abortu s inkomplit
-
Upload
rima-trisnawati -
Category
Documents
-
view
119 -
download
0
Transcript of abortu s inkomplit
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mencapai sasaran pembangunan milenium (millennium
development goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-
Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat
2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus dicapai.
Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun
2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Dalam visi ini
Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu
mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan.
Maksud dari visi tersebut yaitu kehamilan dan persalinan di
Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup
sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal
dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam
menghadapi persalinan yang aman.
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia-
sehat-2015/)
2
WHO memperkirakan sekitar 15–20% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Angka kematian ibu karena abortus yang
tidak aman diperkirakan 100.000 wanita setiap tahun, 99%
diantaranya terjadi di Negara–negara berkembang termasuk
Indonesia (www.locals/temp on line diakses tanggal 27 April 2011).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007
menyatakan bahwa AKI di Indonesia mencapai 248 per 100.000
kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di ASEAN. Tingginya angka
kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks
yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan
kesehatan, dan gender. Dan penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan
komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI
sebagai program prioritas pemerintah (Depkes RI, 2000).
Di Indonesia, sampai kini diperkirakan jumlah kasus aborsi
mencapai 2 juta per tahun 750.000 diantaranya dilakukan kalangan
remaja. Kejadian abortus inkomplit diperkirakan terjadi
pada 10–15% kehamilan. (Depkes RI, 2007).
3
Saat ini angka kematian bayi dan angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi, dimana cakupan pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan pasca persalinan oleh
tenaga kesehatan masih rendah sehingga keterampilan tenaga
kesehatan perlu selalu ditingkatkan, karena pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status
kesehatan (Syaifuddin AB, 2002).
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan
banyak tidak dilaporkan. Kecuali apabila terjadi komplikasi, juga
karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda
ringan. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10–15%,
frekuensi dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka
yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari sehingga wanita
itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil (Wiknjosastro H,
2005).
Berdasarkan insiden diatas ternyata abortus merupakan
masalah dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan
4
kematian serta kelangsungan reproduksi wanita. Dimana fungsi
reproduksi ini sering merepotkan manusia, banyak pasangan ingin
sekali mendapat anak dengan berbagai cara namun ironisnya disisi
lain ada pasangan yang istrinya hamil tetapi kehamilan tersebut tidak
diinginkan dan menempuh segala cara untuk menggugurkan
kandungannya. (Bertens K, 2002).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
“Bagaimana gambaran angka kejadian abortus inkomplit pada
ibu hamil di RSU Sawerigading Palopo tahun 2010”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu
hamil
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu
hamil berdasarkan umur ibu
5
b. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu
hamil berdasarkan gravida
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
ilmiah bagi dunia pendidikan dan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat umum serta memperkaya khasanah ilmu
pengatahuan dan juga dapat menjadi acuan bagi peniliti
selanjutnya.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan acuan dalam rangka penentu kebijakan
kejadian abortus.
3. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang
faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit.
4. Bagi Masyarakat / Pasien
6
Kiranya menambah wawasan dan pengetahuan tentang
abortus khususnya abortus inkomplit.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Abortus
1. Pengertian
a. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup (Cuningham G,2005).
b. Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan
dimana janin belum mampu hidup diluar rahim (belum viable),
dengan kriteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin
<500 gram (Achadiat C, 2004).
c. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat
hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya
(Sastrawinata S, 2004).
d. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu
(Winkjosastro H, 2005)
e. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai
8
batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram sedangkan menurut WHO batasan
usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu (Anonim, 2007).
2. Etiologi
Faktor–faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
a. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, embrio janin atau plasenta.
Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
trimester pertama, yakni :
1) Kelainan telur, telur kosong (bliggted ovum), kerusakan
embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi,
atau poliploid).
2) Embrio dengan kelainan lokal.
3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi
trofoblast).
b. Faktor maternal
9
1) Infeksi, infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin
yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester
pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui
penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang
menjadi terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme penyebabnya penyakit – penyakit yang
dapat menyebabkan abortus :
a) Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicellazoster, vaccina, campak, hepatitis,
polio, dan ensefalomielitis.
b) Bakteri, misalnya salmonella typi.
c) Parasit, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.
2) Penyakit vaskuler, misalnya hipertensi vaskuler.
3) Penyakit endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila
produksi progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit
disfungsi tiroid, defesiensi insulin.
4) Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompabilitas)
system HLA (Human Leukocyte Antigen).
10
5) Trauma, kasusnya jarang terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan :
a) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus
luteum graviditatum sebelum minggu ke-8
b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus
pada saat hamil
6) Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama
mioma sub mukosa), serviks inkompeten atau retroflexi
uteri gravidi incarcerata.
7) Faktor psikomatik, pengaruh dari faktor ini masih
dipertanyakan, tetapi diduga penyebab abortus.
c. Faktor eksternal
1. Radiasi, dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9
minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih
tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2. Obat–obatan, antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-
lain. Sebaiknya tidak mengganggu obat–obatan sebelum
kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat
11
tersebut membahayakan janin atau untuk pengobatan
penyakit ibu yang parah.
3. Bahan–bahan kimia lainnya, seperti bahan yang
mengandung arsen atau benzene
(Sastrawinata S, 2004).
3. Patofisiologi
Keguguran pada awalnya terjadi perdarahan dalam desidua
basalis yang diikuti oleh kematian jaringan disekitarnya
(nekrosis). Nekrosis jaringan sekitar desidua basalis
menyebabkan terlepasnya hasil konsepsi sebagian atau
seluruhnya, sehingga bagian yang terlepasnya ini merupakan
benda asing dalam uterus menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut (Wiknjosastro H, 2005).
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara, yaitu :
a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,
meninggalkan sisa desidua.
12
b. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar,
meningglkan korion dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan
pendorongan janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion
dan korion (hanya janin yang dikeluarkan).
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara
utuh (Sastrawinata S, 2004).
Kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korealis belum menembus
desidua basalis secara mendalam. Pada kehamilan 8–14
minggu villi korealis menembus desidua lebih dalam. Sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, beberapa waktu kemudian disusul plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepasnya dengan lengkap
(Wiknjosastro H, 2005).
13
4. Klasifikasi
Keguguran atau abortus dapat dibagi menjadi, yaitu :
a. Berdasarkan golongan :
1) Abortus spontan
Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis atau
mekanis
2) Abortus buatan (provokatus) adalah abortus yang disengaja,
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provokatus
articialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus
untuk kepentingan ibu misalnya penyakit jantung,
hipertensi esensial, dan Karsinoma serviks.
b) Abortus buatan kriminal (abortus provokatus kriminalis)
adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang
sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang
oleh hukum (Sastrawinata S, 2005).
b. Berdasarkan gambaran klinis
1) Abortus imminens (keguguran mengancam)
14
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya
pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya
dilatasi serviks. Diagnosa dapat ditentukan bila wanita hamil
terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai
mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka dan tes
kehamilan positif (Wiknjosastro H, 2005).
2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih ada dalam uterus. Kondisi ini menunjukkan
proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit atau komplit (Saifuddin AB,
2002).
3) Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap)
15
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri kadang–kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum (Wiknjosastro H, 2005).
4) Abortus komplit (keguguran lengkap)
Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan
muda dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan,
ostium uteri telah terbuka dan uterus sudah mengecil
(Wiknjosastro H, 2005).
5) Abortus habitualis (keguguran yang berulang 3 kali atau
lebih)
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi 3 kali
berturut–turut atau lebih oleh sebab apapun (Achadiat M,
2004).
6) Missed abortion (retensi janin mati)
16
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum
20 minggu tetapi tertahan didalam uterus selama 8 minggu
atau lebih (Wiknjosastro H, 2005).
5. Dasar Diagnosis
Keguguran atau abortus dapat dipastikan dengan beberapa
kriteria, yaitu:
a. Adanya terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20 minggu
b. Perdarahan pervaginam
c. Rasa nyeri atau kram terutama di daerah supra simfisis
d. Pada pemeriksaan urine, plano test dapat memberi hasil masih
positif atau negatif.
e. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
(Achadiat C,2004)
6. Komplikasi
17
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan,
perforasi, infeksi dan syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa–sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi
darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini
penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya,
perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi. Perforasi uterus mungkin dapat terjadi apabila
dikerjakan oleh orang awam karena perlukaan uterus biasanya
luas dan mungkin juga terjadi pada perlukaan kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan/kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi segera dilakukan untuk menentukan
18
luasnya cedera, untuk mengambil tindakan–tindakan seperlunya
guna mengurangi komplikasi
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada
tiap abortus, tapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplit
dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis pada abortus septik
virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke miometrium
tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok
d. Syok
Syok pada abortus terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik)
(Wiknjosastro H, 2005)
.
B. Tinjauan Umum Tentang Abortus Inkomplit
1. Pengertian
19
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda
dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
melalui kanalis servikalis. (Saifuddin AB, 2002).
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebagian 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. (Wiknjosastro H, 2005).
Diagnosis abortus inkomplit ditentukan apabila sebagian
dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina tetapi
sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak yang membahayakan ibu.
Serviks tetap sering terbuka karena masih ada benda didalam
rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri
(Sastrawinata S, 2004)
2. Gejala Klinis
Gejala – gejalanya sebagai berikut :
20
1. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan
pendarahan berlangsung terus
2. Sering servix tetap terbuka, karena masih ada benda di
dalam rahim yang dianggap corp[us allienum. Maka
uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini
dibiarkan lama servix akan menutup kembali.
Tanda – tandanya sebagai berikut
a. Amenorhe
b. Sakit perut dan mules–mules
c. Adanya perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak
d. Perdarahan biasanya berupa stolsel (darah beku)
e. Ada keluar fetus atau jaringan
f. Hasil pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi
didapati serviks terbuka, kadang–kadang dapat diraba sisa–sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri
g. Uterus berukuran kecil dari seharusnya (Anonim, 2007)
21
3. Patogenesa
Fetus dan plasenta keluar bersama pada saat aborsi yang terjadi
sebelum minggu ke sepuluh, tetapi terpisah. Kemudian ketika plasenta,
seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus, perdarahan terjadi
dengan cepat atau kemudian pada permulaan terjadi perdarahan dalam
desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Kemudian
sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas karena dianggap benda
asing. Maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada
kehamilan di bawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya
karena vili kanalis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan
pada kehamilan 8 – 14 minggu telah masuk agak dalam sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi
yang dihasilkan dari aktifitas kontraksi dan retraksi miometrium
menyebabkan banyak terjadi pendarahan.
Teknik tradisional yang biasa digunakan pada abortus provokatus
kriminalis adalah sebagai berikut :
a. Masase yang lama dan kuat pada uterus hamil
22
b. Insersi kateter, batu - batu, kawat - kawat tajam ke dalam
vagina dan serviks
c. Minum jamu - jamuan, substansi yang kaustik
d. Daun-daun, akar -akar, kayu - kayuan dan pewarna
e. Makan obat - obat kontrasepsi dalam jumlah yang banyak
sekaligus
4. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
1) Adanya amenorhoe pada masa reproduksi
2) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
3) Rasa sakit atau keram perut didaerah atas simpisis
b. Pemeriksaan Fisik
1) Abdomen biasanya lembek dan tidak ada nyeri tekan
2) Pada pemeriksaan pelvik, sisa hasil konsepsi ditemukan
didalam uterus, dapat juga menonjol keluar atau didapatkan
diliang vagina.
23
3) Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol
4) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar
dan lunak.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan,
hemoglobin, leukosit.
2) Pemeriksaan USG ditemukan kantong gestasi tidak utuh,
ada hasil konsepsi (Anonim, 2007).
5. Penanganan Abortus Inkomplit
Penanganan abortus inkomplit dapat dilakukan dengan :
a. Perbaiki keadaan umum
b. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau
dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrium 0,2
mg intramuskuler atau misoprostal 400 mcg per oral.
24
c. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi
dengan:
1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
2) Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrium 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostan 400 mcg per oral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
d. Jika kehamilan lebih 16 minggu
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan
kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
2) Jika perlu berikan misoprostal 200 mcg pervaginam setiap 4
jam sampai terjadi pengeluaran hasil konsepsi (maksimal
800 mcg).
25
e. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Saifuddin AB, 2002).
6. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim,
misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain.
26
c. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
d. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh
bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia
eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric
bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,
jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric
bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua.
Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme
yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus
adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
27
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens.
Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
7. Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi
spontan sebelumnya.
a. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan
abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar
>90 %.
b. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak
diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-
80 %.
c. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu
28
pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak
jelas.
29
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny “F”
USIA KEHAMILAN -------- MINGGU di RSUD RASIDIN PADANG
I. Pengkajian (Pengumpulan Data)
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny “F” Nama suami : Tn “Y”
Umur : 27 tahun Umur : 28
tahun
Suku / Bangsa : Minang Suku / Bangsa : Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat kantor Alamat kantor
No. Telp No. Telp
Alamat rumah
No. Telp
Keluarga terdekat yang mudah dihubungi :
Nama
Alamat
No. Telp
B. Anamnesa (Data subjektif)
1. Pada tanggal :
Alasan Kunjungan ini :
30
Keluhan-keluhan : Ada keluar darah ari vagina
2. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 1-2 kali ganti duk
Lamanya : 6 hari
Dismenorhoe : tidak ada
3. Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
Lama digunakan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Alasan dilepas : tidak ada
Lama dilepas baru hamil : tidak ada
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 22-2-2012
b. Keluhan-keluhan pada:
Trimester I : mual
Trimester II : tidak ada
Trimester III : tidak ada
c. Kapan pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu : usia
kehamilan 20 minggu
d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ± 20 kali
e. Keluhan-keluhhan yang dirasakan ibu
5L : tidak ada
Mual muntah terus menerus : tidak ada
31
Nyeri perut : tidak ada
Demam tinggi : tidak ada
Sakit kepala berat : tidak ada
Penglihatan kabur : tidak ada
Rasa nyeri / panas BAK : tidak ada
Gatal pada vulva : tidak ada
Pengeluaran pervaginam : tidak ada
Nyeri dan kemerahan pada tungkai : tidak ada
Bengkak pada wajah, tangan dan kaki : tidak ada
f. Obat / suplemen termasuk jamu-jamuan yang dikonsumsi : tidak
ada
g. Imunisasi
TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
5. Riwayat kesehatan ibu
a. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Jantung : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
Ginjal : tidak ada
DM : tidak ada
Asma : tidak ada
TBC : tidak ada
Epilepsi : tidak ada
32
PMS/IMS : tidak ada
b. Riwayat alergi
Jenis makanan : tidak ada
Jenis obat-obatan : tidak ada
c. Riwayat transfusi : tidak ada
d. Riwayat operasi dinding rahim : tidak ada
e. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : tidak ada
6. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat penyakit keturunan
Jantung : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
DM : tidak ada
Asma : tidak ada
Epilepsi : tidak ada
b. Riwayat keturunan kembar : tidak ada
7. Riwayat psikososial
a. Kehamilan ini : direncanakan
b. Respon ibu terhadap kehamilan ini : senang
c. Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan ibu :
senang
d. Hubungan dengan suami / keluarga : baik
e. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : baik
f. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus :ada
8. Riwayat perkawinan
33
Kawin I umur 25 tahun
Setelah kawin berapa lama baru hamil : 6 bulan
9. Keadaan ekonomi
Penghasilan perbulan : Rp. 1.000.000,-
Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : 3 orang
Penghasilan per kapita : ± Rp. 300.000,-
10.Kebiasaan hidup sehari-hari
a. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Sikat gigi : 2x sehari
Keramas : 1x sehari
Ganti pakaian dalam : 2x sehari
b. Pola makan dan minum
Sebelum hamil :
Pagi : lontong
Siang : nasi + goreng ikan + sayur
Malam : nasi + goreng ikan + sayur
Saat kehamilan sekarang :
Pagi : roti + telur + 1 gelas susu
Siang : nasi +goreng ikan + tempe + sayur
Malam : nasi + goreng ayam + tahu + sayur + buah
Masalah gangguan pencernaan : tidak ada
34
Perubahan pola makan yang dialami pada kehamilan
(termasuk ngidam, nafsu makan, dan lain-lain) : tidak ada
c. Pola eliminasi
BAK BAB
Frek : 3-4 kali/hari Frek : 1 kali/hari
Warna : kuning jernih Warna : kuning
Keluhan : tidak ada Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
d. Pola istirahat
Istirahat siang : 1-2 jam
Istirahat malam : 6-7 jam
e. Aktivitas sehari-hari
Beban kerja : tidak mengganggu kehamilan
Olah raga : jalan santai
Kegiatan spiritual: ibu melakukan shalat wajib
f. Hubungan seksual : tidak ada gangguan
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Kebiasaan merokok, minuman keras,
konsumsi obat-obatan terlarang : tidak ada
Budaya yang merugikan kesehatan : tidak ada
11.Persiapan kegawatdaruratan
a. Pengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan
ibu : suami
b. Tempat persalinan yang diinginkan : BPS
35
c. Petugas kesehatan yang diinginkan oleh ibu untuk
menolong persalinan : Bidan
d. Persiapan donor darah : ada
e. Persiapan biaya persalinan : ada
f. Persiapan transportasi : ada
g. Golongan darah : O
C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran
TD : 120/80 mmHg
Nafas : 23x/i
Nadi : 78x/i
Suhu : 36,40C
DJJ :
BB sebelum hamil : 50 kg
BB setelah hamil : 58 kg
TB : 152 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : bersih
Rambut : tidak rontok
Mata : conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikhterik
Muka : tidak oedema
36
Mulut : tidak stomatitis
Gigi : tidak caries
Leher : tidak ada pembengkakan kel. Limfe dan
pembesaran kel. thyroid
Payudara
Simetris : kiri dan kanan
Areola mammae : hyperpigmentasi
Papilla mammae : menonjol
Kolostrum / cairan lain : tidak ada
Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Pembesaran perut :
Striae : ada
Linea : nigra
Genitalia
Kemerahan : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
Varices : tidak ada
Oedema : tidak ada
Ektremitas
Atas Bawah
37
Oedema : tidak ada Oedema : tidak ada
Sianosis : tidak ada Varices : tidak ada
Pergerakan : aktif Pergerakan : aktif
b. Palpasi
Leopold
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III
Leopold IV:
Mc. Donald :
TBBJ
c. Auskultasi
BJJ :
Frekuensi/ irama :
Intensitas :
d. Perkusi
Refleks patella kanan : +
Reflek patella kiri : +
e. Pemeriksaa panggul luar
Distansia spinarum : tidak dilakukan
Distansia cristarum : tidak dilakukan
38
Conjugata eksterna : tidak dilakukan
Lingkaran panggul : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
HB : 10,2 gr%
Protein urine : -
Glukosa urine : -
USG :
CTG :
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Data Subjektif dan Objektif Abortus Inkomplit
Setelah mengikuti perkembangan kasus pada kehamilan dengan
abortus inkomplit melalui pendekatan manajemen kebidanan dan
pemahaman tinjauan teoritis. Maka dari data subjektif data Ny. “Fitriana”
hamil 3 bulan / 12 minggu, umur : 26 tahun, pekerjaan : ibu rumah
tangga, pendidikan : SMA, alamat : Jalan Sehat Mekar no. 448 Rt. 19 /
Rw. O3 Kel. Sako Palembang.
Dari data objektif didapatkan pemeriksaan umum yaitu kesadaran :
composmenthis, KU : lemah, TD : 110/70 mmHg, Temp : 36oC, nadi :
80 x/m, RR : 20 x/m, TB : 156 cm, BB : 50 kg. Pada pemeriksaan
abdomen didapatkan didapatkan hasil Leopold I : 2 jari di atas symphisis
sementara leopold II, III, belum dilakukan pemeriksaan. Pada
pemeriksaan penunjang laboratorium HB : 11 gr, glukosa negatif dan
protein negatif.
Dari data subjektif dan objektif maka ditegakkan diagnosa G2P1A0
hamil 12 minggu dengan abortus inkomplit. Menurut teori yang didapat
menyebabkan ibu hamil mengalami abortus, persalinan prematur, mudah
terjadi infeksi.
40
Pada kasus Ny. Vera Delly Rizki ibu mengaku nyeri perut bagian bawah
dan mengeluarkan darah dari kemaluannya maka dilakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkimplit pada Ny. Vera Delly
Rizki sebagai berikut :
1. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
2. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual
dulu
4. Informasi tentang jadwal kunjungan ulang
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian data, baik data sukbjektif yang
didapat dapat melalui anamnesa secara lengkap dan menyeluruh maupun
data objektif yang didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan kebidanan dan penunjang, maka didapat hasil dari
pengkajian tersebut diperoleh diagnosa Ny. “ Fitriana” G4P1A2H1 hamil
12-13 minggu dengan abortus inkomplit.
Pada kasus Ny. “Fitriana” tersebut dilakukan :
1. Pengumpulan data secara subjektif dan objektif pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit .
2. Mengindentifikasi dan menginterprestasikan data yang didapat untuk
menegakkan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu hamil abortus
inkomplit.
3. Merencanakan, mengevaluasi rencana asuhan pada ibu dengan abortus
inkomplit.
4. Evaluasi yang didapat dari asuhan kebidanan yang diberikan yaitu ibu
dengan keluarga mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan serta
mau melaksanakan apa yang telah dianjurkan oleh bidan.
42
Saran
Saran yang dianjurkan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit adalah :
1. Menganjurkan pada ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang.
2. Menganjurkan pada ibu hamil untuk istirahat yang cukup dan jangan
dulu melakukan pekerjaan yang berat – berat.
3. Menganjurkan pada ibu untuk jangan dulu melakukan hubungan
seksual dengan suaminya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Moctar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, ilmu kebidanan Penyakit Kandungan &
Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Pusdiknakes, 2003, Asuhan Kebidanan Post Partum, WHO , JHPIEGO,
Jakarta.
Saifuddin, AB, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Soetjiningsih,1997, ASI, Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jilid 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa, 2000, Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
44
Wiknjosastro, Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
http://gepe2306.wordpress.com/2009/02/27/hubungan-usia-ibu-dengan-
kejadian-abortus diakses tanggal 27 April 2011
http://www.path.org/files/indonesian diaskses tanggal 21 April 2011
http://www.mediaindonesia.com.online, diakses tanggal 21 April 2011
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia
sehat2015/ diaskses tanggal 3 Agustus 2011