86696625-refrat-HNP

download 86696625-refrat-HNP

of 32

description

REFERAT HNP

Transcript of 86696625-refrat-HNP

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 1

    1. PENDAHULUAN

    Dalam bahasa Inggris kedokteran, pinggang dikenal sebagai Low Back,

    secara anatomi pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai tulang sacrum

    dan otot-otot sekitarnya. Daerah pinggang mempunyai fungsi penting pada tubuh

    manusia, yaitu membuat tubuh berdiri tegak, untuk pergerakan, dan melindungi

    beberapa organ penting yang ada didalamnya. Peranan otot-otot erektor truski

    adalah memberikan tenaga imbangan ketika mengangkat benda (Sidharta Priguna,

    1999).

    Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis,

    yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral

    radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat

    akut, kronik atau berulang (Reni H. Masduchi, 2011).

    Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan

    lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus)

    mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus

    pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke

    dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf (Kevin, 2011;

    Barbara C.Long, 1996).

    Penyakit HNP ini bisa terjadi pada seluruh ruas tulang belakang, mulai dari

    tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbal atau sacrum). Herniasi

    diskus dapat terjadi pada dua sisi, tetapi lebih sering terjadi pada satu sisi. Keluhan

    nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih berat ke satu sisi.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 2

    Daerah sakitnya tergantung di mana terjadi penjepitan, semisal di leher maka

    akan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu. Bisa juga terjadi penjepitan di

    tulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot ketarik pada bagian paha atau betis,

    kesemutan, sakit pinggang yang menjalar ke tungkai bawah sesuai dengan

    distribusi dermatof saraf yang terkena terutama pada saat aktifitas mengangkat

    beban yang berat dan membungkuk, bahkan bisa sampai pada kelumpuhan.

    Penderita penyakit ini sering mengeluh hernia diskus lebih banyak terjadi pada

    daerah lumbosakral, namun juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal

    tetapi kasusnya jarang terjadi. HNP dapat terjadi pada semua usia, rata-rata 35 - 45

    tahun (Sidharta Priguna, 1999; Reni H. Masduchi, 2011; Kevin, 2011).

    2. EPIDEMIOLOGI

    Di Amerika hampir 80% dari populasi dewasa pernah mengalami nyeri

    pinggang dalam kehidupannya (Bose K, Lee EH, 1986). Dari poliklinik unit

    penyakit saraf RSCM Jakarta dilaporkan bahwa penderita nyeri pinggang bawah

    pada tahun 1976 sebanyak 5,8% (Judana et all, 1983). Dari poliklinik rematologi

    RS Sutomo Surabaya pada tahun 1980 sebanyak 17,7% (Effendi et all, 1980). Dari

    Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta (Suharso et all, 1985)

    melaporkan penderita nyeri pinggang bawah yang datang berobat ke RSUP Dr.

    Sardjito sebanyak 190 penderita, 43 diantaranya adalah penderita nyeri pinggang

    bawah yang disertai nyeri radikuler, ditinjau dari keseluruhan penderita baru

    (3,75%) maka 190 penderita nyeri pinggang bawah adalah merupakan sebagian

    kecil saja (5,63%). Tidak dijumpai nyeri pinggang bawah pada pada anak 6-10

    tahun, kemudian diikuti 41-50 tahun, kemudian 31-40 tahun dan 51-60 tahun.

    Tahun 1986 didapatkan dari 49 orang penderita nyeri pinggang belakang sebanyak

    19 orang menderita HNP (45,24%).

    HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6

    dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-

    anak dan remaja tetapi kejadiannya meningkat setelah umur 20 tahun. Dengan

    insidens hernia lumbosakral lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-

    10% (Ratih astarida, 2009).

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 3

    3. ETIOLOGI

    Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat terjadi karena

    terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah. Pada

    posisi gerakan tulang belakang yang tidak tepat maka sekat tulang belakang

    akan terdorong ke satu sisi dan pada saat itulah bila beban yang mendorong cukup

    besar akan terjadi robekan pada annulus pulposus yaitu cincin yang melingkari

    nucleus pulposus dan mendorongnya merosot keluar sehingga disebut hernia

    nucleus pulposus. Sebenarnya cincin (annulus) sudah terbuat sangat kuat tetapi

    pada pasien tertentu di bagian samping belakang (posterolateral) ada bagian yang

    lemah (locus minoris resistentiae).

    Contoh kejadian sehari-hari yang dapat membuat terjadinya HNP adalah

    sebagai berikut:

    Mengambil benda yang jatuh dilantai.

    Mengejar bola yang cukup jauh dengan ayunan langkah yang tidak akurat saat

    tennis.

    Mengepel lantai.

    Tergelincir saat berjalan.

    Melompat.

    Mengambil sesuatu di atas lemari.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 4

    Membungkuk tiba-tiba.

    Tiba-tiba berlari mengejar sesuatu.

    Berpijit dan punggungnya di injak-injak.

    Beberapa contoh kejadian sehari-hari diatas kadang-kadang begitu saja

    terjadi, tidak disengaja. Sehingga unsur ketidak sengajaan dan tiba-tiba

    memainkan peran yang menonjol tercetusnya HNP (Achdiat Agus, 2009).

    Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra

    karena salah posisi, mengangkat, pembentukan osteophyte, degenerasi dan

    degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan

    berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga

    annulus (Reni H. Masduchi, 2011).

    4. FAKTOR RISIKO (Yulvitrawasih, 2011)

    Faktor risiko yang tidak dapat dirubah

    a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.

    b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.

    c. Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.

    Faktor risiko yang dapat dirubah

    a. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik

    barang-barang serta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada

    punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti

    supir.

    b. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan

    yang berat dalam jangka waktu yang lama.

    c. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus

    untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.

    d. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat

    menyebabkan strain pada punggung bawah.

    e. Batuk lama dan berulang.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 5

    Faktor-faktor yang mempengaruhi:

    a. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

    b. Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.

    c. Keterampilan pekerja.

    d. Peralatan kerja beserta keamanannya.

    5. ANATOMI & FISIOLOGI

    Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah dan

    diantara ruas-ruas dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram

    sehingga tulang belakang dapat tegak dan membungkuk. Dan disebelah depan dan

    belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas

    tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

    Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil dan lubang

    ruasnya besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen

    transversalis. Ruas pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala

    mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoit (aksis) yang

    memungkinkan kepala berputar ke kiri dan kekanan.

    Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya

    panjang dan melengkung.

    Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat, taju

    durinya agak picak. Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.

    Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu sehingga

    menyerupai sebuah tulang.

    Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan menjadi sebuah

    tulang yang disebut os koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk

    persendian dengan sacrum.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 6

    Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

    Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di

    antaranya.

    Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas

    lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis,

    ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum

    flavum, serta kapsul sendi.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 7

    Korpus

    Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai

    beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk konvek dari arah

    samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk

    konkaf pada lumbal 4-5

    Arcus

    Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus

    menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke

    arah lateral yang disebut procesus spinosus.

    Foramen vertebra

    Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila

    dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluran

    yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis

    Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan

    stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

    ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus

    dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.

    Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian

    posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk

    mengontrol gerakan fleksi.

    ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi

    melindungi medulla spinalis dari posterior.

    ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi

    mengontrol gerakan fleksi. (Kapandji, 1990; Snel S. Richard, 1997).

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 8

    Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh

    karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior.

    Bila dilihat dari samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau

    lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun

    masing-masing tulang vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah

    merupakan satu struktur yang elastis, melainkan satu kesatuan yang kokoh

    dengan diskus yang memungkinkan gerakan bergesek antar korpus ruas tulang

    belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar.

    Vertebra torakal berlingkup gerakan yang sedikit karena adanya tulang rusuk yang

    membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak

    yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makin kecil

    (Langran, 2006; Jong Syamsuhidayat).

    Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra

    yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 9

    sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan

    korpus vertebra yang berdekatan.

    Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra

    sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi

    fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang yang

    diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Discus

    intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal

    sampai lumbal atau sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan

    peredam kejut (shock absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian

    utama yaitu:

    Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

    Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang

    konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan

    menyerupai gulungan per (coiled spring)

    Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus

    Daerah transisi.

    Nucleus pulposus

    Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin,

    nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan

    sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar

    discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.

    Vertebral endplate

    Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk batas

    atas dan bawah dari diskus (Muki Partono, 2009).

    Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan pada

    nucleus disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya

    vertebral end plates. Serabut-serabut annulus fibrosus mempunyai kemampuan

    cukup untuk bergerak fleksi dan ekstensi sehingga memungkinkan perubahan

    bentuk dari nukleus pulposus. Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan

    oleh karena adanya (1) kelenturan, (2) kemampuan memanjang dan (3) adanya

    lubrikasi atau pelumasan dari lembaran-lemabaran annulus (Reni H. Masduchi,

    2011).

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 10

    Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan

    (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan

    mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai

    bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.

    Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus

    adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :

    Ligamentum longitudinal anterior

    Ligamentum longitudinal posterior

    Corpus vertebrae dan periosteumnya

    Ligamentum supraspinosum

    Fasia dan otot

    Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang

    terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital

    magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis

    terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

    8 pasang saraf servical.

    15 pasang saraf thorakal.

    5 pasang saraf lumbal.

    5 pasang saraf sacral.

    1 pasang saraf cogsigeal.

    Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian

    yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea

    mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna

    lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut

    conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).

    Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan

    membawa saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai

    area tubuh. Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas

    trauma yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah

    leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan

    seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 11

    sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral

    mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi (Langran, 2006).

    6. KLASIFIKASI

    Macnabs Classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI

    menjadi :

    Bulging Disc, suatu penonjolan atau konveksitas dari diskus melewati batas

    diskus tetapi anulus tetap intak.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 12

    Proalapsed Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang

    mengalami robekan yang tidak komplit.

    Extruded Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang

    mengalami robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak ligamentum

    longitudinalis posterior.

    Sequesteres Disc, sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus

    fibrosus yang telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos pulposus

    yang berada didalam diskus dan telah berada dalam kanal.

    Menurut lokasi penonjolan Nucleous Pulposus, terdapat 3 tipe :

    Central, tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan

    gangguan pada banyak akar saraf bila mengenai cauda equina atau nielopati

    apabila mengenai medula spinalis.

    Posterolateral, pada umunya terjadi pada vertebra lumbalis sehubungan

    dengan menipisnya ligamentum longitudalis posterior pada daerah tersebut,

    misal HNP vertebra L4-L5 akan menimbulkan iritasi pada akar saraf L5.

    Far-laterall foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung bawah.

    Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebra L4-L5 akan mengenai

    akar saraf L4 (Reni H. Masduchi, 2011).

    Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :

    Hernia Lumbosacralis

    Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka pada

    posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma

    adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nucleus pulposus pada

    ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat

    atau ditunjukkan atau dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang

    sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus

    pulposus prolaps, mendorong ujungnya atau jumbainya dan melemahkan

    anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar

    sampai anulus atau menjadi extruded dan melintang sebagai potongan bebas

    pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol

    sampai pada celah anulus, biasanya terjadi pada satu sisi atau lainnya (kadang-

    kadang ditengah), dimana mereka mengenai sebuah serabut atau beberapa

    serabut saraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf

    melawan apophysis artikuler.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 13

    Hernia Servikalis

    Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan

    kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal

    menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun

    atau menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5

    dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar

    posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini

    menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali dengan beberapa gejala

    dan mengacu pada kerusakan kulit.

    Hernia Thorakalis

    Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-

    gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia

    dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat

    kejang paraparese, kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.

    7. PATOFISIOLOGI

    Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya

    atau merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang

    merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.

    Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang

    menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf

    spinal serta akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis

    akan menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat

    menyebabkan kelumpuhan anggota bagian bawah (Sufitni, 1996).

    Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus

    pulposus bersama beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen

    intervertebralis. Karena ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat

    daripada ligamentum longitudinalis posterior, maka herniasi diskus hampir selalu

    terjadi ke arah posterior atau posterolateral. Herniasi tersebut biasanya

    menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu dengan badan diskus,

    walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar menembus

    ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke dalam kanalis

    spinalis. Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah

    memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 14

    Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.

    Karena adanya gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar

    dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya

    menunggu waktu dan bisa terjadi pada trauma berikutnya. Gaya presipitasi itu

    dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu

    terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.

    Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus

    tulang belakang di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis

    vertebralis. Sobekan sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus

    intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl atau merupakan

    kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian

    disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika.

    Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus

    pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang

    berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral.

    Tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada

    tingkat L2, dan terus ke bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi

    yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna

    anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebral ini mengalami lisis,

    sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 15

    Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif

    dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang

    ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya

    kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastis.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 16

    Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering

    terkena, terutama L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur

    diskus lumbal yang lebih tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif.

    Karena hubungan anatomis pada vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya

    menekan radiks saraf yang muncul satu vertebra di bawahnya. Jika terdapat

    fragmen diskus bebas, biasanya mengenai radiks yang muncul di atas diskus yang

    mengalami herniasi.

    Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

    Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat,

    yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh

    sendi L5-S1.

    Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat

    tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh

    dilakukan pada sendi L5-S1.

    Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum

    longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.

    Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

    Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu

    perubahan yang mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan

    menekan akarakar saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar

    kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih banyak bergerak (Perbatasan

    Lumbo Sakralis dan Servikotoralis).

    Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau

    L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena

    radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui

    foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.

    Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan

    kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan

    intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif

    kecil (Partono Muki, 2009; Sylvia,1991).

    Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung

    atau tidak langsung pada diskus intervertebralis akan menyebabkan komprensi

    hebat dan herniasi nucleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 17

    mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong

    ligamentum longitudinal maka terjadilah herniasi.

    Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan

    degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida

    dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan

    pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nucleus.

    Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat)

    kartilago dapat cidera.

    8. MANIFESTAI KLINIK

    Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala

    klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan

    nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut

    menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan

    timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Pada kasus

    berat dapat terjadi kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan

    Achilles (APR). Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan

    miksi, defekasi dan fungsi seksual.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 18

    Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga

    menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis

    kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan

    semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan

    badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan analgetik akan menghilangkan

    sakit yang diderita.

    Keluhan awal biasanya nyeri punggung bawah (low back pain) yang

    onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak, sering intermitten,

    walaupun kadang-kadang nyeri tersebut onsetnya mendadak dan berat. Nyeri ini

    terjadi akibat regangan ligamentum longitudinalis posterior, karena diskus itu

    sendiri tidak memiliki serabut nyeri. Nyeri tersebut khas yaitu diperhebat oleh

    aktivitas dan pengerahan tenaga serta mengedan, batuk, atau bersin. Nyeri ini

    biasanya menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai

    yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebra yang

    menyebabkan nyeri dan membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.

    Ada jenis yang akut dan ada jenis yang berlangsung perlahan. Jenis yang

    berlangsung perlahan kadang-kadang lebih lama sembuhnya. Nyeri bersifat

    tumpul dan semakin bertambah bila pinggang bergerak, ketika berjalan pasien

    akan memiringkan tubuh ke arah badan yang sehat semata-mata bertujuan untuk

    membuka ruang lebih luas bagi bagian ruas tulang belakang yang bermasalah.

    Setelah periode waktu tertentu, timbul nyeri pinggul dan sisi posterior atau

    posterolateral paha serta tungkai sisi yang terkena, yang biasanya disebut skiatika

    atau iskialgia. Ada kalanya pasien mengeluh nyeri pada tepi luar telapak kaki (S1)

    dan tepi luar betis dan paha dalam (L3-L4-L5). Ini semua bergantung pada radian

    saraf pinggang yang terkena dorongan dari nucleus pulposus yang merosot

    tersebut. Pasien tidak tahan duduk lama apalagi bila duduk bersila. Sebentar-

    sebentar pasien akan menjulurkan kaki, gejala ini sering disertai rasa baal dan

    kesemutan yang menjalar ke bagian kaki yang dipersarafi oleh serabut sensorik

    radiks yang terkena. Kekuatan otot tungkai pada umumnya tidak terlalu terganggu,

    namun sensasi raba mungkin dapat berkurang.

    Pada keadaan yang tidak lazim dimana protrusi diskus sentral terjadi

    dengan adanya kanalis spinalis yang sempit pada regio lumbal, kompresi kauda

    ekuina dapat timbul, dengan paraparesis dan hilangnya tonis sfingter. Sindrom

    klaudikasio palsu telah dilaporkan dengan nyeri tungkai bila beraktivitas, akibat

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 19

    sekunder dari kompresi intermitten kauda ekuina (Achdiat Agus, 2009; Mansjoer

    Arif et all).

    Tanda dan gejala yang spesifik pada berbagai jenis HNP adalah (Ratih

    astarida, 2009) :

    a. Henia Lumbosakralis

    Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan

    periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan

    tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga

    kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada

    tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri

    menjalar kedalam bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri

    yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara

    refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam

    bentuk skilosis lumbal. Sindrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps

    terdiri dari:

    Kekakuan atau ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.

    Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki.

    Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks.

    b. Hernia Servicalis

    Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis).

    Atrofi di daerah biceps dan triceps.

    Refleks biceps yang menurun atau menghilang.

    Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.

    c. Hernia thorakalis

    Nyeri radikal.

    Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang

    paraparesis.

    Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 20

    9. PEMERIKSAAN FISIK

    Secara klinis dapat dilakukan beberapa gerakan seperti:

    a. Tes Lasegue

    Tes Lasegue disebut juga tes Straight Leg Raising (SLR) test. Caranya adalah

    dengan membaringkan pasien dan kemudian satu tungkai lurus diatas

    pembaringan meja periksa dan satu tungkai diangkat keatas. Pasien akan

    menjerit kesakitan pada saat tungkai diangkat tinggi sebelum mencapai sudut

    70 derajat. Pada keadaan seperti ini dikatakan tes Laseque positif. Bila tes

    Lasegue positif maka hampir dapat dikatakan HNP positif. Bila tungkai

    kanan diangkat terasa sakit maka disebut tes Lasegue kanan positif berarti

    lesi HNP di kanan. Sebaliknya bila tes Lasegue kiri yang positif maka lesi

    HNP ada di sisi kiri pula.

    b. Tes Braggard

    Tes Braggard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Laseque namun

    ketika tungkai diangkat maka telapak kaki pasien di dorong kuat keatas

    (dorsofleksi maksimal), maka akan terasa nyeri sepanjang tungkai.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 21

    c. Tes Siccard

    Tes Siccard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Braggard namun

    dengan ibu jari di dorong maksimal ke arah atas (dorsofleksi maksimal) dan

    akan terasa nyeri sepanjang tungkai.

    Ada tes lain yaitu tes Patrick dan contra Patrick tetapi justru tes ini untuk

    menunjukkan bahwa penyebab nyeri pinggang bukan HNP tetapi suatu proses

    arthritis. Tes yang lain adalah Valsalva, dimana pasien diminta untuk menahan

    nafas. Bila terasa nyeri di pinggang dan menjalar ke tungkai disebut tes Valsalva

    positip dan HNP positip. Tes Naffziger adalah dengan menekan vena jugularis jika

    setelah ditekan terasa nyeri bertambah berarti terdapat HNP (Achdiat Agoes, 2009;

    Mansjoer Arif et all).

    10. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Achdiat Agoes, 2009; Mansjoer Arif et all)

    Diagnosis herniasi discus antar vertebra sering dibuat hanya berdasarkan

    anamnesis dan dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik. Perasat-perasat untuk

    evaluasi seperti mengangkat tungkai dan berjalan jinjit di atas tumit juga

    bermanfaat untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat

    dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti dari hernia nukleus pulposus yaitu :

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 22

    a. Foto pinggang polos

    Foto pinggang polos kadang-kadang sudah menunjukkan indikasi HNP bila

    sudut ruas tulang belakang miring kesalah satu sisi. Pada umumnya bila pasien

    cenderung memiringkan tubuh ke kiri maka berarti HNP di kanan. Foto polos

    vertebra tidak lagi dilakukan sesering masa sebelum CT-scan. Kadang-kadang

    pemeriksaan ini bermanfaat untuk menyingkirkan anomali atau deformitas

    kongenital, penyakit reumatik tulang belakang, tumor metastatik atau primer.

    Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan

    degeneratif dengan penyempitan sela intervertebra dan pembentukan osteofit.

    b. Foto caudografi

    Foto caudografi adalah foto dengan memberikan kontras ke dalam rongga

    subarakhnoid yang dimasukkan dengan jarum pungsi lumbal antara L3-L4,

    L4-L5 atau L5-S1. Setelah kontras dimasukkan maka dilakukan foto dan

    akan terlihat pada foto ada bagian yang tidak terisi kontras yaitu daerah yang

    terkena HNP (filling defects). Foto ini sangat populer pada tahun 1980 an

    namun dengan masuknya tehnik CT Scan dan MRI (magnetic resonance

    imaging) mulai berkurang permintaan untuk foto caudografi ini.

    c. Foto MRI

    MRI mampu memperlihatkan daerah yang terkena HNP dengan jelas tanpa

    pasien merasa kesakitan, hanya proses foto cukup lama dan biaya besar. MRI

    terutama bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda

    ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti bila dibandingkan dengan CT scan dalam

    hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.

    d. Kadar serum kalsium, fosfat, alkali, dan asam fosfatase, serta kadar gula harus

    diperiksa pada setiap pasien sebab penyakit tulang metabolik, tumor metastatik,

    dan mononeurotis diabetik dapat menyerupai penyakit diskus intervertebra.

    e. Punksi lumbal

    Walaupun cairan serebrospinal dapat memperlihatkan peningkatan kadar

    protein ringan dengan adanya penyakit diskus, punksi lumbal biasanya hanya

    kecil manfaatnya untuk diagnostik. Jika terdapat blok spinal total, kadar protein

    dapat meningkat sedikit dengan manuver Queckendstedt yang abnormal.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 23

    f. Pemeriksaan neurofisiologis

    EMG dapat normal pada penyakit diskus, atau potensial fibrilasi dan

    gelombang tajam positif dapat dijumpai pada otot-otot yang dipersarafi

    radiks yang terkena setelah beberapa minggu.

    g. Mielografi

    Bila diagnosis sindrom diskus sudah pasti, dan tidak ada kemungkinan tumor

    kauda ekuina atau beberapa kelainan lain, mielografi tidak perlu dilakukan

    kecuali operasi dipertimbangkan. Mielografi untuk menentukan tingkat protrusi

    diskus.

    h. Diskografi,namun manfaatnya belum begitu jelas karena hasilnya sulit

    ditafsirkan. Malahan, prosedur ini dapat merusak diskus intervertebra.

    11. DIAGNOSIS (Partono Muki, 2009; Mansjoer Arif et all)

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,

    pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada adanya riwayat

    mengangkat beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low back pain.

    Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.

    a. Anamnesis

    Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya, bagaimana mulai

    timbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita

    diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada

    riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang

    sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti

    adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya

    saddle anestesi.

    b. Pemeriksaan klinik umum

    Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke ruang pemeriksaan. Cara

    berjalan (tungkai sedikit di fleksikan dan kaki pada sisi sakit di jinjit), duduk

    (pada sisi yang sehat). Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan,

    adanya skoliosis, gibus dan deformitas yang lain.

    c. Pemeriksaan neurologik,

    Pemeriksaan sensorik.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 24

    Pemeriksaan motorik adalah dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau

    fasikulasi otot.

    Pemeriksaan tendon.

    Pemeriksaan yang sering dilakukan.

    Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes

    Sicard).

    Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava).

    d. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:

    Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena

    dan sejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap

    kompresi.

    Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)

    Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati

    Pemeriksaan Radiologi

    Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus

    intervetebralis sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit

    Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI

    Untuk membuktikan HNP dan menetukan lokasinya. MRI merupakan

    standar baku emas untuk HNP.

    12. PENATALAKSANAAN

    a. Terapi Konservatif

    Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi

    fisik pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara

    keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan

    istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan

    terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95% penderita akan sembuh dan

    kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk

    terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau

    pembedahan. Terapi konservatif meliputi ;

    Tirah baring

    Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan

    intradiskal,lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 25

    lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap

    untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan

    adalah dengan menyandarkan punggung, l u tu t d an p un ggu ng

    b aw ah pad a po s i s i s ed ik i t f l eks i . F l eks i r i n gan d a r i

    v e r t eb r a lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan

    memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.

    b. Medikamentosa

    Analgetik dan NSAID.

    Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot.

    O p io i d : t i d ak t e r bu k t i l eb ih e f ek t i f d a r i an a l ge t i k b i a sa .

    P em ak a i an jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan.

    Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun

    dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi

    inflamasi.

    Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

    c. Terapi Fisik

    Traksi pelvis

    Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis

    tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring,

    korset dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan

    perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

    Diatermi atau kompres panas/dingin

    Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme

    otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila

    terdapat edema.Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas

    maupun dingin.

    Korset lumbal

    Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat

    digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP

    kronis. Sebagai penyangga korsetdapat mengurangi beban diskus serta

    dapat mengurangi spasme.

    Latihan

    Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal

    punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Lat ihan

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 26

    lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk

    memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi

    dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan

    otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

    Proper Body Mechanics

    P as i en p er lu m en d ap a t p en ge t ahu an men gen a i s i k ap tu buh

    yan g b a i k un tu k mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

    Beberapa prinsip dalam menjaga posisipunggung adalah sebagai

    berikut:

    o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut dit egangkan,

    punggung tegak danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang

    punggung.

    o K et i k a ak an t u r un d a r i t em p at t i du r p os i s i p un ggu n g

    d id ek a tk an k e p i ngg i r t em pa t t i d u r . G un ak an t an gan

    d an l en gan u n t uk m en gan gka t p an ggu l d an berubah ke

    posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada

    pahauntuk membantu posisi berdiri.

    o Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan

    menggeser posisipanggul.

    o S aa t d ud uk , l en gan m emb an t u m en yan gga b ad an . S aa t

    ak an b e rd i r i b adan diangkat dengan bantuan tangan sebagai

    tumpuan.

    o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak

    jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan

    otot perut. Dengan p u nggu n g l u r us , b eban d i an gk a t d en gan

    ca r a m el u r us k an kak i . Beb an yan g diangkat dengan tangan

    diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

    o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung

    dan kakiharus berubah posisi secara bersamaan.

    o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok

    dengan wcd u d u k s eh in gga m emu d ah kan ge r ak an d an

    t i d ak m em b eb an i pu n ggu n g s aa t bangkit.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 27

    d. Pembedahan

    Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf

    sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif

    HNP harus berdasarkanalasan yang kuat yaitu berupa:

    Defisit neurologik memburuk.

    Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

    Paresis otot tungkai bawah

    d.1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus

    intervertebral

    d.2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada

    kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk

    menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan

    mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula

    dan radiks.

    d.3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

    d.4. Disektomi dengan peleburan.

    Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat

    untuk mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan

    untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general

    anesthesia. Hanya sekitar 2 3 hari tinggal dirumah sakit . Akan

    diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 28

    untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total

    memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang

    harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus.

    Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin

    memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).

    d.5. Microdisectomy

    Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur

    memindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil

    dengan menggunakan raydan chemonucleosis. Chemonucleosis

    meliputi injeksi enzim (yang disebut ch ym o p ap a in ) ke

    d a l am h e r n i as i d i sku s u n t uk m e l a r u t k an su b s t ans i ge l a t in

    yan g menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif

    disectomy pada kasus-kasus tertentu.

    13. PROGNOSA (Mansjoer, Arif et all, 2007)

    Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi

    konservatif.

    Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.

    Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai,

    kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

    14. KOMPLIKASI

    Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah atrofi

    otot-otot ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi tergantung dari

    radix saraf yang mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4 menyebabkan atrofi pada

    m.quadriceps femoris, lesi pada radix saraf S1 menyebabkan atrofi pada

    m.gastroknemius dan m.soleus. Atrofi yang tidak mendaptkan rehabilitasi akan

    menyebabkan kelumpuhan ekstremitas inferior (Sufitni, 1996).

    15. PENCEGAHAN (Yulvitrawasih, 2011)

    Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

    herniasi nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 29

    mengangkat barang yang berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut

    usia.

    Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk

    menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang pada akhirnya

    memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi nukleus pulposus.

    Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :

    Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin

    otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.

    Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

    Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :

    Pegangan harus tepat.

    Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus.

    Punggung harus diluruskan.

    Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan gerakan.

    Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tubuh belakang

    diluar.

    Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.

    Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk

    gerakan dan perimbangan.

    Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui

    pusat gravitasi tubuh.

    Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan mengangkat

    dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:

    Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi momentum

    yang terjadi dalam posisi mengangkat.

    Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk

    gerakan dan perimbangan.

    Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang melalui

    pusat gravitasi tubuh.

    Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja, yaitu

    hindari manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan mengangkut.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 30

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 31

    16. DIAGNOSIS BANDING

    a. Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang

    berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.

    b. Spondylolisthesis

    Spondylolisthesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke depan (masuk;

    tergelincir) satu bodi vertebra terhadap vertebra di bawahnya. Tersering L4-L5.

    c. Spondylosis

    Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya suktur dan

    fungsi normal spinal. Walaupun peran proses penuaan adalah penyebab utama,

    lokasi dan percepatan degenerasi bersifat individual. Proses degeneratif pada regio

    cervical, thorak, atau lumbal dapat mempengaruhi discus intervertebral dan sendi

    facet.

    d. Arthiritis.

    e. Anomali colum spinal. (Kalim et al, 1996)

    17. KEPUSTAKAAN

    Bose K, Lee EH. 1986. Symtomatic Treatment of Lower Back Pain. Med.

    Progress; 13 (10):25-30.

    Effendi Z & Santosa CH. 1980. Low Back Pain di Poliklinik Rematologi RS Dr

    Sutomo. Surabaya: Naskah lengkap Simposium Low Back Pain.

    Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

    Judana A & Diwirjo S. 1983. Peranan Neurologi dalam masalah Low Back

    Pain. Jakarta: Simposium Nyeri Pinggang Bawah. Fakultas Kedokteran UI.

    Kapandji, I. A. 1990. The Physiologi of Joints; Volume three. Churchill

    Livingstone, USA.

    Kevin. 2011. Hernia Nucleus Pulposus (Saraf terjepit). Available at

    http://Klinik Ortopedi Singapura.htm. diakses tanggal 25 November 2011.

    Langran, Mike. 2006. Spinal Injuries. Available at http://www.ski-

    injury.com/spinal1.htm. diakses tanggal 25 November 2011.

    Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:

    Penerbit FK UI.

  • Refrat Hernia Nucleus Pulposus Nurekawati

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf/FK UPN/Periode 21 November-30 Desember 2011 Page 32

    Partono M. 2009. Mengenal Nyeri pinggang. available at

    http://mukipartono.com/mengenalnyeri-pinggang-hnp.htm. diakses tanggal 25

    November 2011.

    Ratihastarida. 2009. Hernia Nukleus Pulposus. Available at http:// patofisiologi-

    hernia-nucleus-pulposus.html. diakses tanggal 25 November 2011.

    Sidharta Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar. Edisi IV. Jakarta: PT Dian

    Rakyat. 87-95.

    Snell, S.Richard. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; Bagian

    Ketiga. Alih Bhasa Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan.

    Sufitni. 1996. Diagnosis topik neurologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit buku

    kedokteran EGC.

    Suharso & Harsono. 1985. Epidemiologi Nyeri Pinggang Bawah di Poliklinik

    Saraf RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Simposium Nyeri Pinggang

    Bawah Pertemuan regional II.

    Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-islam-

    cempaka-putih-Index2.php.htm. 2011. diakses tanggal 25 November 2011.