LP CKD Dengan Anemia

24
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN ANEMIA Oleh: Shila Wisnasari 0810720065 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

description

LP CKD Dengan Anemia

Transcript of LP CKD Dengan Anemia

Page 1: LP CKD Dengan Anemia

LAPORAN PENDAHULUANCHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN ANEMIA

Oleh: Shila Wisnasari

0810720065

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2013

Page 2: LP CKD Dengan Anemia

LAPORAN PENDAHULUANCKD DENGAN ANEMIA

A. DEFINISI CKDChronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi

urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal

ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun (Brunner &

Suddarth, 2002).

Chronic kidney disease (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau

penurunan GFR <60 ml/menit/1.73m2 selama ≥3 bulan. Kerusakan ginjal yang

dimaksud adalah adanya abnormalitas patologis atau adanya marker kerusakan ginjal,

termasuk abnormalitas pada pemeriksaan darah, urine, atau imaging.

B. ETIOLOGIPenyebab GGK menurut Price & Wilson (2006) dibagi menjadi delapan kelas,

antara lain:

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik

2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis

3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis

maligna, stenosis arteria renalis

4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,

poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif

5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal

6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis

7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal

8. Nefropati obstruktif

Faktor predisposisi:

1) Diabetes

2) Usia lebih dari 60 tahun

3) Penyakit ginjal congenital

4) Riwayat keluarga penyakit ginjal

5) Autoimmune (lupus erythematosus

6) Obstruksi renal (BPH dan prostitis)

Page 3: LP CKD Dengan Anemia

7) Ras

Faktor presipitasi:

1) Paparan toksin dan beberapa medikasi yang berlebih

2) Gaya hidup (hipertensi, atherosclerosis)

3) Pola makan (diet)

C. KLASIFIKASI CKDKlasifikasi CKD berdasarkan Kidney Disease Outcomes Quality Initiative

(KDOQI) pada tahun 2002 yaitu:

Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat

digunakan rumus : Clearance creatinin (ml/ menit) = (140-umur ) x berat badan (kg)

72 x creatinin serum

*) Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

a. Stadium 1

Seseorang yang berada pada stadium 1 CKD biasanya belum merasakan

gejala yang mengindikasikan kerusakan pada ginjal. Hal ini disebabkan ginjal

tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi 100% sehingga

banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium 1.

Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk

penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.

b. Stadium 2

Sama seperti pada stadium awal, seseorang yang berada pada stadium 2

juga tidak merasakan gejala karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan baik,

walaupun dengan GFR yang mulai menurun.

c. Stadium 3

Seseorang yang menderita CKD stadium 3 mengalami penurunan GFR

moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan pada tingkat ini

akumulasi sisa–sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut

Page 4: LP CKD Dengan Anemia

uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi

(hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.

d. Stadium 4

Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15–30% saja dan apabila

seseorang berada pada stadium ini sangat mungkin dalam waktu dekat

diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau melakukan

transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam darah atau

uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan muncul

komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit tulang,

masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.

e. Stadium 5

Pada stadium ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk

bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal

(dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup.

D. ANEMIA PADA CKDMenurut World Health Oeganization (WHO), anemia didefinisikan sebagai

konsentrasi hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari 13.0 g/dL pada pria dan wanita

postmenopause dan lebih rendah dari 12.0 g/dL pada wanita premenopause.

Sedangkan anemia pada pasien dengan CKD didefinisikan sebagai konsentrasi Hb di

bawah 11.5 g/dL pada wanita, 13.5 g/dL pada pria ≤70 tahun, dan 12.0 g/dL pada pria

lebih dari 70 tahun (The European Best Practice Guidelines).

Penyebab terjadinya anemia pada pasien dengan CKD antara lain: kehilangan

darah, pemendekan masa hidup sel darah merah, uremic milieu, defisiensi

erythropoietin (EPO), defisiensi zat besi, dan inflamasi (Nurko, 2006).

1) Kehilangan darah

Pasien dengan CKD memiliki risiko kehilangan darah karena disfungsi

platelet. Penyebab utama kehilangan darah pada pasien CKD yaitu dialysis,

terutama hemodialisis, dan kehilangan darah ini menyebabkan defisiensi zat besi

yang berat. Pasien dengan hemodialisis mungkin mengalami penurunan 3 sampai 5

gram zat besi per tahun. Secara normal, setiap orang mengalami penurunan zat

besi sebesar 1 sampai 2 mg per hari, jadi pada pasien dengan dialysis terjadi

penurunan zat besi 10 sampai 20 kali lipat lebih besar dibanding individu normal.

2) Pemendekan masa hidup sel darah merah

Masa hidup sel darah merah mengalami penurunan kurang lebih sebesar 1/3

pada pasien hemodialisis.

Page 5: LP CKD Dengan Anemia

3) Uremic milieu

Uremic milieu merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan

adanya disfungsi organ multiple pada CKD. Penelitian pada pasien yang

mendapatkan terapi hemodialisis menunjukkan adanya peningkatan hematokrit

ketika terjadi peningkatan intensitas hemodialisis. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan menurunkan uremia dapat mengembalikan atau meningkatkan fungsi

sumsum tulang belakang.

4) Defisiensi EPO

Erythropoietin (EPO) adalah hormon peptida yang terlibat dalam kontrol

produksi erythrocyte oleh sumsum tulang. Sumber utama dari erythropoietin adalah

ginjal, walaupun disekresikan juga dalam jumlah sedikit oleh hati. Sel ginjal yang

mensekresi adalah sekumpulan sel di interstitium. Stimulus dari pengsekresian

erythropoietin adalah berkurangnya tekanan parsial oksigen pada ginjal, seperti

pada anemia, hipoksia arterial, dan tidak adekuatnya aliran darah ginjal.

Erythropoietin menstimulasi sumsum tulang untuk meningkatkan produksi eritrosit.

Defisiensi EPO diduga merupakan penyebab utama terjadinya anemia pada

pasien CKD. Sel-sel yang memproduksi erythropoietin mengalami deplesi atau

kerusakan seiring dengan perkembangan CKD, sehingga produksi EPO menjadi

lebih rendah. Defisiensi EPO pada CKD mungkin merupakan respon fungsional

terhadap penurunan GFR. Mekanisme yang mendasari mungkin sel-sel yang

memproduksi EPO pada ginjal tidak mengalami hypoxia. Jika GFR rendah, maka

reabsorbsi natrium juga mengalami penurunan. Reabsorbsi natrium merupakan

determinan utama konsumsi oksigen di ginjal, sehingga pada ginjal mungkin

terdapat oksigen yang berlebih yang dapat menyebabkan down regulasi produksi

EPO (Donnelly, 2001). Selain itu, pasien yang mendapatkan terapi dialysis dapat

mempertahankan kemampuan untuk meningkatkan produksi EPO.

5) Defisiensi zat besi

Homeostasis zat besi dalam tubuh tergantung pada jumlah zat besi yang

diabsorbsi dalam duodenum dan dari sel darah merah yang telah mati. Sebagian

besar zat besi terikat pada hemoglobin dan disimpan dalam hepatosit dan makrofag

pada sistem reticuloendothelial. Zat besi ditransport ke eritrosit yang matur oleh

protein yang disebut transferrin, yang mengangkut zat besi yang diserap dan

dilepas makrofag. Pada pasien dengan CKD terjadi gangguan pada homeostasis

zat besi. Transferrin pada pasien dengan CKD hanya terdapat sebesar 1/3 sampai

½ dari jumlah normal, yang menunjukkan kapasitas sistem transport zat besi dalam

tubuh. Hal ini diduga disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melepas zat besi

yang disimpan dalam makrofag dan hepatosit.

Page 6: LP CKD Dengan Anemia

Ggn. sekresi protein

sindrom uremia

Toksisitas ureum di otak

Perpospatemia

urokrom tertimbun di

kulit

Ggn. asam - basa

Asidosis metabolik

pruritus

Enchepalopati

perubahan warna kulit

MualMuntah

gangguan pola nafas

GangguanIntegritas

Kulit

Gangguan nutrisi

Penurunan kesadaran

E. PATOFISIOLOGI

Faktor yg tidak dapat dimodifikasi:Herediter, Usia >60, Jenis kelamin, Ras

Faktor yg dapat dimodifikasi:DM, hipertensi, merokok, obstruksi saluran kemih

Penurunan aliran darah renalPrimary kidney diseaseKerusakan ginjal karena penyakit lainObstruksi outflow urine

Penurunan filtrasi glomerulusBUN ↑ Serum creatinine ↑

Kerusakan nefron

Hipertrofi nefron yang tersisa

Kerusakan fungsi nefron lebih lanjut

Chronic kidney disease (CKD)

intoleransi aktivitas

retensi Na

edema

kelebihan volume cairan

beban jantung naik

hipertrofi ventrikel kiri

edema paru

ggn. pertukaran gas

payah jantung kiri

Kerusakan sel yg memproduksi

EPO

Produksi EPO ↓

Produksi eritrosit ↓

Anemia

Suplai O2 ↓

Cardiac output ↓

Metab.anaerob

Asam laktat ↑

fatigue

Page 7: LP CKD Dengan Anemia

F. MANIFESTASI KLINIKPasien dengan CKD menunjukkan manifestasi yang berbeda-beda, tergantung

pada stadium CKD yang dialami.

1) Stadium 1

Seseorang dengan CKD stadium 1 biasanya belum merasakan gejala yang

menandakan kerusakan ginjal karena ginjal masih dapat berfungsi dengan normal.

2) Stadium 2

Seseorang dengan CKD stadium 2 biasanya juga belum merasakan gejala yang

menandakan kerusakan ginjal walaupun sudah terdapat penurunan GFR ringan,

yaitu sebesar 60-89.

3) Stadium 3

Padastadium ini, gejala- gejala terkadang mulai dirasakan seperti:

Fatigue: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.

Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak

dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat

penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar

wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu

banyak cairan yang berada dalam tubuh.

Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya

kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan

menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.

Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering

trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.

Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat

dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik

dan infeksi.

Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan

munculnya rasa gatal, kram ataupun restless legs.

Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli

ginjal hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta

terapi – terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal.

Selain itu sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk

mendapatkan perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini

biasanya akan diminta untuk menjaga kecukupan protein namun tetap

mewaspadai kadar fosfor yang ada dalam makanan tersebut, karena menjaga

kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal.

Selain itu penderita juga harus membatasi asupan kalsium apabila kandungan

Page 8: LP CKD Dengan Anemia

dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar

dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan

bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan

selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.

4) Stadium 4

Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 hampir sama dengan stadium

3, yaitu:

Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.

Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak

dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat

penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar

wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu

banyak cairan yang berada dalam tubuh.

Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya

kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan

menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah.

Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering

trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.

Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat

dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik

dan infeksi.

Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan

munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.

Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.

Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi

tidak terasa seperti biasanya.

Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui

bau pernafasan yang tidak enak.

Sulit berkonsentrasi

5) Stadium 5 (gagal ginjal terminal)

Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain:

Kehilangan nafsu makan

Nausea.

Sakit kepala.

Merasa lelah.

Tidak mampu berkonsentrasi.

Gatal – gatal.

Page 9: LP CKD Dengan Anemia

Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.

Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.

Kram otot

Perubahan warna kulit

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratorium

Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK,

menentukan gangguan sistem, dan membantu menetapkan etiologi. Blood

ureum nitrogen (BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium

meningkat, kalsium menurun, protein menurun, Ht menurun karena adanya

anemia, SDM menurun karena terjadi defisiensi eritropoetin, GDA mengalami

asidosis metabolic, Natrium serum rendah.

2. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)

Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,

aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia). Kemungkinan 

abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.

3. Ultrasonografi (USG)

Untuk mencari adanya faktor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena batu

atau massa tumor, dan untuk menilai apakah proses sudah lanjut.

4. Foto Polos Abdomen

Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.

Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.

5. Pieolografi Intra-Vena (PIV)

Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk menilai

sistem pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan Pielografi Retrograd

Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.

7. Pemeriksaan Foto Dada

Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload),

efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.

8. Pemeriksaan Radiologi Tulang

Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.

H. KOMPLIKASI CKDKomplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :

1. Hiperkalemia

Page 10: LP CKD Dengan Anemia

2. Perikarditis

3. Hipertensi

4. Anemia

5. Penyakit tulang

(Smeltzer & Bare, 2002)

I. PENATALAKSANAANa) Konservatif

Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)

Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik merupakan hasil

pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat

gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai biologis

(produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat mensuplai asam

amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-

600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari Karbohidrat dan lemak.

Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin

larut air melalui darah sewaktu dialisa.

b) Simptomatik

1. Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume

intravaskuler. Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan

cairan, diit rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobutamine dan dialisis.

Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu

penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin

diperlukan untuk mengoreksi asidosis.

2. Anemia Penatalaksanaan anemia dengan rekombinan erythropoiesis-stimulating

agents (ESAs) dapat memperbaiki kondisi pasien CKD dengan anemia secara

signifikan. ESAs harus diberikan untuk mencapai dan mempertahankan

konsentrasi hemoglobin 11.0 sampai 12.0 gr/dL. Pasien juga harus menerima

suplemen zat besi selama menerima terapi ESA karena erythropoiesis yang

diinduksi secara farmakologis dibatasi oleh supply zat besi, ditunjukkan dengan

kebutuhan ESA yang lebih sedikit setelah pasien menerima suplemen zat besi.

Selain itu, karena tubuh membentuk banyak sel darah merah, tubuh juga

memerlukan banyak zat besi sehingga dapat terjadi defisiensi zat besi. Serum

ferritin dan persen transferrin saturation mengalami penurunan setelah 1 minggu

terapi ESA pada pasien dengan CKD yang menerima dialysis. Karena pasien

Page 11: LP CKD Dengan Anemia

CKD mengalami gangguan metabolism zat besi, serum ferritin dan persen

transferrin saturation harus dipertahankan lebih tinggi daripada individu normal.

Maintenance serum ferritin yang disarankan yaitu ≥200 ng/mL, dan persen

transferrin saturation ≥20%. Sebagian besar pasien CKD membutuhkan

suplementasi zat besi parenteral untuk mencapai kadar zat besi yang

disarankan.

c) Terapi Pengganti

1. Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal karena

menghasilkan rehabilitasi yang lebih baik disbanding dialysis kronik dan

menimbulkan perasaan sehat seperti orang normal. Transplantasi ginjal

merupakan prosedur menempatkan ginjal yang sehat berasal dari orang lain

kedalam tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua

ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya. Seorang

ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan

menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir

melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal saat masih sehat

atau berfungsi. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber, yaitu donor

hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver).

2. Cuci Darah (dialisis)

Dialisis adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi

secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair

menuju kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialysis merupakan

dua teknik utama yang digunakan dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua

teknik itu sama, difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai

respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.

a. Dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan atau CAPD

Dialisis peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran

selaput rongga perut (peritoneum), sehingga darah tidak perlu lagi dikeluarkan

dari tubuh untuk dibersihkan seperti yang terjadi pada mesin dialisis. CAPD

merupakan suatu teknik dialisis kronik dengan efisiensi rendah sehingga perlu

diperhatikan kondisi pasien terhadap kerentanan perubahan cairan (seperti

pasien diabetes dan kardiovaskular).

Page 12: LP CKD Dengan Anemia

b. Hemodialisis klinis di rumah sakit

Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah

dengan menggunakan mesin cuci darah (dialiser) yang berfungsi sebagai

ginjal buatan.

HemodialisisHemodialisis (HD) adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk

memisahkan darah dari zat-zat sisa / racun yang dilaksanakan dengan

mengalirkan darah melalui membran semipermiabel dimana zat sisa atau racun ini

dialihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian dibuang, sedangkan darah

kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti dari hemo yang berarti darah dan

dialisis yang berarti memindahkan

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik

dari darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah

yang penuh dengan toksik dan sisa nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser

tempat darah tersebut di bersihkan dan kemudian di kembalikan lagi ke tubuh

pasien.

Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi,

osmosis, dan ultrafiltrasi.

Toksin dan zat limbah di keluarkan melalui proses difusi dengan cara

bergerak dari darah yang memilki konsentrasi tinggi ke cairan yang

konsentrasi rendah.

Air yang berlebihan akan di keluarkan dari tubuh melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat di kendalaikan dengan menciptakan gradien

tekanan dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang

lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang loebih rendah (cairan

dialisat).gradien ini dapat di tingkatkan meleui tekanan negatif yang di

kenal dengan ultrafiltrasi. Tekanan negatif ini di terapkan pada alat ini

sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluran

air karena pasien tidak dapat mengekresikan ari kekuatan ini di perlukan

untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia(keseimbangan

cairan).

Penatalaksanaan pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang

Diet dan massalah cairan

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginajal yang rusak tidak mampu

Page 13: LP CKD Dengan Anemia

mengekresikan produk akhir metabolisme, subtansi yang bersifat asam ini akan

menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin yang di

kenal dengan gejala uremik.

Pertimbangan medikasi

Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien

yang memerlukan obat-obatan harus di pantau dengan ketat untuk memastikan

agar kadar obat-oabatan dalam darah dan jaringan dapat di pertahankan tanpa

menimbulkan akumulasi toksik.

 

Komplikasi terapi dialisis sendiri dapat mencakup hal-hal berikut:

1. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan di keluarkan.

2. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi

jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

3. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2menurun bersamaan dengan

terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.

4. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit.

5. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan

serebral dan muncul sebagai serangan kejang. 

6. Kram otot yang nyeri terjadi ketikacairan dan elektrolit dengan cepat

meningglkan ruang ekstrasel.

7. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

Page 14: LP CKD Dengan Anemia

ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada klien dengan CKD perlu

dilakukan pengkajian yang lebih menyeluruh dari berbagai aspek yang ada

sehingga dapat ditemukan masalah-masalah yang ada pada pasien dengan

CKD. Pengkajian pada pasien dengan CKD menurut Suzanne C. Smeltzer,

Doengoes (1999) dan Susan Martin Tucker (1998) meliputi:

a. Sistem kardiovaskular

Tanda dan gejala: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema

periorbital, pembesaran vena jugularis, gagal jantung, pericarditis takikardia, dan

disritmia.

b. Sistem integument

Tanda dan gejala: warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,

echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit buruk.

c. Sistem pulmoner

Tanda dan gejala: sputum kental, nafas dangkal, oedem paru, gangguan

pernapasan, asidosis metabolic, pneumonia, sesak napas.

d. Sistem gastrointestinal

Tanda dan gejala: anoreksia, mual, muntah, konstipasi, diare, perdarahan dari GIT

e. Sistem neurologi

Tanda dan gejala: kelemahan dan keletihan, kejang, malaise

f. Sistem musculoskeletal

Tanda dan gejala: kram otot, kekuatan otot hilang

g. Sistem urinaria

Tanda dan gejala: oliguria, proteinuria, hematuria, anuria, abdomen kembung,

hipokalsemia, asidosis metabolic

B. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:

1. Kelebihan volume cairan

2. Penurunan curah jantung

3. Intoleransi aktivitas

4. Risiko infeksi

5. Risiko perdarahan

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

7. Gangguan integritas kulit

Page 15: LP CKD Dengan Anemia

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN1. Kelebihan volume cairan

Ditandai dengan edema pada ekstremitas bawah, peningkatan TD, peningkatan BB,

penurunan urine output

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam, tanda-tanda

kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:

Bebas dari edema

BB ideal

Tanda vital dalam batas normal

Intervensi:

Monitor BB dengan alat ukur yang sama

Monitor intake dan output

Monitor TTV

Monitor perubahan edema perifer

Batasi pemasukan cairan

Evaluasi derajat edema jika ada

Kolaborasi untuk dialysis sesuai indikasi

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam curah jantung

meningkat dengan kriteria hasil:

tekanan darah frekuensi jantung dalam batas normal

nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

akral hangat

Intervensi:

Auskultasi bunyi jantung dan paru

Kaji adanya hipertensi

Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)

Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas

3. Intoleransi aktivitas

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam, pasien toleran

terhadap aktivitas dengan kriteria hasil:

TTV dalam batas normal

Klien dapat melakukan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur

dengan frekuensi jantung/irama jantung dan TD dalam batas normal

Kulit teraba hangat, merah muda dan kering

Page 16: LP CKD Dengan Anemia

Intervensi:

Kaji fektor yang menyebabkan keletihan

Pantau frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum, selama, dan

sesudah beraktivitas sesuai indikasi

Observasi gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas

Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

Pertahankan status nutrisi yang adekuat

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:

menunjukan BB stabil

Intervensi:

Awasi konsumsi makanan / cairan

Perhatikan adanya mual dan muntah

Beikan makanan sedikit tapi sering

Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan

Berikan perawatan mulut

5. Gangguan integritas kulit

Tujuan: selama tindakan keperawatan, integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria

hasil :

Mempertahankan kulit utuh

Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Intervensi:

Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya

kemerahan

Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa

Inspeksi area dimana terdapat edema

Ubah posisi sesering mungkin

Berikan perawatan kulit

Pertahankan linen tetap kering

Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan

tekanan pada area pruritis

Anjurkan memakai pakaian katun longgar

Page 17: LP CKD Dengan Anemia

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for

planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta:

EGC; 2000

Fauci et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United States

of America: McGraw-Hill Companies, Inc.

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2005. Brunner & Suddarth Textbook of Medical

Surgical Nursing 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta : EGC

Nurko, Saul. 2006. Anemia in chronic kidney disease: Causes, diagnosis, treatment.

Cleveland Clinic Journal of Medicine. 73(3): 289-97