An. Kristin (Dermatitis)

37
DERMATITIS ATOPIK DEFINISI Kata atopi oleh Coca pertama kali diperkenalkan pada tahun 1923. Atopi berasal dari kata atopos (Yunani) yang berarti Out of Place atau Strange diseases. Atopi adalah istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya misalnya asma bronchial, rhinitis alergika, dermatitis atopik dan konjungtivitis alergik atau juga bisa berarti hipersensitifitas familial di kulit dan membran mukosa terhadap alergen lingkungan, terkait dengan peningkatan produksi IgE, diikuti dengan perubahan reaktifitas di kulit pada pasien dermatitis atopik (DA) dan di paru pada pasien asma. Pada sebagian besar pasien dengan berbagai faktor misalnya adanya kerusakan fungsi sawar kulit, infeksi dan stress merupakan faktor yang lebih penting bila dibandingkan dengan reaksi alergi. 1,4 Dermatitis atopik adalah kondisi yang sangat umum, khususnya selama masa anak-anak Dermatitis atopik adalah peradangan pada epidermis dan dermis yang bersifat kronis, residif, sering berhubungan dengan individu atau keluarga dengan riwayat atopi, distribusi simetris, biasanya terjadi pada individu dengan riwayat gangguan alergi pada atau individu tersebut. Dermatitis atopik merupakan dermatitis tersering dijumpai pada anak. Awitan biasanya pada masa anak dan sering dialami oleh anak dengan riwayat alergi saluran nafas dan riwayat atopi pada keluarga..Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan. 1,2,3,4,5,6,7,8 1

description

doc

Transcript of An. Kristin (Dermatitis)

Page 1: An. Kristin (Dermatitis)

DERMATITIS ATOPIK

DEFINISI

Kata atopi oleh Coca pertama kali diperkenalkan pada tahun 1923. Atopi berasal dari kata atopos

(Yunani) yang berarti Out of Place atau Strange diseases. Atopi adalah istilah yang dipakai untuk

sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya misalnya

asma bronchial, rhinitis alergika, dermatitis atopik dan konjungtivitis alergik atau juga bisa berarti

hipersensitifitas familial di kulit dan membran mukosa terhadap alergen lingkungan, terkait dengan

peningkatan produksi IgE, diikuti dengan perubahan reaktifitas di kulit pada pasien dermatitis atopik

(DA) dan di paru pada pasien asma. Pada sebagian besar pasien dengan berbagai faktor misalnya adanya

kerusakan fungsi sawar kulit, infeksi dan stress merupakan faktor yang lebih penting bila dibandingkan

dengan reaksi alergi. 1,4

Dermatitis atopik adalah kondisi yang sangat umum, khususnya selama masa anak-anak

Dermatitis atopik adalah peradangan pada epidermis dan dermis yang bersifat kronis, residif, sering

berhubungan dengan individu atau keluarga dengan riwayat atopi, distribusi simetris, biasanya terjadi

pada individu dengan riwayat gangguan alergi pada atau individu tersebut. Dermatitis atopik merupakan

dermatitis tersering dijumpai pada anak. Awitan biasanya pada masa anak dan sering dialami oleh anak

dengan riwayat alergi saluran nafas dan riwayat atopi pada keluarga..Bila residif biasanya disertai infeksi,

atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan. 1,2,3,4,5,6,7,8

Dermatitis atopi adalah salah satu bentuk penyakit alergi, sering berhubungan dengan

peningkatan kadar IgE dalam serum. Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudiaan mengalami

ekskoriasi,likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksular). Data muktahir mendukung bahwa dermatitis

atopik merupakan kelainan alergik dan mempunyai keterkaitan erat secara imunologik dengan asma. 1

SINONIM 1

Banyak nama yang dipakai dan diajukan misalnya:

1. neurodermatitis konstitusional

2. eksema endogen asma

3. eksema fleksural

1

Page 2: An. Kristin (Dermatitis)

4. eksema atopik

5. neurodermatitis diseminata

6. prurigo besnier

Hal ini menunjukkan belum adanya definisi pasti untuk dermatitis atopik.

EPIDEMIOLOGI

Diduga diturunkan secara autosomal resesif dan dominan Lebih dari seperempat anak dari

seorang ibu yang menderita atopi akan mengalami dermatitis atopik pada masa kehidupan 3 bulan

pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih dari separuh jumlah anak akan mengalami gejala

alergi sampai usia 2 tahun dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderiata atopi. Resiko

mewarisi dermatitis atopik lebih tinggi bila ibu yang menderita DA dibandingkan dengan ayah. Tetapi

bila DA yang dialami berlanjut hingga masa dewasa, maka resiko untuk mewariskan kepada anaknya

sama saja yaitu kira-kira 50%.

Lingkungan yang banyak mengandung sesnsitizier, iritan serta yang mengganggu emosi lebih

mudah menimbulkan penyakit. Selain itu semakin kecil jumlah keluarga, pendidikan ibu makin tinggi dan

penghasilan meningkat serta meningkatnya penggunaan antibiotik maka makin meningkat pula potensi

kenaikan jumlah penderita, begitu pula sebaliknya.

KLASIFIKASI 1,2

Berdasarkan usia kejadian dermatitis atopi dibagi dalam 3 stadium yaitu

1. tipe infantil ( 2 bulan - 2 tahun)

2. tipe anak-anak ( 3 -10 tahun)

3. tipe dewasa (13-30 tahun)

HISTOPATOLOGI

Gambaran histopatologinya tidak khas. Pada lesi akut dijumpai spongiosis, vesikula, dan edema

interseluler. Sel peradangan yamg dominan adalah sel limfosit. Sel endotel kapiler papilari juga

mengalami hipertrofi. Pada lesi likenifikasi yang kronis, dijumpai penebalan epidermal yang

2

Page 3: An. Kristin (Dermatitis)

psoriasiformis dan sedikit edema interseluler. Serabut saraf mengalami demielinisasi dan sclerosis. Hal

ini terjadi akibat dari iskemi. Ada hipertrofi papilari dermis dan sel endotel pembuluh darah kecil.

Dijumpai peningkatan histamine kulit dan darah pada dermatitis atopik. Peningkatan histamine ini

sebagai “marker” untuk adanya aktivitas sel mast dan basofil. Sel langerhans juga meningkat. 9

ETIOPATOGENESIS

Etiologi pasti dermatitis atopik belum diketahui, tetapi factor turunan merupakan dasar pertama

untuk timbulnya penyakit. Dermatitis atopik disebabkan oleh kerusakan fungsi barier kulit dan perubahan

respon imunitas yang mencakup alergi pada allergen lingkungan dan makanan. Dermatitis atopik dan

kelainan atopik lainnya dapat dipindahkan melalui transplantasi sumsum tulang. Hal ini menegaskan

bahwa sel darah merupakan vector untuk manifestasi kelainan kulit. Diduga DA diturunkan secara

dominant autosomal, resesif autosomal atau multifaktorial. 1,4

Didapatkan dua tipe dermatitis atopik, bentuk alergik yang merupakan bentuk utama (70-80%

pasien), terjadi akibat sensitisasi terhadap allergen lingkungan disertai dengan peningkatan kadar IgE

serum. Bentuk lain adalah bentuk intrinsik atau nonalergik, terdapat pada 20-30% pasien, dengan kadar

IgE rendah dan tanpa sensitisasi terhadap allergen lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan

kadar IgE bukan merupakan prasyarat pada patogenesis dermatitis atopik. Terdapat pula konsep bentuk

murni (pure type) tanpa keterkaitan dengan penyakit saluran nafas, dan bentuk campuran (mixed type)

yang terkait dengan sensitisasi terhadap allergen hirup atau allergen makanan disertai dengan peningkatan

kadar IgE. 1,4

Berbagai faktor turut berperan pada patogenesis dermatitis atopik : 1

Genetik

Atopi pada orangtua terutama dermatitis, berhubungan erat dengan manifestasi dan derajat

keparahan dermatitis atopik pada anak, sedangkan manifestasi atopi lainnya tidak terlalu berpengaruh.

Ada 2 kromosom yang berkaitan erat dengan dermatitis atopik yaitu kromosom 1q21 dan kromosom

17q25, meski masih paradoksal karena psoriasis juga terkait dengan kromosom yang sama meski sajian

3

Page 4: An. Kristin (Dermatitis)

klinis keduanya berbeda dan kedua kromosom tersebut tidak terkait dengan penyakit atopi lainnya. Juga

ditemukan peran kromosom 5q31-33 yang menyandi gen sitokin Th2.

Sawar kulit

Ditandai oleh kulit kering, baik di daerah lesi maupun nonlesi,dengan mekanisme kompleks dan

terkait erat dengan kerusakan sawar kulit.hilangnya ceramide di kulit, yang berfungsi sebagai molekul

utama pengikat air di ruang ekstraselular stratum korneum, dianggap sebagai penyebab kelainan fungsi

sawar kulit. Variasi pH kulit dapat menyebabkan kelainan metabolisme lipid di kulit. Kelainan fungsi

sawar kulit mengakibatkan peningkatan transepidermal water lose, kulit akan makin kering dan

merupakan port d’entry untuk terjadinya penetrasi allergen, iritan, bakteri dan virus. Bakteri pada pasien

dermatitis atopik mensekresi ceramidase yang menyebabkan metabolisme ceramide menjadi sphingosine

dan asam lemak, selanjutnya makin mengurangi ceramide di stratum korneum sehingga kulit makin

kering.

Faktor lingkungan

Selain allergen hirup dan allergen makanan, eksaserbasi dermatitis atopik dapat dipicu oleh

berbagai infeksi, antara lain jamur, bakteri dan virus, serta pajanan tungau debu rumah dan binatang

peliharaan. Infeksi jamur yang berulang dapat menyertai eksaserbasi dermatitis atopik. Malassezia furfur

adalah jamur lipofilik yang sering dijumpai di daerah seborroik dan IgE terhadap M.furfur yang sering

didapatkan pada pasien dermatitis atopik terutama yang mengalami dermatitis di kepala dan leher.

Staphylococcus aureus terdapat pada > 90% lesi dermatitis atopik dan 5% populasi normal. Hal ini

mempengaruhi derajat keparahan dermatitis atopik. Kulit dengan inflamasi ditemukan 107 unit koloni

setiap sentimeter persegi. Pengobatan topical dengan kombinasi antibiotik dan kortikosteroid pada pasien

dermatitis atopik menunjukkan perbaikan klinis. Salah satu cara Staphylococcus aureus menyebabkan

eksaserbasi atau mempertahankan inflamasi ialah dengan mengekskresi sejumlah kecil toksin yang

berperan sebagai superantigen, menyebabkan rangsangan pada sel T dan makrofag.

Autoalergen

Antibody IgE terhadap protein manusia terkandung pada sebagian besar serum pasien dermatitis

atopik. Autoalergen tersebut adalah protein intraselular yang dapat dikeluarkan karena kerusakan

keratinosit akibat garukan dan dapat memicu respon IgE atau sel T. inflamasi tersebut pada dermatitis

4

Page 5: An. Kristin (Dermatitis)

atopik berat dapat dipertahankan oleh adanya antigen endogen manusia sehingga dermatitis atopik dapat

digolongkan sebagai penyakit terkait dengan alergi dan autoimunitas

Berikut 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi 1

- kelas I : gen predisposisi untuk atopi dan respon umum IgE

(a) reseptor Fcε.RI-ß, mempunyai afinitas tinggi untuk IgE (kromosom 11q12-13)

(b) gen sitokin IL-4 (kromosom 5)

(c) gen reseptor-α IL-4 (kromosom 16)

- kelas II : gen yang berpengaruh pada respon IgE spesifik

(a) TCR (kromosom 7 dan 14)

(b) HLA ( kromosom 6)

- kelas III: gen yang mempengaruhi mekanisme non-inflamasi ( misalnya hiperresponsif bronchial)

- kelas IV : gen yang mempengaruhi inflamasi yang tidak diperantarai IgE

(a) TNF (kromosom 6)

(b) gen kimase sel mast ( kromosom 14)

Respon imun pada kulit 1

Sitokin TH2 dan TH1 berperan dalam patogenesis peradangan kulit DA. Jumlah TH2 lebih

banyak pada penderita atopi, sebaliknya TH1 menurun. Pada kulit “normal” (tidak ada kelainan)

penderita dermatitis atopik bila dibandingkan kulit normal orang yang tidak menderita dermatitis atopik,

ditemukan lebih banyak sel yang mengekskresi mRNA IL-4 dan IL-13.

Sel T yang teraktivasi di kulit juga akan menginduksi apoptosis keratinosit sehingga terjadi

spongiosis. Berbagai kemokin ditemukan pada lesi kulit dermatitis atopik yang dapat menarik sel-sel

misalnya eosinofil, limfosit T dan monosit, masuk ke dalam kulit.

Kadar seramid pada kulit penderita dermatitis atopik berkurang sehingga kehilangan air

(transepidermal water loss) melalui epidermis dipermudah. Hal ini mempermudah absorbsi antigen ke

dalam kulit. Sensitisasi epikutan terhadap allergen menimbulkan respons TH2 yang lebih tinggi daripada

melalui sistemik atau jalan udara, maka kulit yang terganggu fungsi sawarnya merupakan tempat yang

sensitif.

5

Page 6: An. Kristin (Dermatitis)

Respon sistemik 1

Perubahan sistemik pada DA adalah sebagai berikut:

Sintesis IgE meningkat

IgE spesifik terhadap allergen ganda meningkat, termasuk terhadap makanan, aeroallergen,

mikroorganisme, toksin bakteri, dan autoalergen.

Ekspresi CD23 (reseptor IgE berafinitas rendah) pada sel B dan monosit meningkat.

Pelepasan histamine dan basofil meningkat

Respon hipersensitivitas lambat terganggu

Eosinofilia

Sekresi IL-4, IL-5, dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat.

Sekresi IFN-γ oleh sel TH1 menurun

Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat

Kadar CAMP-phosphodiesterase monosit meningkat, disertai peningkatan IL-10 dan PGE2.

FAKTOR PEMICU1,4

TUNGAU DEBU RUMAH

Sudah ada bukti yang cukup bahwa Dermatophagoides pteronyssinus sebagai factor pemicu

dermatitis atopik. Dari percobaan dengan placebo dan tungau debuh ruamah (TDR), ditemukan penderita

dermatitis atopik setelah menghirup TDR mengalami eksaserbasi ditempat lesi lama dan timbul pula lesi

baru. Selain itu pda aplikasi epikutan dengan aeroallergen (TDR, bulu binatang kapang) melalui uji

temple pada kulit penderita atopi tanpa lesi, terjadi reaksi ekzematosa pada 30-50% penderita dermatitis

atopik. 95% penderita dermatitis atopik mempunyai IgE spesifik terhadap TDR. Derajat sensitisasi

terhadap aeroallergen berhubungan langsung dengan tingkat keparahan dermatitis atopic.

MAKANAN

Makanan dapat berperan dalam dermatitis atopik pada anak kecil tetapi tidak pada penderita

dermatitits atopik yang lebih tua. Bermacam-macam makanan dapat mengeksaserbasi dermatitis atopik

khususnya pada anak kecil, yang paling sering ialah telur, susu, gandum, kedele dan kacang tanah. Reaksi

yang tidak diinginkan terhadap makanan dapat dibagi atas reaksi toksik dan non toksik. Reaksi makanan

yang toksik dapat terjadi pada semua orang, jadi bukan kerentanan individual. Reaksi makanan yang non

toksik bergantung pada kerentanan seseorang terhadap suatu makanan.

6

Page 7: An. Kristin (Dermatitis)

Reaksi yang terjadi karena induksi allergen makanan dapat berupa dermatitis ekzematosa,

urtikaria, kontak urtikaria atau kelainan mukokutan yang lain. Hasil pemeriksaan labolatorium

menunjukkan reaksi positif terhadap tes kulit dadakan dengan berbagai jenis makanan pada bayi dan

anak-anak kecil dengan dermatitis atopik, reaksi positif ini diikuti kenaikan mencolok histamine dalam

plasma dan aktivasi eosinofil. Sel T spesifik untuk allergen makanan juga berhasil diklon dari lesi

penderita dermatitis atopik. Pasien dermatitis atopik derajat berat sering disertai alergi makanan, indeks

SCORAD sangat berguna untuk penilaian derajat keparahan dermatitis atopik.

- Allergen susu

Alergi susu merupakan penyakit pada anak dengan frekuensi tertinggi pada bayi pada bulan

pertama setelah lahir. Reaksi hipersensitifitas paling banyak disebabkan oleh protein. Reaksi alergik susu

sapi kemungkinan disebabakan oleh substansi asing pada susu dibandingkan oleh kandungan susunya.

Reaksi yang tidak diinginkan terhadap susu dapat terjadi secara imunologik dan non imunologik.

- Allergen telur

Dua pertiga penderita dermatitis atopik anak dengan alergi makanan desebabkan reaksi terhadap

telur. Bahan allergen pada telur adalah albumin. Putih telur mengandung allergen yang lebih alergenik

dibandingkan dengan telur. Allergen utama adalah ovalbumin, ovomukoid, dan conalbumin. Alergi telur

merupakan penyebab terbanyak eksima yang disebabkan makanan. Alergi telur dapat dijumpai pada bayi

berusia 7 bulan sampai 9 tahun. Sebanyak 44% pasien dengan alergi terhadap telur akan sembuh.

- Allergen kacang tanah

Allergen kacang tanah terdapat pada ekstrak semua bagian tumbuhan kacang, mempunyai sifat

tahan panas, baik pada kacang tanah mentah maupun kacang yang dipanggang. Protein kacang-kacangan

terdiri atas albumin (yang larut dalam air) dan globulin (yang tidak larut dalam air) yang terdiri dari fraksi

arachin dan conarchin.

Protein kacang tanah yang mengalami hidrolisis dan minyak kacang tanah tidak bersifat alergenik. Alergi

kacang tanah merupakan kelainan seumur hidup, sedikit sekali pasien dengan alergi kacang tanah akan

hilang sensitivitasnya.

INFEKSI AGEN MIKROBIAL

7

Page 8: An. Kristin (Dermatitis)

Penderita dermatitis atopik cenderung mudah terinfeksi oleh bakteri, virus dan jamur, karena

imunitas seluler menurun(aktivitas TH1 berkurang). Sebagian besar penderita dermatitis atopik membuat

antibody IgE spesifik terhadap superantigen staphylokokus yang ada di kulit. Apabila ada superantigen

menembus sawar kulit yang terganggu, akan menginduksi IgE spesifik, dan degranulasi sel mast, kejadian

ini akan memicu siklus gatal-garuk yang akan menimbulkan lesi di kulit penderita dermatitis atopik.

Superantigen juga meningkatkan sintesis IgE spesifik dan menginduksi resistensi kortikosteroid, sehingga

memperparah dermatitis atopik

STRESS EMOSI `Stress emosi tidak menyebabkan dermatitis atopik, namun sering menjadi faktor pencetus

kekambuhan penyakit. Penderita dermatitis atopik sering kali frustasi, malu dan mengalami tekanan

mental lain yang menyebabkan nilai ambang gatal menurun sehingga meningkatkan siklus gatal dan

garukan. Relaksasi atau perubahan modifikasi perilaku dan kebiasaan mungkin dapat membantu penderita

dermatitis atopik yang mempunyai kebiasaan menggaruk.

HORMONAL

Suatu penelitian dengan kuesioner melaporkan sepertiga penderita dermatitis atopik menunjukan

eksaserbasi pada waktu premenstrual. Kehamilan dapat mencetuskan dermatitis atopik terutama pada

trimester 1 dan 2, tetapi membaik pada trimester 3.

GAMBARAN KLINIS

Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis

berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat, jari tangan teraba dingin. Penderita dermatitis

atopik cenderung tipe astenik, dengan inteligensia di atas rata-rat, sering merasa cemas, egois, frustasi,

agresif,atau merasa tertekan 1

Gejala klinis yang spesifik yaitu rasa gatal yang khas dengan predileksi yang khas, berlangsung

kronis dan residif. penderita dermatitis atopik mempunyai tingkat ambang rasa gatal yang rendah, gatal

dapat hilang timbul sepanjang hari tetapi umunya lebih hebat pada malam hari serta adanya stigmata

atopik pada pasien maupun keluarga yang lain.Tempat predileksi adalah hal yang paling penting untuk

diketahui dari pasien dermatitis atopik. Manifestasi klinis dermatitis atopik berbeda pada setiap tahapan

8

Page 9: An. Kristin (Dermatitis)

atau fase perkembangan kehidupan, mulai dari saat bayi hingga saat dewasa. Pada setiap anak didapatkan

derajat keparahan yang bervariasi, tetapi secara umum mereka mengalami pola distribusi lesi yang serupa. 1

Dermatitis atopik dikelompokkan dalam 3 fase yaitu : 1,2,3,4

- Dermatitis atopik infantile ( 2 bulan-2 tahun)

Lesi awal muncul pada tahun pertama kehidupan, biasanya setelah 2 bulan, lesi mulai di muka

(dahi, pipi) berupa eritema, papulovesikel yang halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif dan

akhirnya terbentuk krusta, lesi bersifat akut, subakut, rekuren, dan simetris. Lesi tampak berupa bercak

kemerahan bersisik yang mungkin sedikit basah. Lesi kemudian meluas ke tempat lain yaitu ke scalp,

leher, pergelangan tangan, leengan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut, hal

ini berhubungan dengan area kulit yang kontak dengan tanah pada bayi yang baru belajar merangkak.

Anak biasanya mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan.

Rasa gatal yang timbul sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur dan sering

menangis. Pada umumnya lesi dermatitis atopik infantile polimorfik dan eksudatif, banyak eksudasi,

erosi, krusta dan kadang-kadang disertai dengan infeksi sekunder atau pioderma. Lesi dapat meluas

generalisata bahkan dapat menyebabkan eritroderma walaupun jarang. Sekitar usia 18 bulan mulai

tampak likenifikasi. Sebagian besar penderita sembuh setelah usia 2 tahun, mungkin juga sebelumnya,

sebagian lagi berlanjut menjadi bentuk anak.

- Dermatitis atopik fase anak (3-10 tahun)

Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantile atau timbul sendiri (de novo). Sejalan dengan

pertumbuhan bayi menjadi anak-anak, pola distribusi lesi kulit mengalami perubahan. Maifestasi

dermatitis subakut dan cenderung kronis. Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul,

likenifikasi,dan sedikit skuama. Tempat predileksi terutama di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan

bagian fleksor, kelopak mata, leher, dan sangat jarang di daerah wajah.

Rasa gatal menyebabkan penderita sering menggaruk, dapat terjadi erosi, ekskoriasi yang disebut

scratch mark, likenifikasi, mungkin juga mengalami infeksi sekunder. Akibat garukan, kulit menebal

dan perubahan lainnya yang menyebabkan gatal, sehingga terjadi linngkaran setan “siklus gatal-garuk”.

Rangsangan menggaruk sering di luar kendali. Kulit tangan biasanya kering,kasar, garis palmar lebih

dalam dan nyata serta mengalami luka (fisura). Bibir terlihat kering, bersisik, sudut bibir terlihat

9

Page 10: An. Kristin (Dermatitis)

terbelah (kheilitis), bagian sudut lobus telinga sering mengalami fisura.lesi dermatitis atopik pada anak

juga dapat ditemukan di paha dan bokong.

Penderita sensitive terhadap wol, bulu kucing dan anjing juga bulu ayam, burung dan sejenisnya.

Dermatitis atopik berat yang melebihi 50% permukaan tubuh dapat memperlambat pertumbuhan.

- Dermatitis atopik fase remaja dan dewasa (13-30 tahun)

Bentuk lesi kulit pada fase dewasa hampir serupa dengan lesi kulit pada dase akhir anak-anak.

Lesi dapat berupa plak paular-eritematosa dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada

dermatitis atopik remaja lokalisasi lesi di lipat siku, lipat lutut dan samping leher, dahi dan sekitar mata.

Pada dermatitis atopik dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, serinng mengenai tangan dan

pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva,

puting susu, atau scalp. Kadang erupsi meluas, dan paling parah di lipatan; mengalami likenifiakasi.

Lesi kering, agak menimbumbulkan papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi

dengan sedikit skuama, dan sering terjadi ekskoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat laun terjadi

hiperpigmentasi

Distribusi lesi biasanya simetris. Lesi sangat gatal, terutama pada malam hari. Orang dewasa

serimg mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila mengalami stress. Mungkin karena stress dapat

menurunkan ambang rangsang gatal. Rasa gatal timbul pada saat latihan fisik karena penderita atopik

sulit mengeluarkan keringat. Umumnya dermatitis atopik remaja dan dewasa berlangsung lama,

kemudian cenderung menurun atau membaik (sembuh) setelah usia 30 tahun. Kulit penderita dermatitis

atopik yang telah sembuh mudah gatal dan cepat meradang bila terpajan oleh bahan iritan eksogen.

Penderita atopik beresiko tinggi menderita dermatitis tangan.

Stigmata yang berhubungan dengan dermatitis atopik: 4

Stigmata atopi adalah tanda yang dipakai untuk menentukan seseorang dalam keadaan atopi.

Disebut sebagai atopic diathesis kulit bila stigmata tersebut terdapt pada kulit. Stigmata ini lebih sering

ditemukan pada penderita dermatitis atopik dibandingkan pada individu sehat dan dapat digunakan

sebagai petunjuk untuk penegakan diagnosa dermatitis atopik.

Kelainan yang biasa ditemukan adalah:

10

Page 11: An. Kristin (Dermatitis)

Dry skin

Kelainan khas berupa kulit kering, sedikit bersisik, tanpa tanda inflamasi, dan meliputi hampir

seluruh bagian tubuh. Kelainan ini terjadi karena kemapuan mengikat air sel keratinosit atopik

menurun dan adanya peningkatan transepidermal water loss.

Palmar hiperlinearlity of palms or soles

Penderita dermatitis atopik umumnya sejak lahir memiliki banyak garis palmar yang lebih dalam

dan lebih nyata, menetap sepanjang hidup. Pada kondisi kronis, kulit pasien yaitu sebanyak 88%

cenderung kering, menebal dan mudah terbelah (fisura), tergantung pada pajanan kontak dengan

factor eksogen. Keadaan ini ditemukan pada 88% penderita dermatitis atopik.

Dennie morgan infraorbital fold

Kelainan ini berupa cekungan yang menyolok dan simetris, namun dapat ditemukan satu atau dua

cekungan di bawah kelopak mata bagian bawah. Tanda ini bukan suatu petanda patognomonik

dermatitis atopik.

White dermographism

Penderita dermatitis atopik bila digores oleh suatu benda tumpul akan menunjukan suatu

pemucatan kulit yang berlawanan dengan individu normal. Walaupun peristiwa ini tidak

patognomonik untuk dermatitis atopik, tetapi kadang-kadang dapat digunakan untuk diagnosis

dermatitis atopik.

Facial pallor

Pada ujung tangan dan muka bagian sentral terutama hidung, mulut, telinga cenderung menjadi

pucat bila terpajan udara dingin. Tanda ini diduga disebabkan oleh adanya pelebaran kapiler dan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan edema dan warna pucat di jaringan

sekelilingnya.

(Peri)-Orbital darkening

Gambaran corak biru keabuan di sekitar area mata dengan corak yang lebih terlihat nyata di

daerah sub-orbital. Kadang-kadang disertai luas dengan edema, sehingga anak tampak seperti

kelelahan.. mungkin merupakan manifestasi adanya bendungan pembuluh darah yang disebabkan

oleh adanya penekanan pada pleksus pembuluh darah.

Herthoge’s sign

11

Page 12: An. Kristin (Dermatitis)

Penipisan atau hilangnya bagian lateral alis

Keratosis piliaris

Kelainan keratinisasi folikel rambut yang ditandai dengan adanay papul berkelompok,

hyperkeratosis folikular, keras, bentuk kerucut. Memberi gambaran penampilan kulit mirip pucked

chicken skin/kulit ayam.

Cheilitis

Cheilitis seringkali mulai muncul pada masa kanak-kanak ,berupa kulit yang kering dan bersisik

di bagian atas dan bawah bibir.

Course influenced by environment and emotional factor

Anak dengan dermatitis atopik ditemukan memiliki ciri kepribadian karakteristik. Manifestasi

klinis adanya gangguan psikologi berhubungan dengan rasa gatal, insomnia, stress yang berlanjut

menjadi perubahan perilaku misalnya agresif dan mudah tersinggung.

Cataract and Keratoconus

Suatu asosiasi ganjil dari dermatitis atopik adalah kecenderungan timbul katarak yang lebih dini.

Pada awalnya timbulnya kelainan ini diduga akibat adanya penggunaan kortikosteroid kuat sistemik

dan topikal , namun hal ini belum terbukti. Sedangkan keratokonus (elongasi permukaan kornea)

biasanya menyertai katarak dan diakibatkan karena seringnya mengusap mata secara berulang atau

sebagai akibat perubahan degeneratif pada kornea mata.

Increased presence of Staphylococcus aureus and Herpes Simplex

Pada pasien dermatitis atopik umumnya ditemukan adanya perubahan imunitas selular. Secara

klinis ditandai dengan adanya kerentanan mengalami infeksi sekunder akibat bakteri, virus seperti

vaccinia diseminasi, herpes simplek, veruka, molluscum contagiosum, jamur maupun parasit.

Pityriasis alba

Pada area yang sebelumnya mengalami eksema, terutama di daerah wajah, leher, dan tubuh

bagian atas, dapat timbul bercak hipopigmentasi dengan ukuran bervariasi, ukuran diameter mencapai

1 cm, berbatas jelas disertai dengan sisik halus yang kadang-kadang menyerupai tinea korporis atau

vitiligo. Penyebabnya belum diketahui, diduga merupakan dermatitis non-spesifik.

12

Page 13: An. Kristin (Dermatitis)

Nipple eczema

Eksim pada putting susu, kelainan ini merupakan criteria yang dapat dipercaya untuk penegakan

diagnosis dermatitis atopik. Pada area putting susu, tampak adanya papul dan vesikel kemerahan yang

basah, simetris, dan dapat meluas ke area payudara disekitarnya.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 2,3,4,6

1. Dermatografisme putih, untuk melihat perubahan dari rangsangan goresan terhadap kulit

2. Percobaan asetilkolin akan menimbulkan vasokonstriksi kulit yang tampak sebagai garis pucat

selama satu jam.

3. Uji kulit dan IgE-RAST

Pemeriksaan uji tusuk dapat memperlihatkan allergen mana yang berperan, namun

kepositifannya harus sejalan dengan derajat kepositifan IgE RAST ( spesifik terhadap allergen

tersebut). Khususnya pada alergi makanan, anjuran diet sebaiknya dipertimbangkan secara hati-

hati setelah uji tusuk, IgE RAST dan uji provokasi. Cara lain adalah dengan double blind placebo

contolled food challenges (DPCFC) yang dianggap sebagai baku emas untuk diagnosis alergi

makanan.

4. Peningkatan kadar IgE pada sel langerhans

Hasil penelitian danya IgE pada sel langerhans membuktikan mekanisme respon imun

tipe I pada dermatitis atopik, adanya pajanan terhadap allergen luar dan peran IgE di kulit.

5. Jumlah eosinofil

Peningkatan jumlah eosinofil di perifer maupun di jaringan kulit umumnya seirama

dengan beratnya penyakit dan lebih banyak ditemukan pada keadaan yang kronis.

6. Faktor imunogenik HLA

Walaupun belum secara bermakna HLA-A9 diduga berperan sebagai factor predisposisi

intrinsic pasien atopik. Pewarisan genetiknya bersifat multifactor. Dugaan lain adalah kromosom

11q13 juga diduga ikut berperan pada timbulnya dermatitis atopik.

7. Kultur dan resistensi

13

Page 14: An. Kristin (Dermatitis)

Mengingat adanya kolonisasi Stapylococcus aureus pada kulit pasien atopik terutama

yang eksudatif (walaupun tidak tampak infeksi sekunder), kultur dan resistensi perlu dilakukan

pada dermatitis atopik yang rekalsitran terutama di rumah sakit di kota besar.

DIAGNOSA

Sampai saat ini belum ditemukan adanya gambaran klinis maupun hasil pemeriksaan

labolatorium yang spesifik untuk dermatitis atopik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan identifikasi

morfologi yang sering terdapat pada dermatitis atopik dan distribusi lesi. Riwayat personal dan keluarga

atopi juga dapat membantu diagnosis.

Kriteria diagnosis dermatitis atopik dari Hanifin dan Rajka 1

Kriteria mayor ( > 3)

Pruritus

Morfologi dan distribusi khas

dewasa : likenifikasi fleksura

bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor

Dermatitis bersifat kronik residif

Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

Kriteria minor ( > 3)

Xerosis

Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)

Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki

Iktiosis/pertambahan garis di palmar/keatosis pilaris

Pitiriasis alba

Dermatitis di papila mammae

White dermographism dan delayed blanch response

Keilitis

14

Page 15: An. Kristin (Dermatitis)

Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita

Konjungtivitis berulang

Keratokonus

Katarak subskapular anterior

Orbita menjadi gelap

Muka pucat atau eritem

Gatal bila berkeringat

Intoleransi terhadap bahan wol dan pelarut lemak

Aksentuasi perifolikular

Hipersensitifitas terhadap makanan

Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingkungan dan emosi

Tes kulit alergi tipe dadakan positif

Kadar IgE di dalam serum meningkat

Awitan pada usia dini

Untuk bayi kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu : 1

Tiga kriteria mayor berupa:

Riwayat atopi pada keluarga

Dermatitits di muka atau ekstensor

Pruritus

Ditambah tiga kriteria minor:

Xerosis/ iktiosis/ hiperliniaris palmaris

Aksentuasi perifolikular

Fisura belakang telinga

Skuama di skalp kronis

15

Page 16: An. Kristin (Dermatitis)

Kriteria William untuk dermatitis atopik 1

I Harus ada:

Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada anak kecil

II Ditambah 3 atau lebih tanda berikut

1. Riwayat perubahan kulit/ kering di fosa kubiti, fosa poplitea, bagian anterior

dorsum pedis atau seputar leher ( termasuk kedua pipi pada anak < 10 tahun )

2. Riwayat asma atau hay fever pada anak ( riwayat atopi pada anak < 4 tahun pada

generasi-1 dalam keluarga

3. Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun

4. Dermatitis di fleksural ( pipi, dahi, dan paha bagian lateral pada anak < 4 tahun )

5. Awitan dibawah umur 2 tahun ( tidak dinyatakan pada anak < 4 tahun )

DIAGNOSIS BANDING 1,2,3,4,5,9

1. Dermatitis seboroik

Ditandai erupsi berskuama, salmon colored atau kuning berminyak yang mengenai kulit

kepala, pipi, badan, ekstremitas dan diaper area.

2. Dermatitis kontak

Biasanya lesi sesuai dengan tempat kontaktan, lesi berupa popular miliar dan erosif.

3. Dermatitis numularis

Penyakit yang ditandai lesi yang berbentuk koin. Ukuran diameter 1 cm atau lebih,

timbul pada kulit yang kering

4. Psoriasis

16

Page 17: An. Kristin (Dermatitis)

Lesi psoriasis berwarna merah dan skuama seperti perak micaceous (seperti mika).

Predileksi psoriasis di permukaan ekstensor, terutama pada siku dan lutut, kulit kepala dan daerah

genital

5. Skabies

Diagnosis ditegakkan dengan adanya riwayat rasa gatal di malam hari, distribusi lesi

yang khas, dengan lesi primer yang patognomonik berupa adanya burrow dan adanya kutu pada

pemeriksaan mikroskopik.

6. Penyakit Lettere-Siwe

Biasanya teejadi pada tahun pertama dari kehidupan. Pada penyakit ini erupsi kulit

biasanya mulai dengan skuama, eritematosa, seborrhea-like pada kulit kepala, di belakang telinga,

dan pada daerah intertriginosa

7. Acrodermatitis enteropathica

Suatu penyakit herediter yang ditandai dengan lesi vesikulobullous eczematoid di daerah

akral dan periorifisial, kegagalan pertumbuhan, diare, alopesia, kekurangan gizi dan infeksi

kandida.

8. Sindroma Wiskott-Aldrich

Penyakit X-linked resesif, ditemukan pada anak lelaki muda ditandai dengan dermatitis

eksematosa rekalsitrant, disfungsi platelet, trombositopeni, Infeksi pyogenik rekuren dan otitis

media supuratifa.

9. Iktiosis

10. Dermatitis herpetiformis

Penyakit yang menahun dan residif, ruam bersifat polimorfik terutama berupa vesikel,

tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat gatal.

11. Sindroma Sezary

Ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang universial disertai skuama dan

rasa sangat gatal.

12.Sindrom hiper IgE

17

Page 18: An. Kristin (Dermatitis)

KOMPLIKASI 2,5

Infeksi sekunder akibat bakteri

Merupakan komplikasi yang paling sering pada dermatitis atopik. Biasanya disebabkan oleh

bakteri kelompok Strptococci B-hemolytic, studi lain mengungkapkan Staphylococcus merupakan

93% penyebab infeksi sekunder pada lesi dermatitis atopik. Infeksi tersebut menyebabkan timbulnya

folikulitis atau impetigo. Pioderma yang berhubungan dengan dermatitis atopik biasanya ditemukan

lesi eritema dengan eksudasi dan krusta, skuama berminyak dan jerawat kecil pada ujungnya.

Infeksi jamur kulit

Adanya gangguan epidermal barrier function, kelembaban dan maserasi mempengaruhi

timbulnya kepekaan terhadap infeksi jamur. Faktor individu dan lingkungan sehari-hari juga

berperanan penting pada timbulnya komplikasi ini, seperti kaus kaki serta olahragawan..

Pytiriosporum ovale akhir-akhir ini dianggap meningkat pada kulit pasien dermatitis atopik

Infeksi virus

Kutil karena virus dan moluscum kontagiosum ditemukan lebih sering pada dermatitis atopik,

sedangkan infeksi herpes simpleks dapat menimbulkan lesi yang menyebar luas. Erupsi Varicelliform

Kaposi’s adalah komplikasi lain dermatitis atopi, ini disebabkan oleh virus herpes simpleks dan

vaccinia. Kelainan dikenal sebagai Eksim herpetikum atau eksim vaksinatum. Perkembangan erupsi

vesicular yang meningkat pada orang yang atopik dapat menungkatkan kemungkinan terjadinya

erupsi Kaposi’s variceliform.

Eritroderma

Terjadi pada 4-14% kasus dermatitis atopik. Keadaan tersebut dapat terjadi akibat adanya efek

withdrawl pemakaian kortikosteroid sistemik pada kasus dermatitis atopik berat. Komplikasi ini

cenderung dapat mengancam hidup pasien bila terdapat kegagalan fungsi jantung, sepsis, hipotermi

dan hipoalbuminemia.

PENGOBATAN TOPIKAL

- Hidrasi kulit

Kulit penderita dermatitis atopik kering dan fungsi sawarnya berkurang, mudah retak sehingga

mempermudah masuknya mikroorganisme pathogen, bahan iritan dan allergen. Segera setelah mandi,

daerah kulit yang meradang diberi anti-inflamasi topikal, sedangkan kulit yang lainnya diberi

18

Page 19: An. Kristin (Dermatitis)

pelembab. Pelembab yang diberikan misalnya krim hidrofilik urea 10%; dapat pula ditambahkan

hidrokortison 1% di dalamnya. Bila memakai pelembab yang mengandung asam laktat,

konsentrasinya jangan lebih dari 5% karena dapat mengiritasi bial dermatitisnya masih aktif 4

Penggunaan emolien/ pelembab yang adekuat secara teratur sangat penting untuk

mengatasi kekeringan kulit dan memperbaiki integritas sawar kulit, walaupun tidak ada keluhan

maupun lesi dermatitis atopik. Bermacam emolien dapat dicoba sehingga mendapatkan yang paling

cocok sesuai pilihan, usia dan keadaan kelaianan kulit. Bentuk salep dan krim memberikan fungsi

sawar lebih baik daripada lotion. Bila terlalu berminyak, misalnya salep dapat menyebabkan kulit

menjadi panas dan dapat timbul folikulitis. Emolien dalam bentuk krim lebih dapat diterima, tetapi

krim dan lotion dapat menyebabkan iritasi karena sering mengandung bahan pengawet, pelarut, dan

pewangi. Lotion yang mengandung air dapat lebih mengeringkan karena efek penguapan. Jenis

emolien dapat disesuaikan dengan berbagai waktu atau kegiatan pasien. Lama kerja emolien maksium

6 jam. Penting untuk mengoleskan kembali emolien beberapa kali terutama setelah dicuci dan di

daerah kulit terbuka. 4

- Kortikosteroid topikal1,4,6

Kortikosteroid topikal merupakan pengobatan standar untuk mengatasi inflamasi pada

dermatitis karena efektif, mudah digunakan dan ditoleransi pasien, kadang hasilnya lebih baik/lebih

cepat dibandingkan dengan antiinflamasi topikal lainnya. Namun juga harus diwaspadai karena

kortikosteroid yang digunakan berulang dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek

samping local maupun sistemik. Bila pemilihan dan penggunaan kortikosteroid topikal dilakukan

dengan tepat dan hati-hati, efek samping biasanya dapat dihindari.

- Imunomodulator topikal 1,4

Takrolimus

Yaitu suatu penghambat calcineurin, dapat diberikan dalam bentuk salep 0,03% (untuk

usia 2-12 tahun) dan 0,1%.(untuk usia 12 tahun keatas) untuk dermatitis atopik derajat sedang

sampai berat. Takrolimus menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam dermatitis atopik yaitu sel

langerhans, sel T, sel mast, dan keratinosit. Pada pengobatan jangka panjang dengan salep

takrolimus, koloni staphylococcus aureus menurun. Tidak ditemukan efek samping kecuali rasa

seperti terbakar setempat. Tidak menyebabkan atrofi kulit seperti pada pemakaian kortikosteroid;

dapat digunakan di muka dan kelopak mata.

Pimekrolimus

19

Page 20: An. Kristin (Dermatitis)

Dikenal juga dengan ASM 81, suatu senyawa askomisin yaitu imunomodulator golingan

makrolaktam yang pertama ditemukan dari hasil fermentasi Streptomyces hygroscopicus varian

ascomyceticus. Cara kerja sangat mirip siklosporin dan takrolimus yang dihasilkan dari

Streptomyces tsuku-baensis. Derivat askomisin yang digunakan ialah krim SDZ ASM 981

konsentrasi 1%. Obat tersebut dioleskan 2 kali sehari dalam jangka waktu lama secara intermiten.

Pimekrolimus dan takrolimus tidak dianjrkan pada anak kurang dari 2 tahun. Penderita yang

diobati dengan takrolimus dan pimekrolimus dinasehati untuk memakai pelindung matahari

karena ada dugaan bahwa kedua obat tersebut berpotensi menimbulkan kanker kulit.

- Preparat Ter 1,4

Preparat ter batubara mempunyai efek anti gatal dan anti-inflamasi, walaupun tidak

sekuat kortikosteroid topikal. Obat ini dapat bermanfaat untuk mengurangi pengunaan

kortikosteroid topikal pada pengobatan jangka lama. Shampo yang mengandung ter dapat

digunakan untuk lesi di scalp. Preparat ter sebaiknya tidak digunakan untuk lesi akut karena dapat

menyebabkan iritasi. Perlu diperhatikan kemungkinan efek sampingnya antara lain folikulitis dan

fotosensitivitas, serta potensi karsinogeniknya. Sediaan dalam bentuk salep hidrofilik, misalnya

yang mengandung likuor karbonis detergen 5% samapai 10% atau crude coal tar 1% sampai 5%.

- Antihistamin 1

pengobatan dermatitis atopik dengan anti-histamin topikal tidak dianjurkan karena

berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Dilaporkan bahwa aplikasi krim doksepin 5%

dalam jangka pendek (satu minggu), dapat mengurangi gatal tanpa terjadi sensitisasi. Tetapi perlu

diperhatikan, bila dipakai pada area yang luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

PENGOBATAN SISTEMIK

Kortikosteroid 1,4

Kortikosteroid sistemik jarang sekali digunakan untuk pengobatan dermatitis atopik kronik

karena kemungkinan timbulnya efek samping serta fenomena rebound dan takifilaksis. Obat ini hanya

digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dalam jangka pendek, dan dosis rendah diberikan

berselang-seling, atau diturunkan bertahap, kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topikal.

20

Page 21: An. Kristin (Dermatitis)

Prednisolon lebih dianjurkan karena lebih cepat diekskresi dari tubuh. Pada anak dan pubertas sedapat

mungkin dihindari karena dapat mengganggu pertumbuhan. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kgBB

cukup bermanfaat. Sebaiknya dilakukan penurunan dosis secara bertahap bila sudah ada perbaikan.

Antihistamin 1,4

Digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama malam hari, sehingga

mengganggu tidur. Oleh karena itu antihistamin yang dipakai ialah yang mempunyai efek sedative,

misalnya hidroksisin atau difenhidramin. Antihistamin nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja.

Pada kasus yang lebih sulit dapat diberikan doksepin hidroklorid yang mempunyai efek antidepresan dan

memblokade reseptor histamine H1 dan H2, dengan dosis 10 Sampai 75 mg secara oral malam hari pada

orang dewasa.

Anti-infeksi 1,5

Kulit pasien dermatitis atopik biasanya terkolonisasi oleh Staphylococcus aureus yang dapat

menghasilkan eksotoksin yang bersifat sebagai superantigen. Untuk yang belum resisten dapat diberikan

eritromisin, asitromisin atau klaritromisin, sedang untuk yang sudah resisten diberikan diklosasilin,

oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin. Bila dicurigai terinfeksi oleh virus herpes simpleks,

kortikosteroid dihentikan sementara dan diberikan asiklovir per oral 400 mg 3 kali per hari selam 10 hari

atau 200 mg 4 kali per hari selama 10 hari. Antijamur dapat diberikan bila ada komplikasi infeksi jamur.

Siklosporin 1,5

Siklosporin oral terbukti secara klinis serta dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dermatitis

atopik kronik dan refrakter, baik pada anak maupun dewasa. Siklosporin adalah obat imunosupresif kuat

yang terutama bekerja pada sel T akan terikat dengan cyclophilin menjadi satu kompleks yang akan

menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan. Tetapi bila pengobatan dihentikan

umumnya penyakitnya akan menjadi kambuh lagi./ efek samping yang mungkin timbul yaitu peningkatan

kreatinin dalam serum atau bahkan terjadi penurunan fungsi ginjal dan hipertensi.

21

Page 22: An. Kristin (Dermatitis)

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : An. K

Umur : 4 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Pekerjaan : -

Anamnesis

Anamnesis dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta pada

tanggal 6 Juli 2015 secara autoanamnesis.

Keluhan Utama:

Gatal di jari-jari kaki sejak 4 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan gatal pada jari kaki kanannya sejak kurang lebih 4 bulan

yang lalu. Keluhan awalnya muncul pada tangan, lipatan paha dan kemudian ke jari-jari kaki.

Pada mulanya pasien merasakan gatal dan mulai muncul lentingan berisi cairan berwarna bening,

tidak berbau dan lunak. Beberapa minggu kemudian cairan bening berubah menjadi nanah dan

kemudian pecah lalu menjadi krusta. Menurut pasien, kejadian ini berawal saat pasien menginap

dirumah neneknya, dan tidur dirumah neneknya. Keesokan harinya keluhan gatal-gatal tersebut

muncul. Dan bertambah banyak ketika pasien memakan ikan tuna. Itu merupakan pertama

kalinya pasien memakan ikan tuna. Ketika tidak lagi mengkonsumsi ikan tuna, keluhan sedikit

berkurang. Pasien sudah coba berobat ke UGD RS Koja, mendapatkan obat minum dan salep,

keluhan pada tangan dan lipatan paha membaik namun keluhan pada kaki tidak membaik.

22

Page 23: An. Kristin (Dermatitis)

Riwayat Penyakit Dahulu:

• Pasien tidak pernah memiliki keluhan seperti ini sebelumnya

• Riwayat alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Ibu pasien ada riwayat asma.

Ayah pasien memiliki riwayat alergi seafood

Status Generalis (6 Juli 2015)

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Jantung : Tak ada kelainan

Paru : Tak ada kelainan

Abdomen : Tak ada kelainan

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada deformitas.

KGB : Tak ada kelainan

Status Dermatologis

·         Distribusi              : Regional, unilateral

·         Ad Regio             :  sela-sela jari kaki

·         Efloresensi           : eritematosa, berbatas tegas, skuama halus dan krusta.

23

Page 24: An. Kristin (Dermatitis)

Gambar 1 dan 2

Plak hipopigmentasi di ekstremitas inferior, unilateral, susunan polikistik, ukuran numular,

berbatas tegas, tepi tidak teratur dan tampak krusta (Gambar 1)

Diagnosis Kerja:

• Dermatitis atopik

Diagnosis Banding:

• Dermatitis seboroik

• Psoriasis

Pemeriksaan Penunjang:

• Patch test/ skin prick test

• Histopatologi

Tata Laksana :

1. Non-medikamentosa (umum)

24

Page 25: An. Kristin (Dermatitis)

Jaga hygiene, mandi air bersih (jangan air hangat)

Sabun non-iritan dan ada pelembab

Edukasi kekambuhan

Mencegah kulit kering

Menghindari trauma (lecet karena digaruk)

2. Medikamentosa

a. Sistemik

Antihistamin: Hidroksisin atau difenhidramin 10 mg

b. Topikal

Kompres larutan garam faal 1:1.000

Kortikosteroid topikal (Setelah mendapatkan kortikosteroid sistemik, dan

membaik)

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad sanationam : bonam

25

Page 26: An. Kristin (Dermatitis)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, Sri Adi, dan Djuanda, Suria: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi

Kelima.FKUI. Jakarta, 2007, hal: 138-147

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI: Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta, 1985,

hal: 234-236

3. Mansjoer, Arif, dan Suprohaita: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga. FKUI. Jakarta,

2000, hal: 90-91

4. Baratawijaya, K.G. 2010. Imunologi Dasar. Jakarta: FK UI

5. Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FK UI

6. Fitzpatrick’s. Sixth Edition. Color Atlas and Synopsis Of Clinical Dermatology. New

York: Mc Graw Hill.

7. Moro, et al. 2006. Probiotic Oligosaccarides Reduces The Incidences Of Atopic

Dermatitis During The First Sixt Mounth Of Ages. Arch Dis Child 2006;91:814-8

26

Page 27: An. Kristin (Dermatitis)

8. Piliang, M. 2012. Dermatitis Atopic. Disease Management Project. Diunduh pada tanggal

9 Maret 2013 dari

http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/dermatology/

atopic-dermatitis/

9. Siregar, R.S, 2003. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC 

27