A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

download A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

of 77

Transcript of A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    1/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    BAB I

    PENGERTIAN, OBJEK, TEMPAT DAN MANFAAT

    FILSAFAT HUKUM

    A. Pengertian Filsaat

    Kata bahasa Indonesia ”filsafat” merupakan terjemahan dari kata

     bahasa Latin ” philosophia” dan bahasa Inggris ” philosophy”. Kata-kata

     bahasa Latin dan Inggris tersebut mempunyai akar kata pada kata bahasa

    Yunani philosophia dan philosophos; philo berarti pencari atau pencinta dan sophos  yang berarti hikmat, kebijaksanaan, pengetahuan. ilsafat

    !philosophia" lantas berarti cinta akan kebijaksanaan atau pengetahuan.

    #adi, secara harafiah, filsafat menunjuk kepada kegiatan mencintai atau

    mencari kebijaksanaan atau pengetahuan. $eorang filsuf adalah seorang

     pencinta kebijaksanaan. Ia merasa diri tidak atau belum memiliki

    kebijaksanaan, karena itu ia mencarinya. %an, pencariannya itu dituntun

    oleh keterbukaannya untuk bertanya terus menerus. Ia bertanya karena rasa

    heran dan kagum, rasa ingin tahu lebih untuk memuaskan dahaga

    intelektual. &'ertanya” memang merupakan ciri khas suatu pengembaraandalam rangka mencari kebenaran atau kebijaksanaan.

    P!t"ag#ras  !()*-(** $+", dijuluki sebagai orang yang

     pintarbijaksana, dengan ucapannya yang terkenal sebagai berikut

    “consisted in knowing that he was ignorant and that he should therefore

    not be colled wise, but a lover of wisdom”  !yang ia tahu ialah, baha ia

    tidak tahu, oleh sebab itu janganlah disebut ia berilmu, tetapi seorang

     pencinta ilmu".

    %alam arti praktis, filsafat mengandung makna alam berpikiralam

     pikir. /amun filsafat ialah berpikir secara mendalam atau radikal. 0adikal berasal dari kata radix, yang artinya &akar”. +aka berpikir secara radikal

     berarti berpikir sampai keakar-akarnya, dan sungguh-sungguh terhadap

    hakikat sesuatu. 1akikat artinya, kebenaran atau kenyataan yang

    sebenarnya. %alam Kamus 2mum 'ahasa Indonesia karangan $.J.S.

    P#er%a&ar'inta, mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan

     penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum

    dan sebagainya daripada segala yang ada di alam semesta ataupun

    mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.

    3engertian menurut beberapa sarjana dan filsuf, seperti 4. 3ara filsuf Yunani dan 0omai, antara lain

    a. Plat#  !567-85) $+", filsafat ialah ilmu pengetahuan yang

     bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli.

     b. Arist#teles !8)6-866 $+", filsafat ialah ilmu pengetahuan yang

    meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu

    metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan sostetika.

    4

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    2/77

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    3/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    dalam masyarakat itu. Kemudian, /otohamidjojo berpendapat, baha

    hokum adalah keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang

     biasanya bersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat

     /egara serta antarnegara, yang berorientasi pada dua asas yaitu keadilan

    dan dayaguna, demi tata tertib dan damai dalam masyarakat. $ecara umum

    hukum dapat dipandang sebagai norma, yaitu norma yang mengandung

    nilai-nilai tertentu.

    $elanjutnya filsafat hukum dapat disebut juga sebagai filsafattingkah laku atau nilai-nilai etika, yang mempelajari hakikat hukum.

    ilsafat hokum ialah merupakan ilmu yang mengkaji tentang hukum secara

    mendalam sampa kepada inti atau dasarnya yang disebut dengan hakikat.

    $eorang filsuf hukum pasti akan mencari apa inti atau hakikat daripada

    hukum, ingin mengetahui apa yang ada di belakang hukum, mencari apa

    yang tersembunyi di dalam hukum, menyelidiki kaidah-kaidah hokum

    sebagai pertimbangan nilai, memberi penjelasan tentang nilai-nilai,

     postulat-postulat !dasar-dasar" hokum sampai pada dasar-dasarnya filsafat

    yang terakhir, dan berusaha mencapai akar dari hokum. #adi, filsafat hokumadalah suatu perenungan atau pemikiran secara ketat, secara mendalam

    tentang pertimbangan nilai-nilai di balik gejala-gejala hokum sebagaimana

    dapat diamati oleh pancaindera manusia mengenai perbuatan-perbuatan

    manusia dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

    (. O-e+ Peng+a-ian Filsaat H*+*'

     =da pendapat yang mengatakan baha karena filsafat hukum

    merupakan bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat

    hukum hanya mempelajari hukum secara khusus.$ehingga, hal-hal non

    hukum menjadi tidak releCan dalam pengkajian filsafat hukum. 3enarikankesimpulan seperti ini sebetulnya tidak begitu tepat. ilsafat hukum sebagai

    suatu filsafat yang khusus mempelajari hukum hanyalah suatu pembatasan

    akademik dan intelektual saja dalam usaha studi dan bukan menunjukkan

    hakekat dari filsafat hukum itu sendiri.

     $ebagai filsafat, filsafat hukum tunduk pada sifat-sifat, cara-cara

    dan tujuan-tujuan dari filsafat pada umumnya. %i samping itu, hukum

    sebagai obyek dari filsafat hukum akan mempengaruhi filsafat hukum.

    %engan demikian secara timbal balik antara filsafat hukum dan filsafat

    saling berhubungan. $ecara sederhana dapat dikatakan baha filsafat hukum adalah

    cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari

    hakikat hukum. %engan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang

    mempelajari hukum secara filosofis. #adi objek filsafat hukum adalah

    hukum, dan obyek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau

    dasarnya, yang disebut hakikat.

    8

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    4/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

     3ertanyaan tentang apa apa hakikat hukum itu sekaligus

    merupakan pertanyaan filsafat hukum juga. 3ertanyaan tersebut mungkin

    saja dapat dijaab oleh ilmu hukum, tetapi jaaban yang diberikan ternyata

    serba tidak memuaskan. +enurut =peldorn , hal tersebut tidak lain karena

    ilmu hukum hanya memberikan jaaban yang sepihak. Ilmu hukum hanya

    melihat gejala-gejala hukum sebagaimana dapat diamati oleh pancaindra

    manusia mengenai perbuatan-perbuatan manusia dan kebiasaan-kebiasaan

    masyarakat. $ementara itu pertimbangan nilai di balik gejala-gejala hukum,luput dari pengamatan ilmu hukum. /orma atau kaidah hukum, tidak 

    termasuk dunia kenyataan !sein", tetapi berada pada dunia nilai !sollen",

    sehingga norma hukum bukan dunia penyelelidikan ilmu hukum.

     1akikat hukum dapat dijelaskan dengan cara memberikan suatu

    definisi tentang hukum. $ampai saat ini menurut =peldorn, sebagaimana

    dikutip dari Immanuel Kant, para ahli hukum masih mencari tentang apa

    definisi hukum. %efinisi !batasan" tentang hukum yang dikemukakan para

    ahli hukum sangat beragam, tergantung dari sudut mana mereka melihatnya.

     =hli hukum 'elanda #. Can Kan , mendefinisikan hukum sebagaikeseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa, yang

    melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam mayarakat. 3endapat

    tersebut mirip dengan definisi dari 0udolf Con Ihering, yang menyatakan

     baha hukum baha hukum adalah keseluruhan norma-norma yang

    memaksa yang berlaku dalam suatu negara. 1ans Kelsen menyatakan

    hukum terdiri dari norma-norma bagaimana orang harus berperilaku.

    3endapat ini di dukung oleh ahli hukum Indonesia, Airyono 3rodjodikoro ,

    yang menyatakan hukum adalah rangkaian peraturan mengenai tingkah lau

    orang-orangsebgai anggota suatu masyarakat, sedangkan satu-satunyatujuan dari hukum ialah menjamin keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib

    dalam masyarakat itu. $elanjutnya /otohamidjoyo berpendapat baha

    hukum adalah keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulisyang

     biasanya bersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat

    negara serta antar negara, yang berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan

    dan daya guna, demi tata tertib dan kedamaian dalam masyarakat.

     %efinisi-definisi tersebut menunjukkan betapa luas sesungguhnya

    hukum itu. Keluasan bidang hukum itu dilukiskan oleh 3urnadi 3urbacaraka

    dan $oerjono $oekanto dengan menyebutkan sembilan arti hukum. +enurutmereka, hukum dapat diartikan sebagai !4" ilmu pengetahuan, yakni

     pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran;

    !6" disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala

    yang dihadapi ; !8" norma, yakni pedoman atau patokan siakap tindak atau

     perikelakuan yang pantas atau diharapkan; !5" tata hukum, yakni struktur 

    dan proses perangkat norma-norma hukum yang berlaku pada suatu aktu

    5

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    5/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis; !(" petugas, yakni pribadi-

     pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan

     penegakan hukum !la enforcement officer" ; !9" keputusan penguasa,

    yakni hasil proses diskresi ; !7" proses pemerintahan, yaitu proses hubungan

    timbal balik antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan; !)" sikap

    tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yakni perikelakuan yang

    diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk untuk 

    mencapai kedamaian; !" jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.

     %engan demikian, apabila kita ingin mendefinisikan hukum secara

    memuaskan, kita harus dapat merumuskannya dalam suatu kalimat yang

    cukup panjang yang meliputi paling tidak sembilan arti hukum di atas.

     +engingat objek filsafat hukum adalah hukum, maka masalah atau

     pertanyaan yang dibahas oleh filsafat hukum itupun antara lain berkaitan

    dengan hukum itu sendiri, seperti hubungan hukum dengan kekuasaan,

    hubungan hukum kodrat dengan hukum positif, apa sebab orang menaati

    hukum, apa tujuan hukum, sampai pada masalah-masalah kontemporer seperti masalah hak asasi manusia, keadilan dan etika profesi hukum.

     $elanjutnya =peldorn , menyebutkan tiga pertanyaan penting yang

    dibahas oleh filsafat hukum, yaitu !4" adakah pengertian hukum yang

     berlaku umum ; !6" apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum ; dan !8"

    adakah sesuatau hukum kodrat. Lili 0asyidi menyebutkan pertanyaan yang

    menjadi masalah filsafat hukum, antara lain !4" hubungan hukum dengan

    kekuasaan ; !6" hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya ; !8" apa

    sebabnya negara berhak menghukum seseorang ; !5" apa sebab orang

    menaati hukum ; !(" masalah pertanggungjaaban ; !9" masalah hak milik ;!7" masalah kontrak ; !)" dan masalah peranan hukum sebagai sarana

     pembaharuan masyarakat.

     =pabila kita perbandingkan antara apa yang dikemukakan oleh

    =peldorn dan Lili 0asyidi tersebut, tampak baha masalah-masalah yang

    dianggap penting dalam pembahasan filsafat hukum terus bertambah dan

     berkembang, seiring dengan perkembangan Daman. %emikian pula karena

    semakin banyaknya para ahli hukum yang menekuni dunian filsafat hukum.

    D. Filsaat H*+*' Dala' Kerang+a Filsaat Pa&a U'*'n!a

    Yang dilakukan para ahli filsafat ialah berusaha menjelaskan apasesungguhnya arti filsafat itu. 3ada dasarnya inti berbagai perumusan itu

    menyatakan baha filsafat adalah karya manusia tentang hakikat sesuatu.

    Karya berupa apa>

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    6/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    ketiganya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. 1anya terdapat

     perbedaan unsur, mana yang paling menonjol digunakan dalam karya-

    karyanya.

    +ereka yang berkarya mencapai tujuan hidupnya seperti para

     petani yang mencangkul tanah saah atau kebun, dan mereka yang bekerja

    mengangkat barang-barang penumpang, dan lain-lain, jelas di sini lebih

    menonjolkan penggunaan unsur raganya. $edangkan mereka yang bekerja

    di bidang seni akan menonjolkan unsur rasanya.%alam hal orang berkarya filsafat, pada mulanya yang tampil ke

    hadapan adalah unsur rasaya. 0asa heran dan kagum manusia atas alam

    semesta dengan segala isinya yang dilihatnya menyebabkan manusia itu

    kemudian mengajukan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan cara

     bagaimana terjadinya alam semesta itu beserta segala isinya.

    Kesemua pertanyaan itu memerlukan jaaban. %alam usaha

    menjaab pertanyaan-pertanyaan itulah tampil ke hadapan unsur rasionya.

    %engan demikian dapat dikatakan baha dalam orang berfilsafat, maka ia

     berkarya menggunakan pemikirannya. #adi, filsafat adalah hasil pemikiranmanusia tentang hakikat sesuatu. Lalu apa yang dimaksud dengan hakikat

    sesuatu itu>

    =da yang mengatakan baha hakikat sesuatu itu adalah tempat

    sesuatu di alam semesta dan hubungan sesuatu tadi dengan isi alam semesta

    yang lain. Kata ”sesuatu” dapat berarti alam semesta itu sendiri atau segala

    isinya. #ika yang menjadi &sesuatu” tadi adalah manusia sebagai salah satu

    isi alam semesta, maka berfilsafat tentang manusia berarti mengkaji secara

    mendalam tempat manusia itu di alam semesta dan bagaimana hubungan

    manusia tadi dengan segala isi alam semesta lainnya. =tau ada juga yangmengatakan dengan yang lebih sederhana, mengkaji manusia dari segi inti

    dan dasar yang sedalam-dalamnya.

    3ada mula orang berfilsafat, perhatian para filsuf lebih lanjut

    kepada alam semesta itu sendiri. 3ada Daman purbakala, filsuf-filsuf 

    kenamaan pada Daman ini !pra-$ocrates" seperti T"ales, Anai'an&r#s,

    Anai'enes, P"itag#ras, dan lain-lain, mencoba mencari inti alam

    semesta. T"ales yang hidup pada tahun 965-(5) $+ berpendapat baha

    inti alam semesta itu adalah air. Anai'an&r#s mengatakan teapeiron yang

    menjadi inti alam, yaitu suatu Dat yang tidak tentu sifat-sifatnya. $edangkanAnai'enes  !(*-(6) $+" menyebutkan udara. Yang sangat berbeda

    sekali pendapatnya ialah P"itag#ras. +enurutnya, yang menjadi dasar dari

    segala sesuatunya adalah bilangan.

    %engan mengambil obyek filsafat yang bukan manusia, sudah

     barang tentu tidak akan sampai pada uraian mengenai hukum dari segi

    filsafatnya. 'aru setelah masa S#)rates, yang juga dimulai oleh filsuf besar 

    9

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    7/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    ini, perhatian para filsuf tertuju pada manusia sebagai obyek filsafat

    mereka. $egala segi dari mahluk manusia ini dicoba dikaji. Eara

     berpikirnya menghasilkan filsafat logika, karya seninya melahirkan filsafat

    estetika, tingkah lakunya diselidiki oleh filsafat etika. $egala upaya manusia

    dalam upaya mencapai tujuan hidupnya menghasilkan cabang-cabang

    filsafat lainnya seperti filsafat negara, filsafat politik, filsafat ekonomi,

    filsafat hukum, dan lain-lain.

    1ukum adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia. 1anya adahukum jika ada manusia, yaitu manusia dalam pergaulannya dengan yang

    lain. =kibat kebergantungan hukum pada manusia ini, maka hanya mungkin

    orang berfilsafat tentang hukum apabila terlebih dahulu berfilsafat tentang

    manusia. $ebab, salah satu aspek dari manusia yang sangat erat kaitannya

    adalah tingkah lakunya. +elalui filsafat tingkah laku ini, atau filsafat etika,

    lalu orang berfilsafat tentang hukum. %engan demikian, dalam pohon

    filsafat manusia, maka filsafat etika merupakan salah satu cabangnya,

    sedangkan filsafat hukum lebih lanjut merupakan cabang dari filsafat etika

    ini atau merupakan salah satu ranting dari filsafat manusia tadi.$ering kali juga orang mengatakan baha filsafat manusia itu

    merupakan  genus  filsafat, sedangkan filsafat etika adalah  species  filsafat

    yang memiliki filsafat hukum sebagai sub  species-nya. ilsafat hukum

    mempelajari sebagian dari tingkah laku manusia, yaitu tingkah laku !atau

     perbuatan" yang akibatnya diatur oleh hukum.

    E. Manaat Filsaat H*+*'

    'erfilsafat adalah berfikir. 1al ini tidak berarti setiap berfikir 

    adalah berfilsafat, karena berfilsafat itu berfikir dengan ciri-ciri tertentu.

    =da beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan, yaitu4. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. 0adikal berasal dari

    kata Yunani, radiF yang berarti &akar”. 'erfikir secara radikal adalah

     berfikir sampai ke akar-akarnya. 'erfikir sampai ke hakikat, essensi,

    atau samapai ke substansi yang dipikirkan. manusia yang berfilsafat

    tidak puas hanya memperoleh pengetahuan leat indera yang selalu

     berubah dan tidak tetap. +anusia yang berfilsafat dengan akalnya

     berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu

     pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan inderai.

    6. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara uniCersal !umum". 'erfikir secara uniCersal adalah berfikir tentang hal-hal serta proses-proses yang

     bersifat umum. ilsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari

    ummat manusia !common eFperience of mankind". %engan jalan

     penjajakan yang radikal, filsafat berusaha untuk sampai pada

    kesimpulan-kesimpulan yang uniCersal. 'agaimana cara atau jalan yang

    ditempuh untuk mencapai sasaran pemikirannya dapat berbeda-beda.

    7

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    8/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    =kan tetapi yang dituju adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal

    khusus yang ada dalam kenyataan.

    8. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Yang dimaksud

    dengan konsep di sini adala hasil generalisasi dan abstraksi dari

     pengalaman tentang hal-hal sertya proses-proses indiCidual. 'erfilsafat

    tidak berfikir tentang manusia tertentu atau manusia khusus, tetap:i

     berfikir tentang manusia secara umum. %engan ciri yang konseptual ini,

     berfikir secara kefilsafatan melampoi batas pengalaman hidup sehari-hari.

    5. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten.

    Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir !logis". Konsisten

    artinya tidak mengandung kontradiksi. 'aik koheren maupun konsisten,

    keduanya dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu runtut.

    =dapun yang dimaksud runtut adalah bagan konseptual yang disusun

    tidak terdiri atas pendapat-pendapat yang saling berkontradiksi di

    dalamnya.

    (. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik. $istematik  berasal dari kata sistem yang artinya kebulatan dari sejumlah unsur 

    yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai

    sesuatu maksud atau menunaikan sesuatu peranan tertentu. %alam

    mengemukakan jaaban terhadap sesuatu masalah, digunakan pendapat

    atau argumen yang merupakan uraian kefilsafatan yang saling

     berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan

    tertentu.

    9. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif.

    Komprehensif adalah mencakup secara menyeluruh. 'erfikir secarakefilsafatan berusaha untuk menjelaskan fenomena yang ada di alam

    semesta secara keseluruhan sebagai suatu sistem.

    7. 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. $ampai batas-batas

    yang luas, setiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari

     pemikiran yang bebas. 'ebas dari prasangka-prasangka sosial, historis,

    kultural, atau religius. $ikap-sikap bebas demikian ini banyak 

    dilukiskan oleh filsuf-filsuf dari segala Daman. $ocrates memilih minum

    racun dan menatap maut daripada harus mengorbankan kebebasannya

    untuk berpikir menurut keyakinannya. 'aruch de $pinoDa yangterkenal adalah ajaran mengenai $ubstansi tunggal =llah atau alam,

    karena khaatir kehilangan kebebasannya untuk berfikir, menolak 

     pengangkatannya sebagai guru besar filsafat pada 2niCersitas

    1eidelberg.

    ). 'erfikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang

     bertanggungjaab. 3ertangungjaaban yang pertama adalah terhadap

    )

    https://id.wikipedia.org/wiki/Allahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Alamhttps://id.wikipedia.org/wiki/Allahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Alam

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    9/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    hati nuraninya. %i sini tampak hubungan antara kebebasan berfikir 

    dalam filsafat dengan etika yang melandasinya.

    $ebagaimana berfikir secara kefilsafatan, maka pemikiran filsafat

    hukum juga memiliki beberapa sifat atau karakteritik khusus yang

    membedakannya dengan ilmu-ilmu lain. 3ertama, filsafat hukum memiliki

    karakteristik yang bersifat menyeluruh dan uniCersal. %engan cara berfikir 

    holistik tersebut, maka siapa saja yang mempelajari filsafat hukum diajak 

    untuk beraasan luas dan terbuka. +ereka diajak untuk menghargai pemikiran, pendapat dan pendirian orang lain. Itulah sebabnya dalam

    filsafat hukumpun dikenal pula berbagai aliran pemikiran tentang hukum,

    dengan segala kelebihan dan kekurangannya. %engan demikian diharapkan

     para cendekiaan hukum, tidak bersikap arogan dan apriori, baha disiplin

    ilmu yang dimilikinya lebih tinggi dengan disiplin ilmu yang lainnya.

    Kemudian filsafat hukum dengan sifat uniCersalitasnya,

    memandang kehidupan secara menyeluruh, tidak memandang hanya

     bagian-bagian dari gejala kehidupan saja atau secara partikular. %engan

    demikian filsafat hukum dapat menukik pada persoalan lain yang releCanatau meneraang pada keseluruhan dalam perjalanan reflektifnya, tidak 

    sekedar hanya memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. %alam

    filsafat hukum, pertimbangan-pertimbangan di luar obyek adalah salah satu

    ciri khasnya. ilsafat hukum tidak bersifat bebas nilai. #ustru filsafat hukum

    menimba nilai yang berasal dari hidup dan pemikiran.

    Eiri yang kedua, filsafat hukum juga memiliki sifat yang mendasar 

    atau memusatkan diri pada pertanyaan-pertanyaan mendasar !basic or 

    fundamental Guestions". =rtinya dalam menganalisis suatu masalah,

    seseorang diajak untuk berpikir kritis dan radikal. %engan mempelajari danmemahami filsafat hukum berarti diajak untuk memahami hukum tidak 

    dalam arti hukum positif belaka. @rang yang mempelajari hukum dalam arti

     positif belaka, tidak akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan

    hukum secara baik. =pabila orang itu menjadi hakim misalnya,

    dikhaatirkan ia akan menjadi hakim yang bertindak selaku &corong

    undang-undang” semata.

    Eiri berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah sifat filsafat

    yang spekulatif. $ifat ini tidak boleh diartikan secara negatif sebagai sifat

    gambling. $ebagai dinyatakan oleh $uriasumantri , baha semua ilmu yang berkembang saat ini bermula dari sifat spekulatif tersebut. $ifat ini

    mengajak mereka yang mempelajari filsafat hukum untuk berpikir inoCatif,

    selalu mencari sesuatu yang baru. +emang, salah satu ciri orang yang

     berpikir radikal adalah senang kepada hal-hal yang baru.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    10/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    spekulatif dalam arti positif itulah hukum dapat dikembangkan ke arah yang

    dicita-citakan bersama.

    $ecara spekulatif, filsafat hukum terjadi dengan pengajuan

     pertanyaan-pertanyaan mengenai hakekat hukum. 3ertanyaan-pertanyaan

    itu menimbulkan rasa sangsi dan rasa terpesona atas suatu kebenaran yang

    dikandung dalam suatu persoalan. =pabila jaaban-jaabannya diperoleh

    maka jaaban-jaaban itu disusun dalam suatu sistem pemikiran yang

    uniCersal dan radikal.Kemudian ciri yang lain lagi adalah sifat filsafat yang reflektif 

    kritis. +elalui sifat ini, filsafat hukum berguna untuk membimbing kita

    menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional dan kemudian

    mempertanyakan jaaban itu secara terus menerus. #aaban tersebut

    seharusnya tidak sekedar diangkat dari gejala-gejala yang tampak, tetapi

    sudah sampai kepada nilai-nilai yang ada dibalik gejala-gejala itu. =nalisis

    nilai inilah yang membantu kita untuk menentukan sikap secara bijaksana

    dalam menghadapi suatu masalah kongkret. $ecara kritis, filsafat hukum

     berusaha untuk memeriksa gagasan-gagasan tentang hukum yang sudahada, melihat koherensi, korespodensi dan fungsinya. ilsafat hukum

     berusaha untuk memeriksa nilai dari pernyataan-pernyataan yang dapat

    dikategorikan sebagai hukum.

    ilsafat itu juga bersifat introspektif atau mempergunakan daya

    upaya introspektif. =rtinya, filsafat tidak hanya menjangkau kedalaman dan

    keluasan dari permasalahan yang dihadapi tetapi juga mempertanyakan

     peranan dari dirinya dan dari permasalahan tersebut. ilsafat

    mempertanyakan tentang struktur yang ada dalam dirinya dan permasalahan

    yang dihadapinya. $ifat introspektif dari filsafat sesuai dengan sifat manusiayang memiliki hakekat dapat mengambil jarak !distansi" tidak hanya pada

    hal-hal yang berada di luarnya tetapi juga pada dirinya sendiri.

    $ebagai bahan perbandingan, 0adhakrisnan dalam bukunya

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    11/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    memahami filsafat hukum dengan berbagai sifat dan karakternya tersebut,

    maka sebenarnya filsafat hukum dapat dijadikan salah satu alternatif untuk 

    ikut membantu memberikan jalan keluar atau pemecahan terhadap berbagai

    krisis permasalahan yang menimpa bangsa Indonesia dalam proses

    reformasi ini.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    12/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    BAB II

    SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM

    A. Se-ara" Per+e'angan Filsaat H*+*'

    %i salam kepustakaan filsafat !hukum", terdapat berbagai periodisasi

    atau pembabakan perkembangan filsafat !hukum" dari dahulu hingga saat ini.

    3ada umumnya pembabakan itu terdiri dari

    /. 0a'an 1*ra+ala

    a. +asa Yunani4" +asa pra-$ocrates !H (** $+"

    3ada masa ini diperkirakan belum ada filsafat hukum karena

     perhatian para filsuf lebih ditujukan kepada alam semesta, yaitu apa

    sesungguhnya yang menjadi inti alam semesta itu. #aaban terhadapnya

     berbeda-beda. ilsuf T"ales  mengatakan air, Anai'an&r#s  to

    apeiron, yaitu suatu Dat yang tak tertentu sifat-sifatnya, Anai'enes

    mengatakan udara, sedangkan P"itag#ras menjaab bilangan. ilsuf 

    lainnya seperti Hera+lit#s berpendapat baha apilah yang menjadi inti

    alam semesta. 3erihal manusia, tingkah laku !etika", dan hukum, belummemperoleh perhatian. +anusia dianggap oleh mereka sebagai bagian

    dari alam semesta. Kalaupun berbicara tentang hukum, maka hukum

    yang dimaksud adalah hukum dalam arti keharusan alamiah. #adi,

    hukum tidak terbatas pada masyarakat manusia, tetapi meliputi semesta

    alam. 1ukum yang dikenal adalah hukum alam. %i antara para filsuf 

    alam tersebut di atas, P"itag#raslah yang mulai menyinggung tentang

    manusia. +enurutnya, tiap manuai memiliki jia yang selalu berada

    dalam proses katarsis, yaitu pembersihan diri. $etiap kali jia

    memasuki tubuh manusia, manusia harus membersihkan diri agar jiatadi dapat masuk ke dalam kebahagiaan. #ika dinilai tidak cukup

    melakukan katarsis, jia tadi akan memasuki lagi tubuh manusia yang

    lain.

    6" +asa $ocrates, 3lato dan =ristoteles.

    'eberapa penulis sejarah filsafat hukum mengungkapkan

     baha S#)rates-lah yang mula pertama berfilsafat tentang manusia.

    $egala aspek tentang manusia menjadi obyek pembicaraannya.

    %iperkirakan filsafat hukum lahir pada masa ini dan berkembang

    mencapai puncak kegemilangannya melalui filsuf-filsuf besar setelahS#)rates, yaitu Plat#, Arist#teles, dan filsuf-filsuf lainnya di Daman

    Yunani dan 0omai.

    %i antara kedua masa tersebut, masa Yunani merupakan masa

    yang amat subur bagi pertumbuhan filsafat hukum. =lasannya ialah

    ”kecenderungan-kecenderungan untuk berpikir spekulatif serta persepsi

    intelektualnya untuk menyadari adanya tragedi kehidupan manusia serta

    46

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    13/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    konflik-konflik dalam kehidupan dunia ini, seperti telihat pada karya-

    karya filsafat dan kesusasteraannya, Yunani memberi saham yang besar 

    ke arah pemikiran tentang hukum yang bersifat teoretis. %engan

    kecenderungan berpikir yang demikian itu, orang Yunani melihat

     bagaimana timbul dan berkembangnya polis, yaitu negara kota di masa

    itu.

    Kekacauan-kekacauan sosial, konflik-konflik di dalamnya,

     bergantian pemerintah yang begitu sering, masa-masa tiranik dankeseenang-enangan, yang semua terjadi pada masa itu, memberikan

     bahan yang banyak sekali bagi pemikiran yang bersifat spekulatif 

    mengenai persoalan-persoalan hukum dalam masyarakat. %engan

    demikian orang pun didorong dengan kuat untuk memikirkan problem

    yang abadi mengenai hubungan antara hukum positif dengan keadilan

    yang abadi itu, sehingga memberikan sumbangan pemikiran Yunani di

    dalam dunia teori hukum”.

    8" +asa $toa

    +asa ini ditandai dengan adanya maDhab St#a, yaitu suatumaDhab yang mempunyai kebiasaan memberi pelajaran di lorong-

    lorong tonggak !stoa". 3emikir utamanya yang juga bertindak sebagai

     pemimpin maDhab adalah filsuf 0en#.

    %engan mengambil sebagian ajaran =ristoteles, yaitu baha

    akal manusia itu merupakan bagian dari rasio alam, dikembangkan

    suatu pemikiran hukum alam yang bersumber dari akal ketuhanan

    !logos di mana manusia dimungkin hidup menyesuaikan diri padanya".

    1ukum alam itu merupakan dasar segala hukum positif. 3andangan

    $toa kemudian amat berpengaruh pada filsuf 0omai seperti Sene)a,Mar)*s A*reli*s, dan juga (i)er#.

     b. +asa 0omai

    3ada masa ini perkembangan filsafat hukum tidak segemilang

     pada masa Yunani. 3ara ahli filsafat 0omai lebih memusatkan

     perhatiannya pada masalah bagaimana hendak mempertahankan

    ketertiban di seluruh kaasan Kekaisaran 0omai yang sangat luas itu.

    +ereka menuntut untuk lebih banyak menyumbangkan konsep-konsep

    dan teknik-teknik yang berkaitan dengan hukum positif, seperti bidang-

     bidang kontrak, kebendaan, dan ajaran-ajaran tentang kesalahan. /amun sumbangan pemikiran para filsuf masa ini, seperti P#l!i*s,

    (i)er#, Sene)a, Mar)*s A*reli*s, dan lain-lain, masih banyak 

     pengaruhnya hingga saat ini.

    2. Aa& Pertenga"an

    a. +asa gelap

    48

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    14/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    +asa ini dimulai dengan runtuhnya Kekaisaran 0omai akibat

    serangan bangsa lain yang dianggap terbelakang, yang datang dari utara,

    yaitu yang disebut suku-suku ermania.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    15/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    %alam dunia pemikiran hukum, Daman ini ditandai dengan adanya

     pendapat baha akal manusia tidak lagi dapat dilihat sebagai penjelmaan

    dari akal

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    16/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    +engenai masalah ruang lingkup pembahasan filsafat hukum

    tersebut, dalam kepustakaan seringkali dikacaukan dengan banyaknya

     peristilahan yang digunakan, terutama dibelahan dunia =nglo-$akson,

    seperti di =merika $erikat, dan Inggris. $elain istilah  "hilosophy of law

    atau legal philosophy, dikenal juga istilah lain seperti  #urisprudence  dan

    legal theory.

    'eberapa penulis tidak membedakan arti ketiga istilah tersebut

    seperti ternyata dari obyek pembahasan yang sama yang dikajinya. =kantetapi ada pula yang membedakannya alaupun sukar untuk memberikan

     batas-batasnya yang tegas. Khusus yang berhubungan dengan istilah

     #urisprudence  ini, yang banyak digunakan oleh para penulis hukum di

    =merika, Inggris dan negara-negara lainnya yang menggunakan bahasa

    Inggris sebagai bahasa pengantarnya, dianggap perlu penjelasan lebih lanjut

    dari segi pengertian, ruang lingkup, klasifikasi, dan manfaat

    mempelajarinya.

    =da pendapat yang mengatakan baha karena filsafat hukum

    merupakan bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafathukum hanya mempelajari hukum secara khusus. $ehingga, hal-hal non

    hukum menjadi tidak releCan dalam pengkajian filsafat hukum. 3enarikan

    kesimpulan seperti ini sebetulnya tidak begitu tepat. ilsafat hukum sebagai

    suatu filsafat yang khusus mempelajari hukum hanyalah suatu pembatasan

    akademik dan intelektual saja dalam usaha studi dan bukan menunjukkan

    hakekat dari filsafat hukum itu sendiri.

    $ebagai filsafat, filsafat hukum tunduk pada sifat-sifat, cara-cara

    dan tujuan-tujuan dari filsafat pada umumnya. %i samping itu, hukum

    sebagai obyek dari filsafat hukum akan mempengaruhi filsafat hukum.%engan demikian secara timbal balik antara filsafat hukum dan filsafat

    saling berhubungan.

    $ecara sederhana dapat dikatakan baha filsafat hukum adalah

    cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari

    hakikat hukum. %engan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang

    mempelajari hukum secara filosofis. #adi objek filsafat hukum adalah

    hukum, dan obyek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau

    dasarnya, yang disebut hakikat.

    3ertanyaan tentang apa apa hakikat hukum itu sekaligus merupakan pertanyaan filsafat hukum juga. 3ertanyaan tersebut mungkin saja dapat

    dijaab oleh ilmu hukum, tetapi jaaban yang diberikan ternyata serba

    tidak memuaskan. +enurut =peldorn , hal tersebut tidak lain karena ilmu

    hukum hanya memberikan jaaban yang sepihak. Ilmu hukum hanya

    melihat gejala-gejala hukum sebagaimana dapat diamati oleh pancaindra

    manusia mengenai perbuatan-perbuatan manusia dan kebiasaan-kebiasaan

    49

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    17/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    masyarakat. $ementara itu pertimbangan nilai di balik gejala-gejala hukum,

    luput dari pengamatan ilmu hukum.

     /orma atau kaidah hukum, tidak termasuk dunia kenyataan !sein",

    tetapi berada pada dunia nilai !sollen", sehingga norma hukum bukan dunia

     penyelelidikan ilmu hukum. 1akikat hukum dapat dijelaskan dengan cara

    memberikan suatu definisi tentang hukum. $ampai saat ini menurut

    =peldorn, sebagaimana dikutip dari Immanuel Kant, para ahli hukum masih

    mencari tentang apa definisi hukum. %efinisi !batasan" tentang hukum yangdikemukakan para ahli hukum sangat beragam, tergantung dari sudut mana

    mereka melihatnya.

    =hli hukum 'elanda #. Can Kan , mendefinisikan hukum sebagai

    keseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa, yang

    melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam mayarakat. 3endapat

    tersebut mirip dengan definisi dari 0udolf Con #hering, yang menyatakan

     baha hukum baha hukum adalah keseluruhan norma-norma yang

    memaksa yang berlaku dalam suatu negara.

    1ans Kelsen menyatakan hukum terdiri dari norma-norma bagaimana orang harus berperilaku. 3endapat ini di dukung oleh ahli

    hukum Indonesia, Airyono 3rodjodikoro , yang menyatakan hukum adalah

    rangkaian peraturan mengenai tingkah lau orang-orangsebgai anggota suatu

    masyarakat, sedangkan satu-satunya tujuan dari hukum ialah menjamin

    keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat itu. $elanjutnya

     /otohamidjoyo berpendapat baha hukum adalah keseluruhan peraturan

    yang tertulis dan tidak tertulisyang biasanya bersifat memaksa untuk 

    kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antar negara, yang

     berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata tertibdan kedamaian dalam masyarakat.

    %efinisi-definisi tersebut menunjukkan betapa luas sesungguhnya

    hukum itu. Keluasan bidang hukum itu dilukiskan oleh 3urnadi 3urbacaraka

    dan $oerjono $oekanto dengan menyebutkan sembilan arti hukum. +enurut

    mereka, hukum dapat diartikan sebagai

    !4" ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis

    atas dasar kekuatan pemikiran;

    !6" disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala

    yang dihadapi;!8" norma, yakni pedoman atau patokan siakap tindak atau perikelakuan

    yang pantas atau diharapkan;

    !5" tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat norma-norma hukum

    yang berlaku pada suatu aktu dan tempat tertentu serta berbentuk 

    tertulis;

    47

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    18/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    !(" petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang

     berhubungan erat dengan penegakan hukum !la enforcement officer";

    !9" keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi;

    !7" proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik antara unsur-

    unsur pokok dari sistem kenegaraan;

    !)" sikap tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yakni perikelakuan

    yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk untuk 

    mencapai kedamaian;!" jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang

    apa yang dianggap baik dan buruk.

    %engan demikian, apabila kita ingin mendefinisikan hukum secara

    memuaskan, kita harus dapat merumuskannya dalam suatu kalimat yang

    cukup panjang yang meliputi paling tidak sembilan arti hukum di atas.

    +engingat objek filsafat hukum adalah hukum, maka masalah atau

     pertanyaan yang dibahas oleh filsafat hukum itupun antara lain berkaitan

    dengan hukum itu sendiri, seperti hubungan hukum dengan kekuasaan,

    hubungan hukum kodrat dengan hukum positif, apa sebab orang menaatihukum, apa tujuan hukum, sampai pada masalah-masalah kontemporer 

    seperti masalah hak asasi manusia, keadilan dan etika profesi hukum.

    $elanjutnya =peldorn , menyebutkan tiga pertanyaan penting yang

    dibahas oleh filsafat hukum, yaitu

    !4" adakah pengertian hukum yang berlaku umum;

    !6" apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum; dan

    !8" adakah sesuatau hukum kodrat.

    Lili 0asyidi menyebutkan pertanyaan yang menjadi masalah filsafat

    hukum, antara lain !4" hubungan hukum dengan kekuasaan; !6" hubunganhukum dengan nilai-nilai sosial budaya; !8" apa sebabnya negara berhak 

    menghukum seseorang; !5" apa sebab orang menaati hukum; !(" masalah

     pertanggungjaaban; !9" masalah hak milik; !7" masalah kontrak; !)" dan

    masalah peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

    =pabila kita perbandingkan antara apa yang dikemukakan oleh

    =peldorn dan Lili 0asyidi tersebut, tampak baha masalah-masalah yang

    dianggap penting dalam pembahasan filsafat hukum terus bertambah dan

     berkembang, seiring dengan perkembangan Daman. %emikian pula karena

    semakin banyaknya para ahli hukum yang menekuni dunian filsafat hukum.

    BAB III

    APAKAH HUKUM ITU

    A. Pen&einisian H*+*'

    $atu masalah yang belum mencapai kata putus di antara para ahli

    hukum ialah tentang pendefinisian hukum. 1ingga saat ini pendapat tentang

    4)

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    19/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

     perlunya suatu definisi hukum masih dipertentangkan orang. =danya

    definisi akan membantu mereka yang baru mempelajari hukum

    menunjukkan jalan !open the way", ke arah mana ia harus berjalan. Karena

     bertindak sebagai pembuka jalan inilah, definisi hukum itu dianggap oleh

    sebagain para ahli hukum sebagai amat berharga dan perlu.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    20/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    tata tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh karena itu seharusnya ditaati

    oleh anggota masyarakat yang bersangkutan”.

    $ir-#n# Pr#&-#&i+#r# dalam tulisan yang berjudul 0asa Keadilan

    $ebagai %asar $egala 1ukum, menyatakan baha &1ukum adalah

    rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai

    anggota suatu masyarakat.

    $elanjutnya Si'#rang+ir, dalam bukunya, 3elajaran 1ukum

    Indonesia, merumuskan &1ukum sebagai peraturan-peraturan yang bersifatmemaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan

    masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berajib,

     pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya

    tindakan, yaitu dengan hukuman yang tertentu.

    Kemudian P*rna&i P*ra)ara+a  dan S#er-#n# S#e+ant#  dalam

     bukunya $endi-$endi Ilmu 1ukum dan

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    21/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    dalam bukunya 3engantar ilsafat 1ukum, mengatakan dalam dalam

    catatan II, baha &1ukum adalah suatu pekerjaan yang diterapkan kepada

    orang lain. %engan perkataan lain, hukum ada bila ada sesuatu pekerjaan

    !melakukan atau tidak melakukan" dari seseorang dalam hubungannya

    dengan orang lain, yaitu dalam hubungan diterapkannya menjadi miliknya.

    #adi, apakah objek dari hubungan yang kita sebut hukum itu> $uatu

     pekerjaan, suatu perbuatan atau tidak-berbuat, dari orang lain”.

    $ebelumnya, dalam catatan I disebutkan baha &@bjek yangsebenarnya dari hukum itu bukan benda malainkan sesuatu dalam perbuatan

    orang lain yang hidup bersama kita, juga besar manfaatnya untuk mengerti

    dan menerangkan ungkapan-ungkapan tertentu yang sering dipakai dan

    sangat terkenal.

    B. Kai&a" H*+*' Dan Kai&a" S#sial Lainn!a

    %i dalam suatu masyarakat yang oleh Ma) I8er  !)he *eb of 

    overnment , 4(5" digambarkan sebagai sarang laba-laba !web", terdapat

     berbagai kaidah yang mengatur hubungan antar indiCidu yang bertujuan

    untuk tercapainya kedamaian, ketertiban, dan kesejahteraan. $epertidiketahui terdapat berbagai ragam kepentingan yang melekat kepada

    masing-masing indiCidu tersebut yang bersifat sejajar !sama", berlainan,

    atau berlaanan dalam usahanya memenuhi apa yang disebut sebagai

    kebutuhan pokok maupun kebutuhan sekundernya. %an agar dalam

    memenuhi kebutuhan tersebut tidak terjadi ekses-ekses dalam masyarakat

    akibat adanya benturan-benturan, terutama antara kepentingan-kepentingan

    yang saling berlaanan, diperlukan adanya kaidah-kaidah tersebut agar 

    segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur.

    %alam hubungan pergaulan antar manusia, manusia memperoleh pengalaman dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

    3engalaman-pengalaman ini menciptakan nilai-nilai, baik yang bersifat

     positif maupun negatif, yang lalu menjadi suatu patokan bagi mereka

    tentang apa yang baik yang harus diikuti, dan apa yang dianggap buruk 

    yang harus dihindari. $ikap-sikap manusia kemudian membentuk kaidah-

    kaidah karena manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas.

    Kehidupan yang teratur dan sepantasnya menurut manusia adalah berbeda-

     beda; oleh karena itu diperlukan patokan yang berupa kaidah. %engan

    demikian dapatlah dikatakan baha kaidah merupakan patokan atau perikelakuan yang diharapkan.

    M#)"tar K*s*'aat'a&-a, menyebutkan tiga macam kaidah,

    yaitu kaidah hukum, kesusilaan, kesopanan. Sat-i1t# Ra"ar&-#

    mengemukakan tiga macam pula, tetapi agak berlainan, yaitu kaidah

    kebiasaan, hukum, dan kesusilaan, sedangkan S#er-#n# S#e+ant#

    menyebutkan kaidah-kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan, dan

    64

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    22/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    hukum sebagai kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia. %engan

     berpegang pada uraian Sat-i1t# Ra"ar&-#, dijelaskan lebih lanjut makna

    dari masing-masing kaidah atau tatanan tersebut, sebagai berikut

     Kaidah kebiasaan, terdiri dari norma-norma yang hubungannya

    dengan kenyataan dekat sekali. Kaidah ini merupakan kaidah yang diangkat

    dari dunia kenyataan, yaitu apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang.

    2ntuk diterima menjadi suatu kaidah, diperlukan suatu ujian keteraturan,

    keajegan, dan kesadaran masyarakat untuk menerimanya. Karena sifatnyasedemikian, maka tenggangan antara ideal dan kenyataan dalam kaidah

    kebiasaan ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan kedua

    kaidah sosial lainnya. $ebabnya, unsur ideal dalam kaidah ini sangat kecil

    atau sedikit sekali. @leh karena norma kebiasaan itu sekedar mengangkat

     perbuatan-perbuatan yang memang laDim dilakukan sehari-hari menjadi

    norma, maka dipandang dari kedua tatanan lainnya, yang menghormati

    dunia norma sebagai hasil karya manusia untuk membimbing masyarakat

    menuju kepada keadaan dan tingkah laku manusia sesuai dengan ide-ide

    tertentu, tatanan kebiasaan dinilai banyak mengandung norma yang tidak sesuai hukum atau kesusilaan.

     Kaidah hukum 3ada kaidah ini terlihat adanya suatu pergeseran,

    yaitu terjadinya suatu proses penjauhan dan pelepasan diri dari tatanan yang

     berpegang pada kenyataan sehari-hari !tatanan kebiasaan" alau

     berjalannya proses ini belum berlaku secara seksama. Eiri yang menonjol

    dari hukum mulai tampak pada penciptaan norma-norma hukum yang

    &murni”, yaitu yang dibuat secara sengaja oleh suatu badan perlengkapan

    dalam masyarakat yang khusus ditugasi untuk menjalankan penciptaan atau

     pembuatan hukum itu. /orma-norma hukum ini, menurut Ra&r*)",termasuk ke dalam golongan norma-norma yang lahir dari kehendak 

    manusia karena yang menentukan jenis ketertiban itu adalah masyarakat

    sendiri, yang dalam hal ini diakili oleh anggota-anggotanya yang

     berhimpun dalam satu atau lain badan yang tugasnya menentukan norma-

    norma apa yang akan diciptakan.

    'erbeda dengan kaidah lainnya, kaidah hukum memiliki

    kemandirian dalam berhadapan dengan ideal dan kenyataan, yaitu memiliki

     posisi yang mampu mengambil jarak antara ideal dan kenyataan.

     Kaidah kesusilaan  merupakan suatu kaidah yang dalamhubungannya dengan dunia ideal dan kenyataan berada dalam posisi

    sebaliknya daripada kaidah kebiasaan. Kaidah kesusilaan berpegang

    sepenuhnya kepada dunia ideal yang sifatnya abstrak, yang perlu

    diujudkan dalam masyarakat. Idelah yang merupakan tolok ukur tatanan

    ini untuk menilai tingkah laku anggota-anggota masyarakat. %engan

    66

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    23/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    demikian, perbuatan yang bisa diterima oleh tatanan tersebut hanyalah yang

    sesuai dengan idealnya tentang manusia.

    (. Beragai Te#ri Tentang H*+*'

    $epanjang sejarah hukum, dimulai dari Daman Yunani0omai

    hingga hari ini, kita dihadapkan kepada adanya berbagai teori tentang

    hukum yang lahir pada setiap babak dari perjalanan sejarah hukum

    termaksud. $udah menjadi suatu pendapat yang diterima umum baha

    suatu teori hukum tidaklah dapat dilepaskan dari lingkungan Damannya &Iasering kita lihat sebagai suatu jaaban yang diberikan terhadap

     permasalahan hukum atau menggugat suatu pikiran hukum yang dominan

     pada suatu saat. @leh karena itu, sekalipun ia berkeinginan untuk 

    mengutarakan suatu pikiran secara uniCersal, tetapi alangkah baiknya

    apabila kita senantiasa aspada, baha teori itu mempunyai latar belakang

     pemikiran yang sedemikian itu. $ehubungan dengan keadaan yang

    sedemikian itu sudah seharusnya kita tidak melepaskan teori-teori itu dari

    kategorisasi aktu pemunculannya, seperti teori-teori yang lahir pada abad

    kesembilan belas atau abad kedua puluh. Kita sebaiknya memahaminyadengan latar belakang yang demikian itu, oleh karena teori-teori yang lahir 

     pada abad kesembilan belas, misalnya, menggarap persoalan-persoalan pada

    masa itu dan yang bukan merupakan karakteristik persoalan untuk abad

    kedua puluh”.

    'eberapa contoh dapat dikemukakan, sebagai berikut 3ada Daman

    0omai, misalnya, para pemikir hukum lebih dipusatkan perhatiannya

    kepada situasi pada aktu itu ketika 0omai ingin melaksanakan

     pemerintahannya di seluruh ilayah jajahannya secara efektif. $umbangan

    yang harus dimainkan oleh para pemikir tersebut di atas ialah bagaimanadapat menciptakan suatu ketentuan yang dapat diberlakukan untuk semua

    ilayah 0omai yang sangat luas. Karenanya, jika dibandingkan dengan

     para rekannya di masa Yunani, para pemikir hukum 0omai lebih

    terpusatkan perhatiannya pada usaha menjaab permasalahan hukum yang

    timbul pada aktu itu secara praktis.

    Eontoh lain lagi ialah situasi yang terjadi pada abad ke-4. Eiri

    yang menonjol pada abad ini ialah perkembangan di dunia ekonomi yang

    menggalakkan !optimisme", dibarengi dengan kedudukan negara yang

    semakin kuat dan kukuh dalam hal mengontrol dan mengarahkanmasyarakat ke arah yang dikehendakinya. 3ada masa ini lahir aliran

     positiCisme !analitis maupun murni" yang menekankan pentingnya

    kedudukan negara sebagai pembentuk hukum, buah pikiran J#"n A*stin

    maupun Hans Kelsen dinilai banyak pengaruhnya pada dunia ilmu maupun

    teori hukum, baik pada masa tersebut maupun sesudahnya.

    68

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    24/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

     /amun, hendaknya pula diperhatikan baha selain buah pikiran

    yang selaras dengan situasi yang mendukungnya, terdapat pula buah-buah

     pikiran lain yang justru merupakan penentangan terhadap situasi itu, dan

     berusaha untuk mengubahnya. +asih pada abad ke-4, selain tampil J#"n

    A*stin dengan positiCisme dan analitisnya, lahir pula ajaran sejarah yang

    didasarkan atas paham romantisme yang dipelopori (arl 8#n Sa8ign! dan

    P*)"ta. =jaran ini merupakan penentangan terhadap teori positiCisme

    analitis, dan berusaha meyakinkan dunia ilmu hukum baha  &as Rechtswird nicht gemacht, es ist und wird mit dem volke , katanya. 'uah pikiran

    Sa8ign!, alaupun tidak sepenuhnya berhasil melumpuhkan pikiran

     pisitiCisme hukum, pengaruhnya sangat luas dan dasar-dasar pikirannya

     banyak menjadi landasan hukum positif beberapa negara !Indonesia,

    misalnya yang pada Daman 1india 'elanda memberlakukan hukum adat

     bagi golongan Indonesia asli". $elain itu ajaran Sa8ign! ini dijadikan dasar 

     pula untuk ajaran-ajaran yang beraliran sosiologis yang kemudian muncul

    dan merupakan teori hukum yang dominan pada abad ke-6*. 3emahaman

    sejarah hukum, nampaknya, tidak dapat kita kesampingkan dalam mencobamenghayati suatu teori hukum.

    Kita mengenal berbagai klasifikasi teori hukum yang dibuat oleh

     para penulis hukum. N#rt"r#1, misalnya. +engklasifikasikan ajaran atau

    teori hukum ke dalam  positivisme hukum, pragmatic legal realism, neo+

     Kantian dan Kelsenian ethical #urisprudence, functional anthropological 

    dan  sociological #urisprudence, dan hukum alam !Lili 0asjidi, 4)666".

    Frie&'ann membagi aliran tersebut atas aliran hukum alam, aliran yang

     berdasarkan pada filsafat masalah keadilan, aliran yang didasarkan pada

     pengaruh perkembangan masyarakat terhadap hukum, aliran positiCismedan positiCisme hukum, dan aliran yang didasarkan atas kegunaan dan

    kepentingan. S#er-#n# S#e+ant#  menyebutkan maDhab formalitas,

    maDhab sejarah dan  #urisprudence, dan aliran realisme hukum. Sat-i1t#

    Ra"ar&-#  !4)6669-676", mengetengahkan teori-teori Yunani dan teori

    hukum murni, pendekatan-pendekatan sejarah dan antroplogis, dan

     pendekatan-pendekatan sosiologis. $elain itu ada pula yang

    mengklasifikasikan aliran-aliran tersebut hanya ke dalam yang paling

     berpengaruh saja, yaitu aliran hukum alam, aliran hukum positif, maDhab

    sejarah, sociological #urisprudence, dan pragmatic legal realism.D. Aliran3Aliran Dala' Filsaat H*+*'

    /. Aliran H*+*' Ala'

    Yang dimaksud dengan hukum alam menurut ajaran ini ialah

    hukum yang berlaku uniCersal dan abadi. +enilik sumbernya, hukum

    alam ini ada yang bersumber dari

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    25/77

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    26/77

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    27/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    didasarkan atas pertimbangan atau penilaian baik buruk. $elanjutnya

    A*stin membagi hukum itu atas

    a. 1ukum ciptaan

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    28/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    Latar belakang ajaran hukum murni ini sesungguhnya

    merupakan suatu pemberontakan yang ditujukan terhadap ilmu

    hukum yang ideologis, yaitu yang hanya mengembangkan hukum

    itu sebagai alat pemerintahan dalam negara-negara totaliter.

    %asar-dasar pokok teori hukum murni Hans Kelsen,

    menurut Fre&'ann, adalah sebagai berikut

    a.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    29/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    =liran utilitarianisme dipelopori oleh Jere'! Bent"a' !475)-

    47)8", J#"n St*art Mill !4)*9-4)78" dan R*l 8#n J"ering !4)**-

    4))". 3ara penganut aliran utulitarianisme mempunyai prinsip baha

    manusia akan melakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan

    kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.

    Jere'! Bent"a' menerapkan salah satu prinsip dari aliran

    2tilitarianism ke dalam lingkungan hukum, yaitu manusia akan

     bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya danmengurangi penderitaan. 2kuran baik-buruknya suatu perbuatan

    manusia tergantung kepada apakah perbuatan itu mendatangkan

    kebahagiaan atau tidak. 3emidanaan, menurut Bent"a', harus bersifat

    spesifik untuk tiap kejahatan, dan berapa kerasnya pidana itu tidak 

     boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah dilakukannya

     penyerangan-penyerangan tertentu. 3emidanaan hanya bisa diterima

    apabila ia memberikan harapan bagi tercegahnya kejahatan yang lebih

     besar. =jaran seperti ini didasarkan atas hedonistic utilitarianism.

    Bent"a'  selanjutnya berpendapat baha pembentuk undang-undang hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat

    mencerminkan keadilan bagi semua indiCidu. %engan berpegang pada

     prinsip tersebut di atas, perundangan itu hendaknya dapat memberikan

    kebahagiaan yang terbesar bagi sebagian besar masyarakat ! the greates

    happiness for the greatest number ".

    J#"n St*art Mill  memiliki pendapat yang sejalan dengan

    Jere'! Bent"a'. Kesamaan pendapat itu terletak baha suatu

     perbuatan itu hendaknya bertujuan untuk mencapai sebanyak mungkin

    kebahagiaan. +enurut J#"n St*art Mill, sumber dari kesadarankeadilan itu bukan terletak pada kegunaan, melainkan pada rangsangan

    untuk mempertahankan diri dan perasaan simpati.

    +enurut J#"n St*art Mill, &keadilan bersumber pada naluri

    manusia untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik 

    oleh diri sendiri ataupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari

    kita. 3erasaan keadilan akan memberontak terhadap kerusakan,

     penderitaan, tidak hanya atas dasar kepentingan indiCidual, melainkan

    lebih luas dari itu, sampai kepada orang-orang lain yang kita samakan

    dengan diri kita sendiri. 1akikat keadilan, dengan demikian, mencakupsemua persyaratan moral yang sangat hakiki bagi kesejahteraan umat

    manusia.

    'erbeda dengan Bent"a', R*l 8#n J"ering  dikenal

    sebagai pengasas teori yang disebut & social utilitarianism” !sedangkan

    Bent"a'  individual utilitarianism".

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    30/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

     penggabungan antara pikiran Bent"a'  dan J#"n St*art Mill  dengan

     positiCisme hukum J#"n A*stin.

    3usat perhatian filsafat hukum J"ering adalah konsep tentang

    ”tujuan”, seperti dikatakannya dalam salah satu bukunya, ide dasar dari

     buku ini adalah pemikiran baha tujuan adalah pencipta dari seluruh

    hukum; tidak ada suatu peraturan hukum yang tidak memiliki asal-

    usulnya pada tujuan ini, yaitu pada motif yang praktis. J"ering

    menolak anggapan aliran sejarah yang berpendapat baha hukum ituadalah hasil kekuatan-kekuatan historis murni yang tidak direncanakan

    dan tidak disadari. #ustru hukum itu dibuat oleh negara atau dasar 

    kesadaran sepenuhnya untuk mencapai tujuan tertentu.

    3enganut aliran utilitarianisme menganggap tujuan hukum

    adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan yang sebanyak-

     banyaknya kepada masyarakat. 1al ini disadari oleh adanya falsafah

    sosial yang mengungkapkan baha setiap arga masyarakat

    mendambakan kebahagiaan dan hukum merupakan salah satu alatnya.

    Bent"a'  berpendapat baha keberadaan negara dan hukumsemata-mata sebagai alat untuk mencapai manfaat yang hakiki, yaitu

    kebahagiaan mayoritas rakyat.

    7. Ma6"a Se-ara"

    =da dua pengaruh terhadap lahirnya maDhab ini, yakni

     pengaruh M#tes4*ie*  dalam bukunya  -esprit de ois  yang telah

    terlebih dahulu mengemukakan tentang adanya hubungan antara jia

    suatu bangsa dengan hukumnya, dan pengaruh paham nasionalisme

    yang mulai timbul pada aal abad ke-4. Lahirnya maDhab ini juga

    merupakan suatu reaksi yang langsung terhadap suatu pendapat yangdiketengahkan oleh T"ia*t dalam pamfletnya yang berbunyi .ber 

    die %otwendigkeit !ines /llgemeinen (urgelichen Rechts 0ur 

     &eutschland  B keperluan akan adanya kodifikasi hukum perdata bagi

    #erman. =hli hukum perdata #erman ini menghendaki agar di #erman

    diperlakukan kodifikasi perdata dengan dasar hukum 3rancis !Eode

     /apoleon". $eperti diketahui, setelah 3rancis meninggalkan #erman

    timbul masalah., hukum apa yang hendak diberlakukan di negara ini.

    #uga merupakan suatu reaksi tidak langsung terhadap aliran hukum

    alam dan aliran hukum positif.%engan sebuah karangannya yang terkenal yang berjudul 1on

     (eruf unserer 2eit fur eset'gebung und Rechts wissenschaft   !

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    31/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    di #erman, yang sanggup menghentikan gerakan kodifiklasi di negara

    tersebut untuk lebih-kurang satu abad lamanya.

    3ada bagian lain dari karangannya itu 8#n Sa8ign!

    menegaskan inti ajarannya baha das Recht wird nicht gemacht, est ist 

    und wird mit dem 1olke B hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan

     berkembang bersama masyarakat. 3andangannya bertitiktolak baha di

    dunia ini terdapat banyak bangsa, dan tiap-tiap bangsa tadi memiliki

    1olksgeist  B jia rakyat. #ia ini berbeda, baik menurut aktu maupuntempat. 3encerminannya nampak pada kebudayaannya masing-masing

    yang berbeda-beda. 1ukum bersumber dari jia rakyat ini; oleh karena

    itu hukum itu akan berbeda pada setiap aktu dan tempat.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    32/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    hukum antara para anggota masyarakat dilakukan atas dasar sistem hak 

    dan keajiban yang tertuang dalam bentuk suatu kontrak yang dibuat

    secara sadar dan sukarela yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkenaan.

    $edangkan hukum sendiri, pada masyarakat ini, berkembang melalui

    tiga cara, yaitu fiksi, eGuity !M hak kekayaan",dan perundangan.

    3endapat terakhir inilah yang oleh beberapa penulis hukum digunakan

    untuk membedakan Maine  dengan Sa8ign!. =gaknya Maine  tidak 

    mengesampingkan peranan perundangan dan kodifikasi dalam pengembangan hukum pada masyarakat yang telah maju.

    Aalaupun teori hukum 8#n Sa8ign! dan pengikut-pengikutnya

    cukup luas pengaruhnya, tetap terdapat kelemahannya. Yang terpenting

    adalah tidak diberikannya tempat bagi ketentuan yang sifatnya tertulis

    !perundang-undangan". 'agaimanapun dalam masyarakat modern,

    ketentuan yang betuknya tertulis diperlukan demi adanya kepastian

    hukum, dan terutama sekali untuk menghindarkan tindakan seenang-

    enang dari kekuasaan yang bersifat absolute. Kelemahan lainnya

    terletak pada konsepsinya tentang kesadaran hukum yang sifatnyasangat abstrak. #uga mengenai jia rakyat, konsepsinya tidak 

    memuaskan banyak pihak. 9#n Sa8ign! menyebutkan baha hukum

    yang baik adalah yang bersumber dari jia rakyat ini, tetapi dalam

    sebuah tulisannya yang lain, yang membahas tentang hukum 0omai,

    dia mengatakan baha hukum 0omai merupakan hukum terbaik.

    :. Aliran S#)i#l#gi)al J*ris1r*&en)e

    =liran  sociological #urisprudence  dipelopori oleh R#es)#

    P#*n&, E*gen E"rli)", Ben!a'in (ar#, Kant#r#%i)", G*r8it)"

    dan lain-lain. =liran sociological #urisprudenc, dapat dikatakan sebagaisalah satu aliran dari berbagai-bagai pendekatan. =liran ini tumbuh dan

     berkembang di =merika, dan dipelopori oleh R#s)#e P#*n&  dengan

    karya-karyanya yang terkenal seperti Scope and "urpose of 

     sociological #urisprudence !446", 3utline of ecture on 4urisprudence

    !4*8", )he Spirit of 5ommon aw  !464",  /n $ntroduction to the

     "hilosophy of aw  !466", )he )ask of aw  !455",  $nterpretation of 

     egal 6istory  !468", dan lain-lain.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    33/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    $alter L. M#ll 0undamental "rinciples of the Sociology of aw pada

    tahun 489".

    %alam mencoba menelaah antara sosiologi hukum ?ropa dan

     sociological #urisprudence  di =merika $erikat, dalam kata pengantar 

    untuk buku urvitsh, R#s)#e P#*n&  antara lain menulis baha

    terdapat sedikit perbedaan cara pendekatan antara keduanya. $osiologi

    hukum itu merupakan cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh

    timbal- balik antara hukum dan masyarakat dengan titik tolak  pendekatannya dari masyarakat ke hukum, sedangkan  sociological 

     #urisprudence  merupakan suatu teori hukum yang mempelajari

     pengaruh hukum terhadap masyarakat, dan sebagainya, dengan

     pendekatan dari hukum ke masyarakat. $eperti diketahui ajaran pokok 

    dari E*gen E"rli)"  yang sangat berpengaruh itu bertolak dari

    anggapan baha terdapat perbedaan antara hukum positif di satu pihak 

    dengan hukum yang hidup dalam masyarakat !living law" di lain pihak.

    $elanjutnya E"rli)" berpendapat baha hukum positif akan memiliki

    daya berlaku yang efektif apabila berisikan, atau selaras dengan hukumyang hidup dalam masyarakat tadi. %an di samping itu, pusat

     perkembangan hukum pada aktu sekarang dan juga pada aktu yang

    lain, tidak terletak pada perundang-undangan, tidak pada ilmu hukum,

    ataupun pada keputusan hakim, tetapi pada masyarakat itu sendiri.

    %engan berpegang pada ajaran tersebut, R#s)#e P#*n&

     berpendapat baha hukum harus dilihat sebagai sesuatu lembaga

    kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    sosial. $elain itu, dianjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu

     proses !law in action", yang dibedakannya dengan hukum yang tertulis!law in books".

    Inti pemikiran maDhab ini baha yang baik adalah hukum yang

    sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. +enurut A)"'a&

    Ali, terdapat persamaan antara positiCisme hukum dan sosiologi hukum

    yaitu keduanya merumuskan perhatiannya pada hukum tertulis atau

     perundang-undangan.

    ;. Aliran Realis'e H*+*'

    'eberapa tokoh terkenal disebut-sebut sebagai pendasar aliran

    ini, ialah J#"n ("i1'an Gra!, Oli8er $en&ell H#l'es, KarlLle%ell!n, Jer#'e Fran+ , $illia' Ja'es, dan lain-lain. 'eberapa

     penulis memasukkan pula R#s)#e P#*n& ke aliran ini selain sebagai

     pendasar aliran sociological #urisprudence. 1al ini barangkali berkaitan

    dengan anggapannya yang tidak mengesampingkan faktor akal dalam

     pembentukan hukum sebagaimana yang dikemukakan oleh aliran

     positiCisme hukum dan teori lainnya yang terkenal, baha hukum itu

    88

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    34/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    merupakan alat untuk membangun masyarakat !law is a tool of social 

    engineering ". 3endapatnya yang pertama di atas ada baiknya

    dikemukakan lebih lengkap. +enurut R#s)#e P#*n&, kedua konsepsi

    masing-masing alian, yaitu aliran positiCisme hukum dan aliran sejarah,

    ada kebenarannya. 1anya hukum yang sanggup menghadapi ujian akal

    dapat hidup terus. Yang menjadi unsur-unsur kekal dalam hukum itu

    hanyalah pertanyaan-pertanyaan akal yang berdiri di atas pengalaman

    dan diuji oleh pengalaman.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    35/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    realisme ini, barangkali akan lebih jelas dasar pemikiran hukum yang

     bagaimana yang menjadi inti ajarannya. Kedua tokoh ini, alaupun

     juga penganut paham positiCisme hukum, tidak menempatkan undang-

    undang sebagai sumber utama hukum. +ereka menempatkan hakim

    sebagai titik pusat perhatian dan penyelidikan hukum. $elain unsur 

    logika yang memegang faktor penting dalam pembentukan perundang-

    undanagn, juga unsur kepribadian, prasangka, dan unsur-unsur lain di

    luar logika berpengaruh sangat besar. Gra! membuktikan teorinya itudengan mengemukakan contoh dari sejarah hukum di Inggris dan

    =merika $erikat yang menunjukkan besarnya pengaruh faktor-faktor 

     politik, ekonomi, kualitas indiCidual hakim, terhadap penyelesaian hal-

    hal penting bagi jutaan orang selama ratusan tahun. $olgan terkenal dari

    J#"n ("i1'an Gra!  ialah  /ll the law is #udge+made law  !sumber 

    hukum utama adalah putusan-putasan hakim".

    $elain di =merika $erikat, di $kandinaCia pun berkembang

    aliran yang semacam yang dipelopori oleh Ael Hegerstr#',

    Oli8er)r#na. L*nste&t, dan R#ss. Eiri-ciri gerakan ini ialah menolak  berlakunya suatu hukum alam, merupakan filsafat yang mengkritik 

    metafisika umum.

    8(

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    36/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    BAB I9

    PERMASALAHAN

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    37/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    ditiadakan dan jika mungkin dicegah. 3enanggulangan terhadap bentuk 

     pertama daripada kekerasan itu adalah dengan menggunakan sanksi sebagai

     bentuk kekerasan kedua yaitu kekerasan yang sah. %ipergunakannya sanksi

    sedemikian menyebabkan sanksi tersebut harus ditetapkan oleh sisitem

    aturan hukum itu sendiri. =gar sanksi dapat berfungsi dengan

     baik sehingga semua sistem aturan hukum dapat berdaya guna serta berhasil

    guna maka diperlukan adanya kekuasaan ! force" yang memberikandukungan tenaga maupun perlindungan bagi sistem aturan hukum berikut

    dengan sanksi tersebut.

    5ara kedua dengan menelaahnya dari konsep penegakan konstitusi.

    3embinaan sistem aturan-aturan hukum dalam suatu negara yang teratur 

    adalah diatur oleh hukum itu sendiri. 3erihal ini biasanya tercantum dalam

    konstitusi dari negara yang bersangkutan. 3enegakan konstitusi itu,

    termasuk penegakan prosedur yang benar dalam pembinaan hukum itu tadi

    mengasumsikan digunakannya kekuatan ! force".

    Kekuatan ! force" yang diperlukan ini, dalam kenyataannya dapat berujud sebagai

    a. Keyakinan moral dari masyarakat.

     b. 3ersetujuan !konsensus" dari seluruh rakyat.

    c. Keibaaan dari seorang pemimpin kharismatik.

    d. Kekuatan semata-mata yang seenang-enang !kekerasan belaka".

    e. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut di atas.

    B. H*+*' Seagai Alat Pe'a"ar*an Dala' Mas!ara+at

    3emikiran tentang hukum sebagai alat pembaharuan dalam

    masyarakat berasal dari R#s)#e P#*n& dalam bukunya yang terkenal ” /n $ntroduction to the "hilosophy of aw” !4(5". %engan disesuaikan dengan

    situasi dan kondisi di Indonesia, konsepsi & aw as a tool of social 

    engineering ” yang merupakan inti pemikiran dari aliran  "ragmatic egal 

     Realism  itu, oleh M#)"tar K*s*'aat'a&-a  kemudian dikembangkan di

    Indonesia melalui akultas 1ukum 2niCersitas 3adjadjaran. +enurutnya,

    konsepsi hukum sebagai &sarana” pembaharuan masyarakat Indonesia lebih

    luas jangkauan dan ruang lingkupnya daripada di =merika $erikat tempat

    kelahirannya. =lasannya. @leh karena lebih menonjolnya perundang-

    undangan dalam proses pembaharuan hukum di Indonesia !alauyurisprudensi memegang peranan pula" dan ditolaknya aplikasi mekanisme

    daripada konsepsi tersebut yang digambarkan akan mengakibatkan hasil

    yang sama daripada penerapan paham legisme yang banyak ditentang di

    Indonesia. $ifat mekanisme itu nampak dengan digunakannya istilah &tool ”

    oleh R#s)#e P#*n&. Itulah sebabnya M#)"tar K*s*'aat'a&-a

    cenderung menggunakan &sarana” daripada alat.

    87

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    38/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    1ukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu dapat

     berupa undang-undang atau yurisprudensi atau kombinasi keduanya. =gar 

    supaya dalam pelaksanaan perundang-undangan yang bertujuan untuk 

     pembaharuan itu dapat berjalan sebagaimana mestinya, hendaknya

     perundang-undangan yang dibentuk itu sesuai dengan apa yang menjadi inti

     pemikiran aliran Sociological 4urisprudence  yaitu hukum yang baik 

    hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat.

    'eberapa contoh perunbdang-undangan yang berfungsi sebagaisarana pembaharuan dalam arti merubah sikap mental masyarakat

    tradisional ke-arah modern, misalnya larangan pengayauan di Kalimantan,

    larangan penggunaan koteka di Irian #aya, keharusan pembuatan sertifikat

    tanah dan banyak lagi terutama di bidang penanaman modal asing, hukum

    dagang dan perdata lainnya yang bukan hukum perdata keluarga yang

    masih dianggap sensitif sifatnya.

    /. H*+*' &an Nilai3Nilai S#sial B*&a!a

    =ntara hukum di satu pihak dengan nilai-nilai sosial budaya di

    lain pihak terdapat kaitan yang erat. 1al ini telah dibuktikan berkat penyilidikan beberapa ahli antropologi hukum baik bersifat perintis

    seperti Sir Henr! Maine, A.M. P#st  dan

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    39/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    masyarakat mengakuinya karena dinilai hukum tersebut sebagai suatu

    hukum yang hidup di dalam masyarakat itu>

    %alam hubungan dengan pertanyaan yang pertama, terdapat

     beberapa teori penting yang patut diketengahkan

    a. Te#ri Ke&a*latan T*"an =Te#+rasi>

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    40/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    disusul perjanjian antara semua dengan seseorang tertentu ! pactum

     sub#ectionis" yang akan diserahi kekuasaan untuk memimpin

    mereka. Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin ini adalah mutlak.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    41/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    =pa yang diartikan sebagai perasaan hukum

    itu>

    Pr#. Krae mencoba menjaab dengan mengetengahkan

     perumusan baru yaitu baha hukum itu berasal dari perasaan

    hukum bagian terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan

     perasaan hukum setiap indiCiduN$eorang muridnya yang terkenal Pr#. Mr. R. Kranen*rg

    dalam bukunya ” "ositief Recht an Rechtsbewust'i#n” !46)"

     berusaha membelanya dengan teorinya yang terkenal ”asas

    keseimbangan” !evenredigheids postulat ".

    5. A1a+a" Sean!a Negara Ber"a+ Meng"*+*' Sese#rang

    Kita mengenal beberapa teori, seperti teori kedaulatan

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    42/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    Aalaupun terdapat berbagai teori seperti tersebut di atas,

    sesungguhnya hak negara untuk menghukum seseorang didasari

     pemikiran baha negara memiliki tugas berat yaitu berusaha

    meujudkan segala tujuan yang menjadi cita-cita dan keinginan seluruh

    arganya. 2saha-usaha yang berupa hambatan-hambatan,

     penyimpangan-penyimpangan terhadap perujudan tujuan tadi patut

    dicegah dengan memberikan hukuman kepada pelakunya. 1anya

    dengan cara demikian negara dapat melaksanakan tugasnyasebagaimana mestinya.

    7. Eti+a &an K#&e Eti+ Pr#esi H*+*'

    'anyak dari aspek-aspek terpenting dari tatanan masyarakat

    untuk sebagian besar bergantung pada berfungsinya profesi-profesi

    dengan baik. 3rofesi-profesi dalam sistem sosial okupasi !pekerjaan"

    menempati kedudukan yang sangat strategis.

    Kata profesi dan profesional sesungguhnya memiliki beberapa

    arti. 3rofesi dalam percakapan sehari-hari dapat diartikan sebagai

     pekerjaan !tetap" untuk memperoleh nafkah !'elanda baab, Inggris #ob atau occupation", baik legal maupun tidak. 3rofesi diartikan sebagai

    setiap pekerjaan untuk memperoleh uang. %alam artian lebih teknis,

     profesi diartikan sebagai setiap kegiatan tertentu untuk memperoleh

    nafkah yang dilaksanakan secara berkeahlian yang berkaitan dengan

    cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi, dengan imbalan

     bayaran yang tinggi. Keahlian diperoleh leat proses pengalaman,

    dengan belajar di lembaga pendidikan tertentu, latihan intensif, atau

     paduan dari ketiganya.

    %itinjau dari segi pengertian ini, sering dibedakan pengertian profesional dengan profesionalisme sebagai laan dari amatir dan

    amatirisme, juga sering dikatakan pekerjaan tetap sebagai laan dari

     pekerjaan sambilan.

    Kriteria inti untuk mengkualifikasi suatu okupasi sebagai suatu

     profesi yakni preofesi mensyaratkan pendidikan teknik yang formal

    dilengkapi dengan cara pengujian yang terinstitusionalisasikan edukasi

     pendidikannya dan kompetensi orang-orang hasil didikannya. 3engujian

     para calon pengemban profesi sangat mengutamakan eCaluasi

    rasionalitas kognitif yang diterapkan pada bidang khusus tertentukarenanya sangat menekankan unsur intelektual.

    Kriteria yang kedua yakni penguasaan tradisi kultural dalam

    menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan dalam penggunaan

    tradisi tertentu. %alam lingkungan suatu profesi berlaku suatu sistem

    nilai yang berfungsi sebagai standar normatif yang harus menjadi

    kerangka orientasi dalam pengembanan profesi yang bersangkutan.

    56

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    43/77

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    44/77

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    45/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    atau klien !arga masyarakat" dari penyalahgunaan keahlian danatau

    otoritas.

    (. Pr#esi H*+*'

    3rofesi hukum berkaitan dengan maslaah perujudan dan

     pemelihara ketertiban yang berkeadilan di dalam kehidupan masyarakat.

    3enghormatan terhadap martabat manusia merupakan titik tolak atau

    landasan bertumpunya atau tujuan akhir dari hukum.

    2ntuk meujudkan ketertiban yang berkeadilan, hukum merupakansarana yang meujud dalam pelbagai kaidah perilaku kemasyarakatan yang

    disebut kaidah hukum. Keseluruhan kaidah hukum positif yang berlaku

    dalam suatu ,masyarakat tersusun dalam suatu sistem yang sebut tata

    hukum. =da dan berfungsinya tata hukum dengan kaidah-kaidah hukumnya

    serta penegakannya merupakan produk dari perjuangan manusia dalam

    upaya mengatasi masalah-masalah kehidupan. %alam dinamika

    kesejahteraan manusia, hukum dan tata hukumnya tercatat sebagai salah

    satu faktor yang sangat penting dalam proses pengadaan dan penghalusan

    dari budi manusia.$alah satu fungsi kemasyarakatn agar kehidupan manusia tetap

     bermartabat adalah dengan menyelenggarakan dan menegakkan ketertiban

    yang berkeadilan dalam kehidupan bersama sebagai suatu kebutuhan dasar 

    manusia. %alam kehidupan sehari-hari pada tingkat peradaban yang telah

    majemuk, fungsi kemasyarakatan penyelenggaraan dan penegakan

    ketertiban yang berkeadilan ini diujudkan profesi hakim. H.F.M.

    (r#'ag  dalam makalahnya yang berjudul ”notities over de #uridiche

    opleiding ” !476" yang mengklasifikasikan peran kemasyarakatan profesi

    hukum itu ke dalam empat bidang karya hukum, yakni !4" penyelesaiankonflik secara formal !peradilan"; !6" pencegahan konflik !legal drafting,

    legal advice"; !8" penyelesaian konflik secar informal; dan !5" penerapan

    hukum di luar konflik.

    #abatan-jabatan seperti hakim, dan notaris termasuk profesi hukum

    masa kini yang meujudkan bidang karya hukum secara khas.

    /. Ha+i'

    2ntuk menyelesaikan konflik kepentingan yang sering terjadi

    dalam masyarakat dengan baik dan secara teratur demi terpeliharanya

    ketertiban yang berkedamaian di dalam masyarakat, diperlukan adanyasuatu institusi !kelembagaan" khusus yang mempu menyelesaikan masalah

    secara tidak memihak !imparsial" dengan berlandaskan patokan-patokan

    yang berlaku secara obyektif. %alam negara modern, penyelesaian konflik 

    ini dilakukan melalui proses formal yang panjang yang dimulai dengan

     perang tanding dan ” goodsoordeel ” !ordeal " leat penyelesaian oleh

     pimpinan masyarakat lokal, dengan kepastian yang berkeadilan. %ari sini

    5(

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    46/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    terbentuklah institusi peradilan lengkap dengan aturan-aturan yang

     prosedural dan jabatan-jabatan yang berkaitan yaitu hakim, adCokad, dan

     jaksa, dengan eenang pokok yang disebut keenangan !kekuasaan"

    kehakiman, untuk melakukan tindakan pemeriksaan, penilaian, dan

     penetapan nilai perilaku manusia tertentu serta menentukan nilai suatu

    situasi kongkret dan menyelesaikan persoalan !konflik" yang

    ditimbulkannya secara imparsial berdasarkan hukum !patokan obyektif".

    %alam kenyataan kongkret pengambilan keputusan dalam meujudkankeengan kehakiman dilaksanakan oleh pejabat lengkap lembaga peradilan

    yang disebut hakim.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    47/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

     penyimpangan atau pengkhususan-pengkhususan. /amun jika kita

    menemukan kasus penyimpangan yang cukup jauh serta mencakup banyak 

    aspek dan meluas sekali, maka mungkin kita dapat berperkara tentang krisis

    atau perubahan fundamental dengan segala akibat kemasyarakatn.

    $ecara sosiologis Tal)#tt Pars#ns  !49555, 5(" mencoba

    menjelaskan krisis tersebut. 3ara pengemban profesi dalam mengemban

     profesinya memiliki tujuan pokok ! !essential goals" untuk meujudkan

    hasil karya yang obyektif !ob#ective achievement " dan pengakuan ataurekognisi. %alam beberapa hal !kenyataan" pengakuan bisa bukan hanya

     berupa lambang melainkan juga dalam konteks lain, misalnya berlaku untuk 

    uang. 2ang tidak hanya penting sebagai nilai tukar, tetapi juga dapat

     berperan penting sebagai lambang rekognisi, sebagai pengakuan nyata

    terhadap kualitas profesional. #ika kenyataan aktual telah menyimpang dari

    kondisi ideal, dapat saja terjadi justru hasil karya yang berkualitas rendah

    yang dapat dicapai dengan cara yang bertentangan dengan keharusan

    menghasilkan pengakuan yang berlebihan. 1al ini dengan sendirinya akan

    mendorong lahirnya perilaku yang menyimpang dari pola-pola institusionaldalam skala yang besar. $ituasi seperti ini dapat menimbulkan gejala

    komersialisme dan ketidakjujuran misalnya dalam mengemban profesi

    kedokteran dan profesi hukum.

    @rang pada umumnya akan merasakan kepuasan jika berhasil

    menjalankan pola-pola perilaku yang dianggap benar !diterima" oleh

    masyarakat, sebaliknya merasa malu jika tidak berhasil !gagal"

    menjalankannya. +ekanisme perilaku yang mengintegrasikan kepuasan

    indiCidual dan ekspektasi !harapan" kemasyarakatan akan berfungsi secara

    mulus jika terjadi keselarasan antara hasil karya obyektif dan landasan sertalambang-lambang rekognisi. #ika keselarasan ini mengalami gangguan,

    orang akan merasa kehilangan rasa aman dan berada dalam situasi konflik.

    $eorang yang berpegang teguh pada hasil karya obyektif yang seharusnya

    !memenuhi etika dan kode etik profesi" tidak akan mengorbankan hasil

    karya obyektif untuk memperleh lambang-lambang rekognisi.

    P"ili1e N#net  dan Jer#'a E. (arlin  mengemukakan dalam

    ” egal "roffesion” yang dimuat dalam $nternational !ncyclopedia of )he

    Social Science !Pol. , 476" baha kualitas profesi hukum akan merosot

     jika penguasa politik menguasai profesi dalam rangka menetralkan sumber kritik potensial, para pengemban profesi hukum terperangkap oleh

    kepentingan klien karena takut kehilangan klien, pengemban profesi hukum

    terlalu jauh terlibat dalam kepentingan klien secara subyektif, dan kualitas

    lembaga peradilan sangat rendah.

    %ari uraian di atas, kembali dapat kita tarik kesimpulan baha

     profesi adalah sejumlah fungsi kemasyarakatan yang paling penting yang

    57

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    48/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

     berjalan dalam suatu kerangka institusional, termasuk pengemban serta

     pengajaran ilmu dan humaniora dan penerapan praktikalnya dalam bidang-

     bidang pelayanan rohani, teknologi, kedokteran, hukum, informasi, dan

     pendidikan. /ilai-nilai ini berkaitan langsung dengan nilai-nilai yang

    fundamental bagi perujudan martabat manusia dalam keadaan riil.

    %alam perujudannya, sebagai konsekuensi dari keyakinan pada

     pentingnya fungsi-fungsi itu tidaklah selalu berlangsung melainkan sangat

    dipengaruhi oleh berinteraksinya pelbagai kekuatan kemasyarakatan. Ini berarti perujudannya secara nyata memerlukan upaya tersendiri yang

    terdiri dari paduan pelbagai kekuatan yang memerlukan usaha secara sadar 

    dengan dukungan yang kuat untuk menegakkan etika dan kode etik profesi.

    2ntuk itu perlu diusahakan agar profesi-profesi mampu mempertahankan

    ekonominya melalui organisasi profesi yang diakui dan dihormati

    kemandiriannya oleh penguasa politik, didukung oleh kurikulum, proses

    dan metode pendidikan yang juga memuat usaha untuk menumbuhkan

    sikap etis secara sistematis dan sesuai untuk peserta didikannya.

    %i Indonesia berlaku Kode ?tik dan Ketentuan

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    49/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    =tau hukum positif dapat menyimpang dari hukum alam karena Caliditasnya

     berasal dari norma hukum !yang lebih tinggi" itu sendiri atas dasar perintah

     penguasa atau negara yang menciptakan norma hukum tersebut>

    3ertanyaan-pertanyaan tersebut akan coba dijaab dengan menelusuri

    ajaran-ajaran hukum alam dan hukum positif dari beberapa ahli hukum pada

    Daman kuno sampai Daman modern.

    %ari uraian diatas ada dua persoalan yang akan ditelusuri dalam tulisan ini,

    yaituA. AJARAN HUKUM ALAM PADA 0AMAN

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    50/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    selalu berlaku dan tidak dapat diubah. 1ukum alam ini merupakan dasar 

    segala hukum positif.

    3ara filsuf $toa, membedakan antara cita-cita hukum alam yang

    nisbi dan absolut. 3ada masa kegemilangan hukum alam, tidaklah terdapat

    keluarga, perbudakan, hak milik, maupun pemerintahan.

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    51/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    menghindari perbuatan yang merugikan orang-orang yang hidup

     bersamanya.

    $ementara leF diCina adalah apa yang tercantum dalam kitab-kitab

    suci dan leF humana apa yang tercantum dalam perjanjian-perjanjian 'aru

    serta Lama.

    %engan demikian hukum alam menurut

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    52/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    terhadap tingkah laku manusia itu satu dengan lainnya harus didasarkan atas

    kesusilaan alam tersebut.

    1ukum alam yang didapati manusia berkat kegiatan rasionalnya

    dipandang oleh rotius sebagai hukum yang berlaku secara real sama

    seperti hukum positif. %alam hal ini rotius menurut tradisi $kolastik.

     /amun ia menyimpang dari pandangan $kolastik dengan memastikan,

     baha hukum alam tetap berlaku, juga seandainya =llah tidak ada.

    $ebabnya ialah baha hukum alam itu termasuk akal budi manusia sebagai bagian dari hakekatnya. %ilain fihak rotius tetap mengaku, baha =llah

    adalah pencipta semesta alam.

    @leh karena itu secara tidak langsung =llah tetap merupakan

     pondamen hukum alam. %engan demikian rotius juga mengakui baha

    disamping hukum alam yang bersumber pada rasio manusia, ada hukum

    alam yang bersumber dari rasio

  • 8/17/2019 A - MATERI FILSAFAT HUKUM - BUKU (REVISI).doc

    53/77

    Filsafat Hukum oleh Drs. Joke Punuhsingon, SH, MH

    alam dalam arti luas ialah hukum yang tidak menciptakan hak yuridis,

    melainkan hanya suatu hak berupa kepantasan !aptitudo". Keadilan yang

     berlaku dibidang ini ialah keadilan yang memberikan !penulis keadilan

    distributif".

    +engenai hubungan hukum alam dan hukum positif rotius

     berpendapat baha hukum positif adalah hukum yang berlaku dalam negara

    sebab disetujui dan disahkan oleh yang beribaa. 1ukum ini !positif"

    tidak boleh melaan hukum alam, yakni tidak boleh menyuruh sesuatuyang terlarang oleh hukum alam.

  • 8/17/2019 A -