Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

23
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Syok Hipovolemik et causa Dehidrasi et causa Gastroenteritis Elseyra Rebecca Parhusip / 102012116 F1 [email protected] Jl. Terusan Arjuna Utara no.6 Kebon Jeruk. Grogol, Jakarta barat Pendahuluan Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius, seperti perdarahan masif, trauma dan luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok sepsis), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun (syok anafilaktik). 1 Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah 1

description

kedokteran

Transcript of Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Page 1: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANADAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

Syok Hipovolemik et causa Dehidrasi et causa GastroenteritisElseyra Rebecca Parhusip / 102012116

[email protected]

Jl. Terusan Arjuna Utara no.6 Kebon Jeruk. Grogol, Jakarta baratPendahuluan

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan

metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang

adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang

serius, seperti perdarahan masif, trauma dan luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark

miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol

(syok sepsis), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun

(syok anafilaktik).1

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan

dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi

yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok

hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Dua contoh syok

hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain gastroenteritis masif dan luka

bakar yang luas.1 Terjadinya kehilangan cairan dapat di bagi atas cairan eksternal dan internal.

Kehilangan cairan eksternal terutama terjadi pada gastroenteritis, walaupun demikian kehilangan

cairan eksternal ini juga dapat timbul dari sengatan matahari, poli uria, dan luka bakar.

Sedangkan kehilangan cairan internal di sebabkan oleh sejumlah cairan yang berkumpul pada

ruangan peritoneal dan pleura. Kehilangan cairan eksternal ini juga di sertai dengan kehilangan

elektrolit.2

Dalam makalah ini akan membahas mengenai kasus yang berisi sebagai berikut :

“Seorang perempuan berusia 76 tahun dibawa ke IGD RS karena penurunan kesadaran sejak 20

1

Page 2: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

menit yang lalu. Tiga hari sebelumnya, pasien mengalami diare. Frekuensi diare sangat sering

kira kira tiap 2 jam sekali dan disertai muntah. Riwayat lain tidak diketahui.”

Pembahasan

Sebelum mendiagnosa penyakit yang diderita seorang pasien, kita harus melakukan

beberapa tahap yang penting agar tepat dalam mendiagnosa dan tatalaksana yang dapat

dilakukan untuk pasien, yaitu :

Anamnesis

Dalam proses anamnesa dilakukan komunikasi dengan pasien yang berkaitan dengan

kondisi kesehatannya. Anamnesis yaitu tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pemeriksaan

pasien, secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung melalui kelurga atau relasi

terdekat. Tujuan anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang

bersangkutan.3 Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau

terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Anamnesis juga dapat membantu

penenggakan diagnosis hingga 80%.4 Pada kasus ini anamnesis yang perlu dilakukan adalah

alloanamnesis yaitu dengan menanyakan keadaan pasien kepada pengantar, orangtua atau wali

dari pasien ataupun dari orang yang dipercaya oleh pasien.

Langkah langkah dalam pembuatan anamnesis adalah menanyakan identitas pasien,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat

pemakaian obat obatan, dan riwayat social.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan adalah dengan cara memeriksa keadaan umum,

kesadaran umum dan kemudian tanda tanda vital. Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan

didapatkan pasien sakit berat, apatis, BAB (+) 1 gelas akua, cokelat (+), lendir (+), muntah ½

gelas akua, isi muntahan adalah makanan, berisi cairan kuning. Pemeriksaan tanda tand avital

yaitu tekanan darah 70/40 mmHg, nadi 110x/menit, suhu 36o C, respiratory rate 26x / menit,

turgor kulit menurun akral teraba dingin.

2

Page 3: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, langkah diagnosis

selanjutnya tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas

dari kondisi pasien itu sendiri.1 Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan

antara lain: analisis Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3,

BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang

mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan

dilakukan pencocokan.5

2. Pemeriksaan Radiologi

Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan

ultrasonografi di unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis.

Jika dicurigai terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik,

dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai

ulkus perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah

pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.5 Jika dicurigai terjadi

diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada awal, dapat dilakukan

transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.5 Jika dicurigai terjadi

cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused Abdominal Sonography

for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan

umumnya dilakukan pada pasien yang stabil. Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus

dilakukan pemeriksaan radiologi.5

Diagnosis Klinis

Gastroenteritis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada saluran

pencernaan kita. Peradangan ini menyebabkan kerusakan pada jaringan permukaan usus dan

peningkatan gerakan usus tersebut. Selanjutnya, perubahan kondisi usus tersebut mengakibatkan

cairan diperas keluar ke permukaan usus dan akhirnya menyebabkan diare. Diare hebat ini akan

menyebabkan pasien pada kasus ini dehidrasi berat sehingga menyebabkan syok. Syok adalah

suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai

3

Page 4: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ

vital tubuh.

Syok diklasifikasikan menurut etiologi, yaitu :

a. Syok hipovolemik : dehidrasi, kehilangan darah dan luka bakar

b. Syok distributive : kehilangan tonus vascular (anafilaktik, septic, syok toksik)

c. Syok kardiogenik : kegagalan pompa jantung

d. Syok obstruktif : hambatan terhadap sirkulasi untuk pbstruksi intrinsic dan ekstrinsik.6

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan

dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi

yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok

hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat.7 

Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidak-stabilan

hemodinamik dan ditemukan adanya sumber pendarahan. Diagnosis akan sulit bila pendarahan

tidak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau hanya terjadi

penurunan jumlah plasma darah. Setelah pendarahan maka biasanya hemoglobin dan hematokrit

tidak langsung turun sampai terjadi gangguan kompensasi atau terjadi penggantian cairan dari

luar. Jadi kadar hematokrit di awal tidak menjadi pegangan sebagai adanya pendarahan.

Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi, kehilangan cairan bebas ditandai dengan

hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia.1

Jangan mengandalkan TD sistolik sebagai indikator utama dari syok; kebiasaan ini

mengakibatkan tertundanya diagnosis. Mekanisme kompensasi mencegah penurunan TD sistolik

yang bermakna, sampai pasien telah kehilangan 30% dari volume darahnya. Perhatian harus

lebih ditujukan terhadap nadi, frekuensi nafas, dan perfusi kulit.

Etiologi

Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam

pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat dari volume darah yang berkurang.

Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.1

4

Page 5: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Tabel 1. Penyebab syok hipovolemik berdasarkan kelompoknya1

Perdarahan Kehilangan Plasma Kehilangan cairan

ekstraselular

Hematom subkapsular hati Luka bakar yang luas Muntah

Perdarahan gastrointestinal Pankreatitis Dehidrasi

Perlukaan berganda Sindrom dumping Diare

Aneurisma aorta pecah Deskuamasi kulit Insufisiensi renal

Patofisiologi

Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan

menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inlah yang menimbulkan penurunan curah

jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada

beberapa organ:8

1. Mikrosirkulasi

Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk

meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan

otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus gastrointestinal.

Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi

kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energi. Sehingga keduanya sangat

bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia

yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika

tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/ MAP) jatuh hingga < 60 mmHg, maka

aliran ke organ akan turun drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.8

2. Neuroendokrin

Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptordan

kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang

mengatur perfusi serta substrak lain.8

5

Page 6: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

3. Kardiovaskular

Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel dan

kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah jantung,

penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi

jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya

menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi jantung sangat bermanfaat

namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah

jantung.8

4. Pulmonal

Respons dari susunan vascular pulmonal (pulmonary vascular bed) terhadap shok

berlawanan dengan susunan vascular sistemik (systemic vascular bed), dan peningkatan

relative resistensi vascular pulmonal, terutama pada shok sepsis, dapat melewati

resistensi vascular sistemik (Systemic Vascular Resistance, SVR), yang dapat

menyebabkan gagal jantung kanan. Takipnea diinduksi-shok mengurangi volume tidal

dan menambah ruang rugi dan vetilasi menit. Hipoksia relatif yang diikuti oleh takipnea

menginduksi alkalosis respiratorik. Shok dikenal dapat menyebabkan acute lung injury

yang diikuti oleh acyte respiratory distress syndrome (ARDS). Kelainan ini ditandai

dengan edema pulmonal nonkardiogenik yang dihasilkan dari kerusakan difus endotel

kapiler pulmonal dan epitel alveolus, hipoksemia, dan infiltrasi pulmonal bilateral difus.

Hipoksemia dihasilkan dari perfusi alveolus yang tak terventilasi. Hilangnya surfaktan

dan volume paru dalam kombinasi dengan peningkatan edema alveolar dan interstisial

mengurangi compliance paru. Usaha untuk bernafas dan kebutuhan akan oksigen otot

respirasi bertambah.8

5. Gastrointestinal

Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan

absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati di dalam usus.

Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatan metabolisme dan bukan

memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.8

6

Page 7: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

6. Ginjal

Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi

terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak

terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan

pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras angiografi.

Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air.

Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk

mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan

vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya produksi urin.8

Stadium Syok

Berdasarkan persentasi volume kehilangan darah , syok hipovolemik dapat dibedakan

menjadi empat tingkatan atau stadium. Stadium syok dibagi berdasarkan persentase kehilangan

darah . yaitu :9

1. Stadium I

Stadium I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga maksimal

15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensasi dengan

vasokonstriksi perifer sehingga terjadi penurunan capillary refilling. Pada saat ini pasien

juga menjadi sedikit cemas atau gelisah , namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-

rata, frekuensi nadi dan nafas masih dalam keadaan normal.9

2. Stadium II

Syok hipovolemik stadium II adalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada stadium

ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu mengkompensasi fungsi kardiosirkulasi,

sehingga terjadi takikardi, perlambatan capillary refilling, peningkatan frekuensi nafas,

dan pasien menjadi lebih cemas.9

3. Stadium III

Stadium III terjadi bila perdarahan mencapai 30-40%. Gejala yang muncul pada stadium

II menjadi semakin berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali per

7

Page 8: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

menit. Peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali permenit, tekanan nadi dan

tekanan darah sistolik sangat menurun, capillary refilling menjadi sangat lambat.9

4. Stadium IV

Stadium IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat ini

takikardi lebih dari 140 kali permenit. Dengan pengisian lemah sampai tidak teraba,

dengan gejala klinis yang semakin memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari

40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat , tekanan nadi semakin kecil dan disertai

dengan penurunan kesadaran atau letargik.9

Tabel 2. Stadium Syok Hipovolemik dan Gambaran Klinisnya9

Tanda dan

Pemeriksaan

Klinis

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

Kehilangan

Darah (%)15 % 15-30% 30-40% >40%

Kesadaran Sedikit cemas CemasSangat

cemas/bingungLetargi

Frekuensi

Jantung atau

Nadi

<100x/menit>100-120x/

menit

>120-140x/

menit>140x/menit

Frekuensi

Nafas14-20x/menit 20-30x/menit 30-40x/menit >35x/menit

Capillary

RefillingLambat Lambat Lambat Lambat

Tekanan Darah

SistotikNormal Normal Turun Turun

Tekanan Nadi Normal Turun Turun Turun

Produksi Urin >30ml/jam 20-30ml/jam 5-15ml/jam Sangat sedikit

Gejala Klinis

8

Page 9: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,

besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan

tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah

mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan

takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada

pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat

atau singkat.10

Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta

perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. Respon

fisiologi yang normal adalah mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung sambil

memperbaiki volume darah dalam sirkulasi efektif. Di sini akan terjadi peningkatan kerja

simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stress serta ekspansi

besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan interstisial,

interselular dan menurunkan produksi urin.1

Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik, riwayat penyakit penting

untuk menentukan penyebab yang mungkin dan untuk penanganan langsung. Syok hipovolemik

akibat kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah didiagnosis. Perdarahan dalam

kemungkinan tidak nyata, seperti pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan

status mental. Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan,

sebaiknya dinilai pada semua pasien. 

Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan

memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi

kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor).5

Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas.

Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu :

- Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu

berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.

9

Page 10: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

- Takikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis

penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi

berfungsi mengurangi asidosis jaringan.

- Hipotensi karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan

curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan

tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri

turun tidak di bawah 70 mmHg.

- Oliguria karena produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria

pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.10

Penatalaksanaan

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki

perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini

tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat

diberikan pengobatan kausal.

A. Lakukan primary survey A, B, C, D, E

Airway

Penanganan jalan napas pada survei primer dapat dilakukan hanya dengan

memposisikan jalan napas dengan melakukan maneuver pengangkatan dagu atau

pendorongan rahang (jaw thrust; dilakukan jika terdapat kekhawatiran akan

instabili¬tas leher dan tulang belakang). Penanganan tersebut juga mencakup

penempatan alat bantu jalan napas oral atau nasofaring dan pemberian oksigen

tambahan. Pada kasus obstruksi, benda asing dapat dibebaskan dengan

menggunakan manuver basic life support atau secara manual dengan penghisapan

{suctioning) atau forseps Magill. Intervensi jalan napas yang definitif, seperti

intubasi endotrakeal oral (dengan atau tanpa rapid sequence technique), intubasi

nasotrakeal atau pembedahan jalan napas (misal krikotiroidotomi), mungkin

diperlukan.

Breathing

10

Page 11: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Intervensi yang mungkin dilakukan saat fase pernapasan survey primer

adalah ventilasi dengan bag valve mask, pemberian nalokson untuk apnea yang

dicetuskan narkotika, pemasangan jarum dan slang torakostomi dan penggunaan

ventilasi bertekanan positif, baik dengan cara invasif maupun non-invasif.

Circulation

Intervensi saat fase sirkulasi pada survey primer mencakup pemasangan

monitor oksimetri untuk denyut nadi dan jantung serta pemasangan infus ke

pembuluh darah. Intervensi tersebut juga dapat mencakup pemberian cairan dan

produk darah.

Disability

Disabilitas menggambarkan penilaian status neurologis pada survey

primer. Jika memungkinkan, sebaiknya penilaian cepat dilakukan sebelum

memberikan obat atau agen paralisis. Intervensi saat fase disabilitas pada survey

primer sering kali terbatas pada jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, karena

semua hal tersebut mempengaruhi fungsi neurologis. Degitu semua hal tersebut

dapat diketahui, perhatian dapat diarahkan pada upaya intervensi seperti CT

kranial, pemberian manitol dan hiperventilasi untuk kasus kecurigaan herniasi

otak.

Exposure

Meskipun sering digambarkan sebagai upaya “menelanjangi,membalik,

meraba dan mencium”, pajanan tidak hanya berarti menelanjangi pasien, tetapi

juga mencakup upaya pencarian petunjuk penting lainnya.

Intervensi terpenting saat fase pemajanan pada survei primer sering kali

berupa pengukuran suhu rektum dan pemeliharaan suhu tubuh normal (eutermia).

Hal ini dapat dilakukan dan hanya menempatkan selimut hangat pada pasien

hingga prosedur penghangatan invasi/ untuk pasien hipotermia tak stabil. Pada

beberapa resusitasi, hipotermia dapat dipertahankan atau ditimbulkan secara

sengaja. Pasien dengan hipertermia dapat ditangani dari sekedar pemberian

asetaminofen, atau. Pada kasus dengan peningkatan suhu tubuh yang ekstrem

(>40°C), memerlukan upaya pendinginan mekanis yang agresif. Pembalutan luka

dengan bahan yang steril harus dilakukan pada pasien dengan luka bakar.5

11

Page 12: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

B. Resusitasi cairan

Resusitasi cairan dengan cepat adalah dasar dari tatalaksana terapi syok

hipovolemik. Cairan harus diinfus pada kecepatan yang tepat untuk mengoreksi defisiensi

cairan. Pada pasien yang muda, infus biasanya dilakukan dengan kecepatan penuh yang

disanggupi oleh alat dan akses vena. Pada pasien yang lebih tua atau dengan penyakit

jantung, infus harus diperlambatkan setelah terjadi respon perbaikan untuk mencegah

terjadinya efek hipervolemia. Cairan parenteral dibagi dua yakni kristaloid dan koloid,

yang berbeda dari berat molekul.

Kristaloid, cairan kristaloid memiliki berat molekul yang rendah yakni <6000.

Walaupun cairan ini banyak jenisnya, namun yang dapat dipakai untuk syok

hipovolemik adalah cairan yang isotonis dan memiliki natrium sebagai komponen

utama. Karena memiliki viskositas yang rendah maka dapat diberikan dengan

banyak dari vena perifer. Karena cairan isotonik memiliki osmolalitas yang sama

dengan cairan tubuh, maka tidak ada perpindahan cairan kedalam atau keluar dari

ruang intrasel. Kondisi cairan dalam extrasel adalah 75% ekstravaskular dan 25%

intravaskular. Administrasi cairan kristaloid adalah 3 kali dari jumlah cairan

tubuh yang hilang, karena kurang dari 2 jam hanya tersisa 20% dari jumlah cairan

yang diinfus berada pada ruang intravaskular. Cairan kristaloid aman dan efektif

untuk resusitasi pasien dengan syok hipovolemik. Komplikasi dari penggunaan

cairan ini adalah undertreatment dan overtreatment.

Koloid, cairan ini memiliki berat jenis molekul yang tinggi untuk efek

osmotiknya. Karena itu, cairan koloid akan berada didalam ruang intravaskular

dalam waktu yang lama. Jumlah cairan koloid yang lebih sedikit dibandingkan

dengan cairan kristaloid diperlukan untuk terapi resusitasi karena sifat berat

molekulnya yang berat, sehingga menarik cairan dari ruang ekstravaskular ke

ruang intravaskular. Pada metaanalisis dari percobaan random, prospektif dengan

26 sampel ditemukan peningkatan angka sebesar 4% pada kematian dengan

penggunaan albumin dibanding kristaloid sebagai terapi resusitasi.

C. Hentikan Diare

Diare yang terjadi perlu dihentikan dan penyebabnya dicari lebih lanjut apakah berupa

suatu intoleransi atau suatu infeksi agar tidak memberikan tatalaksana yang salah, untuk

12

Page 13: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

pemberian obat penghenti diare dapat diberikan loperamid dengan dosis 4mg pada

awalnya, dan 2 mg setiap diare, sehari tidak lebih dari 16mg. Hentikan apabila tidak ada

perbaikan dalam 48jam. Efek samping yang dapat terjadi adalah mual, nyeri perut, mulut

kering, flatulens, konstipasi.

D. Terapi khusus syok hipovolemik

Pada dewasa : beri 2-3 liter RL atau NaCl 0,9% evaluasi

Anak : 20 cc / kg, diulang 2 kali, bila tidak ada respons beri darah

Darah tipe spesifik, bila tidak ada pack red cell O

Syok hipovolemik jangan diterapi dengan vacopressor, steroid atau bikarbonat11

Komplikasi

Kerusakan organ-organ vital

Kerusakan susunan saraf pusat

Kerusakan fungsi hati dan ginjal

Dapat menyebabkan gagal ginjal

Asidosis metabolik

Prognosis

Syok Hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Namun, gejala-gejala dan hasil dapat

bervariasi tergantung pada:

-  Jumlah volume darah yang hilang

-  Tingkat kehilangan darah

-  Cedera yang menyebabkan kehilangan

-  Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru, dan penyakit ginjal

            Secara umum, pasien dengan derajat syok yang lebih ringan cenderung lebih baik

dibandingkan dengan syok yang lebih berat. Dalam kasus-kasus syok hipovolemik berat, dapat

menyebabkan kematian sehingga memerlukan perhatian medis segera. Orang tua yang

mengalami syok lebih cenderung memiliki hasil yang buruk.

13

Page 14: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Kesimpulan

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan

dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi

yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok

hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). 

Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta

perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. Gejala

klasik syok yaitu, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi berbaring, pasien

menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung, peningkatan kerja simpatis,

hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormone stress serta ekspansi besar guna

pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan interstisial, interselular dan

menurunkan produksi urin. 

14

Page 15: Syok Hipovolemik Ec Dehidrasi Ec Gastroenteritis

Daftar Pustaka :

1. Aru S, et all. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV. Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 180-7

2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

3. Abdurrahman N, et al. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Ed.3. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h.45

4. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2005. h.466-8.

5. Kolecki P. 2008. Syok Hipovolemik. www. Asrama Medica Fakultas kedokteran

UNHAS. Diakses tanggal 24 Oktober 2009.

6. Graber, MA. 2007. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik. Farmamedia. Jakarta. Hal.

1-9.

7. Corwin, EJ. 2013. Patofisiologi. EGC. Jakarta. Hal. 390.

8. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Cetakan ke-7. Jakarta: Media

Aesculapius; 2005. hal: 288-90.

9. Hardisman. 2013. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update

dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas: 2(3), 178-182.

10. Feng FH, et all. 2006. Pengantar Penuntun Pengobatan Darurat. Yayasan Essentia

Medica - Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 160-5.

11. Modul blok 29 “Emergency medicine – 1” FK UKRIDA.h.19

15