasinIndikasi: infeksi yang disebabkan strainyang rentan terhadap ofloksasin seperti Staphylococcus sp., Streptococcuspneumoniae, Micrococcus sp., Corynebacterium sp., Branhamella catarrhalis, Pseudomonas sp., Pseudomonas aeruginosa, Haemophilus sp., (Haemophilus influenza, Haemophilus aegyptius) Moraxella sp (Morax-Axenfeld diplo bacillus) Serratia sp. Klebsiella sp., Proteus sp., Acinobacter sp., dan bakteri anaerob (Propionibacterium acne): blepharitis, dacryo-cystitis, konjungtivitis, tarsadenitis, keratitis dan corneal ulcer.

Peringatan: gangguan fungsi hati; pasien dengan riwayat kelainan psikiatrik; hindari penggunaan jangka panjang. Sedimentasi pada ulcerdapat terjadi pada pengobatan untuk corneal ulcerdengan kuinolon topikal. Bila tidak hati-hati dapat merusak (dijaringan kornea)Hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor, karena dapat menurunkan kewaspadaan.

Efek Samping: Takikardia, hipotensi transient, reaksi vaskulitis, ansietas, sempoyongan (unsteady gait), neuropati, gejala ekstrapiramidal, reaksi psikosis (hentikan pengobatan- lihat keterangan di atas); sangat jarang terjadi: perubahan gula darah dan reaksi vaskulitis, terdapat kasus pneumonitis. Pada pemberian intravena dapat terjadi hipotensi dan reaksi lokal (tromboflebitis).

Dosis: oral: infeksi saluran kemih, 200-400 mg/hari, sebaiknya pagi hari. Pada infeksi saluran kemih atas dapat dinaikkan sampai dua kali 400 mg/hari. Infeksi saluran kemih bawah, 400 mg/hari, bila perlu dapat dinaikkan menjadi dua kali 400 mg/hari. Infeksi jaringan lunak, 400 mg dua kali sehari. Gonore tanpa komplikasi, 400 mg dosis tunggal. Infeksi Klamidia genital tanpa komplikasi, uretritis non-gonokokus, 400 mg per hari dosis tunggal atau dosis terbagi selama 7 hari. Penyakit radang pelvik 400mg dosis tunggal. Infus intravena:(200 mg/30 menit). Infeksi saluran kemih dengan komplikasi, 200 mg/ hari. Infeksi saluran kemih bawah, 200 mg dua kali sehari. Septikemia, 200 mg dua kali sehari. Infeksi kulit dan jaringan lunak, 400 mg dua kali sehari. Pada infeksi berat atau dengan komplikasi, dosis dapat ditingkatkan menjadi 400 mg dua kali sehari.

MoksifloksasinIndikasi: eksaserbasi akut bronkitis kronik; pneumonia dari lingkungan (community-acquired pneumonia); sinusitis bakterial akut yang didiagnosis dengan baik, infeksi kulit complicated atau infeksi struktur kulit yang memerlukan terapi inisial parenteral dan dilanjutkan dengan oral.

Peringatan: lihat keterangan di atas; aritmia dengan kondisi pre-disposisi aritmia, termasuk iskemia otot jantung; Hati-hati pada pengendara kendaraan bermotor, karena dapat menurunkan kewaspadaan.

Kontraindikasi: lihat keterangan di atas; gangguan fungsi hati berat; memiliki riwayat perpanjangan interval QT, bradikardia, memiliki riwayat aritmia simtomatik, gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikular kiri, gangguan elektrolit, pemberian bersama dengan obat yang diketahui dapat memperpanjang interval QT.

Efek Samping: lihat keterangan di atas; juga mulut kering, stomatitis, glossitis, flatulens, konstipasi, aritmia, palpitasi, udem perifer, angina, perubahan tekanan darah, dyspnoea, ansietas, dan berkeringat; jarang: hipotensi, hi- perlipidemia, agitasi, mimpi yang tidak normal, inkordinasi, hiperglikemia dan kulit kering.

Dosis: 400 mg sekali sehari selama 10 hari untuk pneumonia yang didapat dari lingkungan, 5-10 hari untuk eksaserbasi (akut) dari bronkitis kronik, 7 hari untuk sinusitis. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada manula, pasien dengan berat badan rendah atau pasien rawat jalan dengan gangguan fungsi ginjal ringan sampai sedang (Bersihan kreatinin di atas 30 mL/menit/1,73 m2).LevofloksasinIndikasi: infeksi sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi bakterial akut pada bronkitis kronik, pneumonia komunitas (community-acquired pneumonia), uncomplicated skin dan skin structure infections, infeksi saluran kemih kompleks (complicated urinary tract infection), dan pielonefritis akut karena mikroorganisme yang sensitif.

Peringatan: kejang, psikosis toksik, peningkatan tekanan intrakranial, stimulasi sistem saraf pusat, hipersensitifitas, reaksi anafilaksis, kolitis pseudomembran, kolitis terkait dengan antibiotik, ruptur tendon, hidrasi yang adekuat harus dipertahankan, insufisiensi ginjal, reaksi fototoksisitas sedang hingga berat, diketahui atau dicurigai gangguan sistem saraf pusat, gangguan glukosa darah, diabetes.

Interaksi: berpotensi membentuk kelat bersama ion logam (Al, Cu, Zn, Mg, Ca), antasida mengandung aluminium atau magnesium dan obat mengandung besi menurunkan absorpsi levofloksasin, penggunaan bersama AINS dengan kuinolon dapat meningkatkan risiko stimulasi SSP dan serangan kejang, gangguan glukosa darah, termasuk hiperglikemia dan hipoglikemia jika diberikan bersama obat antidiabetik, levofloksasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis, sehingga dapat memberikan hasil negatif palsu pada diagnosis bakteri tuberkulosis.

Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap levofloksasin dan antimikroba golongan kuinolon, epilepsi, riwayat gangguan tendon terkait pemberian florokuinolon, anak atau remaja, kehamilan, menyusui.

Efek Samping: diare, mual, vaginitis, flatulens, pruritis, ruam, nyeri abdomen, genital moniliasis, pusing, dispepsia, insomnia, gangguan pengecapan, muntah, anoreksia, ansietas, konstipasi, edema, lelah, sakit kepala, palpitasi, parestesia, sindrom Stevens-Johnson, vasodilatasi tendon rupture.

Dosis: oral dan parenteral, 250 mg 750 mg sekali sehari selama 7-14 hari, tergantung pada jenis dan keparahan penyakit serta sensisitifitas patogen yang dianggap penyebab penyakit, sinusitis akut, 500 mg per hari selama 10-14 hari, eksaserbasi dari bronkitis kronik, 250-500 mg per hari selama 7-14 hari, pneumonia yang didapat dari lingkungan, 500 mg sekali atau dua kali sehari selama 7-14 hari, infeksi saluran kemih, 250 mg selama 7-10 hari (selama 3 hari untuk infeksi tanpa komplikasi), prostatitis kronik, 500 mg sekali selama 28 hari. Infeksi kulit dan jaringan lunak, 250 mg sehari atau 500 mg sekali atau dua kali sehari selama 7-14 hari, intravena (500 mg selama paling tidak 60 menit), pneumonia yang didapat dari lingkungan, 500 mg sekali atau dua kali sehari, infeksi saluran kemih dengan komplikasi, 250 mg sehari, dapat ditingkatkan pada infeksi parah, infeksi kulit dan jaringan lunak, 500 mg dua kali sehari.

PefloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.

NorfloksasinEfek Samping: lihat keterangan di atas. Dapat menimbulkan anoreksia, depresi, ansietas, tinitus, nekrolisis epidermal tosik, dermatitis eksfoliatif, eritema multiforme (sindrom Stevens-Johnson)

Dosis: infeksi saluran kemih, 400 mg dua kali sehari selama 7-10 hari (3 hari untuk kasus tanpa komplikasi). Infeksi saluran kemih kronis dan berulang, 400 mg dua kali sehari sampai 12 minggu. dapat dikurangi menjadi 400 mg sekali sehari jika respons baik pada 4 minggu pertama.

SparfloksasinIndikasi: pneumonia akut berasal dari komunitas (CAP/Community-acquired pneumonia) yang diduga disebabkan oleh bakteri pneumokokus dan non-pneumokokus; eksaserbasi dari penyakit obstruksi paru menahun (COPD); sinusitis purulen akut; infeksi yang sudah resisten terhadap penisilin atau antibiotik beta-laktam lain.

Peringatan: reaksi fototoksisitas; penderita dengan riwayat pemanjangan QTc, kongenital atau didapat (misal infark miokard akut); penderita dengan riwayat hipokalemia (periksa kadar kalium sebelum pengobatan dengan sparfloksasin); bradiaritmia; tendinitis dan/atau ruptur tendon (terutama mempengaruhi tendon Achilles); rasa nyeri atau inflamasi; pasien yang diduga menderita tuberkulosis (perhatikan aktivitas potensial sparfloksasin terhadap mikobakteria); negatif palsu pada biakan mikobakteria; efek terhadap sistim saraf pusat (dianjurkan untuk tidak mengendarai atau menjalankan mesin); pasien hemodialisis atau dialisis peritoneum; hindari pemaparan terhadap sinar matahari, sinar terang dan sinar ultraviolet selama masa pengobatan ditambah lima hari setelah pengobatan selesai.

Interaksi: penggunaan bersama amiodaron, sotalol dan bepridil menimbulkan risiko torsades de pointeskarena perpanjangan interval Q-T (efek aditif elektrofisiologis); tidak dianjurkan kombinasi dengan obat yang dapat memperpanjang interval Q-T dan/atau menimbulkan torsades de pointesseperti antiaritmia (bretilium, disopiramid, prokainamid, kuinidin), dan obat-obat lain seperti astemisol, eritromisin, kuinin, klorokuin, halofantin, cisaprid, pentamid, probukol, terfenadin, vinkamin, beberapa antidepresan trisiklik, neuroleptik tertentu (seperti sulfoprid, fenotiasin) karena menimbulkan risiko torsades de pointesakibat pemanjangan interval Q-T (efek aditif elektrofisiologi); diperlukan pemantauan klinis dan elektrokardiografi secara seksama; hati-hati kombinasi bersama dengan garam magnesium, aluminium dan kalsium oksida dan hidroksida (dapat menurunkan penyerapan sparfloksasin sehingga selang waktu (lebih dari 4 jam) harus diberikan antara pemberian antasida dan sparfloksasin), garam besi dan seng (dosis oral > 30 mg per hari) harus diberikan minimal 2 jam setelah pemberian sparfloksasin; hati-hati pemberian pada kondisi hipokalemia yang disebabkan diuretik, laksatif, stimulan, amfoterisin B (intravena), kortikosteroid dan tetrakosaktid yang menyebabkan torsades de pointes, pada kondisi ini hipokalemia sebaiknya diatasi dahulu sebelum memulai pengobatan dengan sparfloksasin; hati-hati pemberian pada kondisi bradikardi yang disebabkan obat-obat seperti digoksin dan beta-bloker (dapat menyebabkan torsades de pointes); penggunaan dengan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) dan teofilin mengurangi ambang batas kejang.

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap sparfloksasin atau golongan kuinolon lainnya; penggunaan bersama dengan amiodaron, sotalol dan bepridil (lihat interaksi); kehamilan dan menyusui; anak-anak hingga akhir masa pertumbuhan; penderita dengan riwayat penyakit tendon berhubungan dengan floroluinolon; penderita dengan defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase; riwayat pemanjangan interval Q-T (faktor kongenital atau non-kongenital); penggunaan bersama dengan obat anti-aritmia atau obat lain yang menimbulkan aritmia.

Efek Samping: fototoksisitas termasuk manifestasi terbakar sinar matahari, eritema, dan lesi lepuh, (gejala fototoksik masih timbul setelah pengobatan dihentikan beberapa minggu); kemerahan, pruritus, bengkak, lepuh, gejala Steven-Johnson Syndrome, nyeri otot dan sendi, tendinitis, ruptur/ kerusakan tendon, gangguan irama jantung, termasuk torsades de pointes, aritmia, bradikardi, takikardi, takikardi ventrikel, mual, muntah, diare, nyeri perut, gastralgia, peningkatan enzim hati, ikterus, tremor, rasa mabuk, paraestesia, gangguan sensorik, sakit kepala, vertigo, halusinasi, gangguan tidur awal pengobatan, hipersensitifitas, urtikaria, angioedema, shok anafilaktik, edema quincke, trombositopenia yang sporadis, purpura trombositopenia, konjungtivis, uretritis, peningkatan transaminase sedang atau untuk sementara.

Dosis: Fungsi ginjal normal : dosis awal 400 mg sebagai dosis tungggal pada hari pertama, dilanjutkan 200 mg per hari dalam dosis tunggal, lama pengobatan rata-rata 10 hari untuk infeksi saluran pernafasan bagian bawah dan 4 hari untuk sinusitis, peningkatan dosis per hari tidak akan menambah manfaaat pengobatan; Gangguan fungsi ginjal: bersihan kreatinin lebih besar dari atau sama dengan 30 mL/menit, tidak diperlukan penyesuaian dosis, bersihan kreatinin lebih kecil dari 30 mL/menit, 400 mg dosis awal pada hari pertama, pada hari kedua pengobatan tidak diberikan, dilanjutkan dengan 200 mg pada hari ketiga, kemudian diberikan setiap 48 jam selama 10 hari; Tidak terdapat data untuk pasien gangguan hati berat. Obat ini dapat digunakan dengan atau tanpa makanan.

GatifloksasinAntibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk ijeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.

Tambahan aja siapa tau mau dimasukkin, kalo gak dimasukkin jg gpp kok hehehe :