Lapkas Cephalgia

25
LAPORAN KASUS Tension Type Headache Pembimbing dr. H. Awaldin Noor Sp.S Penyusun Aga Haris S.Ked 08310010 Kepaniteraan Klinik Neurologi RSUD 45 Kab. Kuningan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung 0

description

cephalgia

Transcript of Lapkas Cephalgia

Page 1: Lapkas Cephalgia

LAPORAN KASUS

Tension Type Headache

Pembimbing

dr. H. Awaldin Noor Sp.S

Penyusun

Aga Haris S.Ked

08310010

Kepaniteraan Klinik Neurologi

RSUD 45 Kab. Kuningan

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Bandar Lampung

2013

0

Page 2: Lapkas Cephalgia

STATUS NEUROLOGI

I. IDENTITAS

Nama : Ny. AM

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 38 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Alamat :

Pendidikan : Tamat SLTA

A. Keluhan Utama

Nyeri kepala sejak 3 hari lalu.

B. Keluhan Tambahan

Mual.

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala pada seluruh kepala terutama

bagian belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti berdenyut

dan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien

mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan

terus menerus selama 3 hari ini, tidak hilang dengan minum obat. Nyeri kepala

disertai mual. Tidak disertai muntah, takut melihat cahaya ataupun takut

mendengar suara. Pasien mengaku sudah sering sakit kepala seperti ini sejak 3

tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul. Setiap keluhan timbul intensitas

bervariasi dari ringan ke berat, dan saat keluhan timbul, keluhan menetap pada

lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya paling cepat

sehari dengan obat dan saat ini nyeri kepala berlangsung paling lama. Nyeri

dikatakan pasien biasa datang dengan frekuensi tidak menentu, terkadang sebulan

satu kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak hilang dengan minum

obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika telat makan,

stress, saat membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan

1

Page 3: Lapkas Cephalgia

konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit

berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat. Keluhan tidak dipengaruhi oleh

siklus menstruasi pasien dan makanan (seperti indomie, coklat,dll). Keluhan

telinga berdenging (-), penglihatan buram (-), penglihatan ganda (-), penglihatan

kabur (-), silau (-). Sakit gigi (-). Pusing berputar disangkal. Pasien mengaku tidak

ada tanda-tanda khusus sebelum serangan nyeri datang.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat penurunan berat

badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat hipertensi.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)

Riwayat sakit seperti ini dalam keluarga (-)

F. Riwayat Kebiasaan

Pasien biasa senam 1 minggu sekali

Kebiasaan Merokok (-)

Minum alkohol (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesadaran : CM, GCS E4M6V5=15

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 76x/ menit

Suhu : Afebris

Pernafasan : 18x/menit

B. Keadaan Lokal : baik

Tanda Trauma kepala : tidak ada

Pulsasi Aa.Carotis : regular, cukup, equal kanan dan kiri

Pembuluh Darah Perifer : CRT <2`

Kelenjar Getah Bening : tidak teraba membesar

Columna Vertebralis : lurus di tengah

2

Page 4: Lapkas Cephalgia

Pemeriksaan

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis

sinistra

Perkusi :

- Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra

- Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra

- Batas kiri : ICS V, linea midklavikularis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru

Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : vocal fremitus simetris kedua hemithoraks

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : datar

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

membesar

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstrimitas : akral hangat, oedem - -

- -

3

Page 5: Lapkas Cephalgia

III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

A. Rangsang Selaput Otak

Kanan Kiri

Kaku Kuduk : (-)

Laseque : (-) (-)

Laseque Menyilang : (-) (-)

Kernig : (-) (-)

Brudzinski I : (-) (-)

Brudzinski II : (-) (-)

B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial

Sakit kepala (+), muntah (-), penurunan kesadaran (-)

C. Saraf-saraf Kranialis

N. I : normosmia

N. II

Kanan Kiri

Visus : baik baik

Funduskopi : tidak dilakukan

N. III, IV, VI

Kanan Kiri

Kelopak mata : Normal Normal

Pergerakan Bola Mata

Atas : (+) (+)

Bawah : (+) (+)

Kanan : (+) (+)

Kiri : (+) (+)

Sudut : (+) (+)

Eksopthalmus : (-) (-)

Nistagmus : (-) (-)

Pupil

4

Page 6: Lapkas Cephalgia

Bentuk : bulat, Ø3 mm bulat, Ø3 mm

Refleks Cahaya Langsung : (+) (+)

N. V

Kanan Kiri

Cabang Motorik : baik baik

Cabang Sensorik

Ophtalmik : baik baik

Maxilla : baik baik

Mandibularis : baik baik

N.VII

Kanan Kiri

Motorik Orbitofrontal : baik baik

Motorik Orbicularis : baik baik

Pengecap lidah : baik baik

Kesan parese (-)

N.VIII

Kanan Kiri

Vestibular :

Vertigo : (-) (-)

Nistagmus : (-) (-)

Cochlear

Tes Rinne : tidak dilakukan pemeriksaan

Tes Webber : tidak dilakukan pemeriksaan

Tes Swabach : tidak dilakukan pemeriksaan

N.IX, X

Motorik : deviasi uvula (-), arcus faring simetris

Sensorik : refleks muntah (+)

5

Page 7: Lapkas Cephalgia

N.XI

Kanan Kiri

Mengangkat bahu : baik baik

Menoleh : baik baik

N.XII

Pergerakan Lidah : baik

Atrofi : (-)

Fasikulasi : (-)

Tremor : (-)

Kesan parese : (-)

D. Sistem Motorik

Ekstrimitas Atas Proksimal Distal 5 5

Ekstrimitas Bawah Proksimal Distal 5 5

E. Gerakan Involunter

Tremor : (-)

Chorea : (-)

Athetose : (-)

Mioklonik : (-)

Tics : (-)

F. Trofik : eutrofik

G. Tonus : normotonus

H. Sistem Sensorik Kanan Kiri

: baik baik

I. Fungsi Cerebellar dan Koordinasi

Jari-Hidung : (-) / (-)

Tumit-Lutut : baik / baik

6

Page 8: Lapkas Cephalgia

J. Fungsi Otonom

Miksi : baik

Defekasi : baik

Sekresi Keringat : baik

K. Refleks-refleks Fisiologis

Kanan Kiri

Bisep : + +

Trisep : + +

Otot Perut : + +

patella : + +

Achilles : + +

L. Refleks-refleks Patologis

Kanan Kiri

Hoffman Trommer : (-) (-)

Babinsky : (-) (-)

Chaddock : (-) (-)

Gordon : (-) (-)

Schaeffer : (-) (-)

M.Keadaan Psikis

Intelegensia : baik

Afek : Appropiate

Demensia : (-)

7

Page 9: Lapkas Cephalgia

IV. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

DARAH RUTIN

Hemoglobin g/dl N = 13.2-17.3 g/dl

Hematokrit % N = 33-45 %

Lekosit N = 5.000-10.000/ul

Trombosit /ul N = 150.000-440.000/ul

Eritrosit /ul N = 4.40-5.90 jt/ul

BRAIN CT-SCAN

V. RESUME

Pasien, perempuan, usia 38 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada seluruh kepala

terutama bagian belakang sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan seperti

berdenyut dan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher.

Lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul. Nyeri kepala dirasakan terus menerus

selama 3 hari ini, tidak hilang dengan minum obat, disertai mual. Pasien mengaku

sudah sering sakit kepala seperti ini sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang

timbul. Setiap keluhan timbul intensitas bervariasi dari ringan ke berat, dan saat

keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan

tidak menentu, biasanya paling cepat sehari dengan obat dan saat ini nyeri kepala

berlangsung paling lama. Nyeri dikatakan pasien biasa datang dengan frekuensi tidak

menentu, terkadang sebulan satu kali, namun semakin lama semakin sering dan tidak

hilang dengan minum obat warung. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul

jika telat makan, stress, saat membaca, menonton tv, ataupun pekerjaan lain yang

membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas

dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat.

Pada pemeriksaan fisik dan neurologi didapatkan dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Cephalgia ec Tension type headache kronis

8

Page 10: Lapkas Cephalgia

VII. PENATALAKSANAAN

Psikologik (psikoterapi)

Farmakologik:

Tizanidina 2mg tab 1x1

Ibuprofen 500mg tab 3x1

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad Functionam : ad bonam

Ad Sanationam : dubia

9

Page 11: Lapkas Cephalgia

PEMBAHASAN

CEPHALGIA

DEFINISI

Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas

kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian

daerah tengkuk).

Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat lain

mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul

dari struktur nyeri yang sensitif.

ETIOLOGI

Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera kepala,

migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa intrakranial, penyakit mata,

telinga /hidung.

GAMBARAN KLINIK

Lokasi nyeri

Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam rongga

tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi

saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa

kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal,

parietal di dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui

cabang pertama nervus Trigeminus.

Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa posterior

(misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di atas persendian

serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2

dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat

melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh

10

Page 12: Lapkas Cephalgia

darah.

Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di frontal

pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan kemungkinan massa

intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor otak)

Lamanya nyeri kepala

Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure headache)

disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari atau berminggu-

minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat &

melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.

Berulangnya nyeri kepala

Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada wanita yang

menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang menstruasi. Sedangkan

nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang apabila sering terjadi

infeksi traktus respiratorius atas yang sering ditemukan.

PATOGENESIS

Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri kepala yang

berasal dari sumber intrakranial

1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak dan

pergeseran sinus-sinus venosus utama.

2. Tarikan pada A. Meningea media

3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada cabang-

cabangnya.

4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis, A.

Temporalis, A. Discipitalies)

5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri meliputi kulit

kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis, m.orsipiutlis.

6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan cervikalis

bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.

Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim ventrikel,

pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi konvektivitas

otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan

11

Page 13: Lapkas Cephalgia

fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat

memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa intrakranial.

Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu

mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah. Pada nyeri

kepala nocturnal tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi berbaring dan

berkurang rasa nyeri jika penderita berdiri tegak.

KLASIFKASI NYERI KEPALA

I. Nyeri kepala PRIMER

a. Migren

b. Tension Type Headache

c. Cluster headache

d. Other primary headaches

II.Nyeri kepala SEKUNDER

a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.

b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau

servikal

c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial.

d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.

e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis

g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,

leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau struktur facial atau

kranial lainnya.

h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

TENSION TYPE HEADACHE

Definisi Tension Type Headache (TTH)

Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot-

otot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter,

M.sternokleidomastoid, M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).

12

Page 14: Lapkas Cephalgia

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH)

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi,

bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang

berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti

dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

Epidemiologi Tension Type Headache (TTH)

TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik

terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache

episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria

sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 – 40 tahun.

Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)

Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan Tension Type

Headache kronik. Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak

mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung

selama 30 menit – 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan

lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)

Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil

penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya TTH sebagai

berikut : (1) disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer

dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem

saraf pusat mengarah kepada CTTH, (2) disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang

involunter dan permanen tanpa disertai iskemia otot, (3) transmisi nyeri TTH melalui nukleus

trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second order neuron pada nukleus

trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif

pada jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang

akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan

neurotransmitter pada jaringan miofasial, (4) hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada

nukleus trigeminal, talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal

(limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan

13

Page 15: Lapkas Cephalgia

menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal

decending pain inhibit activity, (5) kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga

menyebabkan kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri, (6) terdapat

hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan hipotalamus dengan

terjadinya TTH. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga abnormal

serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot

temporal dan maseter, (7) faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological

motor stress pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan

aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi dan ansietas

akan meningkatkan frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur

transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.

Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori

yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan

pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu

keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang

selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi

otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis

sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu

aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan neuropeptida (substansi P).

Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat dibagi

menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of exhausted. Alarm

reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan

kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan

mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan

enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana

sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan merangsang peningkatan

aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausted

dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun

sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.

Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang – kurangnya dua

dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan – sedang, (3) lokasi

14

Page 16: Lapkas Cephalgia

bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada

salah satu dari fotofobia dan fonofobia.

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti ditekan

atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala,

oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan

kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian

leher, rahang serta temporomandibular.

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)

Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan

pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan

pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

Diferensial Diagnosa Tension Type Headache (TTH)

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis

deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal, migren

klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis temporalis, sakit

kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit kardiovasikular, dan sakit

kepala pada anemia.

Terapi Tension Type Headache (TTH)

Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk

mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest, massage, dan/ atau latihan

biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau mucles relaxants.

Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika

pengobatan simpel analgesia(asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat

ditambah butalbital dan kafein ( dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan

menambah efektifitas pengobatan.Daftar analgesia yang biasa digunakan lihat pada tabel 5.

Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache (TTH)

TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak

membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan

masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri

15

Page 17: Lapkas Cephalgia

kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTh biasanya mudah diobati

sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 %

pasien dapat disembuhkan.

Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan

oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.

Pencegahan Tension Type Headache (TTH)

Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga

teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan

biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan

behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah

posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

16