ANEMIA lp

21
ANEMIA A. PENGERTIAN Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2003). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006). B. KLASIFIKASI ANEMIA Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi atau penyebabnya dibagi menjadi: 1. Anemia defisiensi Anemia defisiensi yaitu anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah atau kekurangan salah satu atau beberapa bahan yang diperuntukkan untuk pematangan eritrosit. Anemia defisiensi ini masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi secara morfologis, antara lain:

description

lp anemia

Transcript of ANEMIA lp

Page 1: ANEMIA lp

ANEMIA

A. PENGERTIAN

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah

merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,

2002).

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi

hemoglobin turun dibawah normal (Wong, 2003).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah

merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells

(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

B. KLASIFIKASI ANEMIA

Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi atau penyebabnya dibagi menjadi:

1. Anemia defisiensi

Anemia defisiensi yaitu anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan

bahan baku pembuat sel darah atau kekurangan salah satu atau beberapa

bahan yang diperuntukkan untuk pematangan eritrosit.

Anemia defisiensi ini masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi

secara morfologis, antara lain:

a. Micrositik hipokronik yaitu kekurangan zat besi (fe), piridoksin atau

tembaga, Anemia defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh:

Masukan besi kurang atau rendah : makanan kurang mengandung

besi, penyerapan kurang baik, pengeluaran yang berlebihan ( diare )

Kebutuhan yang meningkat ini biasanya terjadi pada : masa

pertumbuhan (seperti pada bayi, balita, remaja), wanita pada masa

menstruasi, wanita hamil dan menyusui, pengeluaran berlebihan

(infeksi cacing dan lain sebagianya)

b. Makrositik normokromik ( megaloblastik) yaitu kurang asam folat dan

vitamin B12

Page 2: ANEMIA lp

2. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena rusaknya

sumsum tulang.

Klasifikasi dari anemia aplastik :

Aplasia yang mengenai sistem eritropoetik

Aplasia yang mengenai fratnulopoetik yang disebut agranulositosis

Aplasia yang mengenai sistem trombopoetik yang disebuat

amegakariostatik trombositopenik purpura (ITP)

Penyebab dari anemia aplastik ini diantaranya adalah :

Faktor congenital

Faktor didapat: diataranya karena bahan kimia, obat, radiasi, alergen,

infeksi dan idiopatik

3. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya

penghancuran darah sehingga umur dari eritrosit pendek (umur eritrosit

normalnya 100 sampai 120 hari).

Berdasarkan penyebab hemolisenya dapat dibagi lagi menjadi:

Kongenital : faktor dari eritrosit sendiri, gangguan enzim dari tubuh,

hemagloblastoma

Didapat : bahan kimia, obat, sitostatika, infeksi, idiopatik

4. Anemia Pasca perdarahan

Anemia pasca perdarahan ini adalah terjadi akibat kehilangan darah baik

secar cepat atau perlahan lahan.

Anemia perdarahan ini dapat di klasifikasikan laagi menjadi :

Perdarahan acut seperti karena kecelakaan, operasi besar

Perdarahan kronis seperti pada orang cacingan, ulkus peptikum,

epistaksi

Page 3: ANEMIA lp

C. ETIOLOGI

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya

merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,

penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat

Akut (mendadak)

Kecelakaan

Pembedahan

Persalinan

Pecah pembuluh darah

Penyakit Kronik (menahun)

Perdarahan hidung

Wasir (hemoroid)

Ulkus peptikum

Kanker atau polip di saluran pencernaan

Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

Kekurangan zat besi

Kekurangan vitamin B12

Kekurangan asam folat

Kekurangan vitamin C

Penyakit kronik

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Sferositosis herediter

Elliptositosis herediter

Kekurangan G6PD

Page 4: ANEMIA lp

Penyakit sel sabit

Penyakit hemoglobin C

Penyakit hemoglobin S-C

Penyakit hemoglobin E

Thalasemia

D. PATOFSIOLOGI

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum

tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau

kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat

hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut

terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan

ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah

merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau

dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk

dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)

segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi

normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada

sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa

makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka

asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-

organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika

kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,

Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.

Page 5: ANEMIA lp

E. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda-tanda umum anemia:

a. Pucat,

b. Tacicardi,

c. Bising sistolik anorganik,

d. Bising karotis,

e. Pembesaran jantung.

2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi

bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.

b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan

pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik,

letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas

bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah,

pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa

bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar

dan terdengar bising sistolik yang fungsional.

c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi anemia sbb:

a. Gagal jantung

b. Parestisia

c. Kejang

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume

korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan

mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia

(aplastik).

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons

sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Page 6: ANEMIA lp

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk

(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).

LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :

peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa

anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai

waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin

meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi

(hemolitik)

Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan/absorpsi

Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

TBC serum : meningkat (DB)

Feritin serum : meningkat (DB

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun (DB)

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,

menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).

Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya

asam hidroklorik bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah

dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,

misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel

darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :

perdarahan GI

Page 7: ANEMIA lp

H. PENATALAKSANAAN

Tindakan umum :

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang :

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan

oksigen.

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :

Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan

yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe

Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan

pemberian cairan dan transfusi darah.

Page 8: ANEMIA lp

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan

b. Pucat

Pasca perdarahan

Pada difisiensi zat besi

Anemia hemolistik

Anemia aplastik

c. Mudah lelah

Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh

d. Pusing kepala

Pasokan atau aliran darah keotak berkurang

e. Napas pendek

Rendahnya kadar Hb

f. Nadi cepat

Kompensasi dari refleks cardiovascular

g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine

Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin

aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk

memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine

h. Gangguan pada sisten saraf

Anemia difisiensi B 12

i. Gangguan cerna

Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan

penurunan nafsu makan

j. Pika

Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang

tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan

bukan makanan seharusnya (PIKA)

k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)

l. Suhu tubuh meningkat

Page 9: ANEMIA lp

Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik

m. Pola makan

n. Pemeriksaan penunjang

- Hb

- Eritrosit

- Hematokrit

o. Program terafi, perinsipnya :

- Tergantung berat ringannya anemia

- Tidak selalu berupa transfusi darah

- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /

absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah

(SDM) normal.

c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;

perubahan proses pencernaan.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

3. Intervensi keperawatan

a. Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke

sel.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

anak menunjukkan perfusi yang adekuat

Page 10: ANEMIA lp

Kriteria Hasil :

· Tanda-tanda vital stabil

· Membran mukosa berwarna merah muda

· Pengisian kapiler

· Haluaran urine adekuat

Intervensi :

1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna

kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan

membantu kebutuhan intervensi.

2) Auskultasi bunyi napas.

R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung

lama/peningkatan kopensasi curah jantung.

3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi.

R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko

infark.

4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori,

bingung.

R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia

5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh

supaya tetap hangat.

R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kolaborasi:

6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap

R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons

terhadap terapi.

7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi

R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki

defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan.

8) Berikan oksigen sesuai indikasi.

R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

Page 11: ANEMIA lp

9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.

R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sum-sum

tulang/ anemia aplastik.

b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna

makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel

darah merah (SDM) normal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak

mampu mempertahankan berat badan yang stabil

Kriteria hasil :

Asupan nutrisi adekuat

Berat badan normal

Nilai laboratorium dalam batas normal :

Albumin : 4 – 5,8 g/dL

Hb : 11 – 16 g/dL

Ht : 31 – 43 %

Trombosit : 150.000 – 400.000 µL

Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012

Intervensi :

1) Observasi dan catat masukan makanan anak.

R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

2) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering

R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

asupan nutrisi.

3) Observasi mual / muntah, flatus.

R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus

dan lakukan penyikatan yang lembut.

R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik

perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.

Page 12: ANEMIA lp

Kolaborasi:

5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit,

Albumin.

R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber

diet nutrisi yang dibutuhkan.

6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu

asam sesuai indikasi.

R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat

ditoleransi anak.

7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.

R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.

c. Dx. 3 : Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan

diet; perubahan proses pencernaan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak

menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.

Kriteria hasil :

· Frekuensi defekasi 1x setiap hari

· Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah

· Bising usus dalam batas normal

Intervensi :

1) Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

R/ membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan

intervensi yang tepat.

2) Auskultasi bunyi usus.

R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun

pada konstipasi.

3) Hindari makanan yang menghasilkan gas.

R/menurunkan distensi abdomen.

Kolaborasi:

4) Berikan diet tinggi serat

Page 13: ANEMIA lp

R/ serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam

alirannya sepanjang traktus intestinal.

5) Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi.

R/ mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

6) Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine

(lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil.

R/ menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.

d. Dx.4 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak

melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.

Kriteria hasil :

· Tanda – tanda vital dalam batas normal

· Anak bermain dan istirahat dengan tenang

· Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan

· Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan

Intervensi :

1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam

R/ manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

2) Observasi adanya tanda – tanda keletihan ( takikardia, palpitasi,

dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan

lambat dan tegang.

R/ membantu menetukan intervensi yang tepat.

3) Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak.

R/ mencegah kelelahan.

4) Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak.

R/ meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri.

Page 14: ANEMIA lp

e. Dx.5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak

terjadi.

Kriteria Hasil :

· Tanda – tanda vital dalam batas normal

· Leukosit dalam batas normal

· Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak

Intervensi

1) Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam.

R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.

2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu

keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung.

R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.

3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan.

R/ mencegah infeksi nosokomial.

Kolaborasi:

4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit.

R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia

mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk

terjadi infeksi.

Page 15: ANEMIA lp

DAFTAR PUSTAKA

.

Abdulrrahman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unifersitas.

Jakarta

Behrman, Ricard E et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C. 2002. Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC

Price & Wilson. 2002. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta

Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/ Donna L. Wong: alih

bahasa Monika ester, editor edisi bahasa indonesia, Sari kurniasih.

Ed 4. Jakarta: EGC