Prevalensi Anemia

9
PEMBAHASAN A. Prevalensi Anemia Di Indonesia Anemia di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang sangat penting yang saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama terjadi pada balita dan ibu hamil. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Proporsi anemia penduduk umur ≥1 tahun menurut karakteristik, sebagai berikut Karakteristik Anemia (%) Kelompok umur 12-59 bulan 28,1 5-14 tahun 26,4 15-24 tahun 18,4 25-34 tahun 16,9 35-44 tahun 18,3 45-54 tahun 20,1 55-64 tahun 25,0 65-74 tahun 34,2 >75 tahun 46,0 Jenis kelamin Laki-laki 18,4 Perempuan 23,9 Tempat tinggal Perkotaan 20,6 Perdesaan 22,8 Indonesia 21,7 Dari table diatas, dapat disimpulkan bahwa prevalensi anemia dapat dikarakteristikkan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Secara nasional, Indonesia memliki prevalensi anemia sebesar 21,7 %. Sedangkan menurut kelompok umur dapat dikatakan bahwa prevalensi anemia pada usia balita sebesar 28,1 % dan cenderung menurun pada usia 5-34 tahun. Dan cenderung meningkat kembali pada usia 35-keatas. Diperkirakan, pada saat usia ibu hamil prevalensi

Transcript of Prevalensi Anemia

Page 1: Prevalensi Anemia

PEMBAHASAN

A. Prevalensi Anemia

Di Indonesia

Anemia di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang sangat penting yang saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama terjadi pada balita dan ibu hamil. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Proporsi anemia penduduk umur ≥1 tahun menurut karakteristik, sebagai berikut

Karakteristik Anemia (%) Kelompok umur 12-59 bulan 28,1 5-14 tahun 26,4 15-24 tahun 18,4 25-34 tahun 16,9 35-44 tahun 18,3 45-54 tahun 20,1 55-64 tahun 25,0 65-74 tahun 34,2 >75 tahun 46,0 Jenis kelamin Laki-laki 18,4 Perempuan 23,9 Tempat tinggal Perkotaan 20,6 Perdesaan 22,8 Indonesia 21,7

Dari table diatas, dapat disimpulkan bahwa prevalensi anemia dapat dikarakteristikkan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal. Secara nasional, Indonesia memliki prevalensi anemia sebesar 21,7 %. Sedangkan menurut kelompok umur dapat dikatakan bahwa prevalensi anemia pada usia balita sebesar 28,1 % dan cenderung menurun pada usia 5-34 tahun. Dan cenderung meningkat kembali pada usia 35-keatas. Diperkirakan, pada saat usia ibu hamil prevalensi anemia cenderung menurun pada usia 15-34 tahun dan meningkat pada usia 35-44 tahun. Sedangkan menurut SEANUTS, prevalensi anemia pada balita tahun 2006 adalah 26,3 % dan menurun pada tahun 2011 yaitu 17,6 %, hal ini disebabkan karena akibat kadar Hemoglobin di dalam darah dibawah normal yaitu <11 gr/dL. Sedangkan berdasarkan SKRT 2001, prevalensi anemi pada ibu hamil masih mencapai 40,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Indonesia menurun sejak 2001 hingga 2013, tetapi angka prevalensi tersebut masih termasuk tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan yang penting di Indonesia.

Page 2: Prevalensi Anemia

Di Mesir

Mesir, merupakan Negara berkembang masuk dalam Eastern Mediterranean yang tingkat prevalensi anemia juga tinggi, tetapi masih dibawah Indonesia.

Dari table diatas, dapat dilihat bahwa prevalensi anemia di Mesir pada balita mencapai 52,25% untu laki-laki dan 54, 03% untuk perempuan pada tahun 2004. Disamping itu, Mesir juga mengalami penurunan tingkat prevalensinya hingga saat ini. Sedangkan pada Ibu hamil, Ibu tidak hamil tingkat prevalensinya juga mengalami penurunan dapat dilihat pada table dibawah ini,

Dari data diatas, prevalensi anemia pada ibu hamil dan ibu tidak hamil secara keseluruhan adalah 45,26% (deMeyer & Adiels-Tegman, 1985). Dan tingakt prevalensi ini berangsur-angsur mengalami penurunan seiring berjalannya waktu.

Page 3: Prevalensi Anemia

Dari table diatas, menunjukkan bahwa tingkat anemia pada balita, sebesar 46,7 %, pada ibu hamil 44,2% dan pada ibu tidak hamil 32,4 %. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa prevalensi anemia dari Eastern Mediterranean lebih rendah dibanding prevalensi anemia di Indonesia.

A. Prevalensi GAKI

Di Indonesia

Di Indonesia, indikator untuk memantau masalah GAKI saat ini adalah Ekskresi Iodium dalam Urin (EIU) sebagai refleksi asupan iodium. Di bawah ini dapat dilihat perkembangan prevalensi GAKI di Indonesia,

Page 4: Prevalensi Anemia

Dari table diatas, dapat dilihat bahwa Hasil Studi Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) tahun 2002/2003, hasil Riskesdas 2007 menunjukkan hasil yang konsisten bahwa rata-rata EIU dalam batas normal. Bahkan hasil survei SEANUTS tahun 2011 pun menunjukkan hasil yang sama (batas normal) yaitu 228 μg/L. Dari hasil survey yang sama diketahui proporsi EIU<100 μg/L telah dibawah 20% yaitu 12.9 μg/L pada tahun 2007 dan turun menjadi 11,5 μg/L pada tahun 2011, Dengan kemajuan ini dapat disimpulkan bahwa secara nasional masalah Gangguan Akibat Kurang Iodium tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Di Afrika

Dari table diatas, dapat dibandingkan antara Indonesia (South-East Asia) dengan Afrika, berdasarkan populasi umumnya bahwa Afrika prevalensi GAKI nya masih lebih tinggi dibanding dengan South-East Asia yaitu 41,5 % sedangkan South-East Asia sebesar 30 %. Hal ini menunjukkan bahwa GAKI di Indonesia bukan lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

B. Prevalensi Kekurangan Vitamin A

Di Indonesia

Prevalensi kekuragan vitamin A (xeropthalmia) terutama pada balita mengalami penurunan secara signifikan dari tahun 1978 yaitu 1,3 % menjadi 0,35% pada tahun 1992. Sedangkan prevalensi kekurangan vitamin A subklinis (serum retinol <20 μg/dL) juga menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, yaitu dari 14,6% pada tahun 2007 menurut survey Nasional Gizi Mikro, menjadi 0,8% pada tahun 2011 menurut SEANUTS. Hal, ini dapat dilihat pada table dibawah,

Page 5: Prevalensi Anemia

Prevalensi Kekurangan Vitamin A (xeropthalmia) di Afrika

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tingkat prevalensi di Afrika masih tinggi dibanding Negara lain terutama di South-East Asia (Indonesia) yaitu 2 % pada balita dan 9,8% pada ibu hamil.

Page 6: Prevalensi Anemia

Prevalensi Kekurangan Vitamin A (kekurangan serum retinol)

Dari table diatas dapat dilihat untuk prevalensi kekurangan serum retinol di Africa lebih rendah dibanding dengan South East Asia (Indonesia), yaitu 44,4 % pada balita dan 13,5 % pada ibu hamil. Sedangkan di South East Asia sebesar 49,9% pada balita dan 17,3 % pada ibu hamil. Meskipun di Afrika lebih rendah dibanding South East Asia, hal ini masih dibatas normal, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang serius.

Page 7: Prevalensi Anemia

PREVALENSI DEFISIENSI ZAT GIZI MIKRO DI

INDONESIA DAN NEGARA LAIN

MAKALAH

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Intermonev Community

oleh :

Yuni Erikawati (135070300111029)

Program Studi Gizi Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang

2015

Page 8: Prevalensi Anemia

DAFTAR PUSTAKA

Bernoist, Bruno de. Worldwide prevalence of Anemia 1993-2005. USA : World Healty Organization.

Gizi, Direktorat Bina, dkk. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta: Bina

Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan RI.

Hetzel, Basil S, et all. 1993. Global Prevalence of Iodine Deficiency Disorders. Geneva : World Healty Organization.

WHO. 2009. Global Prevalence of Vitamin A Deficiency In Population At Risk 1995-2005. WHO Global Database on Vitamin A deficiency. Geneva : World Healty Organization.

Soliman, Ghada Z A, Magdi N Azmi, & Soha El-S. 2007. Prevalence of Anemia in Egypt (Al-Gharbia Governorate).