akuntansi pajak atas piutang

24
Akuntansi Pajak Atas Piutang Oleh : Risfan Pratama 1201154140

Transcript of akuntansi pajak atas piutang

Page 1: akuntansi pajak atas piutang

Akuntansi Pajak Atas Piutang

Oleh :

Risfan Pratama

1201154140

Page 2: akuntansi pajak atas piutang

Akuntansi Pajak Atas Piutang

BAB 1

PENDAHULUAN

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga dapat

dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa

berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif

untuk mencapai kesejahteraan umum.

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para

ahli diantaranya adalah :

Leroy Beaulieu

Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan

publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah

P. J. A. Adriani

Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak

mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan

Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat

2

Page 3: akuntansi pajak atas piutang

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut

kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan

untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment'

Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat

pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih

dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat

melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat

kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan

dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai

sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan

keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan

masyarakat.

Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan suatu

perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban

warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara

mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang

dipungut harus berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik

bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir

dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah

"kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''

3

Page 4: akuntansi pajak atas piutang

Unsur pajak

Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara ekonomis (pajak

sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara

yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur

yang terdapat pada pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan perubahan ketiga UUD

1945 pasal 23A yang menyatakan, "pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

keperluan negara diatur dalam undang-undang."

Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan

secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui

jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka

menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.

Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib pajak tidak

memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan.

Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas Negara/Anggaran Negara yang

diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi

sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan

sosial (fungsi mengatur / regulatif).

4

Page 5: akuntansi pajak atas piutang

Jenis Pajak

Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:

Pajak Negara

Sering disebut juga Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang terdiri

dari:

Pajak Penghasilan

Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan

UU Nomor 36 Tahun 2008

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009

Bea Materai

UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai

Bea Masuk

UU No. 10 Tahun 1995 jo. UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan

Cukai

UU No. 11 Tahun 1995 jo. UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai

5

Page 6: akuntansi pajak atas piutang

Piutang sangat penting dalam kegiatan penghimpunan bukti untuk keperluan fiskal. Hal ini

dilakukan karena sebaiknya sistem akuntansi dapat menyajikan saldo piutang kepada pihak yang

ada dalam hubungan istimewa dengan maksud untuk mempermudahkan fiskus dalam

mengetahui apakah wajib pajak melakukan penghindaran pembayaran pajak melalui penetapan

harga transfer (transfer pricing). Adapun keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam

pembukuan piutang yaitu ;

1. Nama dan alamat lengkap debitur

2. Jumlah Piutang kepada masing-masing debitur

3. Saat timbul maupun berkurangnya piutang

4. Jenis Piutang

5. Hak Penerimaan bunga

6. Tanggal Jatuh Tempo piutang

7. Jumlah Piutang yang dapat dihapuskan

8. Keterangan lainnya yang berkaitang dengan piutang

  Dalam makalah ini juga akan membahas mengenai sub pokok bahasan yang meliputi:

1. Definisi Piutang

2. Piutang Usaha

3. Piutang Di Luar Usaha

4. Piutang Dalam Hubungan Istimewa

5. Nilai Piutang Dalam Neraca

 Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang kelompok kami buat berdasarkan

literatur kaji pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami

buat.

 

 

6

Page 7: akuntansi pajak atas piutang

BAB 2

TEORI DAN KONSEP

 

Definisi Piutang

Menurut Kieso dan Weygandt mendefinisikan pengertian piutang sebagai berikut “Receivables

are claims held against customers and others for money, goods, or services.” (Kumpulan Ilmu,

2012)

 Dalam pendapat yang lain, piutang juga didefinisikan dengan pengertian  ”Piutang meliputi

semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau

organisasi lainnya” (Warren Reeve dan Fess, 2005 : 404).

 Seomarso berpendapat, bahwa Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk 

memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan.

Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk mempernolehkan para

pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan

(Soemarso, 2004 : 338).

 Sedangkan menurut buku Akuntansi Perpajakan Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati,

Piutang adalah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk kas.

(Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati, 2011 : 24)

 

 

7

Page 8: akuntansi pajak atas piutang

BAB 3

PEMBAHASAN

 

Piutang Usaha

Piutang Usaha terjadi karena adanya pemberian kredit pada transaksi penjualan dari penjual pada

konsumen. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Terhadap piutang yang diragukan

tingkat kolektabilitasnya, perusahaan dapat menghapuskan dan membebankannya pada cadangan

dimaksud. Meskipun demikian, ketentuan pajak tidak memperkenankan pada cadangan

penghapusan tersebut. Ketentuan pajak lebih melihat realitas dan memberlakukan metode

penghapusan langsung (direct written off).

 Adapun syarat-syarat penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih menurut UU

PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf (h) adalah sebagai berikut

(h.) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada

Direktorat Jenderal Pajak; dan

3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi

pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;

atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan

dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak

tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang

pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

 

8

Page 9: akuntansi pajak atas piutang

 Akan tetapi pembentukan cadangan/pemupukan dana cadangan untuk jenis usaha tertentu,

diperkenankan membentu penyisihan (cadangan) sesuai dengan PMK-81/PMK.03/2009 dan

ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf (c) yang berbunyi

sebagai berikut;

(c.) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan

kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan

perusahaan anjak piutang;

2.  cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;

4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan

6.  cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk

usaha pengolahan limbah industri,

Metode penghapusan piutang uang yang digunakan :

1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)

Pada periode dimana terdapat piutang yang tidak dapat ditagih, maka ada saat itu dilakukan

pencatatan.

Jurnal :

Biaya piutang yang tidak tertagih                   xxx

                        Piutang Dagang                                              xxx

1. Metode Penyisihan/Pencadangan (Allowance Method)

Piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dicatat melalui ayat jurnal.

9

Page 10: akuntansi pajak atas piutang

Jurnal :

Biaya piutang yang tidak tertagih                   xxx

                        Penyisihan piutang tidak tertagih                    xxx

 

Piutang di Luar Usaha

Piutang juga dapat timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim

asuransi, restitusi pajak, royalty, dan lain-lain.

 Piutang dalam Hubungan Istimewa

Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang dilakukan

dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Piutang dalam hubungan

istimewa dapat timbul karena terjadinya transaksi seperti ;

1. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh WP kepada pihak lain dalam

hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi, listrik, dan

lain-lain; penjualan harta tetap seperti mesin di mana pengeluaran atau pembebanan

tersebut akan ditagih lagi kepada pihak tersebut

2. Peminjaman dana

3. Transaksi penyerahan barang atau penyerahan jas

Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 18 ayat 4,

(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal 9

ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:

1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah

25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak

dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak

atau lebih; atau hubungan di  antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;

10

Page 11: akuntansi pajak atas piutang

2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di

bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

3. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus

dan/atau ke samping satu derajat.

 Nilai Piutang dalam Neraca

Biasanya nilai saldo piutang yang tercantum dalam neraca adalah nilai piutang neto. Saldo

piutang neto pada neraca fiscal selain usaha:

1. bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang

2. usaha asuransi

3. lembaga penjamin simpanan

4. usaha pertambangan

5. usaha kehutanan

6. usaha pengelolahan limbah industry

adalah saldo piutang yang dikurangi dengan piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih,

sedangkan saldo piutang neto pada neraca komerisal adalah saldo piutang dikurangi piutang

ragu-ragu.

PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK

Dasar Hukum

Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 565/KMK.04/2000

Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 539/KMK.03/2002

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 68/PMK. 03/2012

11

Page 12: akuntansi pajak atas piutang

Daluwarsa Penagihan

Berdasarkan rumusan Pasal 22 ayat (1) diatur bahwa hak Direktorat Jenderal Pajak mempunyai

hak untuk melakukan penagihan pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak

penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,

Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Adapun yang menjadi tujuan dari

pengaturan hak Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun adalah untuk

memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi, sehingga UU KUP

mengatur mengenai daluwarsa penagihan pajak. Dalam hal Utang Pajak telah memasuki tanggal

daluwarsa penagihan, hak negara untuk melakukan penagihan utang pajak termasuk bunga,

denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak tidak lagi dapat dilakukan.

Pengertian Penghapusan Piutang Pajak

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.03/2002 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menter Keuangan No. 68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak

dan Penetapan Besarnya Piutang Pajak mengatur tentang Piutang Pajak yang dapat dihapuskan.

Dirjen Pajak memberikan kebijaksanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang masih

memiliki kewajiban pajak yang masih terhutang namun dapat dihapuskan sebagaimana dalam

ketentuan tersebut.

1. Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam:

a. Surat Tagihan Pajak (STP);

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);

d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);

e. Surat Ketetapan Pajak (SKP);

12

Page 13: akuntansi pajak atas piutang

f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT);

g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan

Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Pajak

orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi,

disebabkan karena:

a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan

atau kekayaan;

b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;

c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran

secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau

e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi

tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib

Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi,

disebabkan karena:

a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;

b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;

c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran

secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau

13

Page 14: akuntansi pajak atas piutang

d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi

tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Syarat-syarat Penghapusan Piutang Pajak

Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam hal hak menagih Direktorat Jenderal Pajak

telah melampaui jangka waktu dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan

Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan

Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin

ditagih lagi, Direktorat Jenderal Pajak wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian

administrasi dan hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian. Laporan Hasil Penelitian

tersebut harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau Piutang Pajak yang bersangkutan

sebagai dasar untuk menentukan besarnya Piutang Pajak yang tidak dapat ditagih lagi sehingga

diusulkan untuk dihapus.

Piutang Pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapuskan setelah adanya Laporan Hasil Penelitian

dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim menyusun Daftar Usulan

Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian. Usulan Penghapusan Piutang

Pajak setiap awal tahun berikutnya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak atasannya. Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

menyampaikan Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang telah diteliti kepada Direktur

Jenderal Pajak.

Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi

Dalam Pasal 2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 625/PJ./2001 tentang Tata Cara

Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang Pajak dijelaskan yang

dimaksud dengan penelitian setempat dan penelitian administrasi. Penelitian setempat dilakukan

14

Page 15: akuntansi pajak atas piutang

oleh Juru Sita Pajak Negara terhadap piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih

lagi karena:

o Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak

mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang dibuktikan dengan Surat

Keterangan kematian dan surat keterangan yang menyatakan bahwa Wajib Pajak yang

meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris

dari pejabat yang berwenang;

o Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan surat keterangan

dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa Wajib Pajak memang benar-benar

sudah tidak mempunyai harta kekayaan lagi;

Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Pajak. Selanjutnya, penelitian administrasi adalah penelitian terhadap piutang

pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak yang hak penagihannya telah

daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil

Penelitian Administrasi.

15

Page 16: akuntansi pajak atas piutang

BAB 4

KESIMPULAN

 Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Jika ditinjau dari sumber terjadinya, piutang

digolongkan menjadi dua kategori :

1. Piutang Usaha (account receivables)

2. Piutang Lain-lain (other receivables)

Penyajian piutang usaha dan piutang lain-lain dalam laporan keuangan harus secara terpisah

dengan menggunakan identifikasi yang jelas. Piutang dalam keuangan dinyatakan sebesar jumlah

kotor tagihan diikuti dengan umlah takdiran piutang yang tidak dapat ditagih dan piutang yang

diragukan.

Kemungkinan tidak semua jumlah piutang dapat ditagih. Berikut metode panghapusan piutang

yang digunakan :

1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)

2. Metode Penyisihan/Pencadangan (Allowance Method)

Pada prinsipnya, terdapat dua cara dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih,

yaitu :

1. Atas dasar Saldo Piutang

2. Atas dasar Saldo Penjualan

Besarnya dana cadangan piutang tidak tertagih yang diperkenankan untuk dibebankan sebagai

biaya Usaha Bank tersebut sebagai berikut :

1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus

2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar

3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan

4. 100% dari kredit yan digolongkan macet

16

Page 17: akuntansi pajak atas piutang

Kerugian sebenarnya yang disebabkan oleh piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

dibebankan ke akun Cadangan/Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dengan ayat jurnal :

Penyisihan piutang tidak tertagih                 xxx

                        Piutang usaha                                                 xxx

 

 

17

Page 18: akuntansi pajak atas piutang

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Kumpulan Ilmu. (2012, 04). Kumpulan Ilmu. Retrieved September 14, 2012, from

http://mbegedut.blogspot.com/2012/04/pengertian-definisi-piutang-menurut.html

 Sukrisno Agus dan Estralita Trisnawati. 2011. Akuntansi Pajak. Edisi 2. Penerbit Salemba

Empat.

UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Waluyo. 2012. Akuntansi Pajak. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. 

 

 

18