Dian Referat Cephalgia

35
REFERAT NYERI KEPALA Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD) Bagian Ilmu Saraf RSUD Tugurejo Semarang Disusun oleh : Agustina Dian Setyowati 01.209.5823 Dokter Pembimbing : dr. Noorjanah, Sp. S BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Transcript of Dian Referat Cephalgia

epilepsay

REFERAT

NYERI KEPALA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)Bagian Ilmu Saraf RSUD Tugurejo Semarang

Disusun oleh :Agustina Dian Setyowati01.209.5823

Dokter Pembimbing :dr. Noorjanah, Sp. S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAFFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2013

NYERI KEPALA

DEFINISINyeri diartikan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi dengan atau tanpa kerusakan jaringan. Menurut Oxford Concise Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak atau berpotensi rusak. Otak sendiri adalah tidak sensitif terhadap nyeri dan bisa dipotong atau dibakar tanpa apa-apapun dirasakan. Sensasi nyeri dapat dijelaskan dengan banyak cara. Antaranya nyeri yang tajam, pricking, dull-ache, shooting, cutting dan stabbing. Nyeri dapat dibagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri jangka pendek dengan penyebab yang mudah diidentifikasi. Biasanya nyeri ini terlokalisasi di area yang kecil sebelum menyebar ke area sekitarnya. Nyeri kronik adalah nyeri intermitten atau konstan yang berlanjutan untuk jangka waktu yang panjang. Nyeri ini biasanya sukar ditangani dan memerlukan penanganan yang professional. Meskipun nyeri ini tidak menyenangkan,ia berfungsi sebagai petanda awal kemungkinan adanya masalah atau penyakit pada tubuh kita. Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri atau bisa dikatakan nyeri atau diskomfortasi antara orbital dan oksiput yang berawalan dari pain sensitive structure. Dorlands Pocket Medical Dictionary menyatakan bahwa nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan flushing dan mata dan hidung yang berair..EPIDEMIOLOGIBerdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache 14%.Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional Headache Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga disertakan . Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan gangguan nyeri kepala 46% , 11% Migren, 42% Tension Type Headachedan 3% untuk Chronic daily headache.

ETIOLOGINyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya iaitu nyeri kepala akut, subakut dan kronik. Nyeri kepala akut ini biasanya disebabkan oleh subarachnoid haemorrhage, penyakit-penyakit serebrovaskular, meningitis atau encephalitis dan juga ocular disease. Selain itu, nyeri kepala ini juga bisa timbul disebabkan kejang, lumbar punksi dan karena hipertensi ensefalopati. Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis, massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan hipertensi. Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala tipe-tegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease. Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala juga disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial. Selain itu cough headache dan psychogenic headache juga dapat menimbulkan nyeri kepala. Nyeri kepala sering menyertai OSA(Obstructive Sleep Apnea); dibandingkan dengan gangguan tidur yang lain, sefalgia lebih sering terjadi pada gangguan tidur OSA.Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut:1. Peregangan atau pergeseran pembuluh darah ; intrakranium atau ekstrakranium2. Traksi pembuluh darah3. Kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot )4. Peregangan periosteum ( nyeri local )5. Degenerasi spina servikal atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis ( misalnya, arthritis vertebra servikalis )6. Defisiensi enkefalin ( peptide otak mirip-opiat, bahan aktif pada endorphin )

KLASIFIKASIPrimary headache disorders :a. Migraineb. Tension-type headachec. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgiasd. Other primary headachesSecondary headache disorders:a. Headache attributed to head and/or neck traumab. Headache attributed to cranial or cervical vascular disorderc. Headache attributed to non-vascular intracranial disorderd. Headache attributed to a substance or its withdrawale. Headache attributed to infectionf. Headache attributed to disorder of homeoeostasisg. Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes,ears, nose, sinuses, teeth,mouth, or other facial or cranial structures.h. Headache attributed to psychiatric disorderi. Cranial Neuralgias and facial painsj. Cranial neuralgias and central causes of facial paink. Other headache, cranial neuralgia central, or primary facial pain.

Fisiologi Nyeri Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Terdapat tiga kategori reseptor nyeri: nosiseptor mekanis yang merespon terhadap kerusakan mekanis; nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang berlebihan; dan nosiseptor polimodal yang berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Semua nosiseptor dapat disensitisasi oleh adanya prostaglandin. Prostaglandin ini sangat meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang mengganggu. Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke sistem saraf pusat melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat A-delta yang berukuran besar dan bermielin dengan kecepatan sampai 30 meter per detik ( jalur nyeri cepat). Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak bermielin dengan kecepatan 12 meter per detik. Nyeri biasanya dipersepsikan mula- mula sebagai sensasi tertusuk yang tajam dan singkat yang mudah ditentukan lokalisasinya. Perasaan ini diikuti oleh sensasi nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dan menetap lebih lama dan menimbulkan rasa tidak enak. Jalur nyeri lambat ini diaktifkan aleh zat- zat kimia, terutama bradikinin, suatu zat yang dalam keadaan normal inaktif dan diaktifkan oleh enzim- enzim yang dikeluarkan oleh jaringan yang rusak. Serat-serat aferen primer bersinaps dengan neuron ordo kedua di tanduk dorsal korda spinalis. Salah satu neurotransmitter yang dikeluarkan dari ujung-ujung aferen nyeri ini adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat- serat nyeri. Jalur nyeri asendens memiliki tujuan yang belum dipahami dengan jelas di korteks somatosensorik, talamus dan formasio retikularis. Peran korteks dalam persepsi nyeri belum jelas, walaupun korteks penting paling tidak dalam penentuan lokalisasi nyeri. Nyeri masih dapat dirasakan walaupun korteks tidak ada, mungkin pada tingkat talamus. Formatio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang menggangu. Hubungan- hubungan antara talamus dengan formatio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik menghasilkan respons emosi dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri.

PATOFISIOLOGIPada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneus allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron trigeminalsentral.lnervasi sensoris pembuluh darah intrakranial sebahagian besar berasal dari ganglion trigeminal dari didalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptid dimana jumlah dan peranannya adalah yang paling besar adalah CGRP(Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP) nitricoxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGEJ2) bradikinin, serotonin(5-HT) dan adenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor2. Khusus untuk nyeri kepala klaster clan chronic parox-ysmal headache ada lagi pelepasan VIP(vasoactive intestine peptide) yang berperan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opioid dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel(Nav 1.8), purinergic reseptors(P2X3), isolectin B4 (IB4) , neuropeptide Y , galanin dan artemin reseptor ( GFR-3 = GDNF Glial Cell Derived Neourotrophic Factor family receptor-3). Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai dalam pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebahagian besar berpusat di batang otak (misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nukleus raphe magnus dan reticular formation), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate cortex, dan struktur sistem limbik lainnya. Dengan demikian batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgi.Stimuli elektrode, atau deposisi zat besi Fe yang berlebihan pada periaquaduct grey(PAG) matter pada midbrain dapat mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti migren (migraine like headache).Pada penelitian MRI(Magnetic Resonance Imaging) terhadap keterlibatan batang otak pada penderita migren, CDH(Chronic Daily Headache) dan sampel kontrol yang non sefalgi, didapat bukti adanya peninggian deposisi Fe di PAG pada penderita migren dan CDH dibandingkan dengan kontrol.Patofisiologi CDH belumlah diketahui dengan jelas .Pada CDH justru yang paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA(N-metil-D-Aspartat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikkan produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit Likuor serebrospinal ternyata bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP(cytoplasmic Guanosine Mono phosphat) di likuor. Kadar CGRP, SP maupun NKA juga tampak meninggi pada likuor pasien CDH.Reseptor opioid di down regulated oleh penggunaan konsumsi opioid analgetik yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi dari sistem opoid endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overusedmaka terjadi desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CDH.15 Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin lL1 (Interleukin .1), lL6 dan TNF (Tumor Necrotizing Factor ) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast cell melepas/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor (VR1, sensory specific sodium/SNS, dan SNS-2)dan peptides(CGRP, SP). Patofisiologi Migren Ada 3 hipotesa dalam hal patofisiologi migren yaitu:Pada migren yang tidak disertai CA, berarti sensitisasi neuron ganglion trigeminal sensoris yang meng inervasi duramater. Pada migren yang menunjukkan adanya CA hanya pada daerah referred pain, berarti terjadi sensitisasi perifer dari reseptor meninggal(first order) dan sensitisasi sentral dari neuron komu dorsalis medula spinalis(second order) dengan daerah reseptifperiorbital. Pada migren yang disertai CA yang meluas keluar dari area referred pain, terdiri atas penumpukan dan pertambahan sensitisasi neuron talamik(third order) yang meliputi daerah reseptif seluruh tubuh. Pada penderita migren, disamping terdapat nyeri intrakranial juga disertai peninggian sensitivitas kulit. Sehingga patofisiologi migren diduga bukan hanya adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat di pembuluh darah intrakranial, akan tetapi juga terjadi kenaikan sensitisasi set safar sentral terutama pada sistem trigeminal, yang memproses informasi yang berasal dari struktur intrakranial dan kulit.Pada beberapa penelitian terhadap penderita migren dengan aura, pada saat paling awal serangan migren diketemukan adanya penurunan cerebral blood flow(CBF) yang dimulai pada daerah oksipital dan meluas pelan2 ke depan sebagai seperti suatu gelombang ("spreading oligemia'; dan dapat menyeberang korteks dengan kecepatan 2-3 mm per menit. hal ini berlangsung beberapa jam dan kemudian barulah diikuti proses hiperemia. Pembuluh darah vasodilatasi, blood flow berkurang, kemudian terjadi reaktif hiperglikemia dan oligemia pada daerah oksipital, kejadian depolarisasi set saraf menghasilkan gejala scintillating aura, kemudian aktifitas set safar menurun menimbulkan gejala skotoma. Peristiwa kejadian tersebut disebut suatu cortical spreading depression (CDS). CDS menyebabkan hiperemia yang berlama didalam duramater, edema neurogenik didalam meningens dan aktivasi neuronal didalam TNC (trigeminal nucleus caudalis) ipsilateral. Timbulnya CSD dan aura migren tersebut mempunyai kontribusi pada aktivasi trigeminal, yang akan mencetuskan timbulnya nyeri kepala. Pada serangan migren, akan terjadi fenomena pain pathway pada sistem trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti peninggian Ca sebagai penghantar yang menaikkan aktivasi proteinkinase seperti misalnya 5-HT, bradykinine, prostaglandin, dan juga mengaktivasi enzym NOS. Proses tersebutlah sebagai penyebab adanya penyebaran nyeri, allodynia dan hiperalgesia pada penderita migren.Fase sentral sensitisasi padamigren, induksi nyeri ditimbulkan oleh komponen inflamasi yang dilepas dari dura, seperti oleh ion potasium, protons, histamin, 5HT(serotonin), bradikin, prostaglandin Edi pembuluh darah serebral, dan serabut safar yang dapat menimbulkan nyeri kepala. Pengalih komponen inflamasi tersebut terhadap reseptor C fiber di meningens dapat dihambat dengan obat2an NSAIDs(non steroid anti inflammation drugs) dan 5-HT 1B/1D agonist, yang memblokade reseptor vanilloid dan reseptor acid-sensittive ion channel yang juga berperan melepaskan unsur protein inflamator)Fase berikutnya dari sensitisasi sentral dimediasi oleh aktivasi reseptor presinap NMDA purinergic yang mengikat adenosine triphosphat(reseptor P2X3) dan reseptor 5-HT IB/ID pada terminal sentral dari nosiseptor C tiber. Nosiseptor C-fiber memperbanyak pelepasan transmitter. Jadi obat2an yang mengurangi pelepasan transmitter seperti mu-opiate, adenosine dan 5-HT IB/ID reseptor agonist, dapat mengurangi induksi daripada sensitisasi sentral. Proses sensitisasi di reseptor meningeal perivaskuler mengakibatkan hipersensitivitas intrakranial dengan manifestasi sebagai perasaan nyeri yang ditimbulkan oleh berbatuk, rasa mengikat dikepala, atau pada saat menolehkan kepala. Sedangkan sensitivitas pada sentral neuron trigeminal menerangkan proses timbulnya nyeri tekan pada daerah ektrakranial dan cutaneus allodynia. Sehingga ada pendapat bahwa adanya cutaneus allodynia (CA) dapat sebagai marker dari adanya sentral sensitisasi pada migren. Pada pemberian sumaptriptan maka aktivitas batang otak akan stabil dan menyebabkan gejala migrenpun akan menghilang sesuai dengan pengurangan aktivasi di cingulate, auditory dan visual association cortical. Hal itu menunjukkan bahwa patogenesis migren sehubungan dengan adanya aktivitas yang imbalance antara brain stem nuclei regulating antinoception dengan vascular control. Juga diduga bahwa adanya aktivasi batang otak yang menetap itu berkaitan dengan durasi serangan migren dan adanya serangan ulang migren sesudah efek obat sumatriptan terse but menghilang.Kruit MC dalam laporan penelitiannya yang dimuat pada The Journal of American Medical Association Januari 2004 vot 291 mengenai gambaran MRI yang supersensitif pada 161 pasien migren dibandingkan dengan 141 orang tanpa migren. Temuan ini telah mengubah pandangan terhadap migren yang selama ini dianggap sebagai suatu episodic disorder dengan gejala transient menjadi suatu chronic progressive disorder yang mengakibatkan perubahan permanen dari parenkhim otak. Pada subyek kontrol tanpa migren didapati 38% adanya tiny brain lesion. Peneliti mendapatkan adanya lesi diotak yang lebih banyak dan lebih luas pada pasien wanita migren 2 kali banyak dibandingkan dengan laki2 secara signifikan. Pasien yang lebih sering mendapat serangan migren dan juga disertai aura lebih banyak menunjukkan lesi infark dibandingkan tanpa aura. Patofisiologi Tension Type Headache. Pada penderita Tension type headache didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar kekepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing2 individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda bedaa dalam hal intensitas nyeri kepalanya.Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat palporneter (yang diketernukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat mendapatkan skor nyeritekan terhadap otot tersebut. Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen28) telah menernukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke2 dan ke 3 ke otot yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara reaksi behaviour dengan reaksi verbal dari penderita:Pada penelitian Bendtsen tabun 1996 terhadap penderita chronic tension type headache (yang dikutip oleh Bendtsew8) teryata otot yang mempunyai nilai Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi serangan migren. Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur fascia dan tendonnya.Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin (A dan AB) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aa dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache. Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir2 ini pada beberapa penelitian2 yang menggunakan EMG( elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot,jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala. Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot)28 Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin( dilepas dari platelet), bradikinin( dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulan sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran miofascial terhadap timbulnya tension type headache. Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambangpressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalikStress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala.33 Prevalensi life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya. Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria. CGRP CGRP immunoreactive fibres bermula dari ganglion trigeminal yang menginervasi pembuluh darah serebral bagian kranial. Terletak di serabut safar perivaskuler yang mensupply sebahagian arteri serebral besar (seperti misalnya arteri ternporalis superfisial) dan pial arteriole dipermukaan korteks. CGRP didapati dalam jumlah yang terbanyak (40% dari sel body semua sel neuron) bersamaan dengan SP(18%), dan neurotransmitter lain NOS(15%), dan PACAP(20%) di serabut sensoris trigeminal perivaskuler. Fungsi CGRP di neuron sensoris belumlah jelas sekali, diduga berfungsi sebagai vasodilator atau " anti-vasokonstriktor".11 Stimuli pada serabut safar sensoris tersebut mengakibatkan pelepasan CGRP sehingga menyebabkan vasodiiatasi serebral terutama arteri serebri media. CGRP juga berperan sebagai mediator dalam proses inflamasi neurogenik dan CGRP juga berpengaruh menurunkan tekanan darah .Pada saat serangan migren datang ternyata CGRP meninggi dalam darah didaerah vena jugularis ekstema (cephalic release) yang kemudian mengalir ke daerah jaringan ekstrakranial seperti pada duramater dan ganglion Gasseri, sedangkan didaerah ekstrakranial lain tidak meninggi .CGRP bukan hanya dapat berperan sebagai penyebab timbulnya proses nyeri kepala seketika, akan tetapi berperan menginduksi timbulnya migren. CGRP akan meninggi pada penderita migren maupun nyeri kepala klaster. Sehingga peptide CGRP ini menjadi suatu marker bagi penderita migren.Sedangkan VIP menjadi suatu marker bagi aktifitas parasematik . Pada saat serangan migren kadar SP tidak meninggi, sehingga diduga bahwa SP tidak ikut berperan dalam bagian proses nosisepsi vaskular. NOS & PACAP peranan NO pada sistem sensoris belum jelas benar, kan tetapi diduga kuat bahwa NO berpatisipasi dalam patogengenisis timbulnya sefalgi primer. No juga berperan sebagai mediator pelepasan CGRP untuk menginduksi nyeri Kepala. NO mempunyai sifat otoinduksi dimana akan terjadi produksi NO yang berlama. Trannmitter2 tersebut dilepas pada ruang perivaskuler dan kemudian mengalir difus kedarah vena.OS (Nitric Oxyde Synthesa)serabut saraf perivascular terutama disirkulasi seberal pembuluh darah besar dan didaerah sphenopalatina dan ganglia oticucum. Adanya NOS Immunureactivy didalam sel bodi saraf trigeminal menunjukan bahwa NO berperan dalam induksi timbulnya migren, TTH dan nyeri kepala klaster. NO dilepas dari endotel atau dari saraf perivaskuler, dan mengaktifkan sistem guanylate cyclase pada sel otot polos. Kejadian ini mengakibatkan penurunan kadar Ca++intraseluler, vasodilatasi dan ini akan mengaktivasi struktur pain sensitif disekitar pembuluh darah kranialDiduga pada tension type headache aktivasi terhadap brain stem interneuron lebih sedikit sedikit dibandingkan dengan migren. Keadaan tersebut diatas menyokong teori bahwa nyeri kepala disebabkan aktivitasi batang otak. Keberadaan PACAP bersamaan dengan SP dan CGRP diserabut saraf dan ganglia. Ia terdapat di dorsal horn medula spinalis, dan di sel bodi ganglia spinal spinal dan ganglia trimegeminal, diganglia dan parasimpatik, homolog dengan VIP.PACAP berperan penting sebagai neuromodulator di sistem sensorik dan otonomik. PACAP membuat dilatasi dan kenaikan ceberal blood flow.SP & NEUROKININ Substance (SP) adalah suatu neuropeptide pain transmitter yang berfungsi sebagai nosisepsi modulator, inflamsi neurogenik dan menjadi suatu bagian integral CNS pathway dari stress psikologis4.Juga Substance P berfungsi sebagai vasodilator yang potensial10. Jika timbul suatu stress maka Subtance P akan dilepas sebagai respon terhadap stress atau depresi tersebut. Substance P adalah termasuk salah satu jenis famili neurokinin. HANya jenis reseptor Neurokinin 1 (NK1) yang mempunyai afinitas kuat dengan substance P. SUbstance P juga berperan sebagai transmitter nosiseptif primer di serabut saraf aferen sensoris (C Fibers). pada beberapa penelitian diduga bahwa SP terlibat dalam ekstrapasasi plasma dari post capitallary venules di duramater pada saat serangan nyeri kepla primer. SP-Immunoreactive nerve fibers berasal dari ganglion trigeminal, dijumpai banyak berlebihan di pembuluh darah anterior daripada Sirkulus Willisiii, terutama arteri serebri anterior dan juga disebahagian vena serebral. Serabut saraf perivakular tersebut jug berada di ganglia radiks dorsalis servekalis superior.SP dan NK1 banyak konsentrasinya kornu dorsalis medula spinalis akan tetapi terdapat juga beberapa tempat SSP ( Sistem Saraf Pusat)yaitu di sistem limbik, termasuk di hipotalamus, amygdala yang mengurus behaviour emosional. Substance P mengatur regulasi transmisi sinaptik di Kornu dorsalis dan seterusnya memproses informasi noxious sensory cutaneous ke otak,terintegrasi dalam semua proses nyeri, stress, ansietas, muntah2, tonus kardiovaskuler, stimulasi sekresi saliva, kontraksi otot polos, dan vasodilatasi.Serotonin dan nor-epinefrin Serotonin(5-HT) dan nor-epinefrin(NE) adalah neurotransmitter yang berperan dalam proses nyeri maupun depresi, yang mengurus mood dan depresi terletak di korteks prefrontal dan sistem limbik, sedangkan yang mengurus painmodulating circuit terletak di amygdala, periaquaductal gray(PAG), dorsolateral pontine tegmentum(DLPT), dan rostroventral medulla(RVM). Modulasi efek serotonin di otak menunjukkan efek impulsif, modulasi sexual behaviour; appetite dan agresi. Sedang NE sistem menunjukkan modulasi waspada, sosialisasi, energi, dan motivasi. Kalau keduanya bersamaan maka ia akan memodulasi ansietas, iritabilitas, nyeri, mood, emosi dan fungsi kognitif. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan norad renalin di otaknya.Platelet mempunyai kemiripan fungsi, bentuk, biokimiawi maupun farmakologikal dengan serotonergic nerve ending. Platelet sendiri tidak mensintesa 5HT, akan tetapi hanya tempat menumpuknya 5HT yang berasal dari sirkulasi di plasma dan terutama yang berasal dati enterochromaffin tissue daripada traktusgastrointestinal.Serotonin platelet (Platelet 5HT) disimpan dalam bentuk granul padat yang akan berubah secara lambat sekali jikalau sifat farmakologikalnya tidak aktif. Sebaliknya pada plasma 5HT ekstraselular sangat cepat berubah dan farmakologikalnya aktif. Kadar 5HT di platelet dan plasma mengekspresikan kandungan 5HT di serotonergic nerve ending dan sinaps. Banyak laporan penelitian mengenai metabolisme dan kadar 5HT pada TTH, yang mendapatkan hasil yang berbeda beda secara tidak konsisten. Akan tetapi pada dasarnya disimpulkan bahwa pasien dengan Episodik TTH menunjukkan platelet 5 HT uptake akan berkurang, dan terdapat peninggian kadar platelet 5HT dan plasma 5HT. Sedangkan pada TTH kronik didapati kadar platelet 5HT ataupun plasma 5HT adalah normal atau menurun.

5HT adalah suatu neurotransmitter penting yang berperan dalam modulasi nyeri secara kompleks. Yaitu sebagai antinociceptive pathway ascending maupun descending dari brain stem ke spinal cord. Efek antinoseptif dari 5 HT dimediasi oleh beberapa macam subtipe reseptor 5 HT J, 5-HT 2, 5-HT 3 yang diikuti oleh dengan peninggian sensitifitas nyeri pada penderita TTH kronik. Serotonin reseptor juga berperanan penting pada sistem u"igeminovaskuler. Begitu kompleksnya peran 5 HT, seperti misalnya jika terjadi aktifivasi reseptor 5HT1A mempunyai efek aksi fasilitasi dan inhibisi proses nosiseptif spinal. Reseptor2 5HT tersebar di meningens, beberapa lapis korteks, struktur otak bagian dalam, dan paling banyak di inti2 di batang otak. Neurotransmitter maupun neurokimiawi lain yang berperanan pada proses nyeri kepala maupun migren adalahjenis katekolamin seperti misalnya noradrenalin /norepinefrin & dopamin yang terutama banyak dijumpai di locus ceruleous. Yang berperanan sebagai media proses vasokonstriksi maupun vasodilatasi dan pelepasan asam lemak bebas yang berguna sebagai signal kepada platelet untuk melepaskan serotonin. Norepinefrine dan serotonin berperan sangat penting dalam fungsi endogen pain-supressing descending projection. Stress yang kronik memproduksi peninggian aktivitas tyrosine hydroxylase, yaitu suatu enzym yang terlibat dalam biosintesa NE di LC. Pada suatu penelitian terhadap pasien depresi ternyata didapati pengurangan kadar NE dan metabolitnya, dan homovanilic acid(metabolit dari dopamin) di darah venoarteriai.Komponen Dorsal Raphe Nucleus (DRN) didalam PAG mengirim pancaran serotonergik ke korteks serebri dan pembuluh darah, yang dapat melancarkan neuron excitability dan vasomotor kontrol. Aktivitas metabolik yang abnormal dari PAG dapat menyebabkan area ini menjadi lebih peka dan mudah rusak terhadap modulasi reseptor sesudah penggunaan obat2an abortif maupun analgetikum yang terlampau sering .Stimulasi dari perbagai reseptor analgesik di batang otak mempunyai efek terhadap 5 HT dan mempunyai efek yang unik bagi penderita migren. Penggunaan analgesik seperti acetaminophen, memacu pelepasan 5HT dari raphe spinal pathway yang melakukan upregulation dari 5HT2A receptor. 5HT2A reseptor sebagai mediator bagi neuronal excitability dan memperkuat transmisi nosiseptif. Lebih banyak 5HT 2A reseptor maka otak lebih excitable, , dan jatuh dalam keadaan hiperalgesi, nilai ambang nyeri kepala turun, dan frekwensi maupun derajad keparahan nyeri kepala akan bertambah.

GEJALA

Nyeri KepalaSifat NyeriLokasiLama NyeriFrekuensiGejala Ikutan

Migren umumBerdenyutUnilateral atau Bilateral6-48 jamSporadikBeberapa kali sebulanMual, muntah, malaise, fotobia

Migren klasikBerdenyutUnilateral3-12 jamSporadikBeberapa kali sebulanProdroma visual, mual, muntah, malaise, fotobia

KlasterMenjemu-kan, tajamUnilateral, orbita15-20 menitSerangan berkelompok dengan remisi lamaLakrimasi ipsilateral, wajah merah, hidung tersumbat, horner

Tipe tegangTumpul, ditekanDifus, BilateralTerus menerusKonstanDepresi, ansietas

Neuralgia trigeminusDitusuk-tusukDermaton saraf VSingkat, 15-60 detikBeberapa kali sehariZona pemicu nyeri

AtipikalTumpulUnilateral atau BilateralTerus menerusKonstanDepresi, kadang-kadang psikosis

SinusTumpul/ tajamDi atas sinusBervariasiSporadik atau konstanRinore

Lesi desak ruangbervariasiUnilateral (awal), Bilateral (lanjut)Bervariasi, progresifBervariasi, semakin seringPapiledema, defisit neurologik fokal, gangguan mental atau perilaku, kejang, dll

Gejala Awal: Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami gejala awal seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jensi makanan (mislanya coklat), gampang tersinggung, dan gelisah.Aura: Hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit sebelum timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis yangbergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geli atau rasa kesemutan di tangan. Sebagian penderita tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, merasa kebas di tangan, pundak, atau wajah, atau merasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa bingung. Penderita dapat mengalami hanya satu gejala saja atau beberapa macam gejala, tetapi gejala ini tidak timbul bersamaan melainkan bergantian. Suatu gejala aura biasanya menghilang saat nyeri kepala atau gejala aura yang lain timbul. Namun kadang-kadang gejala aura tetap bertahan pada permulaan sakit kepala.Sakit kepala dan gejala penyerta: Penderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasa di belakang mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada serangan berikutnya, atau mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antara sedang sampai berat. Gejala lain yang sering menyertai nyeri kepala antara lain: Kepekaan berlebihan terhadap sinar, suara, dan bau Mual dan muntahGejala semakin berat jika beraktifitas fisikTanpa pengobatan, sakit kepala biasanya sembuh sendiri dalam 4 sampai 72 jam.Gejala Akhir: Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya, lemas, atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala.Nyeri Kepala Klaster Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai oleh nyeri kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan. Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini. Pasien biasanya laki-laki, onset usia 20 hingga 60 tahun. Pasien merasakan serangan nyeri hebat di sekitar satu mata(selalu pada sisi yang sama) selama 20 hingga 120 menit, dapat berulang beberapa kali dalam sehari, dan sering membangunkan pasien lebih dari satu kali dalam semalam. Alkohol juga dapat mencetuskan serangan. Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan kemudian bebas serangan selam berhari-hari, berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan. Tidak seperti migren, pasien nyeri kepala klaster seringkali gelisah selama serangan dan tampak kemerahanNyeri Kepala Tipe-Tegang Nyeri kepala ini merupakan kondisi yang sering terjadi dengan penyebab belum diketahui, walaupun telah diterima bahawa kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekanisme penyebab nyeri. Kontraksi otot dapat dipicu oleh faktor-faktor psikogenik yaitu ansietas atau depresi atau oleh penyakit lokal pada kepala dan leher Pasien umumnya pasien akan mengalami nyeri kepala yang sehari-hari yang dapat menetap selama beberapa bulan atau tahun. Nyeri dapat memburuk pada sore hari dan umumnya tidak responsif terhadap obat-obatan analgesik sederhana. Nyeri kepala ini juga besifat bervariasi. Nyeri kepala bervariasi adalah nyeri yang dimulai dari nyeri tumpul di berbagai tempat hingga sensasi tekanan yang menyeluruh sampai perasaan kepala diikat ketat. Selain kadang ada mual, tidak ada gejala penyerta lainnya dan pemeriksaan neurologis adalah normal.

DIANGNOSAManifestasi klinis adanya nyeri kepala atau cephalgia memerlukan anamnesis khusus yaitu:1.Awitandan lama serangan2.Bentuk serangan; paroksismal periodik atau terus menerus3.Lokalisasi nyeri4.Sifat nyeri; berdenyut-denyut, rasa berat, menusuk-nusuk, dll5.Prodromal6.Gejala penyerta7.Faktor presipitasi8.Faktor yang mengurangi atau memberatkan nyeri kepala9.Pola tidur10.Faktor emosional/stres11.Riwayat keluarga12.Riwayat trauma kepala13.Riwayat penyakit medik; peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis, glaukoma, dsb.14.Riwayat operasi15.Riwayat alergi16.Pola haid bagi wanita17.Riwayat pemakaian obat; analgetik, narkotik, penenang, vasodilator, dll

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang adalah:1.Foto Rontgen terhadap tengkorak2.Pemeriksaan kadar Lemak darah ( kolesterol, Trigliuseride HDL dan LDL)3.Kadar Hemoglobin darah ( Hb ) dll pemeriksaanLebih lanjut pemeriksaan khusus pada cephalgia meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonusdan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri karotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok, telingan, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.Beberapanyeri kepala menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang adalah:1. Nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak2. Nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami3. Nyeri kepala yang berat progresif selama beberapa hari atau minggu4. Nyeri kepala yang timbul bila latihan fisik, batuk, bersin, membungkuk atau nafsu seksual meningkat5. Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mualo, muntah atau kaku kuduk6. Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis seperti afasia, koordinasi buruk, kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan kepribadian dan penurunan visus.

Pemeriksaanpenunjangtersebut anatara lain:1. CT-Scan atau resonansi magnetik (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial, seperti tumor, perdarahan subaraknoid, AVM, dll.2. Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran menurun, trauma kepala atau presinkop.3. Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menetukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.Diagnosis banding1. Migren umum2. Migren klasik3. Klaster4. Tipe tegang5. Neuralgia trigeminus6. Atipikal7. Sinus8. Lesi desak ruang

TERAPIBagi migren, pasien akan merasa lebih nyaman berbaring di ruangan gelap dan tidur. Analgesik sederhana seperti parasetamol atau aspirin diberikan dengan kombinasi antiemetic. Episode yang tidak responsive dengan terapi di atas dapat diberikan ergotamin, suatu vasokonstriktor poten atau sumatriptan, agonis reseptor selektif 5-HT yang dapat diberikan subkutan, intranasal atau oral. Kedua obat tersebut memiliki kelemahan. Alkaloid ergot dapat menimbulkan keracunan akut dengan gejala muntah, nyeri dan kelemahan otot. Terapi bagi nyeri kepala klaster meliputi penggunaan ergotamin , sumatriptan atau kortikosteroid selama 2 minggu dengan dosis diturunkan bertahap. Terapi jangka panjang untuk pencegahan rekurensi meliputi penggunaan metisergid,verapamil atau pizotifen. Litium dapat membantu jika nyeri menjadi kronik tetapi kadarnya dalam darah harus dipantau.Terapi biasanya tidak memuaskan untuk nyeri kepala tipe tegang. Beberapa pasien mungkin merasa lebih baik jika diyakinkan tidak ada penyakit dasar, tetapi hal ini kurang membantu jika pola perilaku telah menjadi selama beberapa bulan atau tahunan. Terutama jika kemungkinan besar didasari oleh keadaan psikogenik, maka terapi trisiklik atau komponen lain selama 3-6 bulan dapat membantu. Pasien yang lain mungkin merasa lebih baik dengan bantuan ahli fisioterapi.

10