ABORTUS FEBRILIS
-
Upload
dea-martasukma-gita-apsari -
Category
Documents
-
view
335 -
download
15
Transcript of ABORTUS FEBRILIS
LAPORAN KASUS
ABORTUS FEBRILIS
Oleh:
ARIFIN YUSUP (1102006047)
Pembimbing:
dr. Iman SF Wirayat, SpOG (K)
dr. Aditiyo Januajie, SpOG, M.Kes
BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SOREANG
OKTOBER 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genital.
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang paling sering
terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. Diperkirakan frekuensi
keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku
aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah
wanita remaja berusia dibawah 19 tahun. Penyebab abortus dipengaruhi oleh faktor
janin, faktor maternal ataupun faktor eksternal. Untuk penatalaksanaan abortus,
disesusaikan dengan diagnosisnya.
Abortus Infeksiosus perlu segera mendapat pengelolaan yang adekuat kerena
dapat menjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan dapat jatuh ke dalam syok
septik.
Kami memilih kasus ini, karena insidensi dari abortus di Indonesia masih sangat
tinggi. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang
terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis perlu untuk
lebih mengerti kasus ini sehingga dapat memberikan edukasi yang tepat pada wanita
usia 18-29 tahun yang paling banyak mengalami abortus, khususnya abortus
infeksiosus.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. (terakhir, WHO/FIGO 1998 :
22 minggu) 1,2 Penghentian kehamilan pada usia janin di atas itu tidak lagi disebut
aborsi, tetapi infantisida, atau pembunuhan bayi, yang di negara mana pun pasti
dilarang.
Sedangkan Aborsi tidak aman didefinisikan sebagai terminasi (penghentian)
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih atau di tempat yang tidak
memenuhi standar minimal medis, atau keduanya (WHO, 2000). Atau suatu prosedur
penghentian kehamilan oleh tenaga dengan ketrampilan yang kurang memadai atau
dilakukan di lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan atau keduanya.
Abortus Infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.1,2
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena
sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita
tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19
tahun. Insidensi abortus menurut umur :
2
Tabel 2.1 Insidensi abortus menurut umur
No. Usia Jumlah %
1 Dibawah 15 tahun 14.200 0.9
2 15-17 tahun 154.500 9.9
3 18-19 tahun 224.000 14.4
4 20-24 tahun 527.700 33.9
5 25-29 tahun 334.900 21.5
6 30-34 tahun 188.500 12.1
7 35-39 tahun 90.400 5.8
8 40 tahun keatas 23.800 1.5
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi.
Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan
memilih membunuh anaknya sendiri.
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat
tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga, maka kasus ini jarang
dilaporkan. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus
aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di Amerika
dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC)
dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa
jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika, yaitu hampir 2 juta jiwa
lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam
sejarah negara itu. WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun, sekitar
38%(75 juta) merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD).3,4
Sebanyak dua per tiga perempuan di dunia yang mengalami KTD (50 juta) akan
berakhir dengan aborsi disengaja (induced abortion), di mana 60% (30 juta) diantaranya
dilakukan secara aman dengan bantuan tenaga professional yang terlatih, sedangkan
sisanya 40% (20 juta) dilakukan secara tidak aman oleh tenaga yang tidak berkompeten
di tempat-tempat yang tidak memenuhi persyaratan medis.
3
Menurut estimasi WHO sekurangnya 78.000 (estimasi lain menyebutkan sebanyak
150.000 – 200.000) perempuan setiap tahunnya meninggal karena komplikasi akibat
aborsi yang tidak aman.3,4
2.3 Etiologi
a. Faktor janin
1) Faktor genetik
a) Paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik
b) Kelainan telur, blighted ovum, kerusakan embrio
c) Embrio dgn kelainan lokal
d) Kelainan pada plasenta
Endometritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.
2) Faktor maternal
a) Kelainan anatomis ibu
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian
abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks,
kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Lingkungan di
endometrium disekitar tempat implansasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
b) Infeksi
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain
Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria
monocytogenes dan Toxoplasma gondii.
b. Faktor Endokrin
Hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron.
4
c. Penyakit kronis yang melemahkan, misalnya penyakit tuberkulosis atau
karsinomatosis, namun keadaan ini jarang menyebabkan abortus; sebaliknya
pasien meninggal dunia karena penyakit ini tanpa melahirkan. Penyakit kronis
lain (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis).
d. Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisiensi salah satu / semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
e. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan
antibodi cardiolipin. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi
antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan
histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.
f. Psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan
mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional
dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan.
1) Faktor eksternal
a) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin UK 9 minggu pertama dapat merusak janin,
dan pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kematian.
b) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dll.
c) Bahan kimia lain (arsen & benzena) 2,4,6
2.4 Patogenesis
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Saat
kantung gestasi terbuka, biasanya ditemukan cairan di sekitar janin yang maserasi atau
5
tidak ditemukan janin ( disebut Blighted Ovum ). Pada kehamilan di bawah 8 minggu,
hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua
terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang
dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak terjadi
perdarahan.
Bila terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua, janin mungkin mengalami
maserasi, dimana tulang tengkorak kolaps, distensi abdomen, dengan cairan bercampur
darah dan degenerasi organ dalam. Kulit menjadi melepuh dan terkelupas. Dapat juga
ditemukan cairan amnion terabsorbsi sehingga terjadi kompresi janin.3,7
Infeksi yang terjadi pada abortus infeksiosus biasanya disebabkan karena tindakan
aborsi yang tidak aman, karena kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis. Jika
jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh
cairan seperti darah.3,13 Karena sisa jaringan biasanya menyebabkan perdarahan.
Mekanisme perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan
menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada
lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.
Mediator-mediator yang berperan dalam terjadinya infeksi dan sepsis antara lain,
TNF-α, interleukin 1-6, PAF, leukotriene, tromboxane A2, kinin, trombin, MDF dan β-
endorfin. Peranan Struktur organisme patogen dan juga aktivasi endotel pembuluh
darah.13
6
Gambar 2.1 Bagan proses terjadinya abortus
2.5 Klasifikasi
a. Menurut jenisnya
1) Abortus spontan
Merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan secara alamiah
tanpa intervensi luar. Terminologi umum untuk masalah ini adalah
keguguran atau miscarriage.
7
2) Abortus buatan
Merupakan tindakan pengakhiran kehamilan sebelum umur 20 minggu
akibat intervensi tertentu.
i. Abortus provokatus terapeutik adalah abortus buatan yang
dilakukan atas indikasi medik.
ii. Abortus provokatus kriminalis adalah abortus buatan yang
dilakukan tanpa indikasi medik.
Terminasi untuk masalah ini adalah pengguran, aborsi, atau abortus
provokatus.
b. Menurut derajatnya
1) Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan pervaginam atau
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 20
minggu, ostium msih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan/uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Dalam keadaan ini
kehamilan masil mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar atau
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan ostium uteri telah
terbuka terjadi perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
akan tetapi hasil konsepsimasih daam kavum uteri. Kondisi ini
menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dn akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam kavum uteri.
4) Abortus kompletus
Merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
5) Missed abortion
Kematian embrio atau fetus/janin sebelum kehamilan 20 minggu, tetapi
konsepsi seluruhnya tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Hal
8
ini dapat bermanifestasi berupa kehamilan anembriogenik (kantung
kehamilan kosong atau blighted ovum) atau kehamilan fetus sebelum
usia kehamilan 20 minggu.
6) Abortus habitualis
Merupakan keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut
atau lebih.
7) Abortus infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genital, adanya penyebaran kuman
atau toksin ke dalam sirkulasi atau kavum peritoneum yang dapat
menimbulkan septikemi, sepsis atau peritonitis.
8) Abortus septik
Abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau
sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan kriminalis.
Infeksi pada abortus infeksiosus terbatas pada desidua, sedangkan pada
abortus septik, infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium. Jika
infeksi menyebar lebih jauh lagi, dapat terjadi peritonitis dan sepsis
bahkan syok.
Diagnosis :
a) Tanda infeksi alat genital :
- Panas, takikardi
- Perdarahan pervaginam berbau
- Uterus membesar, lembek, nyeri tekan
- Leukositosis
b) Tanda sepsis
- Demam tinggi, menggigil
- Tekanan darah menurun 2
9
Gambar 2.2 gambaran uterus saat terjadi abortus
2.6 Kriteria Diagnosis
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Abortus8
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
10
Abortus
iminens
Sedikit-sedang
warna merah
dan cepat
berhenti
Tertutup Sesuai dengan
usia kehamilan
- PP test (+)
- Kram perut bawah
- Uterus lunak
- Mules sedikit atau tidak
sama sekali
- USG : Produk kehamilan
dalam batas normal
Abortus
insipiens
Sedang-banyak,
warna merah,
dengan
gumpalan
banyak
Terbuka
dan teraba
ketuban
Sesuai atau
lebih kecil
- PP test (+)
- Kram perut bawah
- Uterus lunak
- Hasil konsepsi masih
berada dalam kavum uteri
Abortus
inkomplit
Sedang-banyak,
warna merah,
disertai
gumpalan darah
dan jaringan
konsepsi, sering
menyebabkan
syok
Terbuka Lebih kecil dari
usia kehamlan
- PP test (+)
- Kram perut bawah
- Uterus lunak
- Keluar jaringan, tapi
masih ada sisa jaringan
yang tertinggal dalam
uterus
Abortus
komplit
Sedikit atau
tidak ada, warna
merah
Lunak
(terbuka
atau
tertutup)
Lebih kecil dari
usia kehamilan
- PP test (+)
- Sedikit atau tidak ada
kram
- Keluar massa kehamilan
- Uterus kenyal
Missed
abortion
Sedikit, warna
kehitaman
Agak
kenyal
dan
tertutup
Lebih kecil dari
usia kehamilan
- Menghilang sebagian
gejala kehamilan
- Uterus tidak
Membesar
- USG : Hasil konsepsi
masih dalam uterus
namun tak ada tanda
11
kelangsungan
hidupnya
Abortus
Infeksios
a
(abortus
septic)
Bisa banyak
atau sediki
(tergantung sisa
jaringan),
berbau
Lunak
(terbuka
atau
tertutup)
Sesuai atau
lebih besar
masa
kehamilan
Tanda infeksi genitalia:
- Panas
- Takikardi
- Nyeri tekan
- Leukositosis
Tanda sepsis
-Demam , mengigil
-Penurunan tekanan darah
-Peritonitis syok
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diperlukan pada abortus infeksiosus
a. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah terdapat sisa jaringan.
b. Pemeriksaan laboratorium khususnya darah lengkap untuk mengetahui
adanya leukositosis dan penurunan kadar Haemoglobin akibat perdarahan.
2.8 Penatalaksaan
Penatalaksanaan dikelompokan berdasarkan jenis abortus yang terjadi9,10,11,12,
Tabel 2.3 Penanganan Abortus
No. Jenis abortus Penatalaksanaan
1. Abortus imminens • Istirahat baring menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsangan mekanis
• Pertimbangkan infeksi antibiotika,
AKDR ekstraksi AKDR, defisiensi
hormonal (didrogesteron, alilestenol)
2. Abortus insipiens, inkomplit
dan missed abortion
• Bila kehamilan < 12 minggu
pengosongan uterus segera dengan kuret
vakum atau cunam ovum disusul kuretase
• Bila usia kehamilan > 16 minggu
12
evakuasi dilakukan dengan cara dilatasi
dan kuretase
3. Abortus komplit • Bila kondisi baik, cukup beri tablet
ergometrin 3 x 1 mg/hari untuk 3 hari
• Bila penderita anemia sulfas ferrosus
600 mg/hari selama 2 minggu atau
transfusi
• Bila infeksi antibiotic
4. Abortus habitualis • Perbaiki keadaan umum
• Pemberian makanan bergizi
• Istirahat banyak
• Larangan coitus dan olahraga
• Sesuai dengan etiologi : terapi infeksi,
kelainan endokrin, intervensi
immunologi, perbaikan keadaan anatomi,
donor oocyte dan sperma, konseling
psikologi
• Jika penyebabnya serviks inkompetensi
dan saat hamil maka pengecilan serviks
dengan operasi menurut casa Shirodkar
dan Mac Donald (usia kehamilan 12
minggu)
5. Abortus terapeutik • Terminasi suatu kehamilan atas indikasi
ibu. Jika pengakhiran kehamilan tdk
segera mengancam keselamatan ibu
atau kecacatan yg berat janin.
6. Abortus Infeksiosa • Pemberian cairan yang hilang dengan NS
atau RL melalui infus dan berikan
antibiotik (ampicillin 4x 1 gram dan
metronidazol 500 mg)
• Kuretase
• Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
13
ATS dan TT
7. Abortus sepsis • Terapi suportif tergantung keadaan
umum pasien
• Kultur dan tes sensitivitas sebelum
antibiotik diberikan
• Antibiotik standart : ampicillin 3 x 1
gram IV/hari selama 3-5 hari, gentamisin
2 x 80 mg, Metronidazol 3 x 500 mg
• Kuretase dilakuikan bila temperatr tubuh
normal kembali
• Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
ATS dan TT
Pengeluaran jaringan pada abortus :
Setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat
dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa
masuk.
4.. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.11
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila kuretase pada abortus infeksiosus dan abortus
sepsis adalah tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6
jam setelah antibiotika adekuat diberikan, dan saat tindakan uterus dilindungi dengan
uterotonika. Antibiotika dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberi respon harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum melakukan kuretase antara lain
pemeriksaan USG kembali, mengukur tekanan darah dan kadar Hb, pemeriksaan sistem
pernafasan dan memastikan perdarahan. Hal ini untuk memastikan pasien dalam kondisi
baik untuk tindakan.13,14
14
Gambar 2.3 Pengeluaran jaringan pada abortus
Gambar. 2.4 Dilatasi dan kuretase
2.9 Komplikasi
Komplikasi terapi kuretase pada abortus infeksiosus sama kemungkinannya seperti
komplikasi kuretase pada umumnya,antara lain
a. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada
dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan
dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan
yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi
perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya
15
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda
bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera
b. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri
internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan
pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah
kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
c. Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok,
karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu
tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
d. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah
dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
e. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan antara lain
infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi.
f. Lain – lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa eneg, muntah, dan
diare.
16
Bila abortus infeksiosus ini tidak segera mendapat penanganan yang adekuat
dapat menimbulkan syok septik dan kematian pada ibu.14
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Penderita
Nama : Ny. A
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : soreng
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Sudah menikah
Tanggal MRS : 18/09/2012
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Perdarahan pervaginam
Anamnesis Khusus :
Riwayat penyakit sekarang:
G1P0A0 merasa hamil 3 bulan mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak 7 hari
SMRS. Perdarahan bergumpal- gumpal dan membasahi kurang lebih 1 pembalut tiap
hari dengan rasa nyeri. Riwayat keluar jaringan seperti daging (-), riwayat keluar
gelembung- gelembung seperti telur ikan (-), riwayat panas badan (+), riwayat minum
jamu- jamuan / obat-obatan (-).
Anamnesis Tambahan :
Riwayat Menikah :
Istri, 19 tahun, SMP, Buruh
Suami, 20 tahun, SMP, Wiraswasta
Riwayat obstetric :
1. Hamil ini
HPHT : 25 juni 2012
TP : 2 Januari 2013
18
Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Pasien tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke bidan maupun dokter, dan pernah
USG
Riwayat KB
Penderita tidak pernah memakai KB sebelumnya
Riwayat Imunisasi
Belum pernah di imunisasi
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Present (28/7/2011)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu tubuh : 39,3 °C
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 35 kg
2. Status General
Kepala : Mata : anemia +/+, ikterus -/-, isokor
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lembut, NT (+). DM (-), ps/pp (-/-),
Ekstremitas : oedema tidak ada pada keempat ekstremitas
3. Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar:
Abdomen : Datar, lembut, NT (+). DM (-), ps/pp (-/-),
TFU : dua jari di atas simfisis
19
Pemeriksaan Dalam:
v/v : t.a.k
porsio : tebal/lunak
ostium : terbuka
ketuban : (-)
3.4 Pemeriksaan Penunjang
USG
Tgl : 11/9/2012
ditemukan sisa jaringan intra uterin
Laboratorium
Darah lengkap (18/9/2012)
Leukosit ↑ : 11000
HGb : 10,5
3.5 Diagnosis
G1P0A0 gravida 12-13 minggudengan abortus febrilis
3.6 Penatalaksanaan
(28/7/2011)
Therapi:
a. IVFD RL 30 tts/menit
b. Cefotaxim 2x2 gram IV
c. Metronidazole 2x1
d. Parasetamol 3x1
e. Gastrul 2:1
f. Rencana kuret
g. Observasi TTV
20
3.7 Follow Up
Tgl Keluhan Objektif Assesment Penatalaksanaan 18/9 Perdarahan
pervaginam (+),Nyeri perut (+), Panas badan (+),Lemas(+), pusing (+), BAB/BAK (+)
St.PresentT : 90/70 mmHgN : 80 x/menitR : 22 x/menittax: 380C
St. General Mata: konjungtiva anemis -/-THT: dbnTho: dbn
St ginekologiAbd : datar, lembut, NT (+), ps/pp (-/-)TFU: tidak terabaPerdarahan pervaginam +Kontraksi baik
G1P0A0 gravida 12 13 minggu dengan abortus febrilis
Cefotaxaxime 2 x1Metronidazol 3 x 1kuretase
19/9 Perdarahan pervaginam (+),Nyeri perut (+), Panas badan (-),Lemas(+), pusing (+), BAB/BAK (+)
St.PresentT : 90/70 mmHgN : 80 x/menitR : 20 x/menitS : 35,50C
St. General Mata: konjungtiva anemis -/-THT: dbnTho: dbn
St ginekologiAbd : datar, lembut, NT (+), ps/pp (-/-)TFU: tidak terabaPerdarahan pervaginam +Kontraksi baik
UL :Leukosit 5-8/lpbSel ragi/yeast (+)Bakteri (+)
P0A1 post kuretase atas indikasi abortus febrilis
-Cefadroxil 2x500 -Asam mefenamat 3x500- metergin 3x0,125-paracetamol jika demam-boleh pulang
21
3.7 Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad funcionam : ad bonam
22
BAB IV
SIMPULAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. Abortus infeksiosus ialah
abortus yang disertai infeksi pada alat genital. Kejadian ini merupakan salah satu
komplikasi dari tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan
kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Kasus adalah permpuan, 19 tahun dengan keluhan utama perdarahan
pervaginam yang disertai tanda-tanda infeksi yang disertai demam. Dari pemeriksaan
penunjang laboratorium ditemukan leukositosis. Sedangkan pemeriksaan USG
ditemukan sisa jaringan intra uterin. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan didukung
oleh pemeriksaan penunjuang maka pasien didiagnosis dengan abortus febrilis.
Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus ini adalah MRS, pemberian terapi cairan,
analgetik, antipiretik dan kombinasi 2 jenis antibiotik. Setelah kedaan umum stabil
dilakukan tindakan kuretase pada pasien untuk mengeluarkan sisa jaringan. Selanjutnya,
pasien diberikan terapi oral berupa antibiotic, uterotonika, analgetik dan dimonitoring
vital sign dan keluhan pasca kuretase. Karena keadaan pasien membaik pasca kuetase
maka pasien dapat dipulangkan.
Mengingat adanya kemungkinan komplikasi infeksi sistemik, pasien dengan
kasus abortus Febrilis perlu segera mendapat pengelolaan yang adekuat kerena dapat
menjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan dapat jatuh ke dalam syok
septik.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanifa W, dkk. 1999. ‘Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan’. Ilmu Kebidanan.
Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal : 302 – 12
2. Sulaiman S, dkk. 2005. ‘Kelainan Lama Kehamilan’. Obstetri Patologi. Penerbit
EGC. Jakarta. Hal 1 – 9
3. Sarwono P. 2010. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Ilmu Kebidanan Edisi 4.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal: 473
4. Anonim, 2007. Abortus inkomplit. www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-
inkomplit.
(Accesed : 6th August 2011)
5. Anonim. 2008. Statistik Aborsi. http://forum.aborsi.org/. (Accesed : 6th August
2011)
6. Anonim. 2008. Abortus Incomplete.
http://www.duniasex.com/forum/archive/index.php. (Accesed : 6th August 2011)
7. Martin L. Pernoll. 2001. ‘Early Pregnancy Complication’. Benson and Pernoll’s
Handbook of Obstetri and gynecology. Chapter 10. 10th Ed. McGraw-Hill Company.
New York. Pp 295 – 307
8. Cuningham, M. G., et al. 2005. ‘Abortion’. Williams Obstetrics. Section 3. 22nd Ed.
McGraw Hill Company. New York. Pp: 231 – 52
9. Yosef. 1996. ‘Perdarahan Selama Kehamilan’. Cermin Dunia Kedokteran, nomor:
112, Jakarta. Hal 32 – 5
10. Anonim. 2008. Abortus. www.rofiqahmad.wordpress.com . (Accesed : 6th August
2011)
11. Anonim. 2008. Gugur Kandungan. www. wikipedia.org /wiki/ gugurkandungan .
(Accesed : 6th August 2011)
12. Gulardi H, Norovono W. 1999. ‘Kelainan pada Lamanya Kehamilan’. Cakul Obgyn
Plus. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
13. Yasin S. 2006. Penanganan Kebidanan Abortus Inkomplit. www.siaksoft.net.
(Accesed : 6th August 2011)
14. Anonim. 2011. Kuretase. http://galleries-askeb.blogspot.com/2011/05/makalah-
kuretase.html. (Accesed : 6th August 2011)
24