PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA...

78
PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH HAJI YANG BEROBAT DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA : STUDI KASUS DARI DATA REKAM MEDIS PERIODE 2016 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Nisa Uzlifatul Jannah NIM : 11141030000029 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/2017 M

Transcript of PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA...

Page 1: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN

ANEMIA PADA CALON JAMAAH HAJI YANG

BEROBAT DI RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA :

STUDI KASUS DARI DATA REKAM MEDIS

PERIODE 2016

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Nisa Uzlifatul Jannah

NIM : 11141030000029

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439H/2017 M

Page 2: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika pada kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

lakarta.

Jakarta, 20 Oktober 2077

Nrsa Uzlifatul Jannah

Page 3: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALONJAMAAH IIAJI YANG BEROBAT DI RUMAII .SAKIT HAJI JAKARTA : STUDI

KASUS DARI DATA REKAM MEDIS PERIODE 2015

Laporan PenelitianDirejukan kepada Program Studi Kedokteran d.an Profesi l)okter, Fakultas Kedokteran dan Ilnu

K-esehatan Uin Syarif Hidalatullah Jakarta untuk i\4emenuhi Persyaratan Memperoleh GelarSarj arra Kedokteran'(S, Ked)

Oleh:

Nisa Uzlifatul JanmahNIM : 111.11030000029

Pembimbing I Pembimbing 2

dr. Dwi Tyashrti, MPH, Ph.DI{IP. 1 97207 t7200s0r2003

$rl./ WDr. dr. SyariefHasanLutfie, Sp.KFR

NIP. 1962Cr720 t99003 t 002

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTERFAKTILTAS KEDOI(TERAN DAN ILMU KESEIIATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1439Ht2017 M

lI

Page 4: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian berjudul PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKITDENGAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH HAJI YANG BEROBAT DIRUMAH SAKIT HAJI JAKARTA : STUDI KASUS DARI DATA REKAMMEDIS PERIODE 2016 yang diajukan oleh Nisa Uzlifatul Jannah (NIM :

11141030000029), telah diajukan dalam sidang skripsi di Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Oktober 2011.Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelarSarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

I akarta, 20 Oktob er 201 l

DEWAN PENGUJI

ang

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR

NrP. 19620720199003 1 002

Pembimbing II

NIP. 19620720 t99003 I

uji I

dr. Fika Ek anti, M.Med. Ed

NIP. 19790 30 200604 2 001

dr. Dwi Tyastuti, MPH, Ph.D

NrP. 1 97207 1720050t2003

PTpuji II

I l-0ar. lvr"ly Nita[a, sp.PK

NIP. 19781230 200604 2 001

Sp.KFR

002

PIMPINAN FAKULTAS

iPSKPD

ntri, S. KM., M. Kes

198803 I 002

L--, FICS, FACS0 001

iv

dr.

NIP. 1

^.*,*r),F)^^..*

721103 200604

Page 5: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

dengan baik. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah limpahkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwasannya tidak dapat terselesaikan jika tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, PhD, FACS selaku Kepala Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR sebagai dosen pembimbing I dan dr.

Dwi Tyastuti, MPH. Phd sebagai dosen pembimbing II yang telah

membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan kepada peneliti

disela-sela kesibukan beliau hingga terselesaikannya penelitian ini.

4. Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed selaku penanggung jawab riset angkatan

2014 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter yang senantiasa

memberikan arahan dan motivasi dalam pelaksanaan penelitian pada

amgkatan 2014.

5. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku dosen pembimbing akademik yang

memberikan nasehat dalam proses pembelajaran dan akademik.

6. Pihak Rumah Sakit Haji Jakarta, Direktur Rumah Sakit beserta jajarannya

dan seluruh pihak rumah sakit yang ikut membantu dalam pengambilan data

pada penelitian ini.

7. Pihak penanggung jawab beasiswa PBSB Kemenag yang telah memberikan

beasiswa kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

Page 6: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

vi

8. Kedua orangtua penulis yang sangat luar bisa, H. Aceng Supiani, S.Pd dan

Hj. Ai Kurniawati S.Pd yang telah mencurahkan kasih sayangnya dan tiada

henti dalam mendoakan setiap langkah penulis.

9. Kakak penulis, M Reza Insan Fadhil yang memberikan dukungan baik moral

maupun materil dalam penelitian ini.

10. Teman-teman seperjuangan kelompok penelitian, Mufidatun Nafisah, Saudail

Ghamim, Anik Alfiyani dan Irfany Fauziah Samad yang telah memberikan

dukungan, nasehat, motivasi dan semangat agar dapat menyelesaikan

penelitian.

11. Kak Khadziyatul Fildah Rusdina yang telah banyak membantu,

menyemangati, dan memberikan dukungan terhadap peneliti.

12. Teman-teman CSSMoRA JKT48 dan Carotis 2014 yang senantiasa

memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

13. Teman-teman USMR dan SCORP yang telah memberikan dukungan kepada

peneliti.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun

yang dapat memperbaiki penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat

memeberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang kedokteran.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 12 Oktober 2017

Nisa Uzlifatul Jannah

Page 7: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

vii

ABSTRAK

Nisa Uzlifatul Jannah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Prevalensi Anemia dan Penyakit dengan Anemia pada Calon Jamaah Haji

yang Berobat di Rumah Sakit Haji Jakarta : Studi Kasus dari Data Rekam

Medis Periode 2016. 2017.

Latar Belakang : Anemia merupakan kondisi penurunan eritrosit yang dijadikan

indikator laik terbang bagi jamaah haji karena kemungkinan terjadi hipoksia pada

anemia di ketinggian. Prevalensi anemia di Asia Tenggara cukup tinggi pada

tahun 2011 menurut WHO sebesar 53,8% sedangkan di Indonesia mencapai

21,7% berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. Adapun prevalensi pada jamaah

haji tidak diketahui. Anemia dapat menyebabkan kelelahan yang dapat

menghambat kegiatan ibadah haji. Selain itu, anemia dapat menyertai beberapa

penyakit yang menjadi salah satu indikator penetapan risiko tinggi dan

pemenuhan syarat istitha’ah pada calon jamaah haji. Tujuan : Untuk mengetahui

prevalensi anemia dan penyakit yang disertai anemia pada calon jamaah haji tahun

2016 yang berobat di rumah sakit. Metode : Penelitian ini menggunakan desain

cross-sectional pada 62 calon jamaah haji di RS Haji Jakarta. Data yang diambil

berupa data rekam medis. Hasil : Prevalensi anemia pada calon jamaah haji

perempuan (89,5%) dan pada pria (75%). Sebanyak 11,7% dengan derajat ringan,

50% sedang dan 38,3% berat. Penyakit dengan anemia terbanyak pada calon

jamaah haji wanita ialah hipertensi (13,1%) dan pada calon jamaah haji pria

adalah pneumonia (14,3%). Simpulan : Pada calon jamaah haji yang berobat ke

Rumah Sakit Haji Jakarta mayoritas mengalami anemia dengan jumlah 52 orang

dan 44 diantaranya mengalami penyakit lain disamping anemia.

Kata kunci : Anemia, Penyakit dengan anemia, Jamaah Haji.

Page 8: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

viii

ABSTRACT

Nisa Uzlifatul Jannah. School of Medicine. The Prevalence of Anemia and The

Diseases with Anemia among Pilgrims who Visiting at Hajj Hospital Jakarta: A

Case Study of Medical Record Data Period 2016. 2017

Background : Anemia is a condition of decreased erythrocyte that used as an

indicator of feasibility to fly for pilgrims because of the possibility of hypoxia in

anemia at high altitude. According to WHO, the prevalence of anemia in

Southeast Asia is quite high in 2011 is 53.8% while in Indonesia it reaches 21.7%

based on Riskesdas data in 2013. The prevalence of anemia in pilgrims is not

known. Anemia can cause fatigue that can disturb the activities of the Hajj. In

addition, anemia can accompany some diseases that become one of the indicators

of high risk determination and health’s istitha'ah fulfillment in pilgrims. Aim: To

find out the prevalence of anemia and diseases with anemia among pilgrims in

2016 who seek treatment at the hospital. Methods: This study used a cross-

sectional design on 62 pilgrims at Hajj Hospital Jakarta. Data taken from

medical record. Result: The prevalence of anemia in female pilgrims (89.5%)

and male pilgrims (75%).The total of 11.7% was light anemia, 50% moderate and

38.3% severe. The most diseases with anemia in female pilgrims were

hypertension (13.1%) and in the male pilgrims were pneumonia (14.3%).

Conclusion: The pilgrims who seek treatment to Hajj Jakarta Hospital majority

have anemia with the number 52 people and 44 of them experiencing other

diseases besides anemia

Keywords : Anemia, Diseases with anemia, Pilgrims

Page 9: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 5

2.1.1. Jamaah Haji ........................................................................................... 5

2.1.2. Anemia .................................................................................................. 7

2.1.3. Anemia defisiensi besi ............................................................................... 22

2.1.4. Anemia penyakit kronis ............................................................................. 25

2.1.5. Penyakit Kronik .......................................................................................... 28

2.1.6. Penyakit Ginjal Kronik .............................................................................. 30

2.1.7. Sirosis Hati .................................................................................................. 32

2.1.8. Keganasan ................................................................................................... 33

2.1.9. Lupus Eritematosus Sistemik .................................................................... 34

2.1.10. Artritis Reumatoid .................................................................................... 35

2.2 Kerangka Teori ............................................................................................ 36

2.3. Kerangka Konsep ....................................................................................... 37

2.4. Definisi Operasional ................................................................................... 38

BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................. 39

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 39

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 39

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 39

Page 10: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

x

3.3.1. Populasi Penelitian ..................................................................................... 39

3.3.2. Sampel Penelitian ....................................................................................... 39

3.3.3. Kriteria Inklusi ............................................................................................ 39

3.4. Instrumen Penelitian ................................................................................... 39

3.5. Cara Kerja Penelitian...................................................................................39

3.6. Alur Penelitian ............................................................................................ 40

3.7. Managemen Data ........................................................................................ 41

3.7.1 Pengumpulan Data ...................................................................................... 41

3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 41

3.8. Etika Penelitian ........................................................................................... 41

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 42

4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................... 42

4.1.1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian ..................................................... 42

4.1.2. Karakteristik Anemia pada Subjek Penelitian ......................................... 43

4.1.3. Distribusi Keluhan pada Subjek Penelitian ......................................... 44

4.1.4. Distribusi Anemia beserta Penyakit Lainnya pada Subjek Penelitian .. 45

4.2. Pembahasan ................................................................................................ 47

4.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................ 47

4.2.2. Prevalensi Anemia pada Calon Jamaah Haji yang Melakukan

Pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta .................................................... 48

4.2.3. Gambaran Keluhan pada Pasien Calon Jamaah Haji dengan Anemia . 49

4.2.4. Gambaran Penyakit Lain pada Calon Jamaah Haji dengan Anemia .... 51

4.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 54

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 55

5.1. Simpulan ..................................................................................................... 55

5.2. Saran ........................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57

LAMPIRAN..........................................................................................................63

Page 11: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1. Eritropoiesis.......................................................................................9

Gambar 2 2. Mekanisme eritropoietin dalam meningkatkan produksi sel darah

merah................................................................................................11

Gambar 2 3. Struktur heme dan hemoglobin.........................................................12

Gambar 2.4. Sintesis Heme....................................................................................12

Gambar 2 5. Morfologi Sel Darah Merah..............................................................16

Page 12: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4 1. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Penelitian ......................................... 42

Tabel 4 2. Distribusi Usia Subjek Penelitian ........................................................ 43

Tabel 4 3. Distribusi Anemia pada Calon Jamaah Haji ........................................ 43

Tabel 4 4. Distribusi Keluhan pada calon jamaah haji laki-laki ........................... 44

Tabel 4 5. Distribusi keluhan pada calon jamaah haji perempuan .........................44

Tabel 4 6. Distribusi Anemia beserta Penyakit Lainnya pada calon jamaah haji

laki-laki ................................................................................................. 45

Tabel 4 7. Distribusi anemia beserta penyakit lainnya pada calon jamaah haji

perempuan ............................................................................................ 46

Tabel 4 8. Derajat anemia dengan ada tidaknya penyakit lain yang diderita pada

calon jamaah haji .................................................................................. 47

Page 13: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

xiii

LAMPIRAN

1. Surat Etik

2. Surat Izin Pengambilan Data

3. Daftar Riwayat Hidup

Page 14: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ibadah haji merupakan suatu ibadah umat muslim untuk mendekatkan diri

kepada Sang Khalik. Pelaksanaan kegiatan ibadah haji umumnya didominasi oleh

aktifitas fisik seperti sa’i, tawaf dan juga diharuskannya berpindah tempat,

sehingga diperlukan kesehatan fisik yang prima bagi para jamaah, agar mereka

dapat menyelesaikan ibadah haji dengan lancar dan menjadi haji yang mabrur.

Tetapi, terkadang hal tersebut menjadi sesuatu yang sulit akibat keterbatasan fisik

dan penyakit yang diderita oleh calon jamaah haji. Maka dari itu, pemerintah telah

mengatur mengenai istithaah kesehatan jamaah haji didalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 15 tahun 2016 tentang istithaah kesehatan

jamaah haji.

Istitha’ah kesehatan jamaah haji ialah kemampuan jamaah haji dari aspek

kesehatan yang meliputi kesehatan fisik maupun mental yang diukur dengan

pemeriksaan dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga jamaah haji dapat

nmenjalankan ibadahnya sesuai aturan. Pengaturan istithaah kesehatan jamaah

haji tersebut bertujuan agar terselenggaranya pemeriksaan kesehatan dan

pembinaan kesehatan pada jamaah haji agar dapat menunaikan ibadahnya sesuai

ketentuan ajaran agama islam. (1)

Status kesehatan jamaah haji dalam mencapai istitha’ah dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,

perilaku dan penyakit yang diderita oleh jamaah haji (umumnya degeneratif dan

penyakit kronis) serta status kebugaran jasmani yang masih kurang yang

berdampak menjadi suatu kelelahan fisik. Kelelahan fisik terjadi karena energi

yang tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh dalam melakukan aktivitas. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satu diantaranya ialah keadaan

anemia.

Page 15: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

2

Anemia yaitu suatu kondisi terjadinya penurunan jumlah massa eritrosit

sehingga hal tersebut dapat menyebabkan penurunan fungsi eritrosit sebagai

pembawa oksigen dan mengedarkannya ke jaringan perifer.(2)

Ketika terjadi

anemia, kadar hemoglobin yang berada didalam eritrosit menurun dan dapat

menyebabkan fungsinya didalam mempertahankan suplai oksigen untuk

kebutuhan metabolisme oksidatif tubuh berkurang.(3)

Anemia dijadikan suatu

indikator laik terbang bagi calon jamaah haji Indonesia merujuk kepada standar

keselamatan penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan internasional

agar dapat mencapai derajat istitha’ah kesehatan bagi calon jamaah haji.(4)

Anemia

menjadi salah satu indikator laik terbang karena pada saat berada diatas ketinggian

1500m (5000 ft) dapat terjadi hipoksia karena kadar oksigen yang makin menipis

dan akan menjadi suatu respon patologis apabila mencapai ketinggian diatas

2500m (8000 ft).(5)

Prevalensi anemia di Asia Tenggara cukup tinggi yaitu 53,8% dengan rata-

rata kadar hemoglobin (10,7 g/dL) menurut laporan WHO pada tahun 2011.

Sebanyak 96,7 juta penduduk Asia Tenggara mengalami anemia dengan 2,7 juta

diantaranya anemia berat.(6)

Sedangkan di Indonesia sendiri menurut data

Riskesdas tahun 2013 prevalensi anemia secara nasional mencapai 21,7%.

Berdasarkan data siskohatkes kementerian kesehatan, usia jamaah haji indonesia

pada rentang tahun 2010 hingga 2015 mayoritas mereka yang berusia 51-60 tahun

dimana prevalensi anemia pada kelompok usia ini cukup tinggi yaitu 20,1 hingga

25%.(7,8)

Adapun prevalensi anemia pada jamaah haji tidak diketahui dikarenakan

tidak adanya data laporan yang menunjang.

Terdapat beberapa penyakit yang dapat disertai dengan anemia

diantaranya ialah keganasan, penyakit kronik seperti tuberculosis, HIV/AIDS,

pneumonia, rheumatoid arthritis, infeksi seperti sepsis, penyakit pada ginjal

ataupun pada hati serta penyakit endokrin-metabolik seperti diabetes melitus. (9,10)

Beberapa dari penyakit tersebut seperti keganasan, penyakit kronis pada ginjal

dan hati seperti gagal ginjal kronik dan sirosis hepatis serta penyakit metabolik

termasuk kedalam penyakit yang menjadi kriteria penetapan risiko tinggi pada

jamaah haji karena berpotensi untuk menyebabkan keterbatasan dalam

Page 16: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

3

melaksanakan ibadah haji.(4)

Selain itu, terdapat beberapa penyakit yang

menyebabkan jamaah haji termasuk kedalam kategori tidak memenuhi syarat

istitha’ah sementara karena masih berpeluang untuk sembuh ketika dilakukan

pengobatan, diantaranya ialah tuberculosis sputum BTA positif, diabetes melitus

tidak terkontrol, stroke akut, perdarahan saluran cerna dan anemia gravis sehingga

pada jamaah haji dengan status tersebut diperlukan pelayanan kesehatan maksimal

agar dapat memenuhi syarat istiha’ah sehingga dapat melaksanakan kegiatan

ibadah haji dengan lancar tanpa adanya suatu halangan terkait masalah

kesehatan.(2)

Sehingga perlu adanya perhatian terhadap beberapa penyakit

tersebut yang disertai dengan anemia dan keluhan lain terkait penyakit yang dapat

menghambat jalannya ritual ibadah haji agar tidak terjadi pada para calon jamaah

haji.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti dapat menentukan rumusan masalah

sebagai berikut :

Bagaimana prevalensi anemia dan penyakit yang disertai anemia calon

jamaah haji tahun 2016 yang melakukan pengobatan di rumah sakit?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi anemia dan penyakit yang dapat disertai anemia

pada calon jamaah haji yang melakukan pengobatan di rumah sakit.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik calon jamaah haji tahun 2016 di Rumah Sakit

Haji Jakarta.

2. Mengetahui kejadian anemia pada calon jamaah haji tahun 2016 yang

berobat di Rumah Sakit Haji Jakarta.

3. Mengetahui keluhan pada calon jamaah haji dengan anemia yang

melakukan pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta.

Page 17: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

4

4. Mengetahui penyakit lainnya yang disertai anemia pada calon jamaah haji

tahun 2016 yang berobat di Rumah Sakit Haji Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, beberapa manfaat yang dapat diambil ialah :

a. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai pengembangan pengetahuan

didalam bidang pelayanan kesehatan jamaah haji, khususnya program

preventif di layanan primer dan program kuratif di layanan sekunder

terhadap anemia dan penyakit pada jamaah haji yang dapat disertai

anemia.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut

mengenai hubungan kejadian anemia pada calon jamaah haji dengan

pengobatan yang dilakukan di Rumah Sakit.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, pertimbangan

dan masukan terhadap program pelayanan kesehatan jamaah haji

Indonesia dalam pemeriksaan kesehatan terhadap pencegahan dan

penanggulangan anemia pada calon jamaah haji.

Page 18: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Jamaah Haji

2.1.1.1. Definisi

Jamaah haji merupakan kumpulan atau rombongan orang yang

menunaikan ibadah haji ke Mekah.

2.1.1.2. Karakteristik

Pada rentang tahun 2010 hingga 2015, jamaah haji Indonesia didominasi

oleh jamaah haji perempuan. Meskipun pada tahun 2015 terjadi kenaikan jumlah

jamaah haji laki-laki sebanyak 114 jamaah dan terjadi penurunan jumlah jamaah

haji perempuan sebanyak 104 jamaah dibanding tahun sebelumnya, tetapi tetap

jumlah jamaah haji wanita lebih banyak dari jamaah haji perempuan dengan

persentase jamaah haji wanita 54% dan jamaah haji laki-laki 45% berdasarkan

data siskohatkes Kementerian Kesehatan.(8)

Karena pada jamaah haji Indonesia

lebih banyak perempuan maka risiko untuk terjadinya anemia pun cukup tinggi

sesuai dengan data Riskesdas tahun 2013 yang menyebutkan bahwa prevalensi

anemia pada perempuan sebesar 23,9% lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki

dengan persentase 18,4%.(7)

Berdasarkan data siskohatkes Kementerian Kesehatan, usia jamaah haji

Indonesia pada rentang tahun 2010 hingga 2015 mayoritas berusia 51-60 tahun.

Kemudian peringkat kedua terbanyak ialah jamaah haji dengan rentang usia 41-50

tahun. Sedangkan jumlah terendah ialah jamaah haji yang memiliki usia kurang

dari 40 tahun. Apabila dikelompokan berdasarkan usia didapatkan bahwa

prevalensi anemia cukup tinggi pada usia balita, menurun pada usia sekolah,

remaja dan dewasa muda tetapi cenderung meningkat kembali pada kelompok

usia yang lebih tinggi. Kelompok usia lanjut seperti pada mayoritas jamaah haji

Page 19: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

6

lebih rentan mengalami anemia, sehingga prevalensi terjadinya anemia pada

kelompok usia ini pun cukup tinggi berkisar antara 20,1% hingga 25%.(7,8)

Sesuai dengan keadaan dan karakteristik pada masing-masing individu,

jamaah haji dikategorikan menjadi jamaah haji risiko tinggi (risti) dan jamaah haji

non risti. Jamaah haji risti adalah jamaah haji dengan kondisi kesehatan yang

secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji.

Pada tahun 2015 perbandingan jamaah haji risti dan non risti cukup tinggi karena

terjadi peningkatan jumlah jamaah haji risti dari 83.730 jamaah menjadi 95.210

jamaah. Penetapan tingkat risiko kesehatan sendiri dilakukan berdasarkan

diagnosis dan hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama dalam upaya untuk

mencapai istitha’ah kesehatan jamaah haji.

Status kesehatan risiko tinggi ditetapkan bagi jamaah haji dengan kriteria :

1. Berusia 60 tahun atau lebih, dan/atau

2. Memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial

menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji, misalnya :

a) Penyakit degeneratif, diantaranya Alzheimer dan demensia

b) Penyakit metabolik, diantaranya diabetes melitus, dislipidemia dan

hiperkolesterolemia

c) Penyakit kronis, diantaranya sirosis hepatis, keganasan, penyakit

paru obstruktif kronis, penyakit ginjal kronis, gagal jantung dan

hipertensi

d) Penyakit imunologis, diantaranya asma, sindrom lupus

eritematosus, dan HIV/AIDS

e) Penyakit bawaan diantaranya kelainan katup jantung, kista ginjal,

diabetes melitus tipe 1

f) Penyakit jiwa, diantaranya skizofrenia dan gangguan bipolar

3. Memiliki faktor risiko kesehatan yang potensial menyebabkan

ketidakmampuan menjalankan rukun dan wajib haji yang mengancam

keselamatan jamaah haji, antara lain :

a) Penyakit kardiovaskular

b) Penyakit metabolik

Page 20: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

7

c) Penyakit paru atau saluran nafas

d) Penyakit ginjal

e) Penyakit hipertensi

f) Penyakit keganasan(4)

Dari beberapa kriteria diatas, terdapat penyakit kronik seperti sirosis

hepatis, gagal ginjal kronik, keganasan yang juga dapat menyebabkan terjadinya

keadaan anemia pada jamaah haji.

2.1.2. Anemia

2.1.2.1. Definisi

Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan jumlah

eritrosit sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya dalam membawa oksigen

dengan jumlah cukup ke jaringan perifer, ditunjukan oleh penurunan kadar

hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit.(2,11)

Tabel 2 1. Batasan Kadar hemoglobin dalam menentukan derajat anemia

sesuai usia dan jenis kelamin :(12)

Populasi Anemia

Normal Ringan Sedang Berat

Anak usia 6-

59 bulan

> 11 g/dl 10-10,9 g/dl 7-9,9 g/dl <7 g/dl

Anak usia 5-

11 tahun

> 11,5 g/dl 11-11,4 g/dl 8-10,9 g/dl <8 g/dl

Anak usia 12-

14 tahun

> 12 g/dl 11-11,9 g/dl 8-10,9 g/dl <8 g/dl

Wanita tidak

hamil usia >15

tahun

> 12 g/dl

11-11,9 g/dl 8-10,9 g/dl <8 g/dl

Wanita hamil

usia > 15

tahun

> 11 g/dl

10-10,9 g/dl 7-9,9 g/dl <7 g/dl

Page 21: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

8

Laki-laki usia

> 15 tahun

>13 g/dl 11-12,9 g/dl 8-10,9 g/dl <8 g/dl

2.1.2.2. Fisiologi Sel Darah Merah

Eritrosit

Rata-rata orang dewasa memiliki jumlah eritrosit kira-kira 5 juta/mm3,

yang dalam setiap mililiter darah terdapat sekitar 5 milyar erirosit. Masing-masing

eritrosit memiliki silklus hidup 120 hari.(9)

Eritrosit memiliki fungsi didalam

pengaturan kadar oksigen tubuh, karena eritrosit dapat mengangkut oksigen dari

paru menuju organ-organ dan jaringan perifer, serta dapat mengangkut

karbondioksida dan ion hidrogen dalam tingkat yang lebih rendah.(13,14)

Struktur eritrosit

Eritrosit adalah sel dengan bentuk seperti piringan bikonkaf tanpa inti sel

dengan diameter 8m, ketebalan tepi 2m, dan ketebalan di bagian tengah 1m.

Bentuk bikonkaf mengahasilkan luas permukaan yang lebih besar untuk difusi

oksigen menembus membran dan ketipisan eritrosut memungkinkan oksigen

untuk berdifusi lebih cepat. Gambaran struktur lain yang mempermudah fungsi

transport eritrosit adalah kelenturan membrannya, sehingga tetap dapat mengalir

melewati kapiler yang diameternya 3m tanpa pecah untuk mengangkut oksigen

ke jaringan. Stroma bagian luar membran sel mengandung antigen golongan darah

A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen

utama eritrosit adalah hemoglobin yang bertugas megangkut oksigen dan sebagian

kecil karbondioksida.(9,14)

Eritropoiesis

Eritropoiesis merupakan proses pembentukan eritrosit yang berasal dari sel

induk melaui sel progenitor colony forming unit granulocyte, erythroid, monocyte

and megakaryocyte (CFUGEMM), burst forming unit erythroid (BFUE), dan colony

forming unit erythroid (CFUE) menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali

pertama kali di sumsum tulang yaitu pronormoblas.(15)

Pronormoblas adalah sel

Page 22: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

9

besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah dan nukleoli serta

kromatin yang sedikit menggumpal serta memiliki reseptor terhadap hormon

eritropoietin.(16)

Pronormoblas megalami pembelahan sel dan membentuk

rangkaian normoblas yang lebih kecil. Normoblas mengandung hemoglobin

(warna merah muda) yang makin banyak dalam sitoplasma, warna sitoplasma

makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan aparatus yang mensitesis

protein, sedangkan kromatin inti menjadi semakin padat. Inti keluar dari

normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan membentuk retikulosit yang masih

mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.

Retikulosit sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari di

sumsum tulang dan juga beredar di sirkulsi selama 1-2 hari sebelum menjadi

matur. Retikulosit yang kehilangan RNA berada di limpa dan berubah menjadi

eritrosit. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya merupakan cakram

bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur.

Normoblas lazimnya tidak ditemukan dalam darah tepi individu normal, tetapi

apabila berada dalam darah tepi, dapat disebabkan oleh eritropoiesis yang terjadi

diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) atau beberapa penyakit

sumsum tulang.(15)

Gambar 2 1. Eritropoiesis (17)

Eritropoiesis

Prorubiblas

Prorubrisit

Rubrisit

Metarubrisit

Retikulosit

Eritrosit

Page 23: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

10

Regulasi produksi sel darah merah

Jumlah sel darah merah didalam sirkulasi sangat diatur agar tersedia sel

darah merah yang cukup sebagai transportasi oksigen dari paru ke jaringan tanpa

menghambat aliran darah.(17)

oleh karena itu, oksigenasi di jaringan menjadi

faktor penentu terhadap produksi sel darah merah. Setiap kondisi yang

menyebabkan oksigenasi ke jaringan menurun akan meningkatkan produksi sel

darah merah. Ketika seseorang mengalami anemia, kadar oksigen dalam darah

menurun sehingga terjadi hipoksemia, keadaan ini akan merangsang ginjal untuk

mengeluarkan lebih banyak eritropoietin agar merangsang sumsum tulang untuk

memproduksi sel darah merah lebih untuk mencukupi kebutuhan oksigen

jaringan.(16,17)

Pada ketinggian yang sangat tinggi, seperti ketika didalam pesawat,

kadar oksigen di udara akan menurun sehingga tidak cukup untuk diangkut ke

jaringan yang menyebabkan produksi sel darah merah juga akan sangat

meningkat.(17)

Berbagai penyakit pada sirkulasi yang menyebabkan penurunan

aliran darah ke jaringan, dan terutama menyebabkan kegagalan difusi oksigen ke

darah melalui paru juga dapat meningkatkan laju produksi sel darah merah, hal ini

terutama terlihat pada kegagalan jantung yang berkepanjangan dan pada banyak

penyakit paru, karena hipoksia jaringan akibat kondisi ini meningkatkan produksi

sel darah merah dengan peningkatan hematokrit dan volume darah total.(17)

Stimulus utama untuk produksi sel darah merah dalam keadaan hipoksia

dan hipoksemia adalah hormon eritropoietin, sebuah hormon glikoprotein dengan

berat molekul sekitar 34 ribu dalton yang diproduksi di ginjal pada orang dewasa.

Hipoksia akan menstimulasi pembentukan faktor transkripsi yang disebut

hypoxia-inducible factor 1(HIF-1) yang akan berubah menjadi gen eritropoietin

untuk meningkatkan produksi eritropoietin.(5)

Eritropoietin dibentuk sebagian besar di ginjal dan sisanya dibentuk di

hati. Eritropoietin disekresikan terutama oleh sel intersisial fibroblas yang

mengelilingi tubulus di korteks dan medula ginjal. Ketika hipoksia jaringan ginjal

terjadi akan menyebabkan peningkatan HIF-1. HIF-1 mengikat elemen respon

hipoksia yang ada di gen eritropoietin kemudian menginduksi transkripsi mRNA

hingga akhirnya meningkatkan sintesis eritropoietin. Eritropoietin merangsang

Page 24: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

11

produksi proeritroblas dari sel induk hematopoietik di sumsum tulang dan

menyebabkan sel-sel ini lebih cepat dari biasanya dalam melalui tahap

eritroblastik, sehingga mempercepat produksi sel darah merah baru.(17)

Gambar 2 2. Mekanisme eritropoietin dalam meningkatkan produksi sel darah

merah (17)

Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu protein yang memiliki pigmen karena besi yang

diikatnya apabila berikatan dengan oksigen akan kemerahan seperti darah yang

terdapat pada arteri karena teroksigenasi penuh dan keunguan jika terjadi

deoksigenasi pada darah vena.(14)

Molekul hemoglobin terdiri dari dua bagian yaitu globin, suatu protein

yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat dan empat gugus

nonprotein yang mengandung besi yang dikenal sebagai gugus heme yang

masing-masing terikat dengan polipeptida globin.(14)

Sel induk hematopoietik

Proeritroblas

Sel darah merah

Oksigenasi jaringan

Faktor yang dapat menurunkan oksigenasi

1. Volume darah rendah

2. Anemia

3. Kadar hemoglobin rendah

4. Aliran darah kurang

5. Penyakit paru

Penurunan oksigenasi

Eritropoietin

Ginjal

Page 25: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

12

Struktur heme

Heme mengandung sebuah cincin porfirin yang berkoordinasi dengan ion

besi. Empat cincin pirol bergabung dengan jembatan metionil (-CH-) untuk

membentuk cincin porfirin. Delapan rantai samping berfungsi sebagai substituen

pada cincin porfirin, dua pada setiap pirol.(18)

Gambar 2 3. Struktur heme dan hemoglobin (19)

Sintesis heme

Suksinil CoA + glisin

Gambar 2 4. Sintesis heme (19)

-Aminolevulinic acid (-ALA)

Hydroxymethylbilane

Porphobilinogen

Coproporphyrinogen III

Uroporphyrinogen III

Protoporphyrinogen IX

Protoporphyrin IX

Heme

Fe2

+

Page 26: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

13

Degradasi heme

Heme didegradasi untuk membentuk bilirubin yang akan dikonjugasikan

dengan asam glukoronat dan dieksresikan oleh empedu. Setelah eritrosit mencapai

akhir masa hidupnya, eritrosit akan pecah dan difagosit oleh sel-sel sistem

retikuloendotelial. Hemoglobin terutama difagosit didalam limpa,hati dan

sumsum tulang serta direduksi menjadi globin dan heme. Globin masuk kembali

kedalam kumpulan asam amino. Besi dibebaskan dari heme, dan bagian lebih

besar diangkut oleh protein plasma transferin ke sumsum tulang untuk produksi

eritrosit. Sisa besi disimpan di hati dan jaringan tubuh lain dalam bentuk feritin

dan hemosiderin untuk digunakan kemudian hari.(17)

Sisa bagian heme direduksi

menjadi karbonmonoksida dan biliverdin. Karbonmonoksida diangkut dalam

bentuk karboksihemoglobin, dikeluarkan melalui paru. Biliverdin direduksi

menjadi bilirubin bebas yang kemudian dilepas kedalam plasma, berikatan dengan

albumin kemudian menuju hati untuk dieksresikan melalui kanalikuli empedu.(20)

2.1.2.3. Klasifikasi anemia

Sesuai dengan definisi anemia yang merupakan penurunan jumlah massa

eritrosit, anemia dapat diklasifikasikan menjadi anemia absolut dan anemia relatif.

Anemia relatif dikarakteristikan oleh massa eritrosit yang normal, kondisi ini

terjadi karena kelainan didalam regulasi volume plasma tanpa adanya kelainan

hematologi. Contoh anemia pada anemia relatif ialah anemia pada kehamilan.

Anemia absolut dengan penurunan massa eritrosit dibagi menjadi anemia yang

disebabkan karena penurunan produksi dan anemia yang disebabkan karena

peningkatan destruksi eritrosit.(10)

Sedangkan berdasarkan etiopatofisiologinya, anemia dapat diklasifikasikan

menjadi :

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang

1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit

a. Anemia defisiensi besi

b. Anemia defisiensi asam folat

c. Anemia defisiensi vitamin B12

Page 27: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

14

2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

a. Anemia akibat penyakit kronik

b. Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sumsum tulang

a. Anemia aplastik

b. Anemia mieloptisik

c. Anemia pada keganasan hematologi

d. Anemia diseritropoietik

e. Anemia pada sindrom mielodisplastik

4. Anemia akibat kekurangan eritropoietin

Anemia pada gagal ginjal kronik

B. Anemia akibat hemoragi

1. Anemia pasca perdarahan akut

2. Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik intrakorpuskular

a. Gangguan membran eritrosit (membranopati)

b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat defisiensi

G6PD

c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) : thalassemia,

hemogobinopati struktural (HbS,HbE, dll)

2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler

a. Anemia hemolitik autoimun

b. Anemia hemolitik mikroangiopatik

c. Lain-lain

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis kompleks.(2)

Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi :

A. Anemia hipokromik mikrositer

Page 28: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

15

Anemia dengan konsentrasi hemoglobin yang kurang dan ukuran eritrosit

yang lebih kecil dari ukuran normal sehingga terjadi penurunan nilai MCV

(Mean corpuscular volume) dan MCHC (Mean corpuscular hemoglobin

concentration) (indeks eritrosit : MCV <82 fl, MCH <27 pg, MCHC <30 g/dl)

Contoh anemia hipokromik mikrositer :

1. Anemia defisiensi besi

2. Thalassemia mayor

3. Anemia akibat penyakit kronik

4. Anemia sideroblastik

B. Anemia normokromik normositer

Anemia yang terjadi karena penurunan jumlah eritrosit tanpa adanya

perubahan ukuran maupun konsentrasi hemoglobin. (indeks eritrosit normal :

MCV 82-98 fl, MCH 27-32 pg, MCHC 32-36 g/dl).

Contoh anemia normokrom normositer :

1. Anemia pasca perdarahan akut

2. Anemia aplastik

3. Anemia hemolitik didapat

4. Anemia akibat penyakit kronik

5. Anemia pada gagal ginjal kronik

6. Anemia pada sindrom mielodisplastik

7. Anemia pada keganasan hematologik

C. Anemia makrositer

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar daripada ukuran normal.

(indeks eritrosit MCV >98 fl, MCH 27-32 pg, MCHC 32-36 g/dl).

1. Bentuk megaloblastik

a. Anemia defisiensi asam folat

b. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

2. Bentuk non-megaloblastik

Page 29: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

16

a. Anemia pada penyakit hati kronik

b. Anemia pada sindrom mielodisplastik(2,9)

Gambar 2 5. Morfologi Sel Darah Merah(21)

2.1.2.4. Epidemiologi

Anemia yang paling banyak dijumpai ialah anemia defisiensi besi

terutama pada negara berkembang karena berhubungan dengan tingkat sosial

ekonomi masyarakatnya. Anemia defisiensi besi di Indonesia terjadi pada 16-50%

laki-laki dan 25-48% perempuan, 46-92% ibu hamil dan 55,5% balita. Sedangkan

pada anemia defisiensi asam folat umumnya terjadi usia lebih dari 40 tahun dan

semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada kasus anemia hemolitik

hanya 5% dari keseluruhan anemia, lebih sering terjadi pada perempuan dan

umumnya terjadi pada individu usia pertengahan. Sickle cell anemia lebih sering

terjadi pada individu dengan ras Afrika, Afrika-Amerika, Arab dan India Selatan.

Anemia defisiensi G6PD merupakan penyakit herediter dengan x-link resesif

sehingga dapat dijumpai pada laki-laki. Anemia hemolitik non imun umumnya

terjadi pada bayi. Anemia aplastik jarang terjadi, insidensinya 2-6 kasus per 1 juta

penduduk per tahun. Umumnya terjadi pada usia 15-25 tahun dan setelah usia 60

tahun (tetapi lebih jarang daripada usia 15-25 tahun).(22)

2.1.2.5. Manifestasi Klinis

Manifestasis klinis anemia terjadi karena kompensasi tubuh terhadap

keadaan hipoksia atau hipoksemia, juga karena etiopatogenesis anemia spesifik

seperti splenomegali pada sperositosis herediter.(10)

Selain itu, terdapat beberapa keadaan yang timbul akibat anemia ialah :

a. Konsumsi oksigen yang berkurang

Eritrosit normal Eritrosit Hipokrom Megalosit

Page 30: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

17

Ketika kadar oksigen cukup dalam tubuh, metabolisme energi

terjadi melalui proses fosfolirasi oksidatif yang adekuat. Pada keadaan

anemia, terjadi hipoksia sehingga energi yang dihasilkan oleh proses

glikolisis kurang efisien. Metabolisme oksidatif akan menghasilkan

adenosine triphosphate (ATP) sebagai energi untuk melakukan segala

macam aktivitas(18)

, ketika ATP yang dihasilkan berkurang maka energi

yang dibutuhkan untuk beraktivitas tidak cukup sehingga memungkinkan

terjadinya kelelahan sedangkan jamaah haji harus memiliki energi yang

cukup dalam melaksanakan banyaknya aktifitas fisik pada saat ibadah haji

agar tidak terjadi kelelahan sehingga ritual kegiatan ibadah haji dapat

terhambat.

Selain itu, ketika terjadi hipoksia, perfusi oksigen ke jaringan

menurun. Tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara mengurangi

afinitas hemoglobin untuk oksigen sehingga memungkinkan ekstraksi

oksigen meningkat dari jumlah hemoglobin yang sama.(10)

b. Peningkatan perfusi jaringan

Peningkatan perfusi jaringan dilakukan dengan cara peningkatan

aktivitas vasomotor dan angiogenesis.(23)

Perfusi diutamakan untuk organ-

organ vital, sehingga terjadi shunting darah dari organ nonvital ke organ

vital yang sensitif terhadap oksigen. Pada anemia akut, organ non vital

yang menjadi pendonor ialah saluran pencernaan, yaitu mesenterika dan

iliaka. Sedangkan pada anemia kronik, yang menjadi pendonor ialah

jaringan kutaneous dan ginjal yang menyebabkan penampilan pucat pada

penderita anemia.(10)

c. Peningkatan curah jantung

Peningkatan curah jantung merupakan salah satu kompensasi yang

baik terhadap keadaan hipoksia karena anemia. Ketika terjadi anemia,

viskositas darah berkurang dan terjadi vasodilatasi selektif sehingga

menurunkan resistensi perifer, hal ini dapat mempertahankan curah

jantung tinggi tanpa adanya peningkatan tekanan darah.(24)

Pada orang

sehat, peningkatan curah jantung terjadi ketika kadar hemoglobin kurang

dari 7 g/dL, dan tanda klinis hiperaktif jantung seperti takikardi,

Page 31: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

18

peningkatan pulsasi arteri dan kapiler, dan murmur hemodinamik tidak ada

sampai kadar hemoglobin berada di tingkat yang lebih rendah.(10)

d. Peningkatan fungsi paru

Anemia yang signifikan dapat menyebabkan kompensasi berupa

peningkatan laju pernapasan karena terjadinya penurunan gradien oksigen

dari udara luar ke udara alveolar sehingga meningkatkan jumlah oksigen

didalam tubuh. Akibatnya, dispnea dan ortopnea adalah manifestasi klinis

yang khas dari anemia berat.(25)

e. Peningkatan produksi sel darah merah

Ketika terjadi anemia, respon yang pasti terjadi ialah peningkatan

sel darah merah yang diatur oleh eritropoietin. Peningkatan ini dapat

terjadi dua hingga tiga kali lipat secara akut dan emoat hingga enam kali

lipat secara kronis.(10)

2.1.2.6. Diagnosis

Anamnesis

Evaluasi riwayat penyakit sekarang pada penderita anemia apakah

mengalami perdarahan, peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), supresi

sumsum tulang, defisiensi besi atu asam folat dan vitamin B12. Selain itu,

temukan apakah terdapat riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan

anemia, seperti riwayat atau kondisi medis yang menyebabkan anemia (misal :

melena pada ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal), waktu terjadinya

anemia : baru, subakut, atau menahun, anemia yang baru terjadi biasanya

disebabkan oleh penyakit yang didapat sedangkan anemia yang berlangsung

menahun terutama dengan adanya riwayat keluarga umumnya merupakan

kelainan herediter (misal : hemoglobinopati, sferosis herediter). Etnis juga

merupakan salah satu komponen yang dapat berperan dalam anemia, misalnya

thalassemia dan hemoglobinopati terutama didapatkan pada penderita dari

Mediterania, Timur Tengah, Afrika sub-Sahara dan Asia Tenggara. Riwayat

penggunaan obat-obatan tertentu pada penderita juga harus dievaluasi secara rinci,

seperti penggunaan asam asetilsalisilat dan obat antiinflamasi nonsteroid.

Perhatikan apakah terdapat riwayat transfusi, penyakit hati, pemakaian suplemen

Page 32: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

19

besi ataupun paparan zat kimia dari pekerjaan atau lingkungan penderita juga

melakukan penilaian status nutrisi.(26)

Pemeriksaan fisik

Tujuan utama melakukan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai beratnya

kondisi penderita dan menemukan ada tidaknya keterlibatan organ atau

multisistem.

Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan :

- Terdapat takikardia, dispnea, hipotensi postural

- Pucat pada telapak tangan, kuku,wajah atau konjungtiva yang memiliki

sensitivitas dan spesifitas sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-

70% dan 70-100%

- Ikterus, menunjukan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Pada

penelitian 62 tenaga medis, ikterus ditemukan pada 58% penderita dengan

bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL

- Penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada

thalassemia

- Lidah licin (atropi papil) pada anemia defisiensi besi.

- Kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi besi

- Ulkus rekuren di kaki pada penyakit sickle cell, sferosis herediter, anemia

sideroblastik familial(26)

Pemeriksaan laboratorium

Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit secara serial

Complete blood count (CBC)

CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit,

ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa pemeriksaan

laboratorium pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus

ditambahkan dalam permintaan pemeriksaan (tetapi tidak rutin diperiksa). Pada

banyak automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang

menggambarkan variasi ukuran sel

Page 33: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

20

Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi

Apusan darah tepi harus dievaluasi dengan baik. Beberapa kelainan darah

tidak dapat dideteksi dengan automated blood counter. Pemeriksaan morfologi

apusan darah tepi dapat digunakan untuk menilai ukuran, bentuk dan abnormalitas

dari sel darah merah sehingga dapat menentukan jenis anemia yang mungkin

terjadi.(27)

Sel darah merah berinti (normoblas)

Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi.

Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis

(penyakit sickle cell, thalassemia, anemia hemolitik lain) atau merupakan bagian

dari gambaran lekoeritroblastik pada penderita dengan bone marrow replacement.

Pada penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya adanya normoblas dapat

menunjukan adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal

jantung berat.

Hitung retikulosit

Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit harus

dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia.

Rumus hitung retikulosit terkoreksi adalah :

Hitung retikulosit terkoreksi = %retikulosit penderita x hematokrit

Faktor lain yang mempengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah

adanya pelepasan retikulosit prematur di sirkulasi pada penderita anemia.

Retikulosit biasanya berada di darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa

RNA dan menjadi eritrosit. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari

sumsum tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal

ini terutama terjadi pada anemia berat yang menyebabkan peningkatan

eritropoesis. Perhitungan hitung retikulosit dengan koreksi untuk retikulosit

imatur disebut reticulocyte production index (RPI).

RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45)

45

Faktor koreksi

Page 34: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

21

Tabel 2 2. Faktor koreksi hitung RPI

Hematokrit penderita (%) Faktor koreksi

40-45 1,0

35-39 1,5

25-34 2,0

15-24 2,5

<15 3,0

RPI dibawah 2 merupakan indikasi adanya kegagalan sumsum tulang dalam

produksi eritrosit atau anemia hipoproliperatif. RPI 3 atau lebih merupakan

indikasi adanya hiperproliferasi sumsum tulang atau respon yang adekuat

terhadap anemia.(26)

Jumlah trombosit

Abnormalitas jumlah trombosit memberikan informasi penting untuk

diagnosis. Trombositopeni didapatkan pada beberapa keadaan yang berhubungan

dengan anemia, misalnya hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada sumsum

tulang, destruksi trombosit autoimun (idiopatik atau karena obat), sepsis,

defisiensi folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit dapat ditemukan pada

penyakit mieloproliperatif, defisiensi besi, inflamasi, infeksi atau keganasan.

Perubahan morfologi trombosit (trombosit raksasa, trombosit degranulasi) dapat

ditemukan pada penyakit mieloproliperatif atau mielodisplasia.

Kadar hematinik

Hematinik yaitu vitamin B12, folat, feritin, besi serum dan TIBC yang

diperiksa dengan menggunakan alat penganalisis yang menggunakan

immunoassay. Hasil dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui

penyebab yang mendasari terjadinya anemia.(27)

Page 35: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

22

2.1.3. Anemia defisiensi besi

2.1.3.1. Definisi

Anemia akibat kekurangan zat besi dalam darah sehingga konsentrasi

hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel darah

merah akibat kadar besi dalam darah yang kurang.(28)

Pada anemia defisiensi besi,

terjadi perubahan laboratoris secara bertahap menurut walmsley et al, sebagai

berikut : 1. Penurunan simpanan besi, 2. Penurunan feritin serum, 3. Penurunan

besi serum disertai meningkatnya transferin serum, 4. Peningkatan Red cell

Distribution Width (RDW), 5. Penurunan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan

6. Penurunan hemoglobin.(29)

2.1.3.2. Klasifikasi

Berdasarkan derajat beratnya, defisiensi besi dalam tubuh dibagi menjadi

tiga tahapan yaitu :

1) Deplesi besi : keadaan dimana cadangan besi menurun tetapi penyediaan

besi untuk eritropoiesis belum terganggu

2) Eritropoesis defisiensi besi : keadaan dimana tidak adanya cadangan besi

dan penyediaan besi untuk eritropoesis sudah terganggu, tetapi belum

tampak anemia secara laboratoris

3) Anemia defisiensi besi : keadaan dimana sudah tidak ada cadangan besi

dan tampak gejala anemia defisiensi besi(30)

Tabel 2 3. Parameter defisiensi besi

Parameter Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Normal Sedikit menurun Menurun

Cadangan besi (mg) <100 0 0

Fe serum (ug/dl) Normal <60 <40

TIBC (ug/dl) 360-390 >390 >410

Saturasi transferin

(%)

20-30 <15 <10

Feritin serum (ug/dl) <20 <12 <12

Page 36: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

23

FEP (ug/dl) >30 >100 >200

MCV Normal Normal Menurun

2.1.3.2. Etiologi

Penyebab anemia defisiensi besi adalah :

1. Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis :

a. Umumnya terjadi adalah perdarahan uterus pada wanita (

menorrhagia, metrorrhagia, polimenenorrhea), perdarahan

gastrointestinal seperti ulkus peptikum, varises esofagus, gastritis,

hernia hiatus, divertikulitis, karsinoma lambung, karsinoma sekum,

karsinoma kolon, karsinoma rektum, infestasi cacing tambang,

angiodisplasia.

b. Jarang terjadi adalah perdarahan saluran kemih yang disebabkan

oleh tumor, batu ataupun infeksi kandung kemih, serta perdarahan

saluran napas (hemoptoe).

2. Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, remaja, kehamilan, wanita

menyusui dan wanita menstruasi.

3. Kehilangan zat besi karena perdarahan

4. Malabsorpsi : sering terjadi akibat penyakit koeliac, gastritis atopi dan

pada pasien setelah dilakukan gastrektomi.

5. Diet rendah besi : kurangnya konsumsi zat besi dalam makanan sehari-

hari. kebutuhan zat besi yang diperoleh dari makanan ialah sekitan 20

mg/hari. dari jumlah tersebut, kurang lebih hanya 2 mg yang diserap.(31)

2.1.3.3. Tanda dan Gejala

Penurunan hemoglobin pada anemia defisiensi besi terjadi perlahan

sehingga memungkinkan tubuh masih dapat melakukan kompensasi sehingga

gejala anemia tidak terlalu tampak atau penderita tidak merasa adanya keluhan.

Gejala klinis anemia defisiensi besi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia yaitu kumpulan gejala

anemia yang akan tampak apabila kadar hemoglobin dalam darah dibawah 7-8

Page 37: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

24

g/dl berupa badan lemah, mudah lelah, lesu, pucat, pusing, palpitasi, mata

berkunang-kunang, konsentrasi menurun, sulit napas, telinga mendenging, letargi,

keringat dingin. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien pucat terutama pada

konjunctiva dan jaringan dibawah kuku.

Gejala khas anemia defisiensi besi yaitu : koilonikia (kukusendok) dimana

kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga menyerupai

sendok; atropi papil lidah, permukaan lidah yang tampak licin dan mengkilap

karena hilangnya papil filiformis pada lidah; stomatitis angularis, lesi

makulopapular dan vesikular pada kulit sudut bibir dan perbatasan mukokutaneus;

glositis; pica (keinginan makan yang tidak biasa); disfagia, nyeri ketika menelan

karena rusaknya epitel hipofaring; atrofi mukosa gaster; sindroma

plummer/paterson kelly, merupakan kumpulan gejala dari anemia hipokromik

mikrositer yaitu atrofi papil lidah dan disfagia.

Gejala yang ditimbukan dari penyakit yang mendasari terjadinya anemia

defisiensi besi tersebut, misalkan penyebabnya ialah perdarahan gastrointestinal

maka akan ditemukan gejala dispepsia, mual muntah.(27)

2.1.3.4. Diagnosis

Anemia defisiensi besi ditegakkan apabila ditemukan penurunan kadar Hb

dan penurunan kadar besi serum. Profil hematologik pada anemia defisiensi besi

adalah sebagai berikut :

1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : Hb menurun, MCV menurun, MCH

menurun, MCHC menurun.

2. Apusan darah tepi. Dapat ditemukan gambaran anemia mikrositik

hipokrom, anisositosis, poikilositosis, sel cincin, sel pensil.

3. Kadar besi serum menurun hingga < 50g/dL.

4. Total iron binding capacity (TIBC) meningkat >350 g/dL. TIBC

menggambarkan jumlah total besi yang dapat dibawa oleh protein

transferin.

5. Saturasi transferin <15%. Saturasi transferin menggambarkan persentase

dari transferin yang berikatan dengan besi.

Page 38: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

25

6. Penurunan kadar feritin serum. Feritin merupakan indikator cadangan besi

yang baik, namun tidak dapat dijadikan patokan pada keadaan inflamasi.

Untuk daerah tropik dianjurkan menggunakan angka feritin serum <20 mg/L

sebagai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi.(22)

7. Pada pewarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi

berkurang.(22)

2.1.4. Anemia penyakit kronis

2.1.4.1. Definisi

Anemia yang terjadi pada penyakit kronis karena infeksi seperti pada

tuberculosis, pneumonia, syphilis, HIV-AIDS dan juga pada penyakit lain seperti

artritis reumatoid, limfoma hodgkin, kanker.(32)

2.1.4.2. Etiologi dan Patogenesis

Adapun etiologi terjadinya anemia penyakit kronis diantaranya adalah :

1. Pemendekan masa hidup eritrosit

Salah satu penyebab terjadinya anemia, kemungkinan karena stres

hematologik sehingga menyebabkan produksi sitokin yang berlebihan karena

kerusakan jaringan bisa diakibatkan oleh infeksi, inflamasi atau kanker.

Sitokin tersebut dapat menyebabkan sekuestrasi makrofag sehingga mengikat

lebih banyak zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di limpa, dan menekan

produksi eritropoietin oleh ginjal serta menyebabkan perangsangan yang

inadekuat pada eritropoiesis di sumsum tulang. Hal tersebut dapat

menyebabkan keadaan anemia.

Aktivasi makrofag oleh sitokin pada penyakit kronik menyebabkan

peningkatan daya fagositosis yang merupakan bagian dari filter limpa dan

menjadi kurang toleran terhadap perubahan minor dari eritrosit sehingga

terjadi fagositosis eritrosit sebelum waktunya.

2. Gangguan metabolisme zat besi

Pada penyakit kronis terdapat gangguan metabolisme zat besi, sehingga

kadar besi tetap rendah meskipun memiliki cadangan besi yang cukup. Hal ini

memberikan konsep bahwa anemia yang terjadi disebabkan karena penurunan

kemampuan zat besi dalam sintesis hemoglobin.(32)

Page 39: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

26

Tabel 2 4. Perbedaan parameter Fe pada orang normal, anemia defisiensi

besi dan anemia penyakit kronis(32)

Parameter Normal Anemia defisiensi

besi

Anemia penyakit

kronis

Fe plasma (mg/L) 70-90 30 30

TIBC 250-400 >450 <200

Persen saturasi 30 7 15

Kandungan Fe di

makrofag

++ - +++

Feritin serum 20-200 10 150

Reseptor transferin serum 8-28 >28 8-28

Ambilan zat besi oleh enterosit dan pengikatan oleh apoferitin intrasel

masih dipertahankan normal, sehinga defek agaknya terjadi saat pembebasan

besi dari makrofag dan sel-sel hepar pada pasien penyakit kronis. Sehingga

cadangan zat besi dalam tubuh masih dapat tercukupi.

3. Fungsi sumsum tulang terganggu

Ketika terjadi penurunan eritrosit, akan menstimulasi produksi eritropoietin

sehingga sumsum tulang dapat melakukan eritropoiesis sebagai kompensasi

pada saat anemia. Pada penyakit kronis, kemungkinan respon terhadap

eritropoietin berkurang, sehingga terjadi anemia. Mekanisme ini masih

kontroversial, karena pada beberapa penelitian ternyata kadar eritropoietin

tidak bermakna pada pasien anemia tanpa kelainan kronis. Sedangkan

penelitian lain menyebutkan adanya penurunan produksi eritropoietin.

Sitokin seperti IL-1 dan TNF- dikeluarkan oleh sel rusak dan mengurangi

sintesis serta respon eritropoietin. Terdapat tiga sitokin, yaitu TNF-, IL-1 dan

IFN yang berada didalam plasma pasien inflamasi dan kanker yang memiliki

hubungan antara kadarnya dengan beratnya anemia. TNF- dihasilkan oleh

makrofag aktif dan menyebabkan anemia ringan pada tikus seperti anemia pada

penyakit kronis. Pada kultur sumsum tulang manusia ia akan menekan

eritropoiesis pada pembentukan BFUE dan CFUE. Penelitian terkini

menunjukan bahwa efek TNF- ini melalui IFN- yang diinduksi oleh TNF

Page 40: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

27

dari sel stroma. IL-1 yang dikeluarkan dari beberapa sel yang teraktivasi dan

bertanggung jawab untuk berbagai manifestasi inflamasi, juga terdapat dalam

serumpasien penyakit kronis. IL-1 sama seperti TNF akan menginduksi

anemia pada tikus dan menekan pembentukan CFUE pada sumsum tulang

manusia. Perbedaannya efek IL-1 melalui mediator IFN- yang dihasilkan oleh

limfosit T yang teraktivasi. Kedua interferon tadi diduga dapat langsung

menghambat CFUE tanpa melalui efek TNF- serta dapat menekan progenitor

non-eritroid.(32)

2.1.4.3. Tanda dan Gejala

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada anemia penyakit kronis sulit ditentukan karena

sering bias dengan tanda dan gejala pada penyakit yang mendasarinya. Anemia

sedang dapat memperburuk gejala dari penyakit jantung iskemik atau penyakit

pernapasan yang diderita sebelumnya, atau dapat juga menyebabkan kelelahan

dan ketidakmampuan didalam mengerahkan tenaga untuk beraktivitas.(10)

Gambaran Laboratorium

Morfologi eritrosit pada anemia penyakit kronis biasanya normositik

normokrom, tetapi apabila terjadi semakin parah dan semakin lama, morfologi

eritrosit dapat berubah menjadi hipokrom dan mikrositik. Hitung retikulosit

biasanya normal atau mengalami sedikit peningkatan. Selain itu terjadi

hypoferremia (penurunan konsetrasi besi serum), peningkatan transferrin dan

ferritin serum, serta terdapatnya simpanan besi pada sitoplasma makrofag yang

ditemukan di sumsum tulang.(10)

2.1.4.4. Diagnosis

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan hasil temuan laboratorium seperti,

penurunan kadar besi serum dan TIBC (Total iron binding capacity) serta kadar

ferritin serum yang normal. Penyakit yang mendasarinya dan tatalaksana yang

diberikan dapat menyebabkan berbagai macam anemia, maka dari itu penyebab-

penyebab lainnya harus dapat dipertimbangkan.(10)

Page 41: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

28

2.1.5. Penyakit Kronik

Penyakit kronik dapat didefinisikan sebagai gejala penyakit yang

dirasakan dalam waktu lebih dari 6 bulan dan dapat menyebabkan perubahan

fungsi biologis, psikologis dan sosiokultural.(33)

Angka kejadian penyakit kronik

ini meningkat seiring dengan peningkatan usia dan berhubungan dengan

peningkatan risiko terjadinya disabilitas pada penderita penyakit kronik. Pada

tahun 2005, penyakit kronik menyebabkan terjadinya dua puluh juta angka

kematian di seluruh dunia pada penderita dengan usia 70 tahun keatas. Beberapa

penyakit yang termasuk kedalam penyakit kronik yang menjadi penyebab angka

kematian tersebut diantaranya ialah penyakit kardiovaskular, keganasan, penyakit

saluran pernapasan dan diabetes melitus.(34)

Penyakit kronik juga menjadi salah satu indikator dalam pemenuhan

kriteria penetapan tingkat risiko kesehatan pada jamaah haji. Diantara banyaknya

penyakit kronik, beberapa diantaranya dapat menyebabkan anemia, seperti

penyakit ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, keganasan, artritis rheumatoid

dan sirosis hepatis.

Prevalensi penyakit ginjal kronik meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus dan

hipertensi. Penyebab penyakit ginjal kronik tersering ialah diabetes melitus, yang

mana penyebab terbanyak di Indonesia adalah glomerulonefritis.(35)

Sedangkan

pada jamaah haji sendiri angka kejadian diabetes melitus cukup tinggi dan

menjadi penyakit penyebab risti terbanyak ketiga dengan persentase 14,86% pada

tahun 2015, sehingga kemungkinan terjadinya penyakit ginjal kronik pada jamaah

haji meningkat.(36)

Anemia dapat terjadi pada seseorang dengan penyakit ginjal

kronik karena dapat terjadi gangguan pada produksi hormon eritropoietin yang

diproduksi oleh ginjal terhadap pembentukan sel darah merah.(37)

Selain penyakit ginjal kronik, anemia juga dapat terjadi pada seseorang

dengan penyakit kronik seperti sirosis hati. Pada keadaan sirosis hati, dapat terjadi

gangguan pembekuan darah sehingga dapat terjadi perdarahan dengan mudah.(38)

Sirosis hati dapat terjadi sebagai akibat dari perjalanan kronis penyakit hepatitis B

Page 42: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

29

dan hepatitis C. Indonesia sendiri merupakan negara dengan endemisitas tinggi

hepatitis B, terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Myanmar.(39)

Lupus eritematosus sistemik dan artritis rheumatoid merupakan penyakit

autoimun yang dapat menyebabkan anemia. Di Indonesia jumlah penderita lupus

belum diketahui, tetapi menurut hasil penelitian oleh Prof. Handono Kalim

didapatkan bahwa prevalensi lupus eritematosus sistemik di Malang sebesar 0,5%

terhadap total populasi. Lupus merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis

yang belum diketahui jelas penyebabnya dan memiliki gambaran klinis yang

beragam sehingga perlu diwaspadai akan terjadinya peningkatan jumlah kasus

karena terlambat dalam hal diagnosis dan penatalaksanaan kasus. Inflamasi akibat

lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh misalnya kulit, sendi, sel darah,

paru, jantung sehingga dapat menyebabkan beberapa gejala diantaranya ialah

keletihan, sakit kepala, nyeri atau bengkak sendi, anemia dan sensitif terhadap

cahaya atau cahaya matahari yang mana hal-hal tersebut dapat mengganggu para

jamaah haji dalam melaksanakan ibadah haji.(40)

Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan

terdapatnya sinovitis erosif simetris yang mengenai jaringan persendia, tetapi

tidak jarang juga melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar penderita

menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang timbul dan jika tidak diobati akan

menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang

progresif yang menyebabkan disabilitas hingga kematian dini. Pada jamaah haji

dituntut untuk melakukan aktifitas fisik yang tinggi, tetapi pada keadaan dengan

artritis reumatoid akan sangat sulit dalam melaksanakan serangkaian aktifitas

ibadah haji seperti berjalan kaki saat melaksanakan tawaf.(41)

Penyakit keganasan atau kanker merupakan penyebab utama kematian di

seluruh dunia. Sekitar 8,2 juta kematian pada tahun 2012 disebabkan oleh kanker

seperti kanker paru, hati, perut, kolorektal dan payudara yang menjadi penyebab

terbesar setiap tahunnya. Secara nasional, prevalensi penyakit keganasan pada

penduduk semua umur di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,3% atau

diperkirakan sekitar 347.792 orang. Prevalensi penyakit keganasan tertinggi

berada pada kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 5%, dimana saat ini banyak

Page 43: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

30

jamaah haji Indonesia pada usia tersebut melaksanakan ibadah haji. Selain itu,

terlihat peningkatan prevalensi yang cukup tinggi pada kelompok usia 25-54

tahun.(42)

2.1.6. Penyakit Ginjal Kronik

2.1.6.1. Definisi

Penyakit ginjal kronik adalah kelainan dengan etiologi beragam yang dapat

menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

menjadi gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai

dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang

memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal yang tetap dapat berupa dialisis

ataupun transplantasi ginjal.

Terdapat beberapa kriteria penyakit ginjal kronik, yaitu :

1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari tiga bulan, berupa kelainan

struktural ataupun fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi

glomerulus (LFG), dengan manifestasi kelainan patologis dan tanda

kelainan ginjal seperti tanda kelainan pada darah, ginjal ataupun pencitraan

(imaging test).

2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2

selama 3

bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan diagnosis etiologi :

1. Penyalit ginjal diabetes

2. Penyakit ginjal non diabetes

3. Penyakit pada transplantasi

2.1.6.3. Epidemiologi

Penyakit ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang banyak terjadi di

masyarakat. Prevalensi pada negara maju mencapai 10-13 % dari populasi,

sedangkan pada negara berkembang diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta

penduduk per tahun. Perhimpunan Nefrologi Indonesia melaporkan sebanyak

Page 44: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

31

12,5% populasi di Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal. Banyak terjadi

pada orang dengan usia lanjut dan lebih cepat menyerang pada laki-laki.

2.1.6.4. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit ginjal kronik ialah glomerulonefritis akibat

infeksi (endokarditis bakterial, hepatitis C, hepatitis B, HIV) atau yang bersifat

kronik, diabetes melitus yang dapat menyebabkan nefropati diabetik, hipertensi

dan penyebab lainnya.

2.1.6.5. Patofisiologi Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronik disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada

ginjal, terutama pada komponen filtrasi ginjal seperti membran basal glomerulus,

sel endotel dan sel podosit. Kerusakan ini dapat disebabkan langsung oleh

kompleks imun, mediator inflamasi atau toksin. Selain itu dapat pula disebabkan

oleh mekanisme progresif yang berlangsung dalam jangka panjang.

Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, laju filtrasi glomerulus

masih normal atau malah meningkat, kemudian secara perlahan terjadi penurunan

fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar ureum dan

kreatinin serum. Ketika LFG mencapai 60%, pasien masih belum merasakan

keluhan (asimptomatik) tetapi terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin

serum. Pasien muali mengalami keluhan ketika LFG sebesar 30%, keluhan dapat

berupa nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat

badan. Hingga LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda

seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan

kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Selain itu, pasien juga akan

mudah terinfeksi seperti infeksi pada saluran kemih, saluran napas maupun

saluran cerna, juga akan terjadi gangguan keseimbangan cairan seperti hipo

maupun hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan

kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih

serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau

transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan telah mengalami gagal

ginjal. (37)

Page 45: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

32

2.1.7. Sirosis Hati

2.1.7.1. Definisi

Sirosis hati adalah suatu keadaan fibrosis pada hati yang berlangsung

progresif ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus

regeneratif yang terjadi akibat nekrosis hepatoselular.

2.1.7.2. Klasifikasi dan Etiologi

Klasifikasi sirosis berdasarkan etiologi dan morfologi ialah : a) alkoholik,

b) kriptogenik dan post hepatis (pasca nekrosis), c) biliaris, d) kardiak, e)

metabolik, keturunan, dan terkait obat.

Etiologi sirosis hati yang paling sering terjadi di indonesia ialah akibat

infeksi virus kronik dari hepatitis B sebanyak 40-50% dan hepatitis C sebesar 30-

40%, sedangkan 10-20% penyabab lainnya tidak diketahui. Meskipun demikian,

lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis dan diketahui waktu pemeriksaan

kesehatan atau pada waktu autopsi.

2.1.7.3. Patofisiologi Anemia pada Sirosis Hati

Gambaran patologi sirosis hati pasca nekrosis biasanya mengkerut, tidak

teratur dan terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang

padat dan lebar. Patogenesis pada sirosis memperlihatkan adanya peranan sel

stelata yang berperan dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan

degradasi. Pada saat terpapar faktor tertentu secara terus menerus (contoh : virus

hepatitis dan hepatotoksik), maka sel stelata akan aktif membentuk kolagen dan

menjadi fibrosis yang terus berjalan didalam sel sehingga jaringan hati yang

normal akan digantikan dengan jaringan ikat.

Gejala yang terjadi pada sirosis hati terbagi menjadi gejala awal dan gejala

lanjut. Gejala awal yang terjadi ialah mudah lelah, lemas, nafsu makan berkurang,

perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul

impotensi, testis mengecil, buah dada membesar dan hilangnya dorongan

seksualitas.

Page 46: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

33

Gejala lanjut terjadi lebih menonjol akibat komplikasi kegagalan hati dan

hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam

tidak begitu tinggi. Mungkin dapat disertai dengan adanya anemia karena

gangguan pembekuan darah yang berakibat pada perdarahan gusi, epistaksis,

gangguan siklus haid, hematemesis melena, selain itu dapat terjadi perubahan

mental meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, hingga koma.(38)

2.1.8. Keganasan

2.1.8.1. Definisi

Keganasan atau kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

pertumbuhan sel-sel ganas yang tidak dapat terkontrol.

2.1.8.2. Etiologi

Sifat ganas pada sel kanker tersebut dapat diperoleh melalui keturunan

yang juga selnya bersifat ganas ataupun sel yang memiliki gen proto-onkogen

(gen yang secara normal berada didalam sel) yang kemudian oleh karena mutasi

somatik berubah menjadi onkogen yang mana menyebabkan perubahan perangai

sel normal menjadi sel ganas. Selain itu, proses onkogenesis juga dapat terjadi

karena infeksi virus yang dapat menyebabkan perubahan proto-onkogen menjadi

onkogen.(43)

2.1.8.3. Patofisiologi Anemia pada Keganasan

Lebih dari 30% pasien kanker mengalami anemia dengan penyebab yang

beragam, tetapi umumnya anemia disebabkan oleh ketidakseimbangan sitokin

yang terjadi pada kanker. Anemia yang terjadi pada kanker ini sama halnya

dengan anemia yang terjadi pada penyakit kronik dimana produksi sitokin dapat

mempengaruhi pembentukan dari eritrosit. Sitokin seperti tumor necrosis factor-

alpha (TNF-), interleukin-1 (IL-1), IL-6 dan interferon-gamma (IFN-) dapat

menghambat eritropoietin sehingga eritropoiesis terganggu. Selain itu, anemia

juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :

Faktor yang berhubungan dengan keadaan pasien seperti hemoglobinopati

dan thalassemia.

Page 47: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

34

Faktor yang berhubungan dengan penyakit keganasan seperti

hipersplenisme dan infiltrasi sumsum tulang.

Faktor yang berhubungan dengan pengobatan seperti radioterapi yang

menyebabkan hipoplasia sumsum tulang, kemoterapi yang toksik terhadap

sumsum tulang dan ginjal ataupun obat-obatan yang dapat menginduksi

terjadinya hemolisis.(44)

2.1.9. Lupus Eritematosus Sistemik

2.1.9.1. Definisi

Lupus eritematosus sistemik atau systemic lupus erythematosus (SLE)

merupakan salah satu penyakit kompleks imun non alergi. Penyakit kompleks

imun adalah penyakit yang didasari oleh adanya endapan kompleks imun pada

organ spesifik, jaringan tertentu atau beredar dalam sirkulasi. Kompleks imun

dapat berasal dari ikatan antigen-antibodi yang berupa Ig G dan Ig M dan antigen

berupa komponen dari jaringan tubuh sendiri (autoantigen) sehingga dikenal

sebagai penyakit autoimun.(45)

2.1.9.2. Patofisiologi Anemia pada SLE

Kelainan hematologi merupakan salah satu kriteria dalam penegakan

diagnosis SLE menurut American College of Rheumatology. Salah satu kelaianan

hematologi tersebut adalah anemia. Penyebab terjadinya anemia pada keadaan

SLE beragam, seperti anemia penyakit kronik, anemia defisiensi besi, anemia

hemolitik autoimun, anemia karena insufisiensi ginjal kronik.

Anemia defisiensi besi yang terjadi pada keadaan SLE dapat disebabkan

karena perdarahan seperti menorrhagia atau perdarahan gastrointestinal yang

terjadi karena penggunaan obat-obatan anti inflamasi non steroid, aspirin dan

antikoagulan oral.

Pada keadaan SLE, terjadi disregulasi sistem imun sehingga dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan sel karena antibodi, salah satunya ialah

kerusakan sel darah merah atau eritrosit sehingga terjadi keadaan anemia

hemoltik autoimun.

Page 48: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

35

Anemia juga dapat terjadi pada SLE karena produksi dari eritrosit yang

berkurang, bisa terjadi akibat dari inhibisi sel T terhadap hematopoiesis di

sumsum tulang atau karena inhibisi dari sitokin pro inflamasi terhadap

pengeluaran eritropoietin sehingga produksi eritrosit terganggu.(46)

2.1.10. Artritis Reumatoid

2.1.10.1. Definisi

Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan

terdapatnya sinovitis erosif simetris yang terutama mengenai persendian dan dapat

juga melibatkan organ tubuh lainnya.(47)

2.1.10.2. Patofisiologi Anemia pada Artritis Reumatoid

Pada artritis reumatoid, dapat terjadi anemia dengan berbagai macam

penyebab seperti defisiensi asam folat, vitamin B12, besi dan karena penyakit

kronik. Anemia defisiensi besi terjadi akibat terjadinya perdaraan pada sistem

gastrointestinal karena konsumsi obat-obatan anti inflamasi non steroid. Pada

penelitian Vreugdenhil didapatkan 7 dari 24 pasien reumatoid artritis mengalami

defisiensi vitamin B12. Terjadinya defisiensi asam folat dapat disebabkan karena

anoreksia pada pasien dengan artritis reumatoid aktif ataupun karena peningkatan

penggunaannya oleh sel-sel sinovial yang berproliferasi. Selain itu, terdapat

beberapa teori yang masih diperdebatkan mengenai patogenesis anemia penyakit

kronik pada keadaan artritis reumatoid seperti penurunan absorpsi zat besi,

inhibisi pelepasan zat besi oleh sistem fagosit mononuklear dan defisiensi

eritropoietin.(48)

Page 49: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

36

2.2 Kerangka Teori

Penyakit kronik Mayoritas

usia tua

Intake sulit

Penurunan

diferensiasi &

ploriferasi eritrosit

Anemia

Kadar hemoglobin menurun

Produksi eritrosit menurun

Peningkatan sekresi

sitokin inflamasi

Pembentukan CFUe

dan BFUe menurun

Rentan

mengalami

penyakit

Defisiensi zat besi,

vit B12, asam folat

Prekursor

pembentuk

eritrosit kurang

Oksigenenasi

jaringan menurun

Hipoksia jaringan

Lemas

Pembentukan energi

tidak adekuat

Palpitasi Pusing Pucat Sesak

napas

mudah lelah

Kompensasi tubuh

Perfusi jaringan

menurun

Jamaah haji

Melakukan

ibadah haji

dengan aktivitas

fisik yang tinggi

Jalannya ritual ibadah

haji terganggu

Eritropoietin

menurun

Penyakit ginjal

kronik

Sirosis hati

Keganasan

SLE

Artritis

reumatoid

Page 50: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

37

2.3. Kerangka Konsep

Variabel independen

Dikarenakan adanya beberapa keterbatan dalam penelitian ini, maka peneliti

tidak melakukan penelitian terhadap semua variabel pada kerangka teori diatas.

Peneliti hanya menggambarkan variabel-variabel yang disebutkan didalam

kerangka konsep.

Anemia

Calon jamaah haji Penyakit yang disertai

anemia

Keluhan pada calon jamaah

haji dengan anemia

Variabel dependen

Page 51: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

38

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

pengukuran

Skala

pengukuran

Hasil

pengukuran

1. Anemia Suatu keadaan

dimana

jumlah sel

darah merah

atau kapasitas

pengangkutan

oksigen yang

tidak dapat

mencukupi

kebutuhan

fisiologis

tubuh. Dapat

ditunjukan

oleh

penurunan

kadar

hemoglobin,

hematokrit

atau hitung

eritrosit.(2,11)

Rekam

medis

Sesuai

yang

tertulis

dengan

rekam

medis

Ordinal 1. anemia

(laki-laki

Hb<

13g/dL,

wanita Hb

<12 g/dL)

2. tidak

anemia

(laki-laki

Hb > 13

g/dL,

wanita Hb

> 12 g/dL)

2. Penyakit

yang

disertai

anemia

Penyakit lain

yang diderita

calon jamaah

haji dengan

anemia

Rekam

medis

Sesuai

yang

tertulis

dengan

rekam

medis

Ordinal Diagnosis

penyakit

pada calon

jamaah haji

dengan

anemia

3. Keluhan Keluhan pada

calon jamaah

haji dengan

anemia

Rekam

medis

Sesuai

yang

tertulis di

rekam

medis

Ordinal Macam-

macam

keluhan

4. Calon

jamaah

haji

Seseorang

yang akan

menunaikan

ibadah haji

Rekam

medis

Melihat

identitas

pada rekam

medis

Nominal 1. Calon

jamaah haji

2. Bukan

calon

jamaah haji

Page 52: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang mana berfungsi untuk

menggambarkan karakteristik, gejala atau fungsi suatu populasi(49)

dengan

pendekatan cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta. Pengumpulan data

penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan September 2017

untuk pengambilan data sekunder.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah calon jamaah haji yang

melakukan pengobatan di layanan sekunder. Populasi terjangkau adalah calon

jamaah haji yang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta pada tahun

2016.

3.3.2. Sampel Penelitian

Besar sampel minimal dihitung dengan rumus :

n = z2 PQ

d2

n = jumlah sampel

= 0,05 z = 1,96 (tabel kurva normal)

P = Persentase taksiran hal yang akan diteliti / proporsi variabel yang

diteliti, diambil dari prevalensi penelitian sebelumnya = 21,7% = 0,21

Q = 1-P = 1-0,21 = 0,79

Page 53: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

40

d = ketetapan absolut yang dikehendaki peneliti sebesar 10% = 0,1

berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel :

n = z2 PQ

d2

n = (1,96)2x 0,21 x 0,79

(0,1)2

= 63,7= 64

Sampel yang diambil berasal dari populasi terjangkau penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi dan terlepas dari kriteria eksklusi. Data sekunder yang

diberikan oleh pihak Rumah Sakit yang dapat menjadi sampel sebanyak 62,

sehingga pengambilan subjek penelitian ini dilakukan dengan cara total

sampling.(50,51)

3.3.3. Kriteria Inklusi

1. Calon jamaah haji yang melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Haji

pada tahun 2016.

2. Calon jamaah haji yang memiliki data hasil pemeriksaan kadar

hemoglobin.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

menggunakan rekam medis calon jamaah haji tahun 2016 di Rumah Sakit Haji

Jakarta

3.5. Cara Kerja Penelitian

Cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peneliti membuat proposal penelitian kemudian mendatangi Komite Etik

Penelitian untuk mendapatkan surat izin penelitian untuk pengambilan

data.

2. Peneliti datang ke bagian instalasi rekam medik Rumah Sakit Haji Jakarta.

Page 54: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

40

3. Peneliti memilih dan menetapkan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian

4. Peneliti mengumpulkan data dari rekam medis pasien, data yang

dikumpulkan berupa:

- Identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, alamat)

- Keluhan

- Diagnosis

5. Peneliti mengolah data menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 24

for windows.

3.6. Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Populasi target : calon jamaah

haji yang melakukan

pengobatan di layanan sekunder

Populasi terjangkau : calon

jamaah haji yang melakukan

pengobatan di RS Haji Jakarta

Deskripsi data dengan uji

statistik

Sampel penelitian

Total sampling dengan

memperhatikan kriteria inklusi

dan ekslusi

Rekam medis populasi terjangkau

Hasil

Page 55: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

41

3.7. Managemen Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data rekam medis yang

didapat dari Rumah Sakit Haji Jakarta.

3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data

Semua data rekam medis dari Rumah Sakit Haji Jakarta dikumpulkan,

kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 24 for windows dan

Microsoft Excel 2010. Langkah awal dimulai dengan editting, coding, data entry

dan dilanjutkan dengan deskripsi. Selanjutnya akan dilihat frekuensi dan proporsi

dari setiap karakteristik subjek penelitian berupa usia dan jenis kelamin, kemudian

melihat sebaran derajat anemia, kadar hemoglobin, keluhan dan penyakit yang

diderita berdasarkan jenis kelamin. Karakteristik usia pada subjek penelitian

merupakan data numerik dan dilakukan uji normalitas, berdasarkan uji tersebut

apabila data berdistribusi normal hasil yang ditampilkan berupa mean dan standar

deviasi, dan apabila data berdistribusi tidak normal maka yang ditampilkan adalah

median, maksimum dan minimum.

3.8. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan keterangan lolos kaji etik (ethical

approval) dari komite etik penelitian kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan persetujuan izin penelitian dari

direktur Rumah Sakit Haji Jakarta. Semua data yang telah didapatkan dari rekam

medis yang telah dipergunakan didalam penelitian akan dijaga kerahasiannya.

Page 56: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data rekam medis pasien

calon jamaah haji pada tahun 2016 yang melakukan pengobatan ke Rumah Sakit

Haji Jakarta , Pondok Gede, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Dari hasil

pengambilan data tersebut didapatkan bahwa calon jamaah haji yang melakukan

pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta pada tahun 2016 sebanyak 67 orang.

Terdapat 5 orang yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan termasuk kedalam

kriteria eksklusi sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 62 orang yang dapat

digunakan dalam penelitian.

Distribusi karakteristik dasar demografik subjek penelitian dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4 1. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis Kelamin N Persen (%)

Laki-laki 24 38,7

Perempuan 38 61,3

Total 62 100,0

Berdasarkan tabel diatas diketahui subjek penelitian yang digunakan

berjumlah 62 dengan prosentase laki-laki sebesar 38,7 % dan perempuan 61,3%

sehingga dapat diketahui bahwasannya pasien yang melakukan pengobatan di

Rumah Sakit Haji yang mengalami anemia lebih banyak perempuan dibandingkan

laki-laki.

Page 57: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

43

Tabel 4 2. Distribusi Usia Subjek Penelitian

Usia N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

62 64,20 14,13 37,00 93,00

Berdasarkan hasil uji normalitas, variabel usia berdistribusi normal. Dari

tabel diatas dapat dilihat bahwasannya rata-rata usia subjek penelitian adalah

64,20 tahun dengan standar deviasi 14,13, sehingga dapat diketahui bahwa rata-

rata calon jamaah haji yang melakukan pengobatan di layanan sekunder ialah

calon jamaah haji lanjut usia. Usia terendah jamaah haji yang melakukan

pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah 37 tahun sedangkan usia paling

tua ialah 93 tahun.

4.1.2. Karakteristik Anemia pada Subjek Penelitian

Tabel 4.3. Distribusi Anemia pada Calon Jamaah Haji

Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

N % N %

Tidak anemia 6 25 4 10,5

Anemia 18 75 34 89,5

Derajat

(rerata

kadar Hb)

Ringan 5 (11,9) 27,8 4 (11,3) 11,7

Sedang 10 (9,2) 55,5 17 (8,7) 50,0

Berat 3 (5,8) 16,7 13 (7,3) 38,3

Perempuan mengalami anemia lebih banyak dibandingkan dengan laki-

laki, dengan persentase 89,5% dibanding dengan 75%.

Pada tabel diatas terlihat pula bahwa lebih dari setengah calon jamaah haji

laki-laki dan setengah dari perempuan mengalami anemia sedang dengan kadar

Hb berkisar antara 8,0-10,9 g/dl. Anemia ringan pada calon jamaah haji laki-laki

sebesar 27,8% dan pada calon jamaah haji perempuan sebesar 11,7% sedangkan

Page 58: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

44

anemia berat banyak terjadi pada calon jamaah haji perempuan dengan persentase

38,3% dibanding laki-laki dengan persentase 16,7%.

Rata-rata kadar hemoglobin pada calon jamaah haji laki-laki lebih tinggi

yaitu 9,4g/dl dibandingkan pada calon jamaah haji perempuan dengan kadar

hemoglobin 8,5g/dl.

4.1.3. Distribusi Keluhan pada Subjek Penelitian

Tabel 4.4. Distribusi Keluhan pada calon jamaah haji laki-laki

No Keluhan Response Persen (%)

1. Tanpa keluhan 6 17,6

2. Lemas, batuk @4 11,8

3. Sesak napas, demam @3 8,8

4. Diare 2 5,9

5. Pucat, pusing, nyeri ulu hati,

melena, hematuria, nafsu makan

turun, mual, syok, penurunan

kesadaran, kaki bengkak,

imobilisasi, riwayat kemoterapi

@1 2,9

Tabel 4.5. Distribusi keluhan pada calon jamaah haji perempuan

No Keluhan Response Persen (%)

1. Lemas 22 37,3

2. Mual 5 8,5

3. Mudah lelah, sesak napas,

demam, batuk

@4 6,8

4. Tanpa keluhan 3 5,1

5. Pucat, pusing, nyeri ulu hati,

muntah

@2 3,4

6. Diare, penurunan kesadaran, flu,

masa suprapubik, kolonoskopi

@1 1,7

Page 59: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

45

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada pasien laki-laki yang

mengalami anemia paling banyak datang dengan tanpa keluhan sebanyak 6 orang,

sedangkan keluhan terbanyak pada wanita yang mengalami anemia ialah lemas

dengan jumlah 22 orang. Keluhan terbanyak kedua pada pasien laki-laki ialah

lemas dan batuk, kemudian sesak napas dan demam. Pada pasien wanita keluhan

terbanyak kedua adalah mual, diikuti dengan mudah lelah, sesak napas, demam

dan batuk. Selain itu, terdapat keluhan lainnya yang terkait penyakit lain selain

anemia yang diderita oleh pasien. Dari keluhan pasien, dapat diketahui bahwa

pada pasien laki-laki dan wanita yang mengalami anemia, selain keluhan lemas

ternyata terdapat beberapa keluhan terkait saluran pernapasan yaitu sesak napas

dan batuk juga keluhan demam sehingga pada calon jamaah haji yang mengalami

anemia mungkin juga mengalami masalah pada saluran pernapasan.

4.1.4. Distribusi Anemia beserta Penyakit Lainnya pada Subjek Penelitian

Tabel 4.6. Distribusi Anemia beserta Penyakit Lainnya pada calon jamaah

haji laki-laki

No Penyakit Response Persen (%)

1. Anemia 6 12,2

2. Anemia

dengan

penyakit

lainnya

Pneumonia 7 14,3

Hipertensi, diabetes mellitus @5 10,2

Acute Kidney Injury,

cardiovascular disease,

hipoalbumin

@3 6,1

Gagal ginjal kronik, sepsis @2 4,1

Chronic heart failure,

hipertensive heart disease,

subarachnoid hemorrharge, first

grade AV block, luka dekubitus,

carcinoma buli-buli, dehidrasi,

dispepsia, hipokalemia,

tuberculosis, post stroke, cedera

kepala, gangguan hati

@1 2,0

Page 60: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

46

Tabel 4 7. Distribusi anemia beserta penyakit lainnya pada calon jamaah

haji perempuan

No Penyakit Response Persen (%)

1. Anemia 25 29,8

2. Anemia

dengan

penyakit

lainnya

Hipertensi 11 13,1

Pneumonia 7 8,3

Gagal ginjal kronik 6 7,1

Diabetes mellitus 5 6,0

Hipokalemia 4 4,8

Sepsis, dispepsia,

trombositopenia,gastroenteritis,

mioma

@2 2,4

Hepatitis, hemoroid, gastritis,

nefropati, menorrhagia, kolitis,

sirosis hepatis, chepalgia,

hiponatremia, bronkhitis, dermatitis,

sindrom obstruksi, cardiovascular

disease, hipertensive heart disease,

acute disseminated

enchepalomyelitis

@1 1,2

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada calon jamaah haji yang melakukan

pengobatan pada layanan sekunder terdapat 25 calon jamaah haji wanita dan 6

calon jamaah haji laki-laki yang didiagnosis anemia. Selain itu, pada calon jamaah

haji wanita, penyakit terbanyak yang menyertai anemia ialah hipertensi dengan

jumlah 11 orang serta pneumonia sebanyak 7 orang. Pada calon jamaah haji laki-

laki, penyakit terbanyak yang menyertai anemia adalah pneumonia dengan jumlah

7 orang, kemudian hipertensi dan diabetes melitus yang masing-masing

berjumlah 5 orang

Page 61: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

47

Tabel 4 8. Derajat anemia dengan ada tidaknya penyakit lain yang diderita

pada calon jamaah haji

Penyakit Derajat Anemia

Ringan Sedang Berat

Anemia tunggal - 7,7% 7,7%

Anemia dengan

penyakit

17,3% 44,3% 23%

Dari tabel diatas diketahui bahwa derajat pada anemia tunggal pada calon

jamaah haji ialah ringan dan sedang dengan persentase masing-masing7,7%.

Sedangkan derajat anemia yang terjadi dengan penyakit lain yang

mendasari paling banyak ialah derajat sedang dengan persentase 44,3%,

sedangkan derajat ringan sebanyak 17,3% dan anemia derajat berat sebanyak 23%

dengan peyakit diabetes melitus, hipertensi, acute kidney injury, dispepsia,

mioma, chronic kidney disease, dan kolitis.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada 52 calon jamaah haji yang melakukan

pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta ini memiliki karakteristik subjek berupa

usia pasien rata-rata ialah 64,61 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa calon jamaah haji yang melakukan pengobatan pada layanan sekuder rata-

rata terdiri dari calon jamaah haji lanjut usia. Pada lanjut usia terjadi perubahan

fungsi fisiologis, kognitif dan kehidupan psikososialnya,(52)

sehingga hal tersebut

dapat berpengaruh terhadap risiko terjadinya suatu penyakit pada lanjut usia.

Dalam penelitian yang telah dilakukan Qamariah, diketahui bahwa risiko

kematian jamaah haji golongan usia tua lebih tinggi dibandingkan dengan

golongan usai muda. Jamaah haji usia 60 tahun atau lebih memiliki proporsi

kematian sebesar 74,6% sedangkan jamaah haji dengan usia kurang dari 60 tahun

sebesar 25,4% dengan angka kematian masing-masing sebesar 12,5% dan 1,3%

sehingga dapat dikatakan bahwa risiko kematian jamaah haji dengan usia diatas

60 tahun 10 kali lebih besar dibandingkan pada jamaah haji dengan usia kurang

Page 62: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

48

dari 60 tahun.(53)

Dengan demikian, perlu adanya perhatian lebih terhadap tingkat

kesehatan pada calon jamaah haji dengan usia lanjut.

Subjek penelitian yang digunakan didominasi oleh perempuan, yaitu

sebanyak 34 orang (65,4%). Sehingga dapat diketahui bahwasannya anemia

banyak terjadi pada perempuan. Hal ini dapat terjadi karena pada wanita yang

masih usia subur membutuhkan zat besi berlebih untuk menggantikan zat gizi

yang hilang saat menstruasi sehingga rentan terjadi anemia.(54)

4.2.2. Prevalensi Anemia pada Calon Jamaah Haji yang Melakukan

Pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta

Dalam menentukan ada tidaknya anemia pada calon jamaah haji dilihat

dari hasil pemeriksaan laboratorium kadar hemoglobin pada rekam medis di

Rumah Sakit Haji Jakarta dan membandingkannya dengan kadar normal Hb

menurut WHO. Terdapat 75% calon jamaah haji laki-laki yang mengalami anemia

dan 89,5% dari calon jamaah haji perempuan yang mengalami anemia yang

masing-masing dirawat di Rumah Sakit. Hal tersebut sesuai dengan data yang

didapatkan dari Riskesdas 2013 bahwa prevalensi anemia lebih banyak diderita

oleh perempuan dibandingkan laki-laki yaitu 23,9% dibandingkan 18,4%. Gaskell

et al, menyebutkan dalam sistematik review yang telah dilakukannya bahwa pada

orang tua lanjut usia yang dirawat di rumah sakit banyak mengalami anemia

dengan prevalensi 40-72%.

Prevalensi anemia meningkat seiring dengan

penambahan usia.(55,56)

Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi,

perubahan didalam tubuh yang bersifat degeneratif, penurunan fungsi saluran

pencernaan sehingga absorpsi zat penting didalam makanan terutama zat besi

terganggu, dan degenerasi sumsum tulang sehingga terjadi penurunan produksi

eritrosit yang berdampak pada penurunan kadar hemoglobin sehingga dapat

terjadi anemia.(57)

Dengan demikian perlu adanya perhatian khusus terhadap

kelompok usia lanjut akan hal ini.

Pada hasil penelitian ini, hasil pemeriksaan laboratorium kadar

hemoglobin pada calon jamaah haji yang menderita anemia bervariasi dari 3,4g/dl

sampai 12,5 g/dl dengan rata-rata hemoglobin 9,4 g/dL pada calon jamaah haji

laki-laki dan 5,9 g/dl hingga 11,5 g/dl pada calon jamaah haji perempuan dengan

Page 63: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

49

rata-rata 8,5 g/dL. Setengah dari calon jamaah haji perempuan yaitu 50%

memiliki anemia derajat sedang dengan kadar Hb yang berkisar antara 8,0-10,9

g/dl, kemudian 38,3% dengan anemia berat dengan kadar Hb kurang dari 8,0 g/dl

dan 11,7% calon jamaah haji perempuan memiliki anemia derajat ringan dengan

kadar Hb antara 11-11,9 g/dl. Sedangkan pada calon jamaah haji laki-laki

sebanyak 27,8% mengalami anemia ringan dengan kadar Hb antara 11-12,9 g/dl,

55,5% mengalami anemia sedang dengan kadarHb antara 8-10,9 g/dl dan 16,7 %

mengalami anemia berat dengan kadar Hb dibawah 8 g/dl. Hasil ini berbeda

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetya dimana pada pasien

lanjut usia dengan penyakit kronik lebih banyak mengalami anemia ringan (43%)

dibanding dengan anemia sedang-berat (17%).(57)

Karena pada penelitian ini

kemungkinan etiologi yang menjadi dasar penyebab terjadinya anemia tidak

hanya penyakit kronis, tetapi terdapat juga beberapa kasus perdarahan, penyakit

kardiovaskular dan penyakit metabolik.

4.2.3. Gambaran Keluhan pada Pasien Calon Jamaah Haji dengan Anemia

Lemas merupakan keluhan yang banyak terdapat pada calon jamaah haji

wanita dengan anemia yang melakukan pengobatan rujukan ke rumah sakit haji

jakarta, sebanyak 37,3% diantaranya yang mengeluhkan demikian. Selain lemas,

keluhan umum anemia lainnya pun terjadi pada calon jamaah haji wanita seperti

mudah lelah (6,8%), yang banyak terjadi pada orang dengan anemia. Pada pasien

kanker dengan anemia, prevalensi keluhan lelah pun cukup tinggi berkisar antara

70% hingga 80% pada berbagai survey.(58)

Selain lelah, keluhan umu yang terjadi

pada calon jamaah haji perempuan ialah pucat (3,4%) dan pusing (3,4%).

Terdapat keluhan pada saluran pernapasan berupa sesak napas (6,8%)

dapat disebabkan karena suplai oksigen yang tidak adekuat, dimana kebutuhan

oksigen meningkat melebihi kadar oksigen didalam darah(10)

sehingga tubuh

berusaha untuk mengkompensasinya dengan meningkatkan laju napas dan napas

menjadi lebih pendek. Pada pasien dengan derajat anemia berat seringkali

mengalami keluhan berupa sesak napas bahkan ketika beristirahat.(59)

Kemudian

keluhan lainnya terkait saluran pernapasan ialah batuk (6,8%), dan flu (1,7%)

yang terkait dengan penyakit lain yang diderita pasien selain anemia.

Page 64: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

50

Keluhan pada gastrointestinal yang terjadi seperti nyeri ulu hati (3,4%),

mual (8,5%) dan muntah (3,4%) yang merupakan sindrom dispepsia dan juga

dapat mengindikasikan kemungkinan terjadinya perdarahan kronik pada saluran

pencernaan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia(2)

, serta diare (1,7%) yang

dapat menyebabkan gangguan absorpsi nutrisi sehingga intake besi, vitamin B12

maupun asam folat kurang yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.

Keluhan lainnya ialah demam (6,8%), pada pasien dengan anemia

penyakit kronis dapat ditemukan adanya demam yang merupakan salah satu tanda

inflamasi yang mana proses tersebut terjadi saat anemia akibat penyakit kronik,(32)

kemudian selain itu terdapat pula keluhan penurunan kesadaran (1,7%), masa

suprapubik (1,7%), dapat menjadi salah satu indikasi terjainya mioma yang dapat

menginduksi terjadinya menorrhagia sehingga jumlah eritrosit menurun dan

terjadi anemia.(60)

Kemudian terdapat pula permintaan untuk koloskopi (1,7%).

Serta yang tidak memiliki keluhan sebanyak 5,1%.

Sedangkan pada calon jamaah haji laki-laki yang paling banyak

melakukan pengobatan ke rumah sakit haji dengan keadaan anemia datang dengan

tanpa keluhan (17,6%). Seperti anemia sedang pada pasien dengan thalassemia

alfa yang umumnya tidak bergejala.(61)

Adapun yang memiliki keluhan umum

anemia seperti lemas (11,8%), pucat (2,9%), pusing (2,9%) yang merupakan

gejala khas dan sering disebut dengan sindrom anemia(62)

, hal tersebut dapat

terjadi karena penurunan jumlah eritrosit yang mengikat oksigen, sedangkan

oksigen merupakan salah satu komponen dalam produksi energi sehingga apabila

tubuh kekurangan oksigen, energi yang dihasilkan tubuh kurang sehingga tampak

lemas dan mudah lelah. Saat anemia terjadi, kadar Hb menurun dibawah normal

sehingga kebutuhan oksigen akan bertambah, hal tersebut menyebabkan tubuh

akan mempertahankan aliran darah menuju organ vital agar tidak kekurangan

oksigen, sehingga perfusi terhadap jaringan akan menurun dan terjadi

vasokonstriksi kutaneous yang memberikan gambaran pucat.(62)

Keluhan pada

sistem pernapasan berupa sesak napas (8,8%), batuk (11,8%).

Keluhan yang terjadi pada jamaah haji laki-laki seperti nyeri ulu hati

(2,9%), melena (2,9%), hematuri (2,9%), mengindikasikan adanya suatu proses

Page 65: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

51

kehilangan darah dari dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia. Selain itu

mual (2,9%), nafsu makan turun (2,9%), diare (5,9%) dapat menyebabkan intake

menurun yang mana akan menghambat proses eritropoiesis karena bahan baku

yang tersedia kurang. Keluhan lainnya seperti demam (8,8%), kaki bengkak

(2,9%), syok (2,9%), penurunan kesadaran (2,9%), riwayat kemoterapi (2,9%),

imobilisasi(2,9%).

Pada anemia dengan derjat ringan ataupun sedang tidak terlalu

berpengaruh terhadap kerja fungsi ginjal karena jaringan perifer masih

mendapatkan suplai aliran darah yang nantinya menuju ginjal, tetapi pada anemia

derajat berat yang kronik alirah darah yang menuju ginjal akan menurun dan

menyebabkan fungsi ginjal terganggu sehingga terjadi retensi cairan yang dapat

berakibat terhadap gagal jantung apabila terjadi dalam jangka lama. Salah satu

tanda klinis terhadap adanya gagal jantung dan ginjal pada anemia ialah bengkak

pada tungkai.(63)

4.2.4. Gambaran Penyakit Lain pada Calon Jamaah Haji dengan Anemia

Pada calon jamaah haji dengan anemia yang melakukan pengobatan di

Rumah Sakit, terdapat beberpa penyakit lain yang diderita. Pada calon jamaah haji

laki-laki penyakit lain yang banyak diderita ialah pneumonia (14,1%). Pada kasus

pneumonia komunitas yang dirawat di rumah sakit ternyata banyak yang

mengalami anemia, meningkat seiring dengan keparahan penyakit dan lebih

banyak pada pasien dengan penyakit komorbid, wanita, dan prognosis yang

buruk. Meskipun demikian, pada laki-laki dan pasien dengan tanpa penyakit

komorbid ataupun penyakit yang ringan, anemia tetap sering ditemukan.(64)

Reade et al, menyebutkan bahwa 1 dari 3 (33,9%) pasien dengan

pneumonia komunitas yang dirawat di rumah sakit memiliki setidaknya anemia

derajat sedang ketika diperiksa, 3 dari 5 (62,1%) pasien anemia pada beberapa

kesempatan selama berada di rumah sakit, dan 1 dari 2 (54,5%) dari pasien yang

akan keluar dari rumah sakit mengalami anemia.(64)

Anemia pada pasien

pneumonia di rumah sakit dapat terjadi meskipun tanpa adanya perdarahan karena

efek dilusi dari cairan intravena yang diberikan ketika memasuki rumah sakit dan

Page 66: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

52

juga pengambilan darah yang dilakukan untuk pemeriksaan yang dibutuhkan.

Kadar hemoglobin ditemukan dapat menurun sebanyak >0,5 g/dL perhari pada

pasien yang tidak mengalami perdarahan selama hari pertama di ICU.(65)

Selain

karena dilusi akibat pemberian cairan intravena dan pengambilan darah, anemia

yang terjadi juga dapat disebabkan oleh perdarahan (pada saluran pencernaan

karena erosi pada mukosa gastrointestinal akibat penyakit ataupun trauma dan

pada prosedur operasi), konsentrasi eritropoietin sirkulasi yang rendah dan

berkurangnya respon sel-sel prekursor di sumsum tulang terhadap eritropoietin

efek dari sitokin-sitokin inflamasi.(66)

Selain pneumonia, pada calon jamaah haji laki-laki juga terdapat beberapa

yang mengalami penyakit cardiovaskular (6,1%), hipertensi (10,2%), first grade

av block (2,0%), gagal jantung (2,0%), hipentensive heart disease (2,0%). Anemia

merupakan salah satu faktor risiko penunjang terjadinya penyakit kardiovaskular

karena menyebabkan terjadinya abnormalitas terhadap struktur dan fungsi jantung

seperti hipertrofi ventrikel kiri yang merupakan faktor predisposisi terjadinya

penyakit kardiovaskular.(67)

Pada setiap penurunan 1 g/dL hemoglobin, terjadi

peningkatan hipertrofi ventrikel kiri sebanyak 6%.(68)

Penyakit lainnya yang diderita calon jamah haji laki-laki ialah diabetes

melitus (10,2%). Dalam penelitian yang dilakukan Grossman et al, kadar

hemoglobin pada pasien diabetes melitus lebih rendah dibandingkan dengan yang

tidak memiliki penyakit diabetes melitus(69)

. Anemia pada pasien dengan diabetes

melitus biasanya terkait dengan gagal ginjal yang merupakan komplikasi dari

diabetes melitus itu sendiri(70)

, selain itu bisa juga disebabkan karena inflamasi

sistemik, neuropati otonom, penurunan ketahanan sel darah merah ataupun karena

penggunaan obat antidiabetik oral yang dapat menginduksi anemia seperti

rosiglitazone dan metformin(71)

.

Gagal ginjal kronik (4,1%) dan acute kidney injury (6,1%) adalah penyakit

lainnya yang diderita calon jamaah haji. Pada pasien dengan gagal ginjal dapat

terjadi anemia disebabkan karena aktifitas eritropoietin yang abnormal. Kadar

uremia yang tinggi pada pasien CKD pun dapat menginduksi terjadinya inhibisi

pada eritropoiesis, defisiensi nutrisi, lama hidup eritrosit yang memendek dan

Page 67: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

53

gangguan pada homeostasis besi yang dapat berkontribusi dalam perkembangan

penyakit anemia(72)

. Anemia juga menjadi hal yang sering terjadi pada pasein

dengan Acute Kidney Injury (AKI), pasien dengan AKI mengalami inflamasi berat

karena efek dari sitokin inflamasi yang dihasilkan yang dapat menyebabkan

anemia. Disisi lain, anemia yang terjadi dapat disebabkan oleh peningkatan

destruksi dan hilangnya eritrosit, atau penurunan produksi dari eritrosit(73)

. Pada

pasien dengan AKI ditemukan bahwa kadar hemoglobin menurun secara cepat

pada awal terjadinya AKI(74)

.

Selain itu terdapat juga penyakit seperti sepsis, hipoalbumin, hipokalemia,

dehidrasi, dispepsia, luka dekubitus, karsinoma buli-buli, tuberculosis, gangguan

hati, post stroke, cedera kepala dan subarachnoid hemorrharge yang persentase

masing-masing adalah 2%.

Pada calon jamaah haji wanita, penyakit lain yang banyak diderita ialah

hipertensi (13,1%). Paparan terhadap tekanan darah tinggi dalam jangka waktu

lama dapat menyebabkan disfungsi endotel dan infiltrasi makrofag dan sel T ke

perivascular intersisial. Interaksi antara sel-sel dan sitokin inflamasi dengan sel

parenkim, stres oksidatif dan iskemia akibat hipertensi dapat menyebabkan

fibrosis intersisial dan insufisiensi tubulus sehingga produksi eritropoietin

terganggu yang dapat berdampak pada penurunan kadar eritrosit dan

hemoglobin(75)

.

Pneumonia (8,3%), gagal ginjal kronik (7,1%), AKI (1,2%), diabetes

melitus (6,0%), penyakit kardiovaskular (1,2%), sepsis (2,4%), hipokalemia

(4,8%), dehidrasi (2,4%) dan hipertensive heart disease (1,2%) juga menjadi

penyakit lainnya yang terjadi pada calon jamaah haji wanita. Kemudian terdapat

penyakit pada saluran pencernaan seperti gastroenteritis (2,4%), gastritis (1,2%),

dan kolitis (1,2%) yang mana dapat terjadi perdaharan samar yang kronik pada

saluran pencernaan yang menjadi penyebab terjadinya anemia.

Perdarahan juga merupan salah satu etiologi anemia yang mana pada

jamaah haji wanita terdapat kasus perdarahan seperti hemoroid (1,2%) dan

menorrhagia (1,2%). Mioma (1,2%) dapat menginduksi terjadinya menorrhagia

Page 68: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

54

sehingga menyebabkan kadar hemoglobin menurun. Hal tersebut terjadi karena

kompresi mekanis pada vena kemudian ditambah dengan kontraksi pada uterus

serta aktivasi dari vasoactive growth factor(60)

. Penyakit lainnya ialah hepatitis,

trombositopeni, sirosis hepatis, nefropati, chepalgia, dermatitis, hiponatremia,

bronkhitis, sindrom obstruksi, dan Acute disseminated encephalomyelitis dengan

persentase masing-masing adalah 1,2%.

4.3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan

menggunakan data sekunder berupa data rekam medis sehingga sumber

data seutuhnya dari apa yang tertulis didalam rekam medis. Pada beberapa

rekam medis yang kurang lengkap akan menyebabkan eksklusi ataupun

bias pada penelitian ini.

b) Populasi penelitian hanya dilakukan di satu rumah sakit sehingga kurang

dapat menggambarkan anemia pada pasien calon jamaah haji di rumah

sakit secara umum.

Page 69: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu :

a) Prevalensi anemia pada 62 calon jamaah haji yang melakukan pengobatan

di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah 75% pada laki-laki dan 89,5 % pada

perempuan.

b) Prevalensi derajat anemia ringan pada calon jamaah haji yang melakukan

pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah 27,8% pada laki-laki dan

11,7% pada perempuan, anemia sedang 55,5 % pada laki-laki dan 50%

pada perempuan, anemia berat 16,7 % pada laki-laki dan 38,3 % pada

perempuan.

c) Keluhan terbanyak calon jamaah haji yang melakukan pengobatan di

Rumah Sakit Haji Jakarta yang mengalami anemia ialah lemas (50%),

tanpa keluhan (17%), batuk (15%), sesak napas (15%), demam (13%) dan

mual (11%).

d) Penyakit tersering yang disertai anemia pada calon jamaah haji yang

melakukan pengobatan di Rumah Sakit Haji Jakarta adalah hipertensi

(30,1%), pneumonia (26,9%), dibetes melitus (19,2%) dan gagal ginjal

kronik (15,3%).

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan diatas maka peneliti menyarankan :

a) Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada setiap calon jamaah haji

yang melakukan pengobatan di layanan sekunder untuk mengetahui ada

tidaknya anemia meskipun tidak ada keluhan atau keluhan tidak spesifik.

b) Bagi tenaga kesehatan agar dilakukan pemeriksaan lanjutan pada calon

jamaah haji dengan anemia untuk mengetahui etiologi dari anemia

sehingga dapat memberikan penatalaksaan dengan tepat.

Page 70: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

56

c) Pada beberapa penyakit, tenaga kesehatan perlu waspada akan terjadinya

anemia yang dapat menyertai penyakit tersebut yang dapat menimbulkan

keluhan yang beragam.

Page 71: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

57

DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan tahun

2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji. 2016. hal 4.

2. Bakta IM. Pendekatan terhadap pasien anemia. In: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;

2007. hal 632–5.

3. Murray RK. Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th ed. China: The

McGraw-Hill Companies; 2003. hal 47.

4. Kemenkes RI. Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Haji mencapai

Istithaah Kesehatan Jemaah Haji Untuk Menuju Keluarga Sehat (Petunjuk

Teknis Permenkes nomor 15 tahun 2016). 2017; 14-5.

5. Silverthorn DU. Human Physiology : an integrated approach. 5th ed. San

Francisco: Pearson/Benjamin Cummings; 2010. hal 553.

6. WHO. The global prevalence of anaemia in 2011. Geneva; 2015. hal 4.

7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;256.

8. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Infodatin Situasi

Kesehatan Jamaah Haji Indonesia. 2015;1-6.

9. Price SA. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed.

Hartanto H, editor. Jakarta: EGC; 2005. hal 257-258.

10. Kaushansky K. Williams hematology. 9th ed. China: The McGraw-Hill

Companies; 2010. hal 549-54.

11. WHO. Anaemia [Internet]. Diunduh dari :

http://www.who.int/topics/anaemia/en/

12. Who, Chan M. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia

and assessment of severity. Geneva, Switz World Heal Organ [Internet].

2011;1–6. Diunduh dari :

http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Haemogl

obin+concentrations+for+the+diagnosis+of+anaemia+and+assessment+of+

severity#1

13. Pocock G. Human Physiology : The Basis of Medicine. 3rd ed. London:

Oxford University Press; 2006. hal 359.

14. Sherwood L. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. 6th ed. Yesdelita N,

editor. Jakarta: EGC; 2011. hal 421.

15. Hoffbrand A. Kapita Selekta Hematologi. 4th ed. Maharani DA, editor.

Jakarta: EGC; 2005. hal 18.

Page 72: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

58

16. Saladin KS. Anatomy and Physiology : The Unity of Form and Function.

3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2003. hal 687.

17. Hall JE. Guyton and Hall textbook of medical physiology. 12th ed.

Philadelphia: Elsevier; 2010. hal 413-21.

18. Lieberman M. Marks’ Basic Medical Biochemistry. 4th ed. Philadelphia:

Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2013. hal 4-5.

19. Koolman J, Roehm KH. Color Atlas of Biochemistry. 2nd ed. Germany:

Thieme; 2005. hal 280-1.

20. Ganong WF. Review of Medical Physiollogy. 23nd ed. Singapore:

McGraw-Hill; 2010. 697-8.

21. Loffler H, Rastetter J, Haferlach T. Atlas of Clinical Hematology. 6th ed.

New York: Spinger; 2005. hal 35-6.

22. Tanto C. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Media Aesculapius;

2014. hal 653-660.

23. Guillemin K, Krasnow M a. The hypoxic response: huffing and HIFing.

Cell. 1997;89(1):9–12.

24. Metivier F, Marchais S, Guerin A, Pannier B, London G. Pathophysiology

of anaemia: focus on the heart and blood vessels. Nephrol Dial Transpl.

2000;15:14–8.

25. Robbins P. The ventilatory response to CO2 in high altitude natives and

patients with chronic mountain sickness. J Appl Physiol. 2002;9.

26. Oehadian A. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. Cdk [Internet].

2012;39(6):407–12. Diunduh dari :

http://www.kalbemed.com/portals/6/04_194cme-pendekatan klinis dan

diagnosis anemia.pdf

27. Mehta AB. At a Glance Hematologi. 2nd ed. Safitri A, editor. Jakarta:

Penerbit Erlangga; 2008. hal 25.

28. Masrizal. Anemia defisiensi besi. J Kesehat Masy. 2007;II(1):140–5.

29. Walmsley R. Plasma Iron : Case in chemical pathology a diagnostic

approach. 4th ed. Singapore: World Scientific; 1999. hal 238-45.

30. Bakta I. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC; 2007. hal 26-39.

31. Kartamihardja E. Anemia defisiensi besi. 2005;2-4.

32. Supandiman I, Fadjari H. Anemia pada Penyakit Kronis. In: Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI; 2007. hal 651–2.

33. Dewi SR. Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Deepublish; 2015.

Page 73: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

59

hal 75.

34. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL.

Harrison principles of internal medicine. 17th ed. New York: McGraw-

Hill; 2008. hal 55.

35. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Infodatin situasi

penyakit ginjal kronis. 2017;1–6.

36. Penyajian S. Laporan akuntabilitas kinerja pusat kesehatan haji. 2015;3-4.

37. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007. hal 581–2.

38. Nurdjanah S. Sirosis Hati. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.

Jakarta: EGC; 2007. hal 445–7.

39. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Infodatin situasi dan

analisis hepatitis. 2014;1.

40. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Infodatin situasi lupus di

Indonesia. 2017;1-2.

41. Daud R. Artritis reumatoid. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.

Jakarta; 2007. hal 1184.

42. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Infodatin stop kanker.

2015;1–6.

43. Karsono B. Aspek selular dan molekular kanker. In: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta; 2007. hal 823.

44. Mercadante S, Gebbia V, Marrazo A, Filosto S. Anemia in cancer:

pathophysiology and treatment. Cancer Treat Rev. 2000;26:303–11.

45. Salim EM, Sukmana N. Penyakit kompleks imun. In: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;

2007. hal 269.

46. Giannouli S, Voulgarelis M, Ziakas PD, Tzioufas AG. Anaemia in systemic

lupus erythematosus: from pathophysiology to clinical assessment.

2006;144–8.

47. Daud R. Artritis reumatoid. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.

Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007. hal 1184.

48. Vreugdenhil G. Anaemia in rheumatoid arthritis : the role of iron , vitamin

B12 , and folic acid deficiency , and erythropoietin responsiveness.

1990;93–8.

49. Jonathan S. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu; 2006. hal 111.

Page 74: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

60

50. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 4th ed. Jakarta:

Salemba Medika; 2009. hal 31.

51. Dahlan S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika; 2013. hal 34-5.

52. Ika Nur Rohmah A, Bariyah K, Keperawatan J. Kualitas hidup lanjut usia.

2012;120–32.

53. Qomariah. Angka Kematian Jamaah Haji Indonesia. Vol. XI. 2001. hal 44–

50.

54. Permaesih D, Herman S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada

Remaja. e-Journal Badan Penelit dan Pengemb Kesehat [Internet].

2005;33:162–71. Diunduh dari :

http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/219/294

55. Guralnik JM, Eisenstaedt RS, Ferrucci L, Klein HG, Woodman RC.

Prevalence of anemia in persons 65 years and older in the United States :

evidence for a high rate of unexplained anemia. October.

2004;104(8):2263–8.

56. Gaskell H, Derry S, Andrew Moore R, McQuay HJ. Prevalence of anaemia

in older persons: systematic review. BMC Geriatr [Internet]. 2008;8(1):1.

Diunduh dari : http://www.biomedcentral.com/1471-2318/8/1

57. Prasetya H. Gambaran Anemia pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Abiyoso Yogyakarta tahun 2013. 2013;23–8.

58. Sobrero A. Fatigue: A main component of anemia symptomatology. Semin

Oncol [Internet]. 2001 Apr [cited 2017 Oct 19];28:15–8. Diunduh dari :

http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0093775401902076

59. Varat MA, Adolph RJ, Fowler NO. Cardiovascular effects of anemia. Am

Heart J. 1972;83(3):415–26.

60. Yang JH, Chen MJ, Chen C Der, Chen CL, Ho HN, Yang YS. Impact of

submucous myoma on the severity of anemia. Fertil Steril [Internet].

2011;95(5):1769–1772.e1. Diunduh dari :

http://dx.doi.org/10.1016/j.fertnstert.2011.01.142

61. Hermiston ML, Mentzer WC. A practical approach to the evaluation of the

anemic child. Pediatr Clin North Am [Internet]. 2002 Oct [cited 2017 Oct

19];49(5):877–91. Diunduh dari :

http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0031395502000299

62. Ludwig H, Strasser K. Symptomatology of Anemia. 2001;7-12.

63. Bradley SE, Bradley GP. Renal Function during Chronic Anemia in Man.

Blood J. 2015;60(3):714–21.

64. Reade MC, Weissfeld L, Angus DC, Kellum JA, Milbrandt EB. The

Page 75: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

61

prevalence of anemia and its association with 90-day mortality in

hospitalized community-acquired pneumonia. BMC Pulm Med [Internet].

2010;10(1):10–5. diunduh dari : http://www.biomedcentral.com/1471-

2466/10/15%5Cnpapers3://publication/doi/10.1186/1471-2466-10-15

65. Ba VN, Bota DP, Mélot C, Vincent J-L. Time course of hemoglobin

concentrations in nonbleeding intensive care unit patients. Crit Care Med

[Internet]. 2003;31(2):406–10. Diunduh dari :

http://content.wkhealth.com/linkback/openurl?sid=WKPTLP:landingpage&

an=00003246-200302000-00009

66. Fink MP. Pathophysiology of intensive care unit-acquired anemia. Crit

Care. 2004;8 Suppl 2:9–10.

67. Hayashi T, Joki N, Tanaka Y, Hase H. Anaemia and early phase

cardiovascular events on haemodialysis. Nephrology. 2015;20:1–6.

68. Levin A. Left ventricular mass index increase in early renal disease: Impact

of decline in hemoglobin. Am J Kidney Dis [Internet]. 1999 Jul 1 [cited

2017 Oct 10];34(1):125–34. Diunduh dari :

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0272638699701186

69. Grossman C, Dovrish Z, Koren-Morag N, Bornstein G, Leibowitz A.

Diabetes mellitus with normal renal function is associated with anaemia.

Diabetes Metab Res Rev [Internet]. 2014;32(30):13–23. Diunduh dari :

http://libweb.anglia.ac.uk/

70. Thomas M, Tsalamandris C, Macisaac R, Jerums G. Anaemia in Diabetes :

An Emerging Complication of Microvascular Disease. 2005;107–26.

71. Berria R, Glass L, Mahankali A, Miyazaki Y, Monroy A, De Filippis E, et

al. Reduction in hematocrit and hemoglobin following pioglitazone

treatment is not hemodilutional in Type II diabetes mellitus. Clin

Pharmacol Ther. 2007;82(3):275–81.

72. Babitt JL, Lin HY. Mechanisms of Anemia in CKD. J Am Soc Nephrol

[Internet]. 2012;23(10):1631–4. Diunduh dari :

http://www.jasn.org/cgi/doi/10.1681/ASN.2011111078

73. Hales M, Solez K, Kjellstrand C. The Anemia of Acute Renal Failure:

Association with Oliguria and Elevated Blood Urea. Ren Fail [Internet].

1994;16(1):125–31. diunduh dari :

http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/08860229409044854

74. Haggett P, Lipkin GW. Erythropoietin in acute renal failure. 1988;1029.

75. Tanimura M, Dohi K, Matsuda M, Sato Y, Sugiura E, Kumagai N, et al.

Renal resistive index as an indicator of the presence and severity of anemia

and its future development in patients with hypertension. BMC Nephrol

[Internet]. 2015;16(1):45. Diunduh dari :

http://bmcnephrol.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12882-015-0040-6

Page 76: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

62

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Etik

Page 77: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

63

Lampiran 2

Surat Izin Pengambilan Data

Page 78: PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DENGAN ANEMIA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37244/1/NISA... · PREVALENSI ANEMIA DAN PENYAKIT DE]\GAN ANEMIA PADA CALON JAMAAH

64

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Nisa Uzlifatul Jannah

Alamat : Kp. Sukarasa 03/02, Ds Wangunjaya, Kec.Cikalongwetan,

Bandung Barat, Jawa barat

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 13 Januari 1997

Agama : Islam

No. Handphone : 087838456072

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2001-2002 : TK Tunas Karya Panglejar

2. Tahun 2002-2008 : SDN 3 Cisomang

3. Tahun 2008-2011 : SMP IT Al-ittihad Cianjur

4. Tahun 2011-2014 : MA Wahid Hasyim Yogyakarta

5. Tahun 2014-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta