BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

34
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA 1. Definisi Nyeri Kepala (Cephalgia) Nyeri kepala (Cephalgia) adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher ( Mansjoer, 2002). Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan didaerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala (Goadsby, 2002). Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan cephalgia merupakan pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan, yang terjadi akibat nyeri didaerah kepala akibat adanya gangguan neurologis. 2. Klasifikasi Cephalgia Klasifikasi the International Headache Society (IHS) pada tahun 1998 membagi nyeri kepala menjadi dua kategori utama yaitu nyeri kepala sekunder dan nyeri kepala sekunder (Price, 2006). a. Nyeri kepala sekunder Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organik lain, seperti infeksi, trombosis, penyakit metabolisme, tumor atau penyakit sistemik

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

43

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP CEPHALGIA

1. Definisi Nyeri Kepala (Cephalgia)

Nyeri kepala (Cephalgia) adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala,

setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang

bawah dan leher ( Mansjoer, 2002).

Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan didaerah kepala

atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah

kepala (Goadsby, 2002).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan cephalgia

merupakan pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan, yang terjadi

akibat nyeri didaerah kepala akibat adanya gangguan neurologis.

2. Klasifikasi Cephalgia

Klasifikasi the International Headache Society (IHS) pada tahun 1998

membagi nyeri kepala menjadi dua kategori utama yaitu nyeri kepala

sekunder dan nyeri kepala sekunder (Price, 2006).

a. Nyeri kepala sekunder

Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organik lain, seperti

infeksi, trombosis, penyakit metabolisme, tumor atau penyakit sistemik

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

13

lain. Menurut Mansjoer (2009), nyeri sekunder diantaranya nyeri

kepala pasca trauma, nyeri kepala organik sebagai bagian penyakit lesi

desak ruang (tumor otak, abses, hematoma subdural, dll), perdarahan

subaraknoid, neuralgia trigeminus/ pasca herpetik, penyakit sistemik

(anemia, polisetemia, hipertensi/ hipotensi, dll), sesudah pungsi

lumbal, infeksi intrakranial/ sistemik, penyakit hidung dan sinus

paranasal, akibat bahan toksik dan penyakit mata.

b. Nyeri kepala primer

Nyeri kepala primer mencakup migren, nyeri kepala karena

ketegangan dan nyeri kepala kluster.

B. NYERI KEPALA (CEPHALGIA) PRIMER

Cephalgia primer merupakan nyeri kepala yang dirasakan pada daerah kepala

yang penyebabnya bukan karena ada fakor penyakit atau akibat dari cephalgia

sekunder.

Berikut merupakan kategori nyeri kepala (cephalgia) primer :

1. Nyeri Kepala Migren

Migren adalah nyeri kepala yang berulang yang idiopatik, dengan

serangan nyeri yang berlangsung 4 – 72 jam, biasanya sesisi, sifatnya

berdenyut, intensitas nyeri sedang – berat, diperhebat oleh aktivitas fisik

rutin, dapat disertai nausea, fotofobia dan fonofobia dan lokasi nyeri lebih

sering pada bifrontal (Mansjoer, 2002).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

14

a. Faktor pencetus

Menurut Cady, 1999 dalam Price (2006), faktor pemicu yang memulai

serangan pada migren adalah diantaranya : anggur merah, coklat, bau

yang tajam, cahaya berkedip – kedip, alkohol, kefein, nikotin dan

makanan yang banyak mengandung gula murni, stress emosi dan daur

tidur yang tidak teratur.

b. Jenis Migren

Menurut Price (2006) migren diklasifikasikan menjadi beberapa

diantaranya:

1) Migren tanpa aura (dahulu disebut migren biasa)

Merupakan tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan pada

sekitar 80% dari semua pengidap migren (Headache Classification

Committee of the IHS, 1988). IHS mendefinsiikan migren sebagai

paling sedikit 5x serangan nyeri kepala seumur hidup yang

memenuhi kriteria berikut (Headache Classification Committee,

1988):

a) Durasi 4 sampai 72 jam apabila tidak diobati

b) Nyeri kepala dengan paling sedikit 2 dari 4 gambaran berikut :

lokasi unilateral, kualitas berdenyut (pulsating), intensitas nyeri

sedang sampai berat atau nyeri yang diperparah oleh aktivitas

fisik rutin.

c) Selama nyeri kepala, paling sedikit satu dari dua hal berikut:

mual dan mutah atau keduanya, fotofobia dan fonofobia.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

15

Dampak dan hendaya migren dapat disebabkan oleh gejala yang

menyebabkan hendaya menjadi sumber distres itu sendiri selain

nyeri dari serangan migren. Stang & Osterhaus, 1995 dan Cady,

1999, menunjukkan bahwa selama serangan migren banyak fungsi

fisiologik terganggu: diantaranya, gangguan pemprosesan sensorik

menyebabkan disfungsi penglihatan dan pendengaran (fotofobia

dan fonofobia), gangguan motilitas GI dapat menyebabkan mual

dan muntah serta kesulitan mengkonsummsi obat antimigren oral,

gangguan autonom dapat menimbulkan berbagai gejala seperti

diare dan gangguan serebrum dapat menyebabkan perubahan

kognitif dan suasana hati.

2) Migren dengan aura

Pasien yang mengalami migren dengan didahului oleh aura lebih

besar kemungkinannya mengalami rangkaian perubahan

neurologik 24 – 48 jam sebelum awitan nyeri kepala (Silberstein,

2000 dalam Price 2006). Aura dapat bersifat somatosensorik

seperti rasa baal disatu tangan atau satu isi wajah (Cady, 1999

dalam Price 2006).

Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan

bahwa harus terdapat paling tidak 3 atau 4 karakteristik berikut:

a) Satu atau lebih gejala aura reversibel yang mengisyaratkan

disfungsi korteks serebrum atau batang otak atau keduanya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

16

b) Paling tidak satu gejala aura timbul secara bertahap selama

lebih dari 4 menit

c) Tidak ada gejala aura yang menetap lebih dari 60 menit (durasi

secara proporsional meningkat apabila terdapat lebih dari satu

gejala aura)

d) Nyeri kepala (dijelaskan di bawah migren tanpa aura)

mengikuti aura dengan interval bebas kurang dari 60 menit dan

dapat muncul sebelum atau bersama aura. Nyeri kepala

biasanya berlangsung 4 – 72 jam tetapi mungkin tidak ada

(aura tanpa nyeri kepala).

3) Varian migren

Varian migren diantaranya migren retina, migren oftalmoplegik,

migren hemiplegik familial dan counfusional migrraene pada anak.

2. Nyeri Kepala Cluster

Nyeri kepala cluster merupakan suatu sindroma nyeri kepala

neurovaskuler yang khas dan dapat disembuhkan, walaupun insidennya

jauh lebih jarang daripada migren dan lebih sering terjadi pada laki – laki

daripada perempuan. Tipe episodik adalah tipe tersering dan ditandai

dengan 1 sampai 3 serangan singkat nyeri periorbita per hari selama

periode 4 sampai 8 minggu (cluster) diikuti oleh interval bebas nyeri yang

lamanya rata – rata 1 tahun. Nyeri memiliki karakteristik konstan, parah,

tidak berdenyut dan unilateral serta sering terbatas pada mata atau sisi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

17

wajah. Awitan biasanya 2 sampai 3 jam setelah tidur dan berkaitan dengan

tidur rapid eye movement (REM).

Nyeri kepala cluster berlangsung dari beberapa menit sampai jam dan

berkaitan dengan injeksi konjungtiva, lakrimasi, hidung tersumbat dan

kadang – kadang kemerahan (flushing) pipi disisi yang terkena. Faktor

pemicu adalah minum alkohol, stress, perubahan cuaca dan serangan hay

fever. Atreria oftalmika dan arteri ekstrakranium serta kapiler wajah dan

kulit kepala biasanya berdilatasi dan arteria karotis interna menyempit.

Serangan nyeri menjadi nyeri hebat, pengidap nyeri kepala cluster berjalan

bolak – balik dengan gelisah dan tidak mampu berbaring atau duduk diam

bahkan berkeinginan utuk bunuh diri. Patogenesis nyeri kepala cluster

tidak diketahui. Tidak ada perubahan aliran darah serebrum yang konsisten

yang dibuktikan menyertai serangan nyeri (Price, 2006).

3. Nyeri Kepala Kontraksi Otot (Tension Headache)

Nyeri kepala kontraksi otot atau karena ketegangan menimbulkan nyeri

akibat kontraksi menetap otot – otot kulit kepala, dahi, dan leher yang

disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa

kencang seperti pita disekitar kepala dan nyeri tekan didaerah oksipito

servikalis. Nyeri kepala tipe ini sangat sering terjadi. Bentuk akut

berkaitan dengan keadaan – keadaan stress temporer, rasa cemas atau

kelelahan yang umumnya berlangsung 1 atau 2 hari. Nyeri kepala karena

tegang kronik lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki – laki dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

18

biasanya bersifat bilateral, terus menerus (terjadi baik siang maupun

malam dan berlangsung beberapa bulan sampai tahun), tumpul tidak

berdenyut dan sering disertai oleh rasa cemas, depresi dan perasaan

tertekan.

C. KONSEP NYERI

Menurut Mc Caffery, 1979 nyeri adalah pengalaman apapun yang dikatakan

oleh klien dan timbul pada saat hal tersebut diungkapkan. Nyeri merupakan

suatu hal yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif yang dapat

mengganggu aktivitas. Walaupun merupakan pengalaman subyektif dengan

komponen sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, nyeri

memperlihatkan beberapa bukti obyektif. Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan mengamati ekspresi wajah pasien, mendengarkan tangisan atau

erangan dan mengamati tanda – tanda vital seperti tekanan darah, kecepatan

denyut jantung (Price, 2006).

Menurut Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan

suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa

menimbulkan ketegangan. Sedangkan menurut Arthur C. Curton (1983), nyeri

merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan

sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsangan nyeri.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

19

Dari beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa nyeri merupakan

perasaan ketidaknyamanan bersifat subyektif yang diikuti dengan reaksi fisik,

fisiologis dan emosional.

1. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dirasakan oleh individu dapat berupa :

a. Nyeri akut

Nyeri bersifat temporer kejadianya tiba – tiba dan tempat timbul nyeri

mudah dicari. Rasa sakit disebabkan menejemen nyeri yang kurang

atau karena ketidakadekuatan terapi atau stimulasi nociceptor nyeri

(Kalliomakki, et al., 2009). Perilaku verbal dan non verbal

menunjukkan klien mengalami nyeri akut antara lain kebutuhan

istirahat berkurang terutama kebutuhan tidur karena adanya nyeri,

ketidakmampuan melakukan konsentrasi pada sesuatu hal, denyut nadi

cepat dan tekanan darah naik serta ketidakmauan melakukan aktifitas

secara dini. Nyeri kepala akut memiliki durasi kurang dari 6 bulan dan

ditandai adanya peningkatan ketegangan otot (Aziz, 2009).

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6

bulan (Aziz, 2009).

2. Fisiologi nyeri

Nyeri bersifat kompleks, perpaduan antara reaksi fisik, emosional dan

tingkah laku seseorang yang mengalaminya. Tiga komponen yang terkait

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

20

fisiologi nyeri yaitu resepsi, persepsi dan reaksi (Potter & Perry, 2011),

sebagai berikut:

a. Resepsi

Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas, mekanik, kimia

maupun listrik akan merangsang pelepasan zat yang menimbulkan

nyeri. Terpajan terhadap panas, dingin, tekanan, gesekan dan kimia

akan membuat tubuh melepaskan histamin, bradikinin dan kalium

yang berkombinasi dengan tempat reseptor pada nociceptor (reseptor

yang berespon terhadap stimulus yang membahayakan). Untuk

memulai transmisi syaraf yang berkaitan dengan nyeri.

Beberapa reseptor tubuh hanya akan memberi respon kepada satu

rangsangan nyeri (Potter & Perry, 2011). Impuls saraf timbul dari

stimulus nyeri yang berjalan disepanjang serabut saraf aferen. Terdapat

2 jenis serabut saraf perifer yang menghantarkan stimulus nyeri yang

bekerja cepat yaitu serabut A-δ bermyelin dan yang bekerja lambat

sangat kecil yaitu serabut C tak bermyelin. Serabut A mengirimkan

sensasi tajam dan terlokalisir yang menentukan sumber nyeri dan

untuk mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menghubungkan impuls

yang kurang terlokalisir bersifat visceral dan peristen.

b. Persepi

Persepsi merupakan pengalaman tentang perasaan, interpretasi dan

pemahaman terhadap dunia yang bersifat personal dan internal (Wilson

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

21

& Kneisl, 1998 dalam Nurdiansyah, 2014). Setiap orang memiliki cara

pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa atau fenomena.

Interaksi faktor psikologis dan kognitif dengan neuro psikologis

seseorang dalam mepersepsikan nyeri menggambarkan tiga sistem

interaksi terhadap persepsi nyeri yaitu sensori diskriminatif,

motivational – affektif dan cognitif – evaluatif. Persepsi memberi

kesadaran dan makna nyeri sehingga seseorang akan memberikan

reaksi (Potter & Perry, 2011).

Persepsi digunakan individu untuk menyampaikan perasaan tertentu

mengenai suatu objek atau peristiwa yang dialami. Hal ini dipengaruhi

oleh harapan dan pengalaman masa lalu. Faktor – faktor yang

mempengaruhi nyeri yaitu usia, gender, budaya, makna nyeri, atensi

kecemasan, rasa lelah, pengalaman sebelumnya, mekanisme koping

dan dukungan sosial (Potter & Perry, 2011).

c. Reaksi terhadap nyeri

Respon fisiologi dan tingkah laku akan dialami oleh seseorang yang

mengalami nyeri (Craven & Hirnle, 2000 dalam Nurdiansyah, 2014).

Respon fisiologis yang dapat diamati pada nyeri akut adalah

peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, peningkatan

laju pernafasan dan respon neuro endokrin dan metabolik. Peningkatan

tekanan darah terjadi karena over aktivitas saraf simpatis.

Vasokonstriksi perifer merupakan respon adaptif saat darah berpindah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

22

dari perifer menuju jantung dan paru – paru. Peningkatan tekanan

darah akan meningkatkan kerja jantung. Sehingga mengarah

vasokrontriksi arteri koronari. Peningkatan laju pernafasan sebagai

usaha untuk meningkatkan ketersediaan oksigen ke jantung dan

sirkulasi. Sedangkan respon metabolik yang tampak akibat nyeri

adalah katabolisme. Manifestasi yang timbul adalah peningkatan

metabolisme dan konsumsi oksigen yang ditandai oleh peningkatan

kadar gula darah, asam lemak bebas, asam laktat dan benda keton

(Craven & Hirnle, 2000).

Dampak nyeri pada perilaku dapat diamati dari ungkapan verbal

pasien, respon vokal, gerakan muka dan tubuh dan interaksi sosial.

Ungkapan verbal dari pasien adalah paling penting meskipun bagi

sebagian pasien lain sulit untuk mengungkapkannya. Merintih,

mengerang dan menangis adalah contoh respon vokal ungkapan nyeri,

sedangkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh juga mencerminkan

adanya nyeri (Potter & Perry, 2011).

Nyeri yang tidak diatasi akan menurunkan energi yang akhirnya

mempengaruhi aspek kehidupan. Pasien yang merasakan nyeri sering

kali kesulitan melakukan aktivitas sehari –hari. Nyeri yang menetap

juga akan mengganggu konsentrasi pasien, dilain pihak aktivitas fisik

dapat meningkatkan nyeri selain itu kebutuhan tidur juga akan

terganggu akibat nyeri (Craven & Hirnle, 2000).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

23

3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor yang mempengaruhi nyeri seseorang melibatkan faktor yang

kompleks. Individu satu dengan individu yang lain berbeda – beda dalam

merasakan nyeri. Faktor – faktor tersebut diantaranya:

a. Usia

Menurut Potter & Perry (2011), usia adalah variabel penting yang

mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat

mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap

nyeri. Anak – anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan

kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak –

anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai

kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri

kepada orang tua atau perawat.

b. Jenis kelamin

Beberapa pendapat mengungkapkan bahwa laki – laki dan wanita tidak

mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka

terhadap nyeri. Akan tetapi dipengaruhi oleh budaya dipengaruhi oleh

budaya, misalnya laki – laki harus berani dan tidak boleh menangis

dalam situasi yang sama (Potter, 2006).

c. Budaya

Keyakinan yang dianut klien dalam mengatasi nyeri ikut

mempengaruhi faktor nyeri (Potter, 2006). Ungkapan nyeri merupakan

alamiah dan harus dirasakan klien, namun demikian ada klien yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

24

cenderung melatih perilaku menjadi tertutup ketika merasakan nyeri

(Potter, 2006). Cara individu mengekspresikan nyeri merupakan

budaya (Black, 20014). Keyakinan dan nilai – nilai budaya

mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari

apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.

Hal ini meliputi bagaimana reaksi mereka terhadap nyeri.

Nyeri memiliki makna yang tersendiri pada individu dipengaruhi oleh

latar belakang budayanya. Nyeri biasanya menghasilkan respon efektif

yang diekspresikan berdasarkan latar belakang budaya yang berbeda.

Ekspresi nyeri dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan

emosi. Pasien tenang umumnya akan diam berkenaan dengan nyeri,

mereka memiliki sikap dapat menahan nyeri. Sedangkan pasien yang

emosional akan berekspresi secara verbal dan akan menunjukkan

tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis.

Mengenali nilai – nilai budaya seseorang dan memahami mengapa

nilai – nilai ini berbeda dari nilai – nilai budaya lainnya membantu

untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan

dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan

budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri

pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon –

respon prilaku terhadap nyeri, juga efektif dalam menghilangkan nyeri

pasien (Smeltzer, 2008).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

25

d. Ansietas.

Meskipun dipercaya bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,

mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Riset tidak

memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan

nyeri. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri

dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang

tidak berhubungan terhadap nyeri dapat mendistraksi pasien secara

aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang

efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan

pengobatan terhadap nyeri dari pada ansietas (Smeltzer, 2008).

e. Pengalaman sebelumnya terhadap nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang

dialaminya, semakin takut individu tersebut terhadap peristiwa

menyakitkan akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit

mentoleransi nyeri, akibatnya individu tersebut mengingatkan nyerinya

segera berkurang sebelum nyeri tersebut menjadi lebih parah. Reaksi

hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan dapat

meningkatkan nyeri dan pengobatan tidak adekuat (Smeltzer, 2009).

Pengalaman nyeri yang telah dirasakan sebelumnya dan mampu

mengatasi nyeri akan mempermudah dalam penerimaan rasa sakit,

begitu juga sebaliknya. Jika klien pernah mengalami nyeri dan tidak

mampu mengatasi nyeri, maka akan mempunyai persepsi atau sensasi

terhadap nyeri sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (Black,

2014).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

26

f. Harapan dan Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan

atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan tersebut

benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah

merupakan positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat

meningkatkan keefektifan medikasi dan intervensi lainnya. Seringkali

semakin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan

intervensi, akan semakin efektif intervensi tersebut. Individu yang

diinformasikan bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan

nyeri hampir dapat dipastikan akan mengalami penurunan nyeri

dibandingkan dengan pasien yang tidak diinformasikan bahwa

tindakan ini tidak akan berdampak terhadap nyeri. Hubungan antara

perawat dan pasien juga menjadi peran yang sangat penting dalam

meningkatkan efek plasebo (Black, 2014).

g. Keluarga dan support sistem

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran

orang terdekat. Keluarga maupun orang terdekat merupakan hal yang

paling dibutuhkan kehadirannya oleh pasien dengan masalah nyeri.

ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat akan membuat nyeri

semakin bertambah. Kehadiran orang tua merupakan hal khusus yang

paling penting untuk anak - anak (Potter & Perry, 2011).

h. Pola koping

Sakit adalah hal yang sangat tidak tertahankan, secara terus menerus

klien akan kehilangan control dan tidak mampu mengontrol

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

27

lingkungan termasuk nyeri. sumber – sumber koping seperti

berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan kepercayaan pada agama

juga dapat memberikan kenyamanan untuk berdoa, memberikan

banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang

(Potter & Perry, 2011).

4. Pengkajian Nyeri

Menurut Johnson (1998) dalam Bruce (2009), menyatakan perbedaan

dalam pengukuran nyeri dan pengkajian nyeri. Pengukuran nyeri

dideskripsikan sebagai nilai dari nyeri yang menyatakan kuantitas dan

derajat nyeri. Sedangkan pengkajian nyeri meliputi penilaian klinis

berdasarkan observasi dari sifat, signifikan dan keadaan dari pengalaman

nyeri.

Terdapat 3 langkah dalam mengkaji nyeri, yaitu merekam riwayat nyeri,

mengkaji nyeri dengan menggunakan alat pengkajian yang tepat dan

mengkaji ulang nyeri setelah dilakukan intervensi.

a. Mencatat Riwayat Nyeri

Mencatat riwayat pengalaman nyeri dan komplain nyeri terbaru.

Riwayat yang harus dicatat yaitu deskripsi nyeri yang terdiri dari tipe,

waktu, durasi, frekuensi, lokasi, nilai dan kualitas nyeri, gejala yang

berhubungan, variasi temporal atau musiman, dampak dalam

kehidupan sehari – hari dan pengukuran penurunan rasa nyeri.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

28

b. Alat pengkajian Nyeri

Alat ukur yang digunakan untuk mengkaji nyeri ada beberapa macam

seperti, VDS (Verbal Descriptor Scale), NRS (Numerik Rating Scale)

dan VAS (Visual Analog Scale) dan Face Pain Scale ( Black, 2014).

1) VDS (Verbal Descriptor Scale) terdiri dari suatu garis dengan

panjang 10 cm dengan 3 – 5 kata yang memiliki jarak yang sama

disepanjang garis sebagai deskriptor. VDS mampu membuat pasien

memilih kategori untuk menggambarkan nyeri yang dirasakannya.

NRS (Numerik Rating Scale) memungkinkan pasien untuk memilih

nyeri dari skala 0 – 10. Skala ini sangat baik untuk mengkaji

intensitas nyeri sebelun dan sesudah intervensi terapautik.

Gambar 2.1

Skala Pengukuran Nyeri Numerik Rating Scale

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :

0 = Tidak ada keluhan nyeri

1 – 3 = ada rasa nyeri, mulai terasa dan masih dapat ditahan, tidak

mengganggu aktivitas sehari – hari

4 – 6 = ada rasa nyeri, terasa mengganggu dengan usaha yang cukup kuat

untuk menahannya, dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.

Tidak

Nyeri

Nyeri

Ringan

Nyeri

Sedang

Nyeri Berat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

29

Pelaksanaan aktivitas sehari – hari menjadi lebih lambat dari

biasanya.

7 – 10 = ada nyeri, terasa sangat mengganggu / tidak tertahankan sehingga

harus meringis, menjerit bahkan berteriak. sehingga tidak dapat

melakukan aktivitas sehari – hari.

Sumber: (Black& Hawks, 2014)

2) Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

FPRS (Face Pain Rating Scale) modifikasi yang digunakan untuk

anak (atau orang dewasa dengan gangguan kognitif) menggantikan

angka dengan kontinum wajah tersenyum sampai menangis. Wajah

0 tersenyum karena tidak merasakan nyeri. Wajah 1 sampai 5

memperlihatkan peningkatan intensitas nyeri (sedikit sampai yang

paling parah yang dapat dibayangkan) dengan ekspresi yang

semakin sedih.

Gambar 2.2

Skala Pengukuran Nyeri Face Pain Scale Resived

Sumber: (Black& Hawks, 2014)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

30

c. Pengkajian ulang nyeri

Pengkajian ulang nyeri dilakukan beberapa saat setelah intervensi

dilakukan (Bruce, 2009). Hal ini dilakukan untuk melihat hasil atau

efektifitas dari tindakan yang telah diberikan.

5. Penatalaksanaan Nyeri

Selain terapi farmakologi penanganan pada nyeri juga dapat dilakukan

dengan terapi non farmakologi dengan terapi komplementer. Terapi

komplementer bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah

dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, meditasi, terapi

tawa, akupunktur, akupresur, hidroterapi, refleksiologi dan aromaterapi.

Berikut beberapa cara yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri

dengan terapi non farmakologi diantaranya:

a. Distraksi merupakan teknik yang membantu mengurangi nyeri dengan

durasi yang relatif singkat dengan cara mengalihkan perhatian klien

dari persepsi nyeri yang dirasakan.

b. Relaksasi

Relaksasi merupakan metode yang menekankan relaksasi otot,

fasilitator meminta pasien untuk memfokuskan diri ke kelompok otot

yang berbeda dan secara volunter mengontraksikan dan melemaskan

otot – otot tersebut secara berurutan. Cara lain untuk menginduksi

relaksasi adalah olahraga bernafas dalam, meditasi dan mendengarkan

musik – musik yang menenangkan. Teknik – teknik relaksasi akan

mengurangi rasa cemas, ketegangan otot dan stress emosi sehingga

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

31

memutuskan siklus nyeri – stress – nyeri, saat nyeri dan stress saling

memperkuat.

c. Menggambarkan

Menggunakan teknik imaginasi untuk memodifikasi respon nyeri.

Menyediakan pereda nyeri dengan cara distraksi, relaksasi dan

menciptakan gambaran nyeri.

d. Pijat (Massase)

Pijat atau massase merupakan sebuah metode pengobatan yang aman

dan dapat memberikan rasa nyaman dan kehangatan pada tubuh orang.

Pijat dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi yang

bervariasi terhadap berbagai titik – titik pemicu miofacial diseluruh

tubuh. Pijat akan melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan

sirkulasi lokal. Pijat punggung memiliki efek relakasi yang kuat dan

menghasilkan efek emosional yang positif (Price, 2006).

e. Hipnosis

Hipnosis adalah suatu metode kognitif yang bergantung pada

bagaimana memfokuskan perhatian pasien menjauhi nyeri.

Kemampuan intervensi pengalihan untuk meredakan nyeri didasarkan

pada teori bahwa apabila terdapat dua rangsangan yang terpisah, fokus

pada salah satu akan menghilangkan pada fokus yang lain, namun

semakin besar rasa nyeri semakin kompleks rangsangan pengalih yang

harus diberikan (Price, 2006).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

32

f. Aromaterapi

Rangsangan kecil dari berbagai wewangian yang dikeluarkan oleh

minyak tumbuhan masuk ke bagian pernafasan, bergabung dengan

jutaan sel reseptor di dalam sistem pernafasan dan membawa

rangsangan terhadap saraf yang langsung ditangkap oleh otak (Rosana,

2012).

D. AROMATERAPI LAVENDER

1. Definisi

Menurut Buckle (1999) aromaterapi telah digunakan sebagai bagian dari

terpadu, pendekatan multidisiplin untuk manajemen nyeri. Terapi ini

dianggap mampu meningkatkan respon parasimpatis melalui efek sentuhan

dan bau, mendorong relaksasi pada tingkat yang mendalam. Relaksasi

telah ditunjukkan untuk mengubah persepsi nyeri.

Aromaterapi ialah istilah generik bagi salah satu jenis pengobatan

alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap,

dikenal sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik lainnya dari

tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau

kesehatan seseorang yang sering digabungkan dengan praktek pengobatan

alternatif dan kepercayaan kebatinan (Rahma, 2011).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

33

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aromaterapi merupakan

terapi komplementer yang mengutamakan senyawa dari tumbuh –

tumbuhan sebagai pengobatan alternatif.

2. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia

berlangsung melalui dua system fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem

penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat,

dan emosi seseorang. Aromaterapi lavender merupakan jenis aroma terapi

yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas (Rahma, 2011).

Minyak atsiri adalah unsur utama yang digunakan dalam pengobatan

aromaterapi. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat

dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat dan

langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini

menstimulasi syaraf – syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks

serebral ( Bukle, 1999). Hasil penelitian Buchbauer (1993), bahwa wangi

minyak atsiri bunga lavender dapat menurunkan aktivitas lokomotor pada

manusia.

Dr. Huck, Direktur Pusat Penelitian Baud an Rasa di Chicago mengatakan

bahwa bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia. Hidung manusia

mampu membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda dan dapat

mempengaruhi otak tanpa disadari. Jika dihirup minyak atsiri

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

34

mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati),

emosi, ingatan dan pembelajaran. Menghirup aroma minyak maka

gelombang alfa di dalam otak meningkat. Gelombang tersebut membantu

kita untuk merasa tenang dan rileks (Suranto, 2011).

3. Cara aplikasi aromaterapi, antara lain:

a. Dihirup

Penggunaan aromaterapi dengan cara menghirup dianggap sebagai

cara yang disebut dengan teknik inhalasi. Beberapa tetes minyak

diteteskan ke dalam baskom yang berisi air panas, kemudian wajah

dihadapkan ke atas baskom dengan menutup kepala dan muka

menggunakan handuk, dengan cara ini uap yang naik dapat terhirup

seluruhnya (Vitahealth, 2006).

b. Penguapan

Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara

penguapan ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakan lilin

kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti

cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakan sedikit air dan

beberapa tetes minyak esensial. Cara penggunaanya adalah mengisi

cekungan cangkir pada tungku dengan air dan tambahkan beberapa

tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin, lampu minyak atau

listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas, penguapan pun terjadi

dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau aromatk. Proses

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

35

penguapan dapat berlangsung sekitar lima sampai enam jam (Sharma,

2009).

c. Pijatan

Pijatan merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering

dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial

dicampurkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan

efek simultan antara terapi sentuhan dan terapi wangi – wangian.

Pijatan dapat memperbaiki peredaran darah, mengembalikan

kekenyalan otot, membuang racun dan melepaskan energy yang

terperangkap di dalam otot, wangi – wangian memicu rasa senang dan

sehat (Sharma, 2006).

d. Semprotan untuk ruangan

Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang dapat

merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ruangan.

Penggunaannya adalah dengan menambahkan sekitar 10 – 12 tetes

minyak esensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan

campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol

penyemprot (Hapsari, 2011).

e. Mandi dengan berendam

Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah untuk

menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma ke

dalam air berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit. Minyak

esensial akan berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

36

kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat, karena

beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air (Sharma, 2009).

4. Senyawa kimia minyak esensial sebagai aromaterapi

Menurut Suranto (2011), kandungan dari minyak esensial sangat

menentukan khasiat minyak tersebut. Secara umum, minyak esensial

mengandung senyawa kimia yang tersusun dari unsur hydrogen, karbon,

dan oksigen. Kandungan minyak esensial terdiri berbagai jenis senyawa,

antara lain:

a. Golongan monoterpen

Senyawa ini bersifat antivirus dan antiseptic serta bakterisida

(membunuh bakteri). Monoterpen bersifat iritatif (mudah mengiritasi

kulit yang sensitive). Contoh minyak esensial yang mengandung

monoterpen adalah minyak lemon, pinus dan frankincense.

b. Golongan ester

Golongan ini bersifat fungisida (membunuh jamur), sedative

(menenangkan) dan sangat aromatic. Minyak esensial yang termasuk

golongan ester diantaranya bergamot, clary sage, dan lavender.

c. Golongan aldehida

Golongan ini bersifat sedative (menenangkan) dan antiseptic. Contoh

minyak esensial yang termasuk golongan aldehida misalnya Melissa,

lemon grass (sereh) dan citronella.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

37

d. Golongan keton

Golongan keton bersifat mengurangi pembengkakan selaput lendir dan

membantu mengalirkan lendir. Contoh minyak esensial yang termasuk

golongan keton adalah fannel (adas), hyssop dan sage.

e. Golongan alcohol, antiseptic dan antivirus

Golongan ini bersifat bakterisida. Contoh minyak esensial yang

termasuk golongan ini adalah geranium, rosewood dan rose

f. Golongan fenol

Golongan fenol bersifat bakterisida, stimulasi kuat dan mudah

mengiritasi kulit. Contoh minyak esensial yang termasuk golongan

fenol antara lain cengkih, oregano dan thyme.

5. Jenis – jenis aromaterapi dan manfaatnya

a. Lemon

Minyak essensialnya diambil dari kulit buah. Mempunyai efek

menjernihkan, meremajakan, membangkitkan rasa senang dan

semangat, juga baik untuk penanganan pertama digigit ular dan

serangga. Aromaterapi lemon dapat mengurangi masalah gangguan

pernafasan, tekanan darah tinggi, pelupa, stress, pikiran negatif dan

rasa takut (Setiyanti, 2008).

b. Lavender

Bunga lavender memiliki nama latin Lavandula angustifolia, berwarna

lembayung muda. Sari minyaknya diambil dari bagian pucuk bunga,

selain mampu mengusir nyamuk ternyata juga memberikan efek

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

38

meningkatkan ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman, rasa

keterbukaan dan keyakinan. Selain itu juga mengurangi rasa tertekan,

stres, rasa sakit saat menstruasi, emosi yang tidak seimbang, histeria,

rasa frustrasi dan kepanikan. Kandungan utama bunga lavender adalah

linalyl asetat dan linalool (C10H18O) sedangkan linalool merupakan

kandungan aktif utama yang berperan pada efek ati cemas (relaksasi)

pada lavender (Yamada, 2005). Lavender tumbuh dan dibudidayakan

di seluruh penjuru dunia (Hutasoit, 2002 dalam Astuti, 2009).

Sedangkan menurut Suranto (2011) Minyak lavender berkhasiat

memberikan ketenangan, rasa nyaman dan mengurangi stress

(sedative), antispasmodic, analgesic, antiseptic serta mengobati

berbagai gangguan kulit.

c. Rosemary

Menurut penelitian Hongratanaworakit (2009), rosemary dapat

menghilangkan depresi, stres, ketegangan mental dan lesu atau

kelelahan. Minyak rosemary dapat meningkatkan aktivitas radikal

bebas dan menurunkan hormon stres (Atsumi & Tonosaki, 2007).

d. Peppermint

Peppermint memiliki aroma segar dan kuat yang berasal dari

rerumputan mint yang ditemukan di Amerika. Minyak murni daun

mint ini dapat meningkatkan konsentrasi, vitalitas, rasa percaya diri,

pikiran positif, sensualitas, keyakinan arah dan tujuan hidup. Juga

mengurangi rasa lelah, rasa putus asa, histeria, sakit kepala dan rasa

takut (Setiyanti, 2008).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

39

e. Cendana (Sandalwood)

Cendana memiliki aroma yang khas, sari minyaknya diambil dari

bagian kayu. Sandalwood ternyata memiliki efek meningkatkan

keterbukaan, kehangatan, rasa percaya diri, kejujuran, ketenangan

jiwa, perasaan cinta, sensualitas, rasa nyaman, harapan, kepercayaan,

kebijaksanaan, pengertian, stabilitas, keberanian serta daya tahan.

Cendana juga mengurangi stres saat menstruasi, gangguan konsentrasi

dan rasa kesepian (Setiyanti, 2008).

f. Eucalyptus (minyak kayu putih)

Eucalyptus, sarinya diambil dari bagian daun dan ranting. Aroma ini

mempunyai efek keseimbangan dan menstimulus peningkatan proses

penyembuhan, protectiveness, konsentrasi, vitalitas, keseimbangan

emosi, dan juga spontanitas. Selain itu dapat mengurangi panas

badansaat flu, sakit kepala, perilaku yang tidak rasional, kemarahan,

mengusir serangga serta menghilangkan bau yang tidak sedap

(Setiyanti, 2008).

g. Green tea

Aroma Green tea dapat membantu menyeimbangkan fungsi sel tubuh,

membantu mencegah kanker, memperbaiki sistem peredaran darah,

membantu menguraikan asam lemak, menurunkan kadar gula dalam

darah, meningkatkan fungsi lever, membantu mengeluarkan dahak dan

membersihkan paru-paru, memperlambat proses penuaan dan

membangkitkan semangat (Setiyanti, 2008).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

40

E. KONSEP TEORI KEPERAWATAN “COMFORT” KATHERIN

KOLCABA

Teori keperawatan “Comfort” yang dikemukakan oleh Katharine Kolcaba

yang menyatakan bahwa individu yang akan beresiko mengalami perubahan

status kenyamanan sangat bervariasi. Kolcaba (2003), menjelaskan bahwa

comfort (rasa nyaman) didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dialami

individu, yang bersifat individual dan holistic. Selain itu comfort dapat

meningkatkan perasaan sejahtera dan klien merasa lebih nyaman (Kolcaba &

Fox 1999 dalam Tomey & Alligood, 2006).

Teori Comfort (Kolcaba, 2003) memiliki 3 kebutuhan yaitu : 1) Relief yaitu

kondisi yang dapat mengadakan atau meringankan ketidaknyamanan. 2) Ease

yaitu kondisi tubuh dimana tidak ada kenyaman spesifik. 3) Transendence

yaitu kemampuan untuk melampaui ketidaknyamanan ketika rasa tidak

nyaman tersebut tidak dapat dikurangi atau dihindari.

Selain ketiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut diatas, Kolcaba

(2003) juga menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman fisik,

lingkungan, sosiokultural dan psikospiritual. Konteks fisik berkenaan dengan

sensasi tubuh dan homeostasis. Konteks lingkungan berkaitan dengan latar

belakang eksternal pengalaman individu. Konteks sosiokultural berkaitan

dengan hubungan interpersonal, keluarga, social, tradisi keluarga dan ritual.

Konteks psikospiritual berkenaan dengan kesadaran internal akan diri, self

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

41

esteem (harga diri), seksualiti dan makna hidup. Gangguan kenyamanan dapat

terjadi di konteks fisik, lingkungan, sosiokultural dan psikospiritual.

Kolcaba mendefinisikan lebih lanjut tentang kenyamanan dalam empat

konteks pengalaman. Fisik yaitu keadaan yang berhubungan dengan sensasi

tubuh. Psikospiritual adalah keadaan yang berhubungan dengan kesadaran

internal diri, meliputi harga diri, konsep diri, seksualitas dan arti hidup,

hubungan dengan dengan tuhan. Sedang lingkungan adalah keadaan yang

berhubungan dengan lingkungan eksternal, kondisi dan hal – hal yang

mempengaruhinya. Terakhir, social yaitu keadaan yang berhubungan dengan

interpersonal, keluarga dan hubungan social. Ketiga jenis karakteristik

kenyamanan tadi terjadi diempat konteks pengalaman yaitu : fisik yang

berhubungan dengan sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis, psikospiritual

berhubungan dengan kesadaran diri termasuk didalamnya harga diri, konsep,

seksualitas, makna hidup serta hubungan seseorang dengan yang lebih tinggi

atau sederajat, social budaya berhubungan dengan interpersonal, keluarga,

hubungan social, tradisi keluarga, ritual dan agama dan lingkungan yang

berhubungan dengan lingkungan ekternal individu (suhu, pencahayaan, suara,

bau, warna dsb).

Tiga jenis karakteristik kenyamanan disejajarkan dengan empat konteks

pengalaman, maka Kolcaba membuat skema yang terdiri dari12 sel yang

disebut dengan struktur taksonomi (TS). Secara bersama –sama, sel – sel ini

mewakili semua aspek yang relevan (mendefinisikan atribut) dan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

42

menunjukkan sifat holistic dari kenyamanan dapat ditempatkan disuatu tempat

di TS dan sel – sel tidak saling eksklusif (Tomey & Alligood, 2006).

Table 2.1

Aplikasi Teori Comfort Perawatan Nyeri Kepala Menggunakan Struktur

Taksonomi Pada Klien Cephalgia Primer (Migren) Dengan Pemberian

Relaksasi Aromaterapi Lavender

Tipe Comfort (Kenyamanan)

konte

ks

dim

ana

ken

yam

anan

ter

jadi

Bantuan

(Relief)

Mengurangi

(Ease)

Mengatasi

(Transenden)

Fisik

(Phycical)

Nyeri Pemberian

aromaterapi

lavender

Nyeri yang dirasakan

responden berkurang

Psikospiritual

(Physicospiritual)

Kecemasan Menganjurkan

responden untuk

relaksasi

klien tampak rilek dan

tenang

Lingkungan

(Enviromental)

Kesibukan

diruang

perawatan

Klien

membutuhkan

privasi

Kebutuhan privasi

responden terpenuhi

Sosial

(Social)

tidak ada

kehadiran

orang

terdekat

Menganjurkan

kepada responden

untuk didampingi

keluarga ketika ada

masalah dengan

kesehatannya.

Kebutuhan adanya

dukungan dari

keluarga terpenuhi

Sumber: Black & Hawks (2014), Smeitzer & Bare (2008), Price & Wilson

(2007), Tomey & Alligood (2006)

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

43

12

Skema 2.1

Aplikasi Teori Comfort Pada Nyeri Kepala Cephalgia Primer (Migren)

Dengan Pemberian Relaksasi Aromaterapi Lavender

+ +

Sumber Black & Hawks (2014), Smeitzer & Bare (2008), Price & Wilson (2007), Tomey & Alligood (2006)

Kebutuhan

layanan kesehatan

Intervensi

Keperawatan

Rasa nyaman

fisik dan

psikologis

Skala nyeri

Usia,

jenis kelamin,

pengalaman

nyeri,

Pemberian rasa

nyaman dengan

relaksasi

aromaterapi

lavender

Cephalgia

primer

Nyeri kepala

akibat cephalgia

primer

Kebutuhan rasa

nyaman bagi

klien

Perilaku

mencari sehat

Perilaku

mencari sehat

Kenyamanan

Klien

Variabel Perancu

Terjadi

penurunan skala

nyeri

Penurunan skala

nyeri dengan

relasasi

aromaterapi

lavender

Meningkatnya

kepuasan kklien

relaksasi

Aromaterapi

lavender

Internal dan

eksternal

Kepuasan klien

terhadap

Relaksasi

aromaterapi

lavender

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

44

F. KERANGKA TEORI

Skema 2.2

Kerangka teori Efekektifitas Relaksasi Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Skala Nyeri

Pada Klien Dengan Cephalgia Primer (Migren)

Taksonomi

Comfort

Sumber : Black & Hawks (2014), Smeitzer & Bare (2008), Price & Wilson (2007), Tomey & Alligood

Nyeri Kepala

Aktivitas simpatis ↓

Aktivitas parasimpatis ↑

Farmakologi

Intervensi

Mengurangi nyeri

Cephalgia Primer

Efek Samping

Terapi

Non farmakologi Relaksasi (Aromaterapi

Lavender)

Evironmental

Relief

Social

Psychospiritual

Physical

Nyeri berkurang Trancendence

Ease

Mempeengaruhi otak dan

system saraf

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP CEPHALGIA

45