akuntansi pajak

31
Akuntansi Pajak Bab 1 Akuntansi Pajak Pedoman PSAK, IFRS KUP, PP, KepMenkeu, Pengguna Laporan Keuangan (Ekstern) Stakeholder, Kreditur, Serikat Pekerja, Pemerintah, Manajemen(Internal) Fiskus Mata Uang dalam penyajian laporan Rupiah dan mata uang lain Rupiah Pencatatan Asas Substance Over Form mengutamakan substansi ekonomi daripada hakikat formal dan hukum memenuhi syarat dan ketentuan perpajakan mengutamakan hakikat formal atau hukum daripada substansi ekonominya Batas Waktu Penyampaian 6 bulan setelah tahun buku berakhir (UU No 40/2007) 4 bulan setelah akhir tahun pajak Laporan Keuangan 1. Laporan Laba Rugi 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Neraca 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan atas laporan keuangan 1. Laporan Laba Rugi 2. Laporan Neraca

description

akuntansi pajak

Transcript of akuntansi pajak

Page 1: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 1

Akuntansi PajakPedoman PSAK, IFRS KUP, PP, KepMenkeu,Pengguna Laporan Keuangan

(Ekstern) Stakeholder, Kreditur, Serikat Pekerja, Pemerintah, Manajemen(Internal)

Fiskus

Mata Uang dalam penyajian laporan

Rupiah dan mata uang lain Rupiah

Pencatatan Asas Substance Over Formmengutamakan substansi ekonomi daripada hakikat formal dan hukum

memenuhi syarat dan ketentuan perpajakanmengutamakan hakikat formal atau hukum daripada substansi ekonominya

Batas Waktu Penyampaian

6 bulan setelah tahun buku berakhir (UU No 40/2007)

4 bulan setelah akhir tahun pajak

Laporan Keuangan

1. Laporan Laba Rugi2. Laporan Perubahan Ekuitas3. Laporan Neraca4. Laporan Arus Kas5. Catatan atas laporan

keuangan

1. Laporan Laba Rugi2. Laporan Neraca

Page 2: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

LAPORAN KEUANGAN FISKAL

Akuntansi Pajak

Pedoman PSAK dan interpretasi Ketentuan undang-undang

perpajakan

Fungsi laporan

keuangan

sebagai ukuran kinerja bisnis sebagai dasar menentukan pajak

yang harus dibayar ke negara.

Pengguna pemegang saham, kreditur, karyawan, fiskus, manajemen, regulator, dan masyarakat

fiskus

Sifat Informasi dapat digunakan oleh umum Rahasia

Mata Uang

Penyajian

dapat disusun dengan mata uang

selain rupiah

wajib disampaikan dengan mata uang rupiah, atau mata uang lain yang diizinkan

Pencatatan Asas Substance Over Formmengutamakan substansi ekonomi daripada hakikat formal dan hukum

memenuhi syarat dan ketentuan perpajakanmengutamakan hakikat formal atau hukum daripada substansi ekonominya

Batas Waktu Penyampaian

6 bulan setelah tahun buku berakhir (UU No 40/2007)

4 bulan setelah akhir tahun pajak

Laporan Keuangan

6. Laporan Laba Rugi7. Laporan Perubahan Ekuitas8. Laporan Neraca9. Laporan Arus Kas10. Catatan atas laporan

keuangan

3. Laporan Laba Rugi4. Laporan Neraca

Tujuan Penyajian

11. a) memberikan informasi yang diperkukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak

b) membantu Wajib Pajak untuk menghitung besarnya pajak yang terhutang

c) mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan sistem self assessment, terutama ketika sedang dilakukan pemeriksaan.

Ciri-ciri 12. 1) dapat dipahami oleh fiskus

2) sensitivitas informasi, bukan materialitas

3) disajikan secara jujur, dengan itikad baik, substansi penghasilan

Page 3: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

dan beban yang disajikan merupakan penghasilan dan beban yang diperbolehkan oleh undang-undang

4) dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya

5) disampaikan tepat waktu

6) bersifat independen terhadap akuntansi komersial

7) apabila akuntansi komersial tidak mampu menerbitkan laporan keuangan tepat waktu, akuntansi pajak harus mampu menerbitkan laporan keuangan fiskal sendiri.

A. Laporan Keuangan Fiskal

Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan

pengakuan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam laporan keuangan. Ukuran tersebut

seringkali tidak sejalan dengan prinsip yang digunakan dalam akuntansi umumnya.

Argumentasi yang yang membuat perbedaan itu adalah laporan keuangan perpajakan

mempunyai motivasi untuk memperkecil usaha penghindaran pajak dan pemberian

dorongan investasi.

Dengan penyusunan laporan keuangan fiskal,kelompok kerja standar akuntansi dari

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Negara Maju (Organization for

Ekonomic Cooperation and Development), dalam laporan seri harmonisasi standar

akuntansi, membagi praktek pendekatan peyusunan laporan keuangan fiskal sebagai

solusi antara Standar Akuntansi keuangan dan ketentuan perpajakan dengan 3

pendekatan:

1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.

Menurut pendekatan ini pengusaha harus menyelenggarakan pembukuan sesuai

dengan ketentuan perpajakan dengan tanpa kelonggaran terhadap ketidaksamaan

prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan. Pendekatan ini menghendaki laporan

keuangan fiskal murni disusun berdasarkan ketentuan perpajakan.

2. Ketentuan Pajak, untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar

independen terpisah dari prinsip akuntansi.

Page 4: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

Menurut pendekatan ini para pengusaha bebas menyelenggarakan pembukuan

berdasarkan prinsip dan metode akuntansi dan laporan keuangan fiskal disusun

terpisah diluar jaringan proses pembukuan (Laporan Keuangan merupakan produk

tambahan)

3. Ketentuan Pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi

Menurut pendekatan ini Laporan keuangan disusun terutama mengikuti standar

akuntansi , namun preferensi diberikan kepada ketentuan pajak kalau terdapat

pengaturan yang tidaksejalan dengan standar akuntansi.

B. Perbedaan Orientasi Pelaporan Antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan

Keuangan Fiskal

Dalam sistem perpajakan, negara mempunyai instrumen untuk mencapai dua

tujuan utama yaitu menutup kebutuhan finansial sesuai dengan fungsi budgetair pajak

yaitu pajak merupakan alat untuk mentransfer sumber daya dari sektr privat (masyarakat)

kepada sektor publik dan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi nasional.

Apabila kita lihat dari pemakai laporan keuangan fiskal, yaitu pihak negara

(administrasi pajak) lebih berkepentingan terhadap beberapa unsur yang terdapat laporan

keuangan fiskal antara lain Laba tahun berjalan untuk mengitung pajak penghasilan,

Distribusi laba untuk menghitung pajak atas pembayaran dividen, Peredaran usaha untuk

menghitung Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM), pengeluaran untuk karyawan dan pembelian jasa lain untuk menghitung

pemotongan pajak penghasilan.

Berbeda dengan Laporan keuangan fiskal, pemakai laporan keuangan komersial

adalah berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbedabeda sehingga

informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan kinerja ekonomi dan keadaan

finansial perusahaan.

Pelaporan akuntansi komersial dan akuntansi pajak memerlukan penilaian atas

setiap fakta untuk menentukan posisi finansial (harta,utang dan modal) dan hasil operasi

(pendapatan dan biaya). Walaupun berbeda antara kedua laporan keuangan tersebut

tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Dalam penyusunan laporan keuangan

komersial dan pajak terdapat perbedaan orientasi dan sifat pelaporan terutama

menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan standar. Pelaporan keuangan

komersial disusun berdasarkan konsep “Kewajaran penyajian” dengan implikasi

Page 5: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

manajemen dapat mengambil suatu pertimbangan sepanjang batasan toleransi

prinsip/standar akuntansi.

Apabila terdapat keraguan pengukuran atas suatu transaksi (yang belum merupakan

fakta), prinsip konservatisme dalam akuntansi komersial untuk mengambil solusi yang

akan menghasilkan under statedagar laporan tampak low profile. Laporan keuangan

fiskal umumnya kurang memberikan toleransi atau fleksibilitas pemilihan standar.

Ekualisasi (persamaan) perlakuan kepada semua Wajib Pajak menghendaki adanya

keseragaman penyelenggaraan dan pengaturan untuk keperluan penentuan laba yang

digunakan sebagai dasar penentuan besarnya pajak. Walaupun mengikuti prinsip

akuntansi, assesment pajak bergantung pada kebijakan dan putusan otoritas pajak yang

dapat mengesampingkan praktek dan pemikiran profesi dan ketentuan pajak yang

terutama didesain untuk kebijakan ekonomi dapat mengakibatkan pelaporan yang

dihasilkan menyimpang dari konsep “Kewajaran penyajian” yang digunakan dalam

akuntansi komersial.

C. Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek Perbedaan Orientasi

Prinsip akuntansi yang menjadi fokus perbedaan orientasi antara pelaporan

keuangan fiskal dan pelaporan keuangan komersial adalah:

1. Penetapan Beban dan Pendekatan

Akuntansi komersial menghendaki pengakuan penghasilan pada saat realisasi

transaksi pertukaran dan pembebanan beban atau biaya dalam masa yang sama

dengan pengakuan penghasilan mendasarkan kebijakan pemajakan yang

menyimpang dari prinsip itu, misalnya:

a. Perlakuan pembayaran kenikmatan karyawan atau natura bukan sebagai

pengurang penghasilan.

b. Penyusutan aset mulai pada tahun pengeluaran.

c. Imputasi penghasilan pada BUT atas dasar Force of attraction: penghasilan

kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di

Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk

usaha tetap di Indonesia.

2. Konsistensi

Akuntansi komersial menekankan penerapan suatu metode akuntansi secara taat asa,

kecuali terdapat alasan dan bukti yang cukup kuat untuk melakukan penggantian

metode pajakdalam konteks konsepsional menetukan lain, misalnya pengakuan hasil

Page 6: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

operasi mancanegara (dengan penolakan terhadap konsolidasi kerugian berdasarkan

penjelasan Pasal 4 UU PPh).

3. Konservatisme

Akuntansi komersial bersifat konservatif terhadap sesuatu transaksi yang belum

menjadi suatu fakta, dengan cara membentuk penyisihan atas resiko kerugian yang

mungkin diderita (Penghapusan piutang dan cadangan kerugian). Akuntansi Pajak

kurang tertarik kepada estimasi dan perhitungan angka yang belum terjadi

secaranyata dan menganut realitas, kecuali untuk jenis perusahaan bank dan

Asuransi

4. Substansi mengesampingkan Bentuk Formal

Akuntansi komersial menitikberatkan kepada substansi ekonomi daripada bentuk

formal tiap transaksi atau fakta bisnis Akuntansi Formal dalam kasus tertentu

mengutamakan bentuk formal misalnya leasing.

D. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Fiskal

Beberapa sifat dan keterbatasab laporan keuangan komersial yang relevan terhadap

laporan keuangan fiskal antara lain:

1. Laporan keuangan bersifat historis.

2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi dan

berbagai pertimbangan.

3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi kelengkapan materi).

4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi)setiap

transaksi/peristiwa (tanpa, dalamkondisi tertentu, memperhatikan yuridis

formalnya).

5. Terdapat alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan mengakibatkan variasi

dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar WP.

6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak dapat

dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.

E. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal

Dengan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan yang mengatur tentang

pengukuran dan pengakuan maka timbul bagaimanakah Wajib Pajak melakukan

pembukuan agar terpenuhi kebutuhan untuk keperluan pelaporan komersial dan pajak.

Agar semua kebutuhan dapat terpenuhi pembukuan dapat diselenggarakan berdasarkan

Page 7: akuntansi pajak

Laporan Keu. Fiskal

Buku Besar Pembantu

Akuntansi Pajak Bab 2

standar akuntansi dan laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan standar

akuntansi sedangkan untuk kepentingan perpajakan maka laporan keuangan fiskal dapat

dihasilkan melalui suatu rekonsiliasi antara standar akuntansi dan ketentuan perpajakan.

Laporan keuangan fiskal disusun setelah laporan keuangan komersial selesai. Jadi bisa

dikatakan bahwa laporan keuangan fiskal merupakan produk sampingan dari laporan

keuangan komersial.

Penyusunan laporan keuangan fiskal dengan pendekatan rekonsiliasi prosesnya

sama dengan penyusunan laporan keuangan komersial yaitu dimulai dengan proses input

transaksi berdasarkan dokumen dasar atau bukti transaksi ke dalam buku harian atau

Jurnal, pengklasifikasian transaksi ke dalam buku besar melalui proses posting,

untukkeperluan pengawasan dicocokkan dengan buku tambahan dan pada akhir tahun

disusun neraca percobaan dengan penyesuaian terhadap fakta yang terdapatpada akhir

periode dan jurnal penutup akan dihasilkan laporan keuangan komersial.Selanjutnya

untuk menghasilkan laporan keuangan fiakal perlu dilakukan rekonsiliasi terhadap

perturan perpajakan. Proses penyusunan laporan keuangan fiskal tampak pada gambar

berikut ini:

Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal

F. Hubungan Laporan Keuangan Fiskal Dengan Laporan Keuangan Komersial

Laporan keuangan fiskal (yang dilampirkan pada SPT) dapat disusun dengan

proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan keuangan

komersial. Untuk mengamankan data historis, atas penyesuaian itu perlu diadakan

pencatatan terhadap pos-pos yang menyebabkan perbedaan sementara (timing difference)

antara ketentuan pajak dan standar akuntansi keuangan (misalnya penyusutan). Implikasi

dari aktivitas itu menunjukkan adanya perangkat “pembukuan ganda” terhadap pos-pos

JurnalDokumen

DasarBuku Besar

Neraca Percobaan

Neraca Percobaan

RekonsiliasiDicocokan

Page 8: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

tertentu yang memungkinkan adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan

standar akuntansi komersial untuk mengamankan kontinuitas rekonsiliasi. Namun,

karena pembukuan itu dapat direkonsiliasikan, secara yuridis fiskal “pembukuan ganda”

itu dapat dipertimbangkan.

Dalam praktek, pajak penghasilan dapatdihitung (untuk keperluan penghitungan

laba komersial) berdasarkan laba akuntansi (pajakteoritis) atau laba kena pajak (pajak

riil). Selisih antara keduanya dicatat sebagai pos aktiva lain-lain di neraca yang secara

teoritisdapat dialokasikan dari waktu ke waktu. Dari praktek itu tampak SAK

memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk memilih metode akuntansi pajak

penghasilan.

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL.

Akuntansi komersial atau disebut juga akuntansi keuangan merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Informasi ini diperoleh melalui suatu proses akuntansi. Lebih lanjut informasi tersebut diperlukan oleh setiap entitas usaha untuk mengetahui posisi dan hasil usahanya. Sehingga tujuan utamanya antara lain untuk menyediakan laporan keuangan kepada manajemen dan pihak-pihak pemangku kepentingan.

Sedangkan Akuntansi fiskal atau biasa disebut akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang menekankan pada penyusunan laporan perpajakan (Surat Pemberitahuan (SPT)) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan. Atau dengan kata lain akuntansi pajak bertujuan menyediakan informasi keuangan perusahaan yang ditujukan secara khusus kepada otoritas pajak sebagai salah satu pemenuhan kepatuhan pajak (tax compliance).

Akuntansi komersial, dalam penyusunan dan penyajiannya, berpedoman kepada standar yang berlaku umum, yaitu PSAK/IFRS. Sedangkan akuntansi pajak berpedoman kepada peraturan perundang-undangan. Purba dalam Izzudin (tanpa tahun penerbitan) menyebutkan terdapat beberapa perbedaan mendasar antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak, diantaranya:

Laporan keuangan komersial dapat juga diubah menjadi laporan keuangan fiskal dengan melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan peraturan perpajakan. Koreksi tersebut karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal diperlukan adanya koreksi fiskal. Hasil dari koreksi fiskal tersebut diungkapkan dalam rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Ada dua jenis perbedaan yang perlu diketahui untuk melakukan rekonsiliasi fiscal yaitu :

1. Perbedaan tetap

Perbedaan permanen (beda tetap) terjadi karena administrasi pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba pembukuan (menurut standar akuntansi) tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya

Page 9: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi (ekonomi perusahaan) yang besifat permanen.

2. Perbedaan sementara

Perbedaan waktu terjadi karena adanya ketidaksamaan saat (waktu) pengakuan penghasilan dan beban oleh administrasi perpajakan dan masyarakat profesi akuntan. Namun perbedaan itu akan terkoreksi secara otomatis dikemudian hari. Dengan demikian tidak ada perbedaan total laba fiscal dan laba pembukuan, yang terjadi adalah adanya perbedaan alokasi beban dan penghasilan antar periode untuk tujuan fiscal dan akuntansi.

Untuk dapat menghitung dan mengakui pajak tangguhan berdasarkan PSAK No. 46 tentang perbedaan sementara sebagai berikut:

“Perbedaan antara accounting base yaitu nilai buku atau nilai tercatat aktiva dan kewajiban menurut akuntansi dengan tax base yaitu nilai buku fiskal aktiva dan kewajiban yang digunakan sebagai dasar pelaporan SPT PPh Badan.

Menurut PSAK No. 16 Par. 77 :

Apabila perusahaan memilih untuk menghitung PPh menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan utang-utang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu”, pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam akun”pajak penghasilan yang ditangguhkan”, diketahui sebagai bagian dari aktiva lain yang dialokasikan pada beban pajak penghasilan tahun-tahun mendatang.

Permasalahan :

Pelaporan keuangan komersial dan pajak masih memakai laporan keuangan belum sesuai dengan ketentuan pajak dan akuntansi ?

Berdasarkan penelitian dalam pengajarannya, beberapa laporan perusahaan, toko buku – karangan buku masih memakai cara lama yang belum sesuai dengan standar akuntansi dan pajak pelaporan, pembahasannya dan pengajarannya, sementara pelaporan pajak dan akuntansi sudah satu pelaporan.

Berikut perbedaan pelaporan untuk laporan keuangan komersial dan Pajak :

 

 

 

 

 

 

Uraian Laporan Keuangan Laporan KeuanganAturan Lama Aturan BaruAkuntansi Pajak Akuntansi Pajak

NeracaAktiva Pajak Tangguhan Ada Tidak Ada Ada AdaHutang Pajak Ada Ada Ada AdaKewajiban Pajak Tangguhan Ada Tidak Ada Ada AdaLaba-RugiTaksiran Pajak:Kini Ada Ada Ada AdaTangguhan Ada Tidak Ada ada adaPerbedaan tetap dan sementara Ada Ada Ada Ada

Page 10: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

 

Laporan keuangan aturan baru menunjukkan laporan keuangan komersial dan fiskal hanya satu laporan keuangan (khusus pajak bisa dilihat di SPT Tahunan PPh Badan)

PERHITUNGAN PAJAK KINI Laba (rugi) komersial : 2.004.421.769Perbedaan tetap:Sumbangan      22.039.714Pendapatan jasa giro       (19.019.859)

       3.019.855Perbedaan waktu:Selisih AT Fiskal & Komersial (96.379.629)Keuntungan atas pelepasan aktiva tetap (14.000.000)Sewa Guna UsahaKompensasi kerugian (118.626.165)

(229.005.794)

(3.151.492.195)Rugi fiskal (1.373.056.365)PERHITUNGAN PAJAK TANGGUHAN:Aktiva (Kewajiban pajak tangguhan tahun berjalan:Selisih AT Fiskal dan komersial (28.913.889)Sewa Guna Usaha (35.587.850)Keuntungan penjualan aktiva (4.200.000)Kompensasi kerugian 411.916.910Mutasi (Pajak Tangguhan) 343.215.171Saldo awal pajak tangguhan 13.786.783.767Saldo akhir Pajak Tangguhan 14.129.998.938

Laporan keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan

peraturan fiskal ketika laporan keuangan tersebut sebagai dasar pada SPT PPh yang

disampaikan ke kantor pajak. Hal ini disebabkan laporan keuangan perusahaan mengacu pada

standar akuntansi komersial. Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan pajak maka perusahaan

melakukan penyesuaian fiskal (koreksi fiskal).

Perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal berdasarkan

pembebanannya dapat dibedakan dua macam, yaitu:

1.BedaTetap

2. Beda Waktu.

Page 11: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

1.   Beda Tetap, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak boleh

dikurangkan pada penghasilan kena pajak, contohnya : sumbangan, entertain (tanpa daftar

nominatif), pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan dan lain2.

2.    Beda waktu, yaitu perbedaan pembebanan suatu biaya dimana jangka waktu pembebananya

berbeda.

Misal :

Biaya penyusutan, perusahaan menetapkan masa manfaat aktiva 10 tahun, tapi berdasarkan

fiskal Cuma 4 tahun, maka akan terjadi pembebanan yang berbeda.Hal – hal yang perlu

tercakup dalam laporan keuangan fiskal terdiri dari: 1.neraca fiskal; 2.perhitungan laba rugi

dan perubahan laba yang ditahan; 3.penjelasan laporan keuangan fiskal; 4.rekonsiliasi laporan

keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal; 5. ikhtisar kewajiban pajak. Wajib pajak

diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dilampiri oleh

laporan keuangan.

Hubungan Antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal : Laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal memiliki peraturan atau prinsip masing – masing dalam menentukan biaya. Jika laporan keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan dalam jangka waktu tertentu, maka laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan peraturan pajak yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan, nsehingga terjadi perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.

Untuk mencocokan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal / koreksi fiskal. Secara umum ada dua cara untuk menyusun laporan keuangan fiskal: 1.Pendekatan terpisah (separated approach) dimana wajib pajak membukukan segala transaksi atau informasi berdasarkan prinsip pajak untuk penghitungan PPh terutang dan berdasarkan prinsip akuntansi untuk keperluan komersial. Tapi pendekatan ini sangat jarang digunakan karena memakan banyak biaya dan tenaga.

Penyimpangan yang terjadi dalam: Laporan Keuangan Komersial yakni pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh manajemen, dan opini yang buruk terhadap laporan keuangan dari stakeholder. Sedangkan dalam Laporan Keuangan Fiskal adalah sanksi administrasi dan sanksi pidana.

Perbedaan Konsep Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal 1.Perbedaan mengenai konsep penghasilan atau pendapatan Penghasilan (Income) menurut IAI (2007:13), adalah ”Kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Page 12: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

Dari sisi fiskal, konsep penghasilan tidak jauh berbeda dengan konsep akuntansi, yaitu: Segala tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai dengan UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu: a) Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan b) Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final c) Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya perbedaan mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal.

2.Perbedaan Konsep Beban (Biaya) Beban (expense) menurut IAI (2007:13), diartikan sebagai “Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”.

Sisi Fiskal sendiri, mengartikan Beban sebagai biaya untuk menagih, memperoleh dan memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan penghasilan. Perbedaan inilah yang menyebabkan pihak fiskus sering berbeda pendapat dengan wajib pajak dalam hal menentukan beban/biaya yang boleh atau tidak boleh dikurangkan sehingga harus dikeluarkan/tidak boleh diperhitungkan sebagai pengurangan penghasilan.

3.Perbedaan dalam konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan a)Konsep Penyusutan Perbedaan utama antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan adalah penentuan umur aktiva dan metode penyusutan yang boleh digunakan. Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun penentuan umur tersebut tidak terlepas dari tafsiran Judgement.

Menurut IAI (2007) Akuntansi memiliki beberapa metode penyusutan yaitu: 1). Metode garis lurus (Straight line method) yaitu, menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat asset jika dinilai residunya tidak berubah. 2). Metode Saldo Menurun (diminishing balance method) yaitu, menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset. 3). Metode Jumlah Unit (sum of the unit method), yaitu menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset.

Ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal UU No 36 tahun 2008 pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun yang dilaksanakan secara konsisten Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dilakukan juga dengan memakai dua metode yaitu : metode garis lurus dan metode saldo menurun,

b) Konsep Nilai Persediaan Dalam UU PPh Indonesia, persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan (cost) yang dilakukan dengan metode rata-rata (average) atau dengan metode mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama yang dikenal dengan first in first out (FIFO). Penggunaan metode tersebut

Page 13: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

harus dilakukan secara konsisten. Secara akuntansi ada 3 jenis metode yang dilakukan untuk menilai persediaan yaitu : FIFO, rata-rata tertimbang (weight average cost method) dan LIFO

SIKLUS AKUNTANSI & FISKAL

Pengidentifikasian dan pengukuran Data Kegiatan persh hrs dpt diukur dlm bentuk satuan uang seperti rupiah, dolar dll, sehingga kegiatan persh tsb sering disebut dng transaksi keungan atau transaksi akuntansi (accounting transaction) Pemrosesan Data /transaksi keuangan diproses dlm kegiatan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran. Kegiatan pencatatan (recoding) adalah pencatatan data keuangan menurut cara tertentu secara kronologis. Kegiatan berikutnya penggolongan (classifying) dlm kelompok tertentu, seperti kelompok beban listrik, beban gaji pegawai dsb. Terakhir kegiatan pengikhtisaran (summarizing), adalah menyajikan hasil penggolongan ke dlm laporan keuangan.

Laporan Keuangan Lap. Keuangan (finacial statement) dihasilkan dari sistem akuntansi seperti neraca(balance sheet), laporan laba rugi (profit and loss statement/income statement). Laporan arus kas (statement of cash flow) dst. Lap. Lain yg dpt dihasikan umumnya berkaitan dng pihak lain, seperti untuk kepentingan pajak. Analisis dan Interprestasi Laporan Keuangan Untk pengambilan keputusan, perlu dilakukan analisis dan interprestasi terhadap laporan keuangan. Analisis dilakukan dng cara menghub kan angka-angka yg ada pd lap. Keuangan dng memperhatikan tingkat perubahannya. Analisis horizontal : perbandingan angka pos yg sama ant. satu tahun dng tahun yg lain., sedangkan Analisis vertikal: perbandingan angka suatu pos dengan angka pos lain dlm tahun yg sama.

D.   Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi

1.    Metode Penyusutan dan amortisasi : Akuntansi komersial membolehkan memilih metode

penyusutan seperti straight line method, sum of the years digits method, declining balance

method, double declining balance method, metode jam jasa, jumlah unit produksidll. Dalam

fiskal untuk asset non bangunan, pemilihan metode penyusutan terbatas pada metode garis

lurus (straigth line method)  dan Metode saldo menurun (declining  balance method).

Sedangkan untuk asset bangunan hanya metode garis lurus saja (straigth line method).

2.    Metode Penghapusan Piutang : Dalam akuntansi komersial, penghapusan piutang ditentukan

berdasarkan metode cadangan. Dalam fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada saat

piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih.

E.   . Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya.

1.    Penghasilan diakui dalam akuntansi komersil, tetapi bukan merupakan objek pajak. Dalam

rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari Penghasilan Kena Pajak.

Contoh

·         Penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura.

Page 14: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

·         Penghasilan dividen yang diterima oleh perseroan terbatas, koperasi, BUMN/BUMD

sebagai Wajib  Pajak dalam negeri dengan persyaratan tertentu.

·         Hibah, bantuan, sumbangan.

·         Penghasilan lain yang termasuk dalam kelompok bukan objek pajak.

Untuk detail, lihat pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2.    Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersil tetapi pengenaan pajaknya bersifat

final. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut harus dikeluarkan dari total Penghasilan

menurut akuntansi komersial. Contoh :

·         Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang

negara, dll.

·         Penghasilan hadiah undian.

Untuk detail, lihat pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3.    Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan :

·      Kerugian usaha di luar negeri : Dalam akuntansi komersial, kerugian

tersebut mengurangi laba bersih, dalam fiskal tidak boleh dikurangkan dari total penghasilan

kena pajak.

·      Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya : dalam akuntansi

komersil, kerugian tersebut tidak berpengaruh dalam perhitungan laba bersih tahun berikut.

Secara fiskal rugi tahun sebelumnya, dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak tahun

sekarang.

4.    Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersil sebagai biaya atau pengurang

penghasilan bruto, tetapi dalam fiskal pengurangan tersebut tidak boleh dikurangkan dari

penghasilan bruto. Dalam SPT tahunan PPh, merupakan koreksi fiskal positif yang diatur

dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Contoh :

·         Imbalan atau penggantian dalam bentuk natura.

·         Pajak Penghasilan.

·         Sanksi administrasi berupa denda, bunga, kenaikan dan sanksi pidana.

F.    Penyusuna Laporan Keuangan

Page 15: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

Dalam penyusunan laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang mengatur tentang

pengukuran dan pengakuan berarti dapat dipertanyakan bagaimana suatu laporan keunagan

dapat memenuhi  baik untuk keperluan pelaporan komersial maupun laporan fiscal. Dalam

penyampaian SPT pajak badan diharapkan agar dapat melampirkan laporan keangan, tetapi

untuk keperluan komersial perusahaanpada umumnya jarang sekali membuat laporan

keuangan. Seadangkan untuk penyampaian SPT orang pribadi tidak perlu melapirkan laporan

keuangan.

Susunan laporan keuangan fiscal :

1.    Input berupa dokumen dasar

2.    Dicatat dalam buku harian jurnal

3.    Diklasifikasikan dengan pencatatan posting pada buku besar

4.    Untuk pengawasan, konfirmasi, dan klarifikasi maka di buat buku tambahan, seperti piutang,

hutang dll

5.    Akhir periode akuntansi di susun neraca percobaan yang di sesuaikan terhadap fakta pada

akhir tahun dan catatan penutup.

6.    Dari neraca percobaan tersebut dibuat laporan keuangan komersial

7.    Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiscal di atur dalam ketentuan

perpajakan

8.    Setelah laporan keuangan diatur dalam kketentuan perpajakan akan menghasilkan laporan

keuangan fiscal.

G.   Hubungan laporan keuangan fiscal dengan laporan keuangan komersial

Dalam laporan keuangan fiscal dapat di sesuaikan atau direkonsiliasikan ketentuan

perpajakan terhadap laporan keuangan komersial. Dari rekonsiliasi tersebut untuk

mengamankan perbedaan sementara seperti penyusutan, dapat dibuat pos- pos tertentu. Dari

aktivitas tersebut dapat dibuat pembukuan ganda yang memungkinkan adanya perbedaan

antara ketentuan perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk mengamankan

kontinuitas rekonsiliasi.

Dalam praktek, pajak penghasilan dapat dihitung berdasarkan laba akuntansi  (pajak teoritis)

atau laba kena pajak (pajak riil). Selisih antara keduanya di catat sebagai pos aktiva lain- lain

di neraca yang secara teoritis dapat dialokasikan dari waktu - kewaktu. Dari praktek tersebut

SAK memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk memilih metode akuntansi pajak

penghasilan.

Laporan Keuangan Fiskal

Page 16: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

      Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan

perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Akuntansi pajak tercipta

karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam undang-undang perpajakan dalam

mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Prinsip-prinsip dasar akuntansi dapat

digunakan atau berlaku bagi akuntansi pajak, hanya karakteristik dan tujuan pelaporan

keuangan fiskal yang berbeda. Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tentang peraturan

dan pengakuan komponen yang terdapat dalam laporan keuangan. Pengukuran tersebut tidak

selamanya sejalan dengan prinsip akuntansi komersial, karena terdapat argumentasi dari

motivasi laporan keuangan fiskal untuk memperkecil erosi potensi pengenaan pajak dan

memberi dorongan untuk merealokasi dalam bentuk-bentuk investasi.

Tiga pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal adalah sebagai berikut :

1.      Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.

Pada pendekatan ini terdapat adanya dua perangkat pembukuan, yaitu untuk kepentingan

komersial dan untuk kepentingan fiskal. Bukanlah bentuk kecurangan karena keduanya telah

disusun berdasarkan standar atau norma yang berlaku pada masing-masing akuntansi.

2.      Ketentuan pajak, untuk penyusunan laporan keuangan merupakan standar independent

terpisah dari prinsip akuntansi.

Wajib pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan dasar prinsip dan metode

akuntansinya. Laporan keuangan fiskal disusun secara terpisah di luar proses pembukuan.

Pendekatan ini lebih banyak digunakan sebagai pilihan, yaitu dengan menyusun laporan

keuangan fiskal melalui rekonsiliasi.

3.      Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi.

Merupakan prinsip common basis (maasgeblichkeits concepts). Dalam konsep ini laporan

keuangan disusun terutama mengikuti standar akuntansi.

D.    Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal

       Dari dokumen dasar dibuat jurnal, lalu diposting ke buku besar. Buku besar ini dicocokkan

dengan Buku Tambahan. Kemudianmenjadi laporan keuangan komersial, setelah itu

dilakukan koreksi fiskal untuk menjadi laporan keuangan fiskal.

      Koreksi fiskal ini maksudnya adalah mengoreksi laporan keuangan komersial untuk

disesuaikan dengan Peraturan Pajak atau laporan keuangan komersial dikoreksi untuk

menjadi laporan keuangan fiskal.

E.  Keterbatasan Akuntansi Pajak

Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan komersial terhadap laporan keuangan

fiskal antara lain :

Page 17: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 2

1.      Laporan keuangan bersifat historis.

2.    Proses penyusutan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi dan berbagai

pertimbangan.

3.      Lebih mengutamakan hal yang material.

4.   Laporan keuangan terutama menekan makna ekonomis setiap transaksi atau peristiwa.

5.     Terdapat alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan mengakibatkan variasi dalam

pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar wajib pajak.

6.     Infomasi kualitatif, sedangkan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya

dikesampingkan.

Page 18: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 3

KAS dan Bank

Akuntansi Pajak

Page 19: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 5

Persediaan

Akuntansi Pajak

Persediaan adalah aset: (a) tersedia

untuk dijual dalam kegiatan usaha

biasa; (b) dalam proses produksi untuk

penjualan tersebut; atau

dalam bentuk bahan atau

perlengkapan untuk digunakan dalam

proses produksi atau pemberian jasa.

Persediaan harus diukur berdasarkan

biaya atau nilai realisasi neto, mana

yang lebih rendah.

Biaya persediaan harus meliputi

semua biaya pembelian, biaya

konversi, dan biaya lain yang timbul

sampai persediaan berada dalam

kondisi dan lokasi saat ini.

Penilaian persediaan hanya diperbolehkan menggunakan harga perolehan,yang didasarkan atas pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokokyang dilakukan secara rata-rata ataupun yang dilakukan dengan mendahulukanpersediaan yang didapat pertama (FIFO).

UU KUP Pasal 10(3)

Ketentuan pada ayat ini mengatur bahwa penilaian persediaan barang hanya bolehmenggunakan harga perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitunganharga pokok hanya boleh dilakukan dengan cara rata-rata atau dengan caramendahulukan persediaan yang didapat pertama (“first-in first-out atau disingkatFIFO”). Sesuai dengan kelaziman, cara penilaian tersebut juga diberlakukan terhadapsekuritas.

Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan persediaan barang, yaitu :a. barang jadi;b. barang dalam proses produksi;c. bahan baku dan bahan pelengkap.

Page 20: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 5

Page 21: akuntansi pajak

Akuntansi Pajak Bab 6