case 5 final

9
LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG Nama : Tanda Tangan No NIM : ............................... Topik : Finger tips injury Dokter Pembimbing : ............................... 2.8 Transfer, Keseimbangan, Berjalan 1. Transfer Pasien dapat duduk di kursi roda sejak hari pertama paska operasi apabila pasiennya sudah dalam kondisi sadar dan kooperatif. Transfer ke kursi roda dari tempat tidur dapat dilakukan dengan cara transfer ke belakang atau ke samping dengan bantuan sliding board. Transfer ke samping lebih mudah ke arah sisi alat gerak yang tidak diamputasi. Pasien dengan amputasi bilateral melakukan transfer ke depan menuju tempat tidur atau toilet karena transfer ke samping memerlukan lebih banyak kekuatan. Saat satu metode transfer telah ditentukan, seluruh tim rehabilitasi harus mempergunakan metode yang sama untuk menguatkannya. Setelah transfer, pasien kemudian diajarkan bagaimana melakukan manuver kursi roda. Hal ini akan membuat

description

Bedah

Transcript of case 5 final

Page 1: case 5 final

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Nama : Tanda Tangan

No NIM : ...............................

Topik : Finger tips injury

Dokter Pembimbing : ...............................

2.8 Transfer, Keseimbangan, Berjalan

1. Transfer

Pasien dapat duduk di kursi roda sejak hari pertama paska operasi apabila pasiennya

sudah dalam kondisi sadar dan kooperatif. Transfer ke kursi roda dari tempat tidur dapat

dilakukan dengan cara transfer ke belakang atau ke samping dengan bantuan sliding board.

Transfer ke samping lebih mudah ke arah sisi alat gerak yang tidak diamputasi. Pasien dengan

amputasi bilateral melakukan transfer ke depan menuju tempat tidur atau toilet karena transfer ke

samping memerlukan lebih banyak kekuatan. Saat satu metode transfer telah ditentukan, seluruh

tim rehabilitasi harus mempergunakan metode yang sama untuk menguatkannya. Setelah

transfer, pasien kemudian diajarkan bagaimana melakukan manuver kursi roda. Hal ini akan

membuat pasien mampu berkeliling ruang perawatan dan memberikan rasa bebas pada pasien.4

2. Latihan keseimbangan

Keseimbangan saat duduk dapat diperbaiki dengan mendorong timbulnya reaksi

keseimbangan, dengan melakukan tapping ke seluruh arah, atau dengan stabilisasi batang tubuh

jika pasien tidak stabil. Tahap berikutnya dapat diberikan balance board (wobble board).

Reedukasi keseimbangan ke arah lateral ke anterior-posterior.4

3. Latihan berjalan

Pasien dengan amputasi kaki unilateral biasanya dapat mulai berjalan sebelum prostetik

di fitted dengan menyeimbangkan satu kaki dengan penyokong lengan bawah atau underarm

crutches. Pasien dengan amputasi bilateral dilatih untuk melakukan transfers dengan kursi roda.

Latihan melakukan partial weight bearing dapat dilakukan pada parallel bars dengan atau tanpa

Page 2: case 5 final

alat bantu. Saat luka telah sembuh, pasien mempunyai puntung yang cukup kuat disokong oleh

compression socks atau bandage dan latihan berjalan pun dapat dilakukan pada parallel bars.

Tergantung stabilitasnya, pasien kemudian dapat meningkatkan latihannya dengan

mempergunakan alat bantu frame atau crutches. Bentuk mobilisasi ini bermanfaat untuk pasien

agar dapat bergerak di sekitar rumah karena lebih mudah dan lebih cepat daripada

mempergunakan prostetik, selain itu pula tidak seluruh ruangan dapat dicapai bila pasien

mempergunakan kursi roda.4

2.9 Rehabilitasi Prostetik

Keberhasilan rehabilitasi prostetik tergantung dari banyak faktor. Satu yang paling

penting dan sering diperhatikan adalah keinginan dan motivasi pasien. Hal ini tidak membuat

perbedaan bagaimanapun sederhana atau berpengalamannya prostesis jika pasien tidak memiliki

usaha untuk menggunakannya. Kebanyakan pasien pada awalnya ingin memakai prostetik

setelah amputasi; namun, setelah mereka benar-benar melihat dan menyentuhnya dan merasa

berat, mereka menjadi kurang antusias. Oleh karena itu, pasien amputasi harus diberi kesempatan

mengenal tipe prostetik dan mungkin perlu berbicara dengan orang yang menggunakannya. Jika

setelah hal ini dilakukan, mereka termotivasi mengikuti rehabilitasi prostetik, semua faktor

lainnnya harus dipertimbangkan. Hal ini termasuk cardiovaskuler, masalah vaskuler pada

puntung, deficit cerebrovaskuler, dan masalah sensasi, penglihatan atau pendengaran. Dengan

melihat respon fisiologis pasien yang sebenarnya dalam mengeluarkan energi dari penggunaan

prosthesis, hal ini diperlukan mengukur vital sign, heart rate, dan EKG selama dan setelah

latihan dengan sepeda atau treadmill dan mengumpulkan udara ekspirasi untuk segera dianalisis.3

Penilaian untuk peresepan prostetik ditentukan saat puntung telah sembuh, sekitar 2-3

minggu paska operasi. Keputusan pemesanan prosthesis adalah tanggungjawab seorang dokter,

tetapi jika memungkinkan pemesanan harusnya dilakukan oleh sebuah tim kesehatan

professional yang ahli sehingga dapat membantu dalam pemesanan. Jika telah diputuskan untuk

memesan prosthesis, peresepan yang benar harus ditulis sehingga tidak ada kesalahan atau

kesalahpahaman tentang pemesanan. Penulisan resep yang detail harus dilakukan meliputi semua

komponen termasuk bahan yang digunakan dipabrik, bentuk socket, metode penyangga, tipe dari

mekanisme lutut, cetakan, dan pemasangan sendi ankle.3

Kategori kaki transtibia :7

1. SACH (Solid Ankle, Cushioned Heel): sederhana, aktivitas rendah/fungsi, rigid

Page 3: case 5 final

2. Single Axis : kaki datar cepat, meningkatkan stabilitas lutut

3. Multi-Axis : beradaptasi dengan tanah yang tidak rata, baik untuk berjalan di luar ruangan,

dapat mengurangi dampak pada kulit

4. Elastic Keel/Dynamic : smooth rollover, nyaman, responsif, tidak mungkin mendorong

5. Energy storing : carbon keel, menyimpan energi dalam posisi awal, memberikan kembali

saat kaki diangkat, baik untuk tingkat aktivitas yang lebih tinggi.

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

1,7

1 1

Page 4: case 5 final

Gambar 2.6

Gambar 2.7 Energy

1,7

Page 5: case 5 final

2.10 PrognosisSetelah periode segera untuk kematian secara langsung berkaitan dengan operasi, Roon

dan rekan kerja menemukan 5 tahun diharapkan tingkat kelangsungan hidup setelah amputasi

ekstremitas bawah menjadi 45% dibandingkan dengan 85% populasi normal untuk usia yang

disesuaikan. Mereka juga melaporkan bahwa kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi

nondiabetic hampir normal sekitar 75%, sedangkan kelangsungan hidup 5 tahun untuk amputasi

diabetes hanya 39%. Laporan lainnya tingkat kematian 30%, 50% dan, 70%, setelah 5, 10, dan

15 tahun, masing-masing, pada mereka dengan ekstremitas kritis iskemia. Kematian ini terutama

disebabkan oleh komorbiditas penyakit jantung dan otak. Faktor resiko meliputi merokok,

diabetes, dan hypertension. Dari pasien yang selamat, iskemia tungkai kritis akan berkembang

pada sisa ekstremitas dalam l8% - 28% dalam waktu 2 tahun amputasi. Penderita diabetes tidak

hanya mengalami gangguan vaskuler, tetapi juga menderita neuropati sensorik menuju ulserasi.

Tindak lanjut perawatan ekstremitas kontralateral disvasculer termasuk pemotongan kuku dan

kalus, konseling tentang perawatan kulit kaki, hanya menggunakan pisau cukur listrik untuk

mencukur kaki, dan kontrol ketat dari diabetes.1

Pada tahun 1960, ketahanan hidup 5 tahun untuk osteogenic sarkoma adalah kurang dari

20%, tapi bertahan hidup 3 tahun telah ditingkatkan menjadi 60%-85%, dengan perbaikan hidup

yang sama untuk sarcoma tulang dan jaringan lunak lainnya.1

Page 6: case 5 final

BAB III

KESIMPULAN

1. Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.

2. Indikasi amputasi: Live saving dan Limb saving.

3. Komplikasi amputasi : masalah kulit, infeksi, tulang, neuroma, phantom sensation, phantom

pain, edema, kontraktur, respirasi & sirkulasi.

4. Edema dapat diatasi dengan elastic bandage figure of eight.

5. Kontraktur sendi dapat dihindari dengan menghindari posisi fleksi genu, abduksi hip, dan

fleksi hip.

6. Hal yang harus diperhatikan pada pasien yang ingin menggunakan prostetik :

kardiovaskuler, masalah vaskuler pada puntung, defisit serebrovaskuler, dan masalah

sensasi, penglihatan dan pendengaran.

Page 7: case 5 final

DAFTAR PUSTAKA

1. McAnelly, RD., & Virgil W. Faulker. 1996. Lower Limb Prostheses. Randall L. Braddom, et al (Eds.). Physical Medicine & Rehabilitation. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.289-297.

2. Reksoprodjo, S. 1988. Indikasi dan Kondisi Pra/Pasca Amputasi. Naskah Lengkap Simposium Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Medik Dalam Klinik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.48-49.

3. Friedmann, LW. 1990. Rehabilitation of The Lower Extremity Amputee. Frederic J. Kottke, et al (Eds.). Krusen’s Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. 4th Edition. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.1024-1068.

4. Vitriana. 2002. Rehabilitasi Pasien Amputasi Bawah Lutut dengan Menggunakan Immediate Post Operative Prosthetic. [Online]. [Diakses 19 Juli 2010]. HYPERLINK http//www.pustaka.unpad.ac.id/rebilitasi_pasien_amputasi _ bawah_lutut.pdf.

5. Cumming, V. et al. 1984. Management of The Amputee. Asa P.Ruskin, et al (Eds.). Current Therapy In Physiatry Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.214-218

6. Garrison, S.J.. 1995. Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation Basics. Philadelphia : J.B Lippincolt Company.

7. Mead D, & Sharon G. 2007. Lower Extremity Amputations. [Online]. [Diakses 27 Juli 2010]. HYPERLINK http//www.fhs.mcmaster.ca/surgery/ documents/lower_extremity_amputations.pdf