Adaptasi BBL

22
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TUGAS SEMESTER PENDEK BLOG REPRODUKSI KELOMPOK 1 Oleh: Rindika Illa Kurniawan 115070200111036 Rismaya Novitasari 115070200111041 Jummani 115070201111012 Isroah 115070201111031 Asmawati Fitriana J 115070201111051 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

description

BBL

Transcript of Adaptasi BBL

Page 1: Adaptasi BBL

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR

TUGAS SEMESTER PENDEK BLOG REPRODUKSI

KELOMPOK 1

Oleh:

Rindika Illa Kurniawan 115070200111036

Rismaya Novitasari 115070200111041

Jummani 115070201111012

Isroah 115070201111031

Asmawati Fitriana J 115070201111051

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Adaptasi BBL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak baru lahir atau bayi merupakan hal terindah bagi orang tua. Ibu

pada khususnya merelakan tingkat stress tinggi dan tingkat nyeri yang tak kecil

hanya untuk berusaha mengeluarkan bayi ke lingkungan. Namun hanya sedikit

orangtua yang mengetahui berbagai respon bayi yang baru lahir tersebut.

Bayi Baru Lahir (BBL) memiliki berbagai macam respon tubuh. Respon

tubuh bayi baru lahir ini difungsikan untuk berbagai macam hal, contohnya untuk

menutup saluran atau foramen yang ada pada area jantung, untuk membentuk

respon agar bayi dapat segera bernafas, untuk membentuk respon agar bayi

dapat menghisap dan masih banyak lagi.

Banyak orang tua yang menganggap respon bayi baru lahir merupakan

respon yang tidak baik. Orang tua masih banyak yang menganggap respon bayi

baru lahir samaa dengan respon orang dewasa, contohnya bayi dilarang

menghisap benda asing seperti jarinya sendiri. Hal tersebut adalah salah karena

reflek untuk menghisap telah ditakdirkan ada untuk bayi.

Melihat hal diatas, kami bertekat untuk membuat makalah ini. Makalah

yang berjudul “Adaptasi Bayi Baru Lahir” diharapkan mampu menambah

wawasan bagi pembaca, serta mampu bermanfaat bagi halayak banyak.

1.2 Manfaat

1. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang

adaptasi bayi segera setelah lahir

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengenali berbagai macam respon bayi baru lahir

2. Mahasiswa mampu menjelaskan adaptasi bayi setelah lahir dengan

benar

Page 3: Adaptasi BBL

BAB II

PEMBAHASAN

Perubahan fisiologi pada BBL (Bayi Baru Lahir) merupakan suatu proses

adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstrauteri.

Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intrauteri

(Hidayat, A Aziz Alimul. 2008). Perubahan fisiologis BBL diantaranya:

1. Sistem Pernafasan

Perubahan sistem ini diawali dari perkembangan organ paru itu

sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkeolus serta

alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat

menentukan proses pematangan dalam sistem pernafasan. Proses

perubahan BBL adalah dalam hal bernafas yang dapat dipengaruhi oleh

keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan ranganan fisik (lingkungan)

yang merangsang pusat pernafasan medulla oblongata di otak. Selain itu

juga terjadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama

persalinan, sehingga merangsang udara kedalam paru, kemudian

timbulnya pernafasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernafasan itu

sendiri dengan sistem kardiovaskular dan susunan saraf pusat. Selain itu

adanya surfaktan dan upaya respirasi dalam bernafas dapat berfungsi

untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangan jaringan

alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat mengurangi

tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus

untuk mencegah kolaps (Betz dan Sowden. 2002; dalam Hidayat, A Aziz

Alimul. 2008).

BBL akan bernafas dengan cepat dan biasanya frekuensi

pernafasannya sedikit melebihi 40x/menit. Untuk membantu

pernafasannya bayi akan menggunakan otot perut dan biasanya nafas

tersebut juga dibarengi dengan tangisan. Tangisan tersebut akan

membantu mengembangan paru dengan baik. Irama pernafasan biasanya

tidak teratur dalam beberapa jam setelah lahir (Ferrer, Helen. 1999).

Page 4: Adaptasi BBL

Surfaktan tidak muncul begitu saja saat kelahiran. Peristiwa

selama persalinan dan pelahiran normal akan menciptakan stress. Stress

persalinan menginduksi pengeluaran katekolamin, adrenalin,

nonadrenalin dalam tingkat tinggi, yang member manfaat pada

perubahan kardiovaskular dan dalam hubungannya dengan produksi

steroid akan menginduksi sekresi surfaktan (Henderson, Christine; Jones,

Katgleen. 2005).

2. Sistem Peredaran Darah

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada

BBL, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran darah

yang mengandung oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat

perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan

penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta (Betz dan

Sowden. 2002; dalam Hidayat, A Aziz Alimul. 2008). Paru-paru akan

mengembang dengan dimulainya respirasi, dan pengembangan paru ini

akan membuka pulmonary capillary bed sehingga terjadi tekanan negatif.

Darah kini mengalir dari arteri pulmonaris lewat paru-paru (untuk

mengimbangi tekanan negatif tersebut) bagi keperluan oksigenasi,

Duktus arteriosus akan berkontrasi dengan mengembangnya paru-paru

dan akhirnya duktus ini akan menjadi ligamentum penyangga di dalam

toraks (Ferrer, Helen. 1999).

Peningkatan aliran darah ke paru-paru mengurangi tekanan pada

jantung sisi yang kanan dan meningkatkan tekanan pada sisi yang kiri.

Sekarang tekanan dalam jantung sudah sama besar sehingga foramen

ovale tidak lagi dipaksa terbuka dan dengan demikian lubang ini akan

menutup (Ferrer, Helen. 1999).

Pembuluh darah umbilikus akan berkontraksi pada saat lahir.

Bekuan darah akan terbentuk dalam arteri serta vena umbilikalis dan

dalam duktus venosus serta arteri hipogastrika (Ferrer, Helen. 1999).

Keempat struktur ini tetap ada sebagai pita jaringan fibrosa dan hal ini

Page 5: Adaptasi BBL

membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Betz dan Sowden. 2002; dalam

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008).

3. Sistem Integumen

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir tetapi masih

belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan

sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfusi dengan epidermis dan berfungsi

sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak

dengan mudah. Bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan tampak

gemuk. Lanugo halus terlihat di wajah, bahu dan punggung. Edema dan

ekimosis (memar) dapat timul akibat presentasi muka atau kelahiran

dengan forsep. Ptekie juga dapat timbul jika daerah tersebut ditekan.

Beberapa permasalahan yang dialami oleh bayi baru lahir terkait sistem

integument antara lain:

a. Kaput Suksedaneum: edema pada akulit yang ditemukan dini

akibat tekanan vertex yang lam pada serviks sehingga pembuluh

darah tertekan dan memperlambat aliran balik vena yang

memperlambat membuat cairan di kulit daerah kepala meningkat

sehingga akibatnya menyebabkan edema/bengkak.

b. Sefalhematoma: perdarahan diantara periosteum dan tulang

tengkorak dan periosteumnya. Dengan demikian, sefaltoma tidak

pernah meleewati garis sutura chepal. Perdarahan dapat terjadi

pada kelahiran spontan akibat penekanan pada panggul ibu.

c. Deskuamasi : pengelupasan kulit. Pada kulit bayi tidak terjadi

sampai beberapa hari setelah lahir. Ini merupakan indikasi

ppascamaturitas.

d. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat: kelnjar keringat sudah ada

saat bayi baru lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespon terhadap

peningkatan suhu tubuh. Terjadi sedikit hyperplasia kelenjar

sebasea dan sekresi sebum akibat pengaruh hormone saat hamil.

e. Bintik mogolia: daerah pigmentasi biru kehitaman pada semua

permukaan tubuh termasuk ekstremitas.

Page 6: Adaptasi BBL

f. Nevi atau dikenal dengan gigitan burung bangau yaitu nevi

telangiektasis berwarna merah muda dan mudah memutih, terlihat

pada kelopak mata bagian atas, daerah hidung, bagian atas bibir,

tulang oksipital bawah dna tengkuk.

g. Eritema toksium: suatu ruam sementara, eritema toksium juga

disebut eritema neonatorum atau dermagalis gigitan kuku. Eritema

toksium memiliki lesi dalam berbagai tahap, yakni macula

eritematosa, papula dan vesikel kecil (Bobak, M Irene. 2005).

4. Sistem Pengaturan Tubuh, Metabolisme Glukosa, Gastrointestinal dan

Kekebalan Tubuh

a. Sistem Pengaturan Tubuh

Ketika bayi baru lahir dan langsung berhubungan dunia luar

(lingkungan) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air

ketuban menuap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah

bayi. Pada saat lingkuan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa

melalui mekanisme mengigil yang merupakan cara untuk

mendapatkan kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan

lemak cokelat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak

tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga

terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar

menjadi panas, bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya

cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stress dingin

bila bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemi (Hidayat,

A Aziz Alimul. 2008). Dan jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan

penurunan produksi surfaktan, seperti kita ketahui bahwa

surfaktan sangat dibutuhkan oleh bayi untuk pencegahan koleps

paru. Sehingga akan meninbulkan distress pernafasan (Nelwati.

2014).

Ketika terjadinya peningkatan metabolisme untuk membakar

glukosa, secara tidak langsung terjadi peningkatan konsumsi

oksigen yang mana akan meningkatkan RR dan jika hal tersebut

Page 7: Adaptasi BBL

tidak terpenuhi akan menyebabkan hipoksia. Jika hal tersebut

terjadi maka pH tubuh akan mengalami penurunan dan

menyebabkan BBL mengalami asidosis metabolisme (Nelwati.

2014).

b. Metabolisme Gula

Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa akan

dipertahankan oleh bayi itu sendiri serta mengalami penurunan

waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki

kondisi tersebut, maka dilakukan dengan menggunakan ASI,

penggunan cadangan glikogen (glikogenesis), dan pembuatan

glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis).

Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai

glikogen dalam hati (Hidayat, A Aziz Alimul. 2008).

c. Sistem Gastrointestinal

Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah dimulai.

Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.

Kemampuan menelan dan mencerna makanan masih sangat

terbatas, mengingat hubungan esophagus bawah dan lambung

masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan

kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30-90 cc (Hidayat, A

Aziz Alimul. 2008).

d. Sistem Kekebalan Tubuh

Pengembangan sistem imun pada bayi juga mengalami proses

penyesuaian dengan perlindungan oleh kulit membrane mukosa,

fungsi saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan

usus, serta perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah

akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian

kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan

Page 8: Adaptasi BBL

perkembangan usia (Jane Ball. 1999; dalam Hidayat, A Aziz Alimul.

2008).

Bayi juga memperoleh antigen dan imunitas pasif dari ibu

terhadapt jenis-jenis infeksi tertentu dalam waktu 6 minggu atau

lebih sebelum dilahirkan. Namun demikian, bayi ini meninggalkan

lingkungan yang steril untuk kemudian secara tiba-tiba bertemu

dengan banyak mikroorganisme dan antigen lainnya. Diperlukan

waktu beberapa minggu sebelum imunitas aktif terbentuk (Ferrer,

Helen. 1999).

5. Sistem Neuromuskular

Munculnya beberapa respon tubuh atau refleks pada bayi baru lahir,

antara lain:

a. Refleks moro

Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang

baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang

mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu

melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya

kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya. Refleks ini

berbeda dengan refleks lainnya yang termasuk dalam ketegori

gerakan motor. Refleks moro adalah peninggalan nenek moyang

primate kita dan refleks ini merupakan upaya untuk

mempertahankan hidup. Refleks ini merupakan keadaan yang

normal bagi semua bayi yang baru lahir, juga cenderung

menghilang pada usia 3 hingga 4 bulan. Sentuhan yang lembut

pada setiap bagian tubuh bayi akan menenangkan bayi yang

sempat terkejut. Memegang lengan bayi yang dilenturkan pada

bahu akan menenangkan bayi. Menurut para ahli, refleks moro ini

termasuk reaksi emosional yang timbul dari kemauan atau

kesadaran bayi dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu yg

singkat. Refleks moro ini timbul ketika bayi dikejutkan secara tiba-

Page 9: Adaptasi BBL

tiba atau mendengar suara yang keras. Bayi melakukan gerakan

refleks dengan melengkungkan punggungnya dan mendongakkan

kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan tersebut,

kaki dan tangan bayi digerakkan ke depan. Reaksi yang

berlangsung sesaat ini pada umumnya diiringi dengan tangisan

yang keras.

b. Refleks rooting

Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau

di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu

memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya,

dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks

menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3

hingga 4 bulan. Refleks digantikan dengan makan secara sukarela.

Refleks menghisap dan mencari adalah upaya untuk

mempertahankan hidup bagi bayi mamalia atau binatang

menyusui yang baru lahir, karena dengan begitu dia dapat

menemukan susu ibu untuk memperoleh makanan.

c. Refleks menghisap

Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda

menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi. Refleks

menghisap terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis

menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks

menghisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh

makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan

makanan. Menghisap adalah refleks yang sangat penting pada

bayi. Refleks ini merupakan rute bayi menuju pengenalan akan

makanan. Kemampuan menghisap bayi yang baru lahir berbeda

beda. Sebagian bayi yang baru lahir menghisap dengan efisien dan

bertenaga untuk memperoleh susu, sementara bayi bayi lain tidak

begitu terampil dan kelelahan bahkan sebelum mereka kenyang.

Page 10: Adaptasi BBL

Kebanyakan bayi yang baru lahir memerlukan waktu beberapa

minggu untuk mengembangkan suatu gaya menghisap yang

dikoordinasikan dengan cara ibu memegang bayi, cara susu keluar

dari botol atau payudara, serta dengan kecepatan dan

temperamen bayi waktu menghisap. Refleks menghisap adalah

suatu contoh refleks yang muncul saat lahir dan kemudian akan

menghilang seiring dengan usia bayi.

d. Refleks grasping

Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan

mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi

syaraf berkembang normal. Hilang setelah 3-4 bulan. Bayi akan

otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari

telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam tejadi ketika sesuatu

menyentuh telapak tangan bayi. Bayi akan merespons dengan

cara menggenggamnya kuat kuat. Pada akhir bulan ketika, refleks

menggenggam berkurang dan bayi memperlihatkan suatu

genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan dari

rangasangan visual. Misalnya, ketika bayi melihat suatu gerakan

yang berputar diatas tempat tidurnya, ia akan meraih dan

mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan motoriknya

semakin lancar, bayi akan menggenggam benda benda,

menggunakannya secara hati hati, dan mengamati benda benda

tersebut.

e. Refleks stepping

Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi

berdiri dan telapak kakinya menyentuh permukaan yang keras,

ibu atau orang tersebut akan melihat refleks berjalan, yaitu

gerakan kaki seperti melangkah ke depan. Jika tulang keringnya

menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya sepertiakan

melangkahi benda tersebut. Refleks berjalan ini akan hilang dan

Page 11: Adaptasi BBL

berbedadengan gerakan berjalan normal, yang ia kuasai beberapa

bulan berikutnya. Menurun setelah 1 minggu dan akan lenyap

sekitar 2 bulan.

f. Refleks neck tonis

Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada

lengan dan tungkai sisi ketika bayi Anda menoleh ke salah satu

sisi. Saat bayi pada posisi supine dan kepala menghadap ke satu

sisi, lengan dan tungkai kaki pada sisi itu berekstensi sementara

lengan dan tungkai kaki yang berlawanan pada posisi fleksi (posisi

netral). Sebagian besar, refleks ini akan hilang pada umur 6 bulan.

g. Refleks babinski

Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari

mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf

berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.

6. Sistem Hepatika (Hati)

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat

kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm

dibawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40%

rongga abdomen.

a. Penyimpanan Besi

Hati janin (berfungsi memproduksi Hb setelah lahir) mulai menyimpan

besi sejah dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan

besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat

bertahan sampai bulan kelima di luar rahim.

b. Konjugasi Bilirubin

Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam peredaran darah.

Bilirubin ialah pigmen yang berasal dari Hb yang terlebas saat

pemecahan eritrosit dan mioglobulin di dalam sel otot.

c. Hiperbilirubinuminemia Fisiologi

Page 12: Adaptasi BBL

Hiperbilirubinuminemia fisiologi atau ikterik neonatal merupakan

kondisi yang normal pada 50% bayi cukup bulan dan pada 805 bayi

premature (Bobak, M Irene. 2005).

7. Sistem Skeletal

Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.

Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil

terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan, lebih besar dan berat.

Ukuran dan bentuk cranium dapat mengalami distorsi akibat molase

(pembukaan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kepala).

Ada dua kurvatura pada kolumna vertebralis: toraks dan sacrum.

Ketika bayi mulai dapat mengendalikan kepalanya, kurvatura lain

terbentuk di daerah servikal. Pada bayi baru lahir, lutut saling berjauhan

saat kaki diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat

agak melengkung. Saat baru lahir, tidak terlihat lengkungan pada telapak

kaki (Bobak, M Irene. 2005).

8. Sistem Reproduksi

a. Wanita

Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitive.

Jumlah ovum berkurang sekitar 90% sejak bayi baru lahir sampai

dewasa. peningkatan kadar estrogen selama masa kehamilan yang

diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan

pengeluaran suatu cairan mukoid atau kadang-kadang pengeluaran

bercak darahh melalui vagina (pseudomenstruasi). Genitalia eksterna

biasanya edematosa disertai pigmentasi yang lebih banyak. Pada bayi

lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum

(Bobak, M Irene. 2005).

b. Pria

Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki.

Walaupun menurun pada kelahiran bayi premature. Preposium yang

ketat seringkali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat

Page 13: Adaptasi BBL

tertutup preposium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3-4

tahun. Terdapat rugae yang melapisi kantung skrotum dan hidrokel

(penimbunan cairan disekitar testis) sering terjadi dan biasanya akan

mengecil tanpa pengobatan (Bobak, M Irene. 2005).

Page 14: Adaptasi BBL

BAB III

KESIMPULAN

Bayi baru lahir memiliki berbagai respon tubuh yang berguna bagi dirinya.

Respon tubuh ini meliputi sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem

gastrointestinal, sistem renal, sistem reproduksi, sistem skeletal, sistem hepatika

dan masih banyak lagi. Berbagai respon tersebut secara berkesinambungan dan

secara multifungsional akan membuat bayi baru lahir dapat bertahan hidup.

Sistem pernafasan berawal dari terbentuknya jaringan-jaringan paru.

Jaringan paru akan membentuk seluruh paru-paru yang sedemikian rupa dan

paru-paru inilah yang akan menjadi penyedot udara saat bayi lahir ke lingkungan.

Sistem peredaran darah sangan berkaitan dengan sistem pernafasan, ketika bayi

mulai melakukan nafas pertamanya maka disitupula proses kardiovaskular

berjalan. Bermula dari menutup berbagai duktus hingga oksigen menajalar ke

seluruh tubuh.

Sistem integumen bayi pada setelah lahir belumlah matang. Kulit bayi

akan mudah rusak karena strukturnya yang lembek, namun demikian menurut

berjalannya waktu kulit akan semakin membaik dan dapat menjadi perlindungan

primer bayi. Sistem neuromuskular bayi sangat berfariasi dan sangat berguna

bagi bayi. Refleks yang normal pada bayi adalah unik, seperti reflex moro, reflex

babinski, refleks stepping dan lain lain. Sistem hepatika bayi berfungsi sebagai

penyimpan besi, konjugasi billirubin dan lain lain.

Sistem reproduksi pada bayi perempuan lahir cukup bulan, labia mayora

dan minora menutupi vestibulum. Pada bayi laki laki terdapat rugae yang

melapisi kantung skrotum dan hidrokel (penimbunan cairan disekitar testis)

sering terjadi dan biasanya akan mengecil tanpa pengobatan.

Page 15: Adaptasi BBL

Referensi

Bobak, M. Irene, et al. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. Alih

Bahasa: Maria A. Wijayarini. Jakarta : EGC.

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Alih Bahasa: Andry Hartono. Jakarta:

EGC.

Henderson, Christine; Jones, Kathleen. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Alih

Bahasa: Ria Anjarwati, Renata Komalasari, Dian Adningsih. Jakarta: ECG.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Nelwati. 2014. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Bayi Baru Lahir. PPT. Padang: FKep

UNAND.