ANEMIA lp
-
Upload
addiarto-widya -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of ANEMIA lp
![Page 1: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/1.jpg)
ANEMIA
A. PENGERTIAN
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2003).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).
B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi atau penyebabnya dibagi menjadi:
1. Anemia defisiensi
Anemia defisiensi yaitu anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan
bahan baku pembuat sel darah atau kekurangan salah satu atau beberapa
bahan yang diperuntukkan untuk pematangan eritrosit.
Anemia defisiensi ini masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi
secara morfologis, antara lain:
a. Micrositik hipokronik yaitu kekurangan zat besi (fe), piridoksin atau
tembaga, Anemia defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh:
Masukan besi kurang atau rendah : makanan kurang mengandung
besi, penyerapan kurang baik, pengeluaran yang berlebihan ( diare )
Kebutuhan yang meningkat ini biasanya terjadi pada : masa
pertumbuhan (seperti pada bayi, balita, remaja), wanita pada masa
menstruasi, wanita hamil dan menyusui, pengeluaran berlebihan
(infeksi cacing dan lain sebagianya)
b. Makrositik normokromik ( megaloblastik) yaitu kurang asam folat dan
vitamin B12
![Page 2: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/2.jpg)
2. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena rusaknya
sumsum tulang.
Klasifikasi dari anemia aplastik :
Aplasia yang mengenai sistem eritropoetik
Aplasia yang mengenai fratnulopoetik yang disebut agranulositosis
Aplasia yang mengenai sistem trombopoetik yang disebuat
amegakariostatik trombositopenik purpura (ITP)
Penyebab dari anemia aplastik ini diantaranya adalah :
Faktor congenital
Faktor didapat: diataranya karena bahan kimia, obat, radiasi, alergen,
infeksi dan idiopatik
3. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya
penghancuran darah sehingga umur dari eritrosit pendek (umur eritrosit
normalnya 100 sampai 120 hari).
Berdasarkan penyebab hemolisenya dapat dibagi lagi menjadi:
Kongenital : faktor dari eritrosit sendiri, gangguan enzim dari tubuh,
hemagloblastoma
Didapat : bahan kimia, obat, sitostatika, infeksi, idiopatik
4. Anemia Pasca perdarahan
Anemia pasca perdarahan ini adalah terjadi akibat kehilangan darah baik
secar cepat atau perlahan lahan.
Anemia perdarahan ini dapat di klasifikasikan laagi menjadi :
Perdarahan acut seperti karena kecelakaan, operasi besar
Perdarahan kronis seperti pada orang cacingan, ulkus peptikum,
epistaksi
![Page 3: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/3.jpg)
C. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
![Page 4: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/4.jpg)
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia
D. PATOFSIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka
asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-
organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
![Page 5: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/5.jpg)
E. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda-tanda umum anemia:
a. Pucat,
b. Tacicardi,
c. Bising sistolik anorganik,
d. Bising karotis,
e. Pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi
bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan
pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik,
letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas
bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah,
pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa
bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar
dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi anemia sbb:
a. Gagal jantung
b. Parestisia
c. Kejang
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
![Page 6: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/6.jpg)
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
![Page 7: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/7.jpg)
H. PENATALAKSANAAN
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
![Page 8: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/8.jpg)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
Pasca perdarahan
Pada difisiensi zat besi
Anemia hemolistik
Anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin
aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk
memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan
penurunan nafsu makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang
tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan
bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
![Page 9: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/9.jpg)
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya :
- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
3. Intervensi keperawatan
a. Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke
sel.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
anak menunjukkan perfusi yang adekuat
![Page 10: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/10.jpg)
Kriteria Hasil :
· Tanda-tanda vital stabil
· Membran mukosa berwarna merah muda
· Pengisian kapiler
· Haluaran urine adekuat
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu kebutuhan intervensi.
2) Auskultasi bunyi napas.
R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung
lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.
R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko
infark.
4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori,
bingung.
R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh
supaya tetap hangat.
R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
Kolaborasi:
6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons
terhadap terapi.
7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki
defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan.
8) Berikan oksigen sesuai indikasi.
R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.
![Page 11: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/11.jpg)
9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sum-sum
tulang/ anemia aplastik.
b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah (SDM) normal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak
mampu mempertahankan berat badan yang stabil
Kriteria hasil :
Asupan nutrisi adekuat
Berat badan normal
Nilai laboratorium dalam batas normal :
Albumin : 4 – 5,8 g/dL
Hb : 11 – 16 g/dL
Ht : 31 – 43 %
Trombosit : 150.000 – 400.000 µL
Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi :
1) Observasi dan catat masukan makanan anak.
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering
R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
asupan nutrisi.
3) Observasi mual / muntah, flatus.
R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus
dan lakukan penyikatan yang lembut.
R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
![Page 12: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/12.jpg)
Kolaborasi:
5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit,
Albumin.
R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber
diet nutrisi yang dibutuhkan.
6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu
asam sesuai indikasi.
R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat
ditoleransi anak.
7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.
R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.
c. Dx. 3 : Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan
diet; perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak
menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.
Kriteria hasil :
· Frekuensi defekasi 1x setiap hari
· Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
· Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
1) Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
R/ membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan
intervensi yang tepat.
2) Auskultasi bunyi usus.
R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun
pada konstipasi.
3) Hindari makanan yang menghasilkan gas.
R/menurunkan distensi abdomen.
Kolaborasi:
4) Berikan diet tinggi serat
![Page 13: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/13.jpg)
R/ serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal.
5) Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi.
R/ mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
6) Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine
(lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil.
R/ menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
d. Dx.4 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil :
· Tanda – tanda vital dalam batas normal
· Anak bermain dan istirahat dengan tenang
· Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
· Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
Intervensi :
1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam
R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
2) Observasi adanya tanda – tanda keletihan ( takikardia, palpitasi,
dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan
lambat dan tegang.
R/ membantu menetukan intervensi yang tepat.
3) Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak.
R/ mencegah kelelahan.
4) Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak.
R/ meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri.
![Page 14: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/14.jpg)
e. Dx.5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak
terjadi.
Kriteria Hasil :
· Tanda – tanda vital dalam batas normal
· Leukosit dalam batas normal
· Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak
Intervensi
1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam.
R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.
2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu
keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung.
R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.
3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.
R/ mencegah infeksi nosokomial.
Kolaborasi:
4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit.
R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia
mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk
terjadi infeksi.
![Page 15: ANEMIA lp](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563dba43550346aa9aa413ee/html5/thumbnails/15.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
.
Abdulrrahman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unifersitas.
Jakarta
Behrman, Ricard E et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. 2002. Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2002. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/ Donna L. Wong: alih
bahasa Monika ester, editor edisi bahasa indonesia, Sari kurniasih.
Ed 4. Jakarta: EGC