Anemia Def.fe

78
1 METABOLISME ZAT BESI PADA TUBUH MANUSIA Luh Seri Ani Bagian IKK-IKP Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali 80232 e-mail: [email protected] ABSTRAK Besi merupakan trace element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Besi berperan sebagai pembawa oksigen dan elektron serta sebagai katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi dan proses metabolik lainnya. Tubuh telah mengatur zat besi yang beredar mulai dari fase penyerapan, transportasi, penyimpanan dan utilisasi besi tubuh melalui proses metabolism besi yang berimbang. Meskipun demikian, kemungkinan gangguan metabolism besi tubuh seperti kekurangan maupun kelebihan zat besi tetap ada. Dalam makalah ini, diuraikan proses penyerapan, transportasi, penyimpanan dan penggunaan zat besi dalam tubuh manusia. Dengan memahami proses metabolism zat besi tubuh diharapkan timbulnya kesadaran tentang pentingnya zat besi dalam metabolism tubuh lainnya. Kata kunci: anemia defiensi besi, metabolisme, cadangan besi ABSTRACT Iron is a trace element in human being and is very important for metabolism. The iron is responsible for carrying oxygen and electron, and its also functions as catalyst for oxygenation, hydroxylation and other metabolic reactions. Therefore iron deficiency or excess iron in human being is considered as dangerous physiologically. Although human body managed their iron metabolism using balancing process, i.e. commenced from absorption, transportation, storage and utilization, however iron deficiency or excess iron is still possible to occur. This is mainly because iron deficiency is related to diminishing and emptying of iron storage for erythropoetics. This paper describes the process of absorption, transportation storage and utilization of iron in human body. It is hoped that by understanding iron metabolism, the awareness of the important of iron will be increased. Keywords: iron deficiency anemia, metabolism, iron storage PENDAHULUAN Besi adalah sebuah nutrien esensial yang diperlukan oleh setiap sel manusia. Sebagai logam transisi dengan nomor atom 26 dan berat atom 55,85, besi dapat berperan sebagai pembawa oksigen dan elektron serta sebagai katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi dan proses metabolik lainnya, melalui kemampuannya berubah bentuk antara fero (Fe 2+ ) dan fase oksidasi Fe 3+ . Besi ditransportasi dan disimpan bukan sebagai kation bebas tapi dalam bentuk Fe yang terikat. Besi ionik dapat berpartisipasi dalam berbagai reaksi yang menghasilkan radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak sel. Adanya penurunan atau peningkatan besi dalam tubuh mungkin menghasilkan efek yang signifikan secara klinis. Jika terlalu sedikit besi yang ada (defisiensi besi) akan terjadi pembatasan sintesis komponen yang mengandung besi aktif sehingga secara normal mungkin berbahaya. Demikian pula jika terlalu banyak besi terakumulasi (kelebihan besi) dan melebihi kapasitas tubuh untuk mentransport dan menyimpannya akan menimbulkan toksisitas besi yang selanjutnya memicu terjadinya kerusakan dan kematian

Transcript of Anemia Def.fe

Page 1: Anemia Def.fe

1

METABOLISME ZAT BESI PADA TUBUH MANUSIA

Luh Seri AniBagian IKK-IKP Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali

80232 e-mail: [email protected]

ABSTRAKBesi merupakan trace element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Besi berperan sebagaipembawa oksigen dan elektron serta sebagai katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi danproses metabolik lainnya. Tubuh telah mengatur zat besi yang beredar mulai dari fasepenyerapan, transportasi, penyimpanan dan utilisasi besi tubuh melalui proses metabolismbesi yang berimbang. Meskipun demikian, kemungkinan gangguan metabolism besi tubuhseperti kekurangan maupun kelebihan zat besi tetap ada. Dalam makalah ini, diuraikan prosespenyerapan, transportasi, penyimpanan dan penggunaan zat besi dalam tubuh manusia.Dengan memahami proses metabolism zat besi tubuh diharapkan timbulnya kesadaran tentangpentingnya zat besi dalam metabolism tubuh lainnya.

Kata kunci: anemia defiensi besi, metabolisme, cadangan besi

ABSTRACTIron is a trace element in human being and is very important for metabolism. The ironis responsible for carrying oxygen and electron, and its also functions as catalyst foroxygenation, hydroxylation and other metabolic reactions. Therefore iron deficiencyor excess iron in human being is considered as dangerous physiologically. Althoughhuman body managed their iron metabolism using balancing process, i.e. commencedfrom absorption, transportation, storage and utilization, however iron deficiency orexcess iron is still possible to occur. This is mainly because iron deficiency is related todiminishing and emptying of iron storage for erythropoetics. This paper describes theprocess of absorption, transportation storage and utilization of iron in human body. Itis hoped that by understanding iron metabolism, the awareness of the important ofiron will be increased.

Keywords: iron deficiency anemia, metabolism, iron storage

PENDAHULUANBesi adalah sebuah nutrien esensial yang

diperlukan oleh setiap sel manusia. Sebagai logamtransisi dengan nomor atom 26 dan berat atom55,85, besi dapat berperan sebagai pembawaoksigen dan elektron serta sebagai katalisatoruntuk oksigenisasi, hidroksilasi dan prosesmetabolik lainnya, melalui kemampuannyaberubah bentuk antara fero (Fe2+) dan faseoksidasi Fe3+. Besi ditransportasi dan disimpanbukan sebagai kation bebas tapi dalam bentukFe yang terikat. Besi ionik dapat berpartisipasi

dalam berbagai reaksi yang menghasilkan radikalbebas yang selanjutnya dapat merusak sel.Adanya penurunan atau peningkatan besi dalamtubuh mungkin menghasilkan efek yang signifikansecara klinis. Jika terlalu sedikit besi yang ada(defisiensi besi) akan terjadi pembatasan sintesiskomponen yang mengandung besi aktif sehinggasecara normal mungkin berbahaya. Demikianpula jika terlalu banyak besi terakumulasi(kelebihan besi) dan melebihi kapasitas tubuhuntuk mentransport dan menyimpannya akanmenimbulkan toksisitas besi yang selanjutnyamemicu terjadinya kerusakan dan kematian

Page 2: Anemia Def.fe

2

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

organ yang luas.Besi di alam berasal dari sumber hewani dan

nabati. Kualitas atau bioavailibilitas besi yangdihasilkan dari kedua sumber zat besi tersebutjuga berbeda oleh karena kemampuan tubuhmanusia untuk menyerap besi ikut dipengaruhi.Bagaimana besi di alam dapat diserap oleh tubuhmanusia, dialirkan, disimpan serta digunakan,kemudian di ekskresikan, akan dibahas dalammakalah ini.

PEMBAHASAN

Metabolisme BesiBesi dalam tubuh manusia terbagi dalam 3

bagian yaitu senyawa besi fungsional, besicadangan dan besi transport. Besi fungsional yaitubesi yang membentuk senyawa yang berfungsidalam tubuh terdiri dari hemoglobin, mioglobindan berbagai jenis ensim. Bagian kedua adalahbesi transportasi yaitu transferin, besi yangberikatan dengan protein tertentu untukmengangkut besi dari satu bagian ke bagianlainya. Bagian ketiga adalah besi cadangan yaituferitin dan hemosiderin, senyawa besi inidipersiapkan bila masukan besi diet berkurang.Untuk dapat berfungsi bagi tubuh manusia, besimembutuhkan protein transferin, reseptor

transferin dan feritin yang berperan sebagaipenyedia dan penyimpan besi dalam tubuh daniron regulatory proteins (IRPs) untuk mengatursuplai besi.

Transferin merupakan protein pembawayang mengangkut besi plasma dan cairanekstraseluler untuk memenuhi kebutuhan tubuh(Hoffman, 2000). Reseptor transferin adalahsuatu glycoprotein yang terletak pada membransel, berperan mengikat transferin-besi komplekdan selanjutnya diinternalisasi ke dalam vesikeluntuk melepaskan besi ke intraseluler. Komplekstransferin-reseptor transferin selanjutnya kembalike dinding sel, dan apotransferin dibebaskan kedalam plasma. Feritin sebagai protein penyimpanbesi yang bersifat nontoksik akan dimobilisasi saatdibutuhkan. Iron regulatory proteins (IRP-1dan IRP-2 yang dikenal sebagai iron responsiveelement-binding proteins [IRE-BPs], ironregulatory factors [IRFs], ferritin-repressorproteins [FRPs] dan p90) merupakanmessenger ribonucleic acid (mRNA) yangmengkoordinasikan ekspresi intraseluler darireseptor transferin, feritin dan protein pentinglainnya yang berperan dalam metabolisme besi,seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur protein transport (Beutler at al, 2000)

Page 3: Anemia Def.fe

3

Bagian A adalah struktur apotransferin.Secara skematik struktur apotransferin terdiri atascincin polipeptid yang terbagi dalam dua lobus,masing-masing berbentuk elip dan mengandungsingle iron-binding site yang ditampilkan dengansebuah tanda titik. Setiap lobus disusun dengandua domain yang berbeda, diberi label I dan II.Selain itu dikenal juga adanya dua lobus yaitulobus N-terminal dan C-terminal. Bagian Badalah reseptor transferin. Skema di atasmenampilkan reseptor transferin di ataspermukaan sel. Transferin reseptor merupakandimer glikoprotein transmembran terdiri atas duasubunit yang identik dihubungkan dengan ikatandisulfide. Transferin reseptor bersifat ampipatikdengan ekor sitoplasmik hidrofilik yang kecil dandomain ekstraseluler hidropilik yang luas.Reseptor dapat mengikat dua molekul transferin(Beutler at al, 2000).

Mekanisme Molekuler dari Ambilan BesiSeluler

Ambilan besi sel melalui transferrin-transferrin reseptor terjadi melalui prosesendositosis. Jalur utama peran transferin, reseptortransferin dan feritin dalam penyimpanan danpenyediaan besi seluler ditunjukkan secarasistematik pada gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan distribusi besi kesel secara skematik yang dimulai denganterikatnya satu atau dua molekul transferin monoatau diferik pada reseptor transferin dan prosesini tergantung energi dan suhu serta selesai dalamwaktu 2-3 menit. Pada pH plasma netral,kompleks transferin-besi jauh lebih stabil denganmengikatkan transferin pada reseptor transferinbaik untuk transferin monoferik maupun diferik.Efisiensi dari distribusi besi ke sel tergantung pada

Gambar 2. Suplai besi seluler dan penyimpanan (Beutler at al, 2000)

Metabolisme Zat Besi pada Tubuh Manusia Seri Ani

Page 4: Anemia Def.fe

4

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

jumlah transferin plasma mono dan diferik yangada. Pada keadaan erytropoesis normal dansaturasi transferin normal yaitu sekitar 33%,afinitas tertinggi dari reseptor untuk transferindiferik menghasilkan aliran besi yang banyak kesel, dengan dilengkapi empat atom besi pada tiapsiklusnya. Saat saturasi tranferin sekitar 19%,besi dalam jumlah sama dihantarkan melaluitransferin mono atau diferik, sementara padasaturasi yang rendah, kebanyakan besidihantarkan dari bentuk monoferik (Beutler atal, 2000).Peranan Reseptor Tranferin dalam MelepaskanBesi dari Transferin di dalam Endosome

Reseptor transferin memainkan peran pentingdalam pelepasan besi dari kedua transferrin padasaat endosom berada dalam pH asam (Beutlerat al, 2000). Pada saat pH 5,6, besi akan terlepasdari sisi N-terminal transferin. Hal ini berbedadengan yang terjadi pada sel eritroid, dimana besitelepas dari kedua sisi transferin dalam waktu 2-3 menit. Tampaknya interaksi antara reseptortransferin dengan transferin mempengaruhipelepasan besi. Pada pH 5,6, besi dilepaskandari transferrin monoferik dan bentuk N-terminal(FeNTf) 3 kali lebih cepat daripada C-terminal(FeCTf). Ikatan dengan reseptor transferinsedikit mempengaruhi pelepasan FeN Tf namunterjadi peningkatan pada sisi C-terminal. Ikatanreseptor transferin pada pH 5,6 mengubah keduasisi transferin yang mengikat besi dimana besipada lobus N-terminal bersifat stabil, tidak padasisi C-terminal. Reseptor transferin yang terikattransferin dalam endosomal mempengaruhijumlah besi yang dilepaskan dari transferin dalamsel eritroid, selain itu juga meminimalkanperbedaan antara sisi C-terminal dan N-terminal(Beutler at al, 2000).

Transport Besi Melewati MembranEndosom melalui Nramp2

Setelah dilepaskan besi harusditransportasikan melewati membran endosomal.Pergerakan besi keluar endosom dan absorsinya

di usus, diperantarai oleh Nramp2 (Naturalresistance-assosiated macrophage protein 2)yaitu protein pengangkut besi transmembran(Beutler at al, 2000; Hoffman, 2000).

Mekanisme Kembalinya KomplekReseptor transferin-Transferin kePermukaan Sel.

Keasaman dalam endosom meningkatkanafinitas apotransferrin terhadap reseptor transferinsehingga menghasilkan kompleks apotransferin-reseptor transferin dan selanjutnya di hantarkanke permukaan sel endosom. Paparan dengan pHplasma menyebabkan apotransferin kehilanganafinitasnya terhadap reseptor transferin sehinggaterlepas dari membran endosom. Hal inimemungkinkan apotransferin dan reseptortransferin bisa digunakan kembali (Beutler at al,2000; Hoffman, 2000).

Pengaturan, Penyimpanan dan Ambilan BesiSeluler

Di dalam sel, IRP-1 dan IRP-2 tersedia untukmengatur penyimpanan dan ambilan besi melaluipengontrolan translasi untuk sintesis reseptortransferin dan feritin. Sintesis reseptor transferindisesuaikan dengan jumlah citoplasmic transferinreseptor mRNA. Regio 3’ yang tidakditranslasikan (3’ UTR) dari reseptor transferinmRNA mengandung 5 IRE. Ikatan IRP denganIRE pada 3’ UTR memperlambat degradasi danmeningkatkan konsentrasi cytoplasmic transferrinreceptor mRNA serta jumlah sintesis reseptortransferin. Dengan meningkatnya jumlah reseptorsel, ambilan besi meningkat. Sintesis ferritindikontrol (tanpa mengubah jumlah ferritin yangada) dengan menekan translasi ferritin mRNA.Regio 5’ yang tidak ditranslasikan (5’ UTR) dariferritin mRNA mengandung IRE tunggal. Ikatanantara IRP-IRE menghentikan translasi ferritinmRNA sehingga sedikit ferritin yang diproduksidan sekuester besi dikurangi. Pengaturan besiintrasel dilakukan oleh IRP sehingga menghasilkanefek yang berlawanan terhadap sintesis reseptor

Page 5: Anemia Def.fe

5

transferin dan ferritin. Penurunan besi intraselulermenyebabkan peningkatan proporsi tingginyaafinitas IRP. Peningkatan IRP-IRE meningkatkanproduksi reseptor transferin tapi menurunkanferitin. Meningkatnya besi intrasel menyebabkanterangkainya 4Fe-4S dengan kehilangan aktivitasbinding IRP-1 dan untuk IRP-2 akanmenyebabkan proteolisis yang spesifik. SedikitIRP yang terikat IRE akan menurunkan produksireseptor transferin dan meningkatkan produksiferritin. Keseimbangan dan efek berlawanan inimengubah ambilan besi dan penyimpanannya olehIRP dalam rangka mempertahankan homeostasisbesi intraseluler tetap konstan dan dapatberrespon pada oksidatif stres serta inflamasi.IRP juga terikat pada Functional IRE pada 5’

UTR dari mRNA yang ada pada sintesis erytroid-specifik-d-amino levolinic acid (eALAS) danmitokondrial aconitase serta menghambatsintesisnya dibawah kondisi kekurangan besi,berkaitan dengan penggunaan besi dan energi seluntuk mengatur homeostasis besi (Beutler at al,2000; Hoffman, 2000).

Siklus Besi dalam TubuhKonsentrasi besi tubuh normal adalah 40-

50 mg Fe/Kg BB dimana laki-laki lebih besardari perempuan. Kebanyakan besi yang adaberupa senyawa dengan berikatan pada proteintertentu, bukan dalam bentuk logam bebas. Besiditransport dalam bentuk ikatan dengan transferinplasma dan transferin cairan ekstrasel. Jumlahbesi sekitar 5-6 mg Fe/Kg pada wanita, 10-12mg Fe/Kg pada laki-laki disimpan dalam bentukferritin dan hemosiderin, dalam hepatosit,makrofag dihati, sumsum tulang, limpa dan ototsebagai persiapan saat kehilangan darah (Bakta,2000).

Besi diet yang diserap usus kemudian diikatoleh transferin plasma. Pada laki-laki dewasadengan berat badan 70 kg, jumlah besi-transferindalam plasma sekitar 3 mg, meskipun besi harianyang ditransport melalui cara ini lebih dari 30 mg.Sebagian besar besi ± 24 mg/hari berada diprekursor erythroid sumsum tulang, dan sebagian

besar dari jumlah ini yaitu sekitar 17 mg/harimenjadi hemoglobin di dalam erithrosit disirkulasiyang nantinya akan dikatabollisme oleh makrofagdalam sumsum tulang, limpa dan hati. Besikemudian dilepaskan dari hemoglobin dankembali ke transferin plasma. Beberapa dari besidalam erythroid sumsum tulang sekitar 7 mg Fe/hari dikatabolisme langsung oleh makrofagkarena fagositosis pada prekursor erythroid yangterganggu atau perpindahan dari feritin erytrositmenyebabkan makrofag mengembalikan besi ketransferin plasma ± 22 mg Fe/hari. Besi dalamerytron yang mengalami pergantian berasal daribeberapa besi yang baru diabsorpsi dari GI tractdan dari fraksi minor sekitar 2 mg Fe/hari besiHb yang masuk ke plasma melalui enukleasinormoblas atau hemolisis intravaskuler.Selanjutnya akan terikat dengan haptoglobin/hemopexin dan dihantarkan ke hepatosit(Andrew, 1999).

Keseimbangan Besi dalam TubuhKeseimbangan besi ditentukan oleh

perbedaan antara asupan besi dan keluaran besidari tubuh. Jika persediaan besi tubuh menurunmaka absorpsinya meningkat, sebaliknyaabsorbsi akan meningkat jika persediaan besitubuh menurun. Besi yang diserap usus ataudikeluarkan setiap hari berkisar antara 1-2 mg.Besi heme dan nonheme diabsorpsi melalui brushborder pada usus kecil bagian atas. Absorpsi besiyang terkandung dalam diet, ditentukan olehjumlah dan bentuk besi, komposisi diet dan faktorgastro intestinal (GI tract). Besi heme biasanyaterkandung sedikit dalam diet namun absorpsinyasekitar 20-30%. Kebanyakan besi yangterkandung dalam diet berupa besi non hemeyaitu sekitar 90% dan absorpsinya dipengaruhioleh keseimbangan antara inhibitor sepertiphytate, tanat, fosfat dan ditingkatkan oleh asamamino dan asam askorbat. Biasanya kurang dari5% besi non heme yang terabsorpsi.Ketersediaan besi juga dipengaruhi oleh faktorgastrointestinal seperti sekresi gaster, gerakanusus dan akibat dari operasi atau penyakit usus.

Metabolisme Zat Besi pada Tubuh Manusia Seri Ani

Page 6: Anemia Def.fe

6

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Absorpsi besi diatur oleh sel mukosa usus kecilbagian proksimal. Regulasi mokusal dari absorpsibesi mungkin terjadi melalui satu atau lebihlangkah berikut ini yaitu: (1) mukosa mengambilbesi yang melewati vili dan membran, (2) retensibesi dalam mukosa, (3) pemindahan besi darisel mukosa ke plasma. Secara umum mekanismeabsorpsi besi melalui sel mukosa ini mampumemenuhi kebutuhan cadangan besi dan tingkateritropoesis dimana absorpsi meningkat jikacadangan besi menurun dan aktivitas eritropoesismeningkat. Sekitar 3,5mg Fe/hari diabsorpsi daridiet dengan bioavalaibilitas yang cukup dan padafase defisiensi besi Gambar 3. Keseimbanganbesi tubuh (Andrew, 1999) terdapat faktor yangmeningkatkan absorpsi besi (Andrew, 1999).Absorbsi Besi

Besi diet yang berasal dari makanan diserapdalam usus. Proses absorbsi besi dalam ususterdiri atas 3 fase yaitu fase luminal, fase mukosaldan fase sistemik atau korporeal (Bakta, 2000).

Pada fase luminal ikatan besi dari bahanmakanan dilepaskan atau dirubah menjadi bentukterlarut dan terionisasi. Kemudian besi dalambentuk feri (Fe3+) direduksi menjadi bentuk fero(Fe2+) sehingga siap diserap usus. Dalam prosesini getah lambung dan asam lambung memegangperanan penting. Absorbsi paling baik terjadipada duodenum dan jejenum proksimal. Hal inidihubungkan dengan jumlah reseptor pada

permukaan usus dan pH usus. Di dalam usus,besi akan dibedakan menjadi besi non haem danbesi haem. Kedua jenis besi ini mempunyai sifatsangat berbeda. Besi haem diserap secaralangsung, tidak dipengaruhi oleh bahanpenghambat atau pemacu dan presentaseabsorbsinya besar yaitu 4 kali dari besi non haem.Sedangkan absorbsi besi non haem sangatdipengaruhi oleh zat pengikat (ligand) yang dapatmenghambat ataupun memacu absorbsi.Senyawa besi haem terdapat dalam daging, ikandan hati. Besi haem ini diserap secara utuh dansetelah berada dalam epitel usus (enterosit) akandilepaskan dari rantai porfirin oleh ensimhaemoxygenase, kemudian ditransfer ke dalamplasma atau disimpan dalam ferritin. Persentasebesi yang diserap sangat tinggi yaitu 10-25%.Penyerapan besi non haem sangat dipengaruhioleh adanya zat-zat yang mempertahankan besitetap dalam keadaan terlarut. Bahan ini disebutzat pemacu atau promoter atau enhancer.Sedangkan zat penghambat atau inhibitor adalahzat yang membentuk kompleks yang mengalamipresipitasi sehingga besi sulit diserap. Bahan-bahan yang bekerja sebagai pemacu utama ialah.daging, ikan dan hati, asam askorbat atau vitaminC.

Beberapa bahan yang terdapat dalam dagingyang dikenal sebagai meat factor seperti asamamino, cysteine dan glutathion dapat

Gambar 3. Keseimbangan besi tubuh (Andrew, 1999)

Page 7: Anemia Def.fe

7

meningkatkan absorbsi besi melaluipembentukan soluble chelate yang mencegahpolimerisasi dan presipitasi besi. Asam askorbatmerupakan bahan pemacu absorbsi yang sangatkuat yang berfungsi sebagai reduktor yang dapatmengubah feri menjadi fero, mempertahankan pHusus tetap rendah sehingga mencegah presipitasiferi dan bersifat sebagai monomeric chelatoryang membentuk iron-ascorbate chelate yanglebih mudah diserap. Zat penghambat absorbsibesi sebagian besar terdapat dalam makananyang berasal dari tumbuh-tumbuhan.Penghambat paling kuat ialah senyawa polifenolseperti tanin dalam teh. Teh dapat menurunkanabsorbsi sampai 80 % sebagai akibatterbentukknya kompleks besi-tanat. Kopi jugamengandung polipenol tetapi dalam jumlah yanglebih sedikit dibandingkan dengan teh. Bahanpenghambat lain ialah phytate, bekatul, kalsium,posfat, oksalat dan serat (fibre) yang dapatmembentuk kompleks polemer besar.

Fase absorbsi yang ke dua adalah fasemukosal. Pada fase mukosal besi diserap secaraaktif melalui reseptor. Jika dosis terlalu besarbesi akan masuk secara difusi pasif. Dalam selenterosit besi akan diikat oleh suatu karier proteinspesifik dan ditransfer melalui sel ke kapiler ataudisimpan dalam bentuk feritin dalam enterositkemudian dibuang bersamaan dengandeskuamasi epitel usus. Susunan karier proteinini belum diketahui dengan pasti. Ada yangmenduga sebagai suatu transferin like protein.Pada fase sistemik (korporeal) besi yang masukke plasma diikat oleh apotransferin menjaditransferin dan diedarkan ke seluruh tubuh,terutama ke sel eritroblast dalam sumsum tulang.Semua sel mempunyai reseptor transferin padapermukaannya. Transferin ditangkap olehreseptor ini dan kemudian melalui prosespinositosis (endositosis) masuk dalam vesikel(endosome) dalam sel. Akibat penurunan pH,besi, transferin dan reseptor akan terlepas dariikatannya. Besi akan dipakai oleh sel sedangkanreseptor dan transferin dikeluarkan dan dipakaiulang.

Besar kecilnya penyerapan besi oleh ususditentukan oleh faktor intraluminal dan faktorregulasi eksternal. Faktor intraluminal ditentukanoleh jumlah besi dalam makanan, kualitas besi(besi haem atau non haem), perbandingan jumlahpemacu dan penghambat dalam makanan.Faktor regulasi luar ditentukan oleh cadanganbesi tubuh dan kecepatan eritropoesis.

Gangguan Metabolisme BesiAnemia diakibatkan oleh karena

berkurangnya penyediaan besi atau gangguanutilisasi besi dalam susmsum tulang. Anemiahipokromik mikrositer dengan gangguanmetabolisme besi merupakan penyebab anemiapaling sering dijumpai baik dalam praktek klinikmaupun di lapangan (Bakta, 2000). Salah satuanemia yang termasuk dalam anemia ini adalahanemia defisiensi besi.

Patogenesis anemia defisiensi besi diawalidengan adanya perdarahan menahun. Perdarahanmenahun menyebabkan kehilangan besi sehinggacadangan besi makin menurun. Jika cadangankosong maka keadaan ini disebut iron depletedstate. Apabila kekurangan besi berlanjut terusmaka penyediaan besi untuk eritropoesisberkurang sehingga menimbulkan gangguan padabentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belumterjadi atau sering disebut iron deficienterythropoiesis. Selanjutnya muncul anemiahipokromik mikrositer yang disebut irondeficiency anemia (Bakta, 2000).

KESIMPULANMetabolisme zat besi pada tubuh manusia

sudah sangat berimbang antara yang diserap danyang dikeluarkan. Namun beberapa faktor dapatmenyebabkan adanya gangguan metabolismebesi diantaranya adalah kurangnya sediaan zatbesi tubuh, ganguan utilisasi besi dalam sumsumtulang yang dapat mengakibatkan keadaankekurangan besi tubuh dan atau anemia.

Metabolisme Zat Besi pada Tubuh Manusia Seri Ani

Page 8: Anemia Def.fe

8

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

SARANSetiap orang memiliki kemungkinan untuk

mengalami gangguan metabolisme besi sehinggadeteksi dini perlu diupayakan secara teraturterhadap timbulnya tanda atau gejala kekuranganatau kelebihan besi tubuh, terlebih lagi untukkelompok-kelompok tertentu yang memiliki satuatau lebih faktor risiko diantaranya adalahkelompok usia anak-anak, remaja putri, wanitadewasa dan wanita hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Allen LH, 1997. Pregnancy and Iron Deficiency:Unresolved Issues. Nutr Revs 55 (4): 91-101.

Andrews NC, 1999. Disorders of ironmetabolism. N Engl J Med 341:1986-90.

Baker WF, 2000. Iron deficiency in pregnancy.Hemat Onc Clin North Am 14 (5): 1061-77.

Bakta IM, 2000. Hematologi klinik ringkas.Percetakan Universitas UdayanaDenpasar.

Bakta IM, Widjana DP, dan Sutisna P, 1998.The prevalence of anemia of the ruralpopulation in Bali. J Ind Med Ass 1 (3):1-3.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2002. BaliDalam Angka. Badan Statistik Daerah,Denpasar.

Beard J and Tobin B, 2000. Iron status andexercise Am J Clin Nutr 72 (2): 594S-597s.

Bothwell TH, 1995. Overfiew and Mechanismof Iron Regulation. Nutr Rev 53: 237-45.

Brian S. Alper, Roger Kimber, Reddy AK, 2000.Using Ferritin Level to Determine Iron-Deficiency Anemia In Pregnancy. J FamPract 14 (4): 27-29.

Brose MS, 2003. Ferritin. Midline Plus. MedicalEncyclopedia: 1-3.

Brunner,1996. Benefits of iron? Even in theabsence of anaemia, iron supplementationimproves some aspects of cognitive

functioning in iron-deficient adolescentgirls. Lancet 348 (9033): 240-45.

Carriaga NT, Skikne DS, Finley D, Cutler D,Cook J, 1991. Serum TransferringReceptor for the Detection of IronDefiency in Pregnancy. Am J Clin Nutr 54:1077-81.

Conrad ME, 2003. Iron deficiency anemia. EMed com, Inc. (17): 267-69.

Cuningham FG, Gant NF, Leveno, KJ, et al,2001. Williams Obstetrics 21st edition,Mcgraw-Hill Medical Publising Div, NewYork: 1310-23.

Blight G, Sadler S, Helman T, 1993. Definitionand Laboratory Assessement of IronStatus. In: Iron Status and [email protected] : 1-5.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2000. Pedoman pemberian tablet besi folatdan sirop besi bagi petugas. Dekpes:1-16.

Ernawati F, Rosmalina Y, Herman S, 2001.Kebutuhan ibu hamil akan tablet besi untukpencegahan anemia. Pen Gizi danMakanan (24): 69-70.

Ezzati M, Hoorn SV, Rodgers A, et al., 2003.Estimates of global and regional potentialhealth gains from reducing multiple majorrisk factors. Lancet 362: 271-80.

Garcia OP, Diaz M, Rosado JL, Lindsay H,2003. Ascorbic acid from lime juice doesnot improve the iron status of iron-deficientwomen in rural Mexico. Am J of Clin Nutr78 (2): 267-73.

Gary M, Hoffman B, 2000. Disorders of IronMetabolism: Iron Deficiency andOverload in: Hematology Basic Principlesand Practice, 3rd ed. Mosby, Inc : 245-47.

Ghattas H, Fulford T, Prentice A, 2003. Effectof moderate anaemia on later mortality inrural African children. Lancet 361 (9374):49-51.

Hallberg L, Huthen L, 2000. Prediction of dietaryiron absorption: An algorithm forcalculating absorption and bioavailability

Page 9: Anemia Def.fe

9

of dietary iron. Am J of Clin Nutr 71(5):1147-60.

Hamadani JD, Fuchs GJ, Osendarp SJM, et al.,2002. Zinc supplementation duringpregnancy and effects on mentaldevelopment and behaviour of infants: afollow-up study. Lancet 360: 290-94.

Higgins C,1995. Deficiency testing for iron,vitamin B12 and folate. Nurs Times91(22):38-9.

Hoffman, 2000. Iron metabolism, Basic Principleand Practice 3rd ed, Churchill Livingstone,Inc: 399-45.

Hindmarsh MP, Geary P, Rodeck CH, JacksonMR, Kingdom JCP, 2000. Effect of earlymaternal iron stores on placental weightand structure. Lancet 356 (9231): 719-23.

Ioannou GN, Spector J, Scott K, Rockey DC,2002. Propestive evaluation of a clinicalguideline for the diagnosis andmanagement of iron deficiency anemia. AmJ Med 113 (4): 281-87.

Jenkins DT, Wishart MM, Schenberg C., 1978.Serum ferritin in pregnancy. Aust N Z JObstet Gynaecol 18(4):223-5.

Jeffrey R, Backstrand JR, Allen LH, Black AK,de Mata M, Gretel H, 2002. Diet and ironstatus of nonpregnant women in ruralCentral Mexico. Am J Clin Nutr 76(1):156-164.

Ma A, Chen X, Zheng M, Wang Y, Xu R, Li J,2002. Iron status and dietary intake ofChinese pregnant women with anaemia inthe third trimester. Asia Pacific J Clinl Nutr11; 171-4.

Mendoza C, Fernando E, Viteri FE, BoLönnerdal , Raboy V, Young KA, Kenneth

H, 2001. Absorpsion of iron. Am J ClinNutr 73 (1): 80-85.

Monsen EL, 1999. The ironis of iron. Am J ClinNutr 69 (5): 831-32.

Muhilal, Suamrno I, Komari, 2004. Review ofsurveys and supplementation studies ofanemia in Indonesia.

Newton E and Eckstein M, 2002. ChronicMedical Illness During Pregnancy. In:

Marx Rosen’s Emergency Medicine: Conceptsand Clinical Practice, 5th ed., Mosby, Inc.:2434-5.

Purwani RD dan Hadi H, 2002. Pengaruhpemberian pil besi folat dan pil vitamin Cterhadap perubahan kadar hemoglobinanak Sekolah Dasar yang anemia di desanelayan Kabupaten Rembang. J KedoktYarsi; 10 (3): 8-15.

Ross J, Horton S, 1998. Economic consequenof iron deficiency, ISBN pp 544.

Rush D, 2000. Nutrition and maternal mortalityin developing world. Am J Clin Nutr 72(1): 212S-240s.

Rustan E, Saidin M, Rosmalina Y, dkk, 2001.Pengaruh penambahan asam folat, vitaminB12, dan B6 pada pil besi terhadap kadarhomocystein plasma ibu hamil anemia. PenGizi dan Makanan (24): 44-50.

Sastromidjojo S, 2003. Anemia pada wanita,khususnya wanita hamil. MOGI suppl 12:2-5.

Thomas H, Bothwell, 2000. Iron Requirementin Pregnancy and Strategies to MeetThem. Am J Clin Nutr 72(1): 257S-264s.

WHO, 2002. Micronutrient deficiencies batltlingiron deficiency anemia. http://www.who.int/nut/ida. htm.

Metabolisme Zat Besi pada Tubuh Manusia Seri Ani

Page 10: Anemia Def.fe

10

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

AKTIVITAS SITOKIN PROINFLAMASI AKIBATOLAHRAGA BERLEBIH

I Nyoman ArsanaProgram Studi Biologi FMIPA Universitas Hindu Indonesia, Jl. Sangalangit, Tembau

Denpasar, e-mail : [email protected]

ABSTRAKOlahraga dipandang sebagai suatu paradoks karena disatu sisi diyakini dapat meningkatkankesehatan dan kebugaran fisik, tetapi disisi lain berdampak buruk terhadap kesehatan. Selamaolahraga akan terbentuk Reactive Oxygen Species (ROS). ROS akan menyebabkankerusakan sel sehingga akan memicu respon inflamasi. Sel yang rusak dianggap sebagaiantigen dan diikat oleh antigen-presenting cell (APC) melalui Toll-like receptor-4 (TLR-4), kemudian mengaktivasi myeloid differentiation primaryresponse protein 88 (MyD88)sebagai domain sitoplasmiknya. MyD88 memicu serangkaian kaskade intraselluler yangterdiri dari IL-1 receptorassociated kinase (IRAK)-1 dan TNF-α receptor-associatedfactor (TRAF-6), selanjutnya mengaktivasi jalur mitogen-activated protein kinase (MAPkinase) atau NFκB pathway untuk menimbulkan ekspresi gen.Ekspresi gen terlihat dari adanya peningkatan sitokin proinflamasi (IL-1β, IL-6, TNFα)selama aktivitas olahraga, namun demikian Tumor necrosis factor (TNF-α) mengalamisedikit peningkatan dan terjadi hanya pada olahraga berlebihan dan dengan durasi lamaseperti lari marathon.

Kata kunci: olahraga, sitokin proinflamasi, Reactive Oxygen Species.

ABSTRACTSport is considered as paradox because in one side it is believed that sport couldenhance health and physical fitness, but in the other side it gives a negative effect onthe health. During sport activity, reactive oxygen species (ROS) is produced and willdamage cell. So it could be a trigger for inflammation responses. The damage cellwill act as antigen and it is bound by antigen-presenting cell (APC) via Toll-likereceptor-4 (TLR-4), and activate myeloid differentiation primary response protein 88(MyD88) as cytoplasmic domain. MyD88 triggers a series of intracellular cascadewhich is consisted of IL-1 receptor associated kinase (IRAK)-1 and TNF-α receptor-associated factor (TRAF-6), which then activate mitogen-activated protein kinase (MAPkinase) or NFκB pathway to produce gene expression. Gene expression is indicatedby the increase of proinflamation cytokine (IL-1β, IL-6, and TNF-α) during sportactivity. Even though, this tumor necrosis factor (TNF-α) is only slightly increase andcould only occur in over training and with prolonged sport activity, such as marathonrace.

Key words: Sport, proinflamation cytokine, Reactive Oxygen Species

PENDAHULUANOlahraga dipandang sebagai suatu paradoks

karena disatu sisi diyakini dapat meningkatkankesehatan dan kebugaran fisik, tetapi disisi lainberdampak buruk terhadap kesehatan. Penyakit

seperti kardiovaskuler, diabetes melitus,hipertensi, obesitas, osteoporosis, serta prosespenuaan dipercaya dapat dicegah melaluiaktivitas olahraga. Namun demikian, olahragadengan takaran berlebihan akan membahayakan

Page 11: Anemia Def.fe

11

karena melebihi kemampuan tubuh untukmentolerirnya sehingga justru akan menimbulkanberbagai macam gangguan kesehatan. Sementaraolahraga dengan takaran rendah belum mampumeningkatkan kesehatan dan kebugaran.

Pengaruh buruk dari olahraga tampak daribeberapa hasil penelitian. Pelatihan berlebih yangdilakukan oleh anggota tentara dapatmenyebabkan penurunan berat badan,peningkatan denyut nadi istirahat, penurunantekanan darah (sistolik dan diastolik), penurunankadar Hb, peningkatan kadar leukosit,kerusakan jaringan (Arifin, 2005), penurunankonsentrasi spermatozoa sampai 61,8 % danmotilitasnya sampai 72,3 % (Binekada , 2002),peningkatan limfosit darah, penurunan populasilimfosit dewasa, muda serta sel leukosit lain padalien (Jawi, 2002). Pada pemain hanball yangdilatih dalam waktu pendek tampak menunjukanadanya stres oksidatif akibat peningkatan totaloksidative status (TOS) dan penurunan totalantioxidant capacity (TAC) secara nyata(Kurkcu, 2010). George & Osharechiren (2009)juga telah melaporkan terjadinya peningkatanstres oksidatif pada peserta pelatihan maksimal,yang ditandai dengan peningkatan lipidhidroperoksida.

Selama olahraga terbentuk radikal bebas(ROS atau Reactive Oxygen Species) sebagaibagian integral dari proses oksidasi fosforilasidalam rantai transport elektron padamitokondria, untuk membentuk ATP. Hal ituberarti bahwa semakin berat aktivitas olahraga,semakin banyak radikal bebas yang terbentuk.Radikal bebas telah diyakini menimbulkanterjadinya peroksidasi lipid membran sel(Setiawan & Suhartono, 2007; Golden, 2009;Khotari et al., 2010; Ngurah, 2007), kerusakanDNA dan apoptosis (Khotari et al., 2010),sehingga berdampak sangat luas pada tubuhseperti terjadinya kanker dan penyakit-penyakitkronis (Waris & Ahsan, 2006).

Walaupun pembentukan radikal bebas akandinetralisir oleh antioksidan endogen sepertiglutathione peroksidase (GSH), catalase,

NADPH, superoxide dismutase (SOD), tetapijika produksi radikal bebas melebihi kemampuanantioksidan untuk menetralisirnya maka akanterjadi stres oksidatif (Prangdimurti, 2007;Winarsi, 2007). Radikal bebas mempengaruhiekspresi gen yang bertanggungjawab terhadappembentukan enzim antioksidan, cytokin,kemokin dan faktor transkripsi (Ji, et al., 2008;Ji, 2008).

Disamping itu, olahraga berlebih dapatmenimbulkan kerusakan pada jaringan otot, halini analog dengan respon fase akut pada inflamasiyang ditimbulkan oleh adanya infeksi. Kejadianserupa tersebut meliputi mobilisasi dan aktivasileukocyte, induksi respon fase akut, peningkatanproduksi sitokin proinflamasi, infiltrasi seluler sertakerusakan jaringan. Namun demikianvasodilatasi, disfungsi organ dan agregasileukocyte tidak terjadi pada aktivitas fisik berat(Said et al., 2005).

Aktivitas olahraga yang digambarkan denganadanya peningkatan stres oksidatif, ketersediaanglukosa yang rendah, glikogen, katekolamin,peningkatan level kalsium intraseluler,hyperthermia, dan ischemia-reperfusi, mampumenginduksi heat shock protein (HSPs), padagilirannya akan mengaktivasi sintesis sitokinproinflamasi (Pedersen & Febraio, 2008). Jalurutama aktivasi tersebut diantaranya melalui NFκBdan MAP kinase pathways (Ji, et al., 2008).

Tulisan ini akan membahas pengaruholahraga terhadap aktivitas sitokin proinflamasi.

PEMBAHASANReactive Oxygen Species (ROS)

ROS (Reactive Oxygen Species) terbentuksebagai produk samping selama reaksi oksidasifosforilasi dalam rantai transport elektron padamitokondria. Oksidasi fosforilasi bertujuan untukmembentuk energi dalam bentuk ATP.Pembentukan ATP tersebut membutuhkan O

2,

tetapi tidak semua O2 berikatan dengan hidrogen

untuk membentuk air, sekitar 4-5 % berubahmenjadi radikal bebas (Ngurah, 2007; Marciniaket al., 2009).

Aktivitas Sitokin Proinflamasi Akibat Olahraga Berlebih Arsana

Page 12: Anemia Def.fe

12

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Satu molekul oksigen akan direduksimenjadi 2 molekul air. Reduksi tersebutdilakukan dengan mentransfer 4 elektron. Tetapitransper elektron tersebut berlangsung 4 tahapan.Hal ini terjadi karena 2 elektron yang tidakberpasangan pada molekul oksigen terletak padaorbit yang berbeda dan menunjukan angkaputaran quantum yang sama, padahal untukmembentuk ikatan kovalen 2 elektron harusterletak pada orbit yang sama dan menunjukanputaran yang berlawanan. Dengan demikianmaka oksigen hanya mampu menerima elektrontahap demi tahap dan hanya 1 elektron tiaptahapnya. Pemindahan elektron yang tidaksempurna tersebut mengakibatkan terbentuknya

ROS (Winarsi, 2007). Elektron pertama akanmereduksi oksigen untuk membentuk anionsuperoxide ( O

2-•), kemudian reduksi berikutnya

akan membentuk hydrogen peroxide (H2O

2)

dan hydroxyl radical (OH•), elektron terakhirmereduksi hydroxyl radical menjadi air(Marciniak et al., 2009 ).

Radikal bebas telah diyakini menimbulkanterjadinya peroksidasi lipid membran sel(Setiawan & Suhartono, 2007; Golden, 2009;Khotari et al., 2010; Ngurah, 2007), kerusakanDNA dan apoptosis (Khotari et al., 2010).Peroksidasi lipid terjadi melalui beberapatahapan reaksi yaitu inisiasi, propagasi danterminasi :

Lipid (LH) penyusun membran sel biasanyaberupa asam lemak tak jenuh ganda. Peroksidasidimulai (inisiasi) dari abstraksi atom hidrogenpada gugus metilen oleh ROS membentuk radikalkarbon (L•). Apabila radikal karbon bereaksidengan oksigen maka akan terbentuk radikalperoksil (LOO•). Reaksi berikutnya adalahabstraksi atom hidrogen lipid lain oleh radikalperoksil membentuk lipid hidroperoksida yangbersifat sitotoksik (LOOH), sehingga terjadireaksi berantai. Reaksi akan berakhir (terminasi)jika radikal karbon yang terbentuk pada tahapinisiasi ataupun radikal lain yang terbentuk padareaksi propagasi bereaksi dengan radikal lainmenjadi produk non radikal (Setiawan &Suhartono, 2007).

Peroksidasi lipid tampak meningkat setelahmelakukan aktivitas fisik, tetapi pelatihan olahragasecara rutin dengan intensitas sampai 70 % daridenyut jantung maksimal dapat menurunkanperoksidasi lipid secara nyata (Castro, 2009).Pada olahragawan yang berlatih secara rutin

menunjukan stres oksidatif lebih rendah dari padanon olahragawan (Valado et al., 2007). Pelatihanaerobik 5 kali perminggu dengan intensitas 50-60 % dari kemampuan maksimum selama 13minggu dapat meningkatkan aktivitas enzimantioksidan catalese, glutathion peroxidase danMnSOD otot soleus pada tikus muda, sedangkanpada tikus tua tidak, yang mengindikasikanbahwa pelatihan olahraga dapat menurunkanstres oksidatif (Lambertucci et al., 2007).

Pembentukan sitokin selama olahragaPeroksidasi lipid oleh ROS, yang terbentuk

selama olahraga, mengakibatkan sel menjadirusak. Sel yang rusak akan dikenal sebagaiantigen oleh APC (antigen-presenting cell).Antigen tersebut akan diikat oleh reseptorpermukaan sel APC (toll-like receptor). APCjuga dapat mengenal antigen melalui endocyticpattern recognition receptors (EPRRs)kemudian disajikan kepada sel T melalui molekulmajor histocompatibility complex (MHC) klas

LH + oksidan L• + oksidan-H (inisiasi)

L• + O2 LOO• (propagasi)

LOO• + LH L• + LOOH (propagasi)

L• + L• produk non radikal (terminasi)

L• + LOO• produk non radikal (terminasi)

Page 13: Anemia Def.fe

13

II. Mekanisme tersebut diilustrasikan padaGambar 1.

Antigen yang telah berikatan dengan Toll-like receptor-4 (TLR-4) mengaktivasi myeloiddifferentiation primaryresponse protein 88(MyD88) pada domain sitoplasmiknya. MyD88memicu serangankaian cascade intraseluler yang

terdiri dari IL-1 receptorassociated kinase(IRAK)-1 dan TNF-α receptor-associatedfactor (TRAF)-6. Selanjutnya mengaktivasi jalurNFκB atau MAP kinase (Pedersen &Febraio,2008). Aktivasi tersebut akan memicuekspresi gen untuk memproduksi sitokinproinflamasi. Mekanisme pengenalan antigenmelalui TLR-4 diilustrasikan pada Gambar 2.

Aktivitas Sitokin Proinflamasi Akibat Olahraga Berlebih Arsana

Page 14: Anemia Def.fe

14

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

MAP Kinase pathway.Mitogen-activated protein (MAP) kinase

mempunyai hirarki yang komplek yangmencakup extracellular signal-regulatedkinase (ERK), c-Jun amino-terminal kinase(JNK) dan p38MAP-Kinase (Ji, et al., 2008).MAP-kinase diaktifkan oleh protein Ras. Rasmerupakan anggota famili 21-kD guaninenucleotide-binding proteins yang terlibat dalamaktivasi berbagai tipe sel. Ras terikat secarakovalen dengan lipid membran sel. Dalamkeadaan bentuk tidak aktif, guanine nucleotide-binding site Ras digantikan oleh guanosinediphosphate (GDP). Ketika ikatan GDP digantioleh guanosine triphosphate (GTP), Rasmengalami perubahan konformasi dan dapatmengaktifkan berbagai enzim seluler, diantaranyaMAP-kinase (Abbas & Lichtman, 2005).

MAP-kinase cascade meliputi tiga enzimutama diantaranya extracellular signal-regulated kinase (ERK) yang akan mengaktifkanenzim yang disebut protein ELK dalam cascadeberikutnya, dan ELK akan mengaktifkan fosyaitu suatu komponen dari activation protein-1 (AP-1) transcription factor. Pada bagian

cascade yang lain, anggota famili enzim MAP-kinase yang disebut c-Jun N-terminal kinase(JNK) juga diaktifkan oleh protein Rac. Rac jugamerupakan anggota dari famili 21-kD guaninenucleotide-binding protein yang mengalamimekanisme sama dengan protein Ras. JNK jugadikenal sebagai stress-activated protein (SAP)kinase karena pada banyak sel distimulasi olehberbagai faktor seperti sinar ultraviolet, stresosmotik, sitokin proinflammasi (TNF dan IL-1).JNK kemudian mengaktivasi c-Jun, komponenkedua dari AP-1 transcription factor. AnggotaMAP-kinase yang lain adalah P38 juga diaktivasioleh Rac.GTP dan pada gilirannya akanmengaktifkan transcription factor (Abbas &Lichtman, 2005). Aktivasi melalui MAP kinasepathway digambarkan pada Gambar 3 dan 4.

NF-kB pathwayNuclear factor-kappa B (NFκB)

merupakan transcription factor yang mengaturekspresi banyak gen yang terlibat dalam responimun dan inflamasi. NFκB terdiri dari dua subunit yaitu p65 (RelA) dan p50 (NFκB1). Dalamkondisi tidak aktif, di sitoplasma, NF-κB

Page 15: Anemia Def.fe

15

berikatan dengan inhibitornya (inhibitory-κB /IκB) (Durham et al., 2004).NFκB dapat diaktifkan oleh berbagai stimulaneksternal seperti ROS (H

2O

2), sitokin pro-

inflamasi (IL-1, IL-6, TNFα) lipopolisakarida(LPS) dan phorbol ester. Stimulan tersebutmengaktifkan enzim yang bertanggungjawabterhadap proses fosforilasi IκB, yaitu IκB kinase(IKK) sehingga IκB terdegradasi. Degradasi dariIκB mengakibatkan NFκB menjadi aktif,kemudian mengalami translokasi menuju inti seluntuk mengatur ekspresi gen (Ji, et al., 2008;Abbas & Lichtman, 2005). NFκB akanmengatur ekspresi gen yang bertanggungjawabterhadap pembentukan MnSOD, GCS,inducible NOS (iNOS), cyclooxygenase-2(COX-2), vascular cell adhesion molecule-1(VCAM-1) dan beberapa sitokin. Jadi gentersebut terlibat dalam berbagai fungsi tubuhseperti pembentukan antioksidan, imunitas,inflamasi, anti-apoptosis (Ji, et al., 2008).Aktivasi melalui NFκB pathway dilukiskan padaGambar 4.

Tumor Necrosis Factor (TNF).TNF merupakan mediator utama dari respon

inflamasi akut terhadap bakteri gram negatif danlainya serta bertanggungjawab terhadap banyak

peristiwa sistemik. TNF juga disebut TNF- αuntuk membedakannya dari TNF-α ataulymphotoxin. TNF terutama diproduksi olehmononuclear phagocyte. Disamping itu jugadihasilkan oleh sel T, sel NK, serta sel mast.Dalam aksinya TNF berfungsi untuk merangsangrecruitment neutropfil dan monosit ke tempatinfeksi dan mengaktifkan sel tersebut untukeradikasi mikroba. Untuk tujuan tersebut TNFbertindak sebagai mediator beberapa peritiwayaitu; merangsang sel endothelial vaskuler untukmengekspresikan molekul adhesi (E-selectin danligand yaitu VCAM-1 dan ICAM-1) sehinggapermukaan endothelial adesif terhadap leukocyte;merangsang sel endothelial dan macrophageuntuk mensekresikan chemokine yang akanmeningkatkan afinitas integrin leukocyte terhadapligannya serta menginduksi recruitment dankemotaksis leukocyte serta mempengaruhimacrophage untuk mensekrsi IL-1; merangsangaktivitas neutrofil dan macrophage untukmelakukan eradikasi antigen. Mekanismemobilisasi leukocyte ke tempat terjadinya infeksidigambarkan pada Gambar 5 (Abbas &Lichtman, 2005).

Jika rangsangan untuk memproduksi TNFcukup kuat maka jumlah sitokin tersebut juga

Aktivitas Sitokin Proinflamasi Akibat Olahraga Berlebih Arsana

Page 16: Anemia Def.fe

16

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

besar dan memasuki pembuluh darah sertabertindak sebagai hormon endokrin (Abbas &Lichtman, 2005).

Kadar TNFα dalam plasma tampakmeningkat selama melakukan aktivitas olahragamaksimal sebagai respon terhadap adanyakerusakan jaringan (Said et al., 2005;Denguezli-Bouzgarrou et al., 2006;Farhangimaleki et al., 2009). Namun demikian,peningkatn TNF-α dalam jumlah kecil dan hanyaterjadi pada olahraga berlebihan dan dengandurasi lama seperti lari marathon, jikadibandingkan dengan kadar IL-6 yangpeningkatannya 100 kali lipat (Gambar 6)

(Pedersen, 2000; Pedersen & Febraio, 2008).Sebelumnya Puglisi & Fernandez (2004) telahmelaporkan bahwa peningkatan kadar TNFαhanya terjadi pada olahraga berat (lari marathon).Selama lari marathon terjadi penurunan alirandarah pada splanchic yang dapat menyebabkankeadaan ischemia sehingga bakteri ususmengalami translokasi dan pada gilirannyamenimbulkan respon inflamasi. Gleeson (2007)juga melaporkan hal yang sama bahwa olahragaekstrim (lari marathon) dapat meningkatkaninsiden infeksi sehingga tampak ada peningkatankadar TNF α.

Page 17: Anemia Def.fe

17

INTERLEUKIN-1 (IL-1)

Secara prinsip fungsi IL-1 mirip dengan TNFyaitu sebagai mediator respon inflamasi terhadapinfeksi dan antigen lainnya. IL-1 terutamadiproduksi oleh mononuclear phagocyte yangdiinduksi oleh produk bakteria seperti LPS dansitokin lainnya seperti TNF. Juga diproduksi olehneutrophils, sel epithelial (keratinocyte) dan selendothelial. Ada dua bentuk IL-1 yaitu IL-1αdan IL-1β, dengan homologi kurang dari 30%satu sama lainnya, tetapi berikatan pada reseptorpermukaan sel yang sama dan menjadi mediatoraktivitas biologi yang sama. Sebagian besar IL-1 yang ditemukan dalam sirkulasi adalah IL-1β(Abbas & Lichtman, 2005).

Dua reseptor membran yang berbeda untukIL-1 telah diidentifikasi dan keduanya merupakananggota superfamili Ig. Reseptor tipe Idiekspresikan oleh hampir semua tipe sel danmerupakan reseptor utama untuk IL-1. Reseptortipe II diekspresikan pada sel B yang secarakompetitif menghambat ikatan IL-1 pada reseptortipe I. Bagian sitoplasmik reseptor tipe I homologdengan domain dari Toll-like receptors, yangterlibat dalam pertahanan melawan infeksi. IkatanIL-1 pada reseptor tipe I menimbulkan aktivasisuatu kinase yang disebut IL-1 receptor-associated kinase (IRAK) dan akhirnyamengaktivasi NF-κB dan AP-1 transcriptionfactors (Abbas & Lichtman, 2005).

IL-1 mempunyai efek yang mirip denganTNF dan tergantung pada kadar yang diproduksi.Pada konsentrasi rendah IL-1 berfungsi sebagaimediator inflamasi lokal dengan mempengaruhisel endothelial untuk meningkatkan ekspresimolekul adhesi. Tetapi pada konsentrasi tinggiIL-1 akan masuk ke aliran darah dan bertindaksebagai endokrin, bersama TNF akanmenimbulkan demam, menginduksi sintesisprotein fase akut oleh hati, dan menimbulkancachexia (Abbas & Lichtman, 2005).

Aktivitas IL-1β setelah olahraga tampakmeningkat dalam plasma sebagai responterhadap adanya kerusakan jaringan (Said et al.,2005; Denguezli-Bouzgarrou et al., 2006;

Farhangimaleki et al., 2009). Respon sitokinproinflamasi (IL-1β) pada olahraga mirip denganmekanisme demam karena infeksi, dimana terjadipeningkatan temperatur tubuh pada subyek yangmelakukan olahraga jika dibandingkan denganyang tidak, dan dapat diidentifikasi denganadanya peningkatan sitokin proinflamsi (IL-1β)dan penurunan sitokin antiinflamasi (IL-10)(Rowsey et al., 2009).

INTERLEUKIN-6 (IL-6)IL-6 disintesis oleh mononuclear

phagocyte, sel endothelial pembuluh darah,fibroblast, serta sel lainnya dalam meresponterhadap mikroba dan sitokin lain (IL-1 andTNF). Reseptor IL-6 terdiri dari sebuahcytokine-binding protein dan subunit signal-transducing, keduanya termasuk ke dalam familireseptor sitokin tipe I. Subunit signal-transducing disebut gp130 yang mengaktivasijalur sinyal JAK/STAT (Abbas & Lichtman,2005).

IL-6 mempunyai beberapa macam fungsidiantaranya; merangsang sel hepatocytemensintesis acute-phase protein (APP) yangberperan dalam respon fase akut dalam inflamasi,merangsang pembentukan neutrofil dariprogenitornya dalam sumsum tulang. Jugamerangsang perkembangan limfosit B, myeloma,serta meningkatkan perkembangan sel hybridomadalam memproduksi antibodi monoklonal(Abbas & Lichtman, 2005).

Selama olahraga tampak ada peningkatankadar IL-6 dalam plasma (Said et al., 2005;Denguezli-Bouzgarrou et al., 2006;Farhangimaleki et al., 2009). Sel otot skeletmampu memproduksi IL-6 sebagai responterhadap berbagai macam rangsangan seperilipopolisakarida (LPS), reactive oxygen species(ROS), sitokin proinflamasi (TNF-α, IL-1β).Peningkatan konsentrasi IL-6 dalam plasmaselama latihan otot, diikuti oleh munculnya IL-1receptor antagonist (IL-1r a) dan sitokinantiinflamasi IL-10, kemokin, IL-8, macrophageinflammatory protein a (MIP-1a), dan MIP-

Aktivitas Sitokin Proinflamasi Akibat Olahraga Berlebih Arsana

Page 18: Anemia Def.fe

18

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

1β. Sementara Tumor necrosis factor (TNF-α) mengalami sedikit peningakatn hanya padaolahraga berlebihan dan dengan durasi lamaseperti lari marathon (Gambar 6 dan 7 )(Pedersen, 2000 ; Pedersen & Febraio, 2008).

Besar peningkatan konsentrasi IL-6tergantung pada jenis, intensitas dan durasiolahraga (Pedersen, 2000; Pedersen & Febraio,2008). Sumber utama pembentuk IL-6 adalahotot, karena itu semakin banyak masa otot yangterlibat, semakin berat jenis olahraga dan semakinlama olahraga itu berlangsung maka semakintinggi kadar IL-6 yang dapat dideteksi dalamplasma, dan lebih dari 50 % konsentrasi IL-6ditentukan oleh durasi olahraga. Namun demikianpelatihan olahraga yang teratur akan menurukankonsentrasi IL-6 jika dibandingkan dengan tanpa

pelatihan (Pedersen & Febraio, 2008;Farhangimaleki et al., 2009). Pada situasitersebut pelatihan otot akan mengurangiketergantungan terhadap glikogen otot sebagaisumber energi karena pelatihan akanmeningkatkan sensitivitas jaringan lemakterhadap epineprin sehingga meningkatkanlipolisis, meningkatkan aktivitas enzim yangterlibat dalam b-oxidasi serta meningkatkanoksidasi triglyseride intramuskuler, dengandemikian maka kapasitas oksidasi lemakditingkatkan (Pedersen & Febraio, 2008),seperti diilustrasikan pada Gambar 8.

KESIMPULANSelama olahraga akan terbentuk Reactive

Oxygen Species (ROS). ROS akan

Page 19: Anemia Def.fe

19

menyebabkan kerusakan sel sehingga akanmemicu respon inflamasi. Sel yang rusak dianggapsebagai antigen dan diikat oleh antigen-presenting cell (APC) melalui Toll-likereceptor-4 (TLR-4), kemudian mengaktivasimyeloid differentiation primaryresponseprotein 88 (MyD88) sebagai domainsitoplasmiknya. MyD88 memicu serangkaiankaskade intraselluler yang terdiri dari IL-1receptorassociated kinase (IRAK)-1 dan TNF-α receptor-associated factor (TRAF-6),selanjutnya mengaktivasi jalur mitogen-activated protein kinase (MAP kinase) atauNFkB pathway untuk menimbulkan ekspresigen.

Ekspresi gen terlihat dari adanya peningkatansitokin proinflamasi (IL-1β, IL-6, TNFα) selamaaktivitas olahraga, tetapi Tumor necrosis factor(TNF-α) mengalami sedikit peningkatan danterjadi hanya pada olahraga berlebihan dandengan durasi lama seperti lari marathon.

DAFTAR PUSTAKAAbbas, A.K. dan A.H. Licthman. 2005. Cellular

and Molecular Immunology. 5th.ed. ElsevierInc. Pennsylvania.pp:243-273

Arifin, S. 2005. Pelatihan Pendidikan KomandoPaskhas TNI AU selama Delapan MingguMeningkatkan Kadar SGOT dan TidakMeningkatkan Kadar SGPT pada SiswaPendidikan Komando Paskhas TNI AUAngakatn XXIV TA. 2004. Tesis.Universitas Udayana. Denpasar.

Binekada, I.M.C. 2002. Pelatihan Berlebihmenurunkan Konsentrasi dan MotilitasSpermatozoa Mencit. Tesis. UniversitasUdayana. Denpasar.

Castro, M.A.C.de., F.F.C. Neto., L.M.C.Lima.,F.M. da Silva., R.J.de Oleiveira danZanesco. 2009. Production of Free radicaland Catalase Activity During Acute ExerciseTraining in Young Men. Biology of Sport26 (2) : 113 – 118

Dowling, D.K. dan L.W. Simmons. 2009Reactive oxygen species as universal

constraints in life-history evolution.Proceeding of the Royal Sociecty B 276,1737–1745

Denguezli-Bouzgarrou, M., M. B. Jabrallah ., S.Gaid., F. Slama., H.B. Saad dan Z. Tabka.2006. Effect of Brief Maximal Exercise OnInterleuikin-6 and Tumor Necrosis factor-alpha. Biology of Sport 23 (1) : 3-15

Durham, W.J., Yi-Ping Li., E. Gerken., M. Farid.,S.Arbogast., R.R. Wolfe dan M. B. Reid.2004. Fatiguing Exercise Reduces DNA-Binding Activity of NF-êB in SkeletalMuscle Nuclei. Articles in PresS. J ApplPhysiol (June 18, 2004). 10.1152/japplphysiol.00088.2004

Farhangimaleki, N., F.Zehsaz dan P.M. Tiidus.2009. The effect of tapering period onplasma pro-inflammatory cytokine levels andperformance in elite male cyclists. Journalof Sports Science and Medicine 8: 600-606

George, B. O., dan O. I. Osharechiren. 2009.Oxidative stress and antioxidant status insportsmen two hours after strenuous exerciseand in sedentary control subjects. AfricanJournal of Biotechnology Vol. 8 (3): 480-483

Gleeson, M. 2007. Immune function in sportand exercise. J Appl Physiol 103: 693–699.

Golden,N. 2009. Peroksidasi Lipid MembranSel Pascainjeksi FeCl3 IntrakortikalMeningkatkan Kejadian Kejang pada TikuwWistar Muda. Disertasi. UniversitasUdayana. Denpasar.

Jawi, I.M. 2002. Waktu pemulihan tiga harisetelah pemberian beban aktivitas fisikmasimal dapat mengembalikan keadaannormal dari gambaran histologis lien danlimfosit darah pada tikus putih. Tesis S-2.Program Pascasarjana UniversitasUdayana. Denpasar.

Ji, L.L., Z.Radak dan S. Goto. 2008. Hormesisand Exercise: How the Cell Copes withOxidative Stress. American Journal of

Aktivitas Sitokin Proinflamasi Akibat Olahraga Berlebih Arsana

Page 20: Anemia Def.fe

20

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Pharmacology and Toxicology 3 (1): 44-58.

Ji, L.L. 2008. Modulation of skeletal muscleantioxidant defense by exercise: Role ofredox signaling. Free Radical Biology &Medicine 44 : 142–152

Kothari, S., A. Thompson., A. Agarwal dan S.S.du Plessis. 2010. Free radical: TheirBeneficial and detrimental effects on SpermFunction. Indian Journal of ExperimentalBiology 48: 425 – 435

Kurkcu, R. 2010. The effects of short-termexercise on the parameters of oxidant andantioxidant system in handball players.African Journal of Pharmacy andPharmacology 4 (7) : 448-452.

Lambertucci, R.H., A.C.Levada-Pires., L.V.Rossoni., R. Curi., T.C. Pithon-Curi. 2007.Effects of aerobic exercise training onantioxidant enzyme activities and mRNAlevels in soleus muscle from young and agedrats. Mechanisms of Ageing andDevelopment 128 : 267–275.

Marciniak, A., J. Brzeszczyñska., K.GwoŸdziñski dan A. Jegier. 2009.Antioxidant capacity and Physical Exercise.Biology of Sport 26(3) :197-213

Ngurah, I.B. 2007. Peranan Antioksidan padaolah raga. Medicina 38 (1) : 3-6

Pedersen, B. K. dan L.Hoffman-Goezt. 2000.Exercise and the Immune System:Regulation, Integration, and Adaptation.Physiological Reviews 80 (3) : 1055 –1081.

Pedersen B.K. dan M.A. Febbraio. 2008.Muscle as an Endocrine Organ: Focus onMuscle-Derived Interleukin-6. Physiol Rev88 : 1379–1406.

Pedersen B.K. 2000. Exercise and cytokines.Immunology and Cell Biology 78, 532–535.

Puglisi, M.J dan M.L.Fernandez. 2008.Modulation of C-Reactive Protein, TumorNecrosis Factor-a, and Adiponectin by Diet,Exercise, and Weight Loss. Journal ofNutrition 138: 2293–2296.

Prangdimurti,E.2007. Metode EvaluasiAntioksidan Secara In Vitro dan In Vivo.Departemen Ilmu dan Teknologi PanganFak. Teknologi Pertanian. IPB. Available at.http://xa.yimg.com/kq/groups/20875559/1368419127/name /Topik9.pdf. akses:20/12/2010

Rowsey, P. J., B.L. Metzger., J.Carlson dan C.J.Gordon. 2009. Long-Term Exercise TrainingSelectively Alters Serum Cytokines Involvedin Fever. Biological Research for Nursing10 (4) : 374-380.

Said, M., Y. Feki., M. Hamza., S. Machghouldan M. Amri. 2005. Effect of Two Kondsof Exhaustive Maximal Exercise on Pro-inflammantory Cytokines Concentrations inTrained and Untrained Humans. Biology ofSport 22 (4) : 329-339

Setiawan, B. dan E. Suhartono. 2007.Peroksidasi Lipid dan Penyakit terkait StresOksidatif pada Bayi Prematur. Majalahkedokteran Indonesia 57 (1) : 10-14

Valado, A., L. Pereira., P.C. Tavares dan C. F.Ribeiro. 2007. Effect of the intense anaerobicexercise on nitric oxide and malondialdehydein studies of oxidative stress. InternationalJournal of Biology and BiomedicalEngineering 1 (1) : 32-26

Waris, G. dan H. Ahsan. 2006. Reactive OxygenSpecies: Role in The Development of cancerand Various Chronic Condition. Journal ofCarcinogenesis 5 (14) : 1-8

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami danRadikal Bebas. Potensi dan Aplikasinyadalam Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.

Page 21: Anemia Def.fe

21

AKTIVITAS SITOTOKSIK BEBERAPA EKSTRAK RUMPUT LAUTTERHADAP SEL MYELOMA NS-1

I Wayan SudiraLaboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB.

Sudirman Denpasar Bali 80232, e-mail [email protected]. Sudirman Denpasar Bali 80232

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari toksisitas ekstrak rumput laut terhadap kultur selmyeloma NS-1. Enam jenis ekstrak rumput dengan konsentrasi berbeda digunakan dalampenelitian ini. Penelitian menunjukkan efek sitotoksik terhadap viabilitas sel myeloma NS-1berbanding lurus, semakin besar konsentrasi ekstrak yang diuji semakin kecil viabilitas selmyeloma NS-1. Viabilitas sel myeloma NS-1 pada berbagai ekstrak rumput laut adalah sebagaiberikut; Ulva spp sebesar 33,98%, E cattoni 10 %, E spinosum 47,72 %, Gracilaria arcuataZanardini 47,83 %, Sargassum spp 30,05% dan Padina spp 21,52%. Mortalitas sel myelomaNS-1 paling tinggi pada jam ke-24.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstraksi terhadap enam jenis rumput laut menunjukkantoksisitas yang beragam terhadap kultur sel myeloma NS-1.

Kata Kunci : Rumput laut, sitotoksik, viabelitas , sel myeloma NS-1

ABSTRACTThe aim of this study was to assess the toxicities of sea weeds extract toward myelomacell culture NS-1. Six species of sea weeds extract was tested and found that sitotoxiceffect of the extract was lineary correlated to the concentration of extract; higherconcentration of extract resulted in the lower viability of the myeloma cell. Viability ofthe cell in diferent extract was varied i.e; 33,98%, 10 %, 47,72 %, 47,83 %, 30,05% and21,52% for Ulva spp, E cattoni, E spinosum, Gracilaria arcuata Zanardini, Sargassumspp, and Padina spp, respectedly. The highest mortaliry of myeloma cell was foundafter 24 hour. Conclusion of this research was six species of sea weeds extract shownvarious toxicities to myeloma cell culture NS-1

Key words: sea weeds, sitotoxicity, viability, myeloma cell NS-1,

PENDAHULUAN

Berbagai sumber daya hayati merupakanpotensi pembangunan yang sangat pentingsebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomibaru. Pemanfatan rumput laut oleh manusiadilakukan melalui kegiatan seperti ekstraksibahan – bahan bioaktif yang digunakan untukbahan industri farmasi dan kosmetika. Rumputlaut dimanfaatkan sebagai bahan baku dan bahantambahan untuk pembuatan makanan, obat-

obatan dan kosmetik (Brotowidjoyo et al.,1995, Apriliani et l., tth).

Sekitar 500 produk alami yang berasal darimakro alga laut telah diidentifikasi, danpersentase terbesar adalah berupa senyawabioaktif yang merupakan metabolit sekunder(Anggadiredja, 1994). Kemampuan rumput lautuntuk menghasilkan metabolit sekunder berupametabolit terhalogenisasi, dimungkinkan terjadikarena kondisi lingkungan yang mencekam(Putra, 2006), seperti terpenoid terhalogen padarumput laut dan aktogenin bromine sebagai

Page 22: Anemia Def.fe

22

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

antibiotika (Suptijah, 2002). Sidartha (2003)melaporkan ekstrak dari rumput laut mempunyaiaktivitas anti bakteri B. subtilis dan E. coli.Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupapolyfenol (Karou et al., 2005). Polyfenolmerupakan senyawa fenol terhidroksilasi sepertihidroksi koumarin hidroksianat serta turunannya,flavanol, flavanon, antosianin, proastosianin(tannin) hidroksistilben, auron, dan sebagainya.Senyawa bioaktif tersebut bersifat sitotoksikterhadap sel myeloma. Meskipun penemuan danpemakaian kemoterapi menunjang hasil yang baiktetapi efek sampingnya sangat besar. Aktivitasantikanker sangat luas dalam tumbuh-tumbuhan.Berbagai zat yang terkandung dari beberapatanaman yang berkhasiat sebagai anti kankertelah berhasil diisolasi. Praskrining aktivitassenyawa bioaktif tersebut terhadap ekstraktanaman menunjukan hasil positif (Mc.Laughlin,1991).

Salah satu kultur sel mamalia yang seringdigunakan dalam pengujian aktifitas anti kankersecara in vitro adalah sel myeloma. Sel meylomamerupakan salah satu jenis sel tumor hasiltransformasi sel-sel pembentuk antibodi yangakhirnya menjadi maligna dan dikenal sebagaiplasmositoma atau myeloma (Rodiguez danHaun, 1999 ; Indrawati,1999).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitoksisitas ekstrak rumput laut terhadap selmyeloma.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini terdiri dari tahapan ekstraksi

senyawa bioaktif enam jenis rumput laut yangdiambil dari pantai Pulau Serangan Kota MadyaDenpasar Bali, dilanjutkan dengan mengamatiaktivitas sitotoksiknya pada sel myeloma NS-1.

Ekstraksi senyawa bioaktifEkstraksi senyawa bioaktif dilakukan untuk

mengisolasi komponen bioaktif dari seluruhbagian sampel melalui perlakuan ekstraksi,sehingga mendapatkan ekstrak kasar.Pembuatan Larutan Induk

Ekstrak rumput laut sebanyak 160 gdimasukkan kedalam labu ukuran 5 ml,ditambahkan 0,5 ml DMSO steril sampai larut.Kemudian ditambahkan aquades steril sampai

garis tanda dan divortex sampai homogen.Larutan yang diperoleh disaring dengan membranfilter 0,45 µl, dimasukkan ke dalam tabungtertutup steril, konsentrasi larutan induk yangdiperoleh 32.000 ppm.

Larutan ujiKe dalam 5 buah tabung bertutup steril

ditambahkan 900 µl larutan DMEM 10 % sterilpada tabung 1. Pada tabung 2, 3, 4 dan 5ditambahkan 500 µl larutan DMEM 10 % steril.Sebanyak 100 µl larutan induk dimasukkan kedalam tabung 1 dan di goyang perlahan sampaihomogen. Diambil 500 µl pada tabung 1masukkan kedalam tabung 2 dan digoyangperlahan sampai homogen. Hal yang samadilakukan pada tabung 2, 3, 4 dan 5 digoyangperlahan sampai homogen. Konsentrasi larutanuji yang diperoleh berturut-turut dari tabung 1sampai dengan 5 berturut-turut adalah 3200ppm, 1600 ppm, 800 ppm, 400 ppm dan 200ppm. Sebagai larutan kontrol digunakan larutanDMEM 10 %.

Kultur sel myeloma NS-1Sel myeloma NS-1 , FBS serum, RPMI,

diperoleh dari I Nyoman Mantik Astawa. Proseskultur dikerjakan dengan tehnik aseptic di bawahlaminair air flow cabinet.

Uji sitotoksikUji sitotoksik dilakukan dengan

menggunakan mikro plate 24 well. Jumlah selmyeloma yang digunakan adalalah 50.000/ml.Sel myeloma diberi perlakuan dengan ekstrakrumput laut dengan konsentrasi10%, 5%, 1,25%,0,5%, 0,1% dan sebagai larutan kontroldigunakan DMEM 10 % steril (0%). Mikroplatediinkubasikan selama 24, 48, dan 72 jam dalaminkubator dengan suhu 37oC dan CO

2 5 %.

Sesudah masa inkubasi tersebut aktifitassitotoksik diperiksa dengan menggunakantrypan blue. Tripan blue diberikan sebanyak50 ml ke dalam well. Setelah tercampur, diambil10 ml diletakkan kedalam hemositometer, laludiperiksa dibawah mikroskop cahaya denganpembesaran 100x dan dihitung jumlah sel yanghidup dan sel yang mati.

Page 23: Anemia Def.fe

23

Perhitungan Jumlah SelPerhitungan Jumlah Sel dilakukan dengan

menghitung jumlah sel viable (sel hidup) danjumlah sel yang mati (terwarnai) dalam daerah 1– 4. Volume tiap daerah dihitung = 10-4 ml. Jumlahviable sel tiap ml cairan dihitung sepertipersamaan 1 dan 2 (Mishell dan Shiggii 1980) :

410XRvsVsm = /ml X P

1 .................(1)

Keterangan :Vsm = Viabel sel/mlRvs = Rata-rata viable sel dalam daerah hitungP = Pengenceran

% Vs = %100XNsmNsh

Nsh

+ ...............(2)

Ketarangan :%Vs = % Viabel selNsh = Jumlah sel hidupNsm = Jumlah sel mati

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASILEnam jenis rumput laut dari kawasan pantai

Pulau Serangan Kota Madya Denpasardiekstraksi yakni Ulva spp, E. cattoni, E.spinosum, Gracilaria arcuata Zanardini,Sargassum spp, dan Padina spp. Efeksitotoksik berbagai konsentrasi dan jenis ekstrakrumput laut terhadap sel myeloma NS-1ditunjukkan dengan data pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Viabel Sel Myeloma NS-1 pada Perlakuan Berbagai Konsentrasi rumput lautpada jam ke-24 ; 48, dan 72.

konsentrasi Pengamatan jam ke-24

PEU PEC PES PED PESar PEP

0 99.56 96.00 89.06 88.64 92.30 88.320.5 98.07 93.56 83.38 81.82 78.21 77.341 76.71 78.38 78.52 75.00 68.33 89.232.5 72.42 76.31 57.85 56.76 55.52 33.215 48.31 54.41 52.50 50.61 49.03 30.4510 33.98 10.00 47.72 47.83 30.05 21.52

Pengamatan jam ke-48

0 99.26 98.21 97.23 93.32 92.60 91.200.5 98.26 75.23 81.43 73.24 91.25 88.321 58.82 68.45 75.92 68.56 88.32 64.542.5 38.23 55.61 66.34 65.67 78.65 56.735 16.91 35.92 50.21 53.99 88.56 63.6110 18.21 32.61 49.19 41.23 80.43 59.83

Pengamatan jam ke-72

0 100.00 92.65 92.32 93.63 93.24 91.290.5 99.09 71.87 84.50 88.23 96.34 88.301 93.64 69.56 74.66 73.67 97.56 87.232.5 33.56 66.34 69.56 72.12 88.68 87.115 14.55 45.23 66.32 60.66 73.34 79.2610 21.23 25.93 61.35 59.24 77.68 80.25

Page 24: Anemia Def.fe

24

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Keterangan :PEU : Perlakuan Ekstrak Ulva sppPEC : Perlakuan Ekstrak E. cattoniPES : Perlakuan Ekstrak E. spinosumPED : Perlakuan Ekstrak Gracilaria

arcuata ZanardiniPESar : Perlakuan Ekstrak Sargassum sppPEP : Perlakuan Ekstrak Padina spp

PEMBAHASANPersentase viabel sel myeloma NS-1

semakin menurun dengan semakin meningkatnyakonsentrasi ekstrak rumput laut yang digunakansebagai perlakuan (Tabel 1). Pada jam ke-24,perlakuan ekstrak Ulva spp pada konsentrasi 0% viabel sel myeloma sebesar 99,56 kemudianmenurun terus dan pada konsentrasi 10%viabilitasnya 33,98. Persentase viabel selmyeloma NS-1 pada perlakuan ekstrak Ulvaspp pada jam ke-48 sebesar 99,26 dan padakonsentrasi 10 % viabilitasnya hanya 18,21.Pengamatan jam ke 48 dengan perlakuanekstrak Sargassum spp terjadi penurunanviabelitas sel myeloma NS 1, tetapi tingkatviabelitasnya masih tinggi, pada konsentrasi 0%viabelitasnya 92.60 dan yang paling rendah 80.43pada konsentrasi 10 %. Pada perlakuan ekstrakrumput laut yang lain viabilitas sel myelomamengalami penurunan mengikuti kenaikankonsentrasi yang di berikan. Pada jam ke-72terlihat persentase viabelitas sel myeloma NS-1pada perlakuan ekstrak Ulva spp sebesar100.00 pada konsentrasi 0% dan mengalamipenurunan seiring meningkatnya konsentrasi,tetapi persentase viabel sel terendah sebanyak14.55 pada konsentrasi 5 %. Untuk perlakuanekstrak Padina, Sargassum spp, Gracilariaarcuata Zanardini, dan E spinossummengalami penurunan yang tidak begitu cepat,sedangkan ekstrak E cattoni penurunan cukupcepat

Tingkat toksisitas ekstrak rumput lautterhadap kultur sel myeloma NS-1, ditentukandengan mengukur viabilitas sel myeloma NS-1,yakni kemampuan hidup sel myeloma NS-1

terhadap lingkungan hidup kulturnya yangdiberikan ekstrak rumput laut. Viabilitas seldihitung terhadap jumlah sel myeloma total. Sel-sel yang hidup (viabel) dapat diamati dibawahmikroskop dengan pawarnaan tripan blue,dimana sel - sel yang hidup tidak terwarnai olehtripan blue karena integritas membran selnyayang baik. Sel-sel yang mati akan menyerap zatwarna tripan blue oleh karena susunan atauintegritas membran selnya telah rusak, sehinggatripan blue akan masuk melalui pori-porimembran sel kedalam sel (protoplasma). Selainitu sel-sel yang mati ukurannya cendrung lebihkecil karena isi sel (sitoplasma) keluar sehinggavolume sel menyusut.

Efek sitotoksik berbagai konsentrasi ekstrakrumput laut terhadap sel myeloma NS-1berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak yangdiuji. Semakin besar konsentrasi ekstrak yangdiuji, semakin kecil persentase viabel sel myelomaNS-1 . Hal ini menunjukkan bahwa efeksitotoksik dari ekstrak rumput laut bersifat dosedependent (Indrawati, 1999).

Efek sitotoksik dari ekstrak rumput laut initerhadap viabelitas sel myeloma NS-1 mulai jamke-24. Ini memperlihatkan aktivitas sitotoksikyang cukup poten terhadap sel myeloma NS-1.Hal ini memberikan harapan besar terhadappengembangan pengobatan kanker sehinggaperlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Pada selmyeloma NS-1, menunjukan fenomena yangsama. Ulva spp (33.98%.) E.cattoni (10%)E.spinosum (47.72%) Gracilaria arcuataZanardini (47.83%.), Sargassum.spp(.30.05%.), Padina spp (21.52%)menyebabkan kematian sel myeloma NS-1paling tinggi pada jam ke-24, ditunjukan denganwarna hitam pada photo. Hal ini menunjukansel telah kehilangan cairan sitoplasma danintegritas membrannya. Pada pelarut DMEM10% tidak menunjukkan tanda-tanda kematiansel. Terlihat bahwa pada masa inkubasi 24 jam,dengan peningkatan konsentrasi ekstrak rumputlaut E. cattoni, persentase viabel sel myelomaNS- 1 semakin menurun bahkan pada konsentrasi

Page 25: Anemia Def.fe

25

tertinggi kematian hampir mencapai 90 % (10%viabel). Penurunan ini terjadi secara perlahanpada dosis-dosis kecil, dan meningkat cepatdiantara konsentrasi 5–10 %, dan sesudah itumendatar. Sebaliknya pada ekstrak rumput lautPadina, menimbulkan kematian sel yang cepatdimana viabelitas sel myeloma NS-1 menurun,dan pada konsentrasi 10 % diperoleh viabelitassel 21.52%.

Aktivitas sititoksik ekstrak rumput lautterhadap sel myeloma NS-1 cukup tinggi yaituE.cattoni (90.00%), Padina spp (78.53%),Sargassum spp (69.05%), Ulva spp (66.02%),E.spinossum (52.28%), Gracilaria arcuataZanardini (52.17%). masa inkubasi jam ke-48, dengan peningkatan konsentrasi ekstrakrumput laut E cattoni viabelitas sel myeloma NS-1 semakin menurun dimana pada konsentrasitertinggi mencapai 67.39% (32.61% viabel sel).Penurunan ini terjadi secara cepat sesuai denganpeningkatan konsentrasi. Pada jam ke-48aktivitas sitotoksik ekstrak rumput laut terhadapsel myeloma NS-1 cukup tinggi yaitu Ulva spp(81.79%), E.cattoni (67.39 %), Gracilariaarcuata Zanardini (58.77%), E. Spinosum(50.81 %), Padina spp (40.17%), Sargassumspp (19.57%). Gambaran ini menunjukkanbahwa pada jam ke-48 kematian sel paling tinggipada jenis ekstrak rumput laut Ulva spp danpaling rendah jenis ekstrak rumput laut Padinaspp. pada masa inkubasi jam ke-72, viabilitassel myeloma NS-1 mencapai 78.77% (21.23 %viabel sel). Aktivitas sitotoksik ekstrak rumputlaut terhadap sel myeloma NS-1 pada jam ke-72 adalah Ulva spp (78.77%), E. Cattoni(74.07%), Gracilaria arcuata Zanardini(40,76%), Spinosum spp (38.65%), Sargassumspp (22.32%), Padina spp (19.75%). Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa rumput lautmempunyai kemampuan untuk menghasilkanmetabolit sekunder, berupa metabolitterhalogenisasi yang bersifat sebagai senyawayang mampu menunjukkan aktivitas sitotoksikterhadap sel myeloma NS-1 hal ini ditunjang olehpendapatnya Suptijah (20020. Sedangkan

menurut Karou et al (2005), Senyawa yangterkandung dalam ruput laut berupa senyawafenol terhidroksilasi seperti hidroksi koumarinhidroksianat serta turunannya, flavanol,flavanon, antocianin proastosianin (tannin)hidroksistilben. Senyawa-senyawa bioaktif inibersifat sitotoksik terhadap sel myeloma.meskipun penemuan ini memberikan hasil yangbagus, tapi efek sampingnya perlu diteliti lagi. Halini sesuai dengan pendapat Siswandono(1993),bahwa khemoterapi mempunyai kemampuanyang bagus dalam pengobatan tetapi efeksampingnya sangat besar. Disini ditunjukkan jugaberbagai zat aktif yang terkandung dalam rumputlaut berpotensi sebagai antikanker, dimana halini telah pula dilaporkan oleh Mc Laughin (1991),untuk pencarian senyawa bioaktif tersebut setelahpraskrening aktivitas terhadap ekstrak rumputlaut menunjukkan hasil positif atau aktif.

Aktivitas ekstrak rumput laut tersebut diatashanyalah menunjukkan kemampuan untukmenghambat atau membunuh sel, tetapi tidakmampu menjelaskan mekanisme kematian yangterjadi.

KESIMPULANEkstraksi enam jenis rumput laut

menunjukkan toksisitas yang beragam terhadapkultur sel myeloma NS-1, perlakuan ekstrak Ecottoni paling tinggi sebesar 90,00 % pada jamke-24.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan tarimakasih kepada

BPPS Direktorat Jendral Pendidikan NasionalRepublik Indonesia yang telah membantumembiayai penelitian ini dan tulisan ini sebagiandari tesis penulis. Terima kasih juga kepadaBapak Prof. Dr. Ir I Gede Putu Wirawan, MSdan Prof.drh I Nyoman Mantik Astawa PhD.

DAFTAR PUSTAKA

Anggadirejdja, J.T. 2004 Deversity ofAntibacterial Subtance from seected

Aktivitas Sitotoksik Beberapa Ekstrak Rumput Laut terhadap Sel Myeloma NS-1 Sudira

Page 26: Anemia Def.fe

26

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Indonesia seeweds (Disertasi). Jakarta :University of Indonesia , Faculty Ofmathematics and Natural SciencesGraduate Study Program Biology

Apriliani.S, Sulistijo, Wanda, S.A.,Hasan, Mtth.Rumput Laut (Algae) : Manfaat,Potensi dan Usaha Budidayanya, Jakarta:LON-LIPI

Brotowidjoyo, MD.,Djoko Tribowo, EkoMulyantoro, 1995. Pengantar LingkunganPerairan dan Budidaya Air, CetakanPertama Liberty, Yogyakarta

Indrawati.R, 1999. Pengkajian KemampuanHambatan Pertumbuhan Sel KankerMyeloma, Secara Invitro, Antara MaserasiBenalu Duku dan Maserasi Benalu TehDibandingkan Metoteksrat, LaporanKegiatan Penetian Muda,FakultasKedokteran Airlangga hal 9 – 10

Karou. D, Dicko,M.H.,Simpore.J, and Traore,A.S, 2005. Antioxidant and AntibacterialActivities of Polyphenol fromEthnomedical Plants of Burkina Faso,Available from :http://www.academicjournals .org/AJB

Mc.Laughlin, J.L.,1991.Crown Gall Tumours OnPotato Disc.and Brine Shrip Lethality TowSimple Bioassay for Higher PlantScreening and Fractination in Hosttman,K.Method In Plants BiochemistrryAcademic Press,6, P.1 – 32

Putra, S.E, 2006 Biota Laut Sebagai Biotargetindustri [citied.2006 Agt 10] Available from:www.energi.lipi.go.id/utama cgi artikel1211586897

Rodriguez,J.A., Haun.M.,1999 Cytotoxicity oftrans-Dehydrocrotonin From CrotonCajucara On V 79 Cells and RatHepatocytes, Planta Medica, Vol65,P.522 – 526

Sidharta,B.R,2003 Screening of AntibiosisActivity From Green Algae (Chlorophyta)From Darini Beach, Yogyakarta apreliminary Study. Biota Vol VII (2) 53 -58

Suptijah,P. 2002, Rumput laut: Prospek danTantangannya, Http://www.toumotou.net/702 – 04212/ Pipih – Suptijah. Htm – 48 k

Page 27: Anemia Def.fe

27

STUDI HISTOLOGI ABOMASUM SAPI BALI

Ni Luh Eka SetiasihLaboratorium Histologi,Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Bali. E-mail: [email protected]

ABSTRAKTelah dilakukan penelitian tentang gambaran histologi abomasum sapi bali. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui struktur histologi abomasum sapi bali. Sampel penelitian inidiambil dari 20 ekor sapi bali dewasa yang dipotong di Rumah Potong Hewan PesanggaranDenpasar. Terhadap sampel dilakukan fiksasi, dehidrasi, embedding dalam parafin dan dipotongdengan mikrotom ketebalan 4-5 µ. Pewarnaan histologi dilakukan dengan menggunakanpewarnaan Harris-Haematoxilin-Eosin. Struktur histologi diamati dengan mikroskop cahayabinokuler (100x dan 125x).Berdasarkan pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa struktur histologi abomasum sapibali tersusun atas empat lapisan meliputi: tunika mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa.Tunika mukosa tersusun oleh epitel kolumner simplek, lamina muskularis mukosa, dan laminapropria. Tebal tunika mukosa adalah 72,2±14,6 mm. Tunika submukosa terdiri dari jaringanikat longgar dan tebal lapisan ini 69,6±27,9 mm. Tunika muskularis terdiri dari dua lapisanotot polos yang tersusun melingkar pada bagian dalam dan longitudinal pada bagian luar.Tebal dari tunika muskularis ini adalah 159,6±49,6 mm. Tunika serosa terdiri dari jaringanikar longgar dan merupakan lapisan paling luar dengan tebal 36,4±17,9 mm.

Kata Kunci : studi histologi, abomasum, sapi bali

ABSTRACTThe objective of this study was to find out the histology of abomasums in Bali cattle.The abomasum were collected from 20 Bali cattle in Pesanggaran abattoir, Denpasarand then evaluated microscopically. The samples were fixed, dehydrated, embedded inparaffin, and cut with microtome in 4-5 µm sections. Histological findings were assessedby Harris-Haematoxilin-Eosin stain preparations, and analyzed using a binocularmicroscope (100x and 125x).Microscopically, the abomasum of Bali cattle consists of four layers : mucosae,submucosa, muscularis and serosa. The tunica mucosa was lined by mucosa ephiteliumof simple columnar cells, muscularis mucosa, and the propria. The thickness of mucosais 72,2±14,6 mm. The submucosa contain connective tissue and the thickness of theselayer is 69,6±27,9 mm. The muscularis consists of two layers; smooth muscle innercircular and outer longitudinal. The thickness of the mucularis externa is 159,6±49,6mm. The serosa contain connective tissue and forms the outermost layer and itsthickness is 36,4±17,9 mm.

Key words: histological study, abomasum, Bali cattle

PENDAHULUANSapi bali merupakan ruminansia yang

menjadi salah satu bangsa sapi unggulan diIndonesia. Penampilannya yang menarik dan

relatif kompak telah menarik perhatian banyakpihak, baik dalam maupun luar negeri (Bandini,2004). Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan sapiasli Indonesia yang berdarah murni karena

Page 28: Anemia Def.fe

28

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

merupakan hasil domestikasi (penjinakan)langsung dari banteng liar. Sampai sekarang sapibali telah tersebar hampir di seluruh provinsi diIndonesia dan berkembang cukup pesat dibanyak daerah karena memiliki banyakkeunggulan (Guntoro, 2002).

Sapi bali mempunyai beberapa keunggulanyang disenangi petani-peternak, antara lain:kemampuan kerja yang baik, daya reproduksiyang tinggi, mampu tumbuh dan berkembangdalam kondisi lingkungan yang jelek, tahanterhadap caplak, serta mempunyai persentasekarkas tinggi dengan daging yang berkadar lemakrendah, sehingga merupakan modal masyarakatyang bernilai ekonomis tinggi (Yasin & Dilaga,1993).

Pertumbuhan dan perkembangan sapi yangbaik sangat didukung oleh status kesehatanantara lain proses dan sistem pencernaan yangsempurna. Sistem pencernaan terdiri dari saluranpencernaan dan kelenjarnya, merupakan salahsatu tempat masuknya penyakit tertentu. Selainitu saluran pencernaan berfungsi sebagai tempatpenyerapan bahan makanan yang diperlukan olehtubuh antara lain protein, karbohidrat, lemak,mineral, air dan vitamin (Budiarta & Sudarmadi,2003).

Dalam usaha mencegah terjadinya penyakitakibat infeksi patogen, tubuh telah dilengkapi olehsuatu sistem pertahanan, misalnya pada selaputmukosa saluran pencernaan. Saluran pencernaanitu sendiri mempunyai peranan yang sangatpenting dalam usaha tubuh untukmempertahankan diri dari serangan-seranganpenyakit, karena banyak penyakit diketahuipenyebaran dan penularannya melalui saluranpencernaan.

Secara umum, sistem pencernaan ruminansiaserupa dengan mamalia lain, hanya bagianlambung yang membedakan, ruminansia memilikilambung ganda, sedangkan mamalia nonruminansia berlambung tunggal.

Struktur histologi abomasum secara umumterdiri dari tunika mukosa, submukosa,muskularis, dan serosa. Tunika mukosa tersusun

atas lamina epitel silindris sebaris, lamina propria(mengandung serabut kolagen, elastik danretikuler) dan lamina muskularis mukosa.Kelenjar abomasum terdapat dalam laminapropria, sehingga jaringat ikat maupun sel-selnyahanya sedikit tampak didalamnya. Kelenjarabomasum tersusun cukup rapat sehingga laminapropria sulit ditentukan (Junqueira & Carneiro,1982)

Lamina muskularis mukosa relatif tebal,lazimnya terdiri dari tiga lapis yaitu lapis dalam,lapis tengah, dan lapis luar. Lapis dalam dan lapisluar bersifat melingkar, sedangkan lapis tengahbersifat longitudinal. Sel-sel otot polos dapatmenjulur kedalam mukosa, mengisi jaringan ikatinterstisial diantara kelenjar.

Tunika submukosa mengandung serabutkolagen, sel lemak, dan pleksus saraf submukosa.Setelah tunika submukosa disusun oleh tunikamuskularis dengan tiga lapis otot polos yaitu lapisdalam yang tersusun mengulir, lapis tengah yangtersusun melingkar, dan lapis luar yang tersusunlongitudinal. Pleksus mientrikus terdapat diantaralapis tengah dan lapis luar (Dellmann & Brown,1989).

Tunika serosa terdiri dari mesotel yangmembalut lapis jaringan ikat longgar. Berdasarkanjenis kelenjarnya abomasum dibedakan menjaditiga daerah yaitu: daerah kardia, fundus, danpylorus (Dellmann & Brown, 1989; Frandson,1993).

Sampai saat ini belum ada laporan ilmiahmengenai gambaran histologi abomasum sapibali. Karena itu, studi histologi abomasum sapibali sangat perlu dilakukan. Hasilnya akan dapatdigunakan untuk melengkapi informasi di bidanganatomi mikroskopik.

BAHAN DAN METODEPengambilan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitianeksploratif yaitu untuk mengetahui strukturhistologi abomasum sapi bali. Sampeldikumpulkan dari 20 ekor sapi bali yang dipotongdi rumah potong hewan Pesanggaran Denpasar.

Page 29: Anemia Def.fe

29

Organ yang diambil adalah yang secara patologianatomi tidak mengalami perubahan.

Pembuatan Sediaan HistologisPembuatan sedian histologis berdasarkan

metode Luna (1968) dan Culling & Dunn (1974)yaitu sampel abomasum yang telah dikumpulkandan difiksasi dengan formalin 10%, didehidrasidan berturut-turut dibersihkan dengan satu sesilarutan (formalin 10% I, formalin 10% II, formalin10% III, alkohol 70%, alkohol 96%, alkoholabsolut I, alkohol absolut II, alkohol absolut III,xylol I, xylol II, xylol III, toluene paraffin cair I,dan toluene paraffin cair II) selama 23 jam.Proses selanjutnya dibloking dengan paraffin cair,setelah didinginkan selama 30 menit dipotongdengan mikrotom dengan ketebalan 4-5µ.Sebelum dilakukan mounting terlebih dahuludilakukan pewarnaan dengan metode Harris-Haematoxillin-Eosin (HE), dengan cara:direndam dalam xylol I, II, III masing-masingselama 5 menit, selanjutnya direndam dalamalkohol absolut I dan II selama 5 menit.

Sebelum direndam dalam HE (15 menit),dilakukan perendaman dalam aquadest (1 menit),kemudian 5-7 menit dalam acid alkohol 10%,dua kali dalam aquadest selama 1 menit dan 15menit. Setelah itu diwarnai dengan eosin selama2 menit. Preparat yang telah diwarnai kemudiandirendam dalam alkohol 96% I dan II masing-masing selama 3 menit, selanjutnya direndamkembali dalam alkohol absolut III dan IV masing-masing selama 3 menit. Tahap akhir dibersihkandalam xylol I dan xylol II masing-masing selama5 menit.

Cara Pengambilan DataPengamatan struktur histologi dilakukan di

bawah mikroskop cahaya binokuler denganpembesaran 100x, sedangkan untuk mengukur

tebal tunika mukosa, submukosa, muskularis danserosa dari abomasum sapi bali menggunakanpembesaran 125x. Variabel yang diamati padapenelitian ini adalah struktur histologiabomasums sapi bali dan ketebalan masing-masing tunikanya. Analisis data untuk ketebalanmasing-masing tunika dengan deskriptifkuantitatif, sedangkan struktur histologinyadengan deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASANStrukur histologi abomasum terdiri dari

tunika mukosa, submukosa, muskularis, danserosa. Tunika mukosa abomasum tersusun ataslamina epitel silindris simplek, lamina muskularis,dan lamina propria. Pada lamina propria tersusundari jaringan ikat longgar dengan serabutkolagen, elastik dan retikuler, dan laminamuskularis mukosa, terdapat kelenjar abomasumyang merupakan ciri khas dari abomasum,sehingga abomasum disebut dengan lambungkelenjar (Gambar 1). Kelenjar abomasumterdapat dalam tiga daerah yaitu kardia, fundus,dan pilorus. masing-masing daerah mempunyaikelenjar dengan ciri-ciri yang spesifik. Setiapkelenjar tersusun atas berbagai sel antara lain selleher mukous, sel utama, sel parietal, selargentafin.

Dalam studi ini menunjukkan bahwaketebalan tunika mukosa abomasum 72,2±14,6mm. Ketebalan masing-masing tunika setiaporgan tubuler sangat erat kaitannya denganaktivitas atau fungsi masing-masing organtersebut. Fungsi abomasum adalah untukmencerna makanan secara mekanik danenzimatik, karena makanan yang masuk padaabomasum sudah menjadi lebih halus. Ketebalanmasing-masing tunika juga berbeda pada setiapspesies hewan (Dellmann & Brown, 1989).

Studi Histologi Abomasum Sapi Bali Eka Setiasih

Page 30: Anemia Def.fe

30

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Gambar 1: Tunika Mukosa abomasum (H.E :100 x) :

(a) Epitel silinder sebaris.(b) Lamina propria.(c) Kelenjar abomasums.(d) Lumen abomasums.(e) Filli.

Gambar 2. Tunika Submukosa Abomasum.(H.E. 100x)

(a) jaringan ikat longgar.(b) arteri.(c) vena.(d) muskularis mukosa.

Tunika submukosa abomasum tersusun atasjaringan ikat longgar yang berisi serabut kolagendan elastis dengan pembuluh darah dan pembuluhlimfe dengan ketebalan 69,6±27,9 mm Padapengamatan dengan mikroskop binokuler, terlihatpembuluh darah (vena dan arteri), serabutkolagen dan elastis (Gambar 2). Hal ini sesuaidengan yang dilaporkan oleh (Dellmann, 1971).Tunika muskularis mempunyai tiga lapis otot yaitulapis dalam yang mengulir, lapis tengah yangmelingkar dan lapis luar yang longitudinal denganketebalan 159,6±49,6 mm (Gambar 3).Dellmann & Brown (1989) menyatakan bahwa

selain memiliki tiga lapisan otot tersebut jugaditemukan pleksus mesentrikus yang terdapatdi antara lapis tengah dan lapis luar.Tunika serosa terdiri dari mesotel yang membalutlapis jaringan ikat longgar yang disebut subserosadengan tebal rata-rata 36,4±17,9 mm (Gambar4). Hasil pengamatan struktur histologi padatunika omasum sapi bali ini secara umum samadengan ruminansia lainnya yaitu terdiri darijaringan ikat longgar (Dellmann & Brown 1989),hanya saja ketebalan pada masing-masingspesies dan umur mungkin berbeda.

Gambar 3. Gambaran Mikroskopis TunikaMuskularis Abomasum terdiri dari otot polos (a)yang tersusun melingkar (H.E.; 100x).

Gambar 4. Gambaran Mikroskopis TunikaSerosa Abomasum (H.E. 100x): (a) tunikaserosa. (b) otot polos yang tersusun sirkuler

a

a

b

Page 31: Anemia Def.fe

31

KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan, struktur

histologi abomasum sapi bali terdiri tunikamukosa, submukosa, muskularis, dan serosa.Tunika mukosa tersusun oleh epitel kolumnersimplek, lamina muskularis mukosa, dan laminapropria. Tunika submukosa terdiri dari jaringanikat longgar, tunika muskularis terdiri dari dualapisan otot polos yang tersusun melingkar padabagian dalam dan longitudinal pada bagian luar,sedangkan tunika serosa terdiri dari jaringan ikarlonggar.

Tebal masing-masing tunika mukosa,submukosa, muskularis, dan serosa masing-masing adalah 72,2±14,6 mm; 69,6±27,9 mm;159,6±49,6 mm dan 36,4±17,9 mm.

SARANPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terhadap struktur histologi abomasum sapi balipada variasi umur untuk melengkapi informasidibidang anatomi mikroskopis sehingga dapatdipergunakan sebagai dasar kajian untukidentifikasi karakteristik sapi bali.

DAFTAR PUSTAKA

Bandini, Y. 2004. Sapi Bali. PenebarSwadaya. Jakarta.

Budiarta, S. dan Sudarmadi, G.M. 2003. JurnalHistologi Intestinum Pada Hewan Besar.Fakultas Kedokteran Hewan, UGM.Yogyakarta. www.yahoo.com/lnk/servicejournal/00435/bibs/811708/81170237.htm [21/03/2005]

Culling, C.F.A. and W.L. Dunn. 1974.Handbook of Histopathological andhistochemical Techniques. 3rd.Butterworths and Co Publishers, England,New Zealand, Austria, Canada, SouthAfrica, USA

Dellmann. H. D. 1971. Veterinary Histology AnOutline Text-Atlas. Philadelphia.

Dellmann. D. dan E. Brown. 1989. Buku TeksHistologi Veteriner I. Penerjemah Hartono.Ed 3. Penerbit Univ Indonesia. Hal 274-275

Frandson, R.D, 1993 Anatomi dan FisiologiTernak Edisi ke-4. Universitas GadjahMada, Yogyakarta, Indonesia.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali.Kanisius, Yogyakarta.

Junqueira, LC. dan J. Carneiro. 1982. HistologiDasar. Alih Bahasa Adji Dharma. 1990.EGC Penerbit Buku Kedokteran. Hal.123-132.

Luna, L.G. 1968. Manual Histologic StainingMethods of Pathology. 3rd Ed. TheBlakiston Division Mc Graw-Hill BookCompany, New York. Hal 125

Yasin, S. dan Dilaga, S.H. 1993. Peternakan SapiBali dan Permasalahannya. Penerbit BumiAksara, Jakarta.

Studi Histologi Abomasum Sapi Bali Eka Setiasih

Page 32: Anemia Def.fe

32

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

UNSUR HARA, BUAH DAN METABOLIT SEKUNDERPADA TANAMAN

I Gede Ketut AdiputraProgram Studi Biologi, FMIPA, Universitas Hindu Indonesia,

Jl. Sangalangit, Tembau, Penatih, Denpasar.

ABSTRAKBuah dihasilkan tanaman setelah pembungaan dan metabolisme hasil fotosintesis sukrosapada buah menghasilkan berbagai senyawa bermanfaat baik sebagai gizi makanan maupunsebagai senyawa yang dapat menyembuhkan penyakit. Pada fase penghasilan buah, tanamanmemerlukan banyak unsur hara yang diambil melalui akar. Apabila buah kemudian dipanen,maka unsur hara yang diambil tersebut akan dipindahkan dari lahan sehingga terjadilahpemiskinan unsur hara pada lahan. Penurunan ketersediaan unsur hara ini akan segeramenurunkan produksi, baik jumlah maupun kualitas karena pertumbuhan dan reproduksi padadasarnya adalah reaksi metabolisme. Proses metabolisme ini memerlukan berbagai kondisilingkungan agar reaksi dapat berlangsung secara optimal. Upaya meningkatkan produksiperkebunan secara berkelanjutan akan sulit dilakukan apabila kondisi lingkungan sepertipemiskinan unsur hara tidak teratasi. Hal ini disebabkan karena unsur hara adalah substratbagi synthesis senyawa organik yang dihasilkan melalui fotosintesis. Sedangkan hasil fotosintesisini selanjutnya disintesa menjadi berbagai senyawa organik, baik yang berupa metabolit primermaupun metabolit sekender. Oleh karena itu, kekurangan unsur hara akan segera berakibatpada hambatan pertumbuhan maupun hambatan produksi metabolit. Hambatan produksi iniselanjutnya akan mengurangi jumlah substrat yang dapat digunakan untuk menghasilkansenyawa bermanfaat yang harus disintesis pada buah. Paper ini menguraikan tentang hubunganantara ketersediaan unsur hara dan kualitas buah, produksi metabolit sekender pada tanaman,serta manfaat metabolite sekender bagi tanaman dan manusia.

Kata kunci : Unsur hara, metabolit sekunder, buah

ABSTRACTFruits are formed by plants after inflorescence and sucrose metabolism in fruit producevarious kinds of compounds. These compounds are very important as component ofhuman diet or could be used for pharmaceutical agent. During the formation of fruit,plants require a high amount of nutrient taken up from soil via the root systems. Afterthe fruit is then harvested, nutrient previously taken up then transported out from thefarm and resulted in continuous decreased of nutrient available. The decreasing amountof nutrient available subsequently affected plant production whether quantitative orqualitatively because this activity is basically a metabolic reaction. Therefore, for anoptimal rate of metabolism, plants require various environmental conditions that enablethe metabolic reaction to be proceed at optimal level. This implies that sustainable farmingwould hardly to be achieved if nutrient available in the farm can not be resumed whetherby deliberate addition of fertilizer or by regulation of nutrient available in the farm.The sustained nutrient available is very important since nutrient is the substrate fororganic compounds that is used for sucrose production. This sucrose is then metabolizedto produce whether primary or secondary metabolites. Thus, nutrient available coulddirectly affected development or production of metabolites in fruit. This paper describesthe relationships between nutrient available and fruit quality, production of secondarymetabolites in plants and the significant of secondary metabolites for human and plants.

Key words : Inorganic nutrients, secundary metabolites, fruits.

Page 33: Anemia Def.fe

33

PENDAHULUANBuah-buahan merupakan komoditi penting

bagi perekonomian suatu negara karena dapatmendatangkan devisa cukup besar disampingkeuntungan bagi masyarakat pekebun. Budidayabuah-buahan juga menguntungkan dari segiekologis, terutama buah yang dihasilkan golonganpohon-pohonan karena tidak menimbulkanancaman terhadap penggundulan lahan atauerosi. Bagi masyarakat Bali, buah dipandangtidak hanya memiliki nilai ekonomi, gizi danekologi, tetapi juga memiliki arti khusus karenamerupakan salah satu komponen dalampembuatan banten. Semakin disadari pentingnyanilai gizi pada buah-buahan mengakibatkansemakin tingginya permintaan pasar akan buah-buahan.

Tanaman penghasil buah-buahan dapatmengalami perubahan kualitas produksi karenaperubahan ekspresi genetis akibatketidaksesuaian iklim maupun komposisi unsurhara pada lahan. Penurunan kualitas ini dapatberupa rendahnya nilai gizi atau senyawa yangbermanfaat dan pada akhirnya membuat buahtersebut tidak bernilai ekonomi, kalah bersaingdengan buah yang memiliki tampilan ataupun rasayang lebih baik. Hal ini berarti bahwa budidayatanaman ini tidak menguntungkan lagi bagipekebun dan produktivitas lahan. Kemudiandiupayakan dengan mengintroduksi tanamanbaru yang memiliki nilai ekonomi yangmenjanjikan. Perubahan vegetasi tanaman buahini dapat berakibat pada berkurangnya sumbergizi dan bahan obat. Untuk masyarakat Bali,perubahan ini dapat berakibat pada semakinlangkanya bahan baku untuk pembuatan banten.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untukmemelihara kualitas buah secara berkelanjutanadalah pemeliharaan kondisi pertumbuhan secaraoptimal. Akan tetapi metode yang dapatdigunakan untuk mengetahui kekurangan unsurhara melalui kajian metabolisme karbohidrat padabuah belum banyak diketahui, sehingga kondisipertumbuhan tanaman sulit dimengerti hanyadengan mengobservasi senyawa yang terdapatpada buah. Studi tentang pengaruh lingkunganterhadap kualitas buah terutama penting karenametabolit dapat bervariasi tidak hanya oleh

perbedaan jenis tanaman tetapi juga oleh lokasi,musim panen dan faktor lingkungan lainnya(Robert, 2007). Khusus tentang kualitas buahjeruk, Zekri (2009) secara lebih rincimengemukakan bahwa kualitas buah dipengauhioleh cultivar, rootstock, iklim, tanah, hama danpenyakit, pengairan, dan nutrisi.

Dengan demikian, untuk memelihara nilai gizidari buah-buahan yang dikonsumsi, kajian tentangfaktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitasbuah perlu dilakukan untuk menjaga nilai ekonomidari buah yang diproduksi dan sekaligus jugameningkatkan kesehatan masyarakat. Tulisan inimembahas tentang unsur hara, metabolismekarbohidrat pada buah dan produksi metabolitessekunder pada tanaman.

PEMBAHASAN

Unsur hara dan produksi karbohidrat padatanaman.

Produksi biomasa pada tanaman sangatbergantung pada ketersediaan unsur hara,disamping lingkungan fisik yang harus sesuaiUnsur hara makro terutama digunakan tanamanuntuk mensintesis senyawa organik, sedangkanunsur hara mikro sebagian besar berfungsisebagai kofaktor, membantu kerja enzim dalammetabolisme. Masing-masing unsur memilikiperan yang khas dalam penyusunanmakromolekul sehingga kekurangan suatu unsurakan mengakibatkan terjadinya simptomdefisiensi yang khas. Menurut Gardner et al.(1991), unsur hara yang diserap tanaman dapatdigolongkan berdasarkan fungsi utamanya yaitu:Sebagai struktur dasar (C, H dan O),penyimpanan energi dan transfer ikatan energi(N, S, P), keseimbangan muatan listrik (K, Ca,Mg), aktivasi enzim dan transport elektron (Fe,Mn, Zn, B, Cu, Mo, Cl). Peran yang khas darimasing-masing unsur ini dalam menyusunperangkat berbagai fungsi dalam tanamanselanjutnya mengakibatkan produksi biomasatergantung pada konsentrasi unsur pada tanaman.

Unsur Hara, Buah dan Metabolit Sekunder pada Tanaman Adiputra

Page 34: Anemia Def.fe

34

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Hubungan kuantitatif antara unsur haratanaman dengan produksi biomasa telahdirumuskan antara lain dengan metode CNL.Pada metode ini, tanaman dikatakan mengalamikekurangan unsur apabila konsentrasi suatu unsurpada tanaman mengakibatkan penurunanproduksi lebih dari 10% (Campbell & Plank,http://www.ncagr.com ; Lakitan 1993).Rumusan ini, secara kuantitatif menunjukkanadanya hubungan yang jelas antara unsur haradan aktivitas metabolik pada tanaman dalammenghasilkan senyawa organik. Sementara itu,untuk mengetahui hubungan antara pemberianpupuk dan produksi senyawa organik tanaman,pada suatu lahan, dilakukan penelitian tentangkadar sukrosa pada tanaman setelah pemberianpupuk. Penelitian ini menunjukkan adanyahubungan antara unsur hara dan laju metabolismepada daun dalam penghasilan sukrosa (Adiputraet al 2007 ; 2008). Akan tetapi karena fungsimasing-masing unsur dalam penghasilan metabolitini berbeda, serta konsentrasi optimal suatu unsurpada tanaman juga berbeda, maka hubungankuantitatif antara produksi sukrosa dan jumlahpupuk yang diberikan tersebut belum dapatdiketahui. Hal ini terlalu sulit karena unsur harayang tersedia pada lahan tidak diketahui,demikian juga unsur yang diperlukan tanaman baikjumlah maupun jenis. Namun demikian,penelitian ini telah dapat memberi petunjuk umumtentang jumlah pupuk yang dapat diberikan padatanaman pada suatu lahan. Petunjuk umumtersebut adalah bahwa penurunan kadar sukrosasetelah pemberian pupuk menunjukan dosispupuk melewati jumlah yang diperlukan,sedangkan kenaikan produksi sukrosa setelahpemupukan menunjukan pupuk yang diberikansesuai dengan yang diperlukan tanaman.

Pengaruh pemberian pupuk terutama NPKterhadap aktivitas fotosintesis sebenarnya telahbanyak dilakukan, tetapi karena variasi lahandalam mekanisme penyediaan unsur hara sangatkompleks, maka jumlah pupuk yang perludiberikan pada tanaman pada suatu lahan tetapmasih belum jelas. Misalnya, Terry & Ulrich

(1973), Sawada et al. (1982) menemukanbahwa penghentian pemberian fosfor padatanaman mengakibatkan penurunan aktivitasfotosintesis. Sementara Gastal & Lemaire(2002), menemukan bahwa akumulasi biomasaberhubungan dengan ketersediaan nitrogen,sedangkan Hong Yan Liu et al. (2006)menemukan bahwa kekurangan unsur harapotasium dapat menyebabkan penurunanaktivitas fotosintesis. Penelitian tersebutmenunjukkan bahwa produksi hasil fotosintesisdapat dipengaruhi oleh perubahan kadar salahsatu atau beberapa unsur tanaman. Hal ini berartibahwa hasil fotosintesis dapat dipandang sebagaiproduk dari rangkaian reaksi kimia yangkomponen-komponen reaksinya tersusun dariunsur hara. Oleh karena hasil fotosintesis inikemudian digunakan untuk menghasilkan buah,maka unsur hara dapat juga berpengaruhterhadap kualitas buah. Pada tanaman advokatditemukan bahwa apabila tanaman mengalamistres sebelum panen maka buah yang dipanenakan mengalami browning lebih cepat (Bower& Cutting, 1987). Laporan yang lebih rincitentang pengaruh unsur hara dan kualitas buahdikemukakan oleh Zekri et al (2009), apabilatanaman diberi tambahan unsur N, P dan K makabuah akan menghasilkan lebih banyak TSS (totalsoluble solid). Hal ini berarti bahwa kualitasbuah akan menurun jika ketersediaan unsur harapada lahan berkurang atau sebaliknya jika unsurhara yang tersedia cukup banyak maka kualitasbuah akan lebih baik. Penelitian yang dilakukanpada tanaman nenas menemukan bahwapemberian tambahan unsur hara nitrogenmenyebabkan keasaman buah menjadi berkurangyang disebabkan oleh menurunnya asam bebaspada buah tersebut (Bhugaloo 1998).

Untuk mengetahui kualitas buah-buahan,terutama yang dihasilkan di Indonesia, maka perludilakukan kajian tentang ketersediaan unsur harayang diperlukan untuk menghasilkan buah dengankualitas yang baik. Sebagai indikator terhadapkualitas ini dapat digunakan salah satu dari

Page 35: Anemia Def.fe

35

senyawa yang termasuk soluble solid sepertisoluble sugar.Penyimpanan karbohidrat pada buah

Buah merupakan tempat akumulasi hasilfotosintetik yang tidak disintesa menjadi molekulstruktural tanaman. Oleh karena itu, hasilfotosintesis yang tersimpan pada buah ini denganmudah dapat diuraikan kembali menjadi molekulsederhana seperti gula atau sukrosa. Hal iniberbeda dengan hasil fotosintesis yangditranslokasikan ke bagian tanaman yang sedangtumbuh dimana hasil fotosintesis diubah menjadimolekul struktural seperti lignin, sellulosa danpolimer lainnya. Molekul struktural ini tidakmungkin dimanfaatkan sebagai bahan makananbagi manusia.

Sebelum sampai ke buah, hasil fotosintesisditranslokasikan sebagian besar dalam bentuksukrosa baik ke bagian tanaman yang sedangtumbuh maupun ke bagian penyimpanan makanan(Ziegler, 1973). Translokasi hasil fotosintesiskedalam buah dikenal dengan nama phloemunloading, melibatkan enzim sucrosa synthaseuntuk mengontrol pengiriman sukrosa kedalambuah. Senyawa ini selanjutnya diubah menjadisenyawa yang inert secara osmotik seperti zattepung, sementara enzim yang berperan untukmengontrol akumulasi tepung adalah ADP-glukosa pirofosforilase (N’tchobo et al 1999).

Namun demikian, dalam buah dijumpaiberbagai senyawa yang bervariasi menurut jenistanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pada buahterjadi metabolisme aktif tidak hanya untuk dapatterjadinya akumulasi hasil fotosintesis, tetapi jugauntuk membuat berbagai senyawa lain. Padatanaman dari famili Rosaceae, sukrosa dapatmengalami perubahan menjadi sorbitol, glukosaatau fruktosa. Pada pematangan buah, sukrosadisintesa kembali dari pool fruktosa dan glukosadan disimpan didalam vakuola. Setelah buah inimasak, sukrosa dapat mengalir keluar menujusitosol karena rusaknya membran pada prosespemasakan buah (Yamaki, 1995). Pada tanamanmangga, peningkatan kadar zat tepung didalammesocarp terjadi pada saat pematangan buah

secara fisiologis. Hal ini berarti bahwa sukrosayang ditranslokasikan ke buah mangga disimpandalam bentuk zat tepung. Pada buah apel,penyusunan zat tepung diatur oleh enzimphosphoglucomutase (Berüter, 2004).

Disamping enzim pengatur, pada fasepematangan buah ditemukan adanya inhibitoryang menghambat aktivitas enzim amylase(Jacobi et al., 2002), sehingga zat tepung yangdisimpan tidak mengalami penguraian. Pada faseselanjutnya yaitu pemasakan buah aktivitasamylase ditemukan meningkat sehingga zattepung yang terakumulasi ini kemudian mengalamipenguraian menjadi sukrosa (Jacobi et al.,2002). Proses ini menunjukkan bahwa zattepung yang disintesa dari sukrosa pada prosespematangan buah kemudian diuraikan kembalimenjadi sukrosa pada pemasakan buah. Padatanaman tomat, penyimpanan hasil fotosintesisdalam bentuk zat tepung juga ditemukan terjadipada buah yang belum matang. Zat tepung iniselanjutnya menjadi penyumbang soluble sugarketika buah menjadi matang (Schaffer &Petreikov, 1997). Penelitian tentang translokasisukrosa ke buah tomat juga menemukan bahwaterdapat variasi dalam mekanisme penyimpananhasil fotosintesis pada varietas yang berbedawalaupun masih tergolong satu spesies tanaman(Yelle et al., 1988). Pada tanaman L.esculentum, sukrosa mengalami metabolisme disepanjang jalur translokasi sedangkan pada L.chmielewskii, sukrosa tidak mengalamimetabolisme.

Oleh karena unsur hara, terutama unsur haramakro merupakan substrat bagi senyawaorganik, kadar suatu senyawa yang dihasilkanpada buah dapat dipengaruhi oleh ketersediaanunsur hara bagi pertumbuhan tanaman.Misalnya, senyawa yang banyak mengandung Ndapat terakumulasi pada buah apabila pada lahantersedia banyak N, demikian juga senyawa laindapat terakumulasi dalam jumlah relatif lebihbanyak jika unsur penyusun senyawa tersebutterdapat dalam tanah dalam jumlah yangberlimpah. Perbedaan komposisi senyawa,

Unsur Hara, Buah dan Metabolit Sekunder pada Tanaman Adiputra

Page 36: Anemia Def.fe

36

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

terutama enzim yang berperan dalam metabolismekarbohidrat, selanjutnya mempengaruhikeseimbangan kimia sehingga hasil akhir darimetabolisme pada buah matang juga dapatberbeda. Hasil akhir yang berupa berbagaisenyawa dalam buah selanjutnya dapatmenentukan kualitas buah setelah dipanen.Penelitian Naradisorn, Matchima (2008, PhDThesis), tentang pengaruh unsur hara terhadapkualitas buah setelah panen menunjukan bahwabuah yang dipanen dari tanaman yang diberikalsium lebih tahan terhadap serangan jamurdibanding kontrol. Hal ini menunjukkan bahwapemberian tambahan unsur hara kalsium dapatmeningkatkan produksi senyawa yang dapatmenghambat pertumbuhan jamur. Jadi kualitasbuah pasca panen ditentukan tidak hanya olehperlakuan pasca panen tetapi juga oleh kondisipertumbuhan tanaman sebelum menghasilkanbuah.

Kajian unsur hara terhadap kualitas buahpasca panen dapat sangat membantu penyediaanbuah berkualitas. Laju biosintesis hasilfotosintesis pada buah tergantung pada lajupemuatan (unloading) hasil fotosintesis ke buah.Laju fotosintesis tergantung dari ketersediaansubstrat dalam bentuk ion yang diambil melaluiakar. Oleh karena itu, akumulasi zat tepung padabuah akhirnya juga tergantung pada ketersediaan

unsur hara. Secara skematis, penyimpanan hasilfotosintesis pada buah diilustrasikan padaGambar 1

Penguraian karbohidrat pada buahPertumbuhan dan pemasakan buah telah menarikminat para peneliti karena proses tersebutdisamping cukup unik bagi ilmu biologi tanaman,juga karena buah merupakan komponen pentingbagi menu makanan masyarakat (Giovannoni,2001). Senyawa yang tersimpan pada fasepertumbuhan buah mengalami penguraianmenjadi berbagai molekul pada saat buahmengalami pemasakan. Penguraian ini diatursecara genetis, dan hormon yang berperan dalamproses ini adalah ethylen. Biosintesis ethylendiatur oleh dua faktor yaitu faktor pertumbuhandan sistem autokatalitik yang dihasilkan oleh genyang sama (Jerie et al., 1991; Yokotani et al.,2009). Pemasakan buah terjadi karenapeningkatan produksi ethylen oleh faktorpertumbuhan dan memicu produksi ethylenautokatalitik. Pada proses tersebut produksiethylen pada buah masak menjadi jauh lebihtinggi dari pada buah yang belum matang. Kerjaethylen dan faktor lingkungan kemudianmengakibatkan terjadinya kenaikan kadar gulasampai 7 % karena akumulasi non reducingsugar seperti sukrosa (Cantwell et al. 1992).

Page 37: Anemia Def.fe

37

Secara skematis peran ethylen dalam penguraiankarbohidrat yang disimpan dalam buahdiilustrasikan pada Gambar 2.

Produksi dan fungsi metabolit sekunder bagitanaman dan manusia

Menurut Robert (2007), senyawa organikyang dihasilkan oleh tanaman dibedakan menjadimetabolit primer dan metabolit sekunder.Metabolit primer adalah senyawa yang memilikifungsi yang esensial bagi kegiatan danpemeliharaan sel. Misalnya, giberelin, memilikifungsi penting untuk modulasi pertumbuhan seldan pemanjangan tanaman, karotenoid berperanpenting dalam pemanenan energi matahari danperlindungan dari kerusakan yang diakibatkanoleh sinar, dan sterol sangat penting dalammenjaga permeabilitas membran. Metabolitsekunder adalah senyawa yang tidak terlibatdalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Senyawa ini justru banyak bermanfaat bagikesehatan manusia misalnya; vincristin danvinblastin yang dihasilkan oleh tanamanCatharanthus roseus berkhasiat sebagai antikanker, artemisinin yang dihasilkan oleh tanamanArtemisia annua berkhasiat sebagai anti malariadan coumarins yang dihasilkan oleh tanamanCalophyllum lanigerum berkhasiat sebagai antiHIV.

Senyawa intermediet untuk metabolit primerbiasanya dihasilkan didalam sitosol dan dikirim

ke plastida untuk diubah melalui jalur metabolitsekunder. Metabolit sekunder ini kemudiandapat diambil dari plastid untuk disimpan ataudisekresikan ke lingkungan ekstraselluler.Metabolit sekunder yang hidrofilik disimpandidalam vakuola sedangkan metabolit sekunderyang hidrofobik disimpan didalam dinding sel.Metabolit ini dapat diuraikan baik secara intraselluler maupun ekstra selluler dan selanjutnyadapat disalurkan keluar atau kedalam sel dandigunakan kembali untuk metabolisme primeratau sekunder (Robert, 2007).

Pada tanaman, penghasilan metabolitsekunder merupakan proses panjang yangmelibatkan gen, enzym, produk, transport danpenyimpanan (Verpoorte et al., 1994). Prosesini dimulai dengan ekspresi gen untukmenghasilkan enzim yang diperlukan dalamproses biosintesis metabolit yang kemudiandiangkut ke tempat penyimpanan. Pengaturanpenghasilan metabolit ini dilakukan olehmekanisme transport dan penyimpanannya.Untuk menghasilkan metabolit yang lebih banyakmaka dalam teknologi rekayasa dilakukanbloking terhadap jalur metabolisme yangmenghasilkan senyawa yang tidak sesuai denganmetabolit yang diinginkan. Pada tingkat sel,aktivitas produksi metabolit sekunder sebagianbesar terjadi pada sitoplasma, walaupun menurutRoberts (1981) dan Wink & Hartmann (1982)dalam Acamovic & Brooker (2005), beberapa

Unsur Hara, Buah dan Metabolit Sekunder pada Tanaman Adiputra

Page 38: Anemia Def.fe

38

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

alkaloid, quinolizidine, caffein dan terpentindisintesa didalam kloroplast. Secara umum,metabolit sekunder ini biasanya dapat ditemukanpada semua bagian tanaman, tetapi sintesa awalterjadi pada bagian tertentu dari tanaman iniseperti akar, buah atau daun.

Metabolit sekunder dapat memiliki fungsisebagai senyawa pertahanan seperti melindungidiri dari herbivora, serangga, jamur, virus dankerusakan yang diakibatkan oleh sinar ultra violet(Acamovic & Brooker 2005). Dalamhubungannya dengan senyawa pertahanan ini,Mosleh et al. (2005) mengemukakan bahwakeanekaragaman struktur kimia dan konsentrasimetabolit sekunder pada tanaman diakibatkanoleh mekanisme seleksi oleh hewan pemakantumbuhan. Selain sebagai senyawa pertahanan,metabolit sekunder ini juga dapat berfungsisebagai penarik serangga untuk membantupenyerbukan. Pada biji-bijian, metabolitsekunder, karbohidrat dan lemak dapatmengalami turn-over dan digunakan tanamansebagai bahan pertumbuhan pada saatperkecambahan.

Metabolit sekunder yang dihasilkan olehtumbuhan memiliki pengaruh yang sangatbervariasi pada hewan dan manusia. Pengaruhini tergantung pada susunan kimia, konsentrasipada tanaman dan jumlah yang dikonsumsi sertastatus kesehatan. Pada mulanya, metabolitsekunder pada tanaman dipelajari untuk dapatmenghindari bahaya yang disebabkan, tetapipada perkembangan selanjutnya, metabolitsekunder dipelajari agar dapat dimanfaatkanuntuk perbaikan kesehatan (Acamovic &Brooker 2005). Pada tanaman, senyawa yangberfungsi sebagai alat pertahanan mungkin tidaktersedia dalam bentuk yang siap pakai. Senyawaini dibuat justru setelah tanaman terinfeksi.Misalnya, senyawa anti bakteri dan anti jamur(phytoalexin) dibuat melalui mekanisme infeksi.Oleh karena itu, senyawa ini menjadi tidakterdapat pada tanaman apabila tanaman tersebuttidak terinfeksi.

Untuk kepentingan pengobatan bagimanusia, metabolit sekunder yang saat ini banyakdipelajari adalah senyawa terpenoid, meliputitidak kurang dari 40000 jenis senyawa yangmemiliki struktur kimia berlainan.

KESIMPULANPerbaikan kualitas produksi buah-buahan

perlu dilakukan secara berkelanjutan melaluipemeliharaan ketersediaan unsur hara yangdiperlukan tanaman untuk pertumbuhan danreproduksi. Perbaikan kualitas produksi inimemerlukan pengetahuan yang cukup, tidakhanya tentang teknologi pasca panen tetapi jugamekanisme penyimpanan dan metabolisme hasilfotosintesis pada buah serta faktor lingkunganyang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksitanaman. Pemeliharaan produksi buah yangberkualitas penting karena buah menempati posisikedua setelah karbohidrat dalam fungsinya untukpemeliharaan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKAAcamovic, T and Brooker, J.D. 2005.

Biochemistry of plant secondarymetabolites and their effects in animals.Proceedings of the Nutrition Society 64;403–412.

Adiputra, I G.K., Suardana, AA. Km.,Sumarya, I Md., Israil Sitepu,Sudiartawan, P. 2007. Perubahanbiosintesis sukrosa sebelum pertumbuhankuncup ketiak pada panili (Vanillaplanifolia). Laporan penelitian Hibahbersaing I, Program studi Biologi, Fak.MIPA, Universitas Hindu Indonesia,Denpasar.

Adiputra, I G.K., Suardana, AA. Km.,Sumarya, I Md., Israil Sitepu,Sudiartawan, P. 2008. Perubahanbiosintesis sukrosa sebelum pertumbuhankuncup ketiak pada panili (Vanillaplanifolia). Laporan penelitian Hibahbersaing II, Program studi Biologi, Fak.

Page 39: Anemia Def.fe

39

MIPA, Universitas Hindu Indonesia,Denpasar.

Berüter J. 2004. Carbohydrate metabolism intwo apple genotypes that differ in malateaccumulation . Swiss Federal ResearchStation for Horticulture, Wädenswil CH-8820, Switzerland.

Bhugaloo RA. 1998. Effect of different level ofnitrogen on yield and quality of pineapplevariety Queen Victoria. AMAS 98. Foodand Agricultural Research Council, Réduit,Mauritius

Bower JP and Cutting JGM. 1987. Somefactors affecting post-harvest quality inavocado fruit. South African AvocadoGrowers’ Association Yearbook 1987.10:143-146. Proceedings of the FirstWorld Avocado Congress.

Cantwell M, Flores-Minutti, J and Trejo-Gonzales A. 1992. Developmentalchanges and postharvest physiology oftomatillo fruit (Physalis ixocarpa Brot.).Scientia Hortic., 50:59-70.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. PenerbitUniversitas Indonesia.

Gastal F and Lemaire G. 2002. N uptake anddistribution in crops: an agronomical andecophysiological perspective. J. Exp. Bot.53, No. 370: 789-799.

Giovannoni J. 2001. Molecular biology of fruitmaturation and ripening. Annual reviewof plant physiology and plant molecularbiology. vol. 52: 725-749

Hong-Yan Liu HY, Wen-Ning-Sun, Wei-Ai Su,Zang-Cheng Tang 2006. Co-regulationof water channel and potassium channelin rice. Physiol. Plant. 128:58-69.

Jacobi KK, Hetherington SE and MacRae EA2002. Starch degradation in Kensingtonmango fruit following heat treatment.Australian Journal of ExperimentalAgriculture 42(1) 83 - 92 (2002).

Jerie PH, Hall MA, Zeroni M 1991. Aspects ofthe role of ethylene in fruit ripening.

Postharvest Biology and TechnologyVolume 1, Issue 1, Pages 67-80.

Mosleh Arany A, De Jong TJ, Kim HK, VanDamNM, Choi YH, Verpoorte R & VanDer Meijden E. 2005. Glucosinolates andsome other chemical compounds in leavesfrom natural populations of arabidopsisthaliana and their effects on generalist andspecialist herbivores. Institute of Biology,University of Leiden, 2300 RA Leiden,The Netherlands.

N’tchobo H, Dali N, Nguyen-Quoc B, FoyerCH, Yelle S. 1999. Starch synthesis intomato remain constant throughout fruitdevelopment and is dependent on sucrosesynthase activity. Journal of ExperimentalBotany, Vol 50, No. 338, pp. 1457-1463.

Robert SC. 2007. Produksi dan rekayasaterpenoid dalam kultur sel tanaman.Nature chemical Biology 3, 387-395.

Sawada S, Igarashi T and Miyachi S. 1982.Effect of nutritional level of phosphate onphotosynthesis and growth studied withsingle, rooted leaf of dwarf bean. Plantand Cell Physiology 23: 27-33.

Schaffer AA and Petreikov M. 1997. Sucrose-to-Starch Metabolism in Tomato FruitUndergoing Transient StarchAccumulation. Plant. Physiol. 113: 739-746.

Terry N and Ulrich A. 1973. Effect ofphosphorus deficiency on thephotosynthesis and respiration of leavesof sugar beet.

Verpoorte R, van der Heijden R, Hoge JHC andten Hoopen HJG. 1994. Plant cellbiotechnology for the production ofsecondary metabolites. Pure & Appl.Chern., Vol. 66, Nos 10/11, pp. 2307-2310.

Yamaki S. 1995. Physiology and metabolism offruit development - biochemistry of sugarmetabolism and compartmentation in fruits-. Acta Hort. (ISHS) 398:109-120

Unsur Hara, Buah dan Metabolit Sekunder pada Tanaman Adiputra

Page 40: Anemia Def.fe

40

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Yelle S, Hewitt JD, Robinson NL, Damon S,And Bennett AB 1988. Sink Metabolismin Tomato Fruit. III. analysis ofcarbohydrate assimilation in a wild species.Plant Physiol. 87: 737-740.

Yokotani N, Nakano R, Imanishi S, Nagata M,Inaba A, Kubo Y. 2009. Ripening-associated ethylene biosynthesis in tomatofruit is autocatalytically anddevelopmentally regulated. J Exp Bot.2009;60(12):3433-42.

Zekri M, Obreza TA, Koo R 2009. Irrigation,nutrition and citrus fruit quality. SL 207Soil and Water Science Department,Florida Cooperative Extension Service,Institute of Food and AgriculturalSciences, University of Florida.

Ziegler H. 1975. Nature of transportedsubstances. –In Transport in plants. I.Phloem transport. Encyclopedia of PlantsPhysiology, New series (M.H. Zimmermanand J.A. Milburn, eds), Vol. 1, pp. 59-100. Springer-Verlag, New York, NY.

Page 41: Anemia Def.fe

41

UJI KUALITAS SIFAT TANAH SAWAH AKIBAT PEMBERIANPUPUK ORGANIK

E. Dewi YulianaProgram Studi Biologi FMIPA Universitas Hindu Indonesia, Jl Sangalangit, Tembau,

Denpasar

ABSTRAKPeningkatan kualitas sifat tanah sawah baik secara fisik, kimia, dan biologi tanah diduga

dipengaruhi oleh pemberian pupuk organik ke dalam tanah. Peningkatan kualitas tanah sawahberimplikasi langsung terhadap kesuburan tanah sebagai penyumbang hara yang sangatpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penelitian ini bertujuan ingin mengkajiimplikasi pemberian pupuk organik dengan dosis 2 ton per hektar, dalam pelaksanaan pertanianorganik terhadap perbaikan kualitas tanah sawah. Penelitian ini dirancang denganmenggunakan metode kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datakualitatif dan didukung oleh data kuantitatif (sekunder) sebagai data penunjang. Dari hasilpenelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik ke dalam tanah ternyata telahmampu membebaskan tanah dari tekanan ekologis berupa terjadinya degradasi kualitas lahansawah. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah ternyata mampu meningkatkan kualitassifat tanah sawah seperti kemasaman (pH) tanah, P-tersedia tanah, C-organik tanah, kadarair kapasitas lapang, dan kadar air tersedia tanah. Penambahan pupuk organik menyebabkanterjadinya perbaikan kualitas tanah sawah baik ditinjau dari segi fisik, kimia, dan biologitanah. Adanya keseimbangan antara ketiga faktor baik fisik, kimia, dan biologi tanah,menyebabkan terjadinya peningkatan kesuburan tanah yang akhirnya berimplikasi padaperbaikan ekosistem sawah secara menyeluruh.

Kata Kunci : Uji Kualitas, Sifat Tanah, dan Pupuk Organik

ABSTRACTImprovement of soil quality in rice-field, whether physical, chemical or biologically isspeculated to be affected by application of organic fertilizer into the soil. This qualityis directly implied on soil fertility which is contributed to the amount of nutrient forplant growth and development. This study is aimed to assess the implication of 2 ton/ha organic nutrient application, in organic farming practice, on the soil quality of therice field. This study was using a qualitative methodological design. So, qualitativedata was collected but this qualitative data is then supported by second handquantitative data. This study concluded that application of organic fertilizer couldminimize ecological stress, i.e. the decrease of soil quality. This conclusion is supportedby quantitative data, where addition of organic fertilizer could increase soil pH,phosphorous made available, soil organic carbon, water content, field capacity, andwater available in soil. Therefore, addition of organic fertilizer resulted in theimprovement of the soil quality in the rice filed, whether physical, chemical orbiologically. The equilibrium of these three factors would increase soil fertility andeventually soil ecosystem as a whole.

Key word: Test Quality, Soil quality, Organic fertilizer.

Page 42: Anemia Def.fe

42

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

PENDAHULUAN

Penggunaan input dalam bidang pertaniansecara besar-besaran, bisa menimbulkan dampaklangsung terhadap perubahan kondisi ekologi,terutama terhadap lingkungan hidup. Apa yangdiperkenalkan oleh pertanian modern melaluirevolusi hijau, salah satunya adalah tidakterduganya ketergantungan yang semakinmeningkat terhadap pestisida dan pupuk buatan.Input ini telah mencemari sungai dan air tanahdalam tingkat yang membahayakan manusia.

Menurut De Datta (1981), berbagaiketerbatasan pupuk buatan telah dikemukakanoleh beberapa ilmuwan seperti : (1) efisiensipupuk buatan ini terbukti lebih rendah dari yangdiharapkan, (2) pupuk buatan ini bisamengganggu kehidupan dan keseimbangan tanah,mengurangi dekomposisi bahan organik, yangkemudian menyebabkan degradasi strukturtanah, kerentanan yang lebih tinggi terhadapkekeringan dan keefektifan yang lebih rendahdalam menghasilkan penenan, (3) penggunaanpupuk buatan Nitrogen, Phosfor dan Kalium(NPK) yang terus menerus menyebabkanpenipisan unsur-unsur mikro, (4) adanyaketerbatasan suplai sumber daya khususnyafosfat.

Menurut Gips (dalam Reijntjes dkk, 2006),pestisida selain pupuk merupakan salah satu dariinput luar yang dipergunakan secara besar-besaran di bidang pertanian. Pada tahun 1985dunia menggunakan 2 milyar 300 juta kg pestisidakimia. Penggunaan pestisida meningkat denganpesat khususnya di negara-negara berkembang,di mana pestisida dianggap mampumengendalikan hama dengan cepat dan seringsecara aktif dipromosikan dan disubsidi. Namundemikian beberapa kerugian dan bahayapenggunaan pestisida lambat laun menjadi jelasseperti berikut : (1) setiap tahun ribuan pendudukterkontaminasi pestisida, dimana kira-kirasetengahnya adalah penduduk dunia ketiga, (2)pestisida bukan hanya membunuh organisme

yang menyebabkan kerusakan pada tanaman,namun juga membunuh organisme yang berguna,seperti musuh alami hama, (3) hanya sebagiankecil pestisida yang dipakai di lahan mengenaiorganisme yang seharusnya dikendalikan,sebagian besar organisme masuk ke udara, tanahatau air yang bisa membahayakan kehidupanorganisme lain (4) pestisida tidak mudah terurai,akan terserap dalam rantai makanan. Bahkanlebih lanjut berdasarkan data World HealtOrganization (WHO) (dalam Promo, 2007), 65persen Air Susu Ibu (ASI) telah tercemarpestisida.

Sejalan dengan makin banyaknya bahayayang ditimbulkan oleh paket pertanian modernseperti penggunaan pestisida dan pupuk kimia,maka ini merupakan tantangan bagi pakarpertanian untuk mencari teknologi alternatif dalampertanian, salah satunya adalah menerapkansistem pertanian organik. Pertanian organikadalah pertanian dengan masukan teknologirendah membatasi ketergantungan pada pupukanorganik dan bahan kimia pertanian lainnya.Pemupukan dilakukan dengan menggunakanpupuk organik. Gulma, penyakit dan hamatanaman dikelola melalui pergiliran tanaman,pertanaman campuran, bioherbisida, insektisidaorganik yang dikombinasikan denganpengelolaan tanaman yang baik.

Pengembangan pertanian untuk masa depanharus diarahkan pada upaya untuk menghasilkanpertanian yang menyehatkan, daur ulang unsurhara secara hayati, serta pelestarian terhadaplingkungan hidup. Pertanian organik biladilaksanakan dengan baik maka akan dapatmemulihkan tanah yang sakit akibat penggunaanbahan kimia pertanian. Hal ini terjadi apabilafauna tanah dan mikroorganisme yang bermanfaatdipulihkan kehidupannya, dan kualitas tanahditingkatkan dengan pemberian bahan organik,karena hal ini menyebabkan perubahan terhadapsifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tahap pertamaproduksi dan konservasi biomassa adalahmemobilisasi bahan organik (Sutanto, 2002).

Page 43: Anemia Def.fe

43

Bertolak dari permasalahan di atas, makadilakukan penelitian mengenai uji kualitas sifattanah sawah akibat pemberian pupuk organik.Penelitian ini bertujuan ingin mengkaji dampakpelaksanaan penerapan pertanian organik denganmenerapkan pupuk organik terhadap perbaikankualitas tanah sawah.

BAHAN DAN METODEPenelitian dilakukan di Subak Wangaya

Betan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel,Kabupaten Tabanan di Provinsi Bali, denganrancangan penelitian menggunakan metodekualitatif. Jenis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah data kualitatif dan didukungoleh data kuantitatif (sekunder) sebagai datapenunjang. Sumber data penelitian ini terdiri daridua sumber data yaitu sumber data primer dansumber data sekunder. Sumber data primeradalah objek yang diamati (di observasi) danwawancara dengan informan. Sumber datasekunder adalah pelbagai macam publikan, foto,gambar, pamflet dan lain-lain yang akan diolahkembali. Penelitian ini menggunakan analisisdeskriptif kualitatif dan interpretatif. Tahapananalisis data adalah identifikasi, klasifikasi(kategorisasi), dan sekaligus analisis terhadapberbagai informasi yang diperoleh dari lapangandengan senantiasa mendasarkan pada kajianpustaka dan kajian teori yang telah dijelaskansebelumnya. Juga dilakukan interpretasi datadengan cermat dan mendalam denganmenggunakan pengetahuan, ide-ide dan konsepyang ada pada masyarakat di tempat penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL1. Kualitas Tanah Sawah Sebelum

Pemberian Pupuk OrganikHasil penelitian terhadap kualitas tanah

sawah di Subak Wangaya Betan dengan teksturtanah yang sebagian besar berliat hingga lempungberliat, sebelum dilaksanakan pengkajian-pengkajian tentang pertanian organik (sebelumdilakukan pemupukan dengan pupuk organik),menunjukkan bahwa secara umum kurang subur,karena pH tanah relatif masam dengan pH tanahdi bawah 7, unsur hara makro terutama karbonorganik (C-organik) tergolong rendah, N-totaltergolong rendah, P-tersedia tergolong sangatrendah, Daya Hantar Listrik (DHL) tergolongrendah, Kadar Air (KA) Kering Udara tergolongsangat rendah, Kadar Air Kapasitas Lapangkurang baik. Ada pun diskripsi kualitas tanah diSubak Wangaya Betan, secara lebih rincidisajikan pada Tabel 1 (Wiguna, dkk, 2006).

2. Kualitas Tanah Sawah SetelahPemberian Pupuk OrganikEkosistem sawah yang sebelumnya rusak,

kini telah mengarah menjadi lebih baik setelahdilakukan pemupukan organik dengan dosis 2ton hektar. Hal ini dapat dilihat dari adanyaperbaikan kualitas tanah (Tabel 2), dimana residubahan kimia pada tanah sudah tidak mencemarilingkungan dan tidak berdampak buruk padatanaman. Adapun hasil analisa unsur hara tanahsawah di Subak Wangaya Betan setelahdilaksanakan pertanian organik disajikan padaTabel 2 (Wiguna dkk, 2007).

Uji Kualitas Sifat Tanah Sawah Akibat Pemberian Pupuk Organik E. Dewi Yuliana

Page 44: Anemia Def.fe

44

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

PEMBAHASANPenambahan pupuk organik dengan dosis 2

ton per hektar ke dalam tanah ternyata mampumemperbaiki kualitas tanah sawah di subakWangaya Betan, baik ditinjau dari pH tanah, COrganik tanah, P tersedia tanah, kadar airkapasitas lapang, dan kadar air kering udara(Tabel 2).

Tingkat kemasaman (pH) tanah memiliki artiyang sangat penting baik dalam proses biologimau pun kimia tanah, karena sangat berpengaruhterhadap proses penguraian mineral tanah serta

terhadap penyerapan hara dan mineral-mineraltanah sebagai nutrisi bagi tanaman. Bahkankondisi pH pada tanah juga berperan pentingdalam penyerapan berbagai logam berat olehtanaman, yang berpeluang kurang menguntungkanbagi kesehatan konsumen produk pertanian.

pH tanah yang masam mengurangi tingkatpenyerapan nutrisi oleh tanaman, namun akanmeningkatkan penyerapan berbagai jenis logamberat, sehingga tanaman akan cenderungmengandung residu logam berat yang lebih tinggidibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di

Keterangan :AA : Agak Aasam T : Tinggi S : SedangR : Rendah SR : Sangat Rendah KB: Kurang Baik.

Keterangan :AA : Agak Asam M : Masam N : NetralSR : Sangat Rendah ST: Sangat Tinggi S : Sedang B : Baik

Page 45: Anemia Def.fe

45

tanah dengan pH netral. Oleh karena itu untukmendapatkan produktivitas lahan yang optimaldan produk pertanian yang tidak tercemar logamberat maka pH tanah di Subak Wangaya Betanyang rata-rata agak masam yaitu 6.21 (Tabel 1)harus ditingkatkan dan dengan penambahanpupuk organik ke dalam tanah menyebabkan pHtanah meningkat dan berada pada kisaran normalyaitu 7.02 (Tabel 2).

Karbon Organik (C-Organik) merupakanunsur yang sangat penting dalam menentukankesuburan tanah. Dilain pihak jumlah karbon yangterlalu tinggi atau rendah tanpa diimbangi olehN-Organik, juga tidak baik karena keseimbanganantara C dan N dalam tanah sangat penting untukmenentukan tingkat kesuburan tanah. C-Organikpada tanah sawah di Subak Wangaya Betantergolong rata-rata sedang yaitu 1.61 % (Tabel1), namun setelah penambahan pupuk organikke dalam tanah maka keberadaan C-Organikmeningkat menjadi 2.75 % (Tabel 2).

Pupuk organik tanah merupakanpenyumbang utama bagi ketersediaan C-Organikdalam tanah, dengan demikian penambahanpupuk organik diperlukan. Pupuk organik tanahmemegang peranan penting dalam memperbaikikualitas tanah khususnya C-Organik. Di sampingsebagai pensuplai C-Organik, pupuk organikjuga sangat berperan dalam memberikanmasukan hara dan menjaga keseimbanganekosistem mikro dalam tanah. Tanah denganpupuk organik yang cukup akan menyediakannutrisi bagi semua kehidupan mahluk hidup dalamtanah, yang berperan dalam prosespenggemburan tanah, seperti cacing dan mikrofauna lainnya pada tanah.

Seperti halnya N, maka Phospor jugamerupakan salah satu unsur utama yang sangatdibutuhkan tanaman padi, untuk dapat tumbuhdan berproduksi secara optimal. Oleh karena ituP mutlak harus tersedia dalam tanah yang akandigunakan untuk menanam padi. Kandunganunsur P pada lahan sawah di Subak WangayaBetan rata-rata tergolong sangat rendah yaitu8.06 ppm (Tabel 1) sebelum dilaksanakan

pemupukan, namun setelah dilakukanpemupukan terjadi kenaikan P tersedia menjadi15.50 ppm.

Beberapa cara yang dapat ditempuh untukmeningkatkan kandungan P dalam tanah, antaralain dengan menambahkan pupuk organik dandengan menambahkan bakteri pengurai sepertiBio-Fos. Penambahan Bio-Fos akan sangatefektif apabila dalam tanah masih terdapat unsurP yang non-available, karena Bio-Fos hanyabersifat menambang P yang ada dalam tanah,yang belum tersedia bagi tanaman.

Kadar air kering udara (KA) tanahmenunjukkan kemampuan tanah dalammenyimpan air pada saat tanah ada dalam kondisikering udara. Hal ini sangat penting untukdiketahui, dalam rangka mengatur air irigasi.Tanah yang memiliki KA kering udara yang tinggimenunjukkan kemampuan tanah menyediakan airbagi tanaman pada saat air irigasi terbatas. Lahansawah di Subak Wangaya Betan memiliki KAkering udara rata-rata sangat rendah yaitu 9.56% (Tabel 1), artinya pada saat tanah ada dalamkondisi kering udara, ternyata tanah masihmampu menyediakan air sebanyak 9.56 % bagitanaman. Jika air tersebut habis maka tanamanakan menggunakan air yang ada dalam dirinyauntuk berbagai kepentingan fisiologis yangmenyebabkan tanaman menjadi layu. Kadar airkering udara tanah perlu ditingkatkan, agar padasaat musim kemarau dan air irigasi terbatas, tanahmasih mampu menyumbangkan air yang cukupbagi tanaman. Untuk meningkatkan kemampuantanah menahan air maka penambahan bahanorganik melalui pemupukan dengan pupukorganik mutlak dilakukan. Meningkatnya bahanorganik dalam tanah akan mampu meningkatkankemampuan tanah untuk mengikat air lebihbanyak, hal ini terlihat dari Tabel 2, setelahpenambahan pupuk organik terjadi peningkatanKA kering udara menjadi 12.79 % dengankategori sedang (Tabel 2).

Kadar Air (KA) kapasitas lapang jugamerupakan indikator yang sangat penting dalambudidaya tanaman padi. Kemampuan tanah

Uji Kualitas Sifat Tanah Sawah Akibat Pemberian Pupuk Organik E. Dewi Yuliana

Page 46: Anemia Def.fe

46

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

menahan air pada kondisi lapang merupakan halyang perlu diketahui petani agar mampu mengaturirigasinya dengan baik. Makin tinggi KAkapasitas lapang tanah, menunjukkankemampuan tanah untuk menahan air semakinbaik, pada kondisi air terbatas, tanah dengan KAkapasitas lapang yang tinggi akan tetap mampumenyediakan air bagi tanaman. Lahan sawah diSubak Wangaya Betan memiliki kemampuanmenahan air kurang baik, karena memiliki KAkapasitas lapang rata-rata 32.83 % (Tabel 1).Kondisi ini perlu diwaspadai karena jika terjadikekurangan air irigasi maka peluang terjadinyakekeringan bagi tanaman juga sangat besar.Salah satu upaya yang dapat digunakan untukmeningkatkan kemampuan tanah untuk mengikatair adalah dengan menambahkan bahan organiktanah melalui pemupukan dengan pupuk organik.Meningkatnya bahan organik tanah akanmenyebabkan meningkatnya kemampuan tanahdalam menahan air seperti terlihat pada tabel 2,KA kapasitas lapang sebesar 35.09 % sehinggadampak yang kurang menguntungkan padakondisi kekeringan akan lebih kecil.

Adanya perbaikan kualitas sifat tanah sawahsetelah pemberian pupuk organik sepertitercermin dalam Tabel 2, tidak bisa dilepaskanoleh peran dari bahan organik bila ditambahkanke dalam tanah. Menurut Sudarsono (1996),bahan organik bila diberikan ke dalam tanah,maka dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, danbiologi tanah, hal ini disebabkan oleh fungsi daribahan organik tersebut adalah sebagai berikut.Pengaruh langsung dari hasil mineralisasi bahanorganik sebagai sumber hara N, P, dan sertamempunyai pengaruh tidak langsung berupapenyediaan N melalui fiksasi N udara, asam-asam organik yang mempunyai kemampuanmembebaskan fosfat yang difiksasi oleh liat, sertapengikatan unsur mikro. Pemberian bahanorganik juga mempengaruhi sifat fisik (struktur,aerase, water holding capasiyt, danpermeabilitas tanah), meningkatkan daya tahantanah terhadap erosi dengan mengikat air lebihbanyak, karena terciptanya granulasi pada tanah.

Penambahan bahan organik akan memberikansuplai energi bagi organisme tanah, danmemperbanyak organisme sapropit denganmenekan parasit senyawa-senyawa antibiotikdan asam-asam fenolik, serta mempertinggiketahanan tanaman terhadap patogen.

Pupuk organik tidak lain adalah bahanorganik yang telah mengalami percepatanfermentasi (mineralisasi) akibat bantuan mikrobapengurai yang ditambahkan ke dalam bahanorganik, dengan demikian pupuk organikmempunyai karakteristik yang identik denganbahan organik. Sudarsono (1996) menyatakanlebih lanjut tentang sifat-sifat humus yangterkandung dalam pupuk organik yang dapatmeningkatkan kualitas tanah sebagai berikut.Humus dengan warna lebih gelap dibandingkandengan tanah mineral, berfungsi sebagai fasilitaspemanasan tanah. Mempunyai water holdingcapasity sampai 20 kali bobotnya, hal inimenyebabkan membantu mencegah pengeringandan penyusutan tanah, secara nyata meningkatkansifat menahan kelembaban pada tanah, dengandemikian menjadi buffer untuk kadar air tanah,dan kadar air kapasitas lapang.Lebih lanjut Sudarsono (1996) menyatakan,humus yang terkandung dalam pupuk organikberfungsi sebagai penyemen partikel-partikeltanah dalam pembentukan agregat, yangmemungkinkan terjadinya aerasi tanah, stabilisasistruktur dan peningkatan permeabilitas tanah.Humus mengkhelat Cu+2, Mn+2, Zn+2 sehinggamenyebabkan pH tanah meningkat, selain ituhumus juga bersifat buffer pada kisaran pH agakmasam, netral, dan alkali sehingga dapatmempertahankan reaksi uniform pada tanah.Humus mengkhelat kation-kation polivalen laindengan membentuk kompleks stabil, yang dapatmeningkatkan unsur hara bagi tanaman termasukmeningkatkan kadar P-tersedia tanaman. Selainitu humus juga memiliki total asiditas yang tinggi(300 – 400 me/100 g tanah) sehingga dapatmeningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)tanah sekitar 20 – 70 %, dengan demikian dapatmeningkatkan kesuburan tanah. Pupuk organik

Page 47: Anemia Def.fe

47

juga mengandung banyak unsur hara yang telahmengalami mineralisasi seperti CO

2, NH

4+, NO

3-

, PO4-, dan SO

42-, sehingga mampu meningkatkan

unsur hara pada tanah termasuk carbon (C) danphosfor (P) dalam penelitian ini. Humusmempunyai kelarutan yang rendah, yangdisebabkan oleh adanya asosiasi dengan liat,garam-garam dari kation-kation divale dantrivalen. Pupuk organik yang terisolasi secaraparsial larut dalam air kurang dari 1 per mil tanah(1/mil tanah), sehingga sedikit pupuk organikdapat hilang lewat pelindihan. Humus jugabereaksi dengan senyawa-senyawa organikseperti senyawa humik, fulfik, himatomelanik,karboksilat, fenolik dan lain-lain, sehinggamempengaruhi bioaktivitas, persistensi danbiodegrabilitas yang berakibat mempengaruhiefektifitasnya dalam tanah dengan tetapmempertahankan kesuburan tanah.

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapatdisimpulkan hal-hal sebagai berikut.1. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah

ternyata telah mampu membebaskan tanahdari tekanan ekologis berupa terjadinyadegradasi kualitas tahan sawah.

2. Pemberian pupuk organik ke dalam tanahternyata mampu meningkatkan kualitas sifattanah sawah seperti Kemasaman (pH) tanah,P- tersedia tanah, C-organik tanah, KadaraAir Kapasitas Lapang, dan Kadar AirTersedia Tanah. Penambahan pupuk organikmenyebabkan terjadinya perbaikan kualitastanah sawah baik ditinjau dari segi fisik,kimia, dan biologi tanah. Adanyakeseimbangan antara ketiga faktor baik fisik,kimia, dan biologi tanah, menyebabkanterjadinya peningkatan kesuburan tanah yangakhirnya berimplikasi pada perbaikanekosistem sawah secara menyeluruh..

SARANSaran yang dapat diajukan berkenaan

dengan penelitian ini adalah kepada petaniapabila memungkinkan agar secepatnyamengaplikasikan pemakaian pupuk organikdalam budidaya padi. Selain itu diharapkankepada Menteri Pertanian Republik Indonesiayang berkompeten melahirkan berbagaikebijakan di bidang pertanian, agar secepatnyamelahirkan kebijakan-kebijakan yang menunjangdan mempercepat pelaksanaan program “GoOrganik 2010”.

UCAPAN TERIMAKASIHUcapan terimakasih penulis sampaikan

kepada anggota Subak Wangaya Betan,khususnya kepada petani kooperatif I NengahSuarsana, SH dan kepada ketua subak WangayaBetan, I Nyoman Suarya, yang telah sangatkooperatif dalam memberikan informasi kepadapenulis selama melakukan penelitian di SubakWangaya Betan.

DAFTAR PUSTAKA

De Datta, S.K. 1981. Principle and Practicesof Rice Production. New York: Wileyand Sons.

Promo. 2007. Waspada ASI (Air Susu Ibu)Tercemar Pestisida. BOA (Bali OrganikAssociation) dan Veco Indonesia. 29 Juli- 4 Agustus 2008.

Reijntjes, C., Bertus Haverkot dan Ann Waters-Bayer . 2006. Pertanian Masa depan,Pengantar untuk Pertanianberkelanjutan Dengan Input LuarRendah. Penerjemah Y. Sukoco, SS.Amsterdam: CDCS/IFAD. PenerbitKarnisius.

Sudarsono. 1996. Bahan Organik Tanah.Program Pasca Sarjana Institut PertanianBogor. Bogor.

Sutanto, R. 2000. Serbuan Industri PertanianModern, Dalam Indonesia Abad XXI,Ninok Leksono(Ed). Penerbit Kompas.

Uji Kualitas Sifat Tanah Sawah Akibat Pemberian Pupuk Organik E. Dewi Yuliana

Page 48: Anemia Def.fe

48

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik MenujuPertanian Alternatif danBerkelanjutan. Karnisius Yogyakarta.

Wiguna, I Wayan A.A., Komang Dana Arsana,I Nyomana Ngurah Arya, I NyomanBudiana. 2006. Transformasi InovasiTeknologi Pertanian denganPendekatan Ecofarming padaEkosistem Subak di Bali. BadanPenelitian dan Pengembangan PertanianBPTP Bali.

Wiguna, I Wayan., Komang Dana Arsana, EdiSusiliwanto, Abdul Rachim, I NyomanNgurah Arya, I Nyoman Budiana. 2007.Transformasi Inovasi TeknologiPertanian dengan PendekatanEcofarming pada Ekosistem Subak diBali. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian BPTP Bali.

Page 49: Anemia Def.fe

49

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN TAMBAHANTERHADAP PRODUKSI TELUR JANGKRIK ( Gryllus sp. )

I Wayan SuardaProgram Studi Biologi FMIPA Universitas Hindu Indonesia , Jl.Sangalangit, Tembau, Denpasar

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis makanantambahan terhadap jumlah telur yang dihasilkan oleh jangkrik. Penelitian dilaksanakandengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas 4 macam perlakuanyaitu kelompok A (kelompok kontrol) diberi makanan berupa bayam, kelompok B diberimakanan berupa bayam ditambah pelet makanan ikan, kelompok C diberi makanan berupabayam ditambah konsentrat BR-1, dan kelompok D diberi makanan berupa bayam ditambahtepung ikan. Semua perlakuan diulang 6 kali. Masing masing perlakuan terdiri dari 8 ekornimfa jangkrik (jantan 2 ekor dan betina 6 ekor), sehingga total sampel yang digunakanadalah 192 ekor jangkrik. Variabel yang diamati adalah jumlah telur yang dihasilkan. Datayang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian satu arah pada taraf signifikasi 5%.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan dimanaproduksi telur jangkrik yang paling tinggi terdapat pada kelompok yang diberikan makanantambahan berupa konsentrat BR-1.

Kata kunci: Makanan tambahan, Jangkrik, Produksi telur.

ABSTRACTThis research is aimed to see the effect of various food supplement mixtures on theegg production in cricket. This research was conducted in completely randomizeddesign which consists of 4 treatments, i.e; control (group A), pellet and spinach (groupB), concentrate BR-1 and spinach (group C), fish powder and spinach (group D). Allof these treatments were repeated 6 times. Each group consists of 8 nymphs (2 male6 female), so the total cricket was 192. Variable observed was the number of eggproduced. After analyzed using one way analysis of variant, the results showed thatthere are significant differences between treatments, particularly treatment usingconcentrate BR-1 food supplement.

Key words: food supplement, cricket, egg produce.

PENDAHULUANJangkrik (Glyllus sp) sering dianggap

sebagai hama tanaman oleh sebagian petani danpengusaha perkebunan, karena jangkrikmemakan berbagai jenis tanaman muda(Sukarno,1999). Namun demikian, saat inijangkrik juga dimanfaatkan sebagai pakan burungpeliharaan seperti poksay, kacer dan hwambi.

Jangkrik juga dimanfaatkan sebagai pakan ikanarwana, udang dan ikan lele. Selain itu jangkrikjuga digunakan oleh para pemancing sebagaiumpan untuk mancing ikan bream dari jenisAbramis blicca.

Jangkrik yang dijadikan sebagai pakanburung berkicau dan ikan arwana adalah jangkrikyang telah mencapai usia 40 sampai 50 hari. Pada

Page 50: Anemia Def.fe

50

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

usia tersebut, anak-anak jangkrik telah tampakbesar, panjang tubuhnya telah mencapai 2 cmdan pada punggungnya telah tampak sebagaicalon sayap (Sridadi dan Rachmanto,1999).Sedangkan sebagai pakan udang dan ikan lele,jangkrik tidak disajikan dalam bentuk segarmelainkan dalam bentuk tepung jangkrik.

Dewasa ini kebutuhan jangkrik di kotasangat besar sekali, produksi 200.000 ekorjangkrik per hari hasil ternak di Solo, JawaTengah semuanya terserap pasar. Denganterjadinya kekosongan stok jangkrik di pasaran,menyebabkan harga jangkrik melambung tinggi.Para peternak jangkrik sangat perlumemperhatikan makanan yang diberikan padajangkrik yang dipeliharanya. Denganpemeliharaan dalam kandang, jangkrik tidakdapat memilih makanan secara bebas(Sukarno,1999).

Jangkrik dewasa mengkonsumsi makananuntuk reproduksi sedangkan jangkrik anakanmengkonsumsi makanan untuk pertumbuhan.Oleh karena itu, pemberian makanan untukjangkrik dewasa harus ditingkatkan, baik jumlah,mutu, maupun frekuensinya. Pemberian pakanyang cukup dan bergizi akan merangsang prosesreproduksi berjalan lebih sempurna (Sridadi danRachmanto,1999). Salah satu makanantambahan sumber protein yang dapat diberikanadalah pelet makanan ikan, konsentrat BR-1,dan tepung ikan (Paimin et al, 1999). Makanantersebut memiliki kandungan gizi yang berbeda,sehingga diperkirakan dapat memberikan

pengaruh terhadap kemampuan reproduksijangkrik. Sementara ini belum ada penelitian yangberkaitan dengan pengaruh jenis-jenis makanantambahan terhadap kemampuan jangkrikmenghasilkan telur Untuk mengetahui perbedaanjumlah telur yang dihasilkan sebagai akibatpemberian berbagai jenis makanan berupa peletmakanan ikan, konsentrat BR-1 dan tepung ikanmaka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

BAHAN DAN METODEPenelitian dilakukan di Laboratorium Biologi

FMIPA UNHI Denpasar. Jangkrik yangdigunakan dalam dalam penelitian ini adalah nimfajangkrik (Gryllus sp.) berumur 40 hari, yangdiambil dari Denpasar dan mempunyai kondisifisik yang homogen. Kriteria sampel adalahtungkai dan antenna yang lengkap dan tidakputus serta gerakannya agresif.

Penelitian dirancang menggunakanrancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dariempat macam perlakuan kemudian diulang 6 kali.Kelompok A (kelompok kontrol) diberi makananberupa bayam, kelompok B diberi makananberupa bayam ditambah pelet makanan ikan,kelompok C diberi makanan berupa bayamditambah konsentrat BR-1, dan kelompok Ddiberi makanan berupa bayam ditambah tepungikan. Masing masing kelompok terdiri dari 8 ekornimfa jangkrik (jantan 2 ekor dan betina 6 ekor),sehingga total sampel yang digunakan adalah 192ekor jangkrik. Komposisi gizi pakan yangdigunakan dalam penelitian seperti Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi gizi pakan yang digunakan dalam penelitian.

Kandungan Pelet makanan ikan Konsentrat BR-1 Tepung ikan

Protein (%) 35 21 50Lemak (%) 3 2,5 15,3Karbohidrat (%) 34 38 5Serat kasar (%) 4 4 1,8Abu (mineral) (%) 1 6,5 16,6Air (%) 12 145 10,72

Sumber: Murtidjo (1987) dan Mujiman (1989

Page 51: Anemia Def.fe

51

Sampel ditempatkan dalam baskom sebagaikandang yang telah diberi label. Kedalammasing-masing baskom diisi 2 ekor jangkrikjantan dan 6 betina. Untuk tempat bersembunyikandang diisi daun-daun kering. Untuk menjagakelembaban kandang maka dilakukanpenyemprotan air dengan menggunakan handSprayer. Makanan diberikan sehari sekalisebanyak 10 gram. Setelah 10 hari jangkrik mulaibertelur kemudian dilakukan perhihitungan. Sisapakan yang tidak habis juga dihitung setiap hari.

Data yang diperoleh kemudian dianalisisdengan menggunakan analisis varians dengan a:5 %, dan jika terdapat perbedaan nyata antarperlakuan maka dilakukan uji BNT pada a : 5 %dan 1 % (Sudjana, 1992).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASILHasil penelitian menunjukan bahwa

kelompok C yang diberikan makanan tambahanberupa konsentrat BR-1 dapat memproduksitelur dalam jumlah paling banyak yaitu rata-ratasebanyak 38,5 butir telur dibandingkan dengankelompok B, D dan A (Tabel 2). Hasil uji BTNmenunjukan adanya perbedaan yang signifikanantar perlakuan (P<0,01) (Tabel 3 dan Tabel 4).Sementara itu sisa pakan yang tidak habisdikonsumsi disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 2. Hasil penelitian rata-rata produksi telur jangkrik (butir)

Ulangan Perlakuan

A B C D

I 12 118 132 33II 19 128 131 47III 21 111 141 61IV 33 97 149 57V 26 81 133 44VI 24 95 145 59

Jumlah 135 630 831 301Rerata 22,5 105 138,5 50

Keterangan :A : Pakan bayam (control)B : Pakan bayam ditambah pelet makanan ikan.C : Pakan bayam ditambah konsentrat BR-1.D : Pakan bayam ditambah tepung ikan.

Tabel 3. Hasil analisis varians pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap produksi telurjangkrik ( Gryllus sp. ).

Sumber keragaman Db JK KT F hitung F tabel

Perlakuan 3 4 9439,12 16479,706 126,97 3,10Galat 20 2595,84 129,792Total 23 52034,96 - - -

Pengaruh Pemberian Jenis Makanan Tambahan terhadap Produksi .... Suarda

Page 52: Anemia Def.fe

52

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Tabel 4. Hasil uji BNT pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap produksi telur jangkrik( Gryllus sp. )

Perlakuan C B D A

Rerata 138,5 105 50 22,5

C 138,5 0 34** 89** 116**B 105 0 55** 82**D 50 0 27**A 22,5 0

BNT 5% = 13,721BNT 1% = 18,713

PEMBAHASANPerbedaan produksi telur pada jangkrik yang

diberikan makanan tambahan berbeda-bedadisebabkan oleh kualitas makanan yangdiberikan (komposisi nutrisi), terutama nilai giziyang terkandung dalam setiap makanan tambahantersebut yang mempengaruhi perkembanganjangkrik (produksi telur).

Meningkatnya kemampuan jangkrik dalammemproduksi telur setelah diberikan makanantambahan berupa konsentrat BR-1, inidisebabkan komposisi gizi yang terkandungdalam konsentrat BR-1. Disamping itu, gizi yangmembantu dalam proses reproduksi terutamauntuk produksi telur jumlahnya optimaldibandingkan makanan tambahan lainnya.

Komposisi gizi yang terkandung dalam pakandiantaranya berupa protein, karbohidrat, lemak,mineral, serta air.

Protein yang terkandung dalam pakanjangkrik merupakan komponen utama jaringantubuh yaitu untuk pertumbuhan sel, penyusunstruktur sel, mengatur keseimbangan air dalamjaringan, penyusun antibodi, hormon dan enzim(Prawirokusumo, 1993). Ditinjau dariproduktifitas telur, protein sangat berperan aktifuntuk mencapai produksi telur yang optimal. Didalam tubuh, protein akan diuraikan menjadiasam-asam amino. Keseimbangan asam aminoini sangat dibutuhkan dalam menunjang produksitelur. Disamping itu protein berperan pentingdalam pembentukan telur. Yolk dan albumen

Ulangan Perlakuan Pemberian Makanan

A B C D

I 5,853 5,089 3,800 5,371II 5,740 5,264 3,722 4,979III 5,981 5,135 4,320 4,493IV 5,689 5,272 4,221 4,716V 5,622 5,313 4,166 5,233VI 5,911 4,950 4,322 4,823

Jumlah 34,796 31,023 24,551 29,615Rerata 5,7993 5,1705 4,0910 4,9358

Tabel 5. Sisa pakan yang tidak habis dikonsumsi (gr/hari)

Page 53: Anemia Def.fe

53

tidak akan ada, bila dalam makanan tidakmengandung protein (Muhammad, 1984). Padaunggas, penelitian Lubis dan Paimin (2001),mengungkapkan bahwa agar produksi telurmencapai optimal maka diperlukan jumlahprotein dalam campuran pakan sebaiknyaberkisar 17-18%.

Bila dibandingkan antara pelet makananikan, konsentrat BR-1 dan tepung ikan padaTabel 1 dapat dilihat bahwa kandungan proteindari ketiga makanan tersebut melebihipersyaratan untuk kebutuhan dalam produksitelur. Tetapi konsentrat BR-1 memiliki kadarprotein yang optimal. Dengan adanya kadarprotein yang optimal ini maka prosespembentukan telur dapat berjalan dengan lancardibandingkan dengan pelet makanan ikan dantepung ikan.

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energibagi jaringan tubuh, pengatur metabolisme lemak,penghemat fungsi protein, sebagai serat dalammakanan dan membantu penyerapan kalsium(Ariani, 1995). Pada unggas, hasil penelitian Lubisdan Paimin ( 2001) mengungkapkan bahwa agarproduksi telur mencapai optimal maka diperlukanjumlah karbohidrat sebanyak 60 % dari jumlahpakan. Kalau zat ini berlebihan, akan disimpandi dalam tubuh dalam bentuk lemak. Apabilajangkrik kekurangan karbohidrat maka dapatmenghambat metabolisme energi yang dihasilkanuntuk segala aktifitas atau semua proses yangterjadi di dalam tubuh jangkrik menjadi rendah,sedangkan energi yang diperlukan sangat besar.Dengan demikian ternak menjadi lemas dan tidakbertenaga yang pada akhirnya dapatmenuurunkan produktifitas ternak dalammenghasilkan telur (Cahyono, 1995). KonsentratBR-1 mengandung kadar karbohidrat yang palingtinggi dibandingkan dengan pelet makanan ikandan tepung ikan. Dengan adanya kadarkarbohidrat yang optimal tersebut maka energididapatkan lebih banyak, yang mana karbohidratmerupakan sumber energi paling tinggidibandingkan dengan zat-zat lain yangdibutuhkan oleh tubuh jangkrik. Energi tersebut

mengakibatkan jangkrik menjadi lebih aktifterutama melakukan reproduksi (pembentukantelur).

Lemak berfungsi sebagai sumber energitubuh yang besar, zat pembangun dan pembentukstruktur tubuh, cadangan energi, pelarut beberapavitamin (Ariani, 1995). Lemak khususnya asamlinoleat diperlukan bagi ternak untukpertumbuahan, produksi telur maksimun danbesar telur (Anggorodi, 1985). Pada unggas, hasilpenelitian Lubis dan Paimin (2001) menemukanbahwa kebutuhan lemak untuk ternak yangsedang bertelur adalah sekitar 5 – 6 % dari jumlahpakan. Bila kandungan lemak pakan terlalubanyak, maka ternak menjadi terlalu gemuk.Kelebihan lemak ini akan mengganggu alatreproduksi pada tubuh hewan sehingga produksitelurnya akan menurun, bahkan tidakberpropduksi sama sekali. Sebaliknya kalaukurang akan digantikan oleh karbohidrat.

Jika dikaji lebih lanjut pada Tabel 1 nampakbahwa komposisi tepung ikan mengandungjumlah lemak yang lebih tinggi dari persyaratan.Dengan kandungan lemak yang tinggi padalepung ikan, maka jangkrik menjadi gemuk.Lemak yang menumpuk pada tubuh jangkrikakan dapat mengganggu alat reproduksi terutamaorgan penghasil telurnya seperti terjadipenyempitan pada saluran telur sehingga telurtidak bisa dikeluarkan secara maksimal.Disamping itu dengan adanya lemak yang banyakpada tubuh jangkrik akan mengakibatkan tubuhjangkrik menjadi lebih berat dan kurang aktif(gerakannya lamban) sehingga daya produksinyamenjadi rendah atau tidak bereproduksi samasekali.

Makanan juga harus mengandung mineral.Pada dasarnya fungsi utama mineral adalahsebagai komponen utama tubuh, merupakanunsur dalam cairan jaringan, sebagai elektrolityang mengatur tekanan osmosis, mengaturkeseimbangan asam basa dan permeabilitasmembran serta sebagai aktifator atau terkaitdalam peranan enzim dan hormon. Mineral yangberperan dalam produksi telur diantaranya:

Pengaruh Pemberian Jenis Makanan Tambahan terhadap Produksi .... Suarda

Page 54: Anemia Def.fe

54

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

kalsium (Ca) yang mempengaruhi produksi telurdan kualitas kulit telur, dan fosfor (P). Ca dan Pdibutuhkan untuk membentuk kulit telur. Bilahewan kekurangan mineral ini maka telur yangdihasilkan akan mudah pecah karena kulitnya tipisatau bahkan tidak dihasilkan telur. Pada unggas,hasil penelitian Lubis dan Paimin (2001)menemukan bahwa kebutuhan Ca 2,5-3% darijumlah pakan, sedangkan P sekitar 0,5-0,8% darijumlah pakan.

Komponen yang juga harus ada dalam pakanadalah air. Air mempunyai fungsi sebagai alattransportasi zat gizi, pengatur suhu tubuh,komponen penyusun tubuh, dan berperan dalamreaksi kimia tubuh. Pada hewan yang sedangbertelur air dibutuhkan untuk kesehatan danproses-proses lainnya seperti mempengaruhiukuran telur, kualitas kulit dan ketahananterhadap penyakit (Lubis dan Paimin, 2001).Pada pakan ternak terutama jangkrik diperlukanpakan yang banyak mengandung air. Hal inidisebabkan sifat jangkrik yang tidak minumsehingga hanya memperoleh air dari pakan yangdimakannya, terutama dari bayam.

Pada kelompok kontrol hanya diberikanmakanan berupa bayam saja sehingga jangkrikhanya mendapatkan suplai gizi dari bayam, yangkandungan gizinya lebih sedikit dibandingkandengan makanan tambahan. Dengan sedikitnyakandungan karbohidrat, lemak, protein danmineral mengakibatkan telur yang dihasilkan jauhlebih sedikit dibandingkan dengan kelompokyang diberikan makanan tambahan berupa peletmakanan ikan, konsentrat BR-1 dan tepung ikan.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwaternyata jangkrik yang diberikan makanantambahan berupa konsentrat BR-1 paling sedikitsisa makanannya dibandingkan dengan peletmakanan ikan dan tepung ikan (Tabel 5). Hal inimenunjukkan bahwa makanan tambahan berupakonsentrat BR-1 lebih disukai oleh jangkrik

dibandingkan dengan pelet makanan ikan dantepung ikan. Dengan lebih banyaknya makananyang dihabiskan, maka energi untuk prosespembentukan telur akan berjalan dengan lancardan telur yang dihasilkan juga lebih banyakdibandingkan dengan pelet makanan ikan dantepung ikan.

KESIMPULANDari hasil penelitian dapat dismpulkan hal-

hal sebagai berikut:1. Perbedaan jenis makanan tambahan berupa

pelet makanan ikan, konsentrat BR-1 dantepung ikan yang diberikan pada jangkrikdapat meningkatkan produksi telur jangkrik.

2. Produksi telur jangkrik paling tinggidihasilkan oleh konsentrat BR-1.

DAFTAR PUSTAKAJumar, 2000. Entomologi Pertanian.

PT.Rineka Cipta. JakartaLala Kumala. 1999. Sukses Budidaya Jangkrik.

Arkola. SurabayaLubis A. Maulana dan Paimin Farry B. 2001. 8

Kiat Mencegah Penurunan Produksitelur Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta

Mujiman,A. 1989. Makanan Ikan. PenebarSwadaya. Jakarta

Murtidjo,BA. 1987. Pedoman Beternak AyamBoiler. Kanisius. Yogyakarta

Natawigena. 1994. Serangga Di Sekitar Kita.Kanisius. Yogyakarta.

Paimin, FB, et al. 1999. Sukses BeternakJangkrik. Penebar Swadaya. Jakarta

Radiopoetro, 1990. Produksi dan pemberianRansum Unggas. Kanisius. Yogyakarta

Sukarno, H. 1999. Budidaya Jangkrik Kanisius.Yogyakarta.

Sridadi dan Rachmanto. 1999. TeknikBeternak Jangkrik . Kanisius.Yogyakarta.

Page 55: Anemia Def.fe

55

PEMANFAATAN FLORA DAN FAUNA SEBAGAI ATRAKSIEKOWISATA DI OBYEK WISATA ALAS KEDATON TABANAN, BALI

I Ketut SundraJurusan Biologi, Fak. MIPA UNUD

ABSTRAKObyek Wisata Alas Kedaton merupakan kawasan hutan yang di konsep sebagai kawasanekowisata sehingga terjadi keterpaduan antara unsur pendidikan, sosial, budaya, ekonomi danunsur pelestarian alam (konservasi). Obyek ini sebagai paket wisata yang lebih mengutamakankeberadaan flora dan fauna khas yang bisa hidup eksis yang dikenal sebagai ekosistem alaskedaton yang bersifat dinamis dan homeostasis.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi (flora) dan fauna di Obyek WisataAlas Kedaton serta interaksi antara kedua komponen tersebut dan dikaitkan dengan faktorsosial, budaya, ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai pengelola obyek wisataini.Hasil pengamatan diketemukan 40 jenis flora, terdiri dari 26 jenis (85 %) tergolong floralangka yang dilindungi undang-undang, diantaranya terdapat 3 jenis tergolong langka nasionalyaitu Bayur (Pterospermum diversifolium) Sawo kecik (Manilkara kauki) dan Pule (Alstoniascholaris). Sedang jenis fauna /hewan diketemukan 28 jenis terdiri dari 15 jenis burung, 10jenis Mammalia dan 3 jenis reptilia, dan ketiga jenis tersebut tidak ada tergolong fauna langka.Dari jumlah tersebut terdapat 2 jenis fauna endemik yang menjadi daya tarik obyek wisataAlas Kedaton yaitu kera abu ekor panjang (Macaca presbitis) dan kalong (Pteropus electo).Adapun jenis-jenis tumbuhan yang ada sangat bermanfaat untuk keperluan fauna, baik daunmuda dan buahnya untuk makanan kera dan sebagai tempat tinggal kalong. Dengan demikiandapat disimpulkan ekosistem alas kedaton termasuk ekosistem stabil

Kata kunci : Obyek wisata , Alas Kedaton, Ekowisata, flora dan fauna.

ABSTRACTTourism object, Alas Kedaton is a forest area which was designed as ecotourism regionwhich expected to generate integration among various socials aspects such as, education,socials, cultural, economic and conservation. As a tour package, this object isparticularly aimed to offer a dynamic and homeostatic ecosystem. Accordingly, thisstudy is aimed to see the variability of plants (flora), animals (fauna) species whichlived in Alas Kedaton Tourism area and also to see the interaction of those two organisms.This tourism activity was then correlated with social factors such as, cultural, economicand public welfare of people who organize this tourism area. This study found that AlasKedaton Tourism Area has 40 species of flora, which consisted of 26 species (85%)classified as rare flora. Therefore, these species are protected by law. Among thosespecies, 3 species are classified as nationally rare species, i.e. Bayur (Pterospermumdiversifolium), Sawo kecik (Manilkara kauki) and Pule (Alstonia scholaris).The Alas Kedaton Tourism Area was also found to have 28 species of fauna, consistingof 15 bird species, 10 mammal species and 3 species of reptiles. These 3 reptile speciesare not classified as rare fauna. The two most fascinating species found in the areawere Macaca presbitis, apes with grey colour and long tail and Pteropus electo (bats).Various plants species found in the area are very important for fauna as a source offood and as a place to live. For examples, young leaves and mature fruits of thoseplants are food for monkey and trees are the place for the bats to live. Collectively, thisstudy concluded that Alas kedaton still has a stable ecosystem.

Keywords: Tourism object, Alas Kedaton, Ecotourism, Flora and Fauna.

Page 56: Anemia Def.fe

56

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

PENDAHULUANEkowisata merupakan konsep wisata yang

dipadukan dengan konsep ekosistem. Dalamkonsep tersebut, aktivitas wisata dilandasi konsepkonservasi sehingga obyek wisata tetapdilatarbelakangi faktor-faktor alami dariekosistem seperti hutan, sungai, danau, pantaidan sebagainya, dengan aktivitas yang dilakukanbaik berupa haicking, tracking, travelling dansebagainya.

Dalam konsep ekowisata bahwa adabeberapa hal yang perlu mendapat perhatian baikdari pemerintah, masyarakat adat maupunpengguna jasa termasuk pemandu wisata,pedagang dan sebagainya diantaranya; (a)kualitas lingkungan alam merupakan modalkepariwisataan, yaitu dapat dinikmati olehgenerasi sekarang maupun yang akan datang, (b)kepariwisataan harus diyakini sebagai kegiatanpositif dengan potensi memberikan keuntunganpada masyarakat lokal, daerah dan wisatawan,(c) hubungan pariwisata dengan lingkungan harusdikelola untuk mewujudkan lingkunganberkelanjutan untuk jangka panjang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa kawasanhutan yang dijadikan basis ekowisata juga harusmenekankan kepada konsep konservasi, yaitutetap berupaya melakukan pengawetan terhadapkeanekaragaman hayati baik terhadap tumbuhanmaupun satwa beserta ekosistemnya.

Salah satu kawasan ekowisata adalah Obyekwisata Alas Kedaton. Kawasan ini terletak diDesa Kukuh, Kecamatan Marga, KabupatenTabanan dengan luas + 12 ha. Kawasan inimerupakan hutan wisata yang mempunyaikomponen ekosistem utama berupa tumbuhandan hewan yang hidup secara bersinergis. Hutanini sejak 1991 telah ditetapkan sebagai obyekwisata yang dikelola sepenuhnya oleh Desa AdatKukuh. Penetapan obyek wisata Alas Kedatonini telah diperkuat dengan dikeluarkannyaPeraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I BaliNomor 4 Tahun 1996 tentang Rencana TataRuang Wilayah Propinsi (RTRWP) Daerah TK.

I Bali. PERDA No. 4 Tahun 1996 ini telahdiperbaharui menjadi PERDA Propinsi DATI IBali No. 4 Tahun 1999.

Obyek Wisata Alas Kedaton dikeloladengan konsep ekowisata sehingga terjadiketerpaduan antara unsur pendidikan, sosial,budaya, ekonomi dan unsur pelestarian(konservasi). Dengan demikian ekowisata akanmempunyai arti dan komitmen terhadapkelestarian alam dan pengembangan masyarakatyang nantinya dapat meningkatkan ekonomimasyarakat. Dengan langkah-langkah tersebut,kegiatan mengandung persepektif dan dimensiyang baik sebagai masa depan pariwisataberkelanjutan.

Konsep kepariwisataan di Bali umumnyamerupakan sistem kepariwisataan yang berbasisbudaya, sehingga pengelolaan obyek wisata AlasKedaton juga terkait erat dengan Konsep TriHita Karana. Dengan demikian pelaksanaankepariwisataan di Obyek Wisata Alas Kedatontelah terjadi penerapan secara terpadu antarapelaksanaan Falsafah Tri Hita Karana, Undang-undang No. 5 tahun 1990, Undang-undang No.9 tahun 1990 dan PERDA Propinsi TK I BaliNo. 4 Tahun 1996. Ditinjau dari fungsinnyabahwa strategi pengembangan obyek wisata AlasKedaton telah dilandasi falsafah Tri Hita Karanadengan target yang diharapkan selalu diarahkanuntuk tetap mencapai keseimbangan hubunganmanusia dengan Tuhan, manusia dengan manusiadan hubungan manusia dengan alamlingkungannya.

Mengingat sangat pentingnya artikeberadaan Taman Wisata Alas Kedaton baikdari konsep ekosistem yang terpadu dengankonsep pelestraian wisata yang berbasis budaya,sehingga perlu dilakukan upaya-upayapengelolaan secara terpadu antara pemerintahKabupaten Tabanan dengan masyarakat adat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuijenis-jenis flora dan fauna yang dimanfaatkansebagai komponen utama daya tarik TamanWisata Alas Kedaton Tabanan.

Page 57: Anemia Def.fe

57

BAHAN DAN METODEPenelitian ini dilakukan pada Bulan Juli 2010

, dengan lokasi di Kawasan Wisata AlasaKedaton, Desa Kukuh, Kecamatan Marga,Kabupaten Tabanan. Data-data yang diperlukanberupa data primer dan data sekunder. Dataprimer berupa jenis-jenis tumbuhan yang tumbuhdi kawasan Alas Kedaton dan jenis-jenis hewanyang hidup di kawasan tersebut baik jenis burung,Amphibia dan Mamalia. Metode pengamatandilakukan dengan melakukan sensus daninventarisasi terhadap jenis flora dan fauna(Samingan, 1971 ; Hardjosuwarno, 1989).Inventarisasi dilakukan dengan menjelajahi semuakawasan (12 Ha) dengan sistem jalur. Jenis-jenistumbuhan yang diketemukan langsung dicatatnama jenisnya, dan jika tidak tahu namanya,diambil bagian daun dan buah untuk dijadikanherbarium, selanjutnya dicandra secara seksamadi Laboratorium Biologi FMIPA UNUD denganmenggunakan buku-buku determinasi tumbuhandan atlas biologi. Sedangkan untuk mengetahuijenis-jenis fauna dicatat secara langsung maupundengan melakukan sensus dengan mendengarkansuara maupun melihat sarangnya.

Untuk melengkapi data-data flora dan faunabisa dlengkapi dengan data sekunder yaitudengan bertanya langsung pada masyarakat dandari pustaka serta leaflet atau buku-buku yangditerbitkan oleh Taman Wisata Alas Kedaton.

Teknik pengambilan sampel (flora dan fauna)dilakukan dalam tiga klompok yaitu :a. Kelompok/Stasiun 1: mulai dari pintu masuk

obyek sampai di sebelah selatan tembok ataudisebelah barat Pura Alas Kedaton denganluas ±3,5 Ha.

b. Klompok /Stasiun 2 : sebelah selatan PuraAlas Kedaton seluas ± 4 Ha

c. Klompok /Stasiun 3 : sebelah timur dan utaraPura Alas Kedaton seluas ± 4,5 Ha.Data-data flora dan fauna yang diperoleh

semua dicatat dan dibuat dalam tabel. Danselanjutnya masing-masing jenis tersebutdianalisis berdasarkan tingkat statusnya yaitu

apakah jenis-jenis tersebut termasuk jenis langkaatau dilindungi undang-undang.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Hasil inventarisasi jenis-jenis flora yangdiketemukan di Kawasan Obyek Wisata AlasKedaton seperti tercantum pada Tabel 1.Sedangkan jenis-jenis fauna tercantum padaTabel 2.

PembahasanDari 40 jenis tumbuhan yang diketemukan

di Obyek Wisata Alas Kedaton (Tabel 1) ternyatatergolong flora endemik (tumbuh dan adaftif hidupdi habitat itu), dan termasuk pula flora introduce(flora yang sengaja ditanam) sebagai floraeksotik. Dari 40 jenis tersebut ternyata 26 jenis(65 % ) tergolong langka dan dilindungi Undang–undang yang ditetapkan berdasarkan SKMentan No. 738 Tahun 1976 , dan dari jumlahtersebut yaitu 23 jenis tergolong langka di Balidan 3 jenis tergolong langka nasional yaitu: Bayur(Pterospermum diversifolium) Sawo kecik(Manilkara kauki) dan Pule (Alstoniascholaris).

Sedangkan untuk jenis fauna yangdiketemukan di Obyek Wisata Alas Keatonterdiri dari 15 jenis burung (Aves), 10 jenisMammalia dan 3 jenis Reptilia (Tabel 2). Darijumlah fauna yang diketemukan tersebut tidakada termasuk satwa langka dan yang dilindungiundang-undang. Akan tetapi berdasarkan awig-awig desa adat Kukuh, bahwa Kalong (Pteropuselecto) dan kera abu ekor panjang (Macacafascicularis) merupakan hewan mayoritaspenghuni ekosistem kawasan Obyek Wisata AlasKedaton serta tidak boleh diburu, sehinggakedua jenis hewan ini sebagai icon atau maskotdaya tarik wisata baik domestik maupun mancanegara. Walaupun kedua satwa mayoritastersebut tidak termasuk satwa langka dandilindungi Undang-undang, tetapi semua jenisflora dan fauna yang hidup di kawasan tersebut

Pemanfaatan Flora dan Fauna sebagai Atraksi Ekowisata .... Suarda

Page 58: Anemia Def.fe

58

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Tabel 1. Jenis-jenis flora yang diketemukan di Kawasan Obyek Wisaya Alas Kedaton sertasetatusnya.

No Nama Lokal/Daerah Nama Ilmiah Keterangan

1 Gintungan Bischivia javanica* 12 Wahyuni/Sonokeling Dalbergia latifolia 33 Kepohpoh Buchanania arborescenns* 1, 34 Sandat Cananga odorata* 35 Cempaka putih Michelia alba 16 Badung Garcinia sp* 1, 37 Bayur Pterospermum Diversifolium** 1, 48 Sawo kecik Manilkara kauki** 19 Awar-awar Ficus septica 110 Oo Ficus sp* 1, 411 Dau Dracontomelon mangiferum* 312 Salam/Janganulam Syzygium polyantha 213 Gempinis Melia azedarachta 314 Kayu jeleme/kayu anak Knema laurina* 115 Bejulitan Utsea glutinosa 316 Klampuak Syzygium javanicum* 1, 317 Teep/Toop Artocarpus elasticus* 1, 3,418 Kutat Planchonia valida* 3, 419 Nyantuh Palaquium javanica* 320 Bunut Ficus indica* 321 Bukak Rauvolfia javanica* 2, 322 Kwanitan Dysoxylum sp* 323 Kayu sambuk Meliosma pinnata* 323 Beringin/Bingin Ficus benjamina 325 Nangka Artocarpus integra 126 Pule Alstonia scholaris** 3, 427 Kayu adeng Dyzoxylum sp* 328 Nyantuh Palaquium javanicum 329 Camplung Callophylum inulifolium 330 Juwet Eugenia cumini* 331 Kepundung Bacchaurea racemosa* 1, 332 Kem Fleucotia rucam* 133 Jaka/Aren Arenga pinnta* 134 Majagau Dysoxylum caulostachyum* 135 Kayu adeng Dysoxylum sp 136 Kejimas Duabanga molluccana* 137 Kapuk/randu Bombax malabaricum 1, 338 Kesambi Schleihera oleosa* 1, 339 Tanjung Mimosoph ellengi 1, 340 Singepur Grewia cordisiana 1, 3

Keterangan :1 = Buahnya untuk makanan kera2 = Daun muda sebagai makanan kera

3 = Tempat berlindung, istirahat dan tidur kera4 = Tempat istirahat/tidur Kalong* = Jenis yang tergolong langka di Bali.** = Jenis tumbuhan tergolong langka nasional

Page 59: Anemia Def.fe

59

Tabel 2. Jenis-jenis fauna yang diketemukan di Kawasan Obyek Wisaya Alas Kedaton sertasetatusnya

No Nama Lokal/Daerah Nama Ilmiah Keterangan

A Burung/Aves1 Tekukur Streptopelia chinensis +++2 Kucica Copsycus saularis +3 Gereja Passer montacus ++++4 Gagak Corvus maccorhynchos ++5 Sri Gunting Dicrurus leuchophaesus +6 Cerukcuk Pycnonotus goivier ++7 Perit Lonchura leucogastoides +8 Puyuh Turnix suscitator ++9 Kutilang Pycnonotus aurigaster +10 Layang-layang besar Hirundo stolata +11 Belatuk Picoides macei +12 Celepuk Otus bakkamoena +13 Punglor Zoothera citrina +14 Petingan Lonchura pucktulata +15 Kowak malam (rekowak) Ncticorax nycticorax ++

B. Mamalia1 Kera abu ekor panjang Macaca fascicularis ++++2 Kalong Pteropus electo ++++3 Tupai Callosciurus notatus ++4 Codot buah Cynopterus sphink ++5 Tikus Rattus sp +6 Kelelawar Pteropus vampyrus ++7 Musang Paradoxorus hermaproditus +8 Ayam Gallus sp ++9 Anjing Canis familiaris +10 Kucing Fellis domesticus +

C. Reptilia1 Biawak Varanus salvator +2 Kadal Mabuya multifasciata ++3 Ular hijau Tremeresurus alborabrus +

Keterangan++++ : Sangat banyak +++ : Banyak+ + : Sedang + : Sedikit

Pemanfaatan Flora dan Fauna sebagai Atraksi Ekowisata .... Suarda

Page 60: Anemia Def.fe

60

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

dilindungi berdasarkan awig-awig desa adat atauDesa Pekraman Kukuh untuk dilarang mengambildan/atau mengeksploitasinya. Dengan kuatnyaawig-awig yang berlaku sehingga kondisi floa danfauna tetap aman dari eksploitasi manusia, danpada gilirannya maka ekosistem di kawasan initetap eksis dan memiliki daya tarik khusus bagiwisatawan.

Eksistensi fauna di kawasan obyek wisataAlas kedaton sangat didukung oleh keberadaanflora yang ada. Dari 40 jenis tumbuhan yangdiketemukan di kawasan tersebut ternyatakesemuanya sangat bermanfaat untuk kehidupanfauna baik untuk tempat mencari makan (feddingarea), tempat bersarang, tempat memijah(nursery ground ), tempat kawin (breddingarea). Dengan demikian tumbuhan yang hidupdi kawasan tersebut merupakan makanan kera(yaitu buah serta daun muda), tempat berlindung,istirahat dan tidur kera dan sebagai tempatistirahat/tidur kalong.

Vegetasi tersebut disamping mempunyaiperanan sebagai komponen ekosistem yaitusebagai produsen (menjaga keseimbanan aliranenergi melalui O

2 yang dihasilkan melalui proses

fotosintesis), juga sangat bermanfaat untukpelestarian lingkungan dengan tetap menjagakeseimbangan iklim mikro melalui keseimbangansuhu dengan kelembaban udara dan sebagaiupaya untuk mempertahankan sebagai kantong-kantong peresapan (cathhment area). Kondisiini sangat menunjang program pemerintah menujuBali Clean and Green sebagai landasan untukmenuju pembangunan yang berkelanjutan(sustainable developmen).

Adapun pengelolaan obyek wisata AlasKedaton saat ini yang dikelola oleh desa AdatKukuh, Kediri, Tabanan sangat terkait dengankonsep Tri Hita Karana yang tercermin dalamfungsi obyek wisata Alas Kedaton tersebut sertadapat di implementasikan dalam 3 hal sebagaiberikut:a. Unsur nilai keseimbangan hubungan manusia

dengan Tuhan, dicerminkan dengan adanyaPura Alas Kedaton yang merupakan PuraKahyangan yang ada di kawasan obyek

Alas Kedaton. Pura ini merupakan tempatsuci yang di “ Sungsung “ (di puja) olehmasyarakat Desa Adat Kukuh khususnya,maupun masyarakat Kecamatan Marga atauMasyarakat Hindu di Bali umumnya. Purasebagai tempat suci dan mempunyai nilaikesucian diyakini oleh umat Hindu untukmenghubungkan diri dengan Tuhan (IdaSanghyang Widhi Wasa) dan menjaga segalaisinya.

b. Unsur nilai keseimbangan hubungan manusiadengan manusia, dicerminkan denganadanya penataan lokasi untuk tempatberjualan, yang difokuskan pada penjualanbarang-barang cindramata (souvenir). Sertatelah terorganisir adanya pemandu wisatadengan memperioritaskan pada masyarakatDesa Kukuh sebagai tenaga kerja. Sebagaiimplementasi dari nilai-nilai hubungan antardan inter manusia ini tercermin dari segi sosialyaitu telah terciptanya kerukunan hidupbermasyarakat yang terorganisir dalammasyarakat adat yang dilandasi denganaturan adat (awig-awig setempat).Sedangkan secara ekonomi dapat meningkatdengan terkoordinirnya pedagang souvenirmaupun makanan, serta ditambah tingkatkesejahteraan masyarakat melalui jasasebagai pengantar tamu (guide) dariwisatawan lokal, nusantara danmancanegara.

c. Unsur nilai keseimbangan hubungan manusiadengan alam lingkungan, dicerminkan denganpenataan dan pengelolaan berbagai jenisflora maupun fauna. Kedua sumberdayahayati ini merupakan komponen ekosistemhutan utama sebagai pengatur laju jaringpangan dan rantai pangan untukmempertahankan tingkat keseimbanganekosistem (homeostasis) (Odum, 1977).Sedangkan pada Obyek Wisata AlasKedaton ini bahwa kedua sumberdayahayati (Flora dan fauna) ini merupakansarana utama dalam hal pengembanganobyek wisata Alas Kedaton, dengan

Page 61: Anemia Def.fe

61

mengangkat Kera dan kalong sebagai iconobyek wisata yang terkenal danpopularitasnya sejajar dengan obeyek-obyek wisata terkenal lainnya di Bali.Untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan

obyek wisata Alas Kedaton ini maka perludilakukan upaya-upaya dalam hal peningkatansarana dan prasarananya, baik dalam halpersiapan perangkat kerasnya (hardware),terutama tetap terjaganya kelestarian berbagajenis tumbuhan maupun hewan baik yangendemik maupun yang eksotik. Disamping itupula sangat diperlukan adanya peningkatansumberdaya manusia (software) khususnyapeningkatan pengetahuan para pemandu wisatauntuk bisa memberikan penjelasan lebih ilmiahtentang nama jenis maupun karakter dari masing-masing jenis flora maupun fauna yang hidup diobyek wisata Alas Kedaton ini.

KESIMPULANHasil pengamatan terhadap jenis flora dan

fauna yang diketemukan di obyek Wisata AlasKedaton dapat disimpulkan :a. Jenis flora yang diketemukan di obyek wisata

Alas Kedaton berjumlah 40 jenis dan darijumlah tersebut 26 jenis (65 %) tergolonglangka dan 3 jenis diantaranya tergolonglangka nasional yaitu: Bayur(Pterospermum diversifolium) Sawokecik (Manilkara kauki) dan Pule(Alstonia scholaris).

b. Jenis fauna yang diketemukan di obyekwisata Alas Kedaton berjumlah 28 jenis,yaitu 15 jenis burung, 10 jenis mammaliadan 3 jenis reptilia dan semuanya tidaktergolong langka atau dlindungi undang-undang. Dari jenis-jenis tesebut terdapat 2satwa paling banyak diketemukan yaitu keraabu ekor panjang (Macca presbitis), dankalong (Pteropus electo )

c. Jenis tumbuhan yang diketemukan semuanyabermanfaat untuk keperluan hewan yanghidup disana yaitu buah dan daun muda untukmakanan kera, sebagai tempat berlindung,

istirahat dan tidur kera dan tempat istirahat/tidur Kalong

d. Sistem pengelolaan Taman Wisata AlasKedaton menganut konsep Tri Hita Karana,dan manajemen pengelolaannya sepenuhnyadiatur oleh masyarakat adat Kukuh,Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan

SARANObyek wisata Alas Kedaton sebagai obyek

wisata penting di Kabupaten Tabanan yangdikelola oleh Desa Adat Kukuh, diperlukan:1. Pengelolaan secara terpadu dan

berkesinambungan dengan tetapmenerapkan konsep Tri Hita Karana

2. Konsep pengelolan Obyek wisata AlasKedaton tetap mengacu pada konsepekosistem alami dengan menjagakeseimbangan flora dan fauna endemiksebagai daya tarik wisata untukmeningkatkan pendapatan masayarakatkhususnya, maupun pendapatan PemdaKabupaten Tabanan umumnya.

3. Perlu meningkatkan pelayanan kepadawisatawan dengan menambah wawasandibidang guiding, dan peningkatankebersihan di lokasi obyek dan sekitarnya

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1997. Rencana Dua Puluh Lima Tahun

Taman Nasional Bali Barat. ProyekPengembangan Taman Nasional BaliBarat Tahun Anggaran 1998/1997.Departemen Kehutanan DitjenPerlindungan Hutan dan Pelestarian AlamTaman Nasional Bali Barat. Bali.

Arinasa, I.B.k. Kontribusi Kebun Raya EkaKarya Bali dalam Melestarikan FloraLangka yang ada di Bali BesertaPermasalahhnya.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan KanwilProp. Bali. 1998. Eksistensi Flora danFauna di Bali serta Upaya Pelestariannyadan Permasalahanya

Pemanfaatan Flora dan Fauna sebagai Atraksi Ekowisata .... Suarda

Page 62: Anemia Def.fe

62

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Departemen Kehutanan dan Perkebunan KanwilProp. Bali. 2000. Jenis Tumbuhan danSatwa Liar yang Dilindungi Undang-Undang serta Informasi KawasanKonservasi di Propinsi Bali.

Odum, E. T. 1999. Fundamentals of Ecology.Wb. Saunders

Peraturan Daerah Propinsi Daerah tingkat I BaliNo. No. 4 Tahun 1999. tentang RencanaTata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP)Bali.

Peraturan Pemerintah RI. No. 7 Tahun 1999.Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dansatwa. Dep. Kehutanan dan Perkebunan.Jakarta.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 TentangKehutanan. Sekjen Dep. Kehutanan danPerkebunan. Jakarta.

Sudjiran, R. 2003. Pengantar Ekologi. PenerbitKanisius. Yogyakarta.

Page 63: Anemia Def.fe

63

KARAKTERISITK IKLIM DAN CUACA DALAM PELAKSANAANRITUAL BERDASARKAN KALENDER SAKA DI BALI

Ni Ketut Ayu JuliasihProgram Studi Biologi FMIPA Universitas Hindu Indonesia, Jl. Sangalangit, Tembau,

Denpasar.

ABSTRAKKalender tradisional Saka dasar penyusunannya tidak terlepas dari ketentuan wariga. Warigamerupakan ilmu pengetahuan yang memberikan uraian tentang sifat dan watak dari wewaran,wuku, tanggal/panglong, ingkel, sasih dan lain-lain yang kebanyakan berhubungan denganastronomi/ ilmu perbintangan.Keberadaan dan gerakan benda-benda angkasa tersebut diyakini berpengaruh terhadapkarakteristik iklim/cuaca dan kehidupan di dunia. Dalam kehidupan masyarakat Bali, KalenderSaka memiliki peran yang sangat penting karena mengandung petunjuk tentang kapansebaiknya atau sebaliknya larangan (ala ayuning dewasa) untuk memulai pengolahan lahanpertanian atau kapan layaknya sebuah ritual atau upacara Panca Yadnya itu dilakukan, denganharapan mendapatkan keberhasilan (sidha karya), kesejahteraan lahir (jagadhita) dankebahagiaan bathin (moksartam).

Kata kunci : Karakteristik Iklim, Ritual, Kalender Saka

ABSTRACTThe Saka traditional calendar is based on wariga. Wariga is a science its descriptionabout characteristic of wewaran, wuku, tanggal/panglong, ingkel, sasih etc, it hasbeen correlation to astronomic aspect.The existing and movement of that space things is belief have influence to climate/weather characteristic and living in the world. In Balinese live, the traditional Sakacalendar has importance function because there are many things about guidelinesand rules when they can or can’t (ala ayuning dewasa/ worst or best time) engage infarming or when is the best time for ceremony (Panca Yadnya) be done, with somehope it make good luck (sidha karya), prosperous (jagadhita), and happiness(moksartam).

Key words: Climate characteristic, Ritual, Saka calendar

PENDAHULUANPeriode setahun dalam sistem Kalender

Saka terdiri atas 12 bulan. Penamaan bulan atausasih tersebut diantaranya Kasa, Karo, Katiga,Kapat, Kalima, Kenem, Kapitu, Kaulu,Kasanga, Kadasa, Jiyestha and Asada. Awalanka pada sepuluh bulan awal tersebutmenunjukkan angka ordinal. Bulan pertama(kasa) pada kalender tradisional Saka jatuh pada

bulan Juli pada Kalender Masehi. Untukmemudahkan mengingat, hal ini dapat dilakukandengan cara menambah bilangan enam padaangka dari tiap bulan kalender Saka yang ingindiketahui bulan Masehinya, misalnya Bulan Kasaakan jatuh pada bulan Juli di kalender Masehi,caranya bulan ke-1 + 6 = bulan ke-7 atau Julipada Kalender Masehi, demikian seterusnyasampai bulan keenam kalender Saka. Pada

Page 64: Anemia Def.fe

64

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

perhitungan bulan ketujuh sampai dengan ke-12adalah sebaliknya yakni dikurangi, contohnyabulan ke-7 kalender Saka jatuh pada bulanJanuari Kalender Masehi (7 – 6 = 1).

Namun penanggalannya tidaklah demikiantepat, sebab Kalender Saka merupakanpenggabungan sistem Tahun Surya (solarsystem) dengan sistem Tahun Candra (lunarsystem), sedangkan Kalender sistem Gregorianatau Masehi berdasarkan peredaran mataharisaja (solar system).

Pada Kalender Saka juga dikenal istilahnampih sasih yakni menempatkan ataumenyisipkan bulan yang ke-13 yang disebutpangrepeting sasih atau malamasa hanya padadua sasih yaitu sasih jiesta atau destha dengannama Mala Destha dan setelah sasih Sadhadengan nama Mala Sadha. Namun dalamperjalanan Kalender Saka terjadi beberapa kaliperubahan keputusan terkait penetapan malamasa ini.

Kalander Saka yang tersusun atas unsurWewaran, Wuku, Ingkel, Tanggal atau Panglong,Sasih, Dauh dan lain-lain, merupakan dasarperhitungan yang terkait dengan ilmuperbintangan atau astronomi atau ilmu Jyotisadalam Weda. Jyotisa sendiri adalah sebuah ilmuyang memberikan penggambaran tentang benda-benda angkasa dan gerakan dari benda-bendalangit tersebut yang seiring dengan keyakinanbahwa gerakan benda-benda langit ini memilikipengaruh pada iklim bumi dan pada kehidupanmanusia termasuk dalam pelaksanaan ritual.

Cara terbaik untuk menjelaskan iklim dancuaca di Bali dalam periode setahun adalahberdasarkan Kalender Saka. Setiap bulan padakalender ini memiliki iklim dan karakteristik cuacatersendiri. Masyarakat Bali mempergunakankarakterisitk iklim dan cuaca ini untuk menentukansaat terbaik untuk mengolah lahan pertanian ataumengadakan upacara keagamaan.

Tulisan ini bertujuan untuk mengkajihubungan antara unsur-unsur dalam KalenderSaka dengan karakteristik iklim serta cuaca danpelaksanaan ritual di Bali.

PEMBAHASANPerhitungan Tahun Saka dimulai pada hari

Senin/Soma Wage wuku Tambir tanggal 1 SasihWaisakha atau Kadasa Tahun 1 Saka, bertepatandengan tanggal 22 Maret 79 Masehi, oleh RajaKaniska I seorang Raja India keturunan Raja-raja Kusana dari Suku Saka, sebagai peringatantahun permulaan pemerintahannya atau tahunpenobatanannya naik tahta kerajaan.

Tahun atau Kalender Saka di Nusantara(Indonesia) mulai dipergunakan dalam kehidupanmasyarakatnya sejak masuknya Agama Hindu.Pada masa pemerintahan Kerajaan Kutai diKalimantan Timur sekitar tahun 400 Masehi. Halini dapat diketahui dari prasati-prasati dan sastra-sastra Kawi (Jawa Kuna). Demikianlah kalenderSaka masih dipergunakan sampai saat initerutama di masyarakat Jawa dan Bali. Dalamperhitungannya kalender Saka terdapat unsur-unsur Wewaran, Wuku, Ingkel, Tanggal-Panglong dan Sasih.

a. WewaranWewaran adalah hari-hari yang umurnyaatau jangka waktunya satu hari dalampenanggalan tahun Saka, yang terdiri darihari yang jumlahnya satu yang disebutEkawara sampai hari yang jumlahnyasepuluh yang disebut Dasawara. SetiapWewaran memiliki urip (neptu) dandewatanya masing-masing, misalnyaEkawara: Luang, Uripnya 1, DewatanyaSanghyang Taya.

b. WukuSistem kalender Saka juga mengenalperhitungan wuku yang berjumlah 30 wukumulai dari Sinta, Landep, Ukir, danseterusnya sampai Watugunung. Satu wukuumurnya atau jangka waktunya adalah 7hari, terhitung mulai dari Radite sampaidengan Saniscara. Setiap Wuku memiliki urip(neptu) dan dewatanya masing-masing,misalnya Wuku Sinta, Uripnya 7, dewatanyaSanghyang Yamadipati.

Page 65: Anemia Def.fe

65

c. IngkelIngkel berjumlah 6, nama-namanya

diantaranya Wong, Sato, Mina Manuk, Tarudan Buku, dengan umur atau jangka waktu7 hari (Ingkel Pandakan) terhitung mulai dariRedite sampai Saniscara. Disamping IngkelPandakan juga dikenal istilah Ingkel Jejepan.Ingkel Jejepan juga berjumlah 6, namunumurnya cuma satu hari. Nama-nama IngkelJejepan antara lain Mina, Taru, Sato, Patra,Wong, dan Paksi.Ingkel merupakan ketentuan pantangan ataularangan terhadap suatu kegiatan tertentuyang dilakukan pada hari-hari tertentu.Misalnya pada Ingkel Taru tidak baik mulaimenanam atau menebang kayu untuk bahanbangunan. Pada Ingkel Buku tidak baikmemotong bambu atau tanaman beruaslainnya untuk bahan bangunan dan peralatanlainnya. Pada Ingkel Patra tidak baik menulishal-hal yang penting, utama atau yangsakral.

d. Tanggal – PanglongTanggal/suklapaksa atau tengah bulan terangdihitung mulai terbitnya bulan, sehari setelahbulan mati/tilem yaitu tanggal 1 (pratipadasukla) sampai bulan purnama tanggal 15

(pancadasi sukla). Demikian pula panglong/krsnapaksa atau tengah bulan gelap dihitungmulai sehari setelah purnama yaitu panglong1 (pratipada krsna) sampai bulan mati/tilempanglong 15 (pancadasi krsna). Dari tanggal1 s/d 15 diteruskan dengan panglong 1 s/d15 atau satu purnama ditambah satu tilemdisebut satu Sasih.Perhitungan tanggal/panglong dan Purnama/Tilem tidak selalu sampai 15 hari, tetapikadang-kadang hanya sampai 14 hari,karena ada pangalantaka atau perhitunganpemusnahan waktu. Lazim pula disebutpengalihan Purnama-Tilem atau juga disebutpangunaratrian. Sistem pangalantakatersebut tidak berlaku secara tetap terus-menerus, karena pada saat-saat tertentudiadakan perubahan, biasanya setelah 100tahun, yaitu setelah upacara Ekadasa Rudra.

e. SasihDengan adanya sistem pangalantaka, maka umur

satu sasih bisa 30 hari, tetapi bisa juga 29hari, tergantung kapan terjadinyapangalantaka yang menyebabkan umur sasihynag bersangkutan hanya 29 hari. Satu tahunSaka terdiri dari 12 sasih/bulan denganurutan sebagai berikut:

1. Kasa/ Srawana : Juli-Agustus : 30/29 hari

2. Karo/Bhadrapada : Agustus-September : 29/30 hari

3. Katiga/Aswina : September-Oktober : 30/29 hari

4. Kapat/Kartika : Oktober-Nopember : 29/30 hari

5. Kalima/Margasirsa : Nopember-Desember : 30/29 hari

6. Kanem/Pausya : Desember-Januari : 29/30 hari

7. Kapitu/Magha : Januari-Februari : 30/29 hari

8. Kawolu/Phalguna : Februari-Maret : 29/30 hari

9. Kasanga/Caitra : Maret-April : 30/29 hari

10. Kadasa/Waisakha : April-Mei : 29/30 hari

11. Destha/Jyestha : Mei-Juni : 30/29 hari

12. Sadha/Asadha : Juni-Juli : 29/30 hari

Karakteristik Iklim dan Cuaca dalam Pelaksanaan Ritual Berdasarkan .... Juliasih

Page 66: Anemia Def.fe

66

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Walaupun Sasih Kasa atau Srawana adalahnama sasih yang pertama, akan tetapi Tahun BaruSaka jatuh pada tanggal 1 Sasih Kadasa/Waisakha yaitu pada Hari Raya Nyepi. Hari RayaNyepi selalu jatuh antara bulan Maret dan Apriltahun Masehi karena tahun Sakamempergunakan perhitungan gabungan sistemSurya-Candra (Solar-Lunar system). Karenaitu terdapat tahun panjang 383/384 hari terdiridari 13 bulan Candra dan tahun pendek 354/355 hari terdiri dari 12 bulan Candra. Adanyabulan ke 13 ini di dalam tahun Saka disebutNampih Sasih atau pangrepeting sasih ataumalamasa.

Rumusan malamasa Kalender Saka semuladitetapkan tahun-tahun terjadinya sebagaiberikut:1. Pada tahun ke-3 terjadi Mala Destha2. Pada tahun ke-6 terjadi Mala Sadha3. Pada tahun ke-8 terjadi Mala Destha4. Pada tahun ke-11 terjadi Mala Sadha5. Pada tahun ke-14 terjadi Mala Destha6. Pada tahun ke-16 terjadi Mala Sadha7. Pada tahun ke-19 terjadi Mala Sadha

Pada Mahasabha VI Parisadha HinduDharma Indonesia tanggal 4-9 September 1991ditetapkan berlakunya Sistem Nampih SasihBerkesinambungan dengan rumus baru yaitubilangan Tahun Saka dibagi dengan 19, dankemudian kalau :1. Sisa 2 terjadi Nampih Destha2. Sisa 4 terjadi Nampih Katiga3. Sisa 7 terjadi Nampih Kasa4. Sisa 10 terjadi Nampih Destha5. Sisa 13 terjadi Nampih Kadasa6. Sisa 15 terjadi Nampih Karo7. Sisa 18 terjadi Nampih Sadha

Berdasarkan Keputusan Sabha PanditaParisada Hindu Dharma Indonesia Propinsi Balitentang sistem Nampih Sasih tanggal 18September 2001 ditetapkan berlakunya kembaliSistem Nampih Sasih Saka Bali, denganmelakukan panampih sasih pada Sasih Jyesthadan Sadha, yang mulai diberlakukan pada

penerbitan Kalender Hindu tahun Saka 1925atau 2003 Masehi. Dengan penetapan itu makaSistem Nampih Sasih Berkesinambungan tidakberlaku lagi.

Dengan ditetapkannya tahun 2003 sebagaitahun pertama (ke-1) berlakunya Sistem NampihSasih Saka Bali, maka terjadinya nampih sasihadalah sebagai berikut:1. Pada tahun ke-3 (2005) terjadi Nampih

Destha 1927 Saka2. Pada tahun ke-6 (2008) terjadi Nampih

Sasih Sadha 1930 Saka3. Pada tahun ke-8 (2010) terjadi Nampih

Destha 1932 Saka4. Pada tahun ke-11 (2013) terjadi Nampih

Sadha 1935 Saka5. Pada tahun ke-14 (2016) terjadi Nampih

Destha 1938 Saka6. Pada tahun ke-16 (2018) terjadi Nampih

Sadha 1940 Saka7. Pada tahun ke-19 (2021) terjadi Nampih

Sadha 1943 Saka.demikian seterusnya akan berulang kembali setiapkurun waktu 19 tahun.

Karakterisitik Iklim dan Cuaca dalamkaitan dengan Ala Ayuning Sasih

Karakterisitik iklim/cuaca di Bali dalamsetahun serta pengaruh baik buruknya setiapsasih/bulan terkait dengan pelaksanaan berbagaiupacara keagamaan (ala ayuning dewasa/Surya Sewana), berdasarkan sistem KalenderSaka (Ardhana, 2005) dapat dijelaskan sebagaiberikut:

Kasa/Srawana, bulan pertama darikalender tradisional Saka biasanya jatuh padabulan Juli-Agustus. Kencangnya tiupan anginadalah karakteristik bulan ini. Langit cerah, suhuudara baik dan angin laut bertiup kencang menujudaratan. Mulailah masa bermain layangan, langitBali akan dipenuhi oleh berbagai jenis bentuk danwarna-warni layangan (Anonim, 2008).

Pada saat ini ngutarayana SanghyangSurya/matahari bergerak ke Utara. Umat Hindumeyakini sebagai saat terbukanya pintu Wisnu

Page 67: Anemia Def.fe

67

Loka, terbukanya Dunia, juga Pitra Lokasehingga baik untuk melaksanakan upacaraDewa yadnya.

Terkait dengan upacara pernikahan padabulan ini akan berpengaruh kebaikan,keselamatan, banyak anak, dikasihi saudara,dikasihi teman, dijunjung oleh sanak keluarga,dinamakan “tuwuh turunan”.

Karo/Bhadrapada, bulan kedua padakalender Saka biasanya jatuh pada bulanAgustus-September. Bulan Karo adalah bulanyang paling dingin jika dibandingkan denganbulan-bulan lainnya. Suhu berada pada levelterendah khususnya pada pagi hari. Bulan inibenar-benar dingin sepanjang hari sehinggaselimut tebal sangat dibutuhkan.

Jika bulan ini dipilih sebagai dewasapernikahan maka akan dikaruniai panjang umur,tetapi jarang mempunyai keturunan, kemungkinanmengambil sentana/anak angkat dan cederungmenderita kesusahan/”tiwas”.

Katiga/Asuji. Bulan ketiga dalam kalenderSaka yang biasanya jatuh pada bulan September-Oktober. Bulan ini adalah bulan kering dan panas.Hujan hampir tidak mungkin jatuh di bulan ini,namun hujan tiba-tiba bisa sangat besar danmenyebabkan banjir yang dikenal dengan BlaburKetiga. Sedikitnya awan di langirt memberikesempatan sinar matahari terpapar keseluruhpermukaan bumi yang menyebabkan tanahkering dan debu bertebangan dimana-mana.Angin Utara mulai berhembus sangat lambat,sedemikian lembut lebih seperti helaan nafas daripada hembusan angin. Pada awal bulan Katiga,rerontokkan dedaunan dan rumput yangmengering mendominasi pemandangan di Bali,namun pada akhir bulan ini, setelah hujan yangsecara tiba-tiba membasahi tanah, dedaunantanaman dan rerumputan mulai tumbuh kembali.

Sasih karo dan katiga diyakini oleh UmatHindu sebagai saat terbukanya Yama Loka danPitra Loka, tetapi Swarga Bhatara tertutup.Dewasa ayu atau saat baik untuk memuja Hyangdan semua Bhatara, saat baik untukmelaksanakan karya ayu atau yadnya. Anak-

cucu sampai kumpi/buyut memperolehkerahayuan/keselamatan.

Namun terkait dengan upacara pernikahanbulan ini justru dihindari karena pengaruhnyasangat buruk yang dinamakan “loba corah”/perampok serakah, akan mendapat halanganbahkan ada kemungkinan bercerai.

Kapat/Kartika. Bulan keempat dariKalender Saka biasanya jatuh pada bulanOktober-Nopember. Sasih kapat adalah musimseminya Bali. Hujan mulai berkurang, Tumbuhanberbunga dimana-mana, rumput menghijaumendominasi pemandangan perdesaan.Masyarakat Bali percaya bulan ini adalah saatyang paling tepat/utama untuk melakukanberbagai upacara dengan tersedianya berbagaikelengkapan sarana upacara berupa dedaunanterutamanya janur dan jenis lainnya,beranekaragam bunga dan buah-buahan.

Saat ini lurus tepat diangkasa SanghyangSurya/matahari. Sasih ini merupakan utamaningdewasa, semua karya/yadnya bolehdilaksanakan karena saat ini merupakanpayogaan semua Bhatara dan para Resi,Sanghayang Pramesti Guru, Sanghayang Siwa,Sanghyang Sada Siwa, dan Widyadhara danWidyadhari. Bulan ini diyakini baik untukmelaksanakan upacara Pitra Yadnya dan DewaYadnya, karena diyakini sedang terbukanya pintuYama Loka, pintu semua Bhatara di IswaraLoka, Brahma Loka, Wisnu Loka dan IndraLoka. Anak-cucu sampai buyut akanmemperoleh keselamatan.

Bulan ini sangat baik untuk upacarapernikahan, akan dikaruniai kesejahteraan,banyak anak, hidup berlimpah/kaya, tenteram,selalu dalam keadaan selamat. Shiti bhakti dalambersuami istri, sama-sama setia, sama-samamemperoleh sadhudharma.

Kalima/Margasirsa. Bulan kelima padakalender tradisional Saka jatuh di bulanNopember-Desember. Bulan ini merupakanbulan peralihan dari musim kering ke musimhujan. Awan mendominasi langit namun masihjarang turun hujan. Cuaca menjadi panas dengan

Karakteristik Iklim dan Cuaca dalam Pelaksanaan Ritual Berdasarkan .... Juliasih

Page 68: Anemia Def.fe

68

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

kelembaban tinggi, Kombinasi ini menyebabkankondisi menjadi kurang nyaman. Banyak orangyang sakit, akibat kondisi seperti ini. Seranggakhususnya yang bersayap seperti lalat, capung,kupu-kupu, wereng dan sejenisnya berterbangandimana-mana, yang bisa menyebarkan kumanpenyakit bagi tanaman, hewan dan manusia.

Saat ini baru daksinayana Sanghyang Suryaatau matahari baru bergerak ke Selatan, dantenggelam di Barat Laut. Baik untukmelaksanakan Dewa Yadnya dan Pitra Yadnyakarena terbukanya pintu Yama Loka, Pitra Loka,Swarga Loka dan Wisnu Loka.

Pengaruh bulan ini pada dewasa pernikahanadalah pasangan suami istri akan memperolehkenikmatan hidup, makmur sejahtera tetapi sukadisanjung dan kalau bertengkar tidak maumengalah.

Kanem/Pausya. Bulan keenam padaKalender Saka, jatuh di Bulan Desember-Januari.Bulan ini ditandai dengan cuaca yang tidak tetap.Hujan jatuh sepanjang malam. Pada siang harisuhu meninggi namun mendung menggelapkanlangit, situasi seperti ini menyebabkan banyakorang demam. Angin Barat mulai berhembus,membawa uap air untuk bulan berikutnya.

Bulan ini kurang baik untuk upacarapernikahan meskipun memperoleh kenikmatanhidup “bhukti” namun pasangan suami istri akancenderung suka dipuji/disanjung dan kalaubertengkar tidak mau kalah.

Kapitu/Magha. Bulan ketujuh KalenderSaka biasanya jatuh di Bulan Januari-Februari.Pada saat ini, angin Barat dari Asia membawahujan dan badai. Angin berhembus semakinkencang di malam hari disertai hujan deras.Pohon yang tumbang atau bangunan semipermanen yang runtuh menjadi fenomena di bulanini.

Pada Sasih Kanem dan Kapitu posisimatahari berada di Selatan (daksinayanaSanghyang Surya). Diyakini sebagai saatterbukanya pintu Yama Loka dan Dewa Loka,sehingga menjadi waktu yang baik untukmelaksanakan Dewa yadnya dan Pitra yadnya.Namun sangat tidak dianjurkan untuk pasanganyang ingin menikah karena akan selalu sakit-

sakitan, kekurangan harta benda, dankeadaannya sangat buruk.

Kawolu/Phalguna. Bulan kedelapan padaKalender Saka biasanya jatuh di bulan Februari-Maret. Saat ini adalah bulannya angin kencangputing beliung atau angin nglinus dan hujan lebat.Perputaran angin pada sasih kaulu (Februari)lebih kuat dibanding angin pada sasih kapitu(Januari). Kekuatan turbulensi angin kaulumampu memutar air laut dan menciptakangelombang tinggi disertai arus yang kuat.

Sasih ini memberi pengaruh buruk terhadapawal kehidupan bersuami istri, sebaiknyadihindari untuk upacara pernikahan.

Kasanga/Caitra. Bulan kesembilan padaKalender Saka yang jatuh di Bulan Maret-April.Bulan ini merupakan bulan transisi dari musinhujan ke musin kering. Angin kering mulaiberhembus dari Australia, meningkatkan suhupada siang hari. Kadang-kadang terjadi hujandan gelombang tinggi.

Bulan ini adalah saat yang kurang baikbahkan sangat buruk untuk melakukan karyaayu, karena saat ini adalah pesamuan/rapat paraButha Kala. Semua Bhatara tinggal dikedatonnyamasing-masing. Sehingga tertutup pintu PitraLoka dan Dewa Loka. Para Bhuta Kalaberkeliaran ke mana-mana sampai ke pelosokdesa mencari pasegeh. Itulah sebabnyadilaksankan upacara caru pada saat TilemKapitu.

Sasih ini juga sangat buruk pengaruhnya bagiupacara pernikahan karena akan cenderungpenuh penderitaan, sakit tidak berkesudahan,mendapat fitnah terus-menerus, serangan ilmuhitam sangat gencar, kekurangan harta benda,dan keadaannya sangat buruk.

Kadasa/Waisakha. Bulan kesepuluh padaKalender Saka yang biasanya jatuh di BulanApril-Mei. Kadasa adalah bulan “terbersih”selama periode setahun. Langit biru cerah danmalam penuh bintang adalah karakter bulan ini.Angin Tenggara yang kuat dan panasmeningkatkan suhu dan menghalau hujan.

Pada sasih ini ngutarayana SanghyangSurya atau matahari sedang bergerak ke Utara.Terbukanya pintu Swarga Loka karena saat iniberyoganya semua Bhatara. Saat yang baik

Page 69: Anemia Def.fe

69

melaksanakan karya Mamukur karena saat inipintu Pitra Loka terbuka, tetapi tidak bolehmemuja Pitra di kuburan, karena saat ini disebutamrta masaning sasih. Semua Bhatara sedangminum Tirtha Amrta dan Tirtha Kamandalu. Itulahsebabnya tidak diperbolehkan membakar mayatpada tanggal/panglong bertepatan denganamrta masa ini.

Sasih ini pengaruhnya baik bagi kehidupanbersuami istri yang dinamakan “prabhu prajnan”atau raja yang bijaksana, akan mendapatkebaikan, banyak anak, karmanya ayu/baik, danmemperoleh kenikmatan hidup selamanya.

Jiyestha/Destha. Bulan kesebelas dariKalender Saka biasanya jatuh di Bulan Mei-Juni.Masyarakat Bali menganggap bulan ini sebagaibulan yang kurang baik termasuk melakukanupacara (mala destha). Suhu yang tinggi akibathembusan angin Tanggara yang kuat dan panasyang berhembus menuju Timur Laut. Kadang-kadang turun hujan secara tiba-tiba, hujan inimeningkatkan kelembaban dan menjadikankondisi kurang nyaman pada saat berkombinasidengan peningkatan suhu.

Asada/Sadha. Bulan keduabelas dariKalender Saka yang biasanya jatuh pada BulanJuni-Juli. Pada bulan ini musim panas mulaimenunjukkan kekuatannya. Matahari bersinarsepanjang hari di Bali pada bulan ini. Anginbertiup tidak cukup kencang namun tidak dapatdiprediksi. Orang Bali menganggap Asada (Juni)sebagai bulan yang kurang baik untuk melakukanberbagai kegiatan upacara (mala sadha).

Pada sasih Kadasa dan Sadha disebut saatpejah/matinya Sanghyang Surya Sewana, iniadalah hari mati, sangat buruk. Dilarang memakaiuntuk melaksanakan semua upacara yadnyakarena tidak ada dewa yang menerima seluruhpemujaan yang dilaksanakan. Jika melaksanakankarya ayu atau yadnya pada saat ini akanditerima oleh Bhuta Kala dan bagi yangmelaksanakan upacara tersebut akan dikutukoleh Bhatara dan Pitara. Kalau membakar mayat(ngaben) maka sang atma tidak menemukanjalan dan tidak mendapatknan tempat yangsepatutnya. Jika dipakai dewasa pernikahan

akan buruk akibatnya, banyak mendapat fitnah,sering bertengkar, jadi sasaran perampok, dankeadaanya sangat buruk.

KESIMPULANKalender tradisional Saka dasar

penyusunannya tidak terlepas dari ketentuanwariga. Wariga merupakan ilmu pengetahuanyang memberikan uraian tentang sifat dan watakdari wewaran, tanggal/panglong, wuku, ingkel,sasih dan lain-lain yang kebanyakan berhubungandengan astronomi yang dalam Weda disebutJyotisa.

Keberadaan dan gerakan benda-bendaangkasa tersebut diyakini berpengaruh terhadapkarakteristik iklim/cuaca dan kehidupan di dunia.Dalam kehidupan masyarakat Bali, KalenderSaka yang tersusun berdasarkan wariga tersebutmemiliki peran yang sangat penting karenadisanalah terdapat petunjuk tentang kapansebaiknya atau sebaliknya larangan (ala ayuningdewasa) untuk memulai pengolahan lahanpertanian atau kapan layaknya sebuah ritual atauupacara Panca Yadnya itu dilakukan, denganharapan mendapatkan keberhasilan (sidhakarya), kesejahteraan lahir (jagadhita) dankebahagiaan bathin (moksartam).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Climate and weather in Bali[cited 2011 Jan 10]. Available from: http:// w w w . b a l i v i s i o n . c o m /Article_Resources.asp

Ardhana, I.B. Suparta. 2005. Pokok-PokokWariga. Surabaya: Paramita.

Parisada Hindu Dharma Pusat. 1985. HimpunanKeputusan Seminar Kesatuan TafsirTerhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I-XV. Proyek Peningkatan Prasarana danSarana Kehidupan Beragama Tersebar di8 (delapan) Kabupaten Dati II. Denpasar.

Karakteristik Iklim dan Cuaca dalam Pelaksanaan Ritual Berdasarkan .... Juliasih

Page 70: Anemia Def.fe

70

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN OBAT TRADISIONALDI DESA MANUKAYA, KECAMATAN TAMPAKSIRING,

KABUPATEN GIANYAR-BALI

Ni Made GariJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung – Bali;e-mail: [email protected] / [email protected]

ABSTRAKPenelitian tentang tanaman obat telah dilakukan di Desa Manukaya. Penelitian ini bertujuan

untuk menemukan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan penyakit secaratradisional. Data primer dikumpulkan dengan cara interview, sementara data sekunder dikumpulkandari berbagai literatur. Setelah dianalisis, secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian ditampilkandalam bentuk tabel. Penelitian ini menemukan 43 species tumbuhan obat di Desa Manukaya.Tumbuhan yang paling sering digunakan dalam pengobatan tradisional diantaranya; Allium cepa,Erythrina hypaphorus, Zingiber officinalis Rosc, Cocos nucifera L. Caemferia galangal L.,Moringa oleifera, Cucurma domestica, Andrographis paniculata N., Alpinia galanga Willd,dan Graptophyllum pictum (L). Griff. Tumbuhan tersebut biasanya digunakan untuk mengobatipenyakit yang umum dalam masyarakat seperti sakit kepala, demam, penyakit kulit, batuk, gangguanperut, rematik dan sesak nafas. Beberapa penyakit serius seperti: lever, stroke, dan ginjal jugamemakai bahan tumbuhan tersebut sebagai terafi alternatif.

Kata kunci : Tumbuhan obat, pengobatan tradisional, penyakit.

ABSTRACTStudies on medicinal plants have been conducted in Manukaya village. Objective of this

studies were to find out various species of medicinal plants, in the village, that hastraditionally been used to treat deseases. First hand data were collected using interviewtechniques whereas second hand data were collected from medicinal literature. Afteranalyzing those data, qualitative and quantitatively, it is then presented in a table. Thispresent study found that 43 species of plants were identified as medicinal plants in Manukayavillage. The plants that most frequently be used as traditional medication were Allium cepa,Erythrina hypaphorus, Zingiber officinalis Rosc, Cocos nucifera L. manis Caemferiagalangal L., Moringa oleifera, Cucurma domestica, Andrographis paniculata N., Alpiniagalanga Willd, and Graptophyllum pictum (L). Griff. Those plants is usually used for curingwhether common diseases such as; headache, fever, skin disease, coughing, stomach disorder,rheumatics and hard breathing or serious deseases. Deseases such as lever, stroke, andkidney were treated using those plants by traditional healer as alternative medicine.

Keywords: species, traditional medicine, diseases.

PENDAHULUANIndonesia mempunyai keragaman jenis flora

dan fauna yang sangat tinggi. Terdapat sekitar100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan,dan dari jumlah tersebut sebagian besar

mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagaitanaman industri, tanaman buah-buahan, tanamanrempah-rempah dan tanaman obat-obatan(Nasution, 1992). Beragamnya tanaman obatbaik jenis, habitus dan kasiatnya mempunyai

Page 71: Anemia Def.fe

71

peluang besar serta memberi kontribusi bagipeningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Halini mengingat masih digunakannya tumbuhansebagai bahan obat tradisional oleh sebagianmasyarakat untuk penyembuhan berbagai macampenyakit. Dengan demikian peranan pengetahuanpengobatan dengan memanfaatkan tanaman obatsangat penting diketahui (Rosita, dkk. 1993).

Indonesia memiliki jumlah penduduk yangbanyak (sekitar 200 juta lebih) dan sebagianbesar masyarakatnya masih tinggal di pedesaanatau bahkan masih banyak tinggal di daerah yangsulit dijangkau (terisolir). Hal ini menyebabkanpemerataan hasil-hasil pembangunan sepertibidang pendidikan dan kesehatan sulit untukdilaksanakan (Sastropradjo, 1990). Sehinggapada daerah-daerah terisolir pemanfaatanlingkungan terutama tumbuhan untuk pemenuhankebutuhan kesehatan seperti untuk obat-obatantradisional sangat tinggi (Sutarjadi, 1992).

Pengertian obat tradisional berdasarkanPeraturan Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkanbahwa : Obat tradisional adalah bahan atauramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik ataucampuran dan bahan-bahan tersebut, yangsecara traditional telah digunakan untukpengobatan berdasarkan pengalaman(Prananingrum, 2007; Anonim, 2011).

Menurut penelitian masa kini, meskipun obat-obatan tradisional yang pengolahannya masihsederhana (tradisional) dan digunakan secaraturun-temurun berdasarkan resep nenek moyangadat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaansetempat, memang bermanfaat bagi kesehatanpenggunaannya masih cukup tinggi karena lebihmudah dijangkau masyarakat, baik hargamaupun ketersediaannya. Bagian dari tumbuhanyang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisionaladalah akar, rimpang, batang, buah, daun danbunga (Anonim, 2011).

Desa Manukaya merupakan salah satu desayang terdapat di Kecamatan TampaksiringKabupaten Gianyar, tepatnya sebagianwilayahnya terletak di sebelah Utara Istana

Tampak Siring dan sebagian lagi terletak disebelah Timur Pura Tirta Empul. Desa ini terdiridari 10 banjar dan sebagaian masyarakatnyabermatapencaharian sebagai petani dan sebagianlagi sebagai perajin patung kayu atau penjualbarang souvenir (Anonim, 2008). Adanyapeningkatan sosial ekonomi masyarakat di desaini dan semakin mudahnya akses layanankesehatan seperti puskesmas, maka perludiketahui jenis-jenis tumbuhan yang masihdigunakan sebagai ramuan obat-obatantradisional dalam usaha menjaga kesehatanmasyarakat setempat.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini dilakukan pada bulan Juni

sampai Juli 2009. Pendataan distribusi bahanobat dilakukan dengan teknik samplingeksploratif. Cara pengumpulan data meliputiwawancara (narasumber/Balian danmasyarakat), observasi lapangan, identifikasi dandeskripsi. Wawancara dengan masyarakatdilakukan pada 20 rumah tangga (+ 50 Keluarga)dan tiga orang narasumber/Balian di DesaManukaya. Hasil pengamatan tumbuhan yangtidak diketahui nama jenisnya di lapangandiidentifikasi di Jurusan Biologi Unud, mengacupada Chan dan Tettoni (2003), Fred dan Eiseman(1997), Steenis (1987), Tjitrosoepomo (1980)dan Undang (1991). Hasil pengolahan dataditampilkan dalam bentuk tabel inventarisasitumbuhan yang meliputi: nama lokal, nama latin/famili dan kegunaannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilBerdasarkan hasil wawancara, pengamatan

dan penelitian di Desa Manukaya ditemukan 43jenis tumbuhan yang dipergunakan sebagai bahanobat-obatan tradisional oleh penduduk DesaManukaya, yang meliputi 25 Famili. Dari 43 jenistumbuhan obat tersebut, jenis tumbuhan dariFamili Zingiberaceae (temu-temuan) yang palingbanyak digunakan (17,5%). Data hasilpengamatan dan penelitian disajikan dalam Tabel1.

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat Tradisional di Desa Manukaya .... Ni Made Gari

Page 72: Anemia Def.fe

72

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan serta kegunaannya sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat di DesaManukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar – Bali.

No Nama Lokal Nama Latin Famili Kegunaan

1. Bawang merah Allium cepa L. Liliaceae Penyejuk perut oranghamil, diabetes, kesleo/memar, panas dalam,alergi angina dan maag.

2. Belatung cili Opuntia sp Verbenaceae Obat sian/lembek kepala3. Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Batuk4. Binahong Anredera cordifolia Basillaceae Sakit gigi, panas dalam,

Sariawan, hipertensi,sakit perut.

5. Brotowali Tinospora tuberculataBeumee Menispermaceae Lever

6. Cengkeh Syzgium aromtaicum (L) Merr Myrtaceae Rematik7. Dadap Erythrina hypaphorus Fabaceae Upas, panas dalam,

mempercepat putusnyatali pusar, penurun panasbadan, batuk berdahakdan sariawan.

8. Dewa daru / Eugenia uniflora L. Myrtaceae Sariawanasem selong

9. Andong Cordylline fructicosaBecker. Liliaceae Penurun panas

10. Jahe Zingiber officinalis Rosc Zingiberaceae Obat batuk, reumatik,penghilang pegel linu,puruh, susah hamil, asamurat, keseleo dan radangsendi/arthritis.

11. Jahe merah Zingiber officinalis Rosc Zingiberaceae Rematik12. Jambu Biji Psidium guajava L. Myrtaceae Diare, demam berdarah13. Jambu putih Eugenia aquea Burm.f. Myrtaceae Batuk, sakit perut14. Jarak pagar Ricinus communis L. Passifloraceae Luka baru, maag15. Jepun Plumuria acuminata W. Apocynaceae Gigi berlubang, luka baru16. Kayu manis Cinnamomum zeylanicum

Ness Lauraceae Obat batuk, panas dalamdan batuk

17. Kecibling Strobilanthes crispus BL. Acanthaceae Infeksi saluran kencing18. Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Campuran obat panas

badan, luka baru,keseleo, tuli, sakit perutdan gatal-gatal.

19. Kelor Moringa oliefera Lamk. Moringaceae Obat pilek dan keseleo/memar, beteg/bengkak,usus buntu dan obatsetelah melahirkan.

20. Kencur Caemferia galanga L. Zingiberaceae Obat pilek, obat batuk,kesemutan, gatal-gatal,pusing, menghangatkanbadan.

21. Kerasi Lantana camara Verbenaceae Panas dalam22. Ketela rambat Ipomea batatas Poir Convolvulaceae Gendongan, bisul

Page 73: Anemia Def.fe

73

Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian ini dari 43jenis tumbuhan yang termasuk dalam 25 Famili

dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macampenyakit yang pada umumnya merupakanpenyakit ringan seperti obat luka, masuk angin,

23. Kumis kucing Orthosiphon stamineus Lamiaceae Batu ginjal, kencingmanis

24. Kunyit/kunir Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Panas dalam, keseleo,maag, sakit gigi, batuginjal, diabetes, infeksibatu ginjal, luka baru,tumor, asma, ambien,menghangatkan badan,meningkatkan nafsumakan, diare, lever.

25. Lengkuas/isen Alpinia galanga Willd Zingiberaceae Batuk, asma, sesaknafas, gatal dan kusta,stroke atau mati sebelah,kurap.

26. Lidah buaya Alloe fera Liliaceae Luka bakar, penyuburrambut

27. Mahkota dewa Phalenia macrophylla Thymelaceae Hipertensi, diabetes28. Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Rematik, infeksi usus,

dada. eneg, kanker.29. Padang kelawu Galinsoga parviflora CAV Asteraceae Tifus, sakit pinggang30. Petikan kebo Euphorbia hirta Euphorbiaceae Obat luka31. Piduh/ Pegagan Sentela asiatica Apiaceae Batuk, disentri, luka

baru, panas dalam,ambient.

32. Pisang Musa sp. Musaceae Penurun panas, lukabaru

33. Pucuk putih Hibiscus rosasinensis Malvaceae Melancarkan melahirkan34. Sambiloto Andrographis paniculata N. Acanthaceae Panas dalam, infeksi,

m e m p e r l a n c a rperedaraan darah, sakitpinggang, kencingmanis dan batu ginjal.

35. Sawo Achras zapota L. Sapotaceae Diare36. Sereh Cymbopogon citratus (DC.)

Stapf Poaceae Penghilang capek37. Selegui Sida acuta Malvaceae Pelancar nafas38. Sembung bali Blumea balsamifera DC Asteraceae Batuk, panas badan,

diare, panas dalam.39. Sendok Plantago mayor Plantaginaceae Sakit habis operasi, batu

ginjal.40. Tebel-tebel Hoya macrophylla BL Poaceae Sakit gigi, sakit telinga.41. Temen Graptophyllum pictum (L). Griff Acanthaceae Obat batuk, perut

kembung, disentri,diabetes.

42. Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb Zingiberaceae Cacingan, sakitpinggang, Penambahnafsu makan.

43. Temu tis Curcuma purpurascens BL Zingiberaceae Penguat jantung, sakitkuning.

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat Tradisional di Desa Manukaya .... Ni Made Gari

Page 74: Anemia Def.fe

74

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

panas, sakit gigi, kurap, batuk dan sariawan, sertapenyakit-penyakit lainnya (Tabel 1). Walaupundemikian ada beberapa jenis penyakit seriusseperti: lever, hipertensi, batu ginjal dan penyakitkuning/lever yang masih memanfaatkan ramuanobat tradisional sebagai obat alternatif (Tabel 1). Dari jenis-jenis tersebut yang banyakdigunakan adalah bawang merah, dadap, jahe,kayu manis, kencur, kelor, minyak kelapa, kunir,lengkuas, sambiloto dan daun temen. Diantarajenis tanaman yang banyak digunakan sebagaibahan obat seperti bawang merah banyakdigunakan untuk obat penyejuk perut oranghamil, diabetes, keseleo/memar, panas dalam,alergi angina dan maag. Dadap yang seringdigunakan adalah bagian daun dan lulub/cambium, dadap banyak digunakan obatbeberapa penyakit antara lain: upas, panasdalam, mempercepat putusnya tali pusar, penurunpanas badan, batuk berdahak dan sariawan. Jahebanyak digunakan untuk obat batuk, reumatik,menghilangkan pegel linu, puruh, susah hamil,asam urat, keseleo dan radang sendi/arthritis.Kayu manis yang digunakan adalah daunnya,yang bermanfaat untuk obat batuk, panas dalamdan batuk. Kencur digunakan untuk obat pilek,obat batuk, kesemutan, gatal-gatal, pusing,menghangatkan badan. Kelor yang banyakdigunakan adalah daunnya bermanfaat untuk obatpilek dan keseleo/memar yang dibuat untukkompres/ditempelkan pada bagian yang keseleodan kulit batang digunakan untuk beteg/bengkak,usus buntu dan setelah melahirkan.

Minyak kelapa biasanya digunakan untukcampuran ramuan obat panas badan, luka baru,keseleo, tuli, sakit perut dan gatal-gatal. Kuniryang banyak digunakan adalah perasannya yangsetelah diparut untuk obat panas dalam, kesleo,maag, sakit gigi, untuk ramuan batu ginjal, untukramuan obat diabetes, untuk ramuan pencegahaninfeksi sehabis operasi batu ginjal, luka baru,tumor, asma, ambient, menghangatkan badan,meningkatkan nafsu makan, diare, lever. Isen/lengkuas yang digunakan adalah umbinya danbermanfaat untuk batuk, asma, sesak nafas, gatal

dan kusta, stroke atau mati sebelah, kurap yangdicampur minyak tanah.

Sambiloto bagian yang digunakan daunnyauntuk panas dalam, mencegah infeksi sehabisoperasi kencing batu, memperlancar peredaraandarah, sakit pinggang, kencing manis dan batuginjal. Sembung bali biasanya digunakan sebagaiobat panas dalam, batuk, gendongan. Dauntemen untuk obat batuk, perut kembung, disentridan diabetes.

KESIMPULANDari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa telah ditemukan 43 species tumbuhansebagai bahan obat tradisional di DesaManukaya. Jenis-jenis tumbuhan yang banyakdigunakan diantaranya Allium cepa, Erythrinahypaphorus, Zingiber officinalis Rosc, Cocosnucifera L. Caemferia galangal L., Moringaoleifera, Cucurma domestica, Andrographispaniculata N., Alpinia galanga Willd, danGraptophyllum pictum (L). Griff. Penyakit-penyakit yang umumnya diobati menggunakantumbuhan tersebut seperti: sakit kepala, demam,penyakit kulit, batuk, gangguan perut, rematikdan sesak nafas. Beberapa penyakit seriusseperti: lever, stroke, dan ginjal juga memakaibahan tumbuhan sebagai terafi alternatif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Desa Pekraman Gianyar. http:// w w w . e b a n j a r . c o m /index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=87

Anonim, 2011. Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor: 246 / Menkes/ Per / V / 1990. Tentang Izin UsahaIndustri Obat Tradisional. http://w w w . p o m . g o . i d / p u b l i c /h u k u m _ p e r u n d a n g a n / p d f /Permenkes_246.pdf

Chan, E. & Tettoni, L.I. 2003. Handy PocketGuide to the Tropical Plants of Indonesia.Periplus Editions (HK) Ltd., Singapore.

Page 75: Anemia Def.fe

75

Fred & Eiseman, M. 1988. Flowers of Bali.Periplus Editions (HK) Ltd.

Nasution, R.E. 1992. Prosiding Seminar danLoka Karya Nasional Etnobotani.Departement Pendidikan danKebudayaan RI-LIPI. PerpustakaanNasional RI. Jakarta.

Prananingrum. 2007. Etnobotani Tumbuhan ObatTradisional di Kabupaten Malang BagianTimur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:Jurusan Biologi, Fakultas Sains danTeknologi UIN Malang.

Rosita, S.M.D. Rostiana, O. Wahi, P. 1993.Tanaman Obat Keluarga. Balai PenelitianTanaman Rempah (Baliitro), Bogor.

Sastropradjo. 1990. Tumbuhan Obat. LembagaBiologi Nasional LIPI. Balai Pustaka.Jakarta.

Sutarjadi. 1992. Tumbuhan Indonesia SebagaiSumber Obat, Komestika dan Jamu.Prosiding Seminar dan Loka KaryaNasional Etnobotani. Fakultas FarmasiUniversitas Airlangga. Surabaya.

Steenis, C. G. G. J. van. 1987. Flora UntukSekolah di Indonesia. Pradnya Paramita,Jakarta.

Tjitrosoepomo, G.1980.TaksononomiTumbuhan.Gajah Mada University Press,Yogyakarta.

Undang, A. D. 1991. Sistematik TumbuhanTinggi. Pusat Antar Universitas Bidang IlmuHayati Institut Teknologi Bandung,Bandung.

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat Tradisional di Desa Manukaya .... Ni Made Gari

Page 76: Anemia Def.fe

76

Widya Biologi Vol. 02 No. 01 Maret 2011 ISSN : 2086-5783

PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL BIOLOGI

1. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang belum pernah dipublikasikansebelumnya.

2. Penulisan dapat dilakukan dalam bahasa Indonesia maupun bahasa inggris. Tiap artikel antara10 sampai 15 halaman termasuk Tabel dan Gambar (foto, bagan, peta, grafik, histogram,sketsa atau diagram).

3. Penyerahan naskah publikasi kepada redaksi dilakukan dalam bentuk hard copy (cetakan)rangkap dua ( 2 eksemplar) dan CD Drive.

4. Abstrak dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, tidak lebih dari 200 kata. Apabilapenulisan dilakukan dalam Bahasa Indonesia maka abstrak dalam Bahasa Indonesia ditulisterlebih, kemudian abstrak dalam Bahasa Inggris, dan sebaliknya.

5. Setelah penulisan abstrak, harap disertakan kata kunci (key word) maksimum lima kata.6. Nama penulis tanpa gelar akademik dan alamat instansi ditulis lengkap.7. Penulisan naskah publikasi dilakukan menurut uraian sebagai berikut:

a. Program : MS window (windows)b. Font : Time New Roman size 12.c. Abstrak ditulis dengan huruf italic dalam satu spasi.d. Isi publikasi ditulis dengan huruf tegak dalam 1,5 spasi.e. Daftar pustaka ditulis dengan huruf biasa dalam satu spasi.f. Margin: kiri 3,5 cm; kanan, atas dan bawah masing-masng 3 cm, ukuran kertas HVS A4.

8. Penulisan dibuat dengan format sebagai berikut:a. Naskah hasil penelitian terdiri atas: Judul, nama penulis, alamat penulis, Abstrak, Abstract,

Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Saran dan UcapanTerima Kasih (jika ada) serta Daftar Pustaka.

b. Naskah kajian pustaka terdiri atas; Judul, Nama Penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan.Pembahasan, Kesimpulan, Saran, dan Ucapan Terima Kasih (jika ada) serta Daftar Pustaka.

9. Dalam mengutif pendapat orang lain, dipakai sistem nama penulis dan tahun.10. Kepustakaan disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomor urut.

contoh penulisan kepustakaan : a. Buku : Ludwig, T.A. dan J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology. A Primer on Methods

and Computing. John Wiley and Sons. New York. b. Karangan dalam buku (bab dalam buku):

Myers, N. 1995. Tropical Deporestration: Population, Proverty and Biodiversity. In:Swanson. T.M.(ed.). The Economic and Ecology of Biodiversity Decline. UK.Cambridge University Press.

c. Jurnal : McGuinness, K.A. 1997. Seed Predation in a Tropical Mangrove Forest: a test ofThe Dominance-Predation Model in Northern Australia. Journal of Tropical Ecology 13:293 –302.

d. Prosiding : Arsana, I.N. 2003. Kesesuaian Habitat komunitas Kepiting (Brachyura :Ocypodidae dan Sesarmidae) di Kawasan Teluk Lembar, Lombok Barat. Prosiding SeminarNasional Limnologi, Perhimpunan Biologi Indonesia Cabang Jogjakarta. Hal.133- 138

e. Skripsi, tesis atau disertasi : Tolangara, A. 2002. Analisis Gradien pada Komunitasmangrove di Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. (Tesis). Universitas Gadjah Mada.Jogjakarta.

11. Setiap grafik, histogram, sketsa dan gambar agar diberi nomor urut, judul yang singkat tetapijelas dan satuan yang dipakai.

12. Hasil yang sudah ditulis dalam tabel tidak perlu diulang dalam bentuk lain (grafik atau histogram).

Page 77: Anemia Def.fe

77

Vol. 02 No.01 Maret 2011 ISSN No.2086-5783

WIDYA BIOLOGI

DEWAN REDAKSI

KetuaI Nyoman Arsana

SekretarisI Putu Sudiartawan

AnggotaEuis Dewi Yuliana, Ni Ketut Ayu Juliasih, Ni Luh Gede Sudaryati, I Wayan Suarda, Israil Sitepu

Redaktur Ahli (Peer Riview)Prof. Dr. I Dewa Made Tantera Keramas,MSc (Program Pasca Sarjana UNHI)

Dr. I Gede Ketut Adiputra (Program Studi Biologi UNHI)Dr. I Wayan Suana, S.Si.,M.Si ( Program Studi Biologi UNRAM)

Jurnal Widya Biologi, (ISSN No. 2086-5783) diterbitkan oleh Program Studi Biologi FakultasMatematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Hindu Indonesia Denpasar, sebagai wadahinformasi ilmiah bidang biologi baik yang berupa hasil penelitian ataupun kajian pustaka

Jurnal Widya Biologi menerima naskah dari dosen, peneliti, mahasiswa maupun praktisi yang belumpernah diterbitkan dalam publikasi lain dengan ketentuan seperti tercantum pada bagian belakangjurnal ini.

LanggananJurnal Widya Biologi terbit dua nomor dalam satu tahun (Maret dan Oktober). Langganan untuk satutahun (termasuk ongkos kirim) sebagai berikut:

1. Lembaga.Institusi : Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)2. Individu/Pribadi : Rp. 75.000,- (tujuh puluh Lima ribu rupiah)3. Mahasiswa : Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah)

Pembayaran dapat dilakukan dengan cara: a) Pembayaran langsung, b) wesel pos. Salinan buktipembayaran (b) harap dikirimkan ke redaksi.

Alamat RedaksiProgram Studi Biologi FMIPA UNHI

Jl Sangalangit, Tembau-Penatih, Denpasar, BaliE-mail : [email protected]

Page 78: Anemia Def.fe

METABOLISME ZAT BESI PADA TUBUH MANUSIALuh Seri Ani ........................................................................................................................ 1-9

AKTIVITAS SITOKIN PROINFLAMASI AKIBATOLAHRAGA BERLEBIHI Nyoman Arsana ............................................................................................................ 10-20

AKTIVITAS SITOTOKSIK BEBERAPA EKSTRAK RUMPUT LAUTTERHADAP SEL MYELOMA NS-1I Wayan Sudira ................................................................................................................ 21-26

STUDI HISTOLOGI ABOMASUM SAPI BALI

Ni Luh Eka Setiasih ......................................................................................................... 27-31

UNSUR HARA, BUAH DAN METABOLIT SEKUNDERPADA TANAMANI Gede Ketut Adiputra ..................................................................................................... 32-40

UJI KUALITAS SIFAT TANAH SAWAH AKIBAT PEMBERIAN PUPUK ORGANIKE. Dewi Yuliana ............................................................................................................... 41-48

PENGARUH PEMBERIAN JENIS MAKANAN TAMBAHANTERHADAP PRODUKSI TELUR JANGKRIK ( Gryllus sp. )I Wayan Suarda ............................................................................................................... 49-54

PEMANFAATAN FLORA DAN FAUNA SEBAGAI ATRAKSIEKOWISATA DI OBYEK WISATA ALAS KEDATON TABANAN, BALII Ketut Sundra ................................................................................................................. 55-62

KARAKTERISITK IKLIM DAN CUACA DALAM PELAKSANAANRITUAL BERDASARKAN KALENDER SAKA DI BALINi Ketut Ayu Juliasih ........................................................................................................ 63-69

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN OBAT TRADISIONALDI DESA MANUKAYA, KECAMATAN TAMPAKSIRING,KABUPATEN GIANYAR-BALINi Made Gari ................................................................................................................. 70-75

WIDYA BIOLOGI

Vol. 02 No 01 Maret 2011 ISSN No.2086-5783

DAFTAR ISI