97802915-Cephalgia
-
Upload
ridho-satria-rahardian -
Category
Documents
-
view
19 -
download
4
description
Transcript of 97802915-Cephalgia
CASE
CEPHALGIA
Pembimbing :
Dr. Chynthia Sahetapy, SpS
Disusun oleh :
Dian Kusumadewi
06 – 113
KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI
PERIODE 2 APRIL 2011 – 30 APRIL 2011FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
1
JAKARTA
NYERI KEPALA / CEPHALGIA
I. PENDAHULUAN
Sakit kepala merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi.
Beberapa orang sering mengalami sakit kepala, sedangkan yang lainnya hampir
tidak pernah merasakan sakit kepala.
Nyeri kepala (headache) merupakan keluhan neurologik dengan berbagai macam
penyebab baik yang bersifat intrakranial maupun ekstrakranial, termasuk diantaranya
kelainan emosional, cedera kepala, migraine, demam, kelainan vascular intrakranial,
penyakit gigi, massa intrakranial, penyakit-penyakit pada mata telinga atau hidung. (1,2)
dan alasan yang paling sering seorang pasien pergi ke dokter. Nyeri kepada tersebut
digambarkan bermacam-macam ada yang tumpul, tajam, seperti kilat, berdenyutnya dan
lain-lain. Nyeri kepala itu sendiri merupakan keadaan akut yang merupakan manifestasi
dari keadaan lainnya.
sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau nyeri kepala
tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan dengan kelainan di
mata,hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan
perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah tinggi jarang menyebabkan sakit
kepala menahun
Biasanya dokter bisa menentukan penyebab sakit kepala dari riwayat kesehatan
penderita dan hasil pemeriksaan fisik. Kadang dilakukan pemeriksaan darah untuk
menentukan penyebabnya. Pungsi lumbal (pengambilan sejumlah kecil cairan dari
kolumna spinalis untuk diperiksa dibawah mikroskop) dilakukan jika diduga
penyebabnya adalah suatu infeksi (misalnya meningitis).
Hanya sebagian kecil sakit kepala yang disebabkan oleh tumor otak, cedera otak
atau berkurangnya oksigen ke otak. Jika diduga suatu tumor, stroke atau kelainan otak
lainnya, maka dilakukan pemeriksaan ct scan atau mri.
2
I.1 DEFINISI
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala
(area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital
dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.
II. ETIOLOGI
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional,
cedera kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa
intrakranial, penyakit mata, telinga /hidung.
III. GAMBARAN KLINIK
III.1 Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga
tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah
distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan
kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di
daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini
disalurkan melalui cabang pertama nervus Trigeminus. (1,5)
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior
(misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian
serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1,
C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini
terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi
pembuluh darah. (1)
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di
3
frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan
kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma)
III.2 Lamanya nyeri kepala
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure headache)
disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari atau berminggu-
minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat &
melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.
III.3 Berulangnya nyeri kepala
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada wanita yang
menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang menstruasi.
Sedangkan nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang
apabila sering terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering ditemukan.
IV. PATOGENESIS
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri kepala
yang berasal dari sumber intrakranial (2).
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan
pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.
Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi
kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis, m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis
bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
4
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi
konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh
karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial
dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa
intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu
mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah. Pada
nyeri kepala nocturnal tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi berbaring
dan berkurang rasa nyeri jika penderita berdiri tegak.
V. KLASIFKASI NYERI KEPALA
I. Nyeri kepala PRIMER
a. Migren
b. Tension Type Headache
c. Cluster headache
d. Other primary headaches
II.Nyeri kepala SEKUNDER
a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial.
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium, leher,
mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau struktur facial atau kranial
lainnya.
h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
III. Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri kepala lainnya
5
a. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial
primer.
A . MIGREN
Merupakan serangan nyeri kepala berulang bervariasi dalam intensitas, frekuensi
dan lamanya. Serangan seringkali berawal unilateral biasanya disertai dengan anoreksia
terkadang nausea dan vomitus. Pada sebagian kasus didahului atau disertai gangguan
efek, motorik serta sensorik yang nyata dan seringkali turunan. Dibawah ini diberikan
varian khusus nyeri kepala, masing-masing memiliki sebagian ciri, namun tidak tidak
perlu seluruhnya yang telah dijelaskan :
Migren Tanpa Aura
Nyeri kepala berulang dgn manifestasi serangan selama 4 – 72 jam. Karakteristik
unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dgn aktifitas fisik yg
rutin dan diikuti dgn nause dan atau muntah dan fotofobia dan fonofobia.
Kriteria Diagnosis :
A. Sekurang- kurang 5 kali serangan yang termasuk kriteria B-D.
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan
tidak cukup).
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang- kurangnya dua dari karakteristik sebagai berikut:
- lokasi unilateral
- sifatnya mendenyut
- intensitas sedang sampai berat
- diperberat oleh kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang- kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini :
- mual dan atau muntah
- fotofobia dan fonofobia
E. Tidak berkaitan dgn kelainan lain.
6
Migren Dengan Aura
Serangan NK berulang didahului gejala neurologik fokal yg reversibel
secara bertahap 5 – 20 menit dan berlangsung < 60 mnt.
Kriteria Diagnosis :
A. Sekurang- kurangnya terdapat 2 serangan seperti kriteria B – D.
B. Adanya aura paling sedikit satu dibawah ini tetapi tdk dijumpai kelemahan
motorik.
1. Ggn visual reversibel spt : Positip ( cahaya berkedi-kedip, bintik-bintik
atau garis. Negatip ( hilang penglihatan).
2. Ggn sensoris reversibel termasuk positip (nyeri) / negatip ( hilang rasa).
3. Ggn bicara disfasia yg reversibel sempurna
C. Paling sedikit 2 dibawah ini.
1. Gejala visual homonim dan/ gejala sensoris unilateral.
2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual ≥ 5 mnt dan / jenis
aura lainnya ≥ 5 mnt.
3. Masing – masing gejala berlangsung 5 – 60 mnt
D. Nyeri Kepala memenuhi kriteri migran tanpa aura
E. Tidak berkaitan degan kelainan lain
Epidemiologi
Migraine sering mulai terdapat pada anak-anak 15 tahun. Gejala khas yang
timbul pada saat serangan nyeri kepala disertai gejala gastrointestinal dan visual
(Nausea dan vomitus, photofobia, hemianopsia). Dan onsetnya mendadak dan
menghilang perlahan-lahan.
Faktor Pencetus
i. Faktor Ekstrinsik
1. Ketegangan jiwa ( stress ) : emosional maupun fisik dapat memperberat
serangan migren.
2. Makanan tertentu : makanan atau zat tertentu dapat memicu timbulnya 7
serangan migren. Pemicu migren tersering adalah alkohol dan bir.
3. Lingkungan : perubahan lingkungan (cuaca, musim, tekanan udara, terik
matahari; lingkungan kerja tak menyenangkan dan suara yang tak
menyenangkan).
4. Obat-obatan : vasodilator (nitrogliserin, isosorbid dinitrat), antihipertensi
(nifedipine, captopril, prazosin, reserpin, minoxidil), histamin-2 bloker
(simetidin, ranitidin), antibiotik (trimetoprim sulfa, griseofulvin,
tetrasiklin), selective serotinin reuptake inhibitor, vitamin A dosis
tinggi,dan lain-lain.
ii. Faktor Instrinsik
1. Hormonal : Fluktuasi hormonal merupakan faktor pemicu pada 60%
wanita. Nyeri kepala migren di picu oleh turunnya kadar 17-b estradiol
plasma saat akan haid. Serangan migren berkurang selama kehamilan
karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan. Pemakaian pil
kontrasepsi, clomiphene, danazol juga meningkatkan frekuensi serangan
migren.
2. Menopause : Nyeri kepala migren akan meningkat frekuensi dan berat
ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi beberapa kasus
membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis
rendah dapat di berikan untuk mengatasi serangan migren pasca
menopause.
Pencegahan
Methysergide meleat (sansert) efektif untuk mencegah nyeri kepala
vaskuler.
Dosis : 2-4 tablet / hari ( @ tablet : 2 mg
Kontraindikasi : kehamilan, penyakit vaskuler perifer dan arteriosolerosis
berat tidak boleh digunakan lebih dari 6 bulan dengan masa selang tanpa obat
3-4 minggu.
8
Terapi
a. Terapi serangan akut
1. Ergotamin tartat (gynergen)
Dosis : 0,25 – 0,5 mg IM
4 –5 mg oral/sublingual dilanjutkan dengan pemberian 2
mg tiap jam sampai dosis II mg.
Kontraindikasi : sepsis/infeksi, penyakit vaskuler perifer / jantung
arteriosclerosis
Efek samping : baal dan kesemutan pada ekstremitas, tegang, nyeri otot.
2. Dihydrorgotamin (DHE 45)
Dosis : 1 mg IM/N
Kalau perlu ulangi pemberian setiap jam.
3. Ergotamine dengan caffeine / atropin secara oral dengan dosis kecil.
4. Penekanan a.carotis eksterna/salah satu cabangnya dengan oksigen 100%
melalui masker untuk meredakan serangan akut.
b. Tindakan umum
Sampai obat meredakan nyeri kepala maka :
1. Beristirahat di kursi.
2. Tidur minimal selama 2 jam setelah nyeri hilang dalam ruangan gelap
dan tenang tanpa makan dan minum.
c. Menggagalkan serangan
Penderita merasa serangan akan terjadi, harus beristirahat dan relaks
ditempat tidur dalam ruangan tenang dan gelap.
- Pentobarbital 0,1 g/oral
- Ergotamin tatrat (gynergen) 3-4 sublingual aspirin.
9
Nyeri kepala migraine dianggap akibat perubahan vaskuler.
Serangan permulaan vasokonstriksi a. ekstrakranial, meningeal, cerebral
dilatasi dan distensi pembuluh-pembuluh darah kranial terutama a.
carotis eksterna. Dengan meningkatnya amplitudo pulsasi sangat
menentukan sifat nyeri kepala menusuk-nusuk. Dilatasi persisten
pembuluh darah kaku seperti pipa dan serangan nyeri kepala akan
menjadi nyeri yang menetap. Fase kontraksi otot, dengan serangan rasa
nyeri terjadi setelahnya. NFE (neurokin-forming enzym) ditemukan pada
cairan tubuh penderita nyeri kepala tipe migraine lama dan berat.
Dimana NFE ini menurunkan ambang rangsang nyeri sehingga mudah
timbul rasa nyeri, vasodilatasi kapiler dan meningkatkan kerentanan
terhadap cedera.
Migren hemiplegik dan migren oftalmoplegik
Nyeri kepala vascular yang ditandai oleh fenomena sensorik dan
motorik yang bertahan selama dan sesudah serangan nyeri kepala.
Nyeri kepala separuh bawah
Nyeri kepala yang mungkin akibat mekanisme vascular, terutama
berpusat pada wajah bagian bawah.dalam kelompok ini terdapat beberapa
kasus seperti neuralgia fasialis atipikal, neuralgia ganglion sfenopalatinum
(sluder) dan neuralgia vidianus (vail).
B . TENSION TYPE HEADACHE (3,8,10)
Tension headache merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering dijumpai
terutama pada wanita setengah baya penderita datang dengan keluhan nyeri kepala
berdenyut, nyeri tumpul seperti tertarik, terbakar atau tidak jelas ciri-cirinya.
Sesuai dengan kriteria the international headache society maka diagnosis nyeri
kepala tegang otot episodik ditegakkan apabila :
1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala seperti tersebut diatas.
10
2. Tidak ada nausea dan vomitus
3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia, dan kalaupun ada hanya
salah satu.
4. Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan gangguan otot
perikranial (dahulu disebut muscle contraction headache), bila ditemukan adanya
ketegangan otot perikranial dengan cara palpasi atau dengan pemeriksaan EMG.
Sementara itu apabila tidak ada ketegangan dinamakan nyeri kepala tegang otot
yang tidak berhubungan dengan gangguan otot perikranial, yang dahulu dikenal
sebagai idiopatik headache, essential headache, psychogenic headache.
5. Apabila bentuk di atas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala paling
terjadi paling sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah berlangsung lebih dari 6
bulan, serta mungkin pula diiringi dengan salah satu dari gejala berikut ini :
nausea, fotofobia, fonofobia, akan tetapi tidak disertai vomitus, maka diagnosisnya
adalah nyeri kepala tegang otot kronik. Bentuk seperti tadi, apabila ditemukan
adanya ketegangan otot perikranial, dan bila tidak ditemukan adanya ketegangan
otot maka disebut sebagai nyeri kepala tegang otot kronik yang berhubungan
dengan gangguan otot perikranial.
6. Tipe yang lain, yaitu semua bentuk nyeri kepala yang mirip dengan gejala
sebagaimana diuraikan diatas, tetapi tidak memenuhi syarat untuk diagnosis salah
satu nyeri kepala tegang otot dan juga tidak memenuhi kriteria untuk nyeri kepala
migren tanpa aura.
Tatalaksana
a. Psikologik (psikoterapi)
b. Fisiologik (relaksasi).
c. Farmakologik (analgesik, sedative minor transquilizers)
d. Edukasi
- Latar Belakang Timbal Penyakit
- Penjelasan mengenai pemeriksaan tambahan.
C . CLUSTER HEADACHE
Nyeri kepala atau muka unilateral yang hebat selama 15 menit-3 jam yang
11
disertai injeksi konjungtiva, lakrimasi, penyumbatan hidung ipsilateral
beberapa kali dalam sehari dalam kurun waktu beberapa minggu hingga
bulan.
Pada sebagian penderita menimbulkan nyeri tekan di daerah dasar
tengkorak dan leher ipsilateral.
Bentuk-bentuk Cluster Headache :
1. NKK tipe episodik, paling sering (80%) : 1-3 serangan singkat periorbital
seharinya selama 2-12 minggu diikuti masa bebas serangan selama 3 bulan
- 3 tahun.
2. NKK tipe kronik (20%) : tidak ada remisi selama lebih dari 1 tahun atau
remisi singkat kurang dari 14 hari (NKK tipe primer), sedangkan yang
berkembang dari tipe episodik disebut sebagai NKK tipe sekunder.
3. NKK varian :
a. Chronic paroxysmal hemicrania (Sjasteed&Dale) :serangan sering,
singkat, dapat diatasi dengan Indometasin.
b. Cluster headache varian-varian NKK(Medina&Diamond) : serangan
multipel pada nyeri kepala vaskuler tanpa bebas nyeri kepala.
Gejala Klinis :
Nyeri timbul mendadak, eksplosif dan unilateral (mencapai puncak dalam 10-
15 menit dan berlangsung hingga 2 jam) berupa nyeri seperti dibor disekitar
dan belakang mata, seperti biji mata mau keluar, nyeri seperti dibakar,
menetap tak berdenyut, tanpa disertai gejala aura, frekuensi 4-6 serangan
dalam sehari.
Nyeri menjalar ke daerah supraorbita, pelipis, maksila dan gusi atas (daerah
divisi 1 dan 2 nervus trigeminus ).
Sering ditemukan nyeri tumpul yang ditemukan menetap di mata, pelipis
rahang atas di luar serangan.
Serangan sering terjadi tepat setelah tertidur dan gangguan pernafasan waktu
tidur dapat mencetuskan serangan.
12
Gejala Penyerta :
Gejala otonom : penyumbatan hidung ipsilateral, pembengkakan jaringan
lunak, dahi berkeringat, lakrimasi, mata merah (injeksi konjungtiva) akibat
aktivitas berlebihan parasimpatis.
Paralisis parsial simpatis sindroma Horner ringan (ptosis, miosis,
anhidrosis), bradikardia, muka merah atau pucat, nyeri di muka dan daerah
arteri karotis ipsilateral.
Gejala migren : ggn gastrointestinal, fotofobia dan fonofobia ( tdk sebanyak
migren)
Perubahan perilaku selama serangan berupa kegelisahan : berlari-lari atau
duduk dalam posisi tertentu dengan mata yang dikompres, berteriak
kesakitan dan kadang-kadang ada upaya untuk bunuh diri.
Gejala neurologik : hiperalgesia pada muka dan kepala
Faktor Pencetus :
vasodilator (nitrogloserin )
histamin
menghirup asap
stress
panas
perubahan cuaca
terlambat makan
tidur hingga siang
pernah trauma
operasi di kepala
Terapi :
1. Methosergide meleat (sansert), 2 mg 2-3 kali/hari.
13
2. Desensitisasi histamin
3. Derivat ergot
4. Inhalasi oksigen
5. Istirahat total
6. Kompres dingin
NYERI KEPALA AKIBAT REAKSI VASCULAR HIDUNG
Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak atau
terbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran mukosa hidung. Nyeri
kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai sedang dalam intensitasnya.
Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari reaksi individu selama stress. Seringkali
disebut ‘rinitis vasomotor’.
NYERI KEPALA KARENA WAHAM, KEADAAN KONVERSI ATAU
HIPOKONDRIA
Nyeri kepala pada penyakit-penyakit dimana gangguan klinis umum berupa suatu
reaksi waham atau konversi dan tidak ditemukan suatu mekanisme nyeri prefer. Yang
juga erat kaitannya adalah reaksi hipondri, dimana gangguan perifer sehubungan dengan
nyeri kepala adalah minimal. Penyakit-penyakit ini disebut juga nyeri kepala
‘psikogenik’.
NYERI KEPALA VASCULAR NON-MIGREN
Disertai dilatasi menyeluruh arteri kranium yang tidak berulang. Infeksi sistemik,
biasanya dengan demam. Lain-lain, termasuk keadaan hipoksia, keracunan karbon
monoksida, pengaruh nitrat sirkulasi otak (pada keadaan tertentu), reaksi pasca kontusio,
keadaan pasca konvulsi dan beberapa kasus hipertensi arteri esensial (mis:kasus-kasus
dengan nyeri kepala dini hari).
14
NYERI KEPALA TRAKSI
Nyeri kepala akibat tarikan struktur intrakranial vascular akibat adanya massa.
a. Tumor primer atau metastatik pada meningen, pembuluh darah, atau otak.
b. Hematoma (epidural, subdural, atau parenkim)
c. Abses (epidural, subdural atau parenkim)
d. Nyeri kepala pasca pungsi lumbal (nyeri kepala ‘bocor’).
e. Pseudotumor serebri dan berbagai penyebab pembengkakan otak.
NYERI KEPALA AKIBAT RADANG KRANIUM YANG HEBAT
Nyeri kepala akibat radang struktur kranium yang dapat segera dikenali-terjadi
akibat radang yang biasanya tidak berulang, steril ataupun infeksi.
a. Gangguan intrakranial – meningitis infeksiosa, kimia ataupun alergi, perdarahan
subaraknoid, reaksi pasca pneumo-ensefalografi, arteritis dan flebitis.
b. Gangguan ekstrakranial-arteritis dan selulitis.
NYERI KEPALA AKIBAT PENYAKIT MATA, TELINGA, HIDUNG DAN SINUS, GIGI
ATAU STRUKTUR KEPALA DAN LEHER LAINNYA.
NEURITIS KRANIALIS AKIBAT TRAUMA, NEOPLASMA ATAU RADANG.
NEURALGIA KRANIALIS
Neuralgia trigeminal (tic doloreux) dan glosofaringeal. Nyeri bersifat tajam
biasanya timbul berurutan secara cepat selama beberapa menit, terbatas pada daerah
saraf yang terkena dan seringkali dipicu oleh stimulasi organ akhir.
VI. PEMERIKSAAN KLINIK
VI.1. ANAMNESIS
a. Jenis nyeri kepala
15
Jenis, nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap, berdenyut yang kadang-
kadang sesuai dengan denyutan jantung, nyeri seperti ditarik atau diikat, nyeri seakan-akan
kepala mau pecah, nyeri yang berpindah-pindah, maupun perasaan kepala yang tidak enak.
Keluhan penderita harus benar-benar dipahami agar tidak terjadi salah persepsi atau
interpretasi.
Nyeri kepala yang menusuk-nusuk dan berdenyut lebih mungkin dijumpai pada penyakit-
penyakit vascular seperti migren, hipertensi arterial dan malformasi vascular intrakranial.
Nyeri kepala tertekan (pressure headache) yaitu perasaan seperti pita yang melingkari
kepala dan menjepitnya kuat-kuat sering disebabkan gangguan emosional.
b. Onset nyeri kepala
Onset nyeri kepala dapat memberikan gambaran proses patologik yang
melatarbelakanginya.
Nyeri kepala yang baru saja terjadi mempunyai banyak kemungkinan penyebab baik
yang bersifat ringan/benigna maupun berat/serius. Nyeri kepala yang makin memberat atau
menghebat menunjukkan kemungkinan adanya proses intrakranial yang makin berkembang.
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus dicurigai sebagai akibat dari
perdarahan intrakranial spontan, terutama perdarahan subaraknoidal atau intraventrikular.
Meningitis, glukoma, masloiditis Sementara itu nyeri kepala yang kronis dapat terjadi pada
kasus tension headache, pasca trauma kepala, neurosis rinitas vasomotor, sinusitis, kelainan
refraksi yang tidak dikoreksi.
c. Frekuensi dan periodisitas nyeri kepala
Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak pernah muncul sebagai nyeri
kepala harian atau dalam waktu yang lama. Cluster headache muncul sebagai nyeri kepala
harian selama beberapa minggu atau bulan dan kemudian diikuti suatu interval bebas nyeri
kepala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang bersifat kronis, dirasakan setiap hari
dengan sifat yang konstan biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri
kepala psikogenik.
16
d. Puncak dan lamanya nyeri kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1-2 jam pasca-onset dan berlangsung selama 6
– 36 jam. Cluster headache langsung sampai pada puncak perasaan nyeri pada saat
penderita terbangun dari tidurnya, atau nyeri kepala memuncak beberapa menit setelah
onset pada saat penderita dalam keadaan tidak tidur. Tension headache muncul secara
perlahan selama beberapa jam dan kemudian terus berlangsung selama beberapa hari
sampai beberapa tahun.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap biasanya terjadi pada
perdarahan intrakranial. Sementara itu, neuralgia oksipital dan trigeminal biasanya muncul
langsung dengan intensitas puncak, bersifat menyengat dan mengagetkan.
e. Waktu terjadinya nyeri kepala dan faktor presipitasi.
Cluster headache seringkali muncul pada saat penderita dalam keadaan tidur lelap dan
ada kecenderungan bahwa serangan nyeri kepala muncul pada saat yang sama. Migren
dapat muncul setiap baik siang maupun malam tetapi seringkali mulai pada pagi hari.
Tension headache khas dengan nyeri kepala sepanjang hari dan seringkali memberat pada
siang atau sore hari.
Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang seringkali dapat mengenali
faktor apa saja yang mendorong terjadinya suatu serangan nyeri kepala. Migren dapat
dicetuskan oleh makanan tertentu, dan minuman obat tertentu. Faktor emosi dapat
mencetuskan serangan migren dan tension headache.
Apabila membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang, batuk atau menjalani
pemeriksaaan valsava merasakan nyeri kepala, maka harus dipertimbangkan adanya
kemungkinan lesi intrakranial terutama fosa posterior. Namun demikian, nyeri kepala
yang timbul pada saat dalam posisi berdiri tegak dan segera mereda pada saat berbaring
adalah khas untuk suatu kebocoran CSS yang dapat terjadi secara spontan.
Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau segera sesudah orgasmus bersifat
benigna apalagi apabila sebelumnya terjadi aktvitas seksual beberapa kali. Dalam keadaan
ini dapat terjadi nyeri kepala tunggal, langsung bersifat berat. Hal demikian ini harus 17
dicurigai adanya kemungkinan perdarahan subaraknoidal.
f. Lokasi dan evolusi
Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan ujung jarinya. Hal ini sangat
membantu proses pemeriksaan.
Migren sangat sering bersifat unilateral, biasanya didaerah frontotemporal. Namun
demikian suatu saat dapat menyeluruh atau dapat berkembang dari lokasi unilateral menjadi
nyeri menyeluruh. Cluster headache hampir selalu unilateral dan khas terpusat dibelakang
atau sekitar bola mata. Tension headache khas dengan nyeri kepala yang menyeluruh
tetapi dapat pula terpusat di daerah frontal atau serviko-oksipitasi.
g. Kualitas dan intensitas nyeri
Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi seringkali bersifat
berdenyut. Migren dapat bersifat berdenyut dan seringkali ditutup oleh perasaan khas
dengan sifat yang berat, nyeri sekali seakan-akan kepala dibor dan terus menerus,
tension headache, dicirikan oleh perasaan penuh, diikat kencang atau ditekan kuat-kuat
dan kadang-kadang ada yang mengeluh bahwa kepalanya seakan-akan mengenakan topi
yang sesak.
h. Gejala prodromal dan penyerta
Gejala pendahulu sangat khas pada migren. Gejala-gejala visual baik positif maupun
negatif, gejala hermisterik misalnya hemiparesis, parastesia, dan gangguan berbahasa
dapat mendahului munculnya nyeri kepala pada migren. Sementara itu, migren basilaris
dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang berasal dari gangguan pada batang otak
misalnya vertigo, disatria, ataksia, koadriparesis dan diplopia.
Cluster headache seringkali didahului oleh miosis dan ptosis ipsilateral, epifora,
konjungtiva kemerahan dan hidung mampet. Sementara itu nyeri kepala dengan demam
sugestif untuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus
dicurigai adanya proses patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang hebat disertai
18
warna merah pada sclera merupakan gambaran infeksi bola mata atau glaukoma akut.
i. Faktor yang memberatkan rasa nyeri
Memberatya nyeri kepala pada saat batuk, mengejan atau bersin menggambarkan
kemungkinan adanya proses intrakranial. Sementara itu apabila nyeri kepala bertambah
berat pada saat ada gerakan tertentu menunjukkan adanya pengaruh muscular.
Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension headache sebaliknya
istirahat baring biasanya akan memperberat situasi penderita cluster headache.
j. Faktor pereda nyeri
Istirahat, menghindari cahaya dan tidur meredakan perasaaan nyeri pada penderita
migren. Masase atau kompres hangat akan menolong penderita tension headache. Nyeri
pada cluster headache akan berkurang dengan penekanan lokal penakanan lokal atau
pemberian kompres hangat atau dingin.
k. Riwayat keluarga
Migren dan tension headache kadang-kadang bersifat familial.
VI. 2. Pengobatan sebelumnya
Riwayat minum obat sebelumnya dan efek yang dirasakan penderita perlu
ditanyakan secara rinci, meliputi dosis, cara memasukkan obat (diminum,
suntikan) dan lamnya pengobatan. Hal ini untuk mengetahui apakah ada lajak
dosis dalam penggunaan preparat ergot dan analgesik serta kafein.
VI. 3. Alasan mencari pertolongan dokter
Pertanyaan perihal ini sangat berarti apabila kita berhadapan dengan penderita
nyeri kepala kronis. Pada umumnya penderita ini sudah memeriksakan diri kepada
19
beberapa dokter namun tidak kunjung sembuh.
VI.4. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit sebelumnya yang meliputi penyakit-penyakit umum lainnya,
penyakit saraf, trauma, operasi dan alergi perlu ditanyakan secara rinci. Riwayat minum
obat yang tidak berhubungan dengan keluhan nyeri kepala perlu ditanyakan pula.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Dalam praktek pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita masuk ke dalam
ruang periksa atau pada saat dokter melakukan pendekatan di sisi tempat tidur penderita.
Observasi yang teliti merupakan kunci untuk mengetahui apakah penderita mengalami
gangguan fisik atau psikiatrik atau apakah penderita tampak cemas depresif dan apakah
riwayat penderita dapat dipercaya sepenuhnya.
Setiap kali ada keluhan nyeri kepala maka pemeriksaan neurologi secara lengkap
harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut secara garis besar meliputi status
mental, gaya berjalan, nervi, kraniales, sistem motorik dan sistem sensorik.
Kepala dan leher harus diperiksa secara seksama. Inspeksi dan palpasi dilakukan
secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-kelainan yang mungkin ada. vertebra
servikal perlu diperiksa apakah ada kaku kuduk, gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot
leher dan gangguan lainnya.
Tanda-tanda vital dimulai dengan perubahan tekanan darah dapat menimbulkan
nyeri kepala. Adanya perubahan denyut nadi hendaknya dicari kemungkinan adanya
kaitan dengan nyeri kepala walaupun tidak langsung. Suhu tubuh diperiksa secara
obyektif bila ada demam. Pemeriksaan umum lainnya perlu dilakukan, misalnya
pemeriksaan jantung dan paru-paru, palpasi abdomen dan pemeriksaan kulit.
20
VIII. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
VIII A. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
1. Foto polos kepala
Pada foto polos dapat dilihat adanya pelebaran sela tursika, lesi pada kalvarium,
kelainan pertumbuhan kongenital, kelainan pada sinus dan prosesus mastoideus.
2. Foto vertebra servikal
Nyeri kepala yang lebih dirasakan di daerah tengkuk disebabkan oleh perubahan
degeneratif di diskus intervertbralis dan permukaan sendi servikal bagian atas.
Arthritis rheumatoid dapat menimbulkan nyeri kepala bagian belakang.
3. CT scan dan MRI
CT Scan dapat memberi gambaran yang sangat jelas tentang proses desak ruang
intrakranial misalnya tumor otak, hematoma intraserebral, infark otak, abses otak,
hidrosefalus, hematoma epidural, dan hematoma subdural. CT Scan juga dapat
memberi gambaran tentang perdarah subaraknoidal. Pada penderita cluster
headache, tension headache, dan nyeri kepala fungsional akan memberi gambaran
normal. Demikian juga halnya pada migren. Namun demikin pada migren yang berat
kadang-kadang memperlihatkan area pembengkakan. Sementara itu CT Scan juga
bermanfaat untuk memeriksa daerah orbita, sinus tulang-tulang wajah, vertebra
serviks, dan jaringan lunak di leher. MRI dapat digunakan untuk memeriksa lesi
posterior dan foramen magnum.
4. Angiografi serebral
Pemeriksaan ini bersifat invasive, dan jarang sekali dipergunakan dalam upaya
menegakkan penyebab nyeri kepala tertentu. Sebagai contoh oklusi pembuluh darah
serebral dapat menimbulkan nyeri kepala dan demikian juga halnya kasus aneurisma
dan malformasi arterio-venosa.
VIII. B. PEMERIKSAAN CSS
Apabila dicurigai adanya infeksi intrakranial, perdarahan intrakranial atau
keganasan meningeal sementara pemeriksaan dengan CT Scan tidak menunjukkan
adanya kelainan, maka seyogyanya dilakukan fungsi lumbal untuk kemudian dilakukan
21
analisis CSS.
VIII. C. ELEKTRO-ENSEFALOGRAFI
Kadang-kadang EEG bermanfaat pada kasus-kasus dengan gejala fokal
sementara hasil CT Scan normal. Perlu pula diingat bahwa nyeri kepala merupakan salah
satu gejala epilepsi. Untuk itu perlu anamnesis yang lebih cerma sebelumnya
mempertimbangkan pemeriksaan EEG.
VIII. D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Dalam kedaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan darah. hal ini didasarkan
atas anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap.
VIII. E. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN KONSULTASI
Pemeriksaan mata meliputi perimetri dan tekanan intraokular kadang-kadang
perlu dikerjakan; apabila dipandang perlu maka penderita dapat dikirim kepada dokter
spesialis mata.
Konsultasi kepada dokter gigi dapat dilakukan setelah dicurigai adanya faktor
gigi sebagai penyebab. Sementara itu konsultasi kepada dokter spesialis THT dapat
dilakukan setelah diketahui atau dicurigai adanya kemungkinan kelainan di bidang
penyakit THT.
Kasus tertentu memerlukan konsultasi dan atau penanganan psikiatri perlu hati-
hati dan penjelasan yang cukup agar penderita dan atau keluarganya tidak kaget atau
malu.
IX. PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
1. Analgetikum, misalnya :
22
a. Asam salisilat 500 mg tablet, dosis 150 mg/hari.
b. Metampiron 500 mg tablet, dosis 1500 mg/hari
c. Asam mefenamat 250 – 500 mg tablet, dosis 750 – 1500 mg/hari.
2. Penenang / ansiolitik, misalnya :
a. Klordiasepoksid 5 mg tablet, dosis 15-30 mg/hari.
b. Klobazepam 10 mg tablet, dosis 20 – 30 mg/hari
c. Lorazepam 1-2 mg tablet, dosis 3 – 6 mg/hari.
3. Antidepresan, misalnya :
a. Maprotiline 25, 50, 70 mg tablet, dosis 25 – 75 mg/hari.
b. Amineptine 100 mg tablet, dosis 200 mg/hari.
4. Anestesia / analgetik lokal misalnya injeksi prokain.
REHABILITASI
1. Latihan pengendaraan otot-otot misalnya latihan relaksasi, psikoterapi, yoga,
meditasi, dll.
23
STATUS NEUROLOGI
1. Nama : Tn. E
2. Jenis Kelamin : Pria
3. Usia : 44 tahun
4. Pekerjaan : -
5. Agama : Kristen Protestan
6. Tgl. Masuk : 11 April 2011
Anamnesis
Autoanamnesis Tgl : 11 April 2011
Keluhan utama : Sakit Kepala
Keluhan Tambahan : Leher tegang, berkeringat, lemas, cepat lelah
Riwayat Perjalanan Penyakit
3 minggu SMRS, pasien mengeluh sakit kepala, rasanya seperti ditarik-tarik, keluhan ini
dirasakan hilang timbul. Pasien belum minum obat untuk mengurangi keluhan ini, selain itu
paseien juga merasa lehernya tegang, lemas dan suka berkeringat jika mendengar bunyi
keras.
24
1 minggu SMRS, pasien datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama dan diberikan B
komples, namun keluhan tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Tahun 2008 : awal mula pasien merasakan sakit kepala, dalam setahun bisa 4-
5x timbul.
Tahun 1998 : Riwayat hipertensi tidak terkontrol, kepala bergerak-gerak sendiri
dan frekwensinya makin meningkat, riwayat merokok
(+) 10 tahun, 1bungkus/hr.
Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36° C
b. Status Regional
Kepala : normocephali
Wajah : simetris
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : bentuk biasa, lapang +/+, sekret -/-
25
Mulut : mukosa bibir lembab
Telinga : liang lapang +/+, serumen -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar
Toraks : pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
Paru-paru : bunyi nafas dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : tampak datar, BU (+) 3x/mnt
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia externa : tidak dilakukan
Extremitas : akral hangat, edema-/-
c. Status Neurologi
1. Rangsang meningeal
Kaku kuduk : tidak ada
Brudzinski I : tidak ada
Brudzinski II : -/-
Kerniq : -/-
Laseque :>70º/>70º
2. Syaraf Kranial
N.I : cavum nasi: lapang/lapang
tes penghidu: sulit dinilai
N.II : visus kasar, lihat warna, dan lapang pandang
sulit di funduscopy tidak dilakukan
N.III, IV, VI :
Sikap bola mata : simetris
26
Ptosis : -/-
Strabismus : -/-
Enoptalmus : -/-
Eksoptalmus : -/-
Diplopia : tidak ada
Deviasi konjugee : tidak ada
Pergerakan bola mata : ke segala arah
Refleks akomodasi : +
Pupil : Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata
Refleks cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+
Refleks akomodasi +/+
N.V
Motorik : buka tutup mulut : baik
gerakan rahang : baik
menggigit : baik
Sensorik : rasa nyeri : baik
rasa raba : baik
rasa suhu : baik
Refleks : refleks kornea :+/+
refleks maseter : +
N.VII
Sikap wajah : simetris
27
Mimik : biasa
Angkat alis : baik
Kerut dahi : baik
Kembung pipi : baik
Lagoftalmus : -
Menyeringai : SNL simetris
Chovstek : -
N. VIII
Nistagmus : -
Vertigo : -
Suara berbisik : baik
Gesekan jari : baik
Tes rinne : baik
Tes weber : baik
Tes swabach : baik
N. IX, X
Arkus faring : simetris
Palatum molle : intak
Uvula : di tengah
28
Disartria : -
Disfagia : -
Disfonia : -
Refleks okulokardiak : +/+
Refleks sinus caroticus : +/+
Refleks faring : +
N. XI
Angkat bahu : baik
Menoleh : baik
N. XII
Sikap lidah : simetris
Atrofi : -
Fasikulasi : -
Tremor : -
Julur lidah : baik
Tenaga otot lidah : baik
3. Motorik
29
Derajat kekuatan otot :--------------------
Tonus Otot
Kanan Kiri
Lengan
Fleksor
:
normotoni normotoni
Ekstensor : normotoni normotoni
Tungkai
Fleksor
:
normotoni normotoni
Ekstensor : normotoni normotoni
Trofi otot : eutrofi
Gerakan spontan abnormal : tic
4. Refleks :
Fisiologis : Biceps ++/++
Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++
Patologis : Babinski -/-
Chaddock -/-
Gordon -/-
30
Oppenheim -/-
Schaefer -/-
Rossolimo -/-
Mendel bechterew -/-
Hoffman trommer -/-
klonus lutut -/-
Klonus kaki -/-
5. Koordinasi :
Statis : baik
Dinamis : baik
6. Sensibilitas :
Eksteroseptif :
Raba : Baik, simetris kanan dan kiri
Nyeri : Baik, simetris kanan dan kiri
Suhu : Baik, simetris kanan dan kiri
Propioseptif :
Getar dan arah : baik
Gerak dan sikap : baik
7. Vegetatif :
Miksi : baik
Defekasi : baik
8. Fungsi Luhur :
31
Memori : baik
Bahasa : baik
Kognitif : baik
Emosi : baik
Visuospasial : baik
Resume :
Seorang pasien pria berusia 44 tahun datang ke RS UKI dengan keluhan sakit kepala. Hal ini
sudah ia rasakan 3 minggu. Pasien mengeluh sakit kepalanya seperti ditarik-tarik, dan
dirasakan hilang timbul. Pasien belum minum obat untuk mengurangi keluhan ini, selain itu
paseien juga merasa lehernya tegang, lemas dan suka berkeringat jika mendengar bunyi
keras.
1 minggu SMRS, pasien berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama dan diberikan B
komples, namun keluhan tidak berkurang.
Pada tahun 2008 pasien mulai merasakan sakit kepala dan dalam setahun bisa 4 hingga 5x
timbul. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol sejak tahun 1998.
Selain itu ia juga merasa kepalanya sering bergerak-gerak sendiri dan frekwensinya makin
meningkat. Riwayat merokok (+) 10 tahun, 1bungkus/hr.
Status Generalis:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36° C
Status Regional : Dalam batas normal
32
Status Neurologis : Dalam batas normal
Gerakan spontan abnormal : TIC
Diagnosa
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan Penunjang :
Terapi
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : -
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar2 x 500 mg
Cap. Campur3 x 1:
Clobazam7,5 mg
Atifan0,25 mg
Serenase0,25 mg33
Cefalgin3 x 1 tab
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationum : Dubia ad malam
Ad fungsionum : Dubia ad bonam
Follow UpTanggal 12 April 2011(PH : 1)
S: Sakit Kepala
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36,5ºC
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
34
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion 5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Follow UpTanggal 13 April 2011(PH : 2)
S: Kepala belakang & tengkuk terasa tegang
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmhg
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 36ºC
RR : 21x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
35
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
Koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion 5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Follow UpTanggal 14 April 2011(PH : 3)
S: Sakit Kepala
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,4ºC
36
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion 5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
37
Follow UpTanggal 15 April 2011(PH : 4)
S: Sakit kepala berkurang, daun telinga masih sakit
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
38
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : IRL + 1amp Neurobion
5000/24jam
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Follow UpTanggal 16 April 2011(PH : 5)
S: Tengkuk leher terasa tegang
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
39
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : AFF Infus
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Follow UpTanggal 17 April 2011(PH : 6)
S: Kepala & leher masih sakit, tapi sudah berkurang
O:
40
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,2ºC
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : -
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
41
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1 tab
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Follow UpTanggal 18 April 2011(PH : 7)
S: Sakit Kepala berkurang
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36ºC
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
42
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : -
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1 tab
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
Ativan0,25 mg
Cefalgin3 x 1 tab
Follow UpTanggal 19 April 2011(PH : 8)
S: Sakit kepala berkurang
O:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 36ºC
43
RR : 18x/menit
Pemeriksaan Neurologis
Rangsang meningeal : tidak ada kelainan
Nervus craniales : tidak ada kelainan
Motorik:
Gerakan spontan abnormal : tic
Refleks : tidak ada kelainan
koordinasi
statis & dinamis : baik
Sensibilitas
Eksteroseptif : baik
Propioseptif : baik
Fungsi Luhur : baik
DIAGNOSA
Klinis : cephalgia
Topis : pembuluh darah ekstrakranial
Etiologis : idiopatik
TERAPI
Diet : biasa DM 1600 kal
IVFD : -
mm/ : Methycobalt2 x 500 mg
Cholinaar 2 x 500 mg
Capsul Campur 3 x 1 tab
Clobazam7,5mg
Serenase0,25 mg
44
Ativan0,25 mg
Cefalgin3 x 1 tab
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Http: // www. Doctorsexercise. Com/journal/headache. HTM.
2. Http:// www. Neurology channel. Com/headache
3. Http:// www. Neurology channel. Com/migraine
4. Chusid, J.G. Neuroanatomi Korelatif & Neurologi Fungsi Bagian II, Gajah Mada
University.
5. Lidsay KW.Headache-general principles. Dalam Neurology and Neurosurgery Illustrated.
3 th ed; 1997; 64-70.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Nyeri Kepala Dalam Buku Ajar
Neurologi Klinis, Ed ke 1, Gadjah Mada University Press. Harsono (Ed), 1996; 271-99.
7. Gilroy J. Headache. Dalam Medical Neurology. 3 th ed.New Neurosurgery Publishing
Co, Inc. 1979; 321-22.
8. Boies RL. Nyeri wajah, Nyeri Kepala, dan Otalgia. Dalam Boies Buku Ajar Penyakit
THT. Ed ke 6, EGC, 1989; 153-56.
9. Walsh J.T headache. Dalam walsh JT Neuroopyhalmology : Clinical signs and Symptom
S.2nd ed. Philadelphia : Lea and Febriger, 1985 ; 386 - 410
46