76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an...

28
SPECIAL STUDY FASE II DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA TUKANG CUCI MOBIL Oleh: Made Gede Cahyadi Permana NIM: 0702005161 Penyelia: dr. I. G. K. Darmada Sp.KK(K)

description

mnmnm,n,kjkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnjjjjjjjjjjjjjjjjjmmnmnnmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjfffffffffff

Transcript of 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an...

Page 1: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

SPECIAL STUDY FASE II

DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA

TUKANG CUCI MOBIL

Oleh:

Made Gede Cahyadi Permana

NIM: 0702005161

Penyelia: dr. I. G. K. Darmada Sp.KK(K)

Fakultas kedokteran Universitas Udayana

2010

Page 2: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan bagian terluar yang melapisi manusia di mana berfungsi untuk

melindungi organ-organ internal. kulitlah yang pertama kali terkena eksposur dari luar,

seperti sinar matahari, udara, sabun, cat, minyak dan sejenisnya. Oleh karena itu, kulit sangat

riskan mengalami inflamasi dan kerusakan akibat pengaruh zat-zat yang mengenainya.

Kuantitas paparan kulit terhadap suatu zat sangat mempengaruhi percepatan dan

keparahan dari inflamasi kulit, atau yang sering disebut dengan dermatitis kontak. Dermatitis

kontak yang terjadi akibat paparan terhadap zat iritan dan reaksinya nonimunologik disebut

dermatitis kontak iritan, sedangkan dermatitis yang terjadi akibat paparan zat dengan

terjadinya reaksi imun disebut dermatitis kontak alergik. Semakin sering kita bersentuhan

dengan zat-zat iritan, semakin besar risiko kita mengalami dermatitis kontak. Orang-orang

yang memiliki risiko tinggi terhadap dermatitis kontak, biasanya orang yang memiliki profesi

dengan frekuensi paparan terhadap zat iritan cukup tinggi contohnya: tukang cuci mobil,

buruh celup di pabrik, tukang aduk semen, pegawai bengkel, dan pegawai pabrik tekstil.

Setiap harinya, pekerja-pekerja tersebut berinteraksi dengan bahan iritan(sabun, oli, bensin,

semen, dll). Bahan iritan dapat merusak berbagai lapisan kulit, seperti ada bahan yang

merusak stratum korneum, adapula yang merusak lapisan lipid.

Bila dibandingkan dengan kuantitas usaha-usaha menengah ke atas seperti bengkel dan

pabrik di Indonesia yang sangat menjamur, maka secara teori, akan banyak jumlah orang

mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan teori dan literatur yang digunakan penulis,

didapatkan prevalensi kasus dermatitis kontak akibat dari pekerjaan adalah 80 %, dari semua

kasus penyakit kulit akibat kerja. Penulis mencoba mengobservasi kejadian dermatitis kontak

di masyarakat, dengan mengkhususkan pada tukang cuci mobil. Dalam observasi, penulis

menemukan kejanggalan-kejanggalan pada stasiun kerja dari perusahaan cuci mobil,

misalnya kondisi lingkungan kerja di mana penulis melakukan observasi lembab, dan basah.

Kejadian seperti ini diduga terjadi di semua perusahaan cuci mobil. Dapat dibayangkan,

seberapa banyak tukang cuci mobil yang akan mengidap dermatitis kontak. Oleh karena itu

penulis merasa penting untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk karya tulis tinjauan

1

Page 3: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

pustaka dan observasi yang berjudul Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada Tukang Cuci

Mobil.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Seberapa tinggi prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil?

1.2.2 Bagaimana wujud dermatitis kontak akibat kerja yang terjadi pada tukang cuci mobil?

1.2.3 Kondisi seperti apa serta faktor-faktor apa saja yang mendukung para tukang cuci mobil

ini mengidap dermatitis kontak akibat kerja?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui dan menjelaskan prevalensi dermatitis kontak akibat kerja pada

tukang cuci mobil serta aspek-aspek yang mendukung prevalensi tersebut.

1.3.2 Untuk mengetahui manifestasi klinis dermatitis kontak akibat kerja yang paling sering

pada tukang cuci mobil.

1.3.3 Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi dan faktor yang berperan dalam

mendukung terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil di

lapangan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Masyarakat dapat mengerti faktor-faktor risiko dermatitis kontak akibat kerja.

1.4.2 Masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala awal dermatitis kontak akibat kerja serta

dapat mengantisipasi terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

2

Page 4: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Berdasarkan etimologinya dermatitis adalah peradangan kulit pada daerah epidermis

dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau endogen di mana

menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik seperti edema, eritema, papul,

vesikel, skuama, dan likenifikasi disertai dengan keluhan gatal.1,2 Dermatitis yang akan

dibahas penulis yaitu dermatitis kontak, dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau zat yang

menempel di kulit.

2.2 Epidemiologi Penyakit

Literatur menyatakan bahwa dermatitis kontak merupakan penyakit tersering diderita

oleh masyarakat dibandingan penyakit kulit lainnya.1,2 Penderitanya berasal dari berbagai ras,

semua umur dan semua jenis kelamin. Dermatitis kontak terbanyak diperkirakan adalah

dermatitis kontak akibat kerja. Data epidemiologi yang spesifik sangat sulit didapatkan,

karena banyak penderita yang acuh terhadap gejala dermatitis ringan dan tidak berobat.

Berdasarkan penelitian dari Netherlands Expert Centre on Occupational Dermatoses

terhadap jumlah kasus penyakit kulit akibat kerja(occupational skin diseases) selama 5 tahun

(2001 hingga 2005) di suatu negara, didapatkan hasil berikut: Dari 4516 kasus baru, 3603

kasus merupakan kasus dermatitis kontak. Bila dibandingkan dengan penyakit lain,

persentase kasus baru dermatitis kontak sebesar 79,8 %, sehingga dermatitis kontak

merupakan penyakit kulit akibat kerja yang paling sering diderita oleh masyarakat.

Berdasarkan jenis kelamin, persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria yaitu wanita

51,1% dengan kisaran umur yang dominan sekitar 15-24 dan 25-34 tahun sedangkan pria

49% dengan kisaran umur sekitar 35–44, 45–54, dan 55–64 tahun.3

2.3 Etiologi

Secara umum, penyebab utama dermatitis ada dua yaitu berasal dari luar atau eksogen,

contohnya: bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, semen, fisik seperti sinar matahari,

suhu, dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Penyebab dari dalam, atau endogen

misalnya dermatitis atopik. Penyebab dermatitis yang lain adalah idiopatik.1

3

Page 5: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

Pada dermatitis kontak iritan penyebabnya adalah zat yang bersifat iritan seperti bahan

pelarut, detergen, sabun, minyak pelumas, asam, basa, dan serbuk kayu. Selain faktor

molekul, faktor lain yang menentukan tingkat keparahan dan kejadian dermatitis kontak iritan

adalah lama kontak, frekuensi kontak(sering atau jarang terpapar dengan bahan iritan),

trauma fisik yang membantu terjangkit dermatitis, dan faktor lingkungan yang lembab.

Sedangkan pada dermatitis kontak alergik, zat yang menyebabkan dermatitis kontak alergik

biasanya memiliki berat molekul di bawah 1000 dalton, berupa alergen, bersifat lipofilik,

sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai epidermis.1 Zat-zat

alergen ini akan mengalami reaksi imunologik yang menyebabkan inflamasi.

2.4 Patogenesis

Pada dermatitis kontak iritan, kerusakan sel yang terjadi diakibatkan oleh proses

kimiawi ataupun fisik. Zat-zat yang mengiritasi kulit, merusak stratum korneum,

mendenaturasi keratin, menghilangkan lipid pada lapisan tanduk, serta mengubah daya ikat

air di kulit. Bahan iritan kebanyakan bersifat toksik yang merusak membran lemak

keratinosit, adapula yang menembus membran sel dan merusak organel-organel sel seperti

mitokondria, lisosom, dan komponen inti sel. Kerusakan membran sel, menyebabkan aktifnya

fosfolipase sehingga melepaskan asam arakidonat, diasilgliserida, Platelet activating

factor(PAF)dan inositida(IP3). Asam arakidonat diubah menjadi prostaglandin dan

leukotrien, keduanya menginduksi vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas vaskuler

sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin, dan sebagai kemoatraktan kuat

untuk limfosit, neutrofil, dan sel mas(mastosit) untuk melepaskan histamin, serta

meningkatkan produksi leukotrien, prostaglandin dan PAF, yang menyebabkan terjadinya

perubahan vaskular yang kuat. Diasilgliserid menstimulasi sintesis interleukin-1 dan

mengaktifkan Granulocyte-Macrophage Colony Stimulation Factor(GMCSF). Interleukin-1

mengaktifkan sel T-Helper untuk mengeluarkan interleukin-2 dan mengaktifkan reseptor

interleukin-2, sehingga menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel. Terlibatnya

TNF, yang merupakan sitokin pro-inflamasi yang mengaktifkan sel T, makrofag dan

granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. Semua proses di

atas menimbulkan gejala radang di tempat kontak berupa eritema, edema, panas, nyeri pada

iritan yang kuat, sedangkan pada iritan yang lemah akan menimbulkan gejala setelah

mengalami kontak berulang-ulang, yang akan menyebabkan delipidasi pada stratum korneum

sehingga menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi barriernya yang mempermudah

kerusakan sel di bawahnya oleh bahan iritan.1,4

4

Page 6: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

Pada dermatitis kontak alergik, reaksi inflamasi diinduksi oleh reaksi hipersensitivitas

tipe IV yang merupakan reaksi tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase yaitu fase

sensitisasi dan fase elitisasi.

Fase sensitisasi merupakan fase pengenalan bahan alergen terhadap tubuh. Hapten yang

masuk ditangkap secara pinositosis oleh sel langerhans dan diproses oleh sitosol dan

dikonjugasikan oleh HLA-DR menjadi antigen. Sel langerhans akan menjadi aktif akibat

adanya sitokin sehingga mampu menstimulasi sel T, dan menghasilkan banyak mediator

inflamasi, termasuk TNF, mediator ini menyebabkan sel langerhans masuk ke kelenjar

limfe untuk mempresentasikan antigen kepada sel T-Helper spesifik. Sel T-Helper spesifik

berproliferasi menjadi lebih banyak, turunannya yaitu sel T-memori akan beredar ke seluruh

tubuh, yang menandakan individu tersensitisasi. Fase ini berlangsung selama 2-3 minggu.1

Fase Elitisasi, merupakan fase di mana individu mengalami paparan ulang terhadap

alergen. Proses awalnya mirip dengan proses sensitisasi. Namun di sini proses presentasi

dilakukan oleh sel T-memori baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses

aktivasi, yang berupa reaksi berantai untuk mengeluarkan mediator inflamasi yang sangat

banyak di kulit. Produk akhir proses ini adalah teraktivasinya sel mas dan makrofag oleh

sitokin dan eikosanoid. Sel mas akan menghasilkan histamin, faktor kemotaktik, dan

leukotrien, sedangkan eikosanoid menyebabkan dilatasi vaskuler dan meningkatkan

permeabilitas. Faktor kemotaktik dan eikosanoid juga akan menarik monosit, neutrofil, serta

sel darah lainnya dari dalam pembuluh darah masuk ke dalam dermis. Rangkaian kejadian di

atas akan menimbulkan manifestasi klinis dari dermatitis kontak alergik.

2.5 Klasifikasi

Berdasarkan literatur yang penulis gunakan, dermatitis kontak terdiri dari dua macam,

pertama adalah dermatitis kontak iritan yaitu dermatitis yang terjadi akibat kulit terpapar oleh

bahan yang bersifat iritan, tanpa reaksi imunologik, kedua adalah dermatitis kontak alergik

adalah dermatitis yang terjadi akibat sensitisasi terhadap suatu zat atau bahan allergen

sehingga terjadi reaksi imunologik, yang menyebabkan inflamasi.1,2

Dermatitis kontak iritan merupakan dermatitis yang paling sering diderita oleh

masyarakat. Berdasarkan literatur yang penulis baca, sebanyak 3 dari 4 kasus dermatitis

kontak iritan disebabkan oleh bahan seperti detergen, sabun, bahan pelarut, bahan perekat,

serat, dan bahan kimia lainnya. Semakin sering kulit melakukan kontak dengan bahan iritan,

semakin tinggi kesempatan untuk mengalami dermatitis kontak iritan serta meningkatkan

keparahan dari penyakitnya. Berdasarkan penyebab dan pengaruh dari faktor

5

Page 7: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

pencetusnya(individu, lingkungan) Dermatitis kontak iritan dibagi menjadi beberapa macam

yaitu: dermatitis kontak iritan akut, dermatitis kontak iritan akut lambat, reaksi iritan,

dermatitis kumulatif, dermatitis traumateratif, eksikasi ekzematik, pustular-akneformis,

noneritematosa, dan subyektif.1 Manifestasi klinis pada dermatitis di atas akan dijelaskan

pada bagian manifestasi klinis.

Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV, atau tipe lambat.

Kasus dermatitis ini lebih jarang daripada dermatitis kontak iritan. Faktor yang berkontribusi

terhadap terjadinya dermatitis kontak alergik adalah konsentrasi dari alergennya, durasi

paparan terhadap alergen, dan adanya penyakit kulit penyerta lain.

2.6 Manifestasi klinis

Manifestasi pada dermatitis kontak iritan sangat bergantung pada sifat iritannya(iritan

kuat menimbulkan gejala akut, iritan lemah menimbulkan gejala kronis), faktor individu yang

menderita dermatitis(ras, umur, lokasi atopi, penyakit kulit penyerta yang lain), serta faktor

lingkungan(suhu, kelembaban). Berdasarkan literatur yang penulis gunakan sebagai acuan,

dermatitis kontak iritan dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan gejala klinisnya

antara lain:

1. Dermatitis kontak iritan akut. Contohnya luka bakar oleh zat kimia keras.

Biasanya etiologinya adalah iritan yang kuat misalnya kalium hidroksida.

Reaksinya berlangsung cepat dan segera timbul. Intensitasnya sebanding dengan

konsenterasi dan lamanya kontak. Iritasinya terbatas pada daerah kontak saja.

Gejala yang timbul yaitu: kulit terasa panas, perih, sensasi seperti terbakar,

eritema, edema, bula, nekrosis. Ada batas tegas antara kulit yang iritasi dan

yang normal, dan pada umumnya asimetris.1

2. Dermatitis kontak iritan akut lambat. Gejalanya sama dengan Dermatitis

kontak iritan akut, tetapi baru muncul setelah 8-24 jam atau lebih pasca-kontak.

Contoh bahan penyebabnya adalah: asam hidrofluorat, tretionin, antralin, bisa

juga bulu serangga(dermatitis venenata). Gejala klinis awal belum muncul,

kemudian setelah selang waktu 8-24 jam akan muncul eritema disertai nyeri,

setelah itu berlanjut menjadi vesikel atau nekrosis.1

3. Dermatitis kontak iritan kumulatif(dermatitis kronis). Dermatitis ini yang

paling sering terjadi, terutama pada pekerja yang kontak secara kontinyu dengan

bahan iritan, seperti montir mobil, tukang cuci, penata rambut, dan koki dapur.

Kontak terhadap bahan iritan lemah terjadi secara berulang-ulang, misalnya

6

Page 8: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

faktor fisis seperti gesekan, truma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin;

bahan seperti detergen, sabun pelarut, tanah, dan air. Prosesnya bisa diakibatkan

oleh satu bahan saja, tetapi biasanya proses menjadi dermatitis iritan melalui

paparan berulang-ulang terhadap beberapa faktor dan bahan secara bersama.

Setelah kontak berminggu-minggu atau bahkan hingga tahunan, baru timbul

reaksi peradangan. Gejala klinis yang terjadi berupa kulit kering, skuama,

eritema, kemudian menjadi hiperkeratosis dan likenifikasi, difus. Bila kontak

terus berlanjut kulit bisa retak seperti luka iris(fisur). Pasien biasanya mengeluh

gatal atau nyeri akibat fisur. Ada kalanya kelainan di kulit hanya berupa skuama

tanpa eritema dan kulit kering sehingga sering diabaikan oleh penderita.1

4. Reaksi iritan. Merupakan dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang

terpapar pekerjaan basah seperti penata rambut. Reaksi hanya terjadi pada awal

pertama melakukan, kemudian umumnya akan sembuh sendiri atau akan

menjadi dermatitis kontak iritan kumulatif. Gejala klinisnya berupa skuama,

eritema, vesikel, pustul, dan erosi serta terjadi penebalan kulit.1

5. Dermatitis kontak iritan traumatik. Biasanya akibat dari trauma panas dan

laserasi. Penyembuhannya lambat, sekitar lebih dari 6 minggu, sering terjadi di

tangan.1

6. Dermatitis kontak iritan noneritematosa. Merupakan bentuk subklinik dari

dermatitis kontak iritan, di mana ditandai dengan perubahan fungsi barrier

stratum korneum tetapi tidak diikuti oleh gejala klinis.1

7. Dermatitis kontak subyektif(dermatitis kontak sensori). Tidak terlihat

adanya kelainan di kulit, namun pasien mengeluh pedih dan terasa terbakar

setelah bersentuhan dengan iritan. Bahan yang biasanya menimbulkan

dermatitis kontak subyektif adalah asam laktat.1

Pada dermatitis kontak alergik, umumnya keluhan gatal yang paling sering muncul,

sedangkan kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitisnya dan lokasi. Pada fase

akut, awalnya muncul bercak eritematosa berbatas jelas serta adanya edema, papulovesikel,

vesikel, atau bula. Bila vesikel atau bula pecah, akan menimbulkan erosi dan eksudasi.

Sedangkan pada fase kronis, kulit tampak kering, berskuama, papul, likenifikasi, mungkin

juga fisur, batasnya tidak jelas. Lokasi terjadinya dermatitis kontak alergik bisa di mana saja,

namun pada skalp, telapak tangan, dan telapak kaki relatif resisten terhadap dermatitis kontak

alergik. Lokasi tubuh yang bisa terkena dermatitis antara lain:

7

Page 9: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

1. Tangan. Merupakan lokasi tersering terkena dermatitis. Lebih dari sepertiga penyakit

kulit akibat kerja terjadi di tangan. Alergennya biasanya: semen, detergen, antiseptik,

getah, cat, dan pestisida.

2. Lengan. Alergennya bisa berupa nikel(jam tangan), hingga deodorant(pada daerah

ketiak).

3. Wajah. Biasanya disebabkan oleh kosmetik, spons, obat topikal, hingga tangkai kaca

mata. Dapat pula berasal dari alergen di tangan, kemudian kontak dengan wajah saat

mengusap keringat. Pada daerah bibir, biasanya disebabkan oleh lipstick, pasta gigi.

Pada kelopak mata biasanya disebabkan oleh mascara, obat tetes mata, eye shadow,

dan salep mata.

4. Telinga. Alergennya berupa anting, tangkai kaca mata, hingga gagang telepon.

5. Leher. Alergennya bersal dari kalung yang terbuat dari nikel, parfum, zat warna

pakaian.

6. Badan. Disebabkan oleh bahan tekstil, kancing logam, elastis busa, bahan pewangi

pakaian.

7. Genitalia. Penyebabnya berupa kondom, pembalut, detergen, nilon.

8. Paha dan tungkai bawah. Biasanya disebabkan oleh kunci yang dimasukkan ke

kantong, dompet, kaos kaki nilon, semen, sepatu.

2.7 Penegakan Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis apakah dermatitis tersebut dikatakan dermatitis kontak

iritan atau dermatitis kontak alergik secara fisik dan anamnesis cukup sulit mengingat

keduanya memiliki manifestasi klinis yang hampir mirip. Oleh karena itu diperlukan suatu

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, serta uji tempel.

Dasar anamnesis dokter yang digunakan adalah sacred seven and basic four. Dalam

aplikasinya, ada Beberapa hal yang harus diperhatikan dokter saat menganamnesis pasien

yang diduga dermatitis kontak akibat kerja yaitu:

1. Pernyataan pasien yang berkenaan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan

penyakit, perubahan penyakit, serta adanya pekerjaan tambahan yang

bercampur dan termodifikasi.

2. Kehidupan Sosial pasien, dari pasien bekerja hingga kegiatan pasien setelah

bekerja.

3. Tempat kerja pasien, proses pekerjaan pasien, bahan-bahan kimia yang terpapar

terhadap pasien.

8

Page 10: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

4. Riwayat kesehatan seperti riwayat alergi dan atopik, riwayat penyakit terdahulu,

dan lain-lain yang masih menunjang terhadap penegakan diagnosis.

Uji tempel dilakukan di punggung dengan cara menempelkan suatu antigen(bisa

standar buatan pabrik, bisa juga antigen murni) dengan menggunakan finn chamber,1,7

dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam. Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji

tempel dilepas dan dibaca 15-30 menit setelah pelepasan, hal ini bertujuan untuk

menghilangkan atau meminimalkan efek tekanan bahan yang diuji. Pembacaan kedua

dilakukan sampai satu minggu setelah uji tempel, biasanya 72-96 jam setelah aplikasi.

Pembacaan yang kedua sangat penting untuk membantu membedakan apakah ini respon

alergik atau iritan, serta mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif alergen. Hasilnya

dicatat seperti berikut ini:

1. (+) Reaksi lemah/nonvesikuler, ada eritema, infiltrat, papul

2. (++) Reaksi kuat : edema, infiltrat atau vesikel

3. (+++) Reaksi sangat kuat: bula, ulkus

4. (?) meragukan: hanya makula eritematosa saja

5. IR iritan : terbakar, pustule, atau purpura

6. (-) Reaksi Negatif

7. Excited skin

8. NT non-tested/tidak dites

Dalam pelaksanaannya, uji tempel harus diperhatikan hal-hal berikut:

1. Dermatitis harus sudah sembuh, bila dalam keadaan akut akan timbul reaksi

excited skin atau angry back yang merupakan reaksi positif palsu. Bagian

tepi menunjukkan reaksi yang lebih kuat dan bagian tengahnya lebih ringan

atau bahkan tidak ada sama sekali.

2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian

kortikosteroidn sistemik dihentikan, karena bisa menimbulkan reaksi negatif

palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-

kurangnya satu minggu sebelum tes dilakukan. Luka bakar sinar matahari

yang terjadi 1-2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat member efek

negatif palsu.

3. Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca. Pembacaan kedua

dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh setelah aplikasi.

4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel

longgar, karena memberikan efek negatif palsu. Penderita juga dilarang

9

Page 11: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung tetap

kering.

5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan untuk penderita yang

punya riwayat urtikaria dadakan karena dapat menimbulkan urtikaria

generalisata bahkan reaksi anafilaksis, oleh karena itu dilakukan prosedur

khusus.

Interpretasi hasil uji tempel tidak mudah, serta dilaksanakan setelah pembacaan kedua.

Respon alergik biasanya menunjukkan tipe crescendo antara pembacaan kesatu dan kedua

yaitu dari + ke ++ atau ke +++. Sebaliknya reaksi iritan menunjukkan tipe decrescendo yang

merupakan kebalikan dari respon alergik.1

2.8 Manajemen Pasien

Hal paling utama dalam manajemen pasien dermatitis kontak adalah manajemen

preventif dibandingkan dengan kuratif. Berikut manajemen dan pengobatan pasien

dermatitid kontak iritan antara lain:

Reduksi paparan antara bahan dan kulit yaitu:

Kurangi frekuensi kontak dengan bahan iritan.

Ganti bahan yang iritan dengan bahan lain yang lebih tidak mengiritasi.

Hindari oklusi iritan ada di dalam media protektif kita seperti sarung tangan, atau

pakaian pelindung lebih buruk daripada tidak memakai pelindung. Pastikan sarung

tangan dan pakaian pelindung yang kita gunakan berada dalam kondisi baik, tidak ada

sobekan, dan bersih. Jangan menggunakan krim pelindung ataupun sarung tangan

pada kulit yang teriritasi.

Hindari trauma kulit.

Hindari lingkungan yang terlalu panas dan lembab, karena akan mendukung

terjadinya dermatitis kontak.

Hindari kondisi yang dingin dan terlalu basah.

Gunakan sarung tangan pelindung saat kontak dengan bahan iritan.

Gunakan krim pelindung untuk kontak dengan bahan iritan tertentu.

Gunakan moisturizers untuk mencegah dermatitis kontak akibat detergen.

Tingkatkan kebersihan diri dan kewaspadaan kerja. Bersihkan iritan yang menempel

di kulit sesegera mungkin dan gunakan pembersih yang tidak iritatif. Keringkan

dengan seksama.4

Pengobatan dengan kuratif yaitu:

10

Page 12: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

Steroid(biasanya yang topikal), emollient, bila perlu gunakan antibiotik untuk

mencegah infeksi sekunder. Pengobatan disesuaikan dengan keadaan klinis dan

kemampuan dari pasien.1,4

Jika dermatitis pasien berat, diharapkan pasien untuk berhenti kontak dengan bahan

iritan atau bila perlu berhenti bekerja untuk sementara waktu hingga dermatitis

teratasi.4

Sedangkan manajemen pasien pada dermatitis kontak alergik antara lain:

1. Pemberian kortikosteroid jangka pendek untuk mengatasi peradangan akut. Misalnya

prednison 30 mg/hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau

larutan air salisil 1:1000.1

2. Untuk dermatitis yang sudah mereda atau yang ringan cukup diberikan kortikosteroid

topikal saja.

3. Ganti bahan-bahan yang bersifat alergik dengan yang non-alergik, misalnya bila alergi

terhadap gagang kaca mata berbahan nikel, gantilah dengan yang berbahan plastik.

4. Pekerja yang alergi terhadap benda kerjanya sebaiknya dipindahkan dan diganti dengan

pekerja yang non-alergi terhadap bahan tersebut.4

5. Rekomendasi untuk menggunakan pelindung, seperti sarung tangan. Sarung tangan yang

digunakan disesuaikan dengan tempat kerja dan bahan yang terpapar.

6. Sarankan pekerja untuk berhenti bekerja bila alergi yang dideritanya parah, dan keadaan

tidak bisa mendukung lagi.4

2.9 Prognosis

Pada dermatitis kontak iritan, bila penyebab dermatitis tidak dapat disingkirkan, maka

prognosisnya kurang baik. Biasanya keadaan ini terjadi pada dermatitis kontak iritan kronis

yang penyebabnya multifaktor, serta penderita atopi. Begitu pula pada dermatitis kontak

alergik, selama tidak bisa lepas dari bahan alergen, prognosisnya akan tidak baik, apalagi bila

diikuti dengan faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis numularis). Namun literatur yang

penulis baca menyebutkan bahwa prognosis dermatitis yang diakibatkan oleh pekerjaan tidak

baik. Berdasarkan studi di swedia, disebutkan hanya 25% dari 555 individu yang sembuh

secara total dari dermatitis akibat kerja, dalam kurun waktu 10 tahun, dan prognosisnya tidak

lebih baik dari 40% yang berganti profesi.7

11

Page 13: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

BAB III

Pembahasan dan Kesimpulan

3.1 Hasil Observasi

Penulis melakukan observasi pada perusahaan cuci mobil bernama UD. Maestro Motor,

dengan jumlah tukang cuci mobil 8 orang. Penulis melakukan observasi melalui wawancara

12

Page 14: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

terhadap tukang cuci mobil secara langsung. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

tukang cuci mobil, data yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel.1 Tabel rekapan hasil observasi pada tukang cuci mobil UD. Maestro Motor

No Nama lama kerja Umurriwayat gatal-gatal Lokasi efloresensi

atopi alergi

1 Ketut 6 tahun 34 Ada jari kaki kemerahan - -            kulit mengelupas    2 Aryawan 1 tahun 24 Tidak - - - -3 Suardika 6 tahun 35 Ada jari kaki kemerahan - -            kulit mengelupas    4 Satwika 6 tahun 29   jari tangan kemerahan - -          jari kaki      5 Agus 4 bulan 26 Tidak - - - -6 Poli 2 bulan 30 Ada jari tangan kemerahan - -7 Jefri 2 bulan 28 Ada jari tangan kemerahan - -          Tangan      8 Suradi 6 tahun 35 Ada jari tangan kemerahan - -          jari kaki kulit mengelupas    

Prevalensi: 68

× 100 %=75 %

Semua tukang cuci mobil yang diwawancara menyatakan tidak pernah memiliki riwayat atopi

maupun alergi, serta menyatakan keluarga mereka tidak memiliki riwayat atopi. Semua

tukang cuci mobil bekerja dari pukul 08.00 hingga 17.00, dengan lama kerja dalam 1 hari

sekitar 9 jam. Bahan yang digunakan untuk bekerja antara lain: air, sabun khusus pencuci

mobil, oli plastik, dan pelicin mobil(bahan silikon). Dari 6 orang yang tercatat terkena

dermatitis kontak, 4 orang didapatkan oleh penulis di tempat observasi sedangkan 2 orang

yaitu bapak Jefri dan bapak Satwika hanya berdasarkan riwayat saja.

Hubungan antara beberapa variabel dibandingkan dengan kejadian dermatitis kontak

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan dermatitis kontak dengan lama kerja

No Lama Kerja dermatitis kontak

13

Page 15: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

sehat sakit

1 0-5 tahun 2 2

2 6-10 tahun 0 4

3 >10 tahun 0 0

Total 2 6

Tabel 3. Perbandingan dermatitis kontak dengan umur

No Umurdermatitis kontak

sehat sakit

1 24-29 tahun 2 2

2 30-35 tahun 0 4

Total 2 6

Tabel 4. Perbandingan dermatitis kontak dengan bahan kimia

No Bahan Kimiadermatitis kontak

sehat sakit

1 Sabun & oli plastik 1 4

2 Silikon 1 2

Total 2 6

Tabel 2 menunjukkan jumlah tukang cuci mobil yang terjangkit dermatitis kontak

akibat kerja dengan lama bekerja 0-5 tahun sebanyak 2 orang mengalami kelainan, dan 2

orang lagi normal. Pekerja dengan lama kerja 6-10 tahun sebanyak 4 orang mengalami

kelainan. Jadi dermatitis kontak akibat kerja memiliki kaitan erat dengan lama bekerja dari

tukang cuci, hal ini berhubungan dengan lamanya mereka terpapar dengan bahan pencuci.

Pada tabel 3, rentangan umur yang sering terkena dermatitis kontak adalah 30-35 tahun,

dengan jumlah 6 orang. Sedangkan rentang 24-29 tahun memiliki perbandingan yang sama

antara yang normal dan kelainan. Hal ini diduga karena pegawai yang di atas 30 tahun adalah

pegawai lama, di mana rata-rata lama kerja mereka 6 tahun.

14

Page 16: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

Tabel 4 adalah tabel perbandingan terhadap bahan kimia yang digunakan. Penggunaan

sabun dan oli plastik, menduduki peringkat pertama menyebabkan kelainan daripada silikon.

Beberapa faktor yang penulis rasa berpengaruh pada tingginya angka ini adalah lingkungan

pada bagian pencucian lebih berisiko terhadap dermatitis kontak daripada lingkungan bagian

pengeringan, dan dugaan penulis bahwa sabun dan oli plastik memiliki kemampuan

menyebabkan dermatitis kontak lebih tinggi daripada silikon.

3.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dari penulis, dari 8 tukang cuci mobil

didapatkan hasil sebagai berikut:

prevalensi dermatitis kontak akibat kerja yang terjadi pada perusahaan yang diobservasi

adalah 75%. Prevalensi dari dermatitis kontak akibat kerja ini sangat tinggi mengingat hampir

semua tukang cuci mobil di perusahaan yang diobservasi pernah mengalami gejala dermatitis

kontak akibat kerja. Beberapa aspek yang diduga berperan dalam tingginya prevalensi adalah

durasi jam kerja yang membuat paparan terhadap bahan iritan menjadi semakin lama, jenis

bahan pembersih yang digunakan, serta lingkungan lembab yang mendukung terjadinya

dermatitis kontak.

Manifestasi klinis terbanyak yang diakui pernah diderita adalah kemerahan dengan

lokasi terbanyak di jari tangan. Kulit yang paling sering bersentuhan dengan bahan pencuci

mobil adalah kulit tangan, sehingga kulit tangan paling riskan mengalami dermatitis kontak.

Bapak Ketut, Aryawan, dan Suradi mengaku pernah mengalami gatal di jari kaki juga,

dengan efloresensi kemerahan, dan kulit yang mengelupas. Penulis menduga hal ini

diakibatkan kondisi tempat kerja dari Pak Ketut, Pak Aryawan, dan Pak Suradi. Mereka

ditempatkan di bagian penyemprotan, pemberian sabun, dan oli plastik. Air bekas cucian dari

mobil yang disemprot, menggenang pada lantai, sehingga kaki mereka selalu tergenang air

campuran sabun dan oli plastik, yang merupakan suatu iritan. Bapak Poli, dan Jefri baru

bekerja 2 bulan, namun mengaku pernah kemerahan di tangan. Mereka ditempatkan di bagian

pengeringan dan pembersihan, di mana bahan yang terpapar oleh mereka adalah silikon dan

air sabun. Kemungkinan ada faktor sensitifitas kulit yang mempengaruhi kedua tukang cuci

mobil yang baru ini.

Dari segi lingkungan kerja, penulis berpendapat bahwa lingkungan kerja di tempat

observasi mendukung terjadinya dermatitis kontak. Suasana yang lembab, menyebabkan

pori-pori kulit yang melebar sehingga bahan iritan menjadi semakin mudah masuk ke dalam

15

Page 17: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

kulit. Genangan air bercampur sabun dan oli plastik di lokasi kerja juga diduga membantu

terjadinya dermatitis kontak, terutama di daerah kaki.

Jadi dapat penulis simpulkan dari observasi sebagai berikut: tinggi prevalensi dermatitis

kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil berkisar 75% yang mendukung teori dermatitis

kontak akibat kerja merupakan penyakit kulit akibat kerja terbanyak. Manifestasi klinis yang

paling sering muncul dalam dermatitis kontak akibat kerja pada tukang cuci mobil adalah

kemerahan di kulit, dan kulit kelupas. Lokasi terbanyak yang kena dermatitis kontak akibat

kerja adalah di jari tangan. Kondisi dan faktor-faktor yang mendukung para tukang cuci

mobil ini mengidap dermatitis kontak akibat kerja antara lain lingkungan kerja yang lembab,

keadaan tempat kerja yang ada genangan air campuran, serta bahan pembersih yang

kemungkinan bisa menyebabkan peradangan di kulit. Namun di sini perlu diingatkan, bahwa

relevansi akan diagnosis terhadap para pekerja kurang. Hal ini dikarenakan untuk

mengatakan bahwa suatu kelainan kulit adalah dermatitis kontak, perlu dilakukan berbagai

pemeriksaan medis seperti uji tempel, sedangkan observasi yang penulis laksanakan tidak

melaksanakan prosedur medis apapun, sehingga dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut

untuk menrntukan kelainan dari tukang cuci mobil ini adalah dermatitis kontak atau bukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. Dermatitis. In: Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda, dr. Mochtar Hamzah, Prof. Dr. dr. Siti Aisah (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; p. 129-138.

16

Page 18: 76938848 Dermatitis Kontak Iritan Akibat Kerja Pada Karyawan Cuci Mobil an Xxxxxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkknnnnnnnnnnnn  jnmmmmmmmmmm

2. Contact Dermatitis. [cited 2010 January]. Available from: www.omnimedicalsearch.com/conditions-diseases/contact-dermatitis.html.

3. T. M. Pal, N. S. de Wilde, M. M. van Beurden, P. J. Coenraads and D. P. Bruynzeel. Notification of occupational skin diseases by dermatologists in The Netherlands. Occupational Medicine. 2008.

4. A Guide To Occupational Skin Disease. Occupational Safety and Health ServiceDepartment of Labour New Zealand. 1995.

5. Adam D. Perry, MD, and John P. Trafeli, MD. Hand Dermatitis: Review of Etiology, Diagnosis, and Treatment. J Am Board Fam Med Vol. 22, No. 3. 2009; p. 325-330.

6. Medical aspects of occupational skin disease(second edition). HSE Books. 2004. ISBN 0 7176 1545 6.

7. David J Gawkrodger. Patch testing in occupational dermatology. Occup. Environ. Med. 2001; p. 823-828.

8. Dermatitis Prevention Occupational Skin Disorder. Occupational Safety and Health Bureau Montana Department of Labor and Industry.

9. Daniel J Hogan, MD. Contact Dermatitis: Irritant. [cited 2010 January]. Available from: emedicine.medscape.com/article/1049353-overview.

10. Hand Dermatitis: Clinical Features, Diagnosis, and Management: Irritant Contact Dermatitis.[cited 2010 January]. Available from: www.medscape.com/viewarticle/572227_2.

17