revisi pkd kel 1.doc

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar). Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce, 2008). System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma. Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia 1

Transcript of revisi pkd kel 1.doc

Page 1: revisi pkd kel 1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam

jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan

luar). Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya

dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang

bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel

sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan

selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan

(Pearce, 2008).

System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang

merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi

terganggu maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu.

Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam

jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di

dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan

asma. Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara

dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, pneumonia

merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat

mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di

seluruh dunia akibat pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1

pesawat jet penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang mencapai

hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara

berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%).

Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi

lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan

jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika

Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Dan

1

Page 2: revisi pkd kel 1.doc

insiden asma menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia

adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang

setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti,

namun diperkirakan 2 – 5 %5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia

menderita asma.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu

pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam tindakannya,

seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan

metode keperawatan berupa pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, dan

evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses

keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan

interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa

keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien

yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat

dilakukan dalam batas wewenang perawat.

Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat

berupa ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas,

gangguan pertukaran gas, ganngguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

B. Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system respirasi secara benar.

C. Tujuan Khusus

1. Memahami pengakajian pada klien dengan gangguan sistem respirasi.

2. Memahami diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

respirasi.

3. Memahami intervensi, implementasi, dan rasional pada klien dengan

gangguan sistem respirasi.

2

Page 3: revisi pkd kel 1.doc

D. Manfaat

Diharapkan penulisan  ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi mahasiswa dalam

mengaplikasikan teori tentang pneumonia dan tindakan Asuhan

Keperawatannya.

3

Page 4: revisi pkd kel 1.doc

BAB II

TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam

jaringan atau pernapasan dalam, dan yang terjadi di dalam paru-paru disebut

pernapasan luar. Tubuh manusia dapat bertahan tanpa makan bisa dalam

beberapa minggu dan tanpa minum dalam beberapa hari, akan teteapi jika

peranapasan terhenti dalam 3 atau 6 menit saja bisa menimbulkan kematian.

saluran pernapasan dibagi atas saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan

bawah.

1. Saluran pernapasan atas

a. Lubang hidung (nares anterior)

Adalah saluran- saluran didalam lubang hidung. Saluran-

saluran itu bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai rongga

hidung (vestibulum). Vestibulum itu dilapisi dengan epithelium

organ yang bersambung dengan kulit. Lapisan ini memuat

sejumlah kelenjar sebasea yang ditutupi oleh bulu kasar.

Kelenjar-kelenjar itu bermuara kedalam rongga hidung.

b. Hidung

Udara masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Pada lubang hidung

terdapat banyak rambut yang berfungsi untuk menahan

debu/kotoran atau bahan asing lainnya. Permukaan rongga hidung

diliputi banyak pembuluh darah kapiler sehingga selalu hangat.

Rongga hidung juga dilapisi selaput lendir yang berfungsi

menjaga kelembaban udara. Fungsi lain dari selaput lendir adalah

untuk menangkap debu/kotoran yang masuk ke rongga hidung

c. Faring (tekak)

Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang

menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring

dibagi menjadi tiga bagian : nasal, oral dan laring.

4

Page 5: revisi pkd kel 1.doc

Nasofaring terletak disebelah posterior hidung dan diatas palatum

mole. Orofaring memuat fausial, atau falatin, tonsil.

Laringofaring memanjang dari tulang hyoid ke kartilago krikoid.

Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglottis.

Adenoid, atau tonsil faring, terletak dalam langit-langit

nasofaring. Tenggorok dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan

jaringan limfoid lainnya. Struktur ini merupakan penghubung

penting ke nodus limfe dagu yang menjaga tubuh dari serangan

organism yang memassuki hidung dan tenggorokan. Fungsi

faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus

respiratorius dan digestif.

d. Laring (pangkal tenggorok)

Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago

yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring

adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. laring juga

melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan

memudahkan batuk. Laring sering disebut kotak suara dan terdiri

atas :

1) Epiglottis yaitu daun katup kartilago yang menutupi

ostium kearah laring selama menelan

2) Glottis yaitu ostium antara pita suara dalam laring

3) Kartiolago tiroid yaitu kartilago terbesar pada trakea,

sebagian dari kartilago ini membentuk jakun

4) Kartilago krikoid satu-satunya cincin kartilago yang

komplit dalam laring (terletak dibawah kartilago tiroid)

5) Kartilago aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara

dengan kartilago tiroid

6) Pita suara ligament yang dikontrol oleh gerakan otot yang

manghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen

laring. (Brunner & Suddart,2002)

2. Saluran pernapasan bawah

5

Page 6: revisi pkd kel 1.doc

a. Trakea (batang tenggorok)

Trakea atau pipa udara adalah saluran udara tubular yang

mempunyai diameter 2,5 dan panjang 10-12 cm. trakea terletak

dibawah laring dan diatas paru-paru. Trakea memanjang dari

laring kearah bawah kedalam rongga thoraks tempatnya terbagi

menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri. Dinding bronkus

disanggah oleh cincin kartilago, otot polos dan serat elastic.

Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap keblakang

seperti huruf C yang banyaknya sekitar 16-20 buah. Ujung

terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan

ikat, memungkinkan pelebaran esophagus ketika makan di telan.

Cinci kartilago memberikan bentuk kaku pada trakea,

mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian

dalam trakea dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang

memiliki sel PSCC (pseudostratified ciliated columnar) untuk

mensekresi lender

b. Bronkus dan bronkiolus

Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan

kiri yang terletak dalam rongga dada. Didalam paru-paru masing-

masing bronkus primer sedikit memanjang dari trakea kearah

paru-paru membentuk cabang menjadi bronkus sekunder, meski

perpanjangan ini tidak simetris. cabang bronkus kiri memiliki

sudut yang lebih tajam dari pada cabang bronkus kanan. Hal ini

mengakibatkan benda asing yang tidak sengaja masuk akan

tersangkut pada bronkus kanan. Pada dinding bronkiolus tidak

terdapat kartilago, keadaan ini menjadi penting secara klinis

dalam asma. Bronkiolus yang paling kecil terdapat dalam

kumpulan alveoli. Fungsi percabangan bronkus untuk

memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli (sebagai

tempat pertukaran gas).

c. Paru-paru

6

Page 7: revisi pkd kel 1.doc

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk krucut dan

letaknya didalam rongga dada atau thoraks. Kedua paru-paru

saling terpisah oleh mediatinum sentral yang berisi jantung dan

beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai

apeks (bagian atas paru-paru) dan basis. Pembuluh darah paru-

paru ddan bronchial, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap

paru pada bagian hilus dan membentuk akkar paru-paru. Fungsi

paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara

atmosfer dan udara dalam aliran darah. Paru-paru kanan lebih

besar dari pada paru-paru kiri, paru-paru kanan terdiri dari 3

lobus dan paru-paru kiri dibagi menjadi 2 lobus. Lapisan yang

membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus kemudian membagi

lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai

segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobules yang masing-

masing mempunyai brokhiole, arteriole, venula, danpembuluh

limfatik. Dua lapis membrane serosa mengelilingi setiap paru dan

disebut sebagai fleura. Rongga fleura ini mengandung cairan

yang di hasilkan oleh sel-sel serosa didalam pleura. Cairan pleura

melicinkan permukaan kedua membrane pleura untuk

mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang da

berkontraksi selama bernafas.

(Pearc Evelyn C. 2008)

B. Gangguan Yang Muncul Pada Sistem Pernapasan

Gangguan yang biasa muncul pada saluran pernapasan atas dan bawah yaitu

infeksi, obstruksi, trauma, dan keganasan.

1. Salah satu penyakit infeksi adalah : Pneumonia, tuberculosis paru, asma,

bronchitis, Ispa, rhinitis, laryngitis, sars. diindonesia penyakit infeksi

yang banyak terjadi yaitu Tuberkulosis Paru.

2. Penyakit obstruksi pada sisiem pernapasan : bronchopneumonia, PPOK.

Diindonesia penyakit obstruksi yang sering terjadi yaitu Penyakit Paru

7

Page 8: revisi pkd kel 1.doc

Obstruksi Kronik karena diindonesia banyak yang mengkonsumsi rokok

setiap tahunnya.

3. Penyakit trauma pada sisitem pernapasan : pneumothorak, hematothorak

4. Penyakit keganasan pada system pernapasan : kanker paru-paru.

C. Pemeriksaan diagnostic pada pernapasan

a. Pemeriksaan Laboratorium darah rutin

Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb),

Angka Leukosit (AL/WBC (white blood concentrasion), angka eritrosit (red

blood concentrasion), Laju Endap Darah, Hematokrit. Pada pemeriksaan

darah rutin biasanya sampel darah diambil dari darah vena. Pemeriksaan Hb

bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar Hb dalam darah.

Hemoglobin merupakan senyawa yang terdiri dari hematin yang terbentuk

dari ferros (zat besi) dan globulin yang merupakan molekul protein makro.

Kemampuan Hb untuk mengikat oksigen karena adanya protein globulin

yang mampu mengikat oksigen.

Nilai normal pemeriksaan darah rutin :

1) Hemoglobin (Hb), Pria : 14-18 gr/dl, Wanita : 12-16 gr/dl

2) Angka Leukosit (AL) 5.000 – 10.000/mm3

3) Angka Eritrosit Pria : 4,5-5,5 juta/mm3, Wanita : 4-5

juta/mm3

4) Laju Endap Darah (LED) Pria : 0-10 mm/jam, Wanita : 0-

20 mm/jam.

b. Kultur

Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang

menyebabkan faringitis. Selain itu kultur tenggorok juga dapat membantu

dalam mengidentifikasi organisme yang menyebabkan infeksi pada saluran

pernapasan bawah. Dapat juga dilakukan apusan hidung untuk tujuan yang

sama.

c. Pemeriksaan radiologi thoraks dan paru-paru

Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai

8

Page 9: revisi pkd kel 1.doc

1) status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan

kontur diafragma dan jalan napas atas

2) ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru,

termasuk jantung, aorta, nodus limfe, dan percabangan

bronchial

3) tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru

dan

4) ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal,

termasuk kavitasi, area fibrosis, dan daerah konsolidasi.

d. Pemeriksaan Ultra Sonografi

Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara

berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan.

Gelombang suara dipantulkan kembali dan diubah oleh suatu transduser

untuk menghasilkan image piktorial dari area yang sedang diperiksa.

Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural atau

opasitas dalam paru.

e. Computed Tomograph (CT)

CTscan digunakan untuk mengidentifikasi massa dan perpidahan struktur

yang disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal, dan abses.

CTscan dapat dilakukan dengan cepat-dalam 20 menit, tidak termasuk proses

analisis. Sebelum pemeriksaan, pastikan izin tindakan telah didapatkan dari

klien, jawab setiap pertanyaan klien dan keluarga tentang CTscan. Klien

dipuasakan, dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering membutuhkan media

kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium (Juga disebut

zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi terhadap yodium, zat

warna, atau kerang. Ingatkan agar klien tidak bergerak selama prosedur,

namun ia dapat bercakap-cakap dengan teknisinya.

f. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.

Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan

meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme

penyebab.Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum

9

Page 10: revisi pkd kel 1.doc

BAB III

ANALISA DATA

A. Pemeriksaan Umum Pernapasan

g. Kaji penampilan umum : klien tampak gelisah, sukar bernapas,

kelelahan, insomnia

h. Keluhan utama : keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk,

peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis,chest pain.

i. Riwayat kesehatan dahulu : tanyakan kepada klien riwayat meroko,

Pengobatan saat ini dan masa lalu, alergi, tempat tinggal

j. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tujuan menanyakan riwayat keluarga

dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga hal,

yaitu : Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkulosis ditularkan

melalui satu orang ke orang lainnya. Kelainan alergi, seperti asma

bronkhial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu. Pasien

bronkhitis kronis mungkin bermukim didaerah yang tingkat polusi

udaranya tinggi. Namun polusi uadara tidak menimbulkan bronkhitis

kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut.

k. Kaji tanda-tanda vital : takikardi, pulsus paradoksus (tidak terabanya

denyut nadi saat inspirasi, dibuktikan dengan penurunan hasil

pengukuran tekanan darah sistolik selama inspirasi 6-8 mmHg),

takipnea.

l. Pemeriksaan Fisik (Review of system)

a. Pemeriksaan kuku dan kulit :

Inspeksi :

Inspeksi kulit dan kuku bertujuan untuk mengetahui dan

vaskularisasi superficial (peredaran darah permukaan). Bila

kuku berwarna keunguan atau cyaonis maka pasien

mengalami penurunan hemoglobin atau anemia dan

cyanosis bisa juga terlihat di ujung jari bila hemoglobin

sangat jauh di bawah normal. Kemudian lihat apakah kuku

10

Page 11: revisi pkd kel 1.doc

pasien mengalami clubbing finger atau jari tabuh. Clubbing

finger terjadi bila seseorang mengalami hipoksia kronik

(lebih dari enam bulan), infeksi paru, dan keganasan paru

(kanker paru). (Somantri, 2007)

b. Pemerikasaan mata, hidung, dan mulut.

Inspeksi :

Amati konjungtiva pasien dengan cara menarik ke bawah

kelopak mata bagian bawah dan suruh pasien melirik ke

atas. Normalnya konjungtiva berwarna merah muda. Bila

pasien sesak sehingga menyebabkan anemia maka

konjungtiva akan tampak pucat. Kemudian amati allae nasi

(cuping hidung) pasien. Biasanya pada pasien yang sangat

sesak cuping hidung pasien kembang kempis ketika

bernafas. Kondisi ini dinamakan pernafasan cuping hidung.

Amati adanya cyanosis pada bibir pasen. (somantri, 2007)

c. Pemeriksaan faring, laring, dan trakea.

Inspeksi :

Yang diamati pada faring adalah warna, pembesaran tonsil,

adanya udema atau ulserasi, dan mucopolurent. Kemudian

inspeksi laring dengan laringoscope. Amati kesimetrisan

leher dan trakea, amati adanya massa, udema

( pembengkakan), dan memar.

d. Pemeriksaan pulmonary :

1) Inspeksi

Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan

pasien harus dalam keadaan duduk.

Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi

dengan yang lainnya. Tindakan dilakukan dari atas

sampai ke bawah.

a) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit

dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan

11

Page 12: revisi pkd kel 1.doc

gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis

dan lordosis).

b) Catat jumlah (frekuensi napas), irama

(reguler/irreguler), kedalaman pernapasan,

dan kesimetrisan pergerakan dada.

c) Observasi tipe pernapasan seperti:

pernapasan hidung atau pernapasan

diafragma serta penggunaan otot bantu

pernapasan dan retraksi intercostae.

d) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi

dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).

Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2.

Fase ekspirasi yang memanjang

menunjukkan adanya obstruksi pada jalan

napas dan sering ditemukan pada pasien

dengan Chronic Airflow Limititation

(CAL) / Chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD).

e) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan

diameter anteroposterior (AP) dengan

diameter lateral/transversal (T). Rasio

normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7,

tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.

Kelainan pada bentuk dada adalah:

a) Barrel chest

Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan

diameter AP:T (1:1), sering terjadi pada pasien emfisemia.

b) Funnel chest (pectus excavatum)

Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan

menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur.

12

Page 13: revisi pkd kel 1.doc

Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat

kecelakaan kerja.

c) Pigeon chest (pectus carinatum)

Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan

terjadi peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis

berat.

d) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis) 

Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu

pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan

osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain yang mempengaruhi

toraks. Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna

vertebrae thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok. Sedangkan

skoliosis adalah melengkungnya vertebrae thoracalis ke samping, disertai

rotasi vertebrae.

e) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak

adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau

pleura.

f) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat

mengindikasikan obstruksi jalan napas.

2) Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan

pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,

mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui

vokal / taktil premitus ( vibrasi ). Palpasi toraks

berguna untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji

saat inspeksi seperti massa, lesi dan bengakk. Perlu

dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien

mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding

dada yang dihasilkan ketika berbicara (vokal

premitus).

3) Perkusi

13

Page 14: revisi pkd kel 1.doc

untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada

di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi)

diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:

Suara perkusi normal :

a) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan

paru-paru dan normalnya bergaung dan

bersuara rendah.

b) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung

atau paru-paru.

c) Tympany: dihasilkan di atas perut yang

berisi udara umumnya bersifat musical.

Suara perkusi abnormal :

a) Hiperresonan: bergaung lebih rendah

dibandingkan dengan resonan dan timbul

pada bagian paru-paru yang abnormal berisi

udara.

b) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness

dan dapat didengar pada perkusi daerah paha,

dimana seluruh areanya berisi jaringan.

4) Auskultasi

Bunyi Nafas Inspirasi = Ekspirasi Bunyi Ekspitasi Lokasi

Vesikuler Inspirasi > ekspirasi Lembut Sebagian area paru

Bronkovesikuler Inspirasi = ekspirasi Sedang ICS 1 dan 2 sternal line sinistra dan dextra

Trakeal Inspirasi = ekspirasi Sangat keras Di atas trakea pada leher

Bronkial Inspirasi < ekspirasi Keras Di bawah manubrium sterni

Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat

bermakna mencangkup mendengar suara napas

normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas

14

Page 15: revisi pkd kel 1.doc

normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui

jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.

Jenis suara napas normal adalah:

a) Bronchial: sering juga disebut tubular sound

karena suara ini dihasilkan oleh udara yang

melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar

keras, nyaring, dengan hembusan yang

lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang

daripada inspirasi dan tidak ada jeda di

antara kedua fase tersebut (E > I). Normal

terdengar di atas trachea atau daerah lekuk

suprasternal.

b) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari

suara napas bronkhial dan vesikular.

Suaranya terdengar nyaring dengan

intensitas sedang. Inspirasi sama panjang

dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar

di daerah dada dimana bronkus tertutup oleh

dinding dada.

c) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti

angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang

dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti

tiupan (E < I).

  Jenis suara napas tambahan adalah:

a) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan

ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,

musical, suara terus-menerus yang

disebabkan aliran udara melalui jalan napas

yang menyempit.

b) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan

ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan,

nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.

15

Page 16: revisi pkd kel 1.doc

Berhubungan dengan sekresi kental dan

peningkatan produksi sputum.

c) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi

dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut,

dan suara seperti gesekan akibat dari

inflamasi pada daerah pleura. Sering kali

pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.

d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:

Fine crackles: setiap fase lebih sering

terdengar saat inspirasi. Karakter suara

meletup, terpatah-patah akibat udara

melewati daerah yang lembab di alveoli atau

bronkhiolus. Suara seperti rambut yang

digesekkan.

Coarse crackles: lebih menonjol saat

ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara

gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan

atau sekresi pada jalan napas yang besar.

Mungkin akan berubah ketika pasien batuk

Diagnosa

Diagnose yang biasa muncul pada system pernapasan adalah :

a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas

b. Ketidak efektifn pola napas

c. Gangguan pertukaran gas

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

16

Page 17: revisi pkd kel 1.doc

17

Page 18: revisi pkd kel 1.doc

18

Page 19: revisi pkd kel 1.doc

Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia

No Diagnose Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan nafas

tidak efektif b.d

inflamasi dan obstruksi

jalan napas

Yang ditandai dengan :

- sekresi mukus

yang kental,

kelemahan,

upaya batuk

buruk, dan

edema system.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan dalam waktu

1x 24 jam akan

berkurangnya kesulitan

bernafas dengan kriteria

hasil :

mempertahankan

jalan napass yang

paten dengan bunyi

napas bersih dan

jelas

menunjukan prilaku

untuk memperbaiki

bersihan jalan napas,

misalnya : batuk

efektif, dan

Auskultasi paru-paru catat adanya bunyi napas, misalnya mengi, krekels dan ronkhi kaji  pengeluaran air liur.

Pantau frekuensi kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Biarkan posisi yang nyaman buat klien misalnya semi fowler jangan berikan posisi horisontal.

Bantu latihan napas abdomen atau bibir

Bershian jalan napas tidak efektif dapat memanifestasikan adanya bunyi napas adventius

Takipnea, pernapasan dangkal, gerakan dada taksimetris sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru

Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernapas posisi horisontal dapat menyebabkan memburuknya jaringan secara cepat, kemungkinan akan meningkatkan obstruksi sempurna.

Memberikan pasien beberapa cara utnuk mengatasi dan mengontrol

19

Page 20: revisi pkd kel 1.doc

mengeluarkan sekret

Observasi karakteristik batuk, bantu untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk

Berikan air hangat sesuai toleransi jantung

dispnea Batuk dapat menetap, tetapi tidak

efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala dbawah setelah perkusi dada.

Hidrasi menurunkan kekentalan secret dan mempermudah kekentalan

2 Gangguan pertukran gas b.d terkumpulnya eksudasi dan meningkatnya produksi mucus yang di tandai dengan :

Sesak, sianosis, cemas

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan dalam waktu

2x 24 jam akan

meningkatatkan pertukaran

gas klien dengan kriteria

hasil :

mudah bernafas, warna

kulit normal,

berkurangnya

kegelisahan.

Atur posisi yang dapat meningkatkan kenyamanan klien

Observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer kuku atau sianosis sentral (sirkumolar)

Kaji status mental

Awasi frekuensi jantung /irama

Awasi suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk

memberikan posisi yang nyaman, seperti posisi semi fowler , membuat klien bernafas dengan mudah.

Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukan hipoksemia sistemik

Gelisah, mudah terangsang, bingung, dapat menunjukan hipoksemia/ penurunan oksigenassi serebral

Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hioksemia

Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan

20

Page 21: revisi pkd kel 1.doc

mengurangi demam dan menggigil

Tinggikan kepala rubah posisi klien setiap 1 sampai 2 jam

Berikan oksigen dengan menggunakan sungkup wajah, oksigen kap, atau iksigen tenda, sesuai indikasi.

bantu klien melakukan latihan batuk dan nafas dalam setiap 2 jam

Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.

Kaji status pernafasan anak

untuk menandai adanya dispnea,

takipnea, wheezing, crackles,

ronchi, dan sianosis.

Berikan istirahat sesering mungkin.

oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler

Perubahan posisi baring secara teratur membantu memobilisasi pengeluaran lendir untuk memperbaiki ventilasi

Oksigen membantu mengurangi kegelisahan berhubungan dengan gangguan pernafasan dan hipoksemia.

Batuk membantu mengeluarkan lendir; nafas dalam mendorong ekspansi paru.

Fisoterapi dada membantu menghilangkan eksudasi dan lendir keluar secara mudah melalui batuk

Tanda-tanda ini dapat berindikasi bahwa  pengobatan tidak efektif dan bahwa kondisi anak menjadi jelek.

Istirahat menyimpan energi yang diperlukan untuk melawan infeksi

21

Page 22: revisi pkd kel 1.doc

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan yang biasa muncul pada pernapasan yaitu infeksi, obstruksi, trauma,

dan keganasan. Salah satu penyakit infeksi yang kami ambil adalah Pneumonia

itu sendiri adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut

(ISNBA) yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminal yang

mencakup bronkiolus respiratoris dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh

mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur dan parasit. Pada pasien yang

menderita pneumonia biasanya mengeluhkan sesak, batuk, sianosis, takipnea,

cemas maka kami memberikan asuhan keperawatan salah satunya adalah ketidak

efektifan pola napas dan ganguan pertukaran gas. Agar klien dengan pneumonia

dapat mempertahankan jalan napas yang paten dengan bunyi napas bersih dan

jelas serta mudah untuk bernafas, warna kulit normal, berkurangnya kegelisahan.

B. Saran

a. Pasien : pasien dengan pneumonia memproduksi sekresi mukus yang kental,

kelemahan, upaya batuk buruk, maka klien harus memperbaiki bersihan

jalan napasnya misalnya dengan cara batuk efektif, minum air hangat agar

mengencerkan kekentalan secret agar secret mudah keluar.

b. Perawat : perawat harus terus memantau klien.

22

Page 23: revisi pkd kel 1.doc

DAFTAR PUSTAKA

Pearc Evelyn C. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.jakarta : Penerbit PT

Gramedia. Diakses 18 september 2015

Brunner & Syddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 5. Jakarta :

EGC diakses 20 september 2015

Doenges Mailynn E. dkk, (2000). rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku

Kedoteran EGC 20 september 2015

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

diakses18 september 2015

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-lisakurnia-6389-2-babii.pdf

diakses 20 september 2015

https://id.scribd.com/doc/109089780/Woc-Pneumonia diakses 21 september 2015

http://repository.unand.ac.id/22344/3/bab%201.pdf diakses 22 september 2015

23