Abortus Case

24
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF OBSTETRI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA Nama Mahasiswa : Rismeiniar Yuniar Pattisina Tanda Tangan NIM : 102012145 Dr. Pembimbing : dr. Iaman, SpOG IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Ny. T Jenis kelamin : Perempuan Usia : 18 tahun Suku Bangsa : Betawi Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28 RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan Tanggal masuk : 10 Maret 2014 1

Transcript of Abortus Case

Page 1: Abortus Case

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS OBSTETRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF OBSTETRI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA

Nama Mahasiswa : Rismeiniar Yuniar Pattisina Tanda Tangan

NIM : 102012145

Dr. Pembimbing : dr. Iaman, SpOG

IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Ny. T Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 18 tahun Suku Bangsa : Betawi

Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP

Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28

RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan

Tanggal masuk : 10 Maret 2014

IDENTITAS SUAMI

Nama Lengkap : Tn. H Pekerjaan : Buruh Lepas

Usia : 24 tahun Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28

RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan

Agama : Islam

A. ANAMNESIS

1

Page 2: Abortus Case

Diambil dari Autoanamnesis, tanggal 3 Maret 2014

Keluhan Utama:

Keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS

Keluhan Tambahan

Nyeri di bagian bawah perut

Riwayat Kehamilan Sekarang:

Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Darah yang keluar awalnya

sedikit namun darah yang keluar menjadi banyak berwarna merah gelap. Pasien sudah 2x ganti

pembalut. Pasien juga merasa nyeri perut bawah sejak 2 jam SMRS. Pasien tidak merasa pusing

atau pun mual-muntah. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama, belum

pernah melahirkan sebelumnya dan belum pernah keguguran.

Riwayat Kehamilan Dahulu

1) Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu:

Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga dengan riwayat Abortus (-)

Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.

Riwayat Haid

Menarche : usia 13 tahun, haid teratur, GP 2x/hari, lamanya 6 hari, tidak nyeri

HPHT : 22 Oktober 2013

TP : 9 Agustus 2014

UK : 17 minggu

PEMERIKSAAN FISIK

2

Page 3: Abortus Case

Status Generalis :

Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos Mentis

TTV : Tekanan Darah : 120/80 mmHg RR : 22 x/menit

Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,6 oC

Tinggi Badan : 150 cm

Berat Badan : 51 kg

Kesan Gizi : cukup

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

THT : dalam batas normal

Leher : KGB ttm, Tiroid ttm

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (–)

Paru : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : striae gravidarum (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri ketok (-)

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), edema (-)

Status Obstetrik

Pemeriksaan Luar

Palpasi

Tinggi fundus uteri : pertengahan simphisis dan pusat

Leopold I : ballotement (+)

Leopold II : -

Leopold III : -

Leopold IV : -

DJJ : tidak ditemukan

Pemeriksaan Dalam

I : perdarahan pervaginam (+)

VT : portio tebal dan lunak, antefleksi, pembukaan 1 cm, tidak teraba jaringan, massa/nyeri

adneksa (-), cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

3

Page 4: Abortus Case

(-)

RESUME

Wanita usia 18 tahun dengan G1P0A0 hamil 17 minggu datang dengan keluhan perdarahan

dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien sudah 2x ganti pembalut. Pasien juga merasa nyeri

perut bawah sejak 2 jam SMRS. Pasien tidak merasa pusing atau pun mual-muntah.

Ini merupakan kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran. HPHT : 22

November 2013, TP: 29 Agustus 2014. Menurut HPHT usia kehamilan 17 minggu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV normal, konjungtiva anemis -/-, TFU :

pertengahan antara simphisis dan pusat, DJJ : tidak ditemukan, VT: portio tebal dan lunak,

antefleksi, pembukaan 1 cm, tidak teraba jaringan, massa/nyeri adneksa (-), cavum douglas tidak

menonjol dan tidak nyeri.

DIAGNOSA KERJA

G1P0A0 hamil 17 minggu dengan abortus insipien

PENATALAKSANAAN

1. Rencana USG

2. IVFD RL 20 tpm

3. Observasi KU, kesadaran, TTV

4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin serta rencana

tindakan

FOLLOW UP

3 Maret 2014 pukul 06.00 WIB

S : Nyeri terasa semakin kuat di perut bagian bawah, perdarahan (+) semakin banyak dan keluar

gumpalan-gumpalan darah berwarna merah kecoklatan.

O : TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,4 oC

Nadi : 82 x/ menit RR : 22 x/menit

Mata : konjungtiva anemis -/-

VT : portio tebal lunak, antefleksi, pembukaan 3 cm, teraba jaringan.

4

Page 5: Abortus Case

Laboratorium (tanggal 3 Maret 2014)

Hematologi Lengkap

Hemoglobin : 11.4 gr/dl

Hematokrit : 34 %

Leukosit : 9600 /uL

Trombosit : 257.000/uL

A : G1P0A0 H 17 minggu dengan abortus inkomplit

P : Rencana USG

IVFD RL 20 tpm

3 Maret 2014 pukul 09.45 WIB

S : Masih terasa nyeri pada bagian bawah perut, perdarahan (+)

O : TD : 110/70 mmHg RR : 22 x/menit

Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,5 oC

Dilakukan USG hasil kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi

A : G1P0A0 H 17 minggu dengan abortus inkomplit

P : Kuret

Laporan kuret

Kandung kencing dikosongkan oleh penderita sendiri

Pasien dalam posisi litotomi

Diberikan pronalges supp 100 mg ke anus

Diberikan SA 0,25 mg dan diazepam 5 mg secara iv bolus perlahan-lahan

Dilakukan antisepsis pada daerah genitalia eksterna, vagina dan serviks

Dipasang spekulum sims atas dan bawah, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan

tenakulum.

Sonde uterus masukkan ke dalam cavum uteri sejauh 10 cm.

Dilakukan kuretase dengan sendok kuret hingga cavum uteri bersih dari jaringan sisa

konsepsi.

Perdarahan + 100 cc

Kuretase selesai

5

Page 6: Abortus Case

3 Maret 2014 pukul 10.45 WIB (post kuret)

S : masih terasa ngilu pada daerah bagian bawah perut, pusing (-)

O : TD : 110/70 mmHg RR : 21 x/menit

Nadi : 92 x/menit adekuat Suhu : 36,2 oC

Kontraksi uterus baik

A : P0A1 post kuret a/i abortus inkomplit

P : Bactesyn 3 x 375 mg

Methergin 2 x 0,125 mg

Tramadol 2 x 50 mg

6

Page 7: Abortus Case

TINJAUAN PUSTAKA

Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan yang terjadi sebelum

kehamilan 22 minggu. Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam,

tetapi terkadang banyak wanita mengalami episode perdarahan pada trimester pertama

kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) atau berwarna coklat tua (coklat

kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari atau

secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.

ABORTUS

A. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan.

Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari

500 gram. Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila

berat janin tidak diketahui.

B. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan

sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

Kelainan kromosom

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi, dan

kelainan kromosom seks.

Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna

sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

Pengaruh dari luar

Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat

mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.

Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

7

Page 8: Abortus Case

2. Kelainan pada plasenta

Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi

plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. Faktor maternal

Beberapa penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, misalnya:

a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan

lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat

melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan

kemudian terjadilah abortus.

b. Malnutrisi, anemia berat, avitaminosis dan gangguan metabolisme, kekurangan

vitamin A,C, atau E.

c. Penyakit berat seperti decompensasio cordis, penyakit paru berat, anemia gravis,

diabetes mellitus.

d. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll.

e. Kelainan alat kandungan: Retrofleksi uteri, mioma uteri, hipoplasia uteri.

C. Patologi

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh

nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian

atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan

uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil

konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua

secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus

desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya dikeluarkan

setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi

keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak

jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus

kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.

8

Page 9: Abortus Case

D. Klasifikasi

Abortus dapat digolongkan atas dasar :

1. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor

mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.

Abortus imminens

Ancaman akan terjadi abortus. Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan

pervaginam pada kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam

uterus (hidup atau mati) dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Diagnosis abortus imminens ditentukan dari :

Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikit-

sedikit.

Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali. Tanda-tanda akut

abodomen (-).

Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan.

Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup.

Tes kehamilan (+)

Terapi

- Pasien harus diobservasi. Cek Hb.

- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik

berkurang.

- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot rahim.

- Diberikan obat-obatan simptomatik: antiemetik (vit B6, ondansentron,dll).

Vitamin, Asam Folat.

- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.

- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.

9

Page 10: Abortus Case

Abortus insipiens

Abortus sedang berlangsung. Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada

kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat

dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam

hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

Kehamilan sulit untuk dipertahankan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan

pervaginam yang banyak dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering,

serviks terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin

kehamilan masih positif.

Terapi

Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan

transfuse darah.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,

tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam

abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin

0,5 mg intramuskular.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam

dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi

uterus sampai terjadi abortus komplet. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta

masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara digital yang dapat

disusul dengan kerokan.

Memberi antibiotik sebagai profilaksis

Missed abortion

Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8 minggu.

Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil, biasanya

tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan sedikit-sedikit berwarna

coklat, pembukaan serviks masih kecil, dan tes kehamilan dapat (+) atau (-)

tergantung fungsi trofoblas.

10

Page 11: Abortus Case

Terapi

Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu.

Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu

dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi

diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu

Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai

dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.

Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil,

ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi

dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding

perut.

Abortus habitualis

merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut. Pada

umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir

sebelum mencapai usia 28 minggu. Etiologi abortus habitualis yaitu :

- Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan

hasilnya adalah pembuahan patologis.

- Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,

kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan

progesterone sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat dibuktikan dengan

mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain itu juga bergantung pada gizi

ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam rahim, hipertensi oleh karena

kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili terganggu dan fetus

menjadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus

antagonisme.

11

Page 12: Abortus Case

Terapi

Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat

yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.

Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac

Donald (cervical cerclage)

Abortus infeksiosa & Septik

Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Abortus

septic adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke

dalam peredaran darah atau peritonium. Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat

terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan

lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis

dan antisepsis.

Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala

dan tanda infeksi alat genital seperti suhu tubuh meningkat, takikardi, perdarahan

pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta nyeri tekan dan

dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan leukositosis. Apabila terdapat

sepsis, penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan

penurunan tekanan darah.

Terapi

Tingkatkan asupan cairan

Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah. Tidak langsung dilakukan

kuretase karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogenik.

Kecuali bila keadaan perdarahan yang sangat banyak, dapat dilakukan

kuretase disertai pemberian antibiotik dosis tinggi.

Penanggulangan infeksi:

a) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta

b) Chloromycetin 4 x 500 mg

c) Cephalosporin 3 x 1

12

Page 13: Abortus Case

d) Sulbenicilin 3 x 1-2 gram

Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam untuk pengeluaran sisa-sisa abortus

mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang bertindak

sebagai medium perkembangbiakan kuman.

Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi.

Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan

histerektomi total secepatnya.

Abortus inkompletus

merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan masih ada sisa konsepsi tertinggal dalam uterus. Perdarahan

abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi

dikeluarkan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai

kontraksi, kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.

Terapi

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau

Ringer Laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.

Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin

0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

Abortus kompletus

Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah

menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan

pervaginam sedikit, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam

uterus.

13

Page 14: Abortus Case

Terapi

- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti Sulfas Ferosus atau transfusi

darah.

- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

2. Abortus Provakatus (induced abortion)

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan

maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)

Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan

bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi

medis).

Abortus Kriminalis

Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

E. Gejala Klinis

Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah,

mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan

darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta suhu badan

normal atau meningkat.

Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat

kontraksi uterus.

Pemeriksaan ginekologi

1. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium/tidak bau busuk dari vulva.

14

Page 15: Abortus Case

2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,

ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau

busuk dari ostium.

3. Colok vagina : porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak

jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,

tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, dan kavum

douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium Darah Lengkap

Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.

LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Tes Kehamilan

Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif.

Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,

abortus spontan atau kehamilan ektopik).

2. Ultrasonografi

USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.

Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia

kehamilan 5- 6 minggu).

Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat

digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.

G. Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan

jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

15

Page 16: Abortus Case

Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus

dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan

teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari

luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus

pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena

perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih

atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus

segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil

tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya

ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang

dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar

lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi

berat (syok endoseptik).

16

Page 17: Abortus Case

DAFTAR PUSTAKA

1. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Muda.Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal

5 Maret 2014.

2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan. Sinopsis Obstetri;

Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998. h. 209-45.

3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB,

Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka; 2009. h. 459-91.

4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984. h. 7-17, 38-42.

5. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2007.

17