BBL Lombok.docx
-
Upload
ammelia-mentari -
Category
Documents
-
view
186 -
download
0
description
Transcript of BBL Lombok.docx
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong merupakan salah satu tempat
pengembangan berbagai hasil laut yang ada di NTB, yang terletak di Gili
Genting Kecamatan Sekotong Lombok Barat NTB. BBL Sekotong,
melaksanakan misi dalam upaya kegiatan pembudidayaan mutiara, abalon
dan pembenihan dan pembesaran ikan kerapu bebek dan kerapu macan
Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) saat ini sudah banyak
dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia, termasuk di perairan Lombok.
Selain bernilai ekonomis tinggi dengan harga sekitar 36 US dollar per kg,
ikan kerapu bebek juga sudah berhasil dikembangkan teknik pembenihannya
oleh balai pemerintah, seperti Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung dan
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut di Gondol - Bali, Balai Budidaya
Laut (BBL) Sekotong, serta beberapa hatchery swasta di Indonesia. Dengan
demikian terbuka peluang yang cukup luas untuk mengembangkan usaha
pembesaran ikan kerapu bebek.
Dalam pengembangan budidaya laut (marine culture), terutama untuk
ikan-ikan karang bernilai ekonomis tinggi, Propinsi NTB memiliki
keunggulan dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Faktor yang
mempercepat perkembangan tersebut antara lain adanya Balai Budidaya Laut
(BBL) yang terletak di Sekotong Kabupaten Lombok Barat NTB. Selain itu,
kondisi lingkungan pesisir di Propinsi NTB dengan juga sangat mendukung
untuk pengembangan budidaya ikan karang. Untuk pengembangan budidaya
ikan karang dengan metode karamba jaring apung, yaitu budidaya ikan
kerapu macan dan kerapu bebek (Azmi, 2007).
Dalam kegiatan budidaya perikanan, pakan merupakan faktor penting
yang perlu diperhatikan. Kandungan zat gizi pakan sangat mempengaruhi
hasil panen yang merupakan tujuan akhir dari proses budidaya. Oleh karena
itu, aspek nutrisi dalam pakan ikan mendapat perhatian yang cukup besar oleh
para ahli dan juga usahawan. Selain itu, pakan juga merupakan komponen 1
biaya operasional yang cukup besar dalam kegiatan budidaya, sehingga perlu
diperhitungkan efisiensinya pada kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek
kerapu macan dalam karamba jaring apung (KJA) di Propinsi NTB. Dengan
adanya pakan buatan, maka terdapat alternatif bagi pembudidaya ikan kerapu
untuk memilih jenis pakan yang akan diberikan kepada ikan peliharaannya.
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur ini memiliki tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui keadaan umum Balai Budidaya Laut Lombok.
2. Untuk mengetahui secara langsung kegiatan dalam suatu unit budidaya
ikan kerapu.
3. Untuk mengetahui teknik dan cara budidaya pembesaran kerapu bebek
yang dilakukan oleh Balai Budidaya Laut Lombok.
4. Untuk mengetahui permasalahan – permasalahan yang dihadapi Balai
Budidaya Laut Sekotong dalam budidaya pembesaran kerapu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi dan Morfologi
Adapun klasifikasi kerapu bebek sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphilum Vertebrata
Class : Osteichtyes
Subclass : Actinoperigi
Ordo : Percomorpi
Subordo : Percodea
Family : Serranida
Genus : Cromileptes
Spesies :Cromileptes altivelis.
bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung
(Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik
sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai
gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung
besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan
dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu
bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit (Akbar, 2009).
2.2. Distrubusi dan Habitat
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut
Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan
hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari
Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu
bebek banyak didapati di daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Pulau Buru dan Ambon dengan salah satu indikator adanya kerapu di daerah
berkarang . Kerapu berkembang baik pada terumbu karang hidup maupun
mati atau perairan karang berdebu dan tide pools .Dalam siklus hidup, kerapu
bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m dan
3
kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40 – 60 m .Parameter ekologis yang
cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu pada kisaran suhu 24 – 31°C,
salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5
ppm dan pH antara 7,8 – 8,0 .(Departemen pertanian, Direktorat jenderal
perikanan 1999).
Di habitat aslinya kerapu bebek hidup di kawasan terumbu karang, di
perairan-perairan dangkal hingga seratus meter di bawah permukaan laut.
Selain perairan karang, lokasi kapal tenggelam juga menjadi rumpon yang
nyaman. Kerapu bebek berdiam di dalam lubang-lubang karang atau
menempel pada dinding karang atau rumpon dengan aktivitas relatif rendah.
Kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 m -3m.
Habitat favoritnya adalah perairan dengan dasar pasir berkarang yang
ditumbuhi padang lamun (seagrass) selanjutnya menginjak dewasa akan
bergerak ke erairn yang lebih dalam antara 7m – 40 m.perpindahan ini
biasanya berlangsung siang dam sore hari (Budileksono, 1995).
2.3 Tingkah Laku
Effendi (2002) menyampaikan bahwa ikan kerapu bebek merupakan
jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan
mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari
fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai
siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan.
mengatakan fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat
erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan, indeks matang
kelamin dan ukuran tubuh. Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam
memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina. Induk ikan
akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun.
Kerapu termasuk ikan yang hermaprodit protogyni, yaitu pada kehidupan
awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah
berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg. Sel kelamin betina
berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh
sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan
4
kerapu jantan atau mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan
dapat dipacu/dirangsang dengan hormon testosteron. Pemberian hormon
testosteron dilakukan secara oral melalui makan setiap minggu, diikuti dengan
penambahan multivitamin. Takaran yang diberikan adalah : Hormon
testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin 10 mg/kg induk (Minjoyo, 1999).
Ikan kerapu bebek memiliki sifat kanibalisme yakni sifat saling memangsa
sesama jenisnya. Hal ini terjadi ketika kondisi parameter lingkungan perairan
berubah secara ekstrem sehingga menyebabkannya menjadi stress dan
memangsa sesamnya. Sifat ini juga dapat terjadi ketika keberadaan pakan dan
makanan dalam lingkungan perairan menjadi limit yang disebabkan oleh
persaingan (Sahyono, 2000).
2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan
Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami
dan pakan buatan : Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal
secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis); Artemia
dan jambret (Mysidaceae). Sedangkan pakan buatan diberikan untuk
melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi
Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara
bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105 – 2.105
sel/ml media ( Syamsul Akbar, dkk 2002 ).
Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan
kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur
25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur
17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian
secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah
dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah
larva berumur 29 – 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu
dewasa. Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging
ikan ( Syamsul Akbar , dkk 2002 ).
Pakan yang digunakan adalah pellet komersial dengan penambahan
probiotik 1 mg / kg pakan untuk perlakuan (A); 2 mg/kg pakan (B); 3 mg/kg
5
pakan (C) dan kontrol ( tanpa penambahan probiotik) dengan tanpa ulangan.
Pakan diberikan 3 – 4 kali sehari secara ad libitum (sampai kenyang). Pakan
yang terkonsumsi dicatat setiap harinya untuk mengetahui FCR pada akhir
masa pemeliharaan. Untuk meningkatkan daya tubuh ikan, selama
pemeliharaan diberikan vitamin C dengan dosis 2 gram/kg pakan dan
multivitamin 3 gram/kg pakan, seminggu sekali ( Aslianti T ,dkk 1998 ).
Ikan Kerapu bebek merupakan hewan karnivor yaitu jenis ikan pemakan
daging sebagaimana jenis kerapu dewasa lainnya yang memakan ikan-ikan
kecil dan krustacea sedangkan untuk benih memangsa larva moluska
(trokovor), kopepoda, zooplankton, cephalopoda dan rotivera. Sebagai ikan
karnivor kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam
kolong air, kebiasaan makan kerapu malam dan siang hari dan lebih aktif
pada waktu fajar dan senja hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).
Sebagaimana ikan kerapu lainnya, kerapu tikus bersifat karnivora terutama
makan larva moluska, rotifera, mikrocrustacea, copepoda dan zooplankton
pada stadia larva, sedangkan untuk ikan dewasa memangsa ikan-ikan kecil,
crustacea, cephalopoda dan cenderung menangkap mangsa yang aktif
bergerak di dalam air. Kerapu mempunyai kebiasaan makan pada malam hari
dan lebih efektif pada waktu fajar dan senja hari (Antoro, 1999).
Benih ikan umur D. 35-45 diberi pakan artemia dewasa dan atau udang
jambret (Mysidopsis sp). Juvenile ikan kerapu tikus berumur 45 hari dan
seterusnya diberi pakan udang rebon segar dan daging ikan segar yang
digiling dengan frekuensi pemberian pakan 3-4 kali/hari, setelah berumur 40
hari ikan diberi pakan buatan (pellet) yang berukuran 1-5 mm sebanyak 5-7%
bobot ikan / hari hingga berumur 70-75 hari (Sugama, 2001).
2.5. Reproduksi
Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan
mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah
menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua
umurnya, fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur,
indeks kelamin, dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38
6
cm. Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan
bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni –
September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau,
Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu
menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu
sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat
kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur.( Tampubulon
dan Mulyadi, 1989).
Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini,
yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat
dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina
kemudian berubah menjadi ikan jantan. (Effendi, 2002)
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Mei 2010 bertempat di
Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok.
3.2 Metode Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan metode survei langsung
di lokasi Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong Lombok Barat NTB. Data
primer diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung di lapangan dan
melakukan wawancara secara mendalam (debt interview) dengan pihak-pihak
yang berkaitan langsung dengan kegiatan budidaya kerapu bebek di lokasi
Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui studi literatur dan browsing via internet.
8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Gambaran umum Lokasi
Sekotong terletak di Dusun Gili Genting Desa Sekotong,
Kecamatan Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. BBL Lombok terletak pada 115o46’-116o28’ BT dan 8o12’-8o55’
LT. Jarak antara BBL Lombok dengan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara
Barat (Mataram) adalah 70 km. Lokasi BBL Lombok memiliki batas-
batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah timur berbatasan dengan Lombok Tengah dan Lombok Timur
- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok
- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
- ebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
BBL Lombok stasiun Sekotong terletak di perairan teluk Sekotong
dengan kondisi perairan yang bersih dan jernih, karang berpasir,
memiliki salinitas 32-35 ppt dan pH berkisar antara 7,7-8,3. Disekitar
perairan teluk Sekotong tidak ada kegiatan industri, bukan jalur
pelayaran umum dan cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga
penyebab pencemaran lingkungan berupa limbah kimia maupun limbah
organik dapat dihindari.
4.1.2 Organisasi dan Ketenagakerjaan
Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok merupakan salah satu stasiun
pengembangan BBL Lampung pada tahun 1992. Balai ini dibangun di
pesisir Teluk Gerupuk, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kab. Lombok
Tengah NTB. Pada tahun 1994, status stasiun meningkat menjadi Loka
Budidaya Laut Lombok yang merupakan instansi Eselon IV dibawah
pembinaan Direktorat Perbenihan, Direktorat Jendral Perikanan
Departemen Pertanian.
9
Tahun 2000, seiring dengan lahirnya Departemen Eksplorasi Laut dan
Perikanan, Loka Budidaya Laut berada dibawah pembinaan Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya memperoleh peningkatan anggaran dan
penambahan sarana produksi di Dusun Gili Genting, Desa sekotong
Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Status Loka
Budidaya Laut Lombok meningkat menjadi Balai Budidaya Laut
Lombok pada tahun 2006 sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan
Perikanan di bidang budidaya laut berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. PER. 10/MEN/2006 Berdasarkan SK
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47 Tahun 2002. Adapun
pembagian tugas dan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Pegawai Balai Budidaya Laut Lombok Stasiun Sekotong
No Nama Gol/Ruang Jabatan1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Ir. H. Sarifin, MS
Ir. Sunarty
Rusman H.S.Pi,M.Si
Bagja Irwansyah, A.Pi
Bayu Priyambodo, S.pi, M.si
M. Tahang, S.St.Pi
Mustapa,S.Pi
Hery Setyabudi, S.Pi
Arsyad Sajangka, S.Pi
Sarwono,S.St.Pi
Woro K.P, S.pi
Zainuddin, S.Pi, MP
Mochamad Amiri, S.Pi
IV/a
III/d
III/c
III/d
III/c
III/b
III/a
III/b
III/b
III/b
III/b
III/c
III/a
Kepala Balai
Pengawas benih ikan muda
Ca.Pengawas Pembudidaya ikan
Kasubag Tata Usaha
Kasi Standarisasi dan Informasi
Perekayasa Muda
Bendahara Pengeluaran
Perekayasa Pertama
Perekayasa Pertama
Perekayasa Muda
Calon Perekayasa
Pengawas Benih ikan muda
Perekayasa Pertama
10
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Baiq Shafiah, S.St.Pi
Aang Guntur J.A, S.H
Joko Santosa, S.K.H
Pramularsih Ari Windu, S.Si
Afni Isriani, A.Md
Ekky Nidyananda, A.Md
Taufan Haryono
Ni Luh Anggra L., S.St.Pi
Nurhasanah S.
Titik Hartani
Wildan
Bangun
Aprisanto D. L., A.Md
Imron Nurkolis, A.Md
Renni Kusuma Bakti, A.Md
Mohamad Imanuddin
Arif Supriyanto
Muhammad Rizal
Andry Arfiyanto
Suherlan Ahmad S.
Reman
Ni Made Widya Indayani
Abu Abas
III/a
III/a
III/a
III/a
II/c
II/c
II/a
III/a
II/d
II/d
II/d
II/d
II/dII/d
D3
D3
II/d
II/b
II/b
II/b
II/a
II/a
II/a
II/a
Calon Pengawas Budidaya
Pranata Hukum
Calon PHPI
Calon PHPI
Calon Pengawas Benih
Calon PHPI
Teknisi Litkayasa Pelaksana Muda
Perekayasa Pertama
Pengawas Benih Ikan Pelaksana
Pengawas Benih Ikan Pelaksana
Pengawas Benih Ikan Pelaksana
Pelaksana Pembesaran Ikan Kerapu
Teknisi Litkayasa Pelaksana
Teknisi Litkayasa Pelaksana
Tenaga Fungsional Tertentu
Teknisi Litkayasa Pelaksana Pemula
Pelaksana Pakan alami
Teknisi Litkayasa Pelaksana
Teknisi Litkayasa Pelaksana
Calon Pengawas Benih Ikan
Calon Pengawas Benih Ikan
Calon Pengawas Benih Ikan
Calon Pengawas Benih Ikan
11
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Libuh
Ngurah Sedana Yasa, S.Pi, M.si
Luluk Widiyanti, S.Pi, MP
Supriadi, S.Pi
Zaenah
I Komang Widiana, S.Si
Dony Prastowo, S.Pi
Muhammad Hidayat, S.St.Pi
Rusmini
Setiasari Palupi, A.md
Sukriadi
Minde
Ade Yana
Landra Wijaya
Ahing
Desy Suci Lestari, S.AP
Moh. Budiato, AMd
Gagan Garnawansah, S.Pi
Muchammad Nurul Huda, A. md
III/d
III/c
III/a
III/a
III/a
III/a
III/a
III/a
II/d
II/d
II/c
II/b
II/b
II/a
III/a
II/c
III/a
II/c
Calon Pengawas Benih Ikan
Perekayasa Muda
PHPI Muda
Pengawas Perikanan
Petugas SAKPA
Tenaga Teknisi
Calon Perekayasa
Calon Pengawas Budidaya
Pengelola Persuratan dan Pengagendaan
Calon Pengawas Benih Ikan
Pelaksana Pembenihan
Pengelola Perpustakaan
Pelaksana Pembenihan Abalon
Calon Teknisi Litkayasa
Calon Pengawas Benih Ikan
Penyiap Bahan Rumusan
Calon PHPI
Calon Perekayasa
Calon Litkayasa Bidang BD Ikan
Sumber: Tata Usaha BBL Lombok, 2010
12
4.1.3 Layout Lokasi Pembesaran di KJA
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.3 Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam budidaya kerapu adalah
sebagai berikut:
a. Rakit apung lengkap dengan pelampung, rumah jaga serta jangkar.
b. Jaring pemeliharaan lengkap dengan pemberat dari pipa PVC.
c. Ketersediaan benih siap tebar.
d. Pakan (pakan buatan dan atau pakan segar), multivitamin dan obat-obatan.
e. Sarana transportasi; perahu/sampan yang dilengkapi dengan motor.
f. Peralatan kerja; wadah pakan (toples), serok, keranjang plastik, bak fiber
volume 250 liter, High blow, Generator 1 PK, mesin semprot pembersih
jaring.
g. Peralatan sampling; timbangan dan mistar.
h. Bak pendederan dengan volume efektif 7.5 ton dengan jaringan
pengaerasian sebanyak 4 buah.
i. Ruangan laboratorium untk meneliti hama peyakit larva, nutrisi pakan dll.
j. Mushola.
k. Ruang larva.
l. Ruang pemijahan.
m. Kantin.
n. KJA ( keramba jarring apung).
o. Perahu motor.
p. Kantor dan perumahan pegawai.
13
14
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pengamatan
5.1.1 Keadaan Umum Lokasi
Gambar 1 Denah Lokasi Balai Budidaya laut Sekotong
Keadaan umum lokasi budidaya terletak di Jalan Raya Gili Genting 62
km dari Mataram, situasi kondusif sehingga mendukung pelaksanaan
budidaya, karena jauh dari muara sungai dan berada di tengah teluk, serta
sarana dan prasarana yang mendukung tersedia untuk menunjang budidaya
kerapu bebek dengan ditunjang oleh tenaga kerja yang profesional.
5.1.2 Teknik Pemeliharaan Ikan Kerapu
Tabel 1: Pembudidayaan Ikan Kerapu Bebek
No. Jenis Kegiatan Keterangan
1. Pembibitan Bibit (induk) berasal dari alam / laut secara langsung.
Dengan jenis ikan kerapu bebek Induk ditampung
khusus pada bak pemijahan. Kualitas air dijaga
dengan diganti sebanyak 200-500% per hari.
2. Pemijahan Digunakan wadah sebesar 50 ton. Pemijahan
15
dilakukan 1 bulan sekali selama 6 bulan Telur yang
dihasilkan didalam wadah ditampung didalam wadah
khusus yang disebut dengan kolektor. Telur menetas
selama 20 jam. Kualitas air dijaga dengan diganti
sebanyak 500% per hari.
3. Pembenihan Larva yang dihasilkan dimasukkan dalam wadah atau
bak sebesar 1 ton selama 9 hari. Pakan yang diberikan
berupa rotifera atau pakan hidup. Larva yang berumur
17 hari tetap diberikan pakan alami berupa Artemia.
Kualitas air dijaga dengan filter ozon dan dilakukan 1
kali sirkulasi pada siang hari saja.
4. Pendederan Benih yang akan didederkan berukuran 9 – 10 cm.
Pendederan dilkukan selama 5 bulan. Menggunakan
bak pendederan sebesar 1 ton. Pergantian air
dilakukan sebanyak 200-300% per hari.
5. Pembesaran Dilakukan di KJA (Keramba Jaring Apung) yang
letaknya 300 m atau lebih dari pesisir pantai. Pakan
yang diberikan merupakan pakan buatan (pellet).
Pembesaran dilakukan selama 1,5 tahun.Dengan
berat ikan 300 – 350 gram per ekor. Manajemen
kualitas air dilakukan dengan pemantauan secara
intensif pada KJA.
Tabel 2. Manajemen Kualitas Air pada Bak Larva
16
No Manajemen Kualitas Air Larva Sirkulasi (Pergantian)
1 Day 0 - Day 12 Tanpa pergantian air
2 Day 12 - Day 15 Bertahap sebanyak 5 %
3 Day 40 Sebanyak 40-50 %
5.2. Pembahasan
5.2.1. Keadaan Umum Lokasi
Keadaan umum lokasi sangat baik dalam menetukan keberhasilan
kegiatan budidaya ikan kerapu bebek. Beberapa factor yang perlu di
pertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah:
1. Gangguan alam
Gangguan alam misalnya ombak yang berlangsung terus meerus, badai
dan gelombang besar atau arus laut yang kuat bergelora..Ombak yang
berlangsung terus menerus dapat membuat lingkungan air bergelora
dan menyebabkan ikan stress sehingga menugurangi selera makan.
Badai dan gelombang besar dapat merusak dan memporak porandakan
kostruksi wadah budaidaya seperti KJA. Sedangkan arus laut yang kuat
dapat merusak posisi keramba dan menghanyutkannya. Oleh karena itu
pemilihan lokasi yang tepat untuk menghindari gangguan alam tersebut
adalah daerah teluk yang dapat menghindari dan memecah ombak.
2. Pencemaran
Lingkungan perairan sering kali tercmar oleh limbah berupabahan
kimia berbahaya, isa pestisida, plastic detergen, atau sampah organic.
Bahkan bahan kimia tertntu, terutama yang mengandung logam berat
atau bahan beracun dapat mengancam kehidupan ikan dan orang yang
mengkonsumsinya. Pencemaran Beberapa indicator pada perairan
tercemar diantaranya kadar biological oxygen dimen (BOD=oksigen
yang diperlukan untuk metabolisme mikroorganisme aerobik yang ada
diperairan tercemar bahan organic) melebihi 5mg/liter dalam 5 hari,
17
kadar ammonia melebihi 0,1 ppm atau 100mg/m3, dan total bakterinya
melampaui 3000 sel/m3. Sebagian besar penyebab utama pencemaran
berasal dari masukan air tawar yang menuju ke laut dengan membawa
bahan-bahan beracun tersebut. Untuk itu, lokasi budidaya harus jauh
dari masukan air tawar.
3. Predator
Beberapa jenis ikan dapat mengancam kehidupan dan mengganggu
ketenangan ikan, sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi.
Ikan-ikan tersebut diantaranya ikan Buntal dan ikan besar yang ganas.
4. Lalulintas Laut
Lalulintas kapal atau perahu nelayan dapat mengganggu ketenangan
usaha budidaya. Selain itu, kapal-kapal besar juga berpotensi
mencemari lingkungan perairan oleh sisa minyak yang menjadi bahan
bakarnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, lokasi budidaya
sebaiknya dilakukan di teluk, selat diantara pulau-pulau berdekatan,atau
perairan terbuka dengan terumbu karang penghalang yang cukup panjang.
Selain factor-faktor tersebut diatas, parameter fisika dan kimia perairan
tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
Kecerahan minimal 3-5 meter
Salinitas 32-35 ppt
Suhu air 28-300C
pH air 7-9
Kedalaman perairan ideal 7-15 meter
DO minimal 3 ppm
Tinggi air pasang diatas 1 meter
5.2.2 pemilihan benih
Benih yang digunakan bisa berasal dari tangkapan maupun
pembenihan. Umumnya jumlah benih dari tangkapan sangat terbatas,
ukuran tidak seragam, sering terserang penyakit akibat luka saat
18
penangkapan dan pengangkutan. Dengan alasan tersebut lebih baik benih
yang digunakan berasal da pembenihan. Selain jumlahnya banyak, ukuran
relatif seragam serta kualitas dan kontinuitas terjamin. Kriteria benih
kerapu yang baik adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan
berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau
gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan
baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak
cacat tubuh.
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu
pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam adaptasi ini, adalah :
(a) Waktu penebaran (sebaiknya pagi atau sore hari, atau saat cuaca
teduh),
(b) Sanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi,
dan
(c) Aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
5.2.3. Pemijahan
Pemijahan dilakukan dengan dua cara, yakni manipulasi
lingkungan dan dengan system rangsangan hormonal. BBL Sekotong
biasanya hanya menggunakan system manipulasi lingkungan. Sistem ini
benar-benar meniru pemijahan kerapu bebek secara alami di alam. Dengan
demikian induk hanya akan mengeluarkan sperma dan telur di saat gelap
yakni tidak ada gelap. Biasanya berlangsung antara tanggal 25-5.
Untuk melakukan pemijahan dengan manipulasi lingkungan induk
yang telah matang kelamin ditempatkan di bak pemijahan dengan
pebandingan jantan dan betina 1:2. Induk didalam bak kemudian diberi
rangsangan dengan teknik penjemuran dan air mengalir. Metode
penjemuran dilakukan dengan menurunkan permukaan air pada siang
hingga sore hari sampai kedalaman air bak 40-50 cm. Pada petang hari
permukaan air dinaikan dan air dialirkan sepanjang malam hingga
memenuhi kapasitas bak.
19
Perlakuan ini dilakukan setiap hari. Dengan cara itu, intensitas
sinar matahari pada siang hari dapat mengenai tubuh ikan secara langsung,
otak kecil terangsang untuk menghasilkan hormone-hormon pemijahan
yang memacu kematangan kelamin. Perubahan suhu secara drastic 20C-
50C setiap hari juga akan berperan serupa untuk merangsang kelamin
reproduksi biasanya 3 bulan setelah perlakuan itu ikn mulai memijah.
Pemijahan terjadi pada malam hari antara pukul 22.00-02.00.
5.2.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga
merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari semen, berbentuk empat
persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m³ . Atap terdiri atas dua jenis
yakni atap tembus cahaya dan atap tidak tembus cahaya. Pengatapan ini
bertujuan agar suhu dalam ruangan tetap konstan dan optimim bagi
kehidupan larva. Selain itu, pengatapan dengan cara ini juga dilakukan
agar cahaya dapat masuk ke dalam ruangan, sehingga keberadaannya
dapat dimanfaatkan oleh pakan larva yang berupa fitoplankton untuk
melakukan fotosintesis.
Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu
dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan
memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 - 100 ppm. Setelah itu dinetralkan
dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang
ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰
dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan
maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 - 28°C. Telur hasil
pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi
akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan).
Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm
acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak
Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan
perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 -100.000 sel/ml untuk
20
menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18 - 22 jam setelah
pemijahan pada suhu 27 - 28°C dan kadar garam 30 - 32 ‰.
Telur hasil pemijahan kisaran umurnya sekitar 35 hari kemudian
dipindahkan ke bak pembenihan (tergantung pertumbuhan larva). Bak-bak
untuk pro larva sebagai tempat penebaran diberikan aerator agar suplai
oksigen terlarut tidak berkurang dan diberikan pakan alami berupa
nanoplankton (sesuai dengan bukaan mulut), setelah menjadi larva dan
post larva ikan diberikan pakan alami berupa Rotifer (zooplankton).
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan
larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton
Chlorella, dengan kepadatan 5.10 3 - 10 4 sel/ml. Phytoplankton akan
menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak
menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak
dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud
untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur.
Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari
(D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan
dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti
juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30)
pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40
hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.
5.2.5. Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan benih setelah
dipelihara dalam bak pemeliharaan larva dengan rentan waktu 35 hari
dari masa pemeliharaan larva dimana larva tersebut morfologiya telah
sama seperti kerapu dewasa. Biasanya ukuran ikan yang akan didederkan
berkisar 4-5 cm. Wadah pendederan berupa bak semen dengan ukuran
panjang = 6 m, lebar = 5m dan tinggi = 1,5 m. Dalam 1 bak pendederan
ikan ditebar dengan kepadatan 1000 ekor.
Di dalam bak pendederan ikan kerapu harus diberi pakan buatan
berupa pelet sebanyak 4 kali dalam sehari dengan menghabiskan 2 kg
21
pakan perhari. Hal ini dilakukan karena pada masa pendederan
merupakan tahap remaja ikan, dimana pertumbuhannya sangat
signitifikan, sehingga membutuhkan pakan dalam jumlah yang banyak.
Selain itu pemberian pakan sebnyak 4 kali dalam sehari ini bertujuan
juga untuk menghindari pemangsaan sejenis atau sifat kanibalisme yang
dimiliki oleh ikan kerapu bebek. Sebab jika ketersediaan pakan
berkurang, maka ikan kerapu menunjukkan sifat kanibalisme karena
kelaparan.
Sifat kanibalis pada ikan ini sangat perlu untuk dihindari agar
keberadaan ikan kerapu tidak berkurang. Selain dengan pemberian pakan
dalam jumlah yang cukup banyak, sifat kanibalis juga dapat dihindari
dengan cara greeding. Greeding adalah pemilahan ikan kerapu
berdasarkan ukurannya. Ikan kerapu diseragamkan berdasarkan
ukurannya, ikan ukuran kecil dengan kecil, ikan ukuran besar dengan
besar, yang kemudian ditempatkan pada bak yang berlainan. Dengan
demikian maka ukuran akan menjadi seragam, sehingga tidak terjadi
eksploitasi dan sifat saling memangsa di antara ikan.
Greeding dilaukan dengan interval 5-6 hari secara kontinyu.
Kegiatan ini diawali dengan pembuangangan air melalui pipa saluran
pembuangan yang diberikan penyaring agar ikan idak ikut terlepas
bersama air. Kemudian air dikeluarkan tidak sampai kering, tetapi
disisakan sekitar ketinggian 10-20 cm untuk menghindari stres pada
ikan, kemudian ikan diambil menggunakan seser atau gayung dan
ditempatkan pada bak plastik untuk selanjutnya diadakan greeding.
Pemilahan ukuran ikan dilakukan dengan cara mengukur panjang ikan
dengan skala ukur mengunakan jari.
Proses greeding dilakukan dalam sautu paket, bersamaan dengan
pembersihan bak. Air dibuang, untuk menghilangkan sisa metabolisme
ikan kerapu seperti feses dan CO2 yang terlarut didalam air serta
mengeluarkan pakan yang tidak termakan oleh ikan. Untuk
menghilangkan mikroba penggangu seperti jamur, dan bakteri
pengganggu, bak dibersihkan menggunakan kaporit. Jika bak jarang
22
diberrsihkan maka, ada suatu kecendrungan dimana ikan sering
mengalami sakit seperti creeves, badan mengembung, jamuran dan
sebagainya. Untuk ikan yang dijangkit oleh penyakit jamuran atau
bakteri, ikan harus segera diambil kemudian dimusnahkan agar tidak
menular ke ikan yang lainnya. Semntara ikan yang sakit atau stres akibat
kualitas air yang kurang baik, maka ikan diambil, kemudian dipulihkan
dengan cara perendaman pada air tawar.
Gambar 2. Bak Pendederan
5.2.6. Pembesaran
Budidaya ikan kerapu bebek ini, dapat dilakukan dengan
menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring
Apung (KJA). Untuk keperluan studi ini, dipilih budidaya dengan
menggunakan KJA. Budidaya ikan kerapu dalam KJA akan berhasil
dengan baik (tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi) apabila
pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan
kepadatan tebaran sesuai.
23
. Oleh sebab itu diperlukan pengawasan dan pemeliharaan yang ekstra
ketat. Telur-telur tersebut akan menetas pada suhu 28-300C. Kemudian
telur yang menetas dipindahkan ke dalam bak larva khusus yang terpisah
ruangannya dengan ruangan untuk penyimpanan telur tadi.
Rotifer dipilih karena ukurannya sangat sesuai dengan bukaan mulut
larva yaitu 120µm (ukuran Rotifer sebagai jasad pakan alami 60-180µm).
Penggunaan Rotifer sebagai jasad pakan alami bagi larva Kerapu Bebek
secara bertahap diganti dengan spina dan pada akhirnya menggunakan
Artemia pada masa pendederan. Benih ikan Kerapu ukuran panjang 4–5
cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan
terlebih dahulu dalam bak pendederan berukuran 1,5 x 3 x 3m dengan
kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan
ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya
kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan
(20–25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran
3 x 3 x 3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian
dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran
konsumsi (500 gram).
Biasanya pada masa-masa ini merupakan saat-saat yang kritis dan
banyak kendala seperti ikan yang cacat, devormity, tulang bengkok,
bentuk kepala yang tidak proporsional dan sebagainya, sehingga tidak
heran jika 5% dari total ikan yang berada pada bak-bak pendederan
mengalami cacat yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi dan stres.
Namun secara umum seluruh tahapan budidaya sangat sensitif
terhadap berbagai jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya
ikan kerapu bebek dalam Keramba Jaring Apung (KJA) adalah ikan
buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering
menyerang ikan kerapu adalah : (a) penyakit akibat serangan parasit,
seperti : parasit crustacea dan flatworm, (b) penyakit akibat protozoa,
seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis, (c) penyakit akibat jamur
(fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d) penyakit akibat
24
serangan bakteri, (e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Virus
Nervous Necrosis).
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya
ikan Kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus
benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan
dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin,
sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad
libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10%
dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan
sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan)
dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru
ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan
dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat
dicampur dengan ikan rucah.
Hasil dari budidaya ini sebagian besarnya tidak dikomersilkan,
karena tujuan dari kegiatan budidaya yang dilakukan oleh BBL Sekotong
untuk menemukan teknologi terbaru dalam budidaya kerapu yang nantinya
akan disosialisasikan kepada masyarakat dalam bentuk buku, spanduk,
pamplet, seminar, pelatihan dan sebagainya. Adapun sebagian kecil yang
dikomersilkan, hasilnya akan masuk ke Pendapatan Negara Bukan Pajak.
VI. KESIMPULAN
25
Gambar 3 Wadah Pembesaran (KJA)
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan dan
pembahasan antara lain :
1. Kegiatan budidaya dimulai dari pengambilan bibit dari alam (domestifikasi)
hingga manajemen kualitas dari hasil budidaya itu sendiri.
2. Kegiatan budidaya pada BBL Sekotong bertujuan untuk menghasilkan
teknologi baru dalam budidaya dan bukan untuk komersial.
3. Masa-masa kritis dari budidaya Kerapu Bebek ini terjadi pada waktu
pemeliharaan telur hingga larva.
4. Pemeliharaan Kerapu bebek sangat bergantung pada kualitas benih dan pakan,
lingkungan (wadah pemeliharaan) dan hama atau penyakit serta teknologi yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Anonim, 2010. Kerapu Bebek. http://id.wikipedia.org/wiki/kerapu_bebek.html.
Wikipedia Foundation. diakses 5 Mei 2009.
Anonim, 2010. Berita Budidaya. http://nina.wordpress.com. Wordpress Corp.
Diakses 5 Mei 2009.
Aslianti, T. 1996. Pemeliharaan Kerapu Bebek (cromileptes altivelis) Dengan
Padat Tebar Berbeda. Jurnal Penelitia Perikanan Indonesia.
Azmi, H., 2007. Data Statistik. DKP-NTB. Mataram.
Muchari, M., 1999. Pembenihan Kerapu Tukus. Intan Pariwara. Jakarta.
Smith, 1982. Introduction to Fish Physiologi. Publication inc. England.
Subyakto, 2002. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sudaryanto, 2000. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sugama, K., Tridjoko, B. Slamet, S. Ismi dan S. Kawahara. 2001. Petunjuk Teknis Produksi Benih Kerapu Bebek(cromileptes altivelis). Ditjenkan. Bali
Tampubolon dan Mulyadi, 1989. Sinopsis Kerapu di Perairan Indonesia.
Balitbangkan. Semarang.
27