Lp Anemia Zat Besi

30
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DEFINISI Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untukeritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Gambaran diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya, (Bakta, I.M ., 2007). Anemia Karena Kekurangan Zat Besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan

description

Keperawatan

Transcript of Lp Anemia Zat Besi

Page 1: Lp Anemia Zat Besi

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI

 DEFINISI

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan

besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untukeritropoesis berkurang, yang

pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Gambaran diagnosis etiologis dapat

ditegakkan dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium,

diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan

sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh

juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan

hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah

merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan

tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya, (Bakta, I.M ., 2007).

Anemia Karena Kekurangan Zat Besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah

merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal,

yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan

sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh

juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormon,

terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah).

Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat

dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut

oksigen sebagaimana mestinya. Penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya

pembentukan sel darah merah. Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan

kehilangan zat besi karena perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah kecil cadangan

zat besi. Sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat besi.

Janin yang sedang berkembang menggunakan zat besi, karena itu wanita hamil juga memerlukan

tambahan zat besi. Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 mgram zat besi setiap 1.000 kalori,

sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar 10-12 mgram/hari.

Sumber yang paling baik adalah daging yaitu serat sayuran, fosfat, kulit padi (bekatul)

dan antasid mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya. Vitamin C merupakan

Page 2: Lp Anemia Zat Besi

satu-satunya unsur makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Tubuh menyerap

sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara kasar sama degnan jumlah

zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.

Tabel 1. Zat Besi Dalam Bahan Makanan

No. Bahan Makanan Zat Besi (mg/100 g)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Hati

Dafing Sapi

Ikan

Telur Ayam

Kacang-kacangan

Tepung Gandung

Sayuran Hijau Daun

Umbi-umbian

Buah-buahan

Beras

Susu Sapi

6,0 sampai 14,0

2,0 sampai 4,3

0,5 sampai 1,0

2,0 sampai 3,0

1,9 sampai 14,0

1,5 sampai 7,0

0,4 sampai 18,0

0,3 sampai 2,0

0,2 Sampai 4,0

0,5 sampai 0,8

0,1 sampai 0,4

Sumber : Davidson, dkk, 2000 dalam Husaini, 2002

Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat

besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat

kali lipat. Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan

mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak

vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat

besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-

faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam the, phosvitin dalam kuning telur, protein

kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and

Cook dalam Husaini, 1989).

Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga

lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran

serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang

Page 3: Lp Anemia Zat Besi

dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional

yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita

berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003).

EPIDEMIOLOGI

Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini

adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia

masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A dan yodium.

Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 - 40%, pada

anak sekolah 25 - 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%.

ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh

kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga

menurunkan prestasi belajar di sekolah.

ETIOLOGI

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan

absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.Kehilangan besi sebagai akibat

perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :

a. Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,

divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.

b. Saluran genitalia wanita : Menorrhagia, atau Metrorhagia

c. Saluran kemih : Hematuria

d. Saluran napas : Hemoptoe.

e. Faktor nutrisi :Akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas

besi (bioavaibilitas) besi --yang tidak baik (makanan banyak serat,

rendah vitamin C, dan rendah daging.Kebutuhan besi meningkat :

seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan

kehamilan.Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical

sprue atau kolitis kronik. Pada orang dewasa, anemia defisiensi

besi yang dijumpai di klinik hamper identik dengan perdarahan

menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang

Page 4: Lp Anemia Zat Besi

sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada

laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal,di negara tropik paling

sering karena infeksi cacing tambang. Sementara itu, pada wanita

paling sering karena menormetrorhagia.

PATOFISIOLOGI

Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe

mengakibatkan kekurangan Hb.Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit

mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.

Tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, zat besi di dalamnya

dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang

baru.Tubuh kehilangan sejumlah besar zat besi hanya ketika sel darah merah hilang karena

perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi merupakan salah satu

penyebab terbanyak dari anemia dan satu-satunya penyebab kekurangan zat besi pada dewasa

adalah perdarahan. Makanan yang mengandung sedikit zat besi bisa menyebabkan kekurangan

pada bayi dan anak kecil, yang memerlukan lebih banyak zat besi untuk pertumbuhannya. Pada

pria dan wanit pasca menopause, kekurangan zat besi biasanya menunjukkan adanya perdarahan

pada saluran pencernaan. Pada wanita pre-menopause, kekurangn zat besi bisa disebabkan oleh

perdarahan menstruasi bulanan.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah

merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat

terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab

yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis

(destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel darah merah

yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor di luar

sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,

yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah

merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.

Page 5: Lp Anemia Zat Besi

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi

pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma

(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma

(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya. Hemoglobin akan

terdisfusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria).

Karena jumlah efektif SDM berkurang, maka pengiriman O2 ke jaringan menurun.

Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, mengakibatkan

gejala-gejala hipovolemia dan hiposekmia, termasuk kegelisahan, disforesis (keringat dingin),

takikardia, napas pendek, dan brkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau syok. Namun,

berkurangnya massa SDM dalam waktu beberapa bulan (bahkan pengurangan sebanyak 50 %)

memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk beradaptasi, dan pasien biasanya

asimptomatik, kecuali pada kerja fisik berat. Tubuh beradaptasi dengan meningkatkan curah

jantung dan pernapasan, oleh karena itu meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh

SDM, meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasme dengan

menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.

Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan

ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan

vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Takikardia dan bising

jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan aliran darah) mencerminkan beban

kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (nyeri dada), khususnya pada orang tua dengan

stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia miokardium.

PATOGENESIS

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan zat besi sehingga cadangan zat besi makin

menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebutiron depleted state. Apabila

kekurangan zat besi berlanjut terus maka penyediaan zat besi untuk eritropoesis berkurang

sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi,

keadaan ini disebut iron deficient erythropoiesis.Selanjutnya timbul anemia hipokromik

mikrositer sehingga disebut iron deficiency anemia.

Page 6: Lp Anemia Zat Besi

GEJALA KLINIS

Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala

lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain,

seperti :

a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah

menghilang

b. Glositis : iritasi lidah

c. Keilosis : bibir pecah-pecah

d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.1

Dampak AGB :      

1. Anak-anak :

Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.

Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.

2. Wanita :

Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.

Menurunkan produktivitas kerja.

Menurunkan kebugaran.

3.  Remaja putri :

Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.

Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.

Mengakibatkan muka pucat.

4. Ibu hamil :

Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.

Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).

Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

Page 7: Lp Anemia Zat Besi

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah

sebagai berikut:

1. Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer hipokromik

dengan penurunan kadar Hb mulai dari ringan sampai berat. RDW meningkat yang

menunjukan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah mengalami perubahan sebelun

kadar  Hb menurun. Apusan darah menunjukkan anemia mikrositer hipokromik,

anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal, retikulosit rendah.

2. Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)

menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.

3. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/dl.

4. Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)

5. Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil

dominan.

Pemeriksaan Diagnostik :

1)      Anamnesis : Sindrom anemia.

2)      Pemeriksaan fisik : Gejala anemia dan penyakit dasar.

3)      Pemeriksaan laboratorium :

Tes penyaring (screening test) : Kadar Hb, indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC),

hapusan darah tepi.

Pemeriksaan rutin : LED, hitung retikulosit.

Pemeriksaan sumsum tulang.

Pemeriksaan atas indikasi khusus : Besi serum, TIBC, serum ferritin, asam folat, vitamin

B12, tes coomb, elektroforesis Hb, pemeriksaan sitokimia, tes faal hemotasis.

4)      Pemeriksaan laboratorium non hematologik :

Faal ginjal.

Faal hati.

Faal endokrin.

5)      Pemeriksaan penunjang :

Biopsi kelenjar getah bening dan  Radiologi.

 DIAGNOSIS

Page 8: Lp Anemia Zat Besi

Penegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang diteliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan

diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai

berikut :

Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan.

Laboratorium : Anemia hipokrom mikrosister, Fe serum rendah, TIBC tinggi.

Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast-)

Adanya respons yang baik terhadap pemberian Fe.

Diagnosis banding :

Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti :

Thalasemia (khususnya thallasemia minor) : Hb A2 meningkat, Feritin serum dan

timbunan Fe tidak turun.

Anemia karena infeksi menahun : Biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-

kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.

Keracunan timah hitam (Pb) : terdapat gejala lain keracunan P.

Anemia sideroblastik : terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.

PENATALAKSANAAN

Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap

anemia difesiensi besi dapat berupa :

Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan

hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia

akan kambuh kembali.

Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh;

Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat

yang tersedia, yaitu:

Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200

mg.

Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal,

tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.

Page 9: Lp Anemia Zat Besi

Besi parenteral : Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu :

Intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis ulserativa, perlu peningkatan Hb

secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir).

Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan :

Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik

yang sesuai.

Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat)  dosis

4-6 mg besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.

Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.

Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena

diverticulum Meckel.

Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang

bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluruh (Boedihartono, 1994).

Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat untuk mengenal masalah

pasien agar dapat menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan. Pada pengkajian

pasien anemia didapatkan data sebagai berikut:

a. Data subjektif, yaitu pasien mengatakan letih, lemah, lesu, cepat lelah, jantungnya

berdebar-debar, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare, aktivitasnya terganggu, pusing,

sakit kepala, sulit tidur, menstruasi tidak normal, dadanya terasa sakit, matanya berkunang,

sesak nafas, nafsu seks berkurang, sulit BAB, BAB berdarah, muntah darah, berat badan

menurun, tidak memahami tentang penyakitnya.

b. Data objektif, yaitu takikardi, dispne, ortopnu, rambut dan kulit kering, kardiomegali,

hepatomegali, edema perifer, penurunan berat badan, glositis, hilangnya libido, perubahan

aliran menstruasi, melena, hematemesis, diare, konstipasi, konjungtiva pucat, bibir kering.

c. Pengkajian pasien dengan anemia defisiensi besi (Doenges, 1999) meliputi :

Page 10: Lp Anemia Zat Besi

Aktivitas / stirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan

semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan

istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae : dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik

diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan

kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur  lunglai, berjalan lambat, dan

tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi

berat ,angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif

kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,

hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa

(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat

dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera :

biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke

kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok

(koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.

Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya

penolakan transfuse darah.

Tanda :depresi.

Eliminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).

Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan

haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk

sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).

Page 11: Lp Anemia Zat Besi

Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas

mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12).

Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang

elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi

bibir dengan sudut mulut pecah.

Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,

keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi

manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu

berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik). Epitaksis :

perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa

getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.

Nyeri/kenyamanan

Gejala :nyeri abdomen samara : sakit kepala

Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda   :  takipnea,ortopnea dan dispnea.

Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;

baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran

terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.Gangguan penglihatan,

penyembuhan luka buruk, sering        infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan

ekimosis (aplastik).

Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore. Hilang libido

(pria dan wanita), Impoten.

Tanda :    serviks dan dinding vagina pucat.

Page 12: Lp Anemia Zat Besi

2. Diagnosa keperawatan (Doenges, 1999) :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel ditandai dengan palpitasi,

angina, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku&rambut rapuh, ekstremitas dingin,

penurunan haluaran urine, perubahan TD, pengisian kapiler lambat.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang

diperlukan untuk pembentukan SDM normal ditandai dengan penurunan berat

badan/berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi, dan bangun badan, penurunan

lipatan kulit trisep, perubahan gusi dan membrane mukosa mulut, penurunan toleransi

aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot .

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dari

kebutuhan ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan toleransi

aktivitas/latihan, lebih banyak memerlukan istirahat/tidur, palpitasi, takikardia,

peningkatan TD.

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit dengan faktor resiko meliputi

perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia), gangguan mobilitas, defisit nutrisi .

e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses

pencernaan, efek samping terapi obat ditandai dengan perunahan frekuensi, karakteristik

dan jumlah feses, mual/muntah, penurunan nafsu makan, laporan adanya nyeri abdomen

tiba-tiba, dan gangguan bising usus..

f. Resiko tinggi terhadap infeksi dengan faktor resiko pertahanan primer tidak

adekuat  (misal. kerusakan kulit, statis cairan tubuh; prosedur invasif, penyakit kronis,

malnutrisi) dan pertahanan sekunder tidak adekuat ( misal. Penurunan HB, atau

penurunan granulosit)

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi ditandai

dengan pertanyaan meminta informasi, pertanyaan salah konsepsi, tidak akurat

mengikutu instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan terdiri atas dua tahap yaitu prioritas diagnosa dan rencana

keperawatan. Perencanaan perawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang

Page 13: Lp Anemia Zat Besi

akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan ditulis sesuai

dengan prioritas diagnosa yang ada.

a. Dx 1 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi

yang adekuat

Kriteria Hasil :

· Tanda-tanda vital stabil

· Membran mukosa berwarna merah muda

· Pengisian kapiler

· Haluaran urine adekuat

Intervensi :

No Intervensi Rasional

1. Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.

2. Auskultasi bunyi napas. dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.

3 Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi

Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.

4 Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung

dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia

5 Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.

vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kolaborasi

No Intervensi Rasional

1. Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap

mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.

2. Berikan transfusi darah meningkatkan jumlah sel pembawa

Page 14: Lp Anemia Zat Besi

lengkap/packed sesuai indikasi oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan

3. Berikan oksigen sesuai indikasi memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan

b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat

badan yang stabil

Kriteria hasil :

· Asupan nutrisi adekuat

· Berat badan normal

· Nilai laboratorium dalam batas normal :

Albumin : 4 – 5,8 g/dL

Hb : 11 – 16 g/dL

Ht : 31 – 43 %

Trombosit : 150.000 – 400.000 µL

Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012

Intervensi :

No. Intervensi Rasional1. Observasi dan catat masukan

makanan anakmengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan

2. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering

makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi

3. Observasi mual / muntah, flatus gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

4. Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut

meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan

Kolaborasi

Page 15: Lp Anemia Zat Besi

No. Intervensi Rasional

1. Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin

mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan

2. Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi

bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak

3. Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal

meningkatkan masukan protein dan kalori.

c. Dx.3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan

toleransi aktivitas.

Kriteria hasil :

· Tanda – tanda vital dalam batas normal

· Anak bermain dan istirahat dengan tenang

· Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan

· Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan

Intervensi :

No. Intervensi Rasional1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam manifestasi kardiopulmonal dari upaya

jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan

2. Observasi adanya tanda – tanda keletihan ( takikardia, palpitasi,

membantu menetukan intervensi yang tepat

Page 16: Lp Anemia Zat Besi

dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang

3. Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak

mencegah kelelahan

4. Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak

meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri

d. Dx.4 : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan   resiko kerusakan

integritas kulit tidak terjadi. Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu

untuk mencegah cedera dermal.

No. Intervensi Rasional1. Kaji integritas kulit, catat perubahan

pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.

Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.

2. Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.

Meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/ mempengarhi hipoksia seluler.

3 Bantu untuk latihan rentang gerak. Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.

e. Dx. 5 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola

defekasi yang normal.

Kriteria hasil :

· Frekuensi defekasi 1x setiap hari

· Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah

· Bising usus dalam batas normal

Intervensi :

No Intervensi Rasional

Page 17: Lp Anemia Zat Besi

1. Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah

membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat

2. Auskultasi bunyi usus bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi

3. Hindari makanan yang menghasilkan gas

menurunkan distensi abdomen

            Kolaborasi

No. Intervensi Rasional

1. Berikan diet tinggi serat serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal

2. Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi

mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi

3. Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil.

menurunkan motilitas usus bila diare terjadi

f. Dx.6 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia,

penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi  tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

· Tanda – tanda vital dalam batas normal

· Leukosit dalam batas normal

· Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak

Intervensi

No. Interverensi Rasional1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8

jam.demam mengindikasikan terjadinya infeksi

2. Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu

mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.

Page 18: Lp Anemia Zat Besi

keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung

3. Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan

mencegah infeksi nosokomial

Kolaborasi

No. Intervensi Rasional

1. Observasi hasil pemeriksaan leukosit

lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi

g. Dx.7 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan  paparan dan tidak familiar

dengan sumber informasi serta kurangnya informasi tentang perawatan dan pengobatan

penyakitnya.

Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan  2x30 menit di harapkan pasien tahu dan

mengerti dan tahu tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Kriteria Hasil :

. Pasien dan keluarga mampu mengungkapkan tentang perawatan dan pengobatan penyakit

pasien.

. Pasien dan keluarga pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan pasien.

. Keluarga ikut terlibat terhadap kesembuhan pasien.

Intervensi :

No. Intervensi Rasional1. Beri penjelasan kepada

pasien/keluarga pasien tentang kondisi dan pelaksanaan keperawatan yang di lakukan

Diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien akan bertambah

Page 19: Lp Anemia Zat Besi

2. Libatkan kelurga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan

Memungkinkan keluarga pasien menjadi bagian integral dari program yang di jalankan.

3. Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi , aktifitas , istirahat terhadap kesembuhan pasien.

Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan

4. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana

keperawatan. Tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan

yang telah ditentukan, menilai efektivitas rencana keperawatan atau strategi asuhan keperawatan.

Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal yang

diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :

Menunjukkan perfusi adekuat.

Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.

Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium

normal.

Mempertahankan integritas kulit.

Mengembalikan pola normal dari fungsi usus.

Infeksi tidak terjadi.

Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana

pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bakta, I.M ., 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.

2. Corwin, Elizabeth J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Page 20: Lp Anemia Zat Besi

3. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

4. Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta :

EGC.

5. Smeltzer, Suzanne C. (2002). Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &

Suddarth (Edisi Kedelapan). Volume 2. Jakarta: EGC.