MAKALAH AKUNTANSI PAJAK

40
AKUNTANSI ATAS BIAYA ATAU BEBAN ( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pajak ) Oleh : Fajriah Halil 201210170311163 Riris Nofitasari 201210170311165 Aisa Rahma Syarif 201210170311170 Erpinatilopa 201210170311180 Erwin Fitra Badare 201210170311183 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

description

Akuntansi Biaya berdasar pajak

Transcript of MAKALAH AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI ATAS BIAYA ATAU BEBAN( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pajak )

Oleh :Fajriah Halil 201210170311163

Riris Nofitasari201210170311165

Aisa Rahma Syarif 201210170311170

Erpinatilopa201210170311180

Erwin Fitra Badare 201210170311183

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

25

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Akuntansi Atas Pendapatan/Penghasilan ini dapat diselesaikan sesuai rencana.Makalah ini menjelaskan bagaimana perlakuan akuntansi atas pendapatan, pengakuan pendapatan, pengukuran pendapatan sampai dengan penyajian dan pengungkapan pendapatan menurut PSAK. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Allah SWT dan junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.2. Bapak Budi Santoso SE., Ak., MSA., CA. sebagai dosen pengampu mata kuliah akuntansi perpajakan.3. Rekan penulis, seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang4. Semua pihak yang telah membantu penulis.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 4 April 2015

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...........................................................................................................2DAFTAR ISI..........................................................................................................................3BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang............................................................................................................4B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4C. Tujuan.........................................................................................................................4BAB II PEMBAHASANB. Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan Dan PSAK..........................................5B.1 Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.....................................................5B.2 Biaya Menurut PSAK......................................................................................11C. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi.................................................................11D. Biaya Yang Tidak Boleh Dibebankan.......................................................................15E. Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan.............18F. Kompensasi Kerugian...............................................................................................21G. Akuntansi Perpajakan..............................................................................................23BAB III PENUTUPH. Kesimpulan................................................................................................................24DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................25

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBerdasarkan pada pandangan bahwa undang-undang pajak penghasilan mengenai pemajakan yang berbasis neto (net basis of taxition). Basis tersebut berarti pengeluaran pajak didasarkan pada penghasilan bruto (gross income) dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran dan pengurangan lainnya yang di perkenankan oleh undang-undang.Secara komersial sebagaimana diataur dalam SAK bahwa dalam laporan laba rugi biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis pada masa mendatang sehubungan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban yang dapat diukur dengan modal. Alternatif lainnya, biaya juga diakui dengan mendasarkan pada analisis hubungan antar biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh sehubungan dengan terdapat beberapa perbedaan perlakuan yang sering menimbulkan koreksi biaya. Pada bab ini akan disampaikan bagaimana praktik akuntansi komersial ini membahas masalah biaya yang sekaligus dikaitakan dengan akauntansi pajaknyaserta teknik mengompensasikan kerugian yang menurut undang-undang perpajakan memang diperkenankan.B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian biaya menurut undang-undang perpajakan dan PSAK?2. Apa Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi?3. Apa Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan?4. Apa Biaya yang tidak boleh dibebankan?5. Bagaimana klasifikasi biaya sesuai aturan pelaksanaan UU Perpajakan?6. Bagaimana konsep kerugian?C. Tujuan 1. Untuk mengetahui biaya menurut Undang-undang perpajakan dan PSAK.2. Untuk mengetahui Konsep (metode) Pencatatan Akuntansi.3. Untuk mengetahui Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan.4. Untuki mengetahui Biaya yang tidak boleh dibebankan.5. Untuk mengetahui klasifikasi biaya sesuai aturan pelaksanaan UU Perpajakan.6. Untuk mengetahui konsep kerugian.BAB IIPEMBAHASANB. Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan Dan PSAKB.1 Biaya Menurut Undang-Undang PerpajakanSaat pengukuran biaya dalam ketentuan perpajakan pada umumnya disesuaikan dengan cara pencatatan yang dipakai dalam pembukuan perusahaan apakah metode kas (cash method) atau metode akrual (acrual method).Apabila menggunakan metode kas maka biaya diakui pada saat pembayaran sedangkan bagi perusahaan yang menggunakan metode akrual, maka biaya diakui pada saat terutangnya tanpa memperhatikan pembayaran. Dalam hal pembebanan biaya ini dilakukan pengaitan (matching) dengan penghasilan yang menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu sebagai berikut:1. Sebab Akibat (Kausalitas)Pada pendekatan sebab akibat ini mengaitkan biaya ini secara langsung dengan penghasilan. Pengakuan biaya sebagai beban dalam periode diakuinya penghasilan. Contoh konkret yaitu persediaan sebagai penyebab dari hasil penjualan (penghasilan pada masa mendatang, diakuinya sebagai biaya alokasi harga pokok pada saat persediaan tersebut dijual).2. Alokasi Sistematis Dan RasionalPada pendekatan ini tidak mengaitkan secara langsung biaya dengan penghasilan tetapi biaya dialokasikan secara sistematis dan rasional dengan penghasilan atas dasar masa manfaat. Contoh konkret terletak pada aset tetap, alokasi biayanya segera pada tahun tersebut sebagai pengurang terhadap penghasilan atau dilakukan penundaan atau dikurangkan dengan penghasilan di masa mendatang melalui alokasi penyusutan dan amortisasi. 3. Pengakuan SegeraPendekatan pengakuan segera ini yaitu terhadap biaya yang dapat dikaitkan dengan penghasilan melalui pendekatan kesatu atau pendekatan kedua akan dibebankan segera terhadap penghasilan pada yahun pengeluaran. Sebagi contoh konkret yaitu biaya pendirian, biaya emisi, dan lain sebagainya.Untuk tujuan perpajakan, atas dasar pertimbangan penerimaan dan pengaruh sosial ekonomi, tidak seluruh biaya dapat dikurangkan terhadap penghasilan sehingga apabila dibandingkan, komponen biaya menurut akuntansi komersial dapat dikoreksi yang memengaruhi penghasilan.Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan yaitu sebagai berikut:1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh wajib pajak dapat puladibedakan sebagai berikut:1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses)Pengeluaran yang dapat diebankan sebagai biaya adalah pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaatdari pengeluaran tersebut.2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya (nondeductible expenses)Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakanobjek pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Oleh karena itu, pengeluaran yang melampaui batas kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.aPenghasilan bruto dari usaha

(pasal 4 ayat 1) sebesarRp 300.000.000,00

bPengahsilan bruto lainnya yang bukan merupakan objek pajak

(Pasal 4 ayat 3)Rp 200.000.000,00

JUMLAH PENGAHSILAN BRUTO Rp 500.000.000,00

Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berkenan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bungan, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya promosi, dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan:Biaya di maksud adalah biaya-biaya yang lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari yang di bebankan pada tahun pengeluaran yang diperlukan persyaratan hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Sebagai contoh, bunga atas pinjaman yang di gunakan untuk membeli saham atau mengakuisisi saham pendiri tidak dapat dibebankan sebagai biaya dengan syarat deviden yang diterima bukan objek pajak, kecuali bunga atas pinjaman tersebut di gunakan untuk melakukan penyertaan perusahaan yang baru berdiri atau untuk membeli sebagian right issue perusahaan yang lama berdiri. Bunga pinjaman yang tidak boleh di biayakan akan dikapitalisasi. Khusus untuk biaya promosi harus memeperhatikan/ membedakan hakikat yang benar-benar untuk promosi dengan sumbangan. Biaya promosi dan penjualan yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto di atur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan. Pengeluaran pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pengahsilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sevagai biaya. Sebagaicontoh, PT Aman memperoleh penhasilan bruto yang terdiri atas: Bila di ketahui biaya-biaya yang dbebankan sebesar Rp 250.000.000,00 maka biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pengahsilan dapat dihitung 3/5 x Rp 250.000.000,00= Rp 150.000.000,00.Hal lainnya seperti bunga atass pinjaman yang digunakan untuk membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang diterima tidak merupakan objek pajak sesuai Pasal 4 ayat 3 huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut akan dikapitalisasi sebagai penambahan harga perolehan saham.2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun : Terdapat pengeluaran pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud dan aset tak berwujud sert pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaatnya melalui penyusutan untuk aset tak berwujud. Sedangkan terhadap pengeluaran sebagai pembayaran dimuka seperti pembayaran sewa di muka untuk beberapa tahun, misalnya 3 tahun, pembebanannya dilakukan melalui alokasi sesuai masa manfaatnya yaitu selama 3 tahun. 3. Iuran kepada dana pensiun telah tegasdibatasi yaitu yang pendiriannya telah di sahkan oleh Mentri Keuangan. Oleh karena itu, terdapat iuran dana pensiun yang pembayarannya kepada dana pensiun di mana pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Mentri Keuangan tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan aset yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk untuk mendapatkan , menagih dan memelihara pengahasilan. Sering terjadi bahwa penjualan atau pengalihan aset yang menurut tujuannya semula tidak dimaksudkan dijual atau dialihkan kepada konsumen, namun untuk dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Apabila terjadi kerugian atas transaksi penjualan atau pengalihan seperti itu , maka kerugian tersebut boleh dibebankan sebagai biaya. Kerugian karena penjualan atas pengalihan aset yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan , menagih dan memelihara penghasilan, tentu tidak boleh di krangkan dari pengahsilan bruto.

5. Kerugian selisih krus mata uang asingKerugia selisih krus mata uang asing ini diakibatkan adanya fluktuasi krus sehari-hari, terutama dalam kondisi krisi moneter. Pembebanan selisih krus dilakukan berdasarkan sistem pembukuan perusahaan yang dianut dengan syarat taat asas (konsisten) sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Kemungkinan dalam melakukan pembukuan, wajib pajak mendasarkan pada krus tetap, maka pembebanan kerugian selisih krus dilakukan pada saat realisasi atas perkiraan mata uang tersebut. Sebaliknya , apabila menggunakan krus tengah Bank Indonesia atau krus pada akhir tahun. Kerugian selisih krus dibukukan dalam perkiraan sementara di neraca dan pebebanan secara bertahap sesuai realisasi mata uang tersebut. 6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di indonesia. Pengeluaran perusahaan untuk penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya. Dengan diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya inilah diharapkan lebih meningkatkan masalah penelitian dan pengembangan IPTEK agar proses alih teknologi dapat dipercepat.7. Biaya beasiswa,magang dan pelatihanBaya-biaya ini lebih ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanyabiaya beasiswa yang di berikan kepada pelajar, mahasiswa dan pihak lain magang, dan pelatihan diperkenankan untuk di bebankan sebagai biaya dengan tetap memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan.8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat di tagih, dengan syarat :a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.b. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat di tagih kepada Direktorat Jendral Pajak;dan c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya Perjanjian tertulis mengenai Penghapusan Piutang/Pembebasan Utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k Undang-Undang Pajak Penghasilan yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.Piutng yang nyata-nyata tidak dapat ditagih diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya dengan syarat Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial dan telah dilakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir. Pengertian penerbitan umum atau khusus bukan berarti berskala nasional tetapi dapat pula penerbitan internal asosiasidan sejenisnya9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.

B.2 Biaya Menurut PSAK1. Biaya Bunga (Interest Cost) adalah kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti yang timbul selama suatu periode karena periode tersebut semakin dekat dengan penyelesaian. [PSAK 24] 2. Biaya Jasa Kini (Current Service Cost) adalah kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja dalam periode berjalan. [PSAK 24] 3. Biaya Jasa Lalu (Past Service Cost) adalah kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja pada periodeperiode lalu, yang berdampak terhadap periode berjalan akibat penerapan awal atau perubahan terhadap imbalan pascakerja atau imbalan kerja jangka panjang lainnya. Biaya jasa lalu dapat bernilai positif (ketika imbalan diadakan atau diubah sehingga nilai kini kewajiban imbalan pasti meningkat) atau negatif (ketika imbalan yang ada diubah sehingga nilai kini kewajiban imbalan pasti menurun). [PSAK 24] 4. Biaya Pelepasan adalah tambahan biaya yang secara langsung terkait dengan pelepasan aset atau unit penghasil kas, tidak termasuk biaya pendanaan dan beban pajak penghasilan. [PSAK 48] 5. Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar sumber daya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset pada saat aset tersebut diakuisisi atau dibangun, atau saat tersedia, nilai tersebut diatribusikan pada aset ketika pengakuan awal sesuai dengan persyaratan tertentu PSAK. [PSAK 19] 6. Biaya Untuk Menjual adalah biaya tambahan yang secara langsung dapat diatribusikan kepada pelepasan aset (atau kelompok lepasan), selain biaya keuangan dan beban pajak penghasilan. [PSAK 58] C. Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansia. Cash BasisAcrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain Akuntansi Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan. Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan, jika kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti halnya dengan dasar akrual hal ini berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan, kedua teknik tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika menggunakan dasar akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan secara kredit akan menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi. Cash Basis Pengakuan Biaya :Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh : usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :1. Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basisa. Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.b. Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam penghitungan pendapatan.c. Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar mencerminkan posisi yang sebenanya.d. Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.e. Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang ada pada saat laporan tersebut.f. Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas yang belum tertagih.

2. Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basisa. Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.b. Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.c. Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.d. Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).e. Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.f. Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.g. Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya karena selalu berpatokan kepada kas.b. Accrual BasisBasis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan.Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi, Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.Acrual Basis Pengakuan biaya :Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut : Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis1. Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.2. Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpercaya.3. Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.4. Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk menggunakan basis akural).5. Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.6. Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.7. Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima dapat diakui sebagai pendapatan.8. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.9. Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga dapat mengurangi risiko kerugian. KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis1. Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.2. Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.3. Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat mengurangi pendapatan perusahaan.4. Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan perusahaan.5. Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.D. Biaya Yang Tidak Boleh DibebankanTidak setiap pengeluaran itu boleh dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan. Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur yaitu untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak boleh dikurangkan, yaitu sebagai berikut:1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.Pengeluaran-pengeluaran seperti tersebut diatas tidak boleh dikurangkan dari penghasilan badan yang dibagikan karena pembagian laba tersebut merupakan bagian dari penghasilan badan yang akan dikenakan pajak sesuai perundang-undangan perpajakan. Ketentuan inilah sebagai wujud pelaksanaan classical system yang dianut oleh undang-undang perpajakan. Dengan dasar pemikiran bahwa perusahaannya dan pemegang saham sama-sama sebagai subjek hukum tetapi terpisah sehingga terhadap laba yang telah dikenakan pajak pada tingkat badan apabila selanjutnya dibagikan kepada pemegang saham akan dikenai pajak.2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota.Secara akuntansi komersial pun bahwa biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya. Demikian pula pada akuntansi pajak sebagai contoh perbaikan rumah pribadi, biaya premi asuransi yang dibayar perusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham atau keluarganya, dan lain sebagainya.3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha bank dan sewa dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.Dalam praktik akuntansi komersial seperti perbankan atau lembaga keuangan lainnya termasuk juga leasing dengan hak opsi diperkenankan untuk membentuk cadangan piutang tidak tertagih. Besarnya cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha perbankan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Dalam akuntansi pajak sewakerugian dan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibukukan ke dalam cadangan penghapusan piutang tidak tertagih. Sedangkan kekurangan atau kelebihan cadangan itu sebagai koreksi Penghasilan Kena Pajak pada akhir tahun.4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.Jenis-jenis pengeluaran diatas tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya atau pengurangan penghasilan bruto apabila dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi. Kebalikannya apabila Wajib Pajak Orang Pribadi selanjutnya menerima santunan asuransi otomatis bukan merupakan objek pajak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan unsur pengecualian bagi Wajib Pajak Orang Pribadi.5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.Pasal 4 ayat (3) huruf d meemberikan penjelasan bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dianggap sebagai objek pajak, dengan sendirinya tidak boleh dibebankan sebagai biaya bagi si pemberi kerja. Namun khusus untuk kepentingan daerah tertentu (dikenal dengan daerah terpencil) diberlakukan berbeda, artinya dapat dibebankan sebagai biaya bagi si pemberi kerja. Hal ini dimaksudkan guna menunjang kebijakan pemerintah untuk lebih mendorong pembangunan di daerah. Imbalan dalam bentuk pemberian kepada pegawai berupa penyediaan makanan dan minuman di tempat kerja untuk seluruh pegawai secara bersama-sama ataupun pemberian natura yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam keamanan, antar jemput karyawan, serta penginapan awak kapal dan sejenisnya tersebut bukan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan yang menerimanya. Tetapi biaya tersebut diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya perusahaan (pemberi kerja).6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.Dapat terjadi di perusahaan adanya pembayaran imbalan yang diberikan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan. Pengeluran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya asalkan jumlahnya wajar sesuai kelaziman usaha yang sering disebut dengan sound business practices. Sebagai contoh seorang tenaga ahli itu sebagai pemegang saham dari perusahaan dengan imbalan sebesar Rp8.000.000,00. Ternyata jasa yang sama diberikan oleh tenaga ahli lainnya yang mempunyai keahlian yang sama dibayar Rp3.000.000,00 dianggap tidak wajar. Selisihnya sebesar Rp5.000.000,00 dapat dianggap sebagai dividen atau disebut constructive dividend.7. Harta yang dihibahkan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil (termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan) serta bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak. Zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan serta warisan.8. Pajak PenghasilanPajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang terutamg oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Dalam penentuan tarif pajak terdapat teori yang dikenal dengan rate of tax reckoned on a tax-inclusive basis, yang berarti tarif pajak diterapkan atas penghasilan termasuk pajak itu sendiri. Teori ini dianut oleh undang-undang Pajak Penghasilan, sehingga apabila terdapat penghasilan badan Rp50.000.000,00 dianggap belum dikurangi pajak atau dengan kata lain Pajak Penghasilan merupakan bagian dari penghasilan tersebut. Dalam praktik akuntansi komersial Pajak Penghasilan tidak dianggap sebagai biaya dan dengan demikian tidak mengurangi Penghasilan Kena Pajak.9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.Dalam praktik auntansi komersial dikenal bahwa perlu dibedakan antara pengeluaran untuk memperoleh penghasilan atau business expenditure dengan pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai business expenditure yang diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan, serta sanksi pidanaE. Klasifikasi Biaya Sesuai Aturan Pelaksanaan Undang-Undang PerpajakanKlasifikasi atau penetapan biaya yang diperkenankan untuk dibebankan dan biaya yang tidak diperkenankan untuk di bebankan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan seperti yang telah dijelaskan, umumnya diikuti pula dengan aturan pelaksanaannya dengan bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, atau Peraturan direktur Jendral Pajak. pada bagian ini akan disampaikan beberapa aturan pelaksanaan dimaksud yang aplikasinya dalam bentuk latihan soal.1. Biaya Program Jamsostek (Integrasi BPJS Kesehatan)a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).Besarnya premi yang dibayarkan oleh perusahaan dapat dibebankan dan bagi karyawan sebagai penghasilan ssehingga sebagai objek PPh Pasal 21. Sedangkan karyawan atau keluarga penerima penggantian pengobatan atau santunan yang diterima kelurga bukan objek PPh pasal 21.b. Jaminan Hari Tua (JHT)Besarnya premi yang dibayar perusahaan dapat dibebankan sebagai biaya/pengurangan penghasilan bruto dan bagi karyawan bukan merupakan objek PPh pasal 21. Karyawan yang menerima pesangon merupakan penghasilan objek PPh pasal 21 yang penanganannya bersifat final.2. Biya Pengobatan Pembebanan biaya pengobatan ini perlu diperhatikan cara pembayarannya, yaitu ;a. Biaya pengobatan karyawan yang dibayar perusahaan langsung ke rumah sakit atau dokter dan apotek, pembayaran tersebut sebagai pemberian kenikmatan sehingga tidak boleh dibiayakan dan bukan objek PPh pasal 21 bagi penerimanya.b. Biaya penggantian pengobatan, pemberian tunjangan pengobatan, uang pengobatan, sebagai biaya yang dapat dikurangkan terhadap penghasilan bruto dan objek PPh pasal 21.3. Biaya Rekreasi dan OlahragaBiaya ini juga dianggap sebagai kenikmatan karyawan, sehinggan tidak boleh dibebankan dan bukan objek PPh pasal 21.4. Biaya PerumahanBiaya perumahan/sewa rumah tidak diperkenankan untuk dibebankan tetapi dikecualikan apabila karyawan yang bersangkutan diberikan tunjangan sewa rumah.5. Biaya Kendaraan DinasUntuk biaya kendaraan dinas sebagai kendaraan operasional yang tidak dibawa pulang, segala biaya yang melekat pada kendaraan seperti penyusutan, pemeliharaan, dan lain-lain boleh dibebankan ke perusahaan. Kendaraan bus dan sejenisnya untuk antar-jemput karyawan (tidak termasuk sedan) biaya penyusutannya termasuk kelompok 2 boleh dibebankan ke perusahaan. Namun untuk kendaraan termasuk sedan yang digunakan karyawan tertentu karena jabatannya dan dibawa pulang oleh karyawan yang bersangkutan, pembebanannya diperkenankan hanya lima puluh persen yang mjulai berlaku 18 April 2002 (kep. 220/PJ./2002). Penyusustan aset tersebut dalam kelompok 2.6. Telepon Seluler KaryawanMengikuti kep.220/PJ./2002 yang diberlakukan mulai 18 April 2002, terhadap telepon seluler yang dimiliki dan digunakan perusahaan pegawaitertentu karena jabatan atau pekerjaannya, pembebanan biaya yang diperkenannkan adalah biaya penyusustan sebesar 50% dengan kelompok 1. Sedangkan untuk biaya pulsa, pembebanannya diperkenankan juga 50%.7. Sesuai dengan pasal 3 PP No. 138 tahun 2000, yaitu Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan pasal 9 ayat (8) Undang-Undang PPN dan PPnBM dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali :a. Pajak masukan sesuai pasal 9 ayat (8) huruf f dan huruf g Undang-undang PPn dan PPnBM, sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa pajak masukan tersebut benar-benar telah dibayar;b. Pajak masukan diperkenankan dengan pengeluaran yang tidak dikurangkan dalam menentukan pesarnya penghasilan kena pajak sesuai dengan pasal 9 ayat (1) UU Pajak penghasilan.8. Pajak masukan (PP No. 138 tahun 2000) diperkenankan sebagai pengurang dengan penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) sehubungan dengan pengeluaran untuk memperoleh aset berwujud serta biaya lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sesuai pasal 11 dan pasal 11A Undang-Undang Pajak penghasilan, yang terlebih dahulu harus dikapitalisasi dengan pengeluaran tersebut dan dibebankan melalui penyusustan atau amortisasi.9. Pasal 4 PP No. 138 tahun 2000 yaitu pengeluaran dan biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap termasuk :a. Biaya untuk mendapatkan, ,menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;b. Biaya u tuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final;c. Biaya yang mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang diekanakan pajak berdasarkan Norma Perhitungan penghasilan neto sebagaiman dimaksdukan dalam pasal 14 dan Norma Perhitungan Khusus sebagaiman dimaksudkan dalam pasal 15 Undang-Undang Pajak penghasilan;d. Pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk deviden sepanjang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan kedalam perhitungan dasar untuk pemotongan pajak.e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan digunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.10. Pemberian natura atau kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dapat dibebankan dan bukan merupakan objek PPh Pasal 21. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 466/KMK.04/2000 dan Keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep. 213/PJ/2001 yang perlu diperhatikan adalah daerah terpencil.Harus mendapat persetujuan dari Direktur jendral Pajak, dengan melihat :a. Tempat tinggal termasuki perumahan bagi pegawai dan keluarganya, epanjang dilokasi kerja tidak ada tempat tinggal yang dapat disewa.b. Pelayanan kesehatan, sepanjang di lokasi kerja tersebut tidak ada sarana kesehatan.c. Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya, sepanjang dilokasi kerja tersebut tidak ada sarana pendidikan yang setara.d. Pengangkutan bagi pegawai dilokasi kerja, sedangkan untuk keluarga terbatas pada kedatanagn pertama dan kepergian pegawai karena terhentinya hubungan kerja. e. Olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk boling, golf, atau pacuan kuda sepanjang tidak tersedia sarana dimaksud.11. Biaya entertaiment, Representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya kecuali SE-27/PJ.22/1986 tidak diperkenankan untuk dibebenkan, tetapi apabila di bebenkan disyaratkan adanya daftar nominatif (bukti) yang dilampirkan dalam SPT tahunan PPh.12. Pajak daerah dan retribusi daerah dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak sepanjang memenuhi sayarat yang memenuhi ketentuan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah; berkaitan langsung dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tidakbersifat final dan/atau tidak berdasarkan norma perhitungan penghasilan neto; dan tidak termasuk sanksi berupa bunga, denda, dan atau kenaikan.F. Kompensasi KerugianTerdapat dua macam kompensasi kerugian yaitu:1. Kompensasi HorizontalKompensasi ini diterapkan apabila wajib pajak dalam tahun pajak yang bersamaan memperhitungkan kompensasinya antara penghasilan suatu bidang usaha dengan princian dan bidang usaha lainnya.2. Kompensasi VertikalDalam kompensasi vertikal ini dilakukan yaitu dengan jalan wajib pajak untuk mengompensasikan penghasilan suatu tahun pajak dengan kerugian tahun sebelumnya. Undang-undang pajak penghasilan menganut kompensasi vertikal.Apabila penghasilan bruto dari wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap setelah dilakukan pengurangan-pengurangan sesuai dengan pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan seperti diatas didapat kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama lima tahun berturut-turut dimulai darai tahun pajak berikutnya sesudah tahun didapatkan kerugian tersebut.Contoh: Pada tahun 2009, PT A menderita kerugian fiskal sebesar Rp. 1.200.000.000,00. Dalam lima tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. A sebagai berikut:2010 Laba Fiskal Rp. 200.000.000,002011 Rugi Fiskal Rp. (300.000.000,00)2012 Laba Fiskal NIHIL2013 Laba Fiskal Rp. 100.000.000,002014 Laba Fiskal Rp. 800.000.000,00Kompensasi Kerugian dilakukan sebagai berikut:Rugi Fiskal Tahun 2009 (1.200.000.000,00)Laba Fiskal Tahun 2010 200.000.000,00(+)Rugi fiskal tahun 2011 (300.000.000,00)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (1.000.000.000,00)*Lab fiskal tahun 2011 NIHILSisa rugi fiskal tahun 2009 (1.000.000.000,00)Laba fiskal tahun 2013 100.000.000,00(+)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (900.000.000,00)Laba fiskal tahun 2014 (800.000.000,00)(+)Sisa rugi fiskal tahun 2009 (100.000.000,00)

G. Akuntansi PerpajakanRugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa pada akhir tahun 2014, tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2011. Sedangkan rugi fiskal 2011 sebesar Rp. 300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016. Kompensasi ini hanya diberlakukan apabila wajib pajak menyelenggarakan pembukuan. Dalam praktik akuntansi komersial, kompensi kerugian vertikal ini dilakukan secara otomatis yaitu dalam akun saldo laba karena hasil operasi akhir tahun (penghasilan setelah pajak) selalu di lakukan ke akun saldo laba. Sementara akuntansi pajak perlu diperhatikan bahwa perhitungan laba fiskal berada diluar ekstra komtbale (di luar jalur pembukuan). Sebenarnya cara akuntansi komersial itulah lebih sederhana.Bagi perusahaan yang mempunyai cabang-cabang di luar negeri, sesui penjelasan pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan, tidak dapat mengonsolidasikan kerugian yang di derita cabang luar negeri ini selalu dikenakan pajak tanpa memperhitungkan kerugian.

BAB IIIPENUTUPH. KesimpulanBiaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa barang dan jasayang di ukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang bisa meningkatkan laba di masa yang akan datang.Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam dua (2) golongan yaitu sebagai berikut:3. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak tidak lebih dari satu (1) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu (1) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan misalnya, gaju, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan sebagainya.4. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun.Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari (1) satu tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo., 2012.,Akuntansi Pajak.,Jakarta.,Salemba Empathttps://wwwacademia.edu/7304286/Akuntansi_Beban_Kelompok (di akses pada tanggal 3/4/2015) https://krissantoo.wordpress.com (di akses pada tanggal 3/4/2015)