abortu s inkomplit

64
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mencapai sasaran pembangunan milenium (millennium development goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus dicapai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Dalam visi ini Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan. Maksud dari visi tersebut

Transcript of abortu s inkomplit

Page 1: abortu s inkomplit

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mencapai sasaran pembangunan milenium (millennium

development goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-

Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat

2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus dicapai.

Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun

2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Dalam visi ini

Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu

mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan.

Maksud dari visi tersebut yaitu kehamilan dan persalinan di

Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup

sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal

dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam

menghadapi persalinan yang aman.

(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia-

sehat-2015/)

Page 2: abortu s inkomplit

2

WHO memperkirakan sekitar 15–20% kematian ibu

disebabkan oleh abortus. Angka kematian ibu karena abortus yang

tidak aman diperkirakan 100.000 wanita setiap tahun, 99%

diantaranya terjadi di Negara–negara berkembang termasuk

Indonesia (www.locals/temp on line diakses tanggal 27 April 2011).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007

menyatakan bahwa AKI di Indonesia mencapai 248 per 100.000

kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di ASEAN. Tingginya angka

kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks

yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan

kesehatan, dan gender. Dan penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan

komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI

sebagai program prioritas pemerintah (Depkes RI, 2000).

Di Indonesia, sampai kini diperkirakan jumlah kasus aborsi

mencapai 2 juta per tahun 750.000 diantaranya dilakukan kalangan

remaja. Kejadian abortus inkomplit diperkirakan terjadi

pada 10–15% kehamilan. (Depkes RI, 2007).

Page 3: abortu s inkomplit

3

Saat ini angka kematian bayi dan angka kematian ibu di

Indonesia masih tinggi, dimana cakupan pelayanan kesehatan

terutama untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan pasca persalinan oleh

tenaga kesehatan masih rendah sehingga keterampilan tenaga

kesehatan perlu selalu ditingkatkan, karena pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status

kesehatan (Syaifuddin AB, 2002).

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan

banyak tidak dilaporkan. Kecuali apabila terjadi komplikasi, juga

karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda

ringan. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10–15%,

frekuensi dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka

yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari sehingga wanita

itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil (Wiknjosastro H,

2005).

Berdasarkan insiden diatas ternyata abortus merupakan

masalah dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan

Page 4: abortu s inkomplit

4

kematian serta kelangsungan reproduksi wanita. Dimana fungsi

reproduksi ini sering merepotkan manusia, banyak pasangan ingin

sekali mendapat anak dengan berbagai cara namun ironisnya disisi

lain ada pasangan yang istrinya hamil tetapi kehamilan tersebut tidak

diinginkan dan menempuh segala cara untuk menggugurkan

kandungannya. (Bertens K, 2002).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut :

“Bagaimana gambaran angka kejadian abortus inkomplit pada

ibu hamil di RSU Sawerigading Palopo tahun 2010”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu

hamil

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu

hamil berdasarkan umur ibu

Page 5: abortu s inkomplit

5

b. Diketahuinya gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu

hamil berdasarkan gravida

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan

ilmiah bagi dunia pendidikan dan diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat umum serta memperkaya khasanah ilmu

pengatahuan dan juga dapat menjadi acuan bagi peniliti

selanjutnya.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumber informasi dan acuan dalam rangka penentu kebijakan

kejadian abortus.

3. Bagi Penulis

Merupakan pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam

meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang

faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus inkomplit.

4. Bagi Masyarakat / Pasien

Page 6: abortu s inkomplit

6

Kiranya menambah wawasan dan pengetahuan tentang

abortus khususnya abortus inkomplit.

Page 7: abortu s inkomplit

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Abortus

1. Pengertian

a. Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun

sebelum janin mampu bertahan hidup (Cuningham G,2005).

b. Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan

dimana janin belum mampu hidup diluar rahim (belum viable),

dengan kriteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin

<500 gram (Achadiat C, 2004).

c. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat

hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya

(Sastrawinata S, 2004).

d. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin

mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu

(Winkjosastro H, 2005)

e. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dan sebagai

Page 8: abortu s inkomplit

8

batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram sedangkan menurut WHO batasan

usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu (Anonim, 2007).

2. Etiologi

Faktor–faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :

a. Faktor Janin

Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah

gangguan pertumbuhan zigot, embrio janin atau plasenta.

Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada

trimester pertama, yakni :

1) Kelainan telur, telur kosong (bliggted ovum), kerusakan

embrio, atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi,

atau poliploid).

2) Embrio dengan kelainan lokal.

3) Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi

trofoblast).

b. Faktor maternal

Page 9: abortu s inkomplit

9

1) Infeksi, infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin

yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester

pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui

penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang

menjadi terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh

mikroorganisme penyebabnya penyakit – penyakit yang

dapat menyebabkan abortus :

a) Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes

simpleks, varicellazoster, vaccina, campak, hepatitis,

polio, dan ensefalomielitis.

b) Bakteri, misalnya salmonella typi.

c) Parasit, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.

2) Penyakit vaskuler, misalnya hipertensi vaskuler.

3) Penyakit endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila

produksi progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit

disfungsi tiroid, defesiensi insulin.

4) Faktor imunologis, ketidakcocokan (inkompabilitas)

system HLA (Human Leukocyte Antigen).

Page 10: abortu s inkomplit

10

5) Trauma, kasusnya jarang terjadi segera setelah trauma

tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan :

a) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus

luteum graviditatum sebelum minggu ke-8

b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus

pada saat hamil

6) Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama

mioma sub mukosa), serviks inkompeten atau retroflexi

uteri gravidi incarcerata.

7) Faktor psikomatik, pengaruh dari faktor ini masih

dipertanyakan, tetapi diduga penyebab abortus.

c. Faktor eksternal

1. Radiasi, dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9

minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih

tinggi dapat menyebabkan keguguran.

2. Obat–obatan, antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-

lain. Sebaiknya tidak mengganggu obat–obatan sebelum

kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat

Page 11: abortu s inkomplit

11

tersebut membahayakan janin atau untuk pengobatan

penyakit ibu yang parah.

3. Bahan–bahan kimia lainnya, seperti bahan yang

mengandung arsen atau benzene

(Sastrawinata S, 2004).

3. Patofisiologi

Keguguran pada awalnya terjadi perdarahan dalam desidua

basalis yang diikuti oleh kematian jaringan disekitarnya

(nekrosis). Nekrosis jaringan sekitar desidua basalis

menyebabkan terlepasnya hasil konsepsi sebagian atau

seluruhnya, sehingga bagian yang terlepasnya ini merupakan

benda asing dalam uterus menyebabkan uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan benda asing tersebut (Wiknjosastro H, 2005).

Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara, yaitu :

a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini,

meninggalkan sisa desidua.

Page 12: abortu s inkomplit

12

b. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar,

meningglkan korion dan desidua.

c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan

pendorongan janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion

dan korion (hanya janin yang dikeluarkan).

d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara

utuh (Sastrawinata S, 2004).

Kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya

dikeluarkan seluruhnya karena villi korealis belum menembus

desidua basalis secara mendalam. Pada kehamilan 8–14

minggu villi korealis menembus desidua lebih dalam. Sehingga

umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu

keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah

janin, beberapa waktu kemudian disusul plasenta. Perdarahan

tidak banyak jika plasenta segera terlepasnya dengan lengkap

(Wiknjosastro H, 2005).

Page 13: abortu s inkomplit

13

4. Klasifikasi

Keguguran atau abortus dapat dibagi menjadi, yaitu :

a. Berdasarkan golongan :

1) Abortus spontan

Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis atau

mekanis

2) Abortus buatan (provokatus) adalah abortus yang disengaja,

dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provokatus

articialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus

untuk kepentingan ibu misalnya penyakit jantung,

hipertensi esensial, dan Karsinoma serviks.

b) Abortus buatan kriminal (abortus provokatus kriminalis)

adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang

sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang

oleh hukum (Sastrawinata S, 2005).

b. Berdasarkan gambaran klinis

1) Abortus imminens (keguguran mengancam)

Page 14: abortu s inkomplit

14

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya

pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,

dimana hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya

dilatasi serviks. Diagnosa dapat ditentukan bila wanita hamil

terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai

mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar

sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka dan tes

kehamilan positif (Wiknjosastro H, 2005).

2) Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya

perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat, tetapi hasil

konsepsi masih ada dalam uterus. Kondisi ini menunjukkan

proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut

menjadi abortus inkomplit atau komplit (Saifuddin AB,

2002).

3) Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap)

Page 15: abortu s inkomplit

15

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil

konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih

ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,

kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam

kavum uteri kadang–kadang sudah menonjol dari ostium

uteri eksternum (Wiknjosastro H, 2005).

4) Abortus komplit (keguguran lengkap)

Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan

muda dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan,

ostium uteri telah terbuka dan uterus sudah mengecil

(Wiknjosastro H, 2005).

5) Abortus habitualis (keguguran yang berulang 3 kali atau

lebih)

Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi 3 kali

berturut–turut atau lebih oleh sebab apapun (Achadiat M,

2004).

6) Missed abortion (retensi janin mati)

Page 16: abortu s inkomplit

16

Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum

20 minggu tetapi tertahan didalam uterus selama 8 minggu

atau lebih (Wiknjosastro H, 2005).

5. Dasar Diagnosis

Keguguran atau abortus dapat dipastikan dengan beberapa

kriteria, yaitu:

a. Adanya terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20 minggu

b. Perdarahan pervaginam

c. Rasa nyeri atau kram terutama di daerah supra simfisis

d. Pada pemeriksaan urine, plano test dapat memberi hasil masih

positif atau negatif.

e. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi

(Achadiat C,2004)

6. Komplikasi

Page 17: abortu s inkomplit

17

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan,

perforasi, infeksi dan syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari

sisa–sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi

darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada

uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini

penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya,

perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan

bentuk perforasi. Perforasi uterus mungkin dapat terjadi apabila

dikerjakan oleh orang awam karena perlukaan uterus biasanya

luas dan mungkin juga terjadi pada perlukaan kandung kemih

atau usus. Dengan adanya dugaan/kepastian terjadinya

perforasi, laparatomi segera dilakukan untuk menentukan

Page 18: abortu s inkomplit

18

luasnya cedera, untuk mengambil tindakan–tindakan seperlunya

guna mengurangi komplikasi

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada

tiap abortus, tapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplit

dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa

memperhatikan asepsis dan antisepsis pada abortus septik

virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke miometrium

tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar

lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan

kemungkinan diikuti oleh syok

d. Syok

Syok pada abortus terjadi karena perdarahan (syok

hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik)

(Wiknjosastro H, 2005)

.

B. Tinjauan Umum Tentang Abortus Inkomplit

1. Pengertian

Page 19: abortu s inkomplit

19

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda

dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

melalui kanalis servikalis. (Saifuddin AB, 2002).

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil

konsepsi pada kehamilan sebagian 20 minggu dengan masih ada

sisa tertinggal dalam uterus. (Wiknjosastro H, 2005).

Diagnosis abortus inkomplit ditentukan apabila sebagian

dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina tetapi

sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan

biasanya terus berlangsung, banyak yang membahayakan ibu.

Serviks tetap sering terbuka karena masih ada benda didalam

rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh

karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan

mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri

(Sastrawinata S, 2004)

2. Gejala Klinis

Gejala – gejalanya sebagai berikut :

Page 20: abortu s inkomplit

20

1. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan

pendarahan berlangsung terus

2. Sering servix tetap terbuka, karena masih ada benda di

dalam rahim yang dianggap corp[us allienum. Maka

uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan

mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini

dibiarkan lama servix akan menutup kembali.

Tanda – tandanya sebagai berikut

a. Amenorhe

b. Sakit perut dan mules–mules

c. Adanya perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak

d. Perdarahan biasanya berupa stolsel (darah beku)

e. Ada keluar fetus atau jaringan

f. Hasil pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi

didapati serviks terbuka, kadang–kadang dapat diraba sisa–sisa

jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri

g. Uterus berukuran kecil dari seharusnya (Anonim, 2007)

Page 21: abortu s inkomplit

21

3. Patogenesa

Fetus dan plasenta keluar bersama pada saat aborsi yang terjadi

sebelum minggu ke sepuluh, tetapi terpisah. Kemudian ketika plasenta,

seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus, perdarahan terjadi

dengan cepat atau kemudian pada permulaan terjadi perdarahan dalam

desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Kemudian

sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas karena dianggap benda

asing. Maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada

kehamilan di bawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya

karena vili kanalis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan

pada kehamilan 8 – 14 minggu telah masuk agak dalam sehingga

sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi

yang dihasilkan dari aktifitas kontraksi dan retraksi miometrium

menyebabkan banyak terjadi pendarahan.

Teknik tradisional yang biasa digunakan pada abortus provokatus

kriminalis adalah sebagai berikut :

a. Masase yang lama dan kuat pada uterus hamil

Page 22: abortu s inkomplit

22

b. Insersi kateter, batu - batu, kawat - kawat tajam ke dalam

vagina dan serviks

c. Minum jamu - jamuan, substansi yang kaustik

d. Daun-daun, akar -akar, kayu - kayuan dan pewarna

e. Makan obat - obat kontrasepsi dalam jumlah yang banyak

sekaligus

4. Diagnosis

Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

1) Adanya amenorhoe pada masa reproduksi

2) Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi

3) Rasa sakit atau keram perut didaerah atas simpisis

b. Pemeriksaan Fisik

1) Abdomen biasanya lembek dan tidak ada nyeri tekan

2) Pada pemeriksaan pelvik, sisa hasil konsepsi ditemukan

didalam uterus, dapat juga menonjol keluar atau didapatkan

diliang vagina.

Page 23: abortu s inkomplit

23

3) Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol

4) Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar

dan lunak.

c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan,

hemoglobin, leukosit.

2) Pemeriksaan USG ditemukan kantong gestasi tidak utuh,

ada hasil konsepsi (Anonim, 2007).

5. Penanganan Abortus Inkomplit

Penanganan abortus inkomplit dapat dilakukan dengan :

a. Perbaiki keadaan umum

b. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang

dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau

dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi

melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrium 0,2

mg intramuskuler atau misoprostal 400 mcg per oral.

Page 24: abortu s inkomplit

24

c. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia

kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi

dengan:

1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang

terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

2) Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri

ergometrium 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15

menit bila perlu) atau misoprostan 400 mcg per oral (dapat

diulang setelah 4 jam bila perlu).

d. Jika kehamilan lebih 16 minggu

1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan

intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan

kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil

konsepsi.

2) Jika perlu berikan misoprostal 200 mcg pervaginam setiap 4

jam sampai terjadi pengeluaran hasil konsepsi (maksimal

800 mcg).

Page 25: abortu s inkomplit

25

e. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

(Saifuddin AB, 2002).

6. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari

sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.

Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan

tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada

uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim,

misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan

atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera

dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan

apakah ada perlukan alat-alat lain.

Page 26: abortu s inkomplit

26

c. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok

hemoragik) dan karena infeksi berat.

d. Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh

bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia

eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric

bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,

jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada

lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric

bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.

Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua.

Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke

perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme

yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus

adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,

Page 27: abortu s inkomplit

27

Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium

perfringens.

Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,

Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial

berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

7. Prognosis

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi

spontan sebelumnya.

a. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan

abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar

>90 %.

b. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak

diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-

80 %.

c. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan

aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu

Page 28: abortu s inkomplit

28

pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak

jelas.

Page 29: abortu s inkomplit

29

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny “F”

USIA KEHAMILAN -------- MINGGU di RSUD RASIDIN PADANG

I. Pengkajian (Pengumpulan Data)

A. Identitas / Biodata

Nama : Ny “F” Nama suami : Tn “Y”

Umur : 27 tahun Umur : 28

tahun

Suku / Bangsa : Minang Suku / Bangsa : Minang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat kantor Alamat kantor

No. Telp No. Telp

Alamat rumah

No. Telp

Keluarga terdekat yang mudah dihubungi :

Nama

Alamat

No. Telp

B. Anamnesa (Data subjektif)

1. Pada tanggal :

Alasan Kunjungan ini :

Page 30: abortu s inkomplit

30

Keluhan-keluhan : Ada keluar darah ari vagina

2. Riwayat menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Banyaknya : 1-2 kali ganti duk

Lamanya : 6 hari

Dismenorhoe : tidak ada

3. Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada

Lama digunakan : tidak ada

Keluhan : tidak ada

Alasan dilepas : tidak ada

Lama dilepas baru hamil : tidak ada

4. Riwayat kehamilan sekarang

a. HPHT : 22-2-2012

b. Keluhan-keluhan pada:

Trimester I : mual

Trimester II : tidak ada

Trimester III : tidak ada

c. Kapan pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu : usia

kehamilan 20 minggu

d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ± 20 kali

e. Keluhan-keluhhan yang dirasakan ibu

5L : tidak ada

Mual muntah terus menerus : tidak ada

Page 31: abortu s inkomplit

31

Nyeri perut : tidak ada

Demam tinggi : tidak ada

Sakit kepala berat : tidak ada

Penglihatan kabur : tidak ada

Rasa nyeri / panas BAK : tidak ada

Gatal pada vulva : tidak ada

Pengeluaran pervaginam : tidak ada

Nyeri dan kemerahan pada tungkai : tidak ada

Bengkak pada wajah, tangan dan kaki : tidak ada

f. Obat / suplemen termasuk jamu-jamuan yang dikonsumsi : tidak

ada

g. Imunisasi

TT1 TT2 TT3 TT4 TT5

5. Riwayat kesehatan ibu

a. Riwayat penyakit yang pernah di derita

Jantung : tidak ada

Hipertensi : tidak ada

Ginjal : tidak ada

DM : tidak ada

Asma : tidak ada

TBC : tidak ada

Epilepsi : tidak ada

Page 32: abortu s inkomplit

32

PMS/IMS : tidak ada

b. Riwayat alergi

Jenis makanan : tidak ada

Jenis obat-obatan : tidak ada

c. Riwayat transfusi : tidak ada

d. Riwayat operasi dinding rahim : tidak ada

e. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : tidak ada

6. Riwayat kesehatan keluarga

a. Riwayat penyakit keturunan

Jantung : tidak ada

Hipertensi : tidak ada

DM : tidak ada

Asma : tidak ada

Epilepsi : tidak ada

b. Riwayat keturunan kembar : tidak ada

7. Riwayat psikososial

a. Kehamilan ini : direncanakan

b. Respon ibu terhadap kehamilan ini : senang

c. Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan ibu :

senang

d. Hubungan dengan suami / keluarga : baik

e. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : baik

f. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus :ada

8. Riwayat perkawinan

Page 33: abortu s inkomplit

33

Kawin I umur 25 tahun

Setelah kawin berapa lama baru hamil : 6 bulan

9. Keadaan ekonomi

Penghasilan perbulan : Rp. 1.000.000,-

Jumlah anggota keluarga yang ditanggung : 3 orang

Penghasilan per kapita : ± Rp. 300.000,-

10.Kebiasaan hidup sehari-hari

a. Personal hygiene

Mandi : 2x sehari

Sikat gigi : 2x sehari

Keramas : 1x sehari

Ganti pakaian dalam : 2x sehari

b. Pola makan dan minum

Sebelum hamil :

Pagi : lontong

Siang : nasi + goreng ikan + sayur

Malam : nasi + goreng ikan + sayur

Saat kehamilan sekarang :

Pagi : roti + telur + 1 gelas susu

Siang : nasi +goreng ikan + tempe + sayur

Malam : nasi + goreng ayam + tahu + sayur + buah

Masalah gangguan pencernaan : tidak ada

Page 34: abortu s inkomplit

34

Perubahan pola makan yang dialami pada kehamilan

(termasuk ngidam, nafsu makan, dan lain-lain) : tidak ada

c. Pola eliminasi

BAK BAB

Frek : 3-4 kali/hari Frek : 1 kali/hari

Warna : kuning jernih Warna : kuning

Keluhan : tidak ada Konsistensi : lembek

Keluhan : tidak ada

d. Pola istirahat

Istirahat siang : 1-2 jam

Istirahat malam : 6-7 jam

e. Aktivitas sehari-hari

Beban kerja : tidak mengganggu kehamilan

Olah raga : jalan santai

Kegiatan spiritual: ibu melakukan shalat wajib

f. Hubungan seksual : tidak ada gangguan

g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan

Kebiasaan merokok, minuman keras,

konsumsi obat-obatan terlarang : tidak ada

Budaya yang merugikan kesehatan : tidak ada

11.Persiapan kegawatdaruratan

a. Pengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan

ibu : suami

b. Tempat persalinan yang diinginkan : BPS

Page 35: abortu s inkomplit

35

c. Petugas kesehatan yang diinginkan oleh ibu untuk

menolong persalinan : Bidan

d. Persiapan donor darah : ada

e. Persiapan biaya persalinan : ada

f. Persiapan transportasi : ada

g. Golongan darah : O

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1. Pemeriksaan umum

Kesadaran

TD : 120/80 mmHg

Nafas : 23x/i

Nadi : 78x/i

Suhu : 36,40C

DJJ :

BB sebelum hamil : 50 kg

BB setelah hamil : 58 kg

TB : 152 cm

2. Pemeriksaan khusus

a. Inspeksi

Kepala : bersih

Rambut : tidak rontok

Mata : conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikhterik

Muka : tidak oedema

Page 36: abortu s inkomplit

36

Mulut : tidak stomatitis

Gigi : tidak caries

Leher : tidak ada pembengkakan kel. Limfe dan

pembesaran kel. thyroid

Payudara

Simetris : kiri dan kanan

Areola mammae : hyperpigmentasi

Papilla mammae : menonjol

Kolostrum / cairan lain : tidak ada

Abdomen

Bekas luka operasi : tidak ada

Pembesaran perut :

Striae : ada

Linea : nigra

Genitalia

Kemerahan : tidak ada

Pembengkakan : tidak ada

Varices : tidak ada

Oedema : tidak ada

Ektremitas

Atas Bawah

Page 37: abortu s inkomplit

37

Oedema : tidak ada Oedema : tidak ada

Sianosis : tidak ada Varices : tidak ada

Pergerakan : aktif Pergerakan : aktif

b. Palpasi

Leopold

Leopold I :

Leopold II :

Leopold III

Leopold IV:

Mc. Donald :

TBBJ

c. Auskultasi

BJJ :

Frekuensi/ irama :

Intensitas :

d. Perkusi

Refleks patella kanan : +

Reflek patella kiri : +

e. Pemeriksaa panggul luar

Distansia spinarum : tidak dilakukan

Distansia cristarum : tidak dilakukan

Page 38: abortu s inkomplit

38

Conjugata eksterna : tidak dilakukan

Lingkaran panggul : tidak dilakukan

f. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

HB : 10,2 gr%

Protein urine : -

Glukosa urine : -

USG :

CTG :

Page 39: abortu s inkomplit

39

BAB IV

PEMBAHASAN

Data Subjektif dan Objektif Abortus Inkomplit

Setelah mengikuti perkembangan kasus pada kehamilan dengan

abortus inkomplit melalui pendekatan manajemen kebidanan dan

pemahaman tinjauan teoritis. Maka dari data subjektif data Ny. “Fitriana”

hamil 3 bulan / 12 minggu, umur : 26 tahun, pekerjaan : ibu rumah

tangga, pendidikan : SMA, alamat : Jalan Sehat Mekar no. 448 Rt. 19 /

Rw. O3 Kel. Sako Palembang.

Dari data objektif didapatkan pemeriksaan umum yaitu kesadaran :

composmenthis, KU : lemah, TD : 110/70 mmHg, Temp : 36oC, nadi :

80 x/m, RR : 20 x/m, TB : 156 cm, BB : 50 kg. Pada pemeriksaan

abdomen didapatkan didapatkan hasil Leopold I : 2 jari di atas symphisis

sementara leopold II, III, belum dilakukan pemeriksaan. Pada

pemeriksaan penunjang laboratorium HB : 11 gr, glukosa negatif dan

protein negatif.

Dari data subjektif dan objektif maka ditegakkan diagnosa G2P1A0

hamil 12 minggu dengan abortus inkomplit. Menurut teori yang didapat

menyebabkan ibu hamil mengalami abortus, persalinan prematur, mudah

terjadi infeksi.

Page 40: abortu s inkomplit

40

Pada kasus Ny. Vera Delly Rizki ibu mengaku nyeri perut bagian bawah

dan mengeluarkan darah dari kemaluannya maka dilakukan asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkimplit pada Ny. Vera Delly

Rizki sebagai berikut :

1. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

2. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup

3. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual

dulu

4. Informasi tentang jadwal kunjungan ulang

Page 41: abortu s inkomplit

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian data, baik data sukbjektif yang

didapat dapat melalui anamnesa secara lengkap dan menyeluruh maupun

data objektif yang didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik,

pemeriksaan kebidanan dan penunjang, maka didapat hasil dari

pengkajian tersebut diperoleh diagnosa Ny. “ Fitriana” G4P1A2H1 hamil

12-13 minggu dengan abortus inkomplit.

Pada kasus Ny. “Fitriana” tersebut dilakukan :

1. Pengumpulan data secara subjektif dan objektif pada ibu hamil dengan

abortus inkomplit .

2. Mengindentifikasi dan menginterprestasikan data yang didapat untuk

menegakkan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu hamil abortus

inkomplit.

3. Merencanakan, mengevaluasi rencana asuhan pada ibu dengan abortus

inkomplit.

4. Evaluasi yang didapat dari asuhan kebidanan yang diberikan yaitu ibu

dengan keluarga mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan serta

mau melaksanakan apa yang telah dianjurkan oleh bidan.

Page 42: abortu s inkomplit

42

Saran

Saran yang dianjurkan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit adalah :

1. Menganjurkan pada ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dengan

gizi seimbang.

2. Menganjurkan pada ibu hamil untuk istirahat yang cukup dan jangan

dulu melakukan pekerjaan yang berat – berat.

3. Menganjurkan pada ibu untuk jangan dulu melakukan hubungan

seksual dengan suaminya.

Page 43: abortu s inkomplit

43

DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998, ilmu kebidanan Penyakit Kandungan &

Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin

Obstetri Ginekologi dan KB, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Pusdiknakes, 2003, Asuhan Kebidanan Post Partum, WHO , JHPIEGO,

Jakarta.

Saifuddin, AB, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta.

Soetjiningsih,1997, ASI, Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jilid 3.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa, 2000, Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Page 44: abortu s inkomplit

44

Wiknjosastro, Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

http://gepe2306.wordpress.com/2009/02/27/hubungan-usia-ibu-dengan-

kejadian-abortus diakses tanggal 27 April 2011

http://www.path.org/files/indonesian diaskses tanggal 21 April 2011

http://www.mediaindonesia.com.online, diakses tanggal 21 April 2011

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/07/03/visi-indonesia

sehat2015/ diaskses tanggal 3 Agustus 2011