P2EB - Akuntansi Pajak 03

75
LOGO Herman Legowo [email protected] P2EB – FEB – UGM AKUNTANSI PAJAK

Transcript of P2EB - Akuntansi Pajak 03

Page 1: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

Herman [email protected]

P2EB – FEB – UGM

AKUNTANSI PAJAK

Page 2: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

[email protected]

Contents

Pendekatan Penyajian L/K Fiskal

1

Penghitungan Laba Fiskal2

Rekonsiliasi Fiskal3

LAPORAN KEUANGAN FISKAL4

Page 3: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPendekatan Penyajian L/K Fiskal

Adanya perbedaan kriteria pengukuran dan pengakuan thd pos2 rekening L/K baik secara komersial maupun fis-kal timbul pertanyaan apakah WP harus menyusun masing2 L/K yi satu untuk kebutuhan internal (perusahaan) dan satu untuk kebutuhan pajak?

Bila hal ini terjadi akan banyak terjadi manipulasi data shg upaya mempersempit erosi pengenaan pajak menjadi tak terpenuhi.

DD upaya untuk mengurangi manipulasi data ini perlu pendekatan2 yang tepat. Ada beberapa bentuk pendekatan yang dapat dilakukan dalam penyajian L/K fiskal yaitu:

[email protected]

3

Page 4: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOBentuk² Pendekatan Penyajian L/K

Fiskal1. L/K Fiskal disusun dengan cara ketentuan

pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi

Dalam pendekatan ini L/K walaupun disusun a/d prinsip akuntansi sangat diwarnai oleh ketentuan perpajakan.

Pengusaha harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dgn ketentuan perpajakan dgn tanpa kelonggaran thd ke-tidaksamaan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan.

DD dalam praktek terdapat dua pembukuan menu-rut ketentuan perpajakan dan menurut praktek komersial.

[email protected] 4

Page 5: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOLanjutan . . .

2. L/K Fiskal disusun secara Ekstra-Komptabel

Dalam pendekatan ini para pengusaha bebas untuk menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip dan metode akuntansi.

L/K fiskal (untuk penghitungan pajak) disusun ter-pisah di luar jaringan proses pembukuan (ekstra-komptabel).

Laporan itu pada umumnya disusun sebagai produk tambahan (by product) selain laporan keuangan komersial melalui suatu proses penyesuaian & re-konsiliasi antara praktek akuntansi komersial dan ke-tentuan perpajakan.

[email protected] 5

Page 6: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOLanjutan . . .

3. L/K Fiskal disusun dengn cara ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi

Pendekatan demikian disebut prinsip common basis yaitu laporan keuangan disusun, terutama, mengikuti standar akuntansi. Namun preferensi diberikan kpd keten-tuan pajak jika terdapat pengaturan yg tidak sejalan dengan standar akuntansi.

Dari ketiga pendekatan di atas pendekatan kedua (eks-tra-komptabel) merupk pendekatan yang lebih realistis artinya perush tetap menyelenggarakan pembukuannya sesuai dgn PABU sehingga tidak merasa terbatasi oleh Peraturan Perpajakan dalam kegiatan operasionalnya.

[email protected] 6

Page 7: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOSkema Rekonstruksi LKFSkema Rekonstruksi LKF

Pembukuan Pembukuan WPWP

Menghitung Menghitung PKP (Rugi PKP (Rugi

Fiskal)Fiskal)

DisusunDisusun berdasarkanberdasarkan

S.A.K S.A.K I F R SI F R S

L K KL K K

Koreksi Koreksi Fiskal Fiskal

(Beda Tetap (Beda Tetap Beda Waktu)Beda Waktu)

Berdasarkan Berdasarkan UU PPhUU PPhPeraturan Peraturan PelaksanaPelaksana

L K FL K FSPT PPhSPT PPh

Page 8: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOSkema Perhitungan PPhSkema Perhitungan PPh

Tidak Menggunakan PSAK 46 Tidak Menggunakan PSAK 46

1. Laba 1. Laba KomersialKomersial +/-+/-

2. Koreksi 2. Koreksi Fiskal Fiskal

3. Ph Neto3. Ph Neto4. 4.

Kompensasi Kompensasi rugi Fiskalrugi Fiskal

5. P K P5. P K P

6. PPh - 6. PPh - TerutangTerutang

Laba Laba setelah setelah

PPhPPh

Laba yang Laba yang DitahanDitahan

Page 9: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

Accounting

ProcessNeracaNeraca

Rugi LabaFiskal

Rugi LabaFiskal

RekonsiliasiFiskal

RekonsiliasiFiskal

SAK PeraturanPerpajaka

n

SPT

Beda WaktuBeda Waktu

Beda Tetap

Beda Tetap

PPh Terhutang

PPh Terhutang

Pajak KiniPajak Kini

Pajak TangguhanPajak Tangguhan

Rugi Laba KomersialRugi Laba Komersial

Koreksi +Koreksi -

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

PSAK 46

Page 10: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

PENGHITUNGAN LABA FISKAL

Page 11: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPenghitungan Laba Fiskal

1. Pengertian

Laba Fiskal adalah laba yang dihitung berdasarkan ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Laba fis-kal ini juga dikenal sebagai laba kena pajak atau penghasilan kena pajak.

Laba kena pajak ini digunakan untuk menghitung pajak penghasilan yang terutang.

[email protected] 11

Page 12: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO2. Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan laba komersial (yaitu laba yang dihitung menurut PABU) dengan ketentuan-ketentuan perpajakan se-hingga diperoleh laba fiskal.

Laporan Perhitungan Laba-Rugi yang dibuat perusa-haan merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan PABU.

OKI agar dapat menghitung besarnya pajak peng hasilan yang terutang, perusahaan harus melakukan penyesuaian laporan perhitungan rugi-labanya ter-sebut agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan.

[email protected] 12

Page 13: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOLanjutan . . .

Langkah penyesuaian ini dilaku-kan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda perlakuan antara prinsip akuntansi berlaku umum (PABU) dengan ketentuan peraturan undang-undang perpa-jakan.

Pos-pos rekening ini yang perlu dila-kukan koreksi fiskal.

[email protected] 13

Page 14: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO3. Timbulnya Koreksi Fiskal

Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara PABU dengan UU Perpajakan antara lain:

a. Perbedaan Konsep PenghasilanContoh:(1) Deviden yg diterima oleh PT, Yayasan, Koperasi,BUMN/BUMD.

(2) Sisa Cadangan Kerugian Piutang bagi Bank, Lea-sing dan Asuransi.

b. Perbedaan Cara Pengukuran PenghasilanContoh:Penjualan diukur sebesar jumlah yg dibebankan ke-pd pembeli tidk melihat apk ada hubungan istimewa atau tidak.

[email protected] 14

Page 15: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOLanjutan . . .

c. Perbedaan Konsep BiayaPengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah semua pengorbanan ekonomis dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Tidak terbatas hanya biaya untuk mendapatakan, menagih dan memeliha-ra penghasilan saja. Singkatnya, biaya menurut pa-jak adalah pengeluaran-pengeluaran yang ada kait-an langsung dengan perolehan penghasilan.

d. Perbedaan Cara Pengukuran BiayaSama dengan cara pengukuran penghasilan, jika ada transaksi yang tidak wajar karena hubungan is-timewa maka transaksi tersebut harus dikoreksi.

[email protected] 15

Page 16: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOLanjutan . . .e. Perbedaan Cara Pembebanan /Alokasi Biaya

Contoh :(1) Penyusutan, hanya metode Garis Lurus dan Sal-

do Menurun dengan tarif yang telah ditentukan.(2) Pengakuan Kerugian Piutang hanya mengguna-

kan metode langsung.(3) Penilaian Persediaan hanya menggunakan meto-

de rata-rata dan FIFO.f. Adanya penghasilan yang kena PPh

Penghasilan yg dikenakan pajak secara final berarti telah diperhitungkan pajak penghasilannya shg tidak perlu diperhitungkan lagi dalam menghitung pajak penghasilan di akhir tahun maka harus dikeluarkan dari laporan perhitungan laba-rugi.

[email protected] 16

Page 17: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. Jenis Koreksi Fiskal

a. Koreksi Fiskal Positif

Koreksi Fiskal Positif (FKP) adalah koreksi fiskal yang menambah besar-nya laba kena pajak.

b. Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi Fiskal Negatif (FKN) adalah koreksi fiskal yang mengurangi laba kena pajak.

[email protected] 17

Page 18: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPRINSIP POKOK PENYESUAIAN FISKAL

1. Penghasilan secara komersial versus penghasilan objek pajak (Pasal 4 Ayat 1 UU PPh).

2. Penghasilan secara komersial versus penghasilan bukan objek pajak (Pasal 4 Ayat 3 UU PPh).

3. Biaya komersial versus biaya yang dapat diku-rangkan (Pasal 6 Ayat 1 UU PPh).

4. Biaya komersial versus biaya yang tidak dapat dikurangkan (Pasal 9 Ayat 1 UU PPh, Pasal 4 PP Nomor 138/2000, SE-46/PJ.4/1995, KEP-220/PJ/ 2002, KEP-316/PJ/2002).

5. Kompensasi kerugian (Pasal 6 Ayat 2 UU PPh).

Page 19: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOBeda Waktu dan Tetap Perbedaan Waktu (Timing Differences)

Perbedaan bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pada saat pengakuan penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dan standar akuntansi keuangan.

Perbedaan Tetap (Permanent Differences)

Perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan dalam menghitung laba fiskal.

Page 20: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

Penghasilan•Bukan Objek Pajak•Dikenakan PPh Final

Bukan Penghasilan Objek Pajak

Biaya Bukan Biaya

Bukan Biaya Biaya

Beda Tetap

Beda Waktu

Perbedaan periodepengakuan penghasilan

dan alokasi pembebanan

Beda Waktu

Perbedaan periodepengakuan penghasilan

dan alokasi pembebanan

Rekonsiliasi FiskalRekonsiliasi Fiskal

Berpengaruh pada tahun berjalan

Berpengaruh pada tahun berjalan danTahun mendatang

Komersial Fiskal

Page 21: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOJENIS REKONSILIASI FISKAL

Secara umum rekonsiliasi fiskal terdiri dari 3 macam jenis koreksi yaitu:

1. Koreksi akibat perbedaan waktu atau se-mentara (time difference).

2. Koreksi akibat perbedaan tetap atau per-manen (permanent difference).

3. Koreksi akibat pajak final.

Page 22: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOKoreksi Akibat Perbedaan Waktu

(Time Different)

Koreksi ini timbul akibat perbedaan metode penghitungan pendapatan dan/atau biaya antara komersial dan fiskal.

Sebenarnya total pendapatan atau biaya sama besarnya baik secara komersial maupun fiskal.

Namun perbedaan timbul karena adanya perbedaan lama-nya waktu pengalokasian pendapatan dan/atau biaya tsb.

Contoh: 1. Pada biaya depresiasi dan amortisasi. Secara fiskal

kita harus mengikuti ketentuan yang ada. Misal: komputer harus disusutkan/didepresiasi selama 4 tahun sedangkan secara komersial kita mungkin menyusutkannya kurang dari 4 tahun.

Page 23: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOKoreksi Akibat Perbedaan Waktu

(Lanjutan)

2. Pada penilaian persediaan. Secara fiskal metode penghitungan yang diakui hanya metode rata-rata/rerata (average method) dan metode first in first out (FIFO). Sementara secara komersial kita juga mengakui metode last in first out (LIFO).

Page 24: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOKoreksi Akibat Perbedaan Tetap

(Permanent Different)

Koreksi ini timbul akibat adanya perbedaan pengakuan pendapatan antara komersial dan fiskal yang terdiri 3 jenis perbedaan yaitu:

1. Beda tetap atas penghasilan yang bukan objek pajak (non-taxable income) seperti bantuan, sumbangan, dan hibah yang memenuhi syarat.

2. Beda tetap murni yaitu:a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasil- an yg bukan objek pajak.;b. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam bentuk natura/kenikmatan;c. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan; sertad. PPh Pasal 21/26 yang ditanggung perusahaan.

Page 25: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOKoreksi Akibat Perbedaan Tetap

(Lanjutan)

3. Beda tetap akibat dipenuhinya syarat-syarat khusus yaitu:

a. Biaya yang berhubungan dengan kegi- atan langsung perusahaan.b. Tersedianya bukti pendukung yang kuat atau memadai;c. Akibat lokasi; ataud. Praktek akuntansi yang tidak sehat.

Page 26: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOKoreksi

Akibat Pengenaan Pajak Final

Koreksi ini terdiri dari:

1. Pendapatan yang telah dipotong PPh final misalnya: bunga deposito, jasa giro, perse-waan tanah dan/atau bangunan, serta pe-ngalihan hak atas tanah dan/atau bangun-an; serta

2. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang telah dikena-kan PPh final.

Page 27: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOSKEMA PROSES REKONSILIASI FISKAL

1. Rekonsiliasi Penghasilan (peredaran usaha)

Sesuai Under Over K/- K/- K/- K/+ K/-K/+ : Koreksi fiskal positip menambah pendapatan kena pajak (PKP).K/- : Koreksi fiskal negatip mengurangi pendapatan kena pajak

(PKP). Pasal 4 ayat(1) huruf k Keuntungan krn pembebasan hutang kecuali s/d jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Penghasilan(peredaran

Usaha)

Objek PPhPasal 4 ayat

(1)Pasal 5 ayat

(1)

Dikecualikansbg objek

Pasal 4 ayat (1)

Huruf k

Objek finalPasal 4 ayat

(2)

Bukan objekPasal 4 ayat (3)

Page 28: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOSKEMA PROSES REKONSILIASI FISKAL

2. Rekonsiliasi Biaya (pengurang penghasilan)

Sesuai Under Over

K/+ K/- K/+K/+ : Koreksi fiskal positip mengurangi biaya.K/- : Koreksi fiskal negatip menambah biaya.

Biaya Fiskal

Dpt dikurangkanPasal 5 ay

(2&3)Pasal 6 ayat (1)

HPPPasal 10 ayat (6)

Penyusutan &amortisasi Pasal 11 &

11A

Tdk dpt dikurang-kan (Pasal 5 ay 3b,

Psl 9 ay 1, PP 138/2000, KEP-220/2002, dll.

Page 29: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

REKONSILIASI FISKAL

Page 30: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOREKONSILIASI FISKAL

A. Latar Belakang

Laba sebelum pajak menurut akuntansi komersial atau menurut perhitungan WP mungkin saja berbeda dengn PKP atau laba kena pajak menurut ketentual fiskal (pajak).

Perbedaan tsb dilatarbelakangi oleh perbedaan konsep laba. Latar belakang perbedaan konsep laba dapat digo- longkan sbb:

1. Perbedaan Tujuan Perusahaan.2. Perbedaan Ekonomis.3. Area Perbedaan

Page 31: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGORekonsiliasi Fiskal (Lanjutan)

1. Perbedaan Tujuan Perusahaan

Ada beberapa formula tentang tujuan perusahaan yaitu:a. Memaksimumkan return on assets (ROA).b. Optimizing shareholders wealth.c. Optimizing stakeholders wealth.

Sementara itu untuk kepentingan pajak taxation objec- tive-nya adalah meminimalkan pembayaran pajak agar bisa memotivasi WP melakukan administrasi pajak dengan baik hal ini dilakukan tentu dengan memperhatikan pera turan perundang-undangan.

Kedua tujuan tsb nampaknya tidak selalu sejalan satu dgn yg lain shg banyak hal yg tidak pernah ada kesamaan perlakuan dan complete agreement antara laba akuntansi/ laba sebelum pajak (accounting income/pre tax income) dan PKP/laba kena pajak (taxable income).

Page 32: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGORekonsiliasi Fiskal (Lanjutan)2. Perbedaan Ekonomis

Perbedaan akibat pendekatan komersial dan fiskal juga memiliki makna ekonomis dalam pengambilan keputusan baik bagi pihak intern (manajemen) maupun pihak ekstern.

Manajemen selalu dihadapkan pada pengambilan kepu- tusan yang menyangkut:

a. Investasi (investment);b.

Pendanaan/pembelanjaan (financing); danc. Dividen (divident).

Keputusan yg menyangkut investasi, pendanaan/pem- belanjaan, dan dividen juga tidak terlepas dari pengaruh pa jak khususnya PPh misalnya:

Page 33: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGORekonsiliasi Fiskal (Lanjutan)

a. Di dalam investasi informasi yg relevan dalam pengam- bilan keputusan (bila memakai Payback Period, NPV, Pro- fitability Index, dan IRR) adalah mempertimbangkan a- liran kas setelah pajak (after tax cash flow).

b. Di dalam keputusan pendanaan/pembelanjaan informasi yg relevan adalah biaya modal sesudah pajak (after tax cost of capital).

c. Di dalam kebijakan dividen juga perlu mempetimbang- kan liquidity test dan bunkruptcy test.

3. Area Perbedaan

Penyebab adanya area perbedaan tsb adalah:

Page 34: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGORekonsiliasi Fiskal (Lanjutan)

a. Adanya pos2 akun/rekening pendapatan & biaya yg bo- leh diakui menurut akuntansi tetapi tidak boleh menurut ketentuan fiskal atau sebaliknya.

b. Adanya pos2 akun/rekening pendapatan & biaya yg su- dah diakui menurut akuntansi sedangkan menurut keten tuan fiskal belum diakui atau sebaliknya.

Dari dua penyebab tsb untuk melakukan rekonsiliasi dari L/K Komersial menjadi L/K Fiskal perlu diketahui bentuk perbedaan dalam perlakuan pos rekening yang ada yaitu:

1. Perbedaan Waktu atau Perbedaan Temporer.2. Perbedaan Tetap atau Perbedaan Permanen.3. Perbedaan Lain-lain.

Page 35: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGORekonsiliasi Fiskal (Lanjutan)

A. PERBEDAAN/KOREKSI WAKTU ATAU TEMPORER

Koreksi/rekonsiliasi waktu/temporer disebabkan karena adanya perbedaan yang bersifat waktu atau sementara.

Perbedaan waktu adalah perbedaan mengenai waktu pe ngakuan baik pada pendapatan maupun biaya antara PABU dengan Peraturan Perpajakan yg berlaku dan hanya bersifat sementara artinya perbedaan (negatif atau posi-tif) pada satu periode tertentu akan terkompensir dengan perbedaan (positif atau negatif) pada periode yg lain atau periode berikutnya.

Setelah dilakukan koreksi fiskal yg bersifat waktu (pada laporan laba-rugi) lawan koreksinya yg harus dilakukan adalah pada neraca.

Page 36: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGORekonsiliasi Fiskal (Lanjutan)

Adapun yang termasuk dalam pos-pos atau item perbedaan waktu (sementara) kemungkinannya adalah:

1. Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Kos Penjualan.

2. Penyusutan (Depresiasi) Aktiva/Harta Tetap.

3. Amortisasi Aktiva/Harta Tidak Berwujud.

4. Piutang Tak Tertagih (Kerugian Piutang).

5. Pendapatan di Terima di Muka (Utang Penghasilan).

Page 37: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPERBEDAAN (KOREKSI)WAKTU (TEMPORER)

Koreksi/rekonsiliasi waktu/temporer disebabkan karena ada-nya perbedaan yang bersifat waktu atau sementara (temporer).

Perbedaan waktu adalah perbedaan menganai waktu penga-kuan baik pada biaya maupun pendapatan antara PABU dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku dan hanya bersifat sementara artinya perbedaan (negatif atau positif) pada satu periode tertentu akan terkompensir dengan perbedaan (positif atau negatif) pada periode yang lain atau periode berikutnya.

Setelah dilakukan koreksi fiskal yg bersifat waktu (pada la-poran laba-rugi) lawan koreksinya yg harus dilakukan adalah pada neraca. Adapun yang termasuk dalam pos-pos atau item perbedaan waktu (sementara) kemungkinannya adalah sbb:

Page 38: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO1. HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)ATAU KOS PENJUALAN

Harga pokok penjualan (HPP) or kos penjualan adalah harga pokok dari barang dagangan or produk/barang jadi/selesai pe-rusahaan yang sudah dilakukan penjualannya. Adapun formula perhitungan dasarnya sbb:

Untuk penentuan jumlah Sediaan baik Sediaan awal maupun Sediaan akhir sangat dipengaruhi oleh metode penilaian Se-diaan yang dipakai.

Menurut Akuntansi terdapat beberapa macam metode pe-nentuan Sediaan yg dpt dipakai/diterapkan yaitu meliputi meto-de identifikasi khusus, rata-rata atau rerata, MPKP (FIFO), dan MTKP (LIFO).

1

HPP = Sediaan Awal + Pembelian - Sediaan Akhir

Page 39: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOHARGA POKOK PENJUALAN (HPP)ATAU KOS PENJUALAN (Lanjutan)

Menurut Fiskal Peraturan Perpajakan mengatur penyajian/penilaian Sediaan Barang (meliputi: brg jadi/barang dagangan, barang dalam proses, serta bahan baku, dan bahan pembantu) hanya boleh menggunakan dasar harga perolehan atau harga po-kok (cost). Sedangkan penentuan penilaian pema-kaian Sediaan untuk menghitung harga pokok/kos hanya boleh dilakukan dengan cara:

1. Metode MPKP atau FIFO.2. Metode rata-rata/rerata (average method)

Page 40: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOCONTOH KASUS

PT. ABC pada tanggal 1 Mei 2011 memiliki Sediaan Barang Dagangan “A” sebanyak 100 unit @ Rp2.500,- Adapun selama bulan Mei 2010 mutasi Barang Dagang an “A” adalah sbb:

Tanggal 5 Mei: Dibeli 100 unit @ Rp3.000,-Tanggal 15 Mei: Dibeli 100 unit @ Rp3.500,-Tanggal 25 Mei: Dijual 100 unit @ Rp4.000,-Tanggal 30 Mei: Dijual 100 unit @ Rp4.500,-

DIMINTA: Jika perush melakukan pencatatan Sediaan dengan metode perpetual:1. Berapakah HP Sediaan Brg Dagangan “A” tsb, baik dengan metode rata-rata, FIFO, maupun LIFO?2. Berapakah HPP & Laba Kotor untuk masing2 metode?

Page 41: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

SAMPAI DI SINI!

ADAPERTANYAAN?

Page 42: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO2. PENYUSUTAN (DEPRESIASI)

HARTA (AKTIVA) TETAP

Penyusutan (depresiasi) adalah sebagian harga perolehan aktiva (harta) tetap berwujud (tangible assets) yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya untuk setiap periode a-kuntansi.

Besarnya biaya depresiasi yang dibebankan untk tiap tahun-nya dipengaruhi oleh metode depresiasi yang digunakan.

Menurut Akuntansi terdapat beberapa metode penyusutan yang dapat dipakai seperti metode: garis lurus, jumlah ang-ka tahun, saldo menurun, saldo menurun ganda, jumlah unit produksi, jumlah jam jasa, dan sebagainya.

Page 43: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGODepresiasi Harta Tetap Berwujud (Lanjutan)

Menurut Fiskal metode penyusutan yang boleh digu-nakan menurut Peraturan Perpajakan yaitu:

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Penyusutan dilakukan dalam bagian2 yang sama besar selama masa manfaat yg telah ditentukan bagi harta tetap.

Besarnya penyusutan untuk setiap tahunnya dihi-tung dgn cara menerapkan tarif penyusutan atas harga perolehan (cost) harta tetap.

Saat penyusutan dpt di mulai pada (1) buln dilaku-kannya pengeluaran;(2) untk harta yg masih dlm pe-ngerjaan penyusutannya di mulai pd bulan penger-jaan harta tsb selesai; dan (3) dgn ijin Dirjen Pajak.

Page 44: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO2. Depresiasi Harta Tetap Berwujud (Lanjutan)

2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Penyusutan dilakukan dalm bagian2 yang menurun selama masa manfaatnya.

Besarnya penyusutan untuk setiap tahunnya dihi-tung dgn cara menerapkan tarip penyusutan atas nilai sisa buku harta tetap. Pd akhir thn nilai masa manfaat, nilai sisa buku yg ada disusutkan seka-ligus (closed ended).

Bagi WP yang melakukan penyusutan atas harta tetapnya bisa memilih di antara dua metode yang diperbolehkan di atas KECUALI untk kelompok har-ta tetap Bangunan/ge-dung penyusutannya hanya boleh menggunakan metode garis lurus.

Page 45: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOTabel: Penyusutan Harta Tetap

 

KELOMPOKHARTA

BERWUJUD

 

MASAMANFAAT

TARIF DEPRESIASI

GARISLURUS

SALDOMENURU

NA.    Bukan Bangunan:

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

 

4 tahun8 tahun

16 tahun20 tahun

 

25%12,5%6,25%

5%

 

50%25%

12,5%10%

B. Bangunan:

Permanen Tidak

Permanen

 

20 tahun10 tahun

 

5%10%

--

Page 46: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPENGGUNAAN

METODE PENYUSUTAN Penggunaan metode penyusutan tsb harus dilakukan

secara taat azas (konsisten).

Khusus untuk penyusutan yang menggunakan metode saldo menurun pada akhir masa manfaat nilai sisa buku harta te-tap tsb disusutkan sekaligus (closed ended).

CONTOH KASUS: PT. ABC memiliki harta berwujud berupa:Jenis harta (aktiva tetap) : Sepeda Motor Honda YupiterHarga perolehan . . . . . . : Rp10.400.000,-Nilai Residu . . . . . . . . . : Rp800.000,-Masa manfaat . . . . . . . . : 4 tahunTanggal perolehan . . . . : 1 Mei 2011

DIMINTA: Bila perush memakai metode penyusutan garis lurus hitung-lah biaya penyusutan untk thn 2011, baik menurut akuntansi maupun fiskal!

Page 47: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO3. AMORTISASI HARTA

TIDAK BERWUJUD

Harta Tidak Berwujud (Intangible assets) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun misalnya: Hak Paten (Pa-tent), Hak Cipta (Copy Right), dan Wara Laba (Franchise) dapat diamortisasi sesuai dengan masa manfaatnya.

Pengeluaran untuk biaya organisiasii (misal: biaya pendirian pe-rusahaan) dan biaya perluasan modal suatu perush dibeban-kan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi se-suai dengan ketentuan Pasal 11A, Ayat (2) UU No. 36 Thn 2008 (lihat Tabel Amortisasi!).

Menurut Akuntansi: Terdapat beberapa metode amortisasi (sa-ma dengan depresiasi) yang dapat dipakai seperti metode: garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, saldo menu-run ganda, jumlah satuan (unit) produksi, jumlah jam jasa, dan sebagainya.

Page 48: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOTabel: Amortisasi Harta Tetap

 

KELOMPOKHARTA TAK BERWUJUD

 

MASAMANFAAT

TARIF AMORTISASI

GARISLURUS

SALDOMENURUN

 

Kelompok 1Kelompok 2Kelompok 3Kelompok 4 

 

4 tahun8 tahun

16 tahun20 tahun

 

25%12,5%6,25%

5%

 

50%25%

12,5%10%

Page 49: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO3. Amortisasi Harta Tidak Berwujud (Lanjutan)

Menurut Fiskal: Metode amortisasi yang boleh digunakan me nurut Peraturan Perpajakan yaitu:

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method).b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method).

KECUALI amortisasi atas pengeluaran untk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan minyak & gas bumi dilakukan dengan memakai metode jumlah satuan (unit) produksi.

Sama dengan depresiasi khusus untk amortisasi yg memakai metode saldo menurun pada akhir masa manfaat nilai sisa buku harta tak berwujud atau hak-hak tsb diamortisasi seka-ligus (closed ended).

Page 50: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. PIUTANG TAK TERTAGIH

(KERUGIAN PIUTANG)

Piutang (tagihan) yang dimiliki oleh perush kpd pihak lain be lum tentu dapat ditagih seluruhnya dan dapat diterima pelunas-annya artinya dalam piutang tsb masih mengandung risiko untuk tidak tertagih alias macet.

Menurut Akuntansi: Risiko atas tidk tertagihnya piutang perush dapat dimunculkan dalam rekening tersendiri di L/K yi dalam bentuk akun/rekening Cadangan Kerugian Piutang. Pada saat pembentukan Cadangan Kerugian Piutang tsb perush dpt langsung membebankan sebagai kerugian atas piutang yg tidak dapat ditagih lagi akan mengurangi Cadangan Kerugian Piu-tang dan saldo Piutang yang ada.

Page 51: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. Piutang Tak Tertagih

(Lanjutan)

Menurut Fiskal: Di dalm UU PPh WP tidk diperbolehkan untk membentuk cadangan. KECUALI untuk jenis2 bidang usaha tertentu, seperti:

a. Usaha bank dapat membentuk Cadangan Piutang Tak Tertagih maksimum sebesar 3% dari rata2 saldo awal dan saldo akhir piutang.b. Usaha sewa guna usaha dgn hak opsi dapat membentuk Cadangan Piutg Tak Tertagih maksimum sebesar 2,5% dari rata2 saldo awal dan saldo akhir piutang.c. Usaha asuransi dapat membentuk Cadangan Premi sebe sar 40% dari premi yang diterima tahun ybs.

Page 52: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. Piutang Tak Tertagih

(Lanjutan)

Sedangkan nilai Piutang dalam Neraca di cantumkan neto dalam arti saldo Piutang setelah dikurangi dengan Piutang yang tidak dapat ditagih lagi.

Untuk Cadangan Kerugian Piutang yang telah dibentuk harus dilakukan koreksi fiskal karena tidak diperbolehkan secara fiskal.

Page 53: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO5. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA

(UTANG PENGHASILAN)

Pendapatan Diterima di Muka (Utang Penghasilan) adalah penghasilan2 yang diterima di muka atas penjualan barang/jasa tetapi perush belum menyerahkan barang atau jasa tsb misalnya: Penghasilan Sewa yang Diterima di Muka dan Utang Penghasilan Komisi.

Menurut Akuntansi: Pengakuan Pendapatan dalam akuntansi adalah memakai stelsel akrual (accrual basis) termasuk Pen-dapatan Diterima di Muka & belum terjadi penyerahan barang/ jasa. Sehingga uang yg sudah diterima misalnya Uang Sewa untuk jangka waktu sewa beberapa tahun kemudian belum dapat diakui sebagai pendapatan dan baru diakui sebagai Pen-dapatan yang Diterima di Muka. Apabila barang/jasa telah dise-rahkan dapat diakui sebagai penghasilan periode ybs.

Page 54: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO5. Pendapatan Diterima di Muka (Lanjutan)

Menurut Fiskal: Menurut Peraturan Perpa-jakan perlakuan atas uang yang diteri-ma di muka misalnya: Penghasilan Se-wa harus diakui sbg penghasilan fiskal untuk periode ybs pada saat uang tsb di-terima (stelsel kas).

Page 55: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPERBEDAAN TETAP

(KOREKSI PERMANEN)

Koreksi/rekonsiliasi tetap/permanen adalah koreksi/rekonsili-asi fiskal yg dilakukan karena adanya perbedaan mengenai bo-leh tidaknya pengakuan baik mengenai Pendapatan maupun Biaya antara PABU dan Peraturan Perpajakan yang berlaku.

Perbedaan tetap adalah perbedaan akibat transaksi2 penda-patan/penghasilan dan biaya tertentu yang boleh diakui dalam praktek akuntansi yang lazim (SAK) tetapi tidak boleh diakui oleh ketentuan fiskal. Perbedaan tetap ini tidak boleh/dapat dikompensasikan

Page 56: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPerbedaan Tetap (Lanjutan)

Perbedaan tetap terdiri atas:

1. Pos-pos atau item yang pengaruhnya ikut diperhi-tungkan dalam penentuan laba akuntansi teta-pi tidak ikut diperhitungkan dalam penghitungan PKP.

2. Pos-pos atau item yang tidak ikut diperhitungkan dalam penentuan laba akuntansi tetapi ikut di-perhitungkan dalam penghitungan PKP.

Beberapa contoh koreksi tetap antara lain:

Page 57: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO1. NATURA

Natura adalah imbalan dalam bentuk barang yang diberikan oleh perush kepada karyawannya misalnya dalm bentuk: be-ras, gula, makan siang, seragam, atau barang lain yg merupa-kan hasil produksi sendiri dari perusahaan ybs.

Menurut Akuntansi: Pengeluaran untuk pemberian natura kepa-da karyawan boleh dibebankan sebagai biaya misalnya: biaya pembelian beras, gula, makan siang, seragam, harga po-kok dari produk yang diberikan karyawan, dsb.

Menurut Fiskal: Sesuai dgn prinsip biaya-manfaat (cost & bene-fit) natura yg diberikan kpd karyawan tidak boleh diperlakukan sebagai biaya fiskal yang mengurangi penghasilan bruto dalam perhitungan PKP.

Page 58: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO1. NATURA (Lanjutan)

Termasuk dalam pengertian natura adalah kenikmatan yi fasilitas yang diberikan oleh perush kpd karyawannya yg a.l. dapt berbentuk fasilitas: rumah dinas, asrama atau mess karya-wan, vila or rumah peristirahatan, kendaraan dinas yg se-mata2 tidk untk keperluan operasional perush, fasilitas kesehatan dan obat2-an gratis, fasilitas olah raga gratis, dan PPh yang ditang-gung perusahaan.

Biaya atau pengeluaran yg timbul karena adanya pemberian fasilitas oleh perush tidk boleh dibebankan sebagai biaya fis-kal misalnya dalam hal pemberian fasilitas rumah dinas biaya2 yg timbul misalnya biaya penyusutan rumah dinas, bi-aya perbaikan & pemeliharaan rumah dinas, biaya telepon dan listrik rumah dinas, PBB rumah dinas, dsb tidak boleh dibe-bankan sebagai biaya fiskal.

Page 59: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO1. NATURA (Lanjutan)

PENGECUALIAN untuk perlaku-an natura dan fasilitas adalah apabila pada daerah terpencil natura dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan boleh dibeban-kan sebagai biaya fiskal.

Page 60: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGONatura atau Tunai

Bentuk Kompensa

si

PPh Badan PPh Pasal 21

Tunai Deductible Expense (DE)

Taxable Income (TI)

Natura dan kenikmatan

Non Deductible Expense (NDE)

Non Taxable Income (NTI)

[email protected] 60

Page 61: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPPh 21 DitunjangPPh 21 Ditunjang vsvs DitanggungDitanggung

Bentuk Kompensasi PPh Badan PPh Pasal 21

PPh 21 Ditunjang

(Gross Up)

Deductible Expense (DE)

Taxable Income (TI)

PPh 21 Ditanggung

Non Deductible Expense

(NDE)

Non Taxable Income (NTI)

[email protected] 61

Page 62: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO2. SUMBANGAN ATAU BIAYA BANTUAN

Sumbangan& Bantuan

Oleh perush dapat dalam rangka untuk tujuan:

Sosial

Pendidikan

Keagamaan

Komersial

Page 63: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO2. Sumbangan atau Bantuan

(Lanjutan)

Menurut Akuntansi: Pengeluaran untk sumbangan dan bantuan baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat komersial dpt dibebankan sebagai biaya usaha untuk mengurangi penda-patan bersih.

Menurut Fiskal: Menurut Peraturan Perpajakan apabila terja-di pengalihan harta sebagai bantuan, sumbangan atau hibah tidk boleh dibebankan sebagai beban biaya fiskal bagi pihak yg mengalihkan. Tetapi apabila sumbangan tsb dalam rangka hubungan kerja, hubungan usaha, atau hubungan kepemilikan jumlah nilai atau nilai sisa buku harta yg diserahkan tsb boleh dibebankan sbg biaya fiskal.

Page 64: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO2. Sumbangan atau Bantuan

(Lanjutan)

Sesuai dengan Konsep

Cost & Benefit

Apabila terjadi penerimaan harta sebagaimana karenapengalihan harta di atas bagi penerimanya harta

yang diterima tsb tidk termasuk penghasilan yang dike-nakan pajak dan boleh tidak diakui sebagai penghasilan

fiskal.

Page 65: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO3. PEMAKAIAN UNTUK KEPERLUAN PRIBADI

MenurutAkuntansi

Pemakaian untuk keperluan pribadi dapat terjadi karenapenarikan dana atau aktiva untuk keperluan pribadi (prive)

pemilik perusahaan atau pengeluaran/biaya untuk keperluanpribadi pemilik perusahaan.

Pengeluaran tsb tidak boleh dibebankan sebagai bebanbiaya usaha tetyapi dibebankan sbg pengurang modal

(prive) atau pembagian keuntungan (deviden).

Page 66: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO3. Pemakaian untuk Keperluan Pribadi (Lanjutan)

MenurutFiskal

Menurut Peraturan Perpajakan pengeluaran perush untk ke-perluan pribadi tidk boleh dibebankan sbg biaya fiskal. Tapiprive di sini memiliki arti yg lebih luas yg a.l. termasuk:

1. Pengeluaran atau pemakaian penghasilan untk keperluan pribadi pe- gang saham, direksi, maupun pegawai.

2. Pembayaran bunga atas pinjaman yg dipakai untuk keperluan pribadi.

3. Pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi (kecuali yg di atur lain dalam peraturan mengenai PPh Pasal 21)4. Gaji untk pemilik badan usaha yg modalnya tidk terbagi atas saham (CV, Fa, dan persekutuan). Gaji pemilik tsb diakui sbg pengurang modal.

Page 67: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. BIAYA BUNGA

Fasilitas kredit atau hutang yang diterima akan mengakibat- kan perusahaan berkewajiban membayar beban biaya bunga.

MenurutAkuntansi

Biaya bunga yang dibayarkan oleh perush dapat dibe-bankan sbg beban biaya usaha yg akan mengurangi pen-dapatan bersih perusahaan.

Page 68: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. BIAYA BUNGA

MenurutFiskal

Menurut Peraturan Perpajakan, biaya bunga yg dibayarkan pd prinsipnya boleh dibebankan sbg biaya fiskal untk dikurangkan dari penghasilan bru-to. Bbrp syarat di mana biaya bunga dpt dibebankan sbg biaya fiskal yi:

1. Biaya bunga atas utang yg bukan untk keperluan pribadi.

2. Dalam hal struktur modal perusahaan yg ditunjukkan dgn rasio antara utang & modal (debt to equity ratio) yi menunjukkan bhw utang diatas batas kewajaran biaya bunga yg boleh dibebankan sbg biaya fiskal adalah sebatas yg berasal dari utang pd rasio yg wajar saja.

3. Dalam hal tingkat bunga utang melebihi kewajaran biaya bunga yg boleh dibebankan sbg biaya fiskal yi sebatas pd tk bunga yg wajar.

4. Dalam hal WP menempatkan dananya dalam bentuk deposito/tabungan biaya bunga yg boleh dibebankan sbg biaya fiskal adalah:

Page 69: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO4. Biaya Bunga (Lanjutan)

Pengecualian dari ketentuan di atas di mana biaya bunga pinjaman seluruhnya dapat dibebankan sebagai bunga fiskal adalah apabila:

1. Dana yg ditempatkan di bank adalah dalm bentuk reke- ning giro.2. Penempatan deposito/tabungan tsb merupakan keharus an (peraturan) misalnya: merupakan syarat dari suatu proyek atau pekerjaan.3. Dapat dibuktikan bhw deposito/tabungan tsb berasal dr tambahan modal atau sisa laba.

(Rata2 Pinjaman/bln – Rata2 Dep/Tab) X Tk Bunga Pinjaman

Page 70: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO5. PENJUALAN ATAU PENGALIHAN HARTA TETAP

Pengalihan harta tetap oleh perush dapt terjadi karena pen-jualan, pertukaran, atau penghapusan karena sebab luar biasa seperti: hilang, kebakaran, atau rusak berat.

MenurutAkuntansi

Apabila terjadi pengalihan harta tetap selisih lebih (atauselisih kurang) antara harga jual di atas nilai bukunya di

akui sebagai laba (rugi) atas penjualan harta tetap.

Page 71: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOPendanaan InvestasiPendanaan Investasi

Keterangan Saham Baru Pinjaman

Biaya Modal Dividen Bunga

Pengaruh PPh NDE DE

[email protected] Company Logo

Page 72: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOKasus PendanaanKasus Pendanaan

Perusahaan Perusahaan berencana berencana Menambah Menambah dana dana sebesar Rp 100 milyar. Perusahaan memsebesar Rp 100 milyar. Perusahaan mem--pertimbangkan pertimbangkan apakah apakah kebutuhan kebutuhan dana dana tersebut dilakukan dengan menambahkan tersebut dilakukan dengan menambahkan modal modal (melalui (melalui setoransetoran pemegang pemegang sa sa--ham) atau ham) atau dengan cara meminjam meladengan cara meminjam mela--lui lui Bank. Bank. JikaJika meminjam meminjam melaluimelalui bank bank akan akan dikenakan dikenakan BiayaBiaya bunga bunga 10% per 10% per--tahun.tahun.

BagaimanakahBagaimanakah implikasi implikasi pajakpajak atas dua atas dua pilihan pendanaan tersebut ?pilihan pendanaan tersebut ?

[email protected] Company Logo

Page 73: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGOJawaban Pendanaan

Tambahan Modal Pinjaman Bank

Biaya modal: Dividen

Bukan Biaya di PPh Badan

Biaya Modal: Bunga

Biaya yang boleh dikurangkan di

PPh Badan

[email protected] Company Logo

Page 74: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

[email protected]

TERIMA KASIH

SEE YOU AGAINSEE YOU AGAIN

HS

K

T

Page 75: P2EB - Akuntansi Pajak 03

LOGO

Click to edit company slogan .

[email protected]