LAPORAN KASUS DOKTER JAGA RUANGAN RS GRAND MEDISTRA - CHF fc IV ec CAD + CKD stage IV + DM type 2
LP ckd ec. dm
-
Upload
zulva-vava -
Category
Documents
-
view
285 -
download
48
description
Transcript of LP ckd ec. dm
LAPORAN PENDAHULUAN
“CHRONIC KIDNEY DISEASE et causa DIABETES MELLITUS”
Oleh:
FRANSISCA DEWI RARA YUNITA
0610723012
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Masalah Kesehatan : Chronic Kidney Disease et causa Diabetes Mellitus
II. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung
beberapa tahun.
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat, yang dapat juga menyebabkan gejala
klinik akut maupun kronik. Salah satu komplikasi kronik dari diabetes adalah
nefropati. Kerusakan pada nefron akibat glukosa dalam darah yang tidak dipakai
disebut nefropati diabetes. Nefropati ini yang lama kelamaan dapat menyebabkan
CKD. Bila kita dapat menahan tingkat glukosa dalam darah tetap rendah, kita
dapat menunda atau mencegah nefropati diabetes.
(American Diabetes Association, 2007)
Etiologi CKD:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
III. Insidensi
Nefropati Diabetika adalah komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal yang
dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan dijumpai pada 35-45%
penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I. Pada tahun 1981 Nefropati
diabetika ini merupakan penyebab kematian urutan ke-6 di Negara barat dan saat
ini 25% penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis disebabkan oleh karena
Diabetes mellitus teritama DM tipe II oleh karena DM tipe ini lebih sering
dijumpai. Dibandingkan DM tipe II maka Nefropati Diabetika pada DM tipe I
jauh lebih progresif dan dramatis. Dengan meremehkan penyakit DM maka bisa
berkomplikasi ke Nefropati diabetika. Berdasar studi Prevalensi mikroalbuminuria
(MAPS), hampir 60% dari penderita hipertensi dan diabetes di Asia menderita
Nefropati diabetik. Presentasi tersebut terdiri atas 18,8 % dengan
Makroalbuminuria dan 39,8 % dengan mikroalbuminuria.
Source: United States Renal Data System. USRDS 2007 Annual Data Report.
IV. Prognosis
Prevalensi nefropati diabetik sekitar 15 tahun dari onset awal diabetes, jadi
biasanya terjadi pada pasien berusia lanjut (antara 50-70 tahun). Penyakit ini
cukup progresif dan dapat menyebabkan kematian dalam 2 atau 3 tahun dari lesi
pertama, dan lebih banyak terjadi pada pria. Adanya mikroalbuminuria pada DM
tipe II merupakan prognosis yang buruk.
V. Patofisiologi
Makrovaskuler Gangran
Stroke
IMA
ekstremitas
Cerebral
Jantung
Retina
Retinopati
Ginjal
Mikrovaskuler
Nefropati
Glukagon
Lemak
Glukoneogenesis
Protein
Ketogenesis
Ketonemia
BUN
Nitrogen urin
pH
asidosis
KomaKematian
MualMuntah
Hiperglikemia
Glycosuria
Pemakaian glukosa sel
Osmotic diuresis
Dehidrasi
Hemokonsentrasi
arteriosklerosis
Nutrisi sel
Polyphagi
Polyuri
Polydipsi
Defisiensi insulin
DIABETES
CKD
Ggn. sekresi protein
sindrom uremia
Toksisitas ureum di otak
perpospatemia
urokrom tertimbun di
kulit
pruritus
Enchepalopati
perubahan warna kulit
Ggn. asam - basa
MualMuntah
GangguanIntegritas
Kulit
alkalosis respiratorik
Perubahan pola nafas
Gangguan nutrisi
Penurunan kesadaran
intoleransi aktivitas
retensi Na
edema
kelebihan volume cairan
beban jantung naik
hipertrofi ventrikel kiri
edema paru
ggn. pertukaran gas
payah jantung kiri
sekresi eritropoitin
produksi Hb dan sel darah merah
suplai O2
gangguanperfusi jaringan
intoleransi aktivitas
Tanda dan Gejala
Kardiovaskuler
o Hipertensi
o Pitting edema
o Edema periorbital
o Pembesaran vena leher
o Friction rub perikardial
Pulmoner
o KrekelS
o Nafas dangkal
o Kusmaul
o Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
o Anoreksia, mual dan muntah
o Perdarahan saluran GI
o Ulserasi dan perdarahan pada mulut
o Konstipasi / diare
o Nafas berbau amonia
Muskuloskeletal
o Kram otot
o Kehilangan kekuatan otot
o Fraktur tulang
o Foot drop
Integumen
o Warna kulit abu-abu mengkilat
o Kulit kering, bersisik
o Pruritus
o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh
o Rambut tipis dan kasar
Reproduksi
o Amenore, atrofi testis
VI. Pemeriksaan Penunjang
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan
visibilitas, diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria
diagnosis klasifikasi Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana.
Diagnosis Nefropati Diabetika dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di
bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa
penyebab proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus
kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.
Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:
1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari
gejala penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polipagi,
penurunan berat badan. Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar
sembuh, gatal-gatal pada kulit, ginekomastia, impotens.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang merupakan
tanda retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam
kapiler retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler
vena.
3. Eksudat berupa :
Hard exudate. Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.
Cotton wool patches. Berwarna putih, tak berbatas tegas, dihubungkan
dengan iskhemia retina.
4. Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi
kapiler.
5. Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan permeabilitas
mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.
6. Neovaskularisasi Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium IV-
V) atau CRF end stage, didapatkan perubahan pada :
- Cor _ cardiomegali
- Pulmo _ oedem pulmo
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn
ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium;
- Meningkat
- Kalsium ; menurun
- Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
Komplikasi:
o Toksisitas
o Koma
o Kematian
Penatalaksanaan
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
d) Pengendalian gula darah
Dapat dilakukan dengan olahraga, diet dan obat anti diabetes. Pada pasien ini
diberikan diet DM 1700 kal/hari. Pemberian insulin diberikan untuk
mengendalikan kadar gula darah pasien. Pemberian anti diabetik oral tidak
diberikan karena pasien telah mengalami komplikasi berupa gangguan ginjal.
Akibat dari gangguan fungsi ginjal apabila obat oral diberikan tidak dapat
diekskresikan, sehingga mengalami penumpukan akibatnya terjadi
hipoglikemia
e) Diet
Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik
dan memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk
mengurangi retensi natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan edema.
Diet rendah kalium dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hiperkalemia
yang dapat menimbulkan aritmia jantung yang fatal.
f) Diuretik
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air.
Pemberian diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala
sesak napas akibat edema paru . Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1
tab/hari. Selain itu diuretik juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Target tekanan darah yang dianjurkan adalah <130/80
g) Anti hipertensi
Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada
pasien, karena hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan
menambah beban jantung sehingga jantung bekerja lebih berat lagi dan
akhirnya menimbulkan dekompensasi kordis. Anti hipertensi yang diberikan
pada pasien ini awalnya methyldopa 250 mg 3x1, kemudian digantikan
dengan amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk dalam golongan Ca
antagonis non dihydropiridine, yang berfungsi sebagai venodilator vas eferen
h) Statin
Statin diberikan pada keadaan dislipidemia dengan target LDL kolestrol
<100mg/dl pada pasien DM dan <70 mg/dl bila sudah ada kelainan
kardiovaskular. Pada pasien ini diberikan simvastatin 10 gr, malam hari. 5.
Terapi pengganti ginjal Terapi ini dilakukan pada penyakit ginjal kronik
stadium 5 yaitu pada LFG <15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut berupa
hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
VII. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema
sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan
H2O).
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
VIII. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil :mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
b. Kaji adanya hipertensi
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk
pasien CKD akan cenderung kelebihan cairan
Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
Untuk mengetahui keseimbangan
mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
input dan output
3 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: menunjukan BB stabil
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
e. Berikan perawatan mulut sering
Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4 Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Kriteria hasil: RR normal, pola nafas normal
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
c. Atur posisi senyaman mungkin
Menyatakan adanya pengumpulan sekret
Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5 Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan
pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga
Kriteria hasil :o Mempertahankan kulit utuho Menunjukan perilaku /
teknik untuk mencegah kerusakan kulit
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
d. Ubah posisi sesering mungkin
e. Berikan perawatan kulit
f.Pertahankan linen kering
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
Mengurangi pengeringan , robekan kulit
Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit