254281742 Refleksi Kasus Hidup
Click here to load reader
description
Transcript of 254281742 Refleksi Kasus Hidup
REFLEKSI KASUS HIDUP
Kecelakaan Lalu Lintas
Dokter Pembimbing :
dr. I. B. Gd Surya Putra P, Sp.F
Disusun oleh :
Reynold Y. P. Benu
03010139
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
PERIODE 10 AGUSTUS – 4 SEPTEMBER 2015
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR SARDJITO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
2015
A. Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Permpuan
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Polisi RI
Alamat : Ngendo Kidul RT 004/001 Batan Banyudono,
Boyolali, Jawa Tengah
Tanggal pemeriksaan : 9 Desember 2014
Jam pemeriksaan : 08.30 – 09.30 WIB
Peristiwa : Kecelakaan lalu lintas
B. Deskripsi
1. Anamnesis
Pasien laki-laki usia 35 tahun mengalami kecelakaan ketika mengendarai
sepeda motor dalam perjalanan pulang dari tempat kerja pada hari Sabtu, 6
Desember 2014 di daerah Kampung Kaliagung pada pukul 04.00 WIB. Saat
kecelakaan keluarga pasien mengenakan helm dan jaket lengan panjang dan akibat
kecelakaan tersebut menyebabkan helmnya pecah. Sesaat setelah kejadian pasien
sempat merasakan kepala pusing berputar dan setelah iitu tidak ingat hal-hal yang
terjadi sesaat, sebelum, dan sesudah kecelakaan. Pasien kemudian dibawa ke
Puskesmas Sentolo untuk mendapatkan pertolongan pertama dan kemudian
dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pasien
sadarkan diri pada pukul 11.00 WIB di RSUP Dr. Sardjito.
2. Pemeriksaan Fisik
KU : Somnolen
GCS : E3V5M6
TandaVital : TD: 150/90, N: 81x/menit, RR: 18x/m
a. Kepala : Tampak memar pada pelipis kanan
b. Leher : Tidak tampak adanya luka maupun memar
c. Thorax : Tidak tampak adanya luka maupun memar
d. Abdomen : Tidak tampak adanya luka maupun memar
e. Ekstremitas atas : Tampak memar pada bahu kanan sampai lengan atas
kanan, tidak ada deformitas
f. Ekstremitas bawah: Tidak ada memar maupun deformitas
C. Masalah
Deskripsi luka pada korban:
Ekstremitas bawah : luka lecet pada paha atas kir tidak dideskripsikan
dengan jelas
D. Analisis Kasus
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang
bersifat mekanik, fisika dan kimia. Kekerasan akibat benda tumpul berdasarkan
sifatnya termasuk kedalam kekerasan yang bersifat mekanik. Luka yang terjadi akibat
kekerasan benda tumpul dapat berupa luka memar (kontusio, hematom), luka lecet
(ekskoriasi, abrasi), dan luka terbuka atau luka robek (vulnus laseratum).
a. Luka Memar
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam
jaringan bawah kulit (kutis) karena pecahnya pembuluh darah kapiler dan
vena akibat kekerasan benda tumpul sewaktu seseorang masih hidup. Luka
memar kadangkala memberi petunjuk tentang benda-benda penyebabnya,
misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal
haemorrhage). Letak, bentuk dan luas luka mkulit, emar dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet,
kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan
lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh
darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, diatesis hemoragik).
Apabila kekerasan benda tumpul terjadi pada jaringan ikat longgar, seperti
pada daerah leher, daerah mata atau pada orang yang sudah lanjut usia,
maka luka memar yang terjadi kadang seringkali tidak sebanding dengan
kekerasan yang terjadi, dalam arti seringkali lebih luas; adanya jaringan ikat
longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih
rendah, berdasarkan gravitasi.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah kemudian berubah
menjadi ungu atau hitam, setelah empat sampai lima hari akan berwarna
hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam waktu tujuh
sampai sepuluh hari, dan akhirnya menghilang dalam empat belas sampai
lima belas hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan
waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
b. Luka Lecet
Luka lecet adalah luka yang superfisial, luka ini terjadi akibat cedera pada
epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar
atau runcing. Luka lecet memiliki ciri-ciri bentuk luka tidak teratur, tepi
luka tidak rata, kadang-kadang ditemui sedikit perdarahan, permukaan
tertutup oleh krusta, warna kecoklatan merah, pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih ditutupi oleh epitel
dan reaksi jaringan (inflamasi). Sesuai mekanisme terjadinya, luka lecet
dibedakan dalam 3 jenis:
Luka lecet gores (scratch)
Luka ini terjadi akibat oleh benda runcing yang menggeser lapisan
permukaan kulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua
ujungnya dapat ditentukan arah kekerasan datang.
Luka lecet serut (graze) / geser (friction abrasion)
Luka lecet serut merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. Sedangkan luka
lecet geser merupakan luka lecet yang disebabkan karena tekanan
linear pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus
gantung atau jerat serta pada korban pecut.
Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara
tegak lurus terhadap permukaan kulit. Karena kulit adalah jaringan
yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut, namun terkadang dapat
sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut. Kulit pada
luka lecet tekan tampak berupa daerah kulit yang kaku dengan warna
yang lebih gelap dari sekitarnya.
c. Luka Terbuka atau Luka Robek
Luka terbuka adalah luka yang disebabkan karena adanya persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh
lapisan kulit dan jaringan dibawahnya. Ciri-ciri dari luka terbuka adalah
bentuk luka tidak beraturan, tepi atau dinding luka tidak rata, tebing luka
tidak rata, bila ditautkan tidak merapat karena terdapat jembatan-jembatan
jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur
atau tercabut, disekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka
memar.
Pada kasus, korban memiliki luka lecet pada paha atas kiri, dengan
panjang 5cm, lebar 2cm, keadaan luka bersih, arah luka dari dalam ke luar,
dasar luka kulit, jumlah 1.
Trauma pada kecelakaan lalu lintas
Trauma yang terjadi kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk,
tergantung dari organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut
sebagai trauma benda tumpul. Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam
peristiwa ini, yaitu trauma kepala, fraktur (patah tulang), dan trauma dada.
Trauma kepala, terutama jenis berat, merupakan trauma yang memiliki
prognosis (harapan hidup) yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena kepala
merupakan pusat kehidupan seseorang. Di dalam kepala terdapat otak yang mengatur
seluruh aktivitas manusia, mulai dari kesadaran, bernapas, bergerak, melihat,
mendengar, mencium bau, dan banyak lagi fungsinya. Jika otak terganggu, maka
sebagian atau seluruh fungsi tersebut akan terganggu. Gangguan utama yang paling
sering terlihat adalah fungsi kesadaran. Itulah sebabnya, trauma kepala sering
diklasifikasikan berdasarkan derajat kesadaran, yaitu trauma kepala ringan, sedang,
dan berat. Makin rendah kesadaran seseorang makin berat derajat trauma kepalanya.
Gangguan otak bisa terjadi disertai dengan adanya penurunan kesadaran,
fraktur tengkorak, atau bengkak pada kulit kepala. Akan tetapi, tidak jarang, bisa juga
terjadi tanpa kelainan fisik yang tampak dari luar. Ada tidaknya kelainan otak ini
harus dipastikan.
Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah
fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur
dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga
berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak
berhubungan dengan dunia luar.
Trauma yang ketiga, yang sering terjadi pada kecelakaan adalah trauma dada
atau toraks. Tercatat, seperempat kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma
toraks.
Pengendara sepeda motor bila ditabrak kendaraan lain, maka dijumpai luka
benturan pertama, benturan kedua dan luka-luka sekunder yang lebih parah
dibandingkan dengan pengendara sepeda. Pemakaian helm dimaksudkan untuk
meredam benturan pada kepala sehingga memperkecil kemungkinan cedera.
Pada kasus, korban mengalami trauma kepala yang menyebabkan korban tidak
sadar.
E. Kesimpulan
Pada sebuah kasus kecelakaan lalu lintas, penting untuk mengetahui apakah
kecelakaan tersebut adalah murni kecelakaan dan bukan kekerasan yang sengaja
dilakukan oleh orang lain. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan dari banyak pihak,
termasuk korban dan saksi. Selain itu, deskripsi luka juga penting sebagai suatu
pembuktian luka tersebut terjadi akibat kasus kekerasan yang sengaja dilakukan oleh
orang lain ataukah murni suatu kecelakaan. Dan apabila merupakan suatu kecelakaan
lalu lintas mungkin dapat juga digunakan untuk melihat atau menganalisis bagaimana
keadaan yang sebenarnya terjadi pada saat kecelakaan.
F. Referensi
1. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang
kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1994.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Hertian S, Winardi T, Sampurna B, et
al. Traumatologi Forensik. Dalam: Budiyanto A, Editor. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1997. p. 37-41.