FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
Nama Mahasiswa : Rismeiniar Yuniar Pattisina Tanda Tangan
NIM : 102012145
Dr. Pembimbing : dr. Iaman, SpOG
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Ny. T Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 18 tahun Suku Bangsa : Betawi
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP
Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28
RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan
Tanggal masuk : 10 Maret 2014
IDENTITAS SUAMI
Nama Lengkap : Tn. H Pekerjaan : Buruh Lepas
Usia : 24 tahun Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Balai Rakyat Dalam No.28
RT 05/03, Kelurahan Tugu Selatan
Agama : Islam
A. ANAMNESIS
1
Diambil dari Autoanamnesis, tanggal 3 Maret 2014
Keluhan Utama:
Keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri di bagian bawah perut
Riwayat Kehamilan Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Darah yang keluar awalnya
sedikit namun darah yang keluar menjadi banyak berwarna merah gelap. Pasien sudah 2x ganti
pembalut. Pasien juga merasa nyeri perut bawah sejak 2 jam SMRS. Pasien tidak merasa pusing
atau pun mual-muntah. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama, belum
pernah melahirkan sebelumnya dan belum pernah keguguran.
Riwayat Kehamilan Dahulu
1) Hamil ini
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga dengan riwayat Abortus (-)
Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.
Riwayat Haid
Menarche : usia 13 tahun, haid teratur, GP 2x/hari, lamanya 6 hari, tidak nyeri
HPHT : 22 Oktober 2013
TP : 9 Agustus 2014
UK : 17 minggu
PEMERIKSAAN FISIK
2
Status Generalis :
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Tekanan Darah : 120/80 mmHg RR : 22 x/menit
Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,6 oC
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 51 kg
Kesan Gizi : cukup
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
THT : dalam batas normal
Leher : KGB ttm, Tiroid ttm
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (–)
Paru : SN vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : striae gravidarum (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri ketok (-)
Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Status Obstetrik
Pemeriksaan Luar
Palpasi
Tinggi fundus uteri : pertengahan simphisis dan pusat
Leopold I : ballotement (+)
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
DJJ : tidak ditemukan
Pemeriksaan Dalam
I : perdarahan pervaginam (+)
VT : portio tebal dan lunak, antefleksi, pembukaan 1 cm, tidak teraba jaringan, massa/nyeri
adneksa (-), cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3
(-)
RESUME
Wanita usia 18 tahun dengan G1P0A0 hamil 17 minggu datang dengan keluhan perdarahan
dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Pasien sudah 2x ganti pembalut. Pasien juga merasa nyeri
perut bawah sejak 2 jam SMRS. Pasien tidak merasa pusing atau pun mual-muntah.
Ini merupakan kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran. HPHT : 22
November 2013, TP: 29 Agustus 2014. Menurut HPHT usia kehamilan 17 minggu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV normal, konjungtiva anemis -/-, TFU :
pertengahan antara simphisis dan pusat, DJJ : tidak ditemukan, VT: portio tebal dan lunak,
antefleksi, pembukaan 1 cm, tidak teraba jaringan, massa/nyeri adneksa (-), cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
DIAGNOSA KERJA
G1P0A0 hamil 17 minggu dengan abortus insipien
PENATALAKSANAAN
1. Rencana USG
2. IVFD RL 20 tpm
3. Observasi KU, kesadaran, TTV
4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin serta rencana
tindakan
FOLLOW UP
3 Maret 2014 pukul 06.00 WIB
S : Nyeri terasa semakin kuat di perut bagian bawah, perdarahan (+) semakin banyak dan keluar
gumpalan-gumpalan darah berwarna merah kecoklatan.
O : TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,4 oC
Nadi : 82 x/ menit RR : 22 x/menit
Mata : konjungtiva anemis -/-
VT : portio tebal lunak, antefleksi, pembukaan 3 cm, teraba jaringan.
4
Laboratorium (tanggal 3 Maret 2014)
Hematologi Lengkap
Hemoglobin : 11.4 gr/dl
Hematokrit : 34 %
Leukosit : 9600 /uL
Trombosit : 257.000/uL
A : G1P0A0 H 17 minggu dengan abortus inkomplit
P : Rencana USG
IVFD RL 20 tpm
3 Maret 2014 pukul 09.45 WIB
S : Masih terasa nyeri pada bagian bawah perut, perdarahan (+)
O : TD : 110/70 mmHg RR : 22 x/menit
Nadi : 88 x/menit Suhu : 36,5 oC
Dilakukan USG hasil kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi
A : G1P0A0 H 17 minggu dengan abortus inkomplit
P : Kuret
Laporan kuret
Kandung kencing dikosongkan oleh penderita sendiri
Pasien dalam posisi litotomi
Diberikan pronalges supp 100 mg ke anus
Diberikan SA 0,25 mg dan diazepam 5 mg secara iv bolus perlahan-lahan
Dilakukan antisepsis pada daerah genitalia eksterna, vagina dan serviks
Dipasang spekulum sims atas dan bawah, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan
tenakulum.
Sonde uterus masukkan ke dalam cavum uteri sejauh 10 cm.
Dilakukan kuretase dengan sendok kuret hingga cavum uteri bersih dari jaringan sisa
konsepsi.
Perdarahan + 100 cc
Kuretase selesai
5
3 Maret 2014 pukul 10.45 WIB (post kuret)
S : masih terasa ngilu pada daerah bagian bawah perut, pusing (-)
O : TD : 110/70 mmHg RR : 21 x/menit
Nadi : 92 x/menit adekuat Suhu : 36,2 oC
Kontraksi uterus baik
A : P0A1 post kuret a/i abortus inkomplit
P : Bactesyn 3 x 375 mg
Methergin 2 x 0,125 mg
Tramadol 2 x 50 mg
6
TINJAUAN PUSTAKA
Perdarahan pervaginam pada kehamilan muda adalah perdarahan yang terjadi sebelum
kehamilan 22 minggu. Kehamilan normal biasanya tidak disertai dengan perdarahan pervaginam,
tetapi terkadang banyak wanita mengalami episode perdarahan pada trimester pertama
kehamilan. Darah yang keluar biasanya segar (merah terang) atau berwarna coklat tua (coklat
kehitaman). Perdarahan yang terjadi biasanya ringan, tetapi menetap selama beberapa hari atau
secara tiba-tiba keluar dalam jumlah besar.
ABORTUS
A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan.
Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram. Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila
berat janin tidak diketahui.
B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi, dan
kelainan kromosom seks.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
Pengaruh dari luar
Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
7
2. Kelainan pada plasenta
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal
Beberapa penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, misalnya:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan
lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus.
b. Malnutrisi, anemia berat, avitaminosis dan gangguan metabolisme, kekurangan
vitamin A,C, atau E.
c. Penyakit berat seperti decompensasio cordis, penyakit paru berat, anemia gravis,
diabetes mellitus.
d. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dll.
e. Kelainan alat kandungan: Retrofleksi uteri, mioma uteri, hipoplasia uteri.
C. Patologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil
konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.
8
D. Klasifikasi
Abortus dapat digolongkan atas dasar :
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Abortus imminens
Ancaman akan terjadi abortus. Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan
pervaginam pada kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus (hidup atau mati) dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan dari :
Terjadinya perdarahan melalui ostium eksternum dalam jumlah sedikit-
sedikit.
Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali. Tanda-tanda akut
abodomen (-).
Uterus membesar, sebesar tuanya kehamilan.
Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup.
Tes kehamilan (+)
Terapi
- Pasien harus diobservasi. Cek Hb.
- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim.
- Diberikan obat-obatan simptomatik: antiemetik (vit B6, ondansentron,dll).
Vitamin, Asam Folat.
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah mati.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu.
9
Abortus insipiens
Abortus sedang berlangsung. Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan kurang dari 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat
dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam
hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Kehamilan sulit untuk dipertahankan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan
pervaginam yang banyak dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering,
serviks terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin
kehamilan masih positif.
Terapi
Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin
0,5 mg intramuskular.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplet. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta
masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara digital yang dapat
disusul dengan kerokan.
Memberi antibiotik sebagai profilaksis
Missed abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8 minggu.
Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil, biasanya
tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan sedikit-sedikit berwarna
coklat, pembukaan serviks masih kecil, dan tes kehamilan dapat (+) atau (-)
tergantung fungsi trofoblas.
10
Terapi
Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu.
Lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu
dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu
Infus intravena oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai
dengan 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.
Oksitosin dapat diberikan sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil,
ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
perut.
Abortus habitualis
merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut. Pada
umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir
sebelum mencapai usia 28 minggu. Etiologi abortus habitualis yaitu :
- Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan
hasilnya adalah pembuahan patologis.
- Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesterone sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat dibuktikan dengan
mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain itu juga bergantung pada gizi
ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam rahim, hipertensi oleh karena
kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili terganggu dan fetus
menjadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
11
Terapi
Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat
yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.
Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac
Donald (cervical cerclage)
Abortus infeksiosa & Septik
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia. Abortus
septic adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritonium. Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat
terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplet dan
lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis
dan antisepsis.
Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala
dan tanda infeksi alat genital seperti suhu tubuh meningkat, takikardi, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta nyeri tekan dan
dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan leukositosis. Apabila terdapat
sepsis, penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan
penurunan tekanan darah.
Terapi
Tingkatkan asupan cairan
Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah. Tidak langsung dilakukan
kuretase karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogenik.
Kecuali bila keadaan perdarahan yang sangat banyak, dapat dilakukan
kuretase disertai pemberian antibiotik dosis tinggi.
Penanggulangan infeksi:
a) Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta
b) Chloromycetin 4 x 500 mg
c) Cephalosporin 3 x 1
12
d) Sulbenicilin 3 x 1-2 gram
Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam untuk pengeluaran sisa-sisa abortus
mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang bertindak
sebagai medium perkembangbiakan kuman.
Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi.
Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan
histerektomi total secepatnya.
Abortus inkompletus
merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa konsepsi tertinggal dalam uterus. Perdarahan
abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi
dikeluarkan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai
kontraksi, kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.
Terapi
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
Ringer Laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.
Abortus kompletus
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan
pervaginam sedikit, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam
uterus.
13
Terapi
- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti Sulfas Ferosus atau transfusi
darah.
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan
bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis).
Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
E. Gejala Klinis
Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah,
mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta suhu badan
normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi
1. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
14
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina : porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, dan kavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah Lengkap
Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif.
Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum,
abortus spontan atau kehamilan ektopik).
2. Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.
Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan 5- 6 minggu).
Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat
digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.
G. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
15
Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus
dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari
luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Muda.Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal
5 Maret 2014.
2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan. Sinopsis Obstetri;
Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998. h. 209-45.
3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka; 2009. h. 459-91.
4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984. h. 7-17, 38-42.
5. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius; 2007.
17