revisi pkd kel 1.doc
Transcript of revisi pkd kel 1.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan
luar). Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya
dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang
bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel
sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan
selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan
(Pearce, 2008).
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang
merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi
terganggu maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu.
Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam
jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di
dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan
asma. Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara
dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, pneumonia
merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat
mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di
seluruh dunia akibat pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1
pesawat jet penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang mencapai
hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara
berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%).
Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi
lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan
jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika
Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Dan
1
insiden asma menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia
adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang
setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti,
namun diperkirakan 2 – 5 %5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia
menderita asma.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu
pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam tindakannya,
seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan
metode keperawatan berupa pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, dan
evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa
keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien
yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat
dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat
berupa ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas,
gangguan pertukaran gas, ganngguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
B. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system respirasi secara benar.
C. Tujuan Khusus
1. Memahami pengakajian pada klien dengan gangguan sistem respirasi.
2. Memahami diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
respirasi.
3. Memahami intervensi, implementasi, dan rasional pada klien dengan
gangguan sistem respirasi.
2
D. Manfaat
Diharapkan penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi mahasiswa dalam
mengaplikasikan teori tentang pneumonia dan tindakan Asuhan
Keperawatannya.
3
BAB II
TEORI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam
jaringan atau pernapasan dalam, dan yang terjadi di dalam paru-paru disebut
pernapasan luar. Tubuh manusia dapat bertahan tanpa makan bisa dalam
beberapa minggu dan tanpa minum dalam beberapa hari, akan teteapi jika
peranapasan terhenti dalam 3 atau 6 menit saja bisa menimbulkan kematian.
saluran pernapasan dibagi atas saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan
bawah.
1. Saluran pernapasan atas
a. Lubang hidung (nares anterior)
Adalah saluran- saluran didalam lubang hidung. Saluran-
saluran itu bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai rongga
hidung (vestibulum). Vestibulum itu dilapisi dengan epithelium
organ yang bersambung dengan kulit. Lapisan ini memuat
sejumlah kelenjar sebasea yang ditutupi oleh bulu kasar.
Kelenjar-kelenjar itu bermuara kedalam rongga hidung.
b. Hidung
Udara masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Pada lubang hidung
terdapat banyak rambut yang berfungsi untuk menahan
debu/kotoran atau bahan asing lainnya. Permukaan rongga hidung
diliputi banyak pembuluh darah kapiler sehingga selalu hangat.
Rongga hidung juga dilapisi selaput lendir yang berfungsi
menjaga kelembaban udara. Fungsi lain dari selaput lendir adalah
untuk menangkap debu/kotoran yang masuk ke rongga hidung
c. Faring (tekak)
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring
dibagi menjadi tiga bagian : nasal, oral dan laring.
4
Nasofaring terletak disebelah posterior hidung dan diatas palatum
mole. Orofaring memuat fausial, atau falatin, tonsil.
Laringofaring memanjang dari tulang hyoid ke kartilago krikoid.
Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglottis.
Adenoid, atau tonsil faring, terletak dalam langit-langit
nasofaring. Tenggorok dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan
jaringan limfoid lainnya. Struktur ini merupakan penghubung
penting ke nodus limfe dagu yang menjaga tubuh dari serangan
organism yang memassuki hidung dan tenggorokan. Fungsi
faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiratorius dan digestif.
d. Laring (pangkal tenggorok)
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring
adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. laring juga
melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk. Laring sering disebut kotak suara dan terdiri
atas :
1) Epiglottis yaitu daun katup kartilago yang menutupi
ostium kearah laring selama menelan
2) Glottis yaitu ostium antara pita suara dalam laring
3) Kartiolago tiroid yaitu kartilago terbesar pada trakea,
sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
4) Kartilago krikoid satu-satunya cincin kartilago yang
komplit dalam laring (terletak dibawah kartilago tiroid)
5) Kartilago aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara
dengan kartilago tiroid
6) Pita suara ligament yang dikontrol oleh gerakan otot yang
manghasilkan bunyi suara, pita suara melekat pada lumen
laring. (Brunner & Suddart,2002)
2. Saluran pernapasan bawah
5
a. Trakea (batang tenggorok)
Trakea atau pipa udara adalah saluran udara tubular yang
mempunyai diameter 2,5 dan panjang 10-12 cm. trakea terletak
dibawah laring dan diatas paru-paru. Trakea memanjang dari
laring kearah bawah kedalam rongga thoraks tempatnya terbagi
menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri. Dinding bronkus
disanggah oleh cincin kartilago, otot polos dan serat elastic.
Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap keblakang
seperti huruf C yang banyaknya sekitar 16-20 buah. Ujung
terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan
ikat, memungkinkan pelebaran esophagus ketika makan di telan.
Cinci kartilago memberikan bentuk kaku pada trakea,
mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian
dalam trakea dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang
memiliki sel PSCC (pseudostratified ciliated columnar) untuk
mensekresi lender
b. Bronkus dan bronkiolus
Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan
kiri yang terletak dalam rongga dada. Didalam paru-paru masing-
masing bronkus primer sedikit memanjang dari trakea kearah
paru-paru membentuk cabang menjadi bronkus sekunder, meski
perpanjangan ini tidak simetris. cabang bronkus kiri memiliki
sudut yang lebih tajam dari pada cabang bronkus kanan. Hal ini
mengakibatkan benda asing yang tidak sengaja masuk akan
tersangkut pada bronkus kanan. Pada dinding bronkiolus tidak
terdapat kartilago, keadaan ini menjadi penting secara klinis
dalam asma. Bronkiolus yang paling kecil terdapat dalam
kumpulan alveoli. Fungsi percabangan bronkus untuk
memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli (sebagai
tempat pertukaran gas).
c. Paru-paru
6
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk krucut dan
letaknya didalam rongga dada atau thoraks. Kedua paru-paru
saling terpisah oleh mediatinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai
apeks (bagian atas paru-paru) dan basis. Pembuluh darah paru-
paru ddan bronchial, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap
paru pada bagian hilus dan membentuk akkar paru-paru. Fungsi
paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara
atmosfer dan udara dalam aliran darah. Paru-paru kanan lebih
besar dari pada paru-paru kiri, paru-paru kanan terdiri dari 3
lobus dan paru-paru kiri dibagi menjadi 2 lobus. Lapisan yang
membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus kemudian membagi
lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai
segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobules yang masing-
masing mempunyai brokhiole, arteriole, venula, danpembuluh
limfatik. Dua lapis membrane serosa mengelilingi setiap paru dan
disebut sebagai fleura. Rongga fleura ini mengandung cairan
yang di hasilkan oleh sel-sel serosa didalam pleura. Cairan pleura
melicinkan permukaan kedua membrane pleura untuk
mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang da
berkontraksi selama bernafas.
(Pearc Evelyn C. 2008)
B. Gangguan Yang Muncul Pada Sistem Pernapasan
Gangguan yang biasa muncul pada saluran pernapasan atas dan bawah yaitu
infeksi, obstruksi, trauma, dan keganasan.
1. Salah satu penyakit infeksi adalah : Pneumonia, tuberculosis paru, asma,
bronchitis, Ispa, rhinitis, laryngitis, sars. diindonesia penyakit infeksi
yang banyak terjadi yaitu Tuberkulosis Paru.
2. Penyakit obstruksi pada sisiem pernapasan : bronchopneumonia, PPOK.
Diindonesia penyakit obstruksi yang sering terjadi yaitu Penyakit Paru
7
Obstruksi Kronik karena diindonesia banyak yang mengkonsumsi rokok
setiap tahunnya.
3. Penyakit trauma pada sisitem pernapasan : pneumothorak, hematothorak
4. Penyakit keganasan pada system pernapasan : kanker paru-paru.
C. Pemeriksaan diagnostic pada pernapasan
a. Pemeriksaan Laboratorium darah rutin
Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb),
Angka Leukosit (AL/WBC (white blood concentrasion), angka eritrosit (red
blood concentrasion), Laju Endap Darah, Hematokrit. Pada pemeriksaan
darah rutin biasanya sampel darah diambil dari darah vena. Pemeriksaan Hb
bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar Hb dalam darah.
Hemoglobin merupakan senyawa yang terdiri dari hematin yang terbentuk
dari ferros (zat besi) dan globulin yang merupakan molekul protein makro.
Kemampuan Hb untuk mengikat oksigen karena adanya protein globulin
yang mampu mengikat oksigen.
Nilai normal pemeriksaan darah rutin :
1) Hemoglobin (Hb), Pria : 14-18 gr/dl, Wanita : 12-16 gr/dl
2) Angka Leukosit (AL) 5.000 – 10.000/mm3
3) Angka Eritrosit Pria : 4,5-5,5 juta/mm3, Wanita : 4-5
juta/mm3
4) Laju Endap Darah (LED) Pria : 0-10 mm/jam, Wanita : 0-
20 mm/jam.
b. Kultur
Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan faringitis. Selain itu kultur tenggorok juga dapat membantu
dalam mengidentifikasi organisme yang menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan bawah. Dapat juga dilakukan apusan hidung untuk tujuan yang
sama.
c. Pemeriksaan radiologi thoraks dan paru-paru
Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai
8
1) status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan
kontur diafragma dan jalan napas atas
2) ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru,
termasuk jantung, aorta, nodus limfe, dan percabangan
bronchial
3) tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru
dan
4) ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal,
termasuk kavitasi, area fibrosis, dan daerah konsolidasi.
d. Pemeriksaan Ultra Sonografi
Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara
berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan.
Gelombang suara dipantulkan kembali dan diubah oleh suatu transduser
untuk menghasilkan image piktorial dari area yang sedang diperiksa.
Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural atau
opasitas dalam paru.
e. Computed Tomograph (CT)
CTscan digunakan untuk mengidentifikasi massa dan perpidahan struktur
yang disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal, dan abses.
CTscan dapat dilakukan dengan cepat-dalam 20 menit, tidak termasuk proses
analisis. Sebelum pemeriksaan, pastikan izin tindakan telah didapatkan dari
klien, jawab setiap pertanyaan klien dan keluarga tentang CTscan. Klien
dipuasakan, dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering membutuhkan media
kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium (Juga disebut
zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi terhadap yodium, zat
warna, atau kerang. Ingatkan agar klien tidak bergerak selama prosedur,
namun ia dapat bercakap-cakap dengan teknisinya.
f. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.
Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme
penyebab.Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum
9
BAB III
ANALISA DATA
A. Pemeriksaan Umum Pernapasan
g. Kaji penampilan umum : klien tampak gelisah, sukar bernapas,
kelelahan, insomnia
h. Keluhan utama : keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk,
peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis,chest pain.
i. Riwayat kesehatan dahulu : tanyakan kepada klien riwayat meroko,
Pengobatan saat ini dan masa lalu, alergi, tempat tinggal
j. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tujuan menanyakan riwayat keluarga
dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga hal,
yaitu : Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkulosis ditularkan
melalui satu orang ke orang lainnya. Kelainan alergi, seperti asma
bronkhial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu. Pasien
bronkhitis kronis mungkin bermukim didaerah yang tingkat polusi
udaranya tinggi. Namun polusi uadara tidak menimbulkan bronkhitis
kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut.
k. Kaji tanda-tanda vital : takikardi, pulsus paradoksus (tidak terabanya
denyut nadi saat inspirasi, dibuktikan dengan penurunan hasil
pengukuran tekanan darah sistolik selama inspirasi 6-8 mmHg),
takipnea.
l. Pemeriksaan Fisik (Review of system)
a. Pemeriksaan kuku dan kulit :
Inspeksi :
Inspeksi kulit dan kuku bertujuan untuk mengetahui dan
vaskularisasi superficial (peredaran darah permukaan). Bila
kuku berwarna keunguan atau cyaonis maka pasien
mengalami penurunan hemoglobin atau anemia dan
cyanosis bisa juga terlihat di ujung jari bila hemoglobin
sangat jauh di bawah normal. Kemudian lihat apakah kuku
10
pasien mengalami clubbing finger atau jari tabuh. Clubbing
finger terjadi bila seseorang mengalami hipoksia kronik
(lebih dari enam bulan), infeksi paru, dan keganasan paru
(kanker paru). (Somantri, 2007)
b. Pemerikasaan mata, hidung, dan mulut.
Inspeksi :
Amati konjungtiva pasien dengan cara menarik ke bawah
kelopak mata bagian bawah dan suruh pasien melirik ke
atas. Normalnya konjungtiva berwarna merah muda. Bila
pasien sesak sehingga menyebabkan anemia maka
konjungtiva akan tampak pucat. Kemudian amati allae nasi
(cuping hidung) pasien. Biasanya pada pasien yang sangat
sesak cuping hidung pasien kembang kempis ketika
bernafas. Kondisi ini dinamakan pernafasan cuping hidung.
Amati adanya cyanosis pada bibir pasen. (somantri, 2007)
c. Pemeriksaan faring, laring, dan trakea.
Inspeksi :
Yang diamati pada faring adalah warna, pembesaran tonsil,
adanya udema atau ulserasi, dan mucopolurent. Kemudian
inspeksi laring dengan laringoscope. Amati kesimetrisan
leher dan trakea, amati adanya massa, udema
( pembengkakan), dan memar.
d. Pemeriksaan pulmonary :
1) Inspeksi
Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan
pasien harus dalam keadaan duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi
dengan yang lainnya. Tindakan dilakukan dari atas
sampai ke bawah.
a) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit
dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan
11
gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis
dan lordosis).
b) Catat jumlah (frekuensi napas), irama
(reguler/irreguler), kedalaman pernapasan,
dan kesimetrisan pergerakan dada.
c) Observasi tipe pernapasan seperti:
pernapasan hidung atau pernapasan
diafragma serta penggunaan otot bantu
pernapasan dan retraksi intercostae.
d) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi
dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).
Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2.
Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan
napas dan sering ditemukan pada pasien
dengan Chronic Airflow Limititation
(CAL) / Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD).
e) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan
diameter anteroposterior (AP) dengan
diameter lateral/transversal (T). Rasio
normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7,
tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.
Kelainan pada bentuk dada adalah:
a) Barrel chest
Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan
diameter AP:T (1:1), sering terjadi pada pasien emfisemia.
b) Funnel chest (pectus excavatum)
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan
menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur.
12
Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat
kecelakaan kerja.
c) Pigeon chest (pectus carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan
terjadi peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis
berat.
d) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu
pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan
osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain yang mempengaruhi
toraks. Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna
vertebrae thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok. Sedangkan
skoliosis adalah melengkungnya vertebrae thoracalis ke samping, disertai
rotasi vertebrae.
e) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau
pleura.
f) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan napas.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan
pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui
vokal / taktil premitus ( vibrasi ). Palpasi toraks
berguna untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji
saat inspeksi seperti massa, lesi dan bengakk. Perlu
dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien
mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding
dada yang dihasilkan ketika berbicara (vokal
premitus).
3) Perkusi
13
untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi)
diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
Suara perkusi normal :
a) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan
paru-paru dan normalnya bergaung dan
bersuara rendah.
b) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung
atau paru-paru.
c) Tympany: dihasilkan di atas perut yang
berisi udara umumnya bersifat musical.
Suara perkusi abnormal :
a) Hiperresonan: bergaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul
pada bagian paru-paru yang abnormal berisi
udara.
b) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness
dan dapat didengar pada perkusi daerah paha,
dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Bunyi Nafas Inspirasi = Ekspirasi Bunyi Ekspitasi Lokasi
Vesikuler Inspirasi > ekspirasi Lembut Sebagian area paru
Bronkovesikuler Inspirasi = ekspirasi Sedang ICS 1 dan 2 sternal line sinistra dan dextra
Trakeal Inspirasi = ekspirasi Sangat keras Di atas trakea pada leher
Bronkial Inspirasi < ekspirasi Keras Di bawah manubrium sterni
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat
bermakna mencangkup mendengar suara napas
normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas
14
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a) Bronchial: sering juga disebut tubular sound
karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar
keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang
daripada inspirasi dan tidak ada jeda di
antara kedua fase tersebut (E > I). Normal
terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
b) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari
suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan
intensitas sedang. Inspirasi sama panjang
dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar
di daerah dada dimana bronkus tertutup oleh
dinding dada.
c) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti
angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan (E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
a) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan
ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
musical, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan napas
yang menyempit.
b) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan
ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan,
nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
15
Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.
c) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi
dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut,
dan suara seperti gesekan akibat dari
inflamasi pada daerah pleura. Sering kali
pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Fine crackles: setiap fase lebih sering
terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara
melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
Coarse crackles: lebih menonjol saat
ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara
gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk
Diagnosa
Diagnose yang biasa muncul pada system pernapasan adalah :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas
b. Ketidak efektifn pola napas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
16
17
18
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia
No Diagnose Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d
inflamasi dan obstruksi
jalan napas
Yang ditandai dengan :
- sekresi mukus
yang kental,
kelemahan,
upaya batuk
buruk, dan
edema system.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu
1x 24 jam akan
berkurangnya kesulitan
bernafas dengan kriteria
hasil :
mempertahankan
jalan napass yang
paten dengan bunyi
napas bersih dan
jelas
menunjukan prilaku
untuk memperbaiki
bersihan jalan napas,
misalnya : batuk
efektif, dan
Auskultasi paru-paru catat adanya bunyi napas, misalnya mengi, krekels dan ronkhi kaji pengeluaran air liur.
Pantau frekuensi kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Biarkan posisi yang nyaman buat klien misalnya semi fowler jangan berikan posisi horisontal.
Bantu latihan napas abdomen atau bibir
Bershian jalan napas tidak efektif dapat memanifestasikan adanya bunyi napas adventius
Takipnea, pernapasan dangkal, gerakan dada taksimetris sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru
Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernapas posisi horisontal dapat menyebabkan memburuknya jaringan secara cepat, kemungkinan akan meningkatkan obstruksi sempurna.
Memberikan pasien beberapa cara utnuk mengatasi dan mengontrol
19
mengeluarkan sekret
Observasi karakteristik batuk, bantu untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk
Berikan air hangat sesuai toleransi jantung
dispnea Batuk dapat menetap, tetapi tidak
efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala dbawah setelah perkusi dada.
Hidrasi menurunkan kekentalan secret dan mempermudah kekentalan
2 Gangguan pertukran gas b.d terkumpulnya eksudasi dan meningkatnya produksi mucus yang di tandai dengan :
Sesak, sianosis, cemas
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu
2x 24 jam akan
meningkatatkan pertukaran
gas klien dengan kriteria
hasil :
mudah bernafas, warna
kulit normal,
berkurangnya
kegelisahan.
Atur posisi yang dapat meningkatkan kenyamanan klien
Observasi warna kulit, membrane mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer kuku atau sianosis sentral (sirkumolar)
Kaji status mental
Awasi frekuensi jantung /irama
Awasi suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk
memberikan posisi yang nyaman, seperti posisi semi fowler , membuat klien bernafas dengan mudah.
Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukan hipoksemia sistemik
Gelisah, mudah terangsang, bingung, dapat menunjukan hipoksemia/ penurunan oksigenassi serebral
Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hioksemia
Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan
20
mengurangi demam dan menggigil
Tinggikan kepala rubah posisi klien setiap 1 sampai 2 jam
Berikan oksigen dengan menggunakan sungkup wajah, oksigen kap, atau iksigen tenda, sesuai indikasi.
bantu klien melakukan latihan batuk dan nafas dalam setiap 2 jam
Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.
Kaji status pernafasan anak
untuk menandai adanya dispnea,
takipnea, wheezing, crackles,
ronchi, dan sianosis.
Berikan istirahat sesering mungkin.
oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler
Perubahan posisi baring secara teratur membantu memobilisasi pengeluaran lendir untuk memperbaiki ventilasi
Oksigen membantu mengurangi kegelisahan berhubungan dengan gangguan pernafasan dan hipoksemia.
Batuk membantu mengeluarkan lendir; nafas dalam mendorong ekspansi paru.
Fisoterapi dada membantu menghilangkan eksudasi dan lendir keluar secara mudah melalui batuk
Tanda-tanda ini dapat berindikasi bahwa pengobatan tidak efektif dan bahwa kondisi anak menjadi jelek.
Istirahat menyimpan energi yang diperlukan untuk melawan infeksi
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan yang biasa muncul pada pernapasan yaitu infeksi, obstruksi, trauma,
dan keganasan. Salah satu penyakit infeksi yang kami ambil adalah Pneumonia
itu sendiri adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut
(ISNBA) yang mengenai parenkim paru distal dari bronkiolus terminal yang
mencakup bronkiolus respiratoris dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur dan parasit. Pada pasien yang
menderita pneumonia biasanya mengeluhkan sesak, batuk, sianosis, takipnea,
cemas maka kami memberikan asuhan keperawatan salah satunya adalah ketidak
efektifan pola napas dan ganguan pertukaran gas. Agar klien dengan pneumonia
dapat mempertahankan jalan napas yang paten dengan bunyi napas bersih dan
jelas serta mudah untuk bernafas, warna kulit normal, berkurangnya kegelisahan.
B. Saran
a. Pasien : pasien dengan pneumonia memproduksi sekresi mukus yang kental,
kelemahan, upaya batuk buruk, maka klien harus memperbaiki bersihan
jalan napasnya misalnya dengan cara batuk efektif, minum air hangat agar
mengencerkan kekentalan secret agar secret mudah keluar.
b. Perawat : perawat harus terus memantau klien.
22
DAFTAR PUSTAKA
Pearc Evelyn C. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.jakarta : Penerbit PT
Gramedia. Diakses 18 september 2015
Brunner & Syddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 5. Jakarta :
EGC diakses 20 september 2015
Doenges Mailynn E. dkk, (2000). rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedoteran EGC 20 september 2015
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
diakses18 september 2015
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-lisakurnia-6389-2-babii.pdf
diakses 20 september 2015
https://id.scribd.com/doc/109089780/Woc-Pneumonia diakses 21 september 2015
http://repository.unand.ac.id/22344/3/bab%201.pdf diakses 22 september 2015
23