Abortus Case 5

24
 REFLEKSI KASUS STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Pembimbi ng : P rof. dr . Djaswadi D asuki, MPH, Ph .D, Sp. OG ( K) Nama : Lingga Pradipta NIM : 07/254620/KU/12466 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA  YOGYAKARTA 2011

Transcript of Abortus Case 5

Page 1: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 1/24

REFLEKSI KASUSSTASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

Pembimbing : Prof.dr. Djaswadi Dasuki, MPH, Ph.D, Sp. OG (K)Nama : Lingga Pradipta

NIM : 07/254620/KU/12466

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS GADJAH MADA

 YOGYAKARTA

2011

Page 2: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 2/24

Case 2

Abortus kompletus

Seorang wanita umur 24th dengan riwayat obstetri (G1P0A0), hpm 19/3/2011, hpl 26/12/2011

UK 39minggu+1hari. Mengeluhkan kencang-kencang teratur, air ketuban belum keluar, dan

lendir darah (+), gerak janin (+). Riwayat asma,dm hipertensi, alergi, penyakit jantung negatif.

Keadaan umum baik, vital sign td=120/70, n=87x/min, R=20x/min, T=37'c

Palpasi: janin tunggal.letak memanjang, presentasi kepala, kepala teraba 4/5 bagian, his 3-

4/20-25” TFU 26cm

Pemeriksaan dalam : v/u tenang, dinding vagina licin, cervix sedikit tebal, lunak, selket (+),

presentasi kepala(kepala turun s-1) , LD(+) , AK(+).

Pemeriksaan penunjang (saat datang) :

-Usg ; janin tunggal, letak memanjang, presentasi kepala, djj(+), gerakan (+).

Darah rutin : hb=11,2g/dl al=14,2x10³/ml at=257x10³/ml hmt=37,2% ae=3,7x10 /ml.

Ppt=11 aptt=12

Diagnosis : Persalinan normal presentasi kepala.

Page 3: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 3/24

Abortus

Pendahuluan

Ada beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus, misalnya faktor paritasdan ibu, mempunyai pengaruh besar. Risiko abortus semakin dengan bertambahnya paritas dan

semakin bertambahnya usia ibu dan ayah ( Cunningham, 2000). Riwayat abortus pada

  penderita abortus nampaknya juga merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang.

Kemungkinan terjadinya abortus berulang pada seorang wanita yang mengalami abortus tiga

kali atau lebih adalah 83,6 % (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2000)

Selain beberapa faktor diatas, penyakit ibu seperti pneumonia, typhus abdominalis,

 pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu pula dengan penyakit-

 penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang terjadinya abortus.

1. DEFINISI 

Abortus adalah terhentinya kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

di luar kandungan, biasanya pada usia kehamilan di bawah 20 minggu. 1,2

Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum

dianggap sanggup hidup sendiri di luar uterus, maksudnya belum diartikan apabila fetus itu

 beratnya antara 400-1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. 1,2

Sedangkan menurut Jefcoat abortus adalah pegeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia

kehamilan 28 minggu yaitu belum viable.  Holmer mengatakan abortus adalah teputusnya

kehamilan sebeum 16 minggu dimana proses plasentasi belum selesai. 1,2

INSIDENSI

2. ETIOLOGI 

Penyebab abortus masih sering diperdebatkan dan biasanya penyebabya lebih dari satu faktor.

Faktor-faktor yang menyebabkan abortus antara lain ; 1,2,6,7

1. Kelainan Genetik  

Sekitar 50% kejadian abortus oleh karena kelainan karotip embrio biasanya merupakan kelainan

sitogenik yang terjadi pada awal kehamilan dapat berupa aneuploidi atau poliploidi. Separuh

dari abortus karena kelainan sitogenik karena trisomi autosom

Kelainan gen yang abnormal mungkin terjadi karena adanya mutasi gen yang mengganggu

Page 4: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 4/24

  proses implantasi contohnya mytotonic dystrophy. Gangguan jaringan lain seperti sindrom

Marfan, sindrom Ehlers-Danlos, pada perempuan juga sering dijumpai sickle cell anemia yang

sering menyebabkan abortus. Abortus berulang bisa disebabkan penyatuan 2 kromosom yang

abnormal

Menurut Hertig pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Dari1000 abortus spontan 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis, 3,2% disebabkan oleh

kelainan letak embrio dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.

Pada ovum yang abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid villi. Apabila usia

kehamilan sudah lebih dari satu bulan biasanya baorts yang disebabkan oleh karena kelainan

ovum dapat disingkirkan.

2. Kelainan Genitalia Ibu

Defek anatomis uterus seperti hipoplasia uteri, uterus bikornis, kelainan letak uterus seperti

retrofleksi uteri fiksata diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetric seperti abortus

  berulang Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan Pada

 perempuan dengan riwayat abortus ditemukan anomali uterus pada 27% pasien.

Persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi seperti kurangnya

 progesterone atau estrogen, endometriosis, mioma submukosa. Risiko kejadiannya antara 10-

30% pada perempuan usia reproduksi

Sindroma asherman bisa menyebabkan gangguan implantasi serta pasokan darah pada

 permukaan endometrium.

3. Infeksi

Beberapa jenis organisme yang diduga berdampak pada kejadian abortus antara lain :

- Bakteri :Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma urealitikum.

- Virus : Sitomegalovirus, Rubela, Herpes simpleks virus.

- Parasit : Toksoplasmosis gondii, Plasmodium falsiparum

- Spirokaeta : Treponema pallidum.

Teori peran infeksi mikroba terhadap kejadian abortus dikemukakan oleh DeForest :

a) Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin, yang berdampak 

langsung, pada janin atau fetoplasenta

 b) Infeksi janin yang bias berakibat kematian janin atau cacat janin sehingga janin sulit

 bertahan hidup

Page 5: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 5/24

c) Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genital bawah yang bias

menggangu proses implantasi

d) Amnionitis

e) Memacu perubahan genetik dan anatomk embrio umumnya oleh karena virus

selama kehamilan awal.4. Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1- 10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau, radiasi,

umumnya berakhir dengan abortus, misalnya, paparan terhadap buangan gas anestesi dan

tembakau.Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang

mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida

 juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya

gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat

terjadinya abortus.

5. Faktor Hormonal

Pada wanita hamil dengan diabetes mellitus dan dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester 

 pertama risiko terjadi abortus meningkat signifikan.

Progesteron punya peranan penting dalam mempengaruhi reseptivitas endometrium terhadap

implantasi embrio. Kadar progesteron yang rendah dianggap berhubungan dengan risiko

abortus. Fase luteal punya peran kritis pada usia kehamilan 7 minggu yaitu saat dimana

trofoblas menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus

luteum sebelum usia kehamilan 7 minggu akan menyebabkan abortus. progesterone diberikan

dapat menyelamatkan kehamilan.

4. KLASIFIKASI

1. Abortus kompletus 1,2,3,6,8,12

Keluarnya seluruh basil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu. Ditandai

dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi.Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai

 beberapa waktu lamanya.Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen yang sudah

hilang.

Page 6: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 6/24

2. Abortus inkompletus 1,2,3,6,8,12

Keluarnya sebagian, terapi tidak seluruh basil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20

minggu . Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pada kehamilan <>abortuscompletus) Pada kehamilan> 10 minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak terjadi secara

 bersamaan dan sebagian masih tertahan didalam uterus. (abortus incompletus) yang biasanya

disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsespsi.

Perdarahan umumnya persisten dan seringkali sangat banyak.

3. Abortus iminens (mengancam) 1,2,3,6,7,8,12

keadaan di mana perdarahan berasal dari intrauteri yang timbul sebelum umur kehamilan

lengkap 20 minggu, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran basil konsepsi dan

tanpa dilatasi serviks. 20% wanita hamil mengalami perdarahan pervaginam pada trimester 

I. Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh perdarahan akibat adanya

implantasi. Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat atau tanpa disertai rasa nyeri.

Page 7: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 7/24

4. Abortus insipiens 1,2,3,9,10,11,12

keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan dilatasi ser viks kontinu dan

  progresif, tetapi tanpa pengeluaran basil konsepsi sebclum umur kehamilan lengkap 20

minggu. Ditandai dengan nyeri abdomen atau nyeri punggung, perdarahan pervaginam

dengan dilatasi servik.Abortus sudah tak mungkin dipertahankan bila terjadi pendataran dandilatasi servik dan atau terjadi pecahnya selaput ketuban.

5.  Missed abortion1,2,3,9,10,11,12

 Abortus yang embrio atau janinnya meninggal dalam uterus sebelum umur kehamilan lengkap

20 minggu, tetapi basil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih. etelah

kematian janin, janin tidak segera dikeluarkan14.Retensi kehamilan diperkirakan terjadi oleh

karena masih adanya produksi progesteron plasenta yang terus berlanjut dan produksi estrogen

yang turun sehingga kontraktilitas uterus menurun. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya

gangguan faal pembekuan darah bila janin mati tidak dikeluarkan dalam waktu lebih dari 8

minggu.

6. Abortus septic 1,2,3,6,8,12

Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya ke dalam

sirkulasi sistemik ibu.

7. Abortus provokatus 1,9,10,11,12

1.Abortus provokatus atas indikasi medis

Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu,

dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk 

melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan

tanggung jawab profesi.

Syarat untuk melakukan abortus provokatus atas indikasi medis :

1. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suami atau keluarga dekat.

2. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang memadai, yang

ditunjuk oleh pemerintah.

3. Dokumen medik yang lengkap.

4. Harus meminta pertimbangan tim ahli.

Page 8: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 8/24

Beberapa indikasi medik yang dapat dipertimbangkan antara lain :

1. Faktor kehamilannya sendiri

2. Kehamilan ektopik  

3. IUFD4. Molahidatidosa

5. Kelainan plasenta

Oleh karena dengan tindakan abortus ini dimatikan insan yang hidup, maka indikasi

untuk melakukan abortus buatan yang secara umum diterima ialah apabila terus

  berlangsungnya kehamilan membahayakan kesehatan wanita yang bersangkutan9. Perlu

dikemukakan bahwa menurut kitab undang-undang hukum pidana yang sekarang masih berlaku

di Indonesia, melakukan abortus dianggap sebagai kejahatan dan dilarang. Akan tetapi, dalam

 praktek seorang dokter yang melakukan abortus atas indikasi yang dilihat dari kesehatan

ibu yang dapat dipertanggung jawabkan. Keputusan untuk melakukan abortus hendaknya

  jangan diambil sendiri oleh seorang dokter umum, sebaiknya penderita diserahkan kepada

seorang ahli kebidanan dan kandungan yang masih perlu mengadakan konsultasi dengan dokter 

lain yang ahli dalam bidang yang menjadi indikasi untuk tindakan tersebut.

Laporan yang teliti dan lengkap dan ditanda tangani oleh dokter-dokter yang bersangkutan,

lebih baik lagi apabila keputusan untuk melakukan abortus diambil oleh suatu panitia abortus

yang dibentuk oleh suatu instansi yang berwenang.

Suatu indikasi lain yang umumnya diterima untuk melakukan abortus ialah apabila ada

kemungkinan cukup besar bahwa janin yang akan dilahirkan akan menderita cacat. Hal itu

antara lain bisa terjadi pada wanita hamil yang menderita Rubella atau yang minum obat

seperti Thalidomide dalam triwulan pertama.

2.Abortus provokatus kriminalis

Kurang lebih 40% dari semua kasus abortus provokatus kriminalis. Pelaku abortus kriminalis

 biasanya adalah :

• Wanita yang bersangkutan

• Dokter / tenaga medis lain

• Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki

kehamilan seorang wanita.

Page 9: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 9/24

Cara melakukan abortus provokatus kriminalis :

1. Kekerasan mekanik :

• Umum : latihan olah raga berlebihan, naik kuda berlebihan, mendaki gunung,

 berenang, naik turun tangga yang berlebihan, tekanan/trauma pada abdomen.

•Lokal :

- Memasukkan alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil,paku, jeruji sepeda.

- Kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam

uterus untuk melepas kantong amnion.

- Alat untuk memasang IUD

- Alat yang dapat dilalui arus listrik.

2. Kekerasan kimiawi/obat obatan atau bahan bahan yang bekerja pada uterus.

8. Abortus habitualis terjadinya tiga atau lebih abortus spontan berturut-turut.

Bila abortus berulang diperkirakan akibat endometritis, perlu dikerjakan kultur jaringan

endometrium.

Masih belum jelas apakah toxoplasmosis – cytomegalovirus – virus herpes – rubella atau

listeria dapat menjadi penyebab dari peristiwa abortus berulang. Saat ini, peranan dari vaginosis

 bakterial dalam peristiwa abortus berulang sedang diteliti Disfungsi endokrin seperti PCOS

(polycystic ovarian syndrome) dapat disingkirkan dengan melakukan ultrasonografi TVS.

Banyak ahli berpendapat bahwa penyakit tiroid dan diabetes bukan merupakan penyebab

abortus berulang.

Kelainan kromosome pada kedua orang tua menyangkut sekitar 5% abortus berulang dan tidak 

ada terapi khusus.

Faktor imunologi mendapatkan perhatian khusus selama 10 tahun terakhir ini. Secara teoritis,

  bila kedua orang tua menggunakan beberapa HLA (Human Leucocyt Antigen) secara

 bersamaan maka janin dari pasangan ini tidak mampu untuk memberikan rangsangan yang

memadai terhadap ibu untuk menghasilkan suatu “blocking antibody”   untuk janin alogenik 

sehingga terjadi abortus. Pada kasus seperti itu, bila wanita tersebut berganti pasangan maka

kemungkinan abortus berulang menjadi turun.

Beberapa wanita yang menderita penyakit autoimune terutama sindroma antifosfolipid (APLS)

dan sistemik lupus eritematosus (SLE) memiliki reaksi “blocking antibody” kuat yang menjadi

 penyebab terjadinya abortus  berulang.

Page 10: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 10/24

Bila dari hasil pemeriksaan laboratorium terbukti adanya SLE maka terapi berupa pemberian

aspirin dan heparin dosis rendah yang dapat memperbaiki angka lahir hidup dari 10%

menjadi 70%.

5. MEKANISME ABORTUS

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat

adanya perdarahan minimal pada desidua. 12

Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan

terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.12

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :12

Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis

cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan

dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.Perdarahan pervaginam terjadi saat proses

 pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu:12

Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan

diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum

uteri.

Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding

cavum uteri.Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.

Pada kehamilan minggu ke 14 – 22: 12 

Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat

kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan

gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.

Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.

Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri

dengan intensitas beragam.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 1,2, 12

1. Darah lengkap

Page 11: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 11/24

o Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.

o LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

2. Tes kehamilan

o Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif. terjadinya

kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan ataukehamilan ektopik).

Ultrasonografi 1,2,3,6,7,11,12

USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 – 5 minggu.

Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 – 6

minggu).

Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan

untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.

Pada abortus imimnen, mungkin terlihat adanya kantung kehamilan (gestational sac GS) dan

embrio yang normal.

Prognosis buruk bila dijumpai adanya :

• Kantung kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak adanya kutub janin.

• Perdarahan retrochorionic yang luas ( > 25% ukuran kantung kehamilan).

• Frekuensi DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ).

Pada abortus inkompletus, kantung kehamilan umumnya pipih dan iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik dalam cavum uteri.

Pada abortus kompletus, endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil

konsepsi.

Pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau janin tanpa ada detik jantung janin.

7.

8. KOMPLIKASI

Perforasi 1,2,13,14,15

Dalam melakukan dilatasi dan kuretase harus diingat bahwa ada kemungkinan terjadinya

 perforasi uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum

atau ke kandung kemih.. Bahaya perforasi adalah perdarahan dan peritonitis.

Page 12: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 12/24

Luka pada serviks uteri1,2,3,13,14,15

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan, maka dapat timbul sobekan pada

serviks uteri.

Perlekatan dalam kavum uteri13,14,15

Melakukan kuretase secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsiharus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal ini

dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa ternpat.

Perdarahan1,2,6,8,13,14,15,16

Kuretase pada kehamilan lanjut atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan.

Oleh sebab itu, jika perlu diberikan transfusi darah dan sesudah kuretase selesai

dimasukkan tampon kasa

Infeksi 1,2,14,15

Apabila syarat-syarat asepsis dan antisepsis diindahkan, bahaya infeksi tidak besar.

Sepsis akibat abortus paling sering disebabkan oleh organisme patogen yang berasal dari

flora usus clan vagina.Infeksi paling sering ditemukan hanya pada uterus dalam bentuk 

metritis, parametritis, peritonitis (lokalisata dan generalisata) dan septikemia tidak jarang

 pula ditemukan.

Dari 300 kasus abortus dengan disertai gejala demam di rumah sakit Parkland hasil

kultur darah yang positif ditemukan pada seperempat kasus organisme yang dijumpai.

Or anisme dikultur Frekuensi (%)

Anaerob 63

Streptokokus 41

Bact; 9

Clostridium perfringens 4

Aerob 37

Escherichia coli 14

Pseudomonas 9

Streptococcus β-hemolyticus 4

3Enterococcus

Kombinasi 7

Page 13: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 13/24

DAFTAR PUSTAKA

1. Gary FC, Mac Donald PC. Abortus. Obstetri Williams. Ed 21 vol. 2. .Mc Graw hill ; 2006: 951-975.

2. Sarwono Wiknjosastro H.Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan pada Ilmu Kebidanan . Ed 3. Yayasan

Bina Pustaka, Jakarta, 1999 : 302-312.

3. S.Abdul Bari . Perdarahan dalam Kehamilan Muda pada buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta;2006:145-159.

4. R. Jeannie, Sharring Responsibility Women Society & Abortion Worldwide. Chapt. 1. Induced

Abortion:an Individual Decision, a Shared Responsibility. The Alan Guttmacher Institute. 1995.

5. Sedgh G and Ball H.Abortion in Indonesia,in Brief,Guttmacher institute,New York;2008

6. Sarwono Prawirohardjo.Abortus,perdarahan pada kehamilan muda,Ed 4,cet 1,PT Bina

 pustaka,Jakarta,2008:460-490.

7. Ralph c.benson,martin .L.Pernoll.Komplikasi kehamilan awal.Buku saku Obstetrii dan ginecologi.EGC

Jakarta;2009:293-305

8. Muluk. F.A. dkk. Abortus pada Standard Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PerkumpulanObstetri dan Ginekologi Indonesia. Jakarta: 2006: 23-25

9. H. Bantuk. Abortus Spontan Berulang pada Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya. 2004 :

326-334

10. Widjanarko Bambang. Abortus. Fak UMJ. Jakarta. September 2009.

11. Hanifa Wiknjosastro.Ilmu kandungan.Gangguan bersangkutan dengan konsepsi.ED 2,CET 5:2007

12. Widjanarko Bambang. Abortus. Fak UMJ. Jakarta. September 2009.

13. Wikipedia.Abortion;2 0ktober 2010:1-20

Diunduh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/abortion

14. Taber, Ben-zion. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi (Manual of gynecologic

and obstetric emergencies). Ben-zion. Taber ; Alih bahasa, Teddy Supriyadi Johanes Gunawan ; Editor,

Megawati S. Ed 2, Jakarta, EGC 1994 : 56 – 77.

15. Rosewood Drive.Induced Abortion.The American Congress of obstetricians and

gynecologists:Danvers,MA;750-8400

Page 14: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 14/24

16. Patrick lee and Robert p.george.The wrong of abortion,Abortion;1-25.

Definisi

Page 15: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 15/24

Persalinan yang dilakukan melalui vagina.

Tanda-tanda persalinan normal:

lendir bercampur darah ,dari sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas

sehingga menyababkan keluarnya lendir bercampur darah.

Air ketuban dan kantung ketuban yang mengelilingi bayi pecah sehingga keluar 

cairan.

Kontraksi yang teratur ,kontraksi timbul secara teratur ,mula-mula kontraksi hanya

sebentar kemudian bertambah lama,bertambah kuat dan jarak kontraksi 1 dengan

kontraksi lain menjadi dekat.

Proses dan mekanisme

KALA I:

Di mulai saat persalinan mulai

Selesai saat pembukaan lengkap / dilatasi serviks sempurna (10 cm)

Biasanya berlangsung antara 18-24 jam

Terdiri atas 2 fase :

Fase Laten (selama 8 jam dengan pembukaan 4 cm)

Fase Aktif (selama 7 jam dengan pembukaan 6 cm)

Ø Ketika pembukaan sudah lengkap maka ketuban akan pecah dgn sendirinya. Jika

belum pecah lakukan amniotomi menggunakan ½ koeher.

Ø Diperkirakan berlangsung kira-kira 13jam (primigradiva) dan kira-kira 7jam

(multipara).

Ø Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin

Frekuensi DJJ; jika normal periksa tiap 30 menit pada kala I dan 15 menit pada kala II.

Jika tidak normal dan beresiko periksa tiap 15 menit pada kala I dan tiap 5 menit pada kala II.

Kontraksi uterus; mengevaluasi frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.

Intensitasnya di ukur berdasarkan ketegangan yang dicapai uterus.

Vital sign ibu; di periksa minimal tiap 4 jam. Jika selaput ketuban telah pecah maka suhu

di periksa tiap 1 jam.

Pemeriksaan vagina; teknik vagina tussae ubutk mengetahui kemajuan persalinan, status

Page 16: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 16/24

serviks dan station Hodge.

Asupan oral; oabta analgesic untuk mengurangi nyeri secara peroral 150 ml sebelum

partus di mulai. Asupan peroral juga akan memperlama pengosongan lambung yang berguna

bagi ibu saat persalinan berlangsung.

Cairan infus; pemberian oksitosin profilaksis dan bersifat therapeutik pada atonia uteri.

Serta bermanfaat untuk pencegahan dehidrasi dan asidosis dengan glukosa, Natrium dan air.

Posisi ibu; usahakan senyaman mungkin sesuai keinginan ibu untuk mempermudah dan

memperlancar persalinan.

Amniotomi; pemecahan selaput ketuban jika belum pecah dengan spontan akan

mempercepat terjadinya persalinan serta jadi deteksi dini mekonium amnion.

Fungsi kandung kemih; distensi kandung kemih dihindari karena dapat berakibat

macetnya persalinan dan infeksi saluran kemih.

Page 17: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 17/24

KALA II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir 

Terjadi selama < 2 jam pada nulipara dan < 1 jam pada multipara

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dgn terjadinya kontraksi

Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pd rektum/vagina

Perineum menonjol

Vulva-vagina & sfingter ani membuka

Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala

(mekanisme persalian normal):

- Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus

dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan

pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).

- Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his

dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3)

Page 18: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 18/24

kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi

ekstensi dan menegang.

- Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari

diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-

bregmatikus (belakang kepala).- Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran

ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala

melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.

- Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput

melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput,

bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

- Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan

sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi

anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan

bahu belakang

- Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan

mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter 

depan dan belakang, tungkai dan kaki.

Daya ekspulsif ibu

Mengejan merupakan reflex spontan

Ada istirahat bagi ibu dan janin untuk memulihkan diri dari efek gabungan kontraksi

uterus, menhan nafas dan uaya fisik yang besar 

Posisi jongkok atau ½ jongkok dengan bantal akan meningkatkan daya ekspulsif ibu

Jika kepala janin semakin turun, terlihat penonjolan perineum

Saat ke[ala menuruni panggul, ibu biasanya reflex mengeluarkan feses

Kepala janin terlihat melalui lubang vuva , dimana tahanan perineum terhadap dorongan

sudah rendah sehingga siap pelahiran

Saat di mulai kelahiran spontan kepala perineum lebih menonjol dan vulvo-vaginal lebar 

Saat kepala makin terlihat diameter vulva dan vagina teregang jauh hingga melingkari

diameter ternesar kepala janin (crowning)

Dilakukan atau tidaknya episiotomi akan beresiko. Jika episiotomi, resiko laserasi spontan

Page 19: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 19/24

meningkat terutama pada nulipara. Sedangkan jika tidak di episiotomi robekan anterior 

mengenai uretra dan labia

Manuver ritgen: tekanan sedang ke atas dilakukan pada dagu janin dengan tangan

posterior ditutup kain atau handuk steril sementara, regio sub-oksiput kepala janin ditahan

terhadap simfisis Bregma (fontanela anterior), dahi dan wajah berturut-turut muncul dari perineum

Mangusap wajah, lubang hidng, serta mulut bayi agar bayi bernafas dan meminimalisir 

cairan amnion dan darah

Saat kelahiran bahu, biarkan kepala janin putar paksi luar lalu baru letakkan kedua

tangan di masing-masing muka kanan-kiri bayi.

Traksi ke bawah untuk melahirkan bahu anterior 

Traksi ke atas untuk melahirkan bahu posterior 

Selanjutnya tangan kita menelusuri dari kepala bayi ke perineum tangan membiarkan dan

menahan lengan-siku saat lewat perineum

Setelah lengan dan tubuh lahir, lengan anterior menelusuri dari punggung bayi ke arah

kaki bayi dan menyangganya saat kaki lahir.

 

KALA III

Ø Dimulai stlh lahirnya bayi & berakhir dgn lahirnya plasenta & selaput ketuban

Ø Uterus teraba keras dgn fundus uteri agak di ats pusat, kmudian uterus akan

berkontraksi lg u/mengeluarkan plasenta dr dindingnya

Ø Pengeluaran plasenta berlangsung 6-15 menit, pengeluaran disertai dgn

Page 20: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 20/24

pengeluaran darah

Ø Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai

dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak

disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.

Ø Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalahbersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.

KALA IV

Ø Dimulai stlh lahirnya plasenta dan berakhirnya 2 jam stlh itu (post partum)

Ø Menilai pendarahan jam pertama 15 menit dan jam kedua 30 menit

Ø 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4:

kontraksi uterus harus baik,

tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,

plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,

kandung kencing harus kosong,

luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,

resume keadaan umum bayi, dan

resume keadaan umum ibu

FAKTOR MEKANIK DALAM KEHAMILAN (3P – Power, Passage, Passenger)

Power 

His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan

kardiovaskular respirasi metabolik ibu. His normal meliputi kontraksi simetris,

dominasi fundus uteri, adnya relaksasi.

Passage

Keadaan jalan lahir. Terdiri atas pintu atas, terngah dan bawah panggul.

Pintu atas panggul

Promontorium (N = 11 cm dari simfisis)

Diameter oblikus (N = 13 cm)

Pintu tengah panggul

Page 21: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 21/24

Pelvic side wall

Spina ichiadika

Pintu bawah panggul

Sacrum

Coccygeus

Arcus pubis (N = 90 derajat)

Tubera ossis iscii

Adapun jenis-jenis panggul:

Ginekoid → PAP bulat

Android → PAP segitiga

Antropoid → PAP sedikit lonjong

Platipeloid → menyempit pada bagian muka

Page 22: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 22/24

Passanger 

Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan

anatomik mayor).

Ukuran kepala janin:

Diameter suboksipito-bregma (N=9,5 cm)

Diameter oksipito-frontalis (N=11,7 cm)

Diameter oksipito-mentalis (N=13,5 cm)

Diameter submento-bregma (N=9,5 cm)

Diameter biparietal (N=9,5 cm)

Diameter bitemporal (N= 8cm)

Posisi dan variasi janin:

Ubun-ubun → teraba ubun-ubun kecil

Dahi → teraba dahi dan ubun-ubun besar 

Page 23: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 23/24

Muka → teraba dagu

Bokong → teraba sacrum

Page 24: Abortus Case 5

5/13/2018 Abortus Case 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/abortus-case-5 24/24